• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)Jurnal Sains Teknologi Akuakultur (2018) 2 (1): 1-11 ISSN 2599-1701. Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Renaldo Syaputra*, Limin Santoso, dan Tarsim Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145 * Coresponding author: [email protected]. Abstrack Renaldo Syaputra, Limin Santoso, and Tarsim. 2018. The Effect of Addition (Gliricidia Sepium) Meal on Feed of Survival Rate and Growth of Gouramy (Osphronemus gouramy). Jurnal Sains Teknologi Akuakultur, 2(1) : 1-11. Gouramy is one of fresh water fish that Indonesian people most like Increasing feed price lead to problem of gouramy cultivation activities, so to reduce the cost of feed is necessary to find alternative raw materials. One of them by using Gliricidia sepium as raw material. Gliricidia sepium have contribution to supply material and energy for growth. The study aims to determine the effect of addition Gliricidia sepium on feed of survival rate and growth of gouramy (Osphronemus gouramy). This study was use Completely Random Design with 4 treatments and 3 replicants, which were A (0%), B(5%), C(10%), and D(15%). The result of this study showed that feeding with addition of Gliricidia sepium meal was not give significant result to survival rate and growth of (Osphronemus gouramy) with best of survival rate on treatment C was 94,45% and best weight growth on treatment C was 1,13g. Keywords: Feed; Gliricidia sepium; Gouramy; Growth; Survival rate. Abstrak Renaldo Syaputra, Limin Santoso, dan Tarsim. 2018. Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Jurnal Sains Teknologi Akuakultur, 2(1) : 1-11. Ikan gurami menjadi salah satu ikan air tawar yang paling di minati masyarakat Indonesia. Harga pakan yang semakin meningkat mengakibatkan permasalahan dalam kegiatan budidaya ikan gurami, maka untuk menekan biaya pakan perlu dicari bahan baku pakan alternatif. Salah satunya dengan memanfaatkan daun gamal sebagai bahan baku pakan. Daun gamal memiliki komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan energi untuk pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun gamal (Gliricidia sepium) pada pakan buatan terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu A (0 %), B (5 %.), C (10 %) dan D (15 %). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova. Pemberian pakan sebanyak dua kali sehari dengan feeding rate 5% selama 60 hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan tepung daun gamal (Gliricidia sepium) tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan Gurami (Oshpronemus gouramy) dengan sintasan terbaik pada perlakuan C yaitu sebesar 94,45 % dan dengan pertumbuhan terbaik pada perlakuan C yaitu sebesar 1,13 g. Kata kunci: Daun gamal; Ikan Gurami; Pakan Buatan; Pertumbuhan; Sintasan. Pendahuluan Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Ikan gurami menjadi salah satu ikan air tawar yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, sehingga ikan gurami memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan. Harga jual gurami lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, sehingga secara ekonomi relatif lebih menguntungkan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan gurami biasanya terjadi pada masa pembenihan dan pendederan. Salah satunya yaitu ketersediaan pakan. Pakan yang digunakan dalam kegiatan budidaya mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan energi untuk pertumbuhan adalah protein, © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018 1.

(2) Jurnal Sains Teknologi Akuakultur, Vol. 2 No. 1, April 2018: 1-11. karbohidrat, dan lemak. Tepung kedelai merupakan bahan baku utama sebagai sumber protein nabati di dalam pakan. Hal tersebut dikarenakan tepung kedelai memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 35-40% (Dedin et al., 2014), akan tetapi harga tepung kedelai terus meningkat di pasaran mengakibatkan harga pakan ikan juga terus meningkat. Ikan gurami membutuhkan nutrisi yang tepat agar kelangsungan hidupnya tidak terganggu dan kebutuhan nutrisi pada ikan gurami dapat dipenuhi dengan adanya pakan. Salah satu bahan baku alternatif dalam pembuatan pakan tersebut adalah tepung daun gamal yang jumlahnya cukup banyak di lingkungan sekitar kita. Kebutuhan nutrisi pada ikan gurami menjadi acuan dalam proses penyusunan formulasi pakan. Ikan gurami membutuhkan protein 43,29% untuk ukuran 0,15-0,18 g/ekor. Sedangkan pada ikan Gurami yang berukuran 27-35 g/ekor dibutuhkan kadar protein 32,14% (Mokoginta et al, 1994). Kandungan nutrisi daun gamal diharapkan dapat dimanfaatkan pada pakan ikan gurami. Saat ini pengaruh penambahan tepung daun gamal pada pakan terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan gurami belum diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan tepung daun gamal pada pakan buatan terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan gurami (Oshpronemus gouramy). Materi dan Metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2017 di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung.Sedangkan uji kecernaan pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan bahan Alat yang digunakan selama penelitian meliputi bak penampungan berukuran 200 x 100 x 100 cm, akuarium berukuran 50 x 40 x 40 cm, mesin pencetak pakan, oven, instalasi aerasi, timbangan digital, blower, thermometer, DO meter, kertas pH, botol sampel, plastic, scoop net, penggaris dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan selama penelitian adalah ikan gurami ukuran 5-7 cm, tepung daun gamal, tepung ikan, tepung jagung, tepung kedelai, tepung pollard, minyak jagung, minyak ikan, premix, tepung terigu dan (sebagai bahan indikator). Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dibagi ke dalam empat perlakuan dan masing-masing terdiri dari tiga kali ulangan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: Perlakuan A : Penambahan tepung daun gamal 0% Perlakuan B : Penambahan tepung daun gamal 5% Perlakuan C : Penambahan tepung daun gamal 10% Perlakuan D : Penambahan tepung daun gamal 15% Prosedur Penelitian Pembuatan Tepung Daun Gamal Pembuatan tepung daun gamal dilakukan dengan mengumpulkan daun gamal di sekitar wilayah Provinsi Lampung. Daun gamal dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60OC selama 6-10 jam. Daun yang sudah kering digiling menjadi tepung dan dianalisa kadar proteinnya. Pembuatan Pakan Uji Tahap pembuatan pakan uji dilakukan dengan menimbang bahan baku tepung daun gamal, tepung ikan, tepung jagung, tepung kedelai, minyak ikan, minyak jagung, premix dan Chromium oxide sebagai bahan indikator sesuai dengan formulasi perlakuan dan dicampur hingga homogen. Pakan dicetak dengan menggunakan mesin pencetak pelet dan dikeringkan dengan cara dijemur selama dua hari. Kondisi pelet yang sudah benar-benar kering dibentuk sesuai. 2. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018.

