• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN LIGNIN, SELULOSA, HEMISELULOSA DAN TANIN LIMBAH KULIT KOPI YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN JAMUR Aspergillus niger DAN Trichoderma viride

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANDUNGAN LIGNIN, SELULOSA, HEMISELULOSA DAN TANIN LIMBAH KULIT KOPI YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN JAMUR Aspergillus niger DAN Trichoderma viride"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

i

KANDUNGAN LIGNIN, SELULOSA, HEMISELULOSA DAN

TANIN LIMBAH KULIT KOPI YANG DIFERMENTASI

MENGGUNAKAN JAMUR Aspergillus niger

DAN Trichoderma viride

SKRIPSI

OLEH:

NOPI PERTIWI

I111 12 292

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

(2)

ii

KANDUNGAN LIGNIN, SELULOSA, HEMISELULOSA DAN

TANIN LIMBAH KULIT KOPI YANG DIFERMENTASI

MENGGUNAKAN JAMUR Aspergillus niger

DAN Trichoderma viride

SKRIPSI

OLEH :

NOPI PERTIWI

I 111 12 292

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nopi Pertiwi

NIM : I111 12 292

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka saya bersedia membatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Mei 2016

(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kandungan Lignin, Selulosa, Hemiselulosa dan Tanin Limbah Kulit Kopi yang Difermentasi Menggunakan Jamur Aspergillus niger dan Trichoderma viride”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya Ayahanda H. Herman dan Ibunda Hj. Jumaida, serta saudaraku Isna Afdalifa Herman dan Iftita Sabinah Herman, yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran dan dorongan kepada penulis.

Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Disampaikan dengan hormat kepada Marhama Nadir, SP., M.Si.Ph.D selaku pembimbing utama dan Ir. Anie Asriani, M.Si. selaku pembimbing anggota yang penuh ketulusan dan keikhlasan meluangkan waktunya untuk

(6)

vi memberikan bimbingan, nasehat, arahan, serta koreksi dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih Kepada Pembimbing Akademik Dr. Ir. Rohmiyatul Islamiati, MP. yang terus memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini.

3. Kakanda Fajriansyah Hasmin, SH. yang selama ini tak henti-hentinya memberikan doa, motivasi, semangat dan saran.

4. Buat teman-teman yang selama beberapa tahun ini bersama-sama Hasrianti U, Irmayanti, Nirwana, Rahma Ningsi, Vina Nur isra, Yulia Irwina Bonewati dan Kurniawan Akbar.

5. Teman dipondok dipg.one kak’ Ulfi Madina S.Ked dan Hj. Dewi Kurnia, karena telah mendengar keluh kesah selama tinggal bersama.

6. Keluarga Besar “FLOCK MENTALITY”, “SOLKARS” kalian merupakan teman, sahabat bahkan saudara, terima kasih atas indahnya kebersamaan dalam bingkai kampus ini.

7. Teruntuk teman penelitian Tilawati dan Mita Harifa Hakim yang selama ini bersama-sama berjuang untung meraih sebuah gelar.

8. Teman KKN Gelombang 90 Kecematan Sinjai Timur Desa Lasiai , Dandisatria Juanda 09, Badaruddin 010, Colleng 011, Nina 012 dan lely Darma 012.

9. Buat senior kak’Trias Devianti A. Kusuma, Kak’ Irwan dan Kak’Syahrul telah membantu selama proses penelitian.

Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar

(7)

vii penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin ya robbal alamin.

Makassar, Mei 2016

(8)

viii Fermentasi, Kulit Buah Kopi, Aspergillus niger, Trichoderma viride

RINGKASAN

Nopi Pertiwi (I111 12 292) Kandungan Lignin, Selulosa, Hemiselulosa dan Tanin Limbah Kulit Kopi yang Difermentasi Menggunakan Jamur Aspergillus niger dan Trichoderma viride(Dibawahbimbingan Marhama Nadir sebagai Pembimbing Utama dan Anie Asriani sebagai Pembimbing Anggota)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fermentasi limbah kulit buah kopi dengan menggunakan jamur Aspergillus nigerdan Trichoderma viride terhadap kandungan tanin,selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada limbah buah kopi. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan (2 jenis jamur yang berbeda), dengan 5 kali ulangan sehingga terdapat 15 unit dimana F0 (fermentasi tanpa penambahan inokulan), F1 (fermentasi dengan Trichoderma viride), F2 (fermentasi dengan Aspergillus niger). Rata-rata kandungan lignin (23.73), selulosa (23.81), hemiselulosa (2.77) dan tanin (0.14) pada limbah kulit kopi yang difermentasi menggunakan jamur Trichoderma viride dan Aspergilus niger. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadapkandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan tanin limbah kulit kopi yang difermentasi menggunakan jamur Trichoderma viride dan Aspergilus niger dan dapat disimpulkan bahwa penambahan Tricoderna viride dan Aspergillus niger tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan tanin limbah kulit kopi yang telah difermentasi selama 14 hari.

(9)

ix

ABSTRACT

Nopi Pertiwi (I11112292). The content of lignin, cellulose, hemicellulose and Tanin of Cofee peel Wastesfermented by using Aspergillus niger and Trichoderma viride(Supervised Marhama Nadir and Anie Asriani (co-Supervisor).

The purpose of this study was to determine the effect of the coffee peel wastes fermented using Aspergillus niger and Trichoderma viride to contain of tannins, cellulose, hemicellulose, and lignin. The research conducted based completely randomized design (CRD), which consists of three treatments five replicates The results was showed that the content of lignin (23.73), cellulose (23.81), hemicellulose (2.77) and tannins (0:14) on the coffee peel waste was fermented using Trichoderma viride and Aspergillus niger. Variance showed that the effect was not significant (P> 0.05) based of content of lignin, cellulose, hemicellulose and tannin leather waste coffee fermented using Trichoderma viride and Aspergillus niger and it can be concluded that the addition of Tricoderna viride and Aspergillus niger no significant to the content of lignin, cellulose, hemicellulose and tannin of coffee peel wastes that has been fermented for 14 days.