(3) Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) (Renaldo Syaputra et al.). dengan bukaan mulut ikan gurami. Untuk mengetahui kandungan nutrisi pakan uji, dilakukan analisis uji proksimat. Persiapan Media Pemeliharaan Persiapan media atau wadah pemeliharaan dilakukan dengan menyiapkan akuarium yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Akuarium diisi dengan air sebanyak 25 liter dan dibiarkan selama 24 jam. Wadah pemeliharaan diletakkan pada tempat yang telah ditentukan serta dilengkapi dengan instalasi aerasi. Ikan uji berukuran 5-7 cm diaklimatisasi selama 3-5 hari dalam wadah pemeliharaan. Pelaksanaan Penelitian Benih ikan gurami dimasukkan ke dalam akuarium dengan kepadatan 12 ekor/akuarium. Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari dengan pemberian pakan sebanyak 5% dari bobot tubuh dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari. Selama masa pemeliharaan dilakukan sampling setiap 10 hari sekali untuk mengukur pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurami. Pengambilan sampel feses dengan cara disipon dilakukan pada hari ke-8 dan sampel dimasukkan ke dalam botol film untuk dianalisis tingkat kecernaannnya. Pengamatan Kecernaan Protein dan Kecernaan Total Nilai kecernaan protein dan kecernaan total dihitung berdasarkan persamaan Takeuchi (1982): Kecernaan Protein (%) = 100-(100 x a/a’ x b’/b) Kecernaan Total (%) = 100-(100 x a/a’) Keterangan : a =% dalam pakan (%) a’ = % dalam feses (%) b = % nutrien (protein) dalam pakan (%) b’ = % nutrien (protein) dalam feses (%) Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Jumlah konsumsi pakan (JKP) ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan pada ikan uji setiap hari selama percobaan dilakukan. Pada akhir percobaan, pakan yang telah diberikan dikurangi sisa pakan yang diambil dari wadah pemeliharaan karena tidak dimakan ikan dan telah dikeringkan. JKP dihitung dengan rumus: JKP = Jumlah Pakan yang diberikan – Jumlah Sisa Pakan Sintasan Sintasan atau survival rate (SR) merupakan nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir pemeliharaan dengan jumlah organisme awal saat penebaran yang dinyatakan dalam bentuk persen. Sintasan dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Effendi (1997) yaitu:. Keterangan : SR = Sintasan (%) Nt = Jumlah ikan Akhir (ekor) No = Jumlah ikan awal (ekor) Pertumbuhan Berat Mutlak Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir dan awal pemeliharaan. Pertumbuhan berat mutlak dapat dihitung dengan menggunakan rumus Effendi (1997): Wm = Wt - Wo. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018. 3.