Keywords : Fermentation , Coffee peel wastes , Aspergillusniger , Trichoderma viride.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan dan Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kulit Buah Kopi Sebagai pakan ... 4

Pemanfaatan Jamur Aspergillus niger dan Tricoderma viride... 6

Aspergillus Niger ... 6 Tricoderma viride ... 7 Lignin ... 8 Selulosa ... 9 Hemiselulosa ... 9 Tanin ... 10 Hipotesis ... 10

MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 12

Materi Penelitian ... 12

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Parameter yang diamati ... 16

Analisis Statistik ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Lignin ... 20

Selulosa ... 21

Hemiselulosa ... 22

(11)

xi

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

DAFTAR PUSTKA ... 25

LAMPIRAN... ... 28

(12)

xii

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Rata-rata kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan tanin limbah kulit kopi yang difermentasi menggunakan jamur Trichoderma viride dan Aspergilus niger. ... 20

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Limbah Kulit Kopi ... ... 4 2. Prosedur pembuatan fermentasi limbah kulit kopi .... ... 16

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Hasil Analisis Sidik Ragam Kandungan Tanin Limbah Kulit Kopi ... 29 2. Hasil Analisis Sidik Ragam Kandungan Selulosa Limbah Kulit kopi ... 31 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Kandungan Hemiselulosa Limbah Kulit

kopi ... 33 4. Hasil Analisis Sidik Ragam Kandungan Lignin Limbah Kulit kopi... 35 5. Dokumentasi... ... 37

(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor yang penting untuk peningkatan produktivitas ternak. Pakan memegang peranan yang sangat penting di dalam keberhasilan suatu usaha peternakan yaitu 70% dari total biaya produksi adalah pakan. Kurang tersedianya bahan pakan secara memadai baik jumlah, mutu maupun kontinuitas merupakan salah satu hambatan dalam pengembangan usaha peternakan. Pakan yang tidak konstan ini disebabkan oleh hijauan yang sangat bergantung pada musim, serta lahan untuk hijauan yang semakin sempit. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi besarnya biaya pakan adalah mencari bahan pakan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Salah satunya dengan memanfaatkan hasil samping berupa limbah yang berasal dari industri pertanian maupun perkebunan.

Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang tidak dipergunakan kembali dari hasil aktivitas manusia, ataupun proses-proses alam yang belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan mempunyai nilai ekonomi yang sangat kecil. Pemanfaatan limbah merupakan salah satu alternatif untuk menaikkan nilai ekonomi limbah tersebut. Oleh karena itu perlu dicari sumber pakan lain yang dapat menggantikan hijuan tersebut serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. Salah satunya yaitu pemanfaatan kulit kopi (Murni dkk., 2008).

Indonesia adalah produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan menyumbang sekitar 6% dari produksi total kopi dunia, dan Indonesia merupakan pengekspor kopi terbesar keempat dunia dengan pangsa

(16)

2 pasar sekitar 11% di dunia (Raharjo, 2013). Produksi kopi Indonesia telah mencapai 600.000 ton pertahun dan lebih dari 80% berasal dari perkebunan rakyat.

Limbah kulit kopi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia, akan tetapi kulit kopi memiliki kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan tanin. Kelemahan tersebut dapat diatasi melalui pengolahan terlebih dahulu yaitu melalui proses fermentasi dengan menggunakan jamur Aspergillus niger dan Trichoderma viride. Fermentasi mampu meningkatkan kandungan protein kasar, mempertahankan nilai nutrisi selama penyimpanan dan dapat menurunkan kandungan lignin, selulosa hemiselulosa dan tanin. Maka dari itu dilakukan penelitian kandungan Lignin, Selulosa Hemiselulosa Dan Tanin Pada Fermentasi Limbah Kulit Buah Kopi Menggunakan Jamur Aspergillus niger Dan Trichoderma viride

Rumusan Masalah

Kulit kopi merupakan salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif, untuk ternak ruminansia. Kulit kopi memiliki kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa, dan tanin. Pemanfaatan kulit buah kopi sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan dengan cara fermentasi, menggunakan jamur selulotik yaitu Aspergillus niger dan Trichoderma viride. Melalui fermentasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas aroma, daya cerna, dan mengurangi zat anti nutrisi yang difermentasi menggunakan dua jenis jamur dengan yang tidak difermentasi.

(17)

3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fermentasi limbah kulit buah kopi dengan menggunakan jamur Aspergillus niger dan Trichoderma viride, terhadap kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa, dan tanin pada limbah buah kopi yang akan dimanfaatkan sebagai pakan . Diharapkan agar penelitian ini bermanfaat untuk penyediaan pakan alternatif, selain dari hijaun pada musim kemarau.

(18)

4 TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Kulit Buah Kopi sebagai pakan

Kopi merupakan salah satu komoditas penyegar utama yang sangat potensial di Indonesia. Salah satu permasalahan utama dalam proses pengolahan kopi adalah penanganan limbah padat dan cair. Dalam setiap ton buah basah akan diperoleh 200 kg kulit kopi kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan kopi primer cara basah akan menghasilkan limbah padat maupun cair yang sangat besar. Kulit kopi memiliki kandungan nutrisi dan senyawa yang potensial untuk dapat diubah menjadi produk bernilai tambah (Widyotomo, 2012). Saat ini keberadaan kulit buah kopi masih merupakan limbah pertanian. Sejumlah besar limbah kulit kopi menumpuk di tempat pengolahannya. Upaya yang biasa dilakukan untuk mengkomsumsi limbah tersebut yaitu dengan dibakar atau dibuang ke sungai. Limbah tersebut hanya sebagian kecil dikembalikan ke lahan sebagai pupuk. Kondisi ini dikhawatirkan akan menimbulkan masalah polusi lingkungan (Bressani, 1979).

(19)

5 Kulit buah kopi cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia Kulit buah kopi termasuk kategori limbah basah (wet byproducts) karena masih mengandung kadar air 75 – 80%, sehingga dapat rusak dengan cepat apabila tidak segera diproses. Perlakuan melalui pengeringan membutuhkan biaya yang relatif tinggi, sehingga perlu dikembangkan melalui teknologi alternatif lain agar produk tersebut dapat dimanfaatkan secara lebih efisien (Sapienza dan Bolsen, 1993).

Pemanfaatan limbah kopi hingga saat ini belumlah maksimal, oleh karena itu, perlu sebuah terobosan baru guna mengolah limbah kopi agar dapat dimanfaatkan dan tidak terbuang sia-sia. Jumlah limbah kopi yang perlu ditangani sebesar 44,6% dari berat buah kopi kering (Bressani, 1979). Penelitian lain melaporkan bahwa limbah kulit buah kopi yang dihasilkan dari proses pengolahan cara basah mencapai 43% bobot buah (Ismayadi dkk ., 1997).

Mastika (1991) mengungkapkan bahwa salah satu alternatif untuk penyediaan pakan yang murah dan kompetitif dapat melalui pemanfaatan limbah baik hasil pertanian maupun industri. Namun, karakter kulit kopi yang tinggi kadar air (75-80%) menyebabkan kulit kopi mudah rusak dalam waktu cepat tanpa suatu proses pengolahan.