(4) Jurnal Sains Teknologi Akuakultur, Vol. 2 No. 1, April 2018: 1-11. Keterangan : Wm = Pertumbuhan berat mutlak (g) Wt = Berat rata-rata akhir (g) Wo = Berat rata-rata awal (g) Pertumbuhan Berat Harian Average Dailly Gain (ADG) adalah rata-rata kecepatan pertambahan berat badan harian yang diperoleh dengan berat akhir dikurangi berat awal kemudian dibagi lama pemeliharaan Keterangan : ADG = Pertumbuhan berat harian (g/hari) Wt = Berat rata-rata akhir (g) Wo = Berat rata-rata awal (g) t = Lama Pemeliharaan (hari) Feed Convertion Ratio (FCR) Feed Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan (Mudjiman, 1984).. antara. jumlah. pakan. Keterangan : FCR = Nilai Konversi pakan Wt = Berat rata-rata ikan akhir (g) Wo = Berat rata-rata ikan awal (g) Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi pH, Suhu, Oksigen terlarut, Amoniak (NH3) dan diukur pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Analisis Data Pengaruh perlakuan terhadap parameter pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Anova). Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dengan selang kepercayaan 95% (Steel and Torrie, 2001). Hasil dan Pembahasan Tingkat Kecernaan Pada penelitian ini tingkat kecernaan dibagi menjadi dua yaitu tingkat kecernaan total dan tingkat kecernaan protein. Nilai kecernaan total pada ikan gurami selama penelitian dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut adalah sebagai berikut: pakan uji A (66,03%), pakan uji C (61,59%), pakan uji B ( 61,11%) dan pakan uji D (59,79%). Berdasarkan uji statistik pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pakan uji A berbeda nyata dengan pakan uji B, C dan D. Sedangkan pakan uji B, C dan D tidak berbeda nyata. Histogram kecernaan total dapat dilihat pada Gambar 1.. Gambar 1. Kecernaan Total. 4. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018.

(5) Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) (Renaldo Syaputra et al.). Tingkat kecernaan total yang tertinggi terdapat pada pakan uji A (66,03%). Menurut Wooton et al. (1980) semakin besar ukuran ikan, maka kecernaan komponen serat pakan uji semakin baik. Selain faktor ukuran ikan, nilai kecernaan dipengaruhi oleh komposisi pakan, jumlah konsumsi pakan, status fisiologi serta faktor teknis dalam pengumpulan feses. Komposisi pakan pada pakan uji A tidak mengandung tepung daun gamal, sedangkan pada tepung uji B, C dan D mengandung tepung daun gamal. Menurut Hepher (1988) pakan yang berasal dari bahan nabati umumnya sulit untuk dicerna oleh ikan dibanding bahan hewani. Menurut Phromkunthong et al. (2002), sebagian besar bahan-bahan nabati yang mengandung serat sulit dicerna oleh ikan sehingga pakan tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Nilai kecernaan protein pada ikan gurami selama penelitian dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah sebagai berikut: pakan uji C (85,73%), pakan uji A (85,61%), pakan uji B ( 84,72%) dan pakan uji D (81,72%). Berdasarkan uji statistik pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pakan uji D berbeda nyata dengan pakan uji A, B dan C, sedangkan pakan uji A, B dan C tidak berbeda nyata. Histogram kecernaan protein dapat dilihat pada Gambar 2.. Gambar 2. Kecernaan Protein Gambar 2 menunjukkan bahwa persentase kecernaan protein meningkat pada pakan uji C (proporsi tepung daun gamal 10%) sebesar 85,73% dan menurun kembali pada pakan uji D (proporsi tepung daun gamal 15%) sebesar 81,72%. Dari data tersebut dapat diperkirakan kandungan tepung daun gamal sebesar 10% pada pakan dapat menghasilkan kecernaan protein yang cukup optimal. Menurut Maynard et al. (1979) kecernaan adalah bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses. Affandi et al. (2009) menyatakan bahwa dalam suatu proses pencernaan selalu ada bagian makanan yang tidak dapat dicerna dan dikeluarkan dalam bentuk feses. Kemampuan ikan dalam mencerna suatu jenis pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat kimia air, suhu air, jenis pakan, ukuran tubuh ikan dan umur ikan, kandungan nutrisi pakan, frekuensi pemberian pakan serta jumlah dan macam enzim pencernaan yang terdapat dalam saluran pencernaan pakan (NRC, 1983). Pada setiap pakan uji dihasilkan kandungan nutrisi yang berbeda yang dapat dilihat pada hasil uji proksimat (Tabel 1). Kandungan nutrisi pakan uji C memiliki kandungan protein sebesar 28,66%, cukup optimal dengan menghasilkan kecernaan protein pakan sebesar 86,07%. Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Pakan Perlakuan Analisis (%) Kadar Air Protein Lemak Kadar Abu Serat Kasar Karbohidrat. A 3,09 27,59 6,64 12,65 2,75 47,26. Pakan Uji B 3,01 27,99 6,14 13,46 4,00 45,37. C 2,85 28,66 6,45 12,50 3,35 46,16. D 2,75 29,39 6,39 13,36 4,16 43,92. Serat kasar akan berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein. Serat kasar yang tinggi menyebabkan jumlah eksresi lebih besar, sehingga menyebabkan semakin berkurangnya jumlah protein yang dapat dicerna (Cho et al., 1985). Dari hasil uji proksimat pakan dapat diketahui persentase serat kasar pada setiap pakan perlakuan tidak berbeda jauh, namun serat kasar dengan persentase 2,75-4,00% diduga nilai optimum untuk menunjang kecernana protein yang baik terbukti pada hasil uji kecernaan protein pada Gambar 2.. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018. 5.

(6) Jurnal Sains Teknologi Akuakultur, Vol. 2 No. 1, April 2018: 1-11. Penurunan nilai kecernana protein diduga karena dosis penambahan tepung daun gamal yang terlalu banyak pada komposisi pakan. Pakan D (pakan yang mengandung dosis 15% penambahan tepung daun gamal) merupakan pakan dengan dosisi tepung daun gamal tertinggi. Tepung daun gamal merupakan tepung yang berasal dari bahan nabati (berasal dari tumbuh tumbuhan). Pada tepung daun gamal mengandung zat anti nutrisi yakni mimosin dan tanin sehingga dapat mempengaruhi nilai kecernaan pakan ikan. Menurut Robinson (1991), tanin dapat menimbulkan implikasi, karena tanin dapat bergabung dengan protein dan membentuk ikatan kompleks. Ikatan kompleks yang terbentuk tidak dapat diserap di dinding usus, akibatnya protein dari makanan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Kelemahan daun gamal sebagai pakan ikan yaitu mengandung zat beracun diantaranya HCN (Hydro Cyanic Acid) dan sering disebut juga Prusic Acid atau asam sianida. Kandungan HCN dalam gamal tergolong rendah 4 mg/kg, dibanding umbi singkong/ketela pohon yang dapat mencapai 50-100 mg/kg, namun hal ini perlu diwaspadai. Padadaun gamal juga terdapat zat anti nutrisi seperti tanin walaupun dalam konsentrasi yang cukup rendah (BPTU, 2008). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan penurunan nilai kecernaan protein yang terjadi pada pakan uji D disebabkan karena semakin banyak penggunaan daun gamal maka zat anti nutrisi akan semakin tinggi, dikatakan bahwa zat anti nutrisi pada daun gamal dapat mempengaruhi kecernaan ptotein, pada penelitian ini diketahui dosis penambahan tepung daun gamal yang optimum untuk kecernaan protein yaitu pada pakan perlakuan A, B dan C. Pertumbuhan Berat Mutlak dan Berat Harian Pertumbuhan berat mutlak pada ikan gurami selama masa penelitian adalah sebagai berikut: pakan uji A 0,90 g, pakan uji B 0,90 g, pakan uji C 1,13 g dan pakan uji D 1,09 g. Berdasarkan hasil uji statistik pertumbuhan berat mutlak pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pada setiap pakan uji tidak berpengaruh nyata. Histogram pertumbuhan berat mutlak benih ikan Gurami dapat dilihat pada Gambar 3.. Gambar 3. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Gurami Histogram berat mutlak ikan gurami berbanding lurus dengan pertumbuhan berat harian ikan gurami. Pertumbuhan berat harian ikan gurami selama penelitian adalah sebagai berikut: pakan uji A 0,0149 g/hari, pakan uji B 0,015 g/hari, pakan uji C 0,0188 g/hari dan pakan uji D 0,0181 g/hari. Berdasarkan data pertumbuhan ikan gurami selama penelitian menunjukkan bahwa pakan yang diberikan memiliki nutrisi yang cukup baik untuk benih ikan gurami. Histogram pertumbuhan berat harian dapat dilihat pada Gambar 4.. Gambar 4. Pertumbuhan Berat Harian Ikan Gurami. 6. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018.