Pengupasan kulit buah kopi (pulping) merupakan salah satu tahapan proses pengolahan kopi yang membedakan antara pengolahan kopi cara basah dengan kering. Mesin pengupas kulit buah kopi basah (pulper) digunakan untuk memisahkan atau melepaskan komponen kulit buah dari bagian kopi berkulit cangkang (Widyotomo, 2010). Menurut Prawirodigdo dkk., (2005) limbah kopi adalah kulit buah (pulp) dan cangkang biji (hull) kopi yang tercampur karena

(20)

6 dalam proses pengelupasan untuk mendapatkan biji kopi osé (tanpa kulit) dilakukan dengan menggiling kopi glondong kering tanpa melalui proses pengelupasan kulit buah (depulping) maupun cangkangnya (dehulling). Limbah kulit kopi berpotensi dimanfaatkan sebagai sumber pakan.

Pemanfaatan Jamur Aspergillus niger Dan Trichoderma viride

Fermentasi adalah suatu cara pengawetan yang menggunakan mikrobia tertentu untuk menghasilkan asam atau komponen lainnya yang dapat menghambat mikrobia perusak lainnya. Cara melakukan fermentasi adalah dengan menambahkan bahan yang mengandung mikrobia proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik. Mikrobia tersebut kita kenal dengan sebutan probiotik (Suprihatin, 2010).

Teknologi fermentasi adalah suatu teknik penyimpanan substrat dengan penanaman mikroorganisme dan penambahan mineral dalam substrat, dimana diinkubasi dalam waktu dan suhu tertentu. Penggunaan teknologi fermentasi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan substrat padat dalam wadah yang disebut fermentor. Pada proses teknologi fermentasi, dibutuhkan sebagai penghasil enzim untuk memecah serat kasar dan untuk meningkatkan kadar protein (Passaribu, 2007).

Aspergillus niger

Fermentasi yang menggunakan Aspergillus niger, terjadi proses biokonversi senyawa-senyawa organik dan anorganik menjadi protein sel sehingga kandungan protein substrat terfermentasi meningkat. Demikian pula enzim-enzim pengurai/pemecah serat seperti selulase dan lain-lainnya yang

(21)

7 diproduksi selama proses fermentasi berperan dalam menurunkan kandungan serat substrat tersebut (Purwadaria et. al., 1994) . Penggunaan utama dari Aspergillus niger adalah untuk produksi enzim dan asam organik dengan cara fermentasi (Purwadaria et. al., 1994).

Jamur yang sering digunakan dalam teknologi fermentasi antara lain Aspergillus niger. Aspergillus niger merupakan salah satu jenis Aspergillus yang tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan (Gray, 1970). Proses fermentasi menggunakan jamur, selain pembentukan miselium selalu diikuti oleh pembentukan spora yang berguna untuk pembuatan inokulum pada proses fermentasi. Inokulum yang berupa spora merupakan starter yang baik dalam fermentasi (Purwadaria et al., 1994).

Aspergillus niger merupakan sejenis jamur yang bersifat fakultatif, dapat berkembang dalam kondisi aerob maupun anaerob. Oleh karena itu, penggunaan mikroba ini untuk fermentasi akan lebih praktis, karena proses fermentasi tidak mesti tertutup rapat. Hasil pengkajian BPTP Bali menunjukkan, pemberian limbah mete fermentasi pada kambing dapat meningkatkan bobot badan secara nyata. Bahan limbah pertanian seperti kulit pisang dan kulit kentang dapat pula dijadikan sebagai substrat untuk jamur Aspergillus niger. Penyebaran koloni Aspergillus saat fermentasi dengan menggunakan bahan limbah tersebut adalah baik dan menyebar rata, sehingga diduga akan dapat terjadi ferementasi yang optimal, murah dan mudah untuk dilakukan (Sindu, 2009).

Trichoderma viride

Jamur selulolitik yang cukup baik memproduksi enzim selulolitik adalah Trichoderma viride. Trichoderma viride yaitu mikroorganisme yang mampu

(22)

8 menghancurkan selulosa tingkat tinggi dan memiliki kemampuan mensintesis beberapa faktor esensial untuk melarutkan bagian selulosa yang terikat kuat dengan ikatan hidrogen. Komponen utama dari sistem selulase Trichoderma viride adalah kedua jenis enzim selobiohidrolasenya, yaitu CBHI dan CBHII, yang berjumlah total 80% dari total protein selulase yang dihasilkan (Lynd, et al. 2002).

Menurut Mandels (1982), Trichoderma viride merupakan fungi yang potensial memproduksi selulase dalam jumlah yang relatif banyak untuk mendegradasi selulosa. Trichoderma viride merupakan kelompok fungi selulolitik yang dapat menguraikan glukosa dengan menghasilkan enzim kompleks selulase. Enzim ini berfungsi sebagai agen pengurai yang spesifik untuk menghidrolisis ikatan kimia dari selulosa dan turunannya.

Lignin, Selulosa Hemiselulosa Dan Tanin

Limbah kulit kopi yang dihasilkan dari pembuatan kopi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, namun didalam buah kopi terdapat kandungan lignoselulos dan tanin yang dapat menghambat kecernaan bahan pakan dalam rumen.

Lignin adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan, komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda tergantung jenisnya. Lignin terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak. Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya erat satu sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat (Tillman dkk, 1989).

(23)

9 Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa dan hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin (Suparjo, 2008).

Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman. Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari berat kering tanaman (Lynd et al, 2002). Selulosa adalah zat penyusun tanaman yang terdapat pada struktur sel. Kadar selulosa dan hemiselulosa pada tanaman pakan yang muda mencapai 40% dari bahan kering. Bila hijauan makin tua proporsi selulosa dan hemiselulosa makin bertambah (Tillman dkk, 1989).

Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang mengandung berbagai gula, terutama pentose. Hemiselulosa umumnya terdiri dari dua atau lebih residu pentose yang berbeda. Komposis polimer hemiselulosa sering mengandung asam uronat sehingga mempunyai sifat asam. Hemiselulosa memiliki derajat polimerisasi yang lebih rendah, lebih mudah dibandingkan selulosa dan tidak berbentuk serat-serat yang panjang (Kusnandar, 2010).

Hemiselulosa merupakan kelompok polisakarida heterogen dengan berat molekul rendah. Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15 dan 30 persen dari berat kering bahan lignoselulosa. Hemiselulosa relatif lebih mudah dihidrolisis dengan asam menjadi monomer yang mengandung glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa. Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat (Suparjo, 2008).