(7) Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) (Renaldo Syaputra et al.). Histogram menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan berat harian pada setiap perlakuan tidak jauh berbeda. Berdasarkan hasil uji statistik pertumbuhan berat harian pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pada setiap pakan uji tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat harian. Pakan yang mengandung daun gamal dan tidak mengandung daun gamal memiliki nilai pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan berat harian yang tidak berbeda nyata hal ini dapat dikatakan bahwa daun gamal memiliki performa yang cukup baik sebagai bahan baku untuk menggantikan tepung kedelai. Berdasarkan hasil uji proksimat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa setiap pakan perlakuan memiliki kandungan nutrisi yang tidak jauh berbeda, terutama kandungan proteinnya. Kenaikan kadar protein dalam pakan uji terjadi seiring dengan penambahan tepung daun gamal. Kandungan protein dalam pakan perlakuan berkisar 27,59-29,39%. Mokoginta et al., (1994) menyatakan bahwa ikan gurami membutuhkan protein 43,29% untuk ukuran 0,15-0,18 g/ekor. Sedangkan ikan gurami yang berukuran 27-35 g/ekor dibutuhkan kadar protein 32,14%, dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa protein pakan uji pada masing masing perlakuan masih belum mencukupi kebutuhan protein ikan uji. Mudjiman (1984) menyatakan bahwa protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan. Fungsi protein diantaranya adalah untuk memperbaiki jaringan yang rusak atau untuk membangun jaringan baru (pertumbuhan), sebagai sumber energi atau dapat digunakan sebagai substrat untuk pembentukan jaringan karbohidrat atau lipid, untuk pembentukan hormon, enzim dan zat penting lainnya seperti antibodi dan haemoglobin serta mengatur keseimbangan cairan di dalam jaringan dan pembuluh darah. Kandungan lemak pada pakan perlakuan berkisar 6,14-6,64% dan masih dalam kisaran nilai yang baik. Kandungan lemak maksimal pada ikan gurami adalah 7%, Peranan lemak bagi ikan adalah sebagai sumber energi diurutan kedua setelah protein. Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik melalui ekstraksi eter. Lemak juga sering diistilahkan dengan fat, lipid, minyak atau lemak kasar. Beberapa jenis vitamin juga terlarut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Lukito, 2007). Lemak dalam makanan ikan mempunyai peran yang penting sebagai sumber energi karena lemak dapat menghasilkan sumber energi yang lebih besar. Lemak yang berlebihan dalam pakan akan menyebabkan penimbunan lemak pada rongga perut dan menimbulkan penyakit nutrisi seperti hati berlemak, kerusakan pada ginjal, edema dan anema yang dapat menimbulkan kematian (Rasoarahona, 2005). Menurut Lovell (1988), sumber lemak yang baik untuk ikan Gurami adalah berasal dari minyak nabati seperti minyak jagung dan minyak kedelai. Karbohidrat pada ikan diketahui memiliki sifat sparing effect yang artinya karbohidrat dan lemak dapat digunakan sebagai sumber energi pengganti bagi protein oleh ikan (Gusrina, 2008). Walaupun demikian, jumlah karbohidrat tidak boleh melewati batas. Ikan mempunyai kemampuan lebih rendah dalam memanfaatkan karbohidrat dibandingkan dengan hewan daratan, namun karbohidrat harus tersedia dalam pakan ikan, karena jika karbohidrat tidak cukup tersedia maka nutrien yang lain seperti protein dan lemak akan dimetabolisme untuk dijadikan energi sehingga pertumbuhan ikan akan menjadi lambat (Wilson, 1994). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kandungan kabohidrat sebesar 16,4-23,23% mampu meningkatkan pertumbuhan secara optimal. Menurut NRC (1993), karbohidrat dalam pakan dapat berupa serat kasar atau bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Serat kasar yang terkandung pada pakan uji berkisar 2,75-4,16%. Serat kasar tergolong dalam jenis bahan yang sulit dicerna. Tingkat kebutuhan serat kasar terbatas yaitu kurang dari 7%, Menurut Mujiman (1991) dalam jumlah tertentu serat kasar diperlukan juga antara lain untuk membentuk gumpalan kotoran, sehingga mudah dikeluarkan dari dalam usus. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan didalam alat pencernaan ikan. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan meningkatkannya sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan (Kordi, 2014). Serat kasar diperlukan untuk membentuk struktur pelet yang baik. Kandungan serat kasar yang terlalu tinggi pada pakan buatan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan di dalam alat pencernaan ikan (Gusrina, 2008).. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018. 7.

(8) Jurnal Sains Teknologi Akuakultur, Vol. 2 No. 1, April 2018: 1-11. Wiadnya et al. (2017), menyatakan lambatnya pertumbuhan diduga disebabkan dua faktor utama, yaitu : (1) Kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh, (2) Kondisi eksternal pakan, yang formulasinya belum mengandung sumber nutrien yang tepat dan lengkap bagi ikan, sesuai dengan pernyataan Junianto (2003) bahwa kandungan keseimbangan nutrisi (protein, lemak, dan serat) pada pakan ikan akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat tumbuh besar. Jumlah Konsumsi Pakan Jumlah konsumsi pakan (JKP) selama penelitian dari yang tertinggi sampai terendah berturutturut adalah sebagai berikut: pakan uji A (127,07 g), pakan uji B (126,78 g), pakan uji D (121,72 g) dan pakan uji C (114,63 g). Histogram jumlah konsumsi pakan benih ikan gurami dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Jumlah Konsumsi Pakan Berdasarkan hasil uji statistik pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa setiap jenis pakan perlakuan tidak berbeda nyata pada jumlah konsumsi pakan. Tidak adanya perbedaan jumlah konsumsi pakan pada setiap pakan perlakuan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tepung daun gamal dapat menyaingi tepung kedelai, dibuktikan pada penelitian kali ini dimana jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil uji proksimat terlihat bahwa pakan perlakuan memiliki kandungan nutrisi yang tidak jauh berbeda baik pada protein dan serat pakan. Menurut Hemre et al. (2002), serat makanan akan tinggal dalam saluran pencernaan dalam waktu relatif singkat sehingga absorpsi zat makanan berkurang. Selain itu makanan yang mengandung serat yang relatif tinggi akan memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat komplek yang menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan. Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi juga dilaporkan dapat mengurangi bobot badan ikan. Serat kasar merupakan komponen karbohidrat yang kaya akan lignin dan selulosa yang bersifat sulit dicerna. Selulosa merupakan kerangka sel tanaman yang terdiri dari rantai β-D-Glukosa dengan derajat polimerasi sebesar lebih kurang 14.000 (Kennedy, 1988). Feed Convertion Ratio (FCR) Feed Convertion Ratio (FCR) selama penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : pakan uji A 11,84, pakan uji B 11,81, pakan uji C 8,87 dan pakan uji D 9,42. Histogram FCR dapat dilihat pada Gambar 6. -. Gambar 6. Feed Convertion Ratio. 8. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018.

(9) Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) (Renaldo Syaputra et al.). Histogram menunjukkan nilai FCR yang diperoleh selama penelitian dari yang tertinggi sampai terendah berturut turut sebagai berikut : pakan uji A 11,84, pakan uji B 11,81, pakan uji D 9,42 dan pakan uji C 8,87. Berdasarkan hasil uji statistik pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pakan buatan pada setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap Feed Convertion Ratio (FCR) benih ikan gurami. Feed Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan (Mudjiman, 1984). Menurut Effendy (2004), Feed Convertion Ratio adalah suatu ukuran yang menyatakan ratio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan kultur. Nilai FCR=2 artinya untuk memproduksi 1 kg daging ikan dalam sistem akuakultur maka dibutuhkan 2 kg pakan. Semakin besar nilai FCR, maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg daging ikan kultur. Dengan demikian semakin rendah nilai FCR menunjukan bahwa pakan lebih efisien dan dimanfaatkan dengan baik oleh ikan. Studi kebiasaan makan ikan gurami yang dilakukan Affandi (1993) menyatakan bahwa pada ikan gurami yang berukuran kecil (Panjang Total: 3,5-5,5 cm) makanan utamanya adalah hewan terutama berupa insekta sedangkan komponen tumbuhan hanyalah merupakan makanan tambahan. Dari pernyataan di atas dapat dikaitkan dengan hasil FCR penelitian dimana ikan yang digunakan pada saat penelitian berukuran rata-rata 5 cm nilai FCR yang tinggi diduga karena benih ikan gurami yang digunakan pada saat penelitian kurang tertarik dengan pakan buatan yang berupa pelet tengelam yang menggunakan bahan nabati. Dari pendapat di atas gurami berukuran 3-5 cm cenderung masih bersifat karnivora dimana lebih menyukai pakan yang hidup atau bergerak. Barrows dan Hardy (2001), menyatakan bahwa nilai rasio konversi pakan dipengaruhi oleh protein pakan. Sesuai dengan hasil uji proksimat pakan perlakuan diperoleh hasil protein dari tertinggi sampai terendah berturut turut adalah sebagai berikut: pakan uji D (29,39 %), pakan uji C (28,66 %), pakan uji B (27,99 %) dan pakan uji A (27,59 %). Kandungan protein yang berbeda beda pada pakan uji diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya perbedaan nilai FCR selama penelitian. Susanto (2001) di dalam Ahmad (2017) menyatakan ikan gurami pada saat muda cenderung ke karnivora dan ikan gurami dewasa cenderung ke herbivora, dan kualitas pakan yang baik adalah jika nilai konversi pakannya di bawah 5. Menurut Mathius et al. (1981), Gliricidia sepium atau yang sering disebut gamal mempunyai palatabilitas rendah dikarenakan baunya yang spesifik berasal dari senyawa coumarin. FCR yang diperoleh dari studi penggunaan pakan pelet hasil formulasi dari bahan baku nabati untuk meningkatkan pertumbuhan benih ikan gurami yang dilakukan Khalil (2014), memperoleh hasil feed convertion ratio pada setiap pakan pelakuan yaitu sebagai berikut : pakan A (pakan komersil) sebesar 6,78, pakan B (berbahan baku daun kelor) sebesar 5,41 dan pakan C (berbahan baku daun gamal) sebesar 6,08. Feed convertion ratio pada penelitian kali ini tergolong tinggi yaitu berkisar antara 8,87-11,84. Dari hasil studi dan pernyataan di atas hal ini dapat diduga karena kebiasan makan benih ikan gurami yang berusia muda masih dikategorikan karnivora, kurang tertariknya ikan dengan pakan yang berjenis tenggelam menyebabkan palatabilitas pakan menurun dan tidak berlangsung dengan baiknya pengumpulan sisa pakan yang tidak termakan di saat penelitian sehingga perhitungan nilai jumlah FCR yang didapatkan tinggi. Sintasan Sintasan merupakan nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir pemeliharaan dengan jumlah organisme awal saat penebaran yang dinyatakan dalam bentuk persen (Effendie, 2002). Histogram sintasan ikan gurama ditunjukkan pada Gambar 7.. Gambar 7. Sintasan Ikan Gurame © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018. 9.