(24)

10 Tanin merupakan senyawa polyphenol dengan bobot molekul tinggi yang mengandung gugus hidroksil dan gugus lainnya untuk membentuk kompleks yangkuat dengan protein dan molekul lain, seperti karbohidrat. Tannin terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun dan buah – buahan.Tanin mengandung sejumlah gugus fungsional yang dapat membentuk kompleks yang kuat dengan molekul protein dan menghasilkan efek negatif dan positif bagi ternak. Rasa pahit yang timbul dalam mulut diakibatkan oleh komplek tanin dan proteinsaliva yang pada akhirnya mempengaruhi palatabilitas dan konsumsi pakan. Tandi, E. (2010) melaporkan bahwa tannin berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas enzim protease (tripsin). Ini berarti semakin tinggi kadar tanin dalam substrat akan menyebabkan aktivitas enzim protease semakin rendah dalam memecah protein menjadi asam amino. Melihat penurunan aktivitas enzim tripsin yang sangat signifikan maka pada kadar tanin yang lebih tinggi dari 8% kemungkinan besar aktivitas enzim tripsin akan berhenti. Ternak yang mengkonsumsi tanin tinggi akan menimbulkan berbagai problem akibat dari gangguan metabolisme protein, energi dan vitamin B komplek. Agar pakan dicerna dengan baik oleh rumen maka perlu dilakukan upaya penurunan kadar tanin yang terdapat pada kulit kopi (Ginting, 2005).

Hipotesis

Terdapat perbedaan kandungan tanin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada fermentasi kulit kopi dengan menggunakan jamur Aspergillus niger dan Trichoderma viride yang diduga dapat mengurangi lignin, selulosa, hemiselulosa dan tanin yang terkandung dalam limbah kulit buah kopi.

(25)

11 METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Desember sampai 14 Maret 2016. yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama proses fermentasi di Laboratorium Volarisasi Pakan dan Limbah, dan tahap kedua analisis kandungan Tanin, Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti rak fermentasi, baskom untuk tempat mengaduk limbah kulit buah kopi, timbangan, kantong plastik transparan, oven, timbangan elektrik, aluminium foil, kertas saring, pH meter, autoclove, cawan petri, oven, korek api, erlenmeyer, bunsen, borer, laminar air flow dan seperangkat alat dan zat untuk analisis tanin, selulosa, hemiselulosa dan lignin.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kulit buah kopi yang berasal dari Kab. Enrekang, mikroba Aspergillus niger dan Trichoderma viride, molases, air. Sedangkan bahan untuk pembuatan media Potato Destro Agar (PDA) adalah kentang, agar-agar, gula, aquades.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) (Gomez & Gomez 2010), yang terdiri dari 3 perlakuan (2 jenis jamur yang berbeda), dengan 5 kali ulangan sehingga terdapat 15 unit. Adapun perlakuannya sebagai berikut:

(26)

12 F0 = Fermentasi Tanpa Penambahan Inokulan

F1 = Fermentasi Dengan Trichoderma viride F2 = Fermentasi Dengan Aspergillus niger Lay Out Penelitian

F0.1 F0.2 F3.2

F2.2 F3.3 F2.3

F1.3 F1.2 F0.3

F3.1 F2.1 F1.1

Pelaksanaan Penelitian

Tahap I Persiapan Mikroba Trichoderma viride dan Aspergillus niger 1. Pembuatan Media Potato Destro Agar (PDA)

Kentang dicuci bersih lalu dipotong dadu, kemudian direbus hingga ekstra dari kentang keluar, kemudian air kentang dimasukkan kedalam labu erlenmeyer, setelah itu tambahkan agar-agar, gula, dan aquades kemudian media tersebut ditutup rapat lalu disterilkan dengan menggunakan autoclove dengan suhu 170°C selama + 1 jam setelah disterilkan media dituang kedalam cawan petri yang sudah steril. Kemudian di wropping agar tidak terkontaminasi lalu disimpan selama 3 hari untuk melihat apakah media yang dibuat tidak terkontaminasi.

2. Pemindahan Inokulan ke Media Potato Destro Agar (PDA)

Cara perbanyakan mikroba Trichoderma viride dan Aspergillus niger pada media PDA yang telah di inkubasi selama 3 hari yaitu:

a) Menyiapkan lampu bunsen/api spiritus, borer yang ujungnya dilengkungkan dan isolat Trichoderma viride dan Aspergillus niger.

(27)

13 b) Membuka cawan petri yang berisi media PDA, ambil borer, lewatkan

diatas api dan dinginkan.

c) Mengambil isolat Trichoderma viride dan Aspergillus niger menggunakan borer kemudian pindahkan ke cawan petri yang berisi media PDA sebanyak 1 borer.

d) Menutup cawan petri yang berisi media PDA, Inkubasi selama 1 minggu sampai miselium jamur tumbuh pada cawan tersebut.

3. Perbanyakan inokulan pada media organic (jagung giling dan beras).

Adapun cara perbanyakan mikroba Mikroba Trichoderma viride dan Aspergillus niger pada media PDA yang telah di inkubasi selama 3 hari yaitu :

a. Menyiapkan Media Organik atau media jagung sebanyak masing masing 100 gr dalam kantong plastik transparan.

b. Menyiapkan lampu bunsen/api spiritus, borer yang ujungnya dilengkungkan dan isolat Trichoderma viride dan Aspergillus niger.

c. Mengambil isolat Trichoderma viride dan Aspergillus niger menggunakan borer kemudian pindahkan ke media organik sebanyak 5 borer.

d. Menutup kembali media organik, inkubasi selama 1 minggu sampai jamur tumbuh pada media organik tersebut.

4. Aktivasi mikroba selulotik dengan menggunakan aerator.

Mencampurkan mikroba Trichoderma viride dan Aspergillus niger 3%, molasses 3% dan kadar air 70%, lalu semua bahan diaduk hingga tercampur merata kemuadian mengaktifkan mikroba dengan menggunakan aerator selama beberapa jam dan setelah itu siap diaplikasikan kelimbah kulit kopi yang akan difermentasi.

(28)

14 Tahap II fermentasi Limbah Kulit kopi dengan Mikroba Trichoderma viride dan Aspergillus niger

Limbah kulit kopi terlebih dahulu di keringkan di bawah Sinar matahari. Setelah itu limbah kulit kopi dibagi dalam 3 perlakuan yang masing-masing 2 kg perunit perlakuan fermentasi lalu disemprotkan dengan larutan inokulan mikroba Trichoderma viride dan Aspergillus niger yang telah diaktifkan menggunakan aerator selama waktu perlakuan yang telah ditentukan. Limbah kulit kopi yang telah difermentasi dikeringkan dalam oven dengan temperatur 600C selama 24 jam, sampel siap dianalisis Vansoest yaitu analisis lignin, selulosa, hemiselulosa, dan tanin.

(29)

15 Bagan isolasi Trichoderma viride, Aspergillus niger dan fermentasi Limbah

Kulit Buah Kopi:

Gambar 2. Prosedur Pembuatan Fermentasi Limbah Kulit Buah Kopi a. Parameter yang diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu tanin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin limbah kulit kopi yang difermentasi menggunakan jamur Trichoderma viride dan Aspergillus niger.

Inokulasi

Trichoderma viride dan Aspergillus niger

Perbanyakan Inokulan ke Media PDA

Perbanyakan Inokulan ke Bahan Organik (100g Jagung giling dan Beras )

Fermentasi Limbah Kulit Kopi dengan Trichoderma viride dan Aspergillus niger

Analisa Vansoest Pembuatan Media PDA

(Potato Destro Agar)

Aktivasi Trichoderma viride dan Aspergillus niger yang telah di tambahkan molases dan air menggunakan aerator selama 24 jam

(30)

16 1. Analisa Lignin, Selulosa dan Hemiselulasa

Untuk menentukan kadar lignin, selulosa dan hemiselulosa maka sampel terlebih dahulu ditentukan kadar ADF dan NDF (Van Soest, 1985).

Penentuan NDF (Neutral Detergen Fiber)

Menimbang 0,25 gram (a gram), lalu sampel tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi 50 ml, kemudian menambahkan larutan NDF, tabung kemudian ditutup rapat. Tabung kemudian dipanaskan selama 1 jam (sekali-kali dikocok). Setelah satu jam saring sampel ke sintred glass No.1 yang diketahui beratnya (b garm) sambil diisap dengan pompa vacuum Mencuci dengan air panas lebih kurang 100 ml (secukupnya) lalu cuci dengan kurang lebih 50 ml alcohol. Sampel kemudian diovenkan pada suhu 100 C selama 8jam, Lalu didinginkan dalam eksikator selama ½ jam kemudian timbang (c gram)

Perhitungan:

c-b

Kadar NDF = --- X 100% Berat sampel (a)

dimana :

a = berat sample bahan kering b = berat sintered glass kosong

c = berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan Penentuan ADF (Acid Detergent Fiber)

Menimbang sampel kurang lebih 0,3 gram kemudian masukkan kedalam tabung reaksi 50 ml (a gram) lalu menambahkan 40 ml larutan ADF kemudian tutup rapat tabung tersebut, lalu merebus tabung kedalam air mendidih selama 1 jam sambil sekali-kali dikocok. Saring dengan sintered glass No.1 yang telah

(31)

17 diketahui beratnya (b gram) sambil diisap dengan pompa vacuum. Cuci denganlebih kurang 100 ml air mendidih dan 50 ml alcohol.Kemudian diovenkan pada suhu 1000C selama 8 jam. Lalu didinginkan dalam eksikator lebih kurang ½ jam kemudian timbang (c gram).

Kadar ADF dihitung dengan menggunakan rumus: c-b

Kadar ADF = --- X 100% Berat sampel (a)

dimana :

a = berat sample bahan kering b = berat sintered glass kosong

c = berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan Penentuan Selulosa dan Lignin

Sintered glass yang berisi ADF diletakkan diatas petridisk lalu ditambahkan 20 ml H2SO4 72 %, Sekali-kali diaduk untuk memastikan bahwa serat terbasahi dengan H2SO4 72%, dibiarkan selama 2 jam, hisap dengan pompa vacuum sambil dibilas dengan air panas secukupnya, sampel kemudian diovenkan selama 8 jam pada suhu 100o C atau dibiarkan bermalam lalu didinginkan kedalam esikator kemudian timbang (d gram), kemudian dimasukkan kedalam tanur listrik atau dipanaskan hingga 500oC selama 2 jam, biarkan agak dingin kemudian dimasukkan kedalam eksikator selama ½ jam lalu ditimbang (e gram)

Perhitungan :

d –e

Kadar Lignin = --- X 100% Berat sampel (a)

(32)

18

% selulosa = % ADF - % Abu yang tak larut - lignin.

% hemiselulosa = % NDF - %ADF 2. Analisis tanin

Sampel ditimbang sebanyak 0,5gr, kemudian dilarutkan dengan menggunakan air panas pada labu ukur 25 ml dengan menghimpitkan sampel pada tanda garis. Pipet 0,5 ml larutan sampel dan tambahkan dengan 4,5 ml aquades hingga volume menjadi 5 ml, ukur menggunakan spektrofotometer. 5 ml larutan sampel tadi kemudian ditambahkan dengan larutan folin, 0,5 ml Na2CO3 jenuh. Kemudian didiamkan selama 30

menit, mengukur panjang gelombang maks. 680 nm, melakukan perlakuan yang sama pada perlakuan blankon, lalu membuat larutan standar 0.002, 0.004, 0.006 dan 0.008 mg/ml.

b. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 4 ulangan (Gomes & Gomes, 2010). Model matematikanya sebagai berikut :

Yij= μ + I + ϵij

Keteragan : Yij = Nilai pengamatan dengan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ= Rata-rata pengamatan

i= Pengaruh perlakuan ke-i (1,2 dan 3)

i= Perlakuan (1,2, 3) j= Ulangan (1,2,3,dan 4)

(33)

19 HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan pengaruh penggunaan jamur Trichoderma viride dan Aspergillus niger berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan tanin limbah kulit kopi dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel. 1. Rata-rata kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan tanin limbah kulit kopi yang difermentasi menggunakan jamur Trichoderma viride dan Aspergilus niger.

Parameter Perlakuan Rataan P0 P1 P2 Lignin (%) 23,18±0,86 24,24±1,27 23,77±2,29 23,73±1,54 Selulosa (%) 23,33±0,85 23,39±1,28 23,72±2,38 23,81±1,58 Hemiselulosa (%) 2,85±0,44 3,01±1,44 2,46±0,49 2,77±0,92 Tanin (%) 0,15±0,01 0,15±0,02 0,13±1,01 0,14±0,01 Keterangan : P0 (kontrol); P1 (Trichoderma viride) dan P2 (Aspergillus niger)

Lignin

Tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap kandungan lignin pada limbah kopi menunjukkan bahwa penambahan jamur Aspergillus niger dan Tricoderma viride tidak mampu mendegradasi kandungan lignin. Meskipun pendapat Murni, dkk (2008) menyatakan bahwa mikroorganisme dapat mendegradasi senyawa lignin sehingga meningkatkan daya cerna pakan, mikroorganisme yang ideal dalam biokonversi lignoselulosa menjadi pakan ternak adalah mikroorganisme yang mempunyai kemampuan besar dalam mendekomposisi lignin tetapi rendah daya degradasinya terhadap selulosa dan hemiselulosa, akan tetapi tidak

(34)

20 menyebutkan apakah jamur Aspergillus nigerr dan Tricoderma viride termasuk mikroba yang ideal dalam mendegradasi lignin.