(10) Jurnal Sains Teknologi Akuakultur, Vol. 2 No. 1, April 2018: 1-11. Histogram menunjukkan sintasan pada ikan gurami selama penelitian sebagai berikut: Perlakuan A (88,89 %), perlakuan B (88,89 %), perlakuan C (94,45 %) dan perlakuan D (88,89 %). Berdasarkan hasil uji statistik sintasan benih ikan gurami pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata. Sintasan atau kelulushidupan (SR) didefinisikan sebagai peluang untuk hidup dalam suatu saat tertentu (Effendi, 1991). Kematian ikan gurami selama penelitian diduga karena stress akibat penanganan selama penelitian berlangsung. Kelangsungan hidup menjadi tolak ukur dalam keberhasilan budidaya. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup antara lain penyakit dan kualitas air. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air (Yuniarti, 2006) Kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup (Survival rate). Kualitas air selama penelitian berada dalam kisaran normal, sehingga sintasan pada ikan gurami tidak terlalu buruk, kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73,5-86,0 %. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav, 1998). Sintasan pada ikan gurami pada penelitian masih dalam kisaran normal yaitu berkisar antara (88,89-94,45%). Pemberian pakan dengan kandungan nutrien yang cukup dan seimbang akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup ikan (Irianto, 2005). Kualitas pakan dapat dilihat dari komposisi zat gizinya seperti kandungan protein, lemak dan karbohidrat serta perlu diperhatikan kandungan energinya (Djajasewaka, 1985). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Berdasarkan analisis statistik tersebut diketahui bahwa pemberian tepung daun gamal dapat menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih baik daripada dengan menggunakan tepung kedelai saja, hal ini menunjukkan bahwa kualitas pakan dengan menggunakan tepung daun gamal dalam pakan ikan gurami lebih baik jika dibandingkan dengan kualitas pakan yang hanya menggunakan tepung kedelai saja dalam peningkatan kelangsungan hidup ikan gurami. Kualitas Air Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Kualitas air yang buruk akan menganggu proses pertumbuhan, menurunkan kondisi kesehatan dan menimbulkan penyakit pada ikan atau bahkan menyebabkan kematian. Sebaliknya, kualitas air yang baik akan meningkatkan laju pertumbuhan ikan dan menjauhkan ikan dari berbagai penyakit. Oleh karena itu lingkugan hidup ikan gurame harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kualitas Air Perlakuan A B C DO (mg/L) 6,57 - 7,14 6,62 – 7,10 5,97 – 7,16 Suhu (0C) 26,5 - 27,7 26,7 - 27,5 26,5 - 27,5 Amoniak (mg/L) 2 - 5 x 10-4 3 - 4 x 10-4 3 - 4 x 10-4 pH 7 7 7 *Keterangan: a. Khairuman dan Amri (2005) b. Handayani (2006) Parameter. Batas Optimal* D 5,79 – 7,04 26,5 - 27,4 4 - 7 x 10-4 7. 3,59 - 9,65(a) 25 - 30(b) 1(b) 6,5 - 8,0(b). Pada Tabel 2. diketahui bahwa kualitas air selama penelitian masih tergolong optimal untuk pertumbuhan benih ikan gurami. Suhu air pemeiliharaan masing masing perlakuan berada dalam kisaraan 26,5-27,7ºC. Suhu air mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kegiatan dan proses kehidupan seperti bernafas, reproduksi, pertumbuhan, nafsu makan dan laju pertumbuhan (Hickling, 1971). Perubahan suhu melebihi 3-4ºC akan menyebabkan terjadinya perubahan. 10. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018.