Kandungan lignin tidak diharapkan karena lignin merupakan senyawa phenolic yang dapat mengikat selulosa sehingga ternak tidak dapat mencerna selulosa (Jung dan Deetz 1993). Semakin rendah kandungan Lignin semakin tinggi tingkat kecernaan zat makanan dan semakin positif peluang untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan. Namun pada penelitian ini rataan kandungan lignin lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Astuti (2015) dimana rataan kandungan lignin sebesar 13.92%. Rataan nilai lignin dari kedua penelitian tersebut cukup tinggi dan melebihi dari batas maksimal lignin yang dapat ditolerasi oleh ternak yaitu sebesar 7% (Goering dan Vansoest,1970).

Selulosa

Tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap kandungan selulosa pada limbah kopi cenderung menunjukkan bahwa penambahan jamur Aspergillus niger dan Tricoderma viride tidak mampu mendegradasi kandungan selulosa. Hal ini disebabkan karena tingginya kandungan lignin pada perlakuan Aspergillus niger dan Tricoderma viride. Selulosa dan hemiselulosa pada lignoselulosa tidak dapat dihidrolisis oleh enzim selulase dan hemiselulase kecuali lignin yang ada pada substrat dilarutkan, dihilangkan atau dikembangkan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nelson dan Suparjo (2011), bahwa degradasi lignin akan membuka akses untuk perombakan selulosa dan hemiselulosa.

Kandungan selulosa sangat dipengaruhi oleh kandungan ADF suatu bahan. Semakin tinggi kandungan ADF maka akan menyebabkan semakin tinggi pula

(35)

21 kandungan selulosa. Rataan kandungan selulosa pada penelitian ini adalah 23.81%. Hal ini mendekati hasil penelitian Imsya dan Palupi (2008) bahwa kandungan pelepah sawit yang difermentasi menggunakan media substrat cair dengan kandungan selulosa yaitu sebesar 23.21%.

Hemiselulosa

Tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap kandungan hemiselulosa pada limbah kopi cenderung menunjukkan bahwa penambahan jamur Aspergillus niger dan Tricoderma viride tidak mampu mendegradasi kandungan hemiselulosa. Hal ini diduga karena Selulosa tidak terdegradasi dengan baik. Selulosa menjadi sumber karbon penting untuk mendorong terbentuknya enzim-enzim pendegradasi hemiselulosa oleh jamur. Struktur ikatan hemiselulosa dan lignin pada lignoselulosa terbentuk secara kovalen dan melapisi selulosa. Struktur ini harus dimodifikasi dengan menghilangkan lignin untuk menghasilkan hidrolisis selulosa dan hemiselulosa lebih efisien (Hamelinck et al., 2005)

Hemiselulosa merupakan kelompok polisakarida dengan berat molekul yang rendah, jumlah hemiselulosa biasanya antara 15 sampai 30 persen dari berat kering lignoselulosa (Taherzadeh, 1999). Oleh karna itu dengan semakin lama penyimpanan, kandungan hemiselulosa akan akan semakin banyak tergedradasi oleh mikroorganisme yang dalam proses fermentasi tersebut sehingga menyebabkan kandungan selulosa semakin rendah ditambah lagi kondisi tingkat pendegradasian hemiselulosa lebih mudah dibanding dengan selulosa. Rataan Kandungan hemiselulosa pada penelitian ini 2.77% lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Astuti (2015) dimana rataan kandungan hemiselulosa yang difermentasi selama 14 hari adalah 8.11%.

(36)

22 Tanin

Dari rataan tersebut diketahui bahwa fermentasi dengan penambahan jamur Aspergillus niger menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan fermentasi tanpa perlakuan dan penambahan jamur Tricoderma viride. Hal ini disebabkan karena Aspergillus niger dapat menghasilkan enzim tonase yang dapat melarutkan senyawa tanin. Hal ini seseuai dengan pendapat Winarno (1983) yang menyatakan bahwa enzim tonase yang dihasilkan Aspergillus niger dapat melarutkan senyawa tanin yang tidak larut menjadi asam galat dan glukosa yang mudah larut.

Dalam penelitian ini, limbah kulir kopi memiliki kandungan tanin dengan rataan 0.14%, sementara batas penggunaan tanin dalam ransum adalah 0.33% (Widodo, 2002) sehinggan limbah kulit kopi yang difermentasi menggunakan jamur Aspergillus niger dan Tricoderma viride layak untuk dijadikan sebagai pakan ternak.

(37)

23 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa penambahan Tricoderna viride dan Aspergillus niger tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan tanin limbah kulit kopi yang telah difermentasi selama 14 hari.

Saran

Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi limbah kulit kopi yang telah difermentasi dengan Trichoderma viride dan Aspergillus niger yang spesifik untuk dijadikan sebagai pakan ternak yang berkualitas.

(38)

24 DAFTAR PUSTAKA

Astuti, T. 2015. Pengaruh Fermentasi pelepah sawit dengan mikroorganisme lokal limbah ternak terhadap kandungan fraksi serat pakan ternak ruminansia. Program studi peternakan, fakultas Pertanian, universitas muara bungo:218-223.

Bressani, R. (1979). Potential uses of coffee berry by products. p. 17-24. In: J.E. Braham & R. Bressani. Coffee Pulp, Composition, Technology and Utilization. International Development Research Centre, Ottawa.. Ginting.P. 2005. Sistem Pengolahan Lingkungan Dan Limbah Industri. Yarma

Widya. Bandung.

Gomez dan Gomez. 2010. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta.

Gray, 1970. Kecemaan Nutrien Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Difermentasi Aspergillus nigerdan Pengaruhnya Terhadap Performan Ayam Broiler. JPPT. 31(2): 124-128.

Goering HK, Van Soest PJ. 1970 . Forege fiber analisys . Agricultural Hand Book379. USA: Agricultural Research Sevice.

Hamelinck, C.N., G. van Hooijdonk, and A.P.C. Faaij. 2005. Ethanol from lignocellulosic biomass: Techno-economic performance inshort-, midle- and long-term. Biomass and Bioenergy 28: 384−410.

Imsya A dan Rizky Palupi. 2008. Pengaruh dosis starter fermentasi cair terhadap kandungan lignin, selulosa dan hemiselulosa pelepah sawit. Majalah Ilmiah Sriwijaya. Vol 13 (5): 292-297.

Ismayadi, C.; T. Wahyudi; A. Pratiwi & D. Mangunwidjaja (1997). Kajian awal pemanfaatan kulit buah kopi untuk pembuatan minuman cider. Pelita Perkebunan, 13, 40-50.

Jung HG, Deetz DA.1993. Cell wall lignification and degradability. American Society of Agronomi: 315-346.

Kusnandar, F. 2010. Mengenal Serat Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB. http://itp.fateta.ipb.ac.id/ Diakses tanggal 25 November 2015.

Lynd L.R., P.J. Weimer, W.H. van Zyl WH and I.S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulose Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 66(3):506-577.

(39)

25 Mandels, M. 1982. Applications of cellulases. Biochemical Society Transactions.

13: 414-416.

Mastika, I M.1991. Potensi limbah pertanian dan industri pertanian serta pemanfatannya untuk makan temak. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Ilmu Makanan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.

Murni, R, Suparjo, Akmal, dan B.L.Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan universitas Jambi.

Nelson dan Suparjo, 2011. Penentuan lama fermentasi kulit buah kakao dengan phanerochaete chrysosporium: evaluasi kualitas nutrisi secara kimiawi AGRINAK. Vol . 01

Passaribu, T. 2007. Produk Fermentasi Limbah Pertanian Sebagai Bahan Pakan Unggas Diindonesia. Jurnal. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Prawirodigdo, S., Tati Herawati, dan B.Utomo. 2005. Pemanfaatan kulit kopi sebagai komponen pakan seimbang untuk penggemukan ternak domba. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner , halaman: 438-444 (I.W. Mathius, S. Bahri, Tarmudji, L.H. Prasetyo, e. Triwulaningsih, B. Tiesnamurti, I. Sendow, dan Suhardono, Editor). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Purwadaria, T., T. Haryati, J. Dharma, I.P. Kompiang, dan A.P . Sinurat. 1994 . Pengembangan pembuatan inokulum Aspergillus niger untuk fermentasi cassapro . Proc. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan, Balimak, Bogor.

Raharjo B. 2013. ”Analisis Penentu Ekspor Kopi Indonesia”. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis.Vol 1, No. 1: Semester Ganjil 2012/2013.Universitas Brawijaya. Malang.

Sapienza, D.A. and K.K. Bolsen. 1993. Teknologi Silase (Penanaman, Pembuatan dan Pemberiannya pada Ternak). Diterjemahkan oleh: Martoyondo Rini, B.S.

Sindu, A. 2009. Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong, Kulit Pisang Dan Kulit Kentang Sebagai Bahan Pakan Ternak Melalui Teknik Fermentasi. Jurnal. Penelitian Dipusat Teknologi Produksi Pertanian. Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

(40)

26 Suparjo. 2008. Degradasi Komponen Lignoselulosa oleh Kapang Pelapuk Putih. Jajo 66.Wordpress.com. 2000. Analisis Secara Kimiawi. Fakultas Peternakan. Jambi.

Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNESA Pres.

Taherzadeh, M. J., 1999. “Etthanol from Lignocellulose: Physiological Effects of Inhibitors and Fermentation Strategies.

Tandi, E. J. 2010. Pengaruh Tanin Terhadap Aktivitas Enzim Protease.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Makasar.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo.. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Van Soest, P.J. 1985. Definition of Fibre in Animal Feeds. In : Cole, D.J.A. and W. Hersign (Ed.). Recent Advances in Animal Nutrion. Butterworths. London. Cornell University. Ithaca, New York.

Widodo, wahyu. 2002. Nutrisi Dan Pakan Kontekstual. http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2010/01/NUTRISI_DAN_PAK AN_UNGGAS_KONTEKSTUAL.PDF (diakses 7 April 2016).

Widyotomo Sukrisno, (2012) Potensi Dan Teknologi Diversifikasi Limbah Kopi Menjadi Produk Bermutu Dan Bernilai Tambah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia Penelitian Kopi dan Kakao 1 (1) 2013, 63,68.

Widyotomo, S. 2010. Evaluasi Kinerja Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi Basah Tipe Silinder Horisontal. Jurnal Enjiniring Pertanian, 8, 27-38.

Winarno, F.G. dan B. S. I. Jenie, 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya. Ghalia Indonesia, Jakarta.

(41)

27

(42)

28 Lampiran I . Hasil analisis sidik ragam

LIGNIN Ulangan Perlakuan K T A 1 22.60 22.18 27.28 2 23.53 24.58 21.02 3 24.38 24.02 22.94 4 23.22 24.83 24.24 5 22.15 25.55 23.25 Total 115.88 121.16 118.83 355.81 a. Faktor Koreksi (FK) FK =

15 4569 . 126643 5 3 87 , 355 , 2   

x rxt Yu t 8442.897172 b. Jumlah Kuadrat JK total Jkt = ∑ krj2 – FK ∑ (22.60)2 + (23.53)2 + (24.38)2 + (23.22)2 + (22.15)2 + (22.18)2 + (24.58)2 + (24.02)2 + (24.83)2 + (25.55)2 + (27.28)2 + (21.02)2 + (22.94)2 + (24.24)2 + (23.35)2 – 8442.897172 = 510.76 + 553.6609 + 594.3844 + 539.1684 + 490.6225 + 491.9524 + 604.1764 + 576.9604 + 616.5289 + 652.8025 + 744.1984 + 441.8404 + 526.2436 + 587.5776 + 545.2225 – 8442.897172 – 8442.897172 = 8476.0993 – 8442.897172 = 33.202173 Jkp

5 12 2 2 2 A T k r FK k     

 

 

FK     5 83 . 118 16 . 121 88 . 115 2 2 2 FK     5 5689 . 14120 7456 . 14679 1744 . 13428

(43)

29 897172 . 8442 5 4889 . 42228  800653 . 2 897172 . 8442 69778 . 8445   

Jk sisa = Jk Total – Jk Perlakuan = 33,202173 – 2.800653 = 30.40152 2 80 . 2  DBP JKP 4 , 1  12 40 . 30  JKS 53 , 2  KTS KTP Fnitung  53 , 2 4 , 1  55 , 0  SK DB JK KT F hitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 2,8 1,4 0,55 3,88 6,93 Sisa 12 30.40 2,53 Total 14 33.20

(44)

30 SELULOSA Ulangan Perlakuan K T A 1 22.78 22.32 27.44 2 23.67 24.74 21.16 3 24.51 24.18 23.10 4 23.37 24.98 24.39 5 22.30 25.69 22.49 Total 116.63 121.91 118.58 357.12 a. Faktor Koreksi (FK) FK =

15 6944 . 534 . 127 5 3 12 . 355 , 2   

x rxt Yu t 31296 . 8502  b. Jumlah Kuadrat JK total Jkt = ∑ krj2 – FK ∑ (22.78)2 + (23.67)2 + (24.51)2 + (23.37)2 + (22.15)2 + (22.30)2 + (22.32)2 + (24.74)2 + (24.18)2 + (24.98)2 + (25.69)2 + (27.44)2 + (21.16)2 + (23.10)2 + (24.39)2 + (22.49)2 – 8502.31296 = 518,9284 + 560,2689 + 600,7401 + 546,1569 + 497,29 + 498,1824 + 612,0676 + 584,6724 + 624,0004 + 659,9761 + 752,9536 + 447.7456 + 533.61 + 5948721 + 505,8001 –8502.32196 = 8537.264 – 8502.31296 = 34.95104 Jkp

k T A

FK r FK k      

5 12 2 2 2

 

 

FK     5 58 . 118 91 . 121 63 . 116 2 2 2 FK     5 2164 , 14061 0481 , 14862 5569 , 13602 31296 . 8502 5 0214 , 525 , 42

(45)

31 85132 , 2 31296 . 8502 16428 . 8505   

Jk sisa = Jk Total – Jk Perlakuan = 34,95104 – 2.85192 = 32,09912 KTS KTP Fhitung DBS JKS DBP JKP      67 , 2 12 09 , 32 425 , 1 2 85 . 2 67 , 2 42 , 1  53 , 0  SK DB JK KT F hitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 2,85 1,42 0,53 3,88 6,93 Sisa 12 32,09 2,67 Total 14 34,95

(46)

32 Hemiselulosa Ulangan Perlakuan K T A 1 2.19 4.42 1.44 2 2.86 3.59 2.61 3 2.99 4.09 3.37 4 3.40 1.48 2.42 5 2.77 1.43 2.43 Total 14.21 15.01 12.27 41.49 a. Faktor Koreksi (FK) FK =

15 4201 . 1721 5 3 49 . 41 , 2   

x rxt Yu t 76134 , 114  b. Jumlah Kuadrat JK total Jkt = ∑ krj2 – FK ∑ (2.19)2 + (2.86)2 + (2.99)2 + (3.40)2 + (2.77)2 + (4.42)2+ (3.59)2 + (4.09)2 + (1.48)2 + (1.43)2 + (1.44)2 + (2.61)2 + (3.37)2 + (2.42)2 + (2.43)2– 114,76134 = 4.7961 + 8.1796 + 8.9401 + 11.56 + 7.6729 + 19.5364+ 12.8881 + 16.7281 + 2.1904 + 2.0449 + 2.0736 + 6.8121 + 11.3569 + 5.8564+ 5.9049 – 114,76134 = 126.5405 – 114,76134 = 11.77916 Jkp

k T A

FK r FK k      

5 12 2 2 2

 

 

76134 , 114 5 27 . 12 01 . 15 21 . 14 2 2 2     76134 , 114 5 5529 . 150 3001 . 225 9241 . 201    76134 , 114 5 7771 . 5771

(47)

33 76134 , 114 79408 , 0 55542 . 115

Jk sisa = Jk Total – Jk Perlakuan = 11.77916 – 0,79408 = 10.98508 KTS KTP Fhitung DBS JKS DBP JKP      915 , 0 12 98 , 10 395 , 0 2 79 , 0 915 , 0 395 , 0  43 , 0  SK DB JK KT F hitung F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,79 0,395 0,43 3,88 6,93 Sisa 12 10,98 0,915 Total 14 11,77

(48)

34 TANIN Ulangan Perlakuan K T A 1 0.14 0.14 0.13 2 0.14 0.16 0.13 3 0.14 0.15 0.13 4 0.15 0.14 0.11 5 0.15 0.12 0.14 Total 0.72 0.71 0.64 2.07 a. Faktor Koreksi (FK) FK =

15 0849 . 4 5 3 07 . 2 , 2 2   

x rxt Yu t 28566 . 0  b. Jumlah Kuadrat JK total Jkt = ∑ krj2 – FK ∑ (0.14)2 + (0.14)2 + (0.14)2 + (0.15)2 + (0.15)2 + (0.14)2+ (0.16)2 + (0.15)2 + (0.14)2 + (0.12)2 + (0.13)2 + (0.13)2 + (0.13)2 + (0.11)2 + (0.14)2– 0.28566 = 0.0196 + 0.0196 + 0.0196 + 0.0225 + 0.0225 + 0.0196 + 0.0256 + 0.6225 + 0.0196 + 0.0144 + 0.0169 + 0.0169 + 0.0169 +0.0121 + 0.196 –0.128566 = 0.2879 – 0.28566 = 0.00224 Jkp

k T A

FK r FK k      

5 12 2 2 2

 

 

28566 , 0 5 64 , 0 71 , 0 72 , 0 2  2  2  28566 , 0 5 4096 , 0 5041 , 0 5184 , 0    28566 , 0 5 4321 . 1

(49)

35 00076 , 0 28566 , 0 28642 , 0   

Jk sisa = Jk Total – Jk Perlakuan = 0,00224 – 0,00076 = 0,000148 KTS KTP Fhitung DBS JKS DBP JKP      00012 , 0 12 00148 , 0 00038 , 0 2 00076 , 0 00012 , 0 00038 , 0  16667 . 3  SK DB JK KT F hitung F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,00076 0,00038 3.16667 3,88 6,93 Sisa 12 0,00148 0,00012 Total 14 0,00224

(50)

36 Lampiran II. DokumentasiKegiatanPenelitian

Proses Penjemuran Limbah Kulit Kopi

Menghomogenkan Limbah Kulit Kopi

(51)

37 Aktivasi Jamur Aspergillus niger dan Trichoderma viride selama 24 jam

Penambahan Jamur Aspergillus niger dan Trichoderma viride pada Limbah Kulit Kopi

(52)

38 Proses pengambilan sampel untuk Analisis Proksimat dan Vansoest

(53)
(54)

Gambar

Gambar 2. Prosedur Pembuatan Fermentasi Limbah Kulit Buah Kopi a.  Parameter yang diamati

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan desain cetakan dan kemasan gula kelapa, diantaranya mendesain cetakan dari alumunium dengan bentuk

Skripsi berjudul: Analisis Nilai Tambah dan Pengembangan Produk Olahan Kopi di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember, telah diuji dan disahkan oleh

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan sistem Waralaba dalam hukum Islam dalam kaidah Fiqih dikatakan bahwa pada dasarnya semua bentuk

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain Treatment by Subject. Sampel penelitian adalah atlet putra KU III atau berusia 11-13 tahun klub Spectrum

❖ Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya. ❖ Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam

Karbomer dan HPMC digabungkan untuk beberapa tujuan yaitu untuk menutupi kekurangan dari karbomer di mana jika terlalu tinggi konsentrasi karbomer maka gel baru

(dalam Crow & Crow, 1983) iaitu guru yang efektif ialah guru-guru yang mempunyai sifat-sifat seperti pengetahuan yang mendalam dalam mata pelajaran yang diajarnya,

Soekarno Hatta, Kota Probolinggo maka dapat menurunkan pendapatan sebesar 0,013 juta rupiah, akan tetapi karena variabel lama usaha dinyatakan tidak berpengaruh terhadap