(11) Pengaruh Penambahan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Pakan Buatan terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) (Renaldo Syaputra et al.). metabolisme yang mengakibatkan kejutan suhu. Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan toksisitas kontaminan yang terlarut, menurunkan DO, dan kematian pada ikan (Effendi, 2003). Sama halnya dengan suhu, konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh laju respirasi ikan dan suhu lingkungan. Saat suhu meningkat, laju metabolisme ikan meningkat sehingga menyebabkan laju respirasi ikan meningkat dan konsentrasi oksigen di perairan akan menurun secara drastis, sehingga dapat menimbulkan kematian pada ikan (Piper, 2010). Kadar oksigen terlarut pada media air berkisar 5,79 - 7,16mg/l. Nilai tersebut masih dalam kondisi optimal untuk ikan gurami, dan tidak menyebabkan kematian pada ikan gurami. Sesuai dengan pendapat Wardoyo (1975) yang menyatakan bahwa untuk menunjang kehidupan hewan air diperlukan kadar oksigen terlarut lebih besar dari 2 mg/L. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pemberian pakan dengan penambahan tepung daun gamal (Gliricidia sepium) memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan Gurami (Oshpronemus gouramy) maka dapat disimpulkan bahwa tepung daun gamal dapat mengantikan tepung kedelai dalam pakan dengan dosisi yang optimum 5-15 % dalam komposisi pakan. Daftar Pustaka BPTP (Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian) Sulawesi Utara. 2008. Teknologi Penggemukan Sapi Menggunakan Daun Gamal. Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Sulawesi Utara. Nur, H. dan F. Dedin. 2014. Isolasi Biji Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) menggunakan cairan rumen domba. Jurnal Reka Pangan, 8(1): 117-127. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 p. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.163 hal. Gustav, F. 1988. Pengaruh tingkat kepadatan terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) dalam sistem resirkulasi. Skripsi. Jurusan Budi daya Perairan, Fakultas Perikanan, IPB, Bogor. Hemre, G.I., Mommsen, T.P. and Å, Krogdahl. 2002. Carbohydrates in fish nutrition: effects on growth, glucose metabolism and hepatic enzymes. Aquaculture Nutrition, 8: 175-194. Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge University. Press, Cambrige, New York, USA, pp.217-252. Hickling, C.F. 1971. Fish Culture.Faber and Faber. London, 317 pp. Mathius, M. Rangkuti dan A. Djajanegara. 1981. Daya Konsumsi dan Daya Cerna Gliricidia (Gliricidia maculata HB & K). Lembaran LPP, (9)2-4 :21-24. Mudjiman. A. 1984. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. dalam Martha Aulia Mamora, 2009. Efisiensi pakan serta kinerja pertumbuhan ikan bawal (Colossoma macropomum) dengan pemberian pakan berbasis meat bone meal (MBM) dan pakan komersil. Phromkunthong, W., S. Vong Yai, D. Nakachart and V. Chittiwan. 2002. Digestibility Uplifts of Palm Kernel Cake and Soybean Meal Confined by Ronozyme VP in Sex-Reversed Black Tilapia (Oreochromis niloticus Lin.). Roche Aquaculture Asia Pacific. Bangkok. 118 pp. Piper, R. 2010. Fish Hatchery Management . www. Forgotten book . Org. Dikutip pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 15.00 WIB. Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Ed. ke – 6.a.b. Kosasih Padma Winata. Penerbit ITB, Bandung. Steel, RGD. and J.H. Torrie. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach, Mc Graq-Hill Inc, New York. Takeuchi T. 1982. Laboratory work-chemical evaluation of dietary nutrients. In: Watanabe T. (Ed), Fish Nutrition And Mariculture. Tokyo. Departement of Aquatic Biosciences Tokyo University of Fisheries. JICA, pp. 179-233 Wardoyo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 p. Wiadnya, D. G. R, H. Kartaningsih, Y. Suryanti, Subagyo, dan A. M. Hariati. 2000. Periode pemberian pakan yang mengandung kitin untuk memacu pertumbuhan dan produksi ikan Gurame (Osphronemus gourame Lac.). Jurnal penelitian Perikanan Indonesia, 6(2) : 62 – 67. Wooton, R.J, M. Allen, and S.J. Cole. 1980. Effect the Body Weight and Temperature on the Maximum Daily Food Consumption of Gasterosteus Aculeatus Land Phoxinus phoxinus (L): selecting and appropriate Model. Journal of fish biology, 17:695-705.. © Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2018. 11.

(12)

Gambar

Gambar 1. Kecernaan Total
Gambar 2. Kecernaan Protein
Gambar 3. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Gurami
Gambar 5. Jumlah Konsumsi Pakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Produk konsentrat protein daun alfalfa dilaporkan telah di pakai sebagai sumber protein untuk pakan unggas (Dale et al. 1972), Ekstraksi protein dari daun gamal ( Gliricidia

Hal ini disebabkan karena komposisi bahan yang mengandung penggantian 75% tepung daun singkong dengan 25 % tepung kedelai lebih disukai oleh ikan dari pada pakan lainnya

Daun Gamal Gliricidia sepium memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti tanin, flavonoid, alkaloid, saponin yang merupakan unsur-unsur yang bertanggung jawab

Telah dicoba analisis kumarin sebagai bahan aktif dalam daun gamal (Gliricida sepium) sebagai akarisida dengan cara menggunakan variasi proporsi pelarut ekstraksi 100, 90, 80, 70,

hijau menggunakan campuran (1:1:1) dari tepung daun gamal (Gliricidia sepium. Jacq), daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dan daun sengon (Paraserianthes falcataria) dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anthelmintik ekstrak etanol daun gamal (Gliricidia sepium) terhadap Ascaridia galli secara in vitro.. Ada enam kelompok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair ekstrak daun gamal Gliricidia sepium terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat Ipomoea reptans Poir...

PENGARUH EKSTRAK DAUN GAMAL Gliricidia sepium TERHADAP MORTALITAS ULAT PENGGEREK TONGKOL JAGUNG Helicoverpa armigera SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh