Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 2 Tahun 2018 - 114
PENGETAHUAN CULTURAL COMPETENCE PADA MAHASISWA PROGRAM
PROFESI NERS di BANDUNG
CULTURAL COMPETENCY KNOWLEDGE OF NURSING STUDENT IN BANDUNG
Valentina Lumbantobing1, F.Sri Susilaningsih2, Gyan Rasyiddin3, Titis Kurniawan4, Atlastieka Praptiwi5
1 ,2,4,5
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 3
Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
valentina@unpad.ac.id
ABSTRACT
Introduction: Different client backgrounds are one reason a nurse carries out transcultural in nursing care. The process of learning about the transculture of nursing in nursing education academic level have been granted in the first half, and the implementation of professional education nurses takes place in the ninth semester, so that it needs to be identified further related to the ability of students in conducting culturally nursing care so that they can provide maximum service to patients and prevent cultural
shock to students. Method: The purpose of this study is to identify an overview of
knowledge about cultural competency in nursing student programs. The design of this study used a quantitative descriptive method that was carried out for nursing student programs in Bandung. This study using the total sampling technique, 266 students in 3 level education classes were obtained. Data collection using a knowledge questionnaire developed by the team fundamental of nursing departments. Data has been analyzed using
frequency distribution analysis. Result and analysis: this study indicate that the majority
of respondents had less knowledge 204 respondent (76,69%). Discussion: Knowledge of
the nursing student program's about cultural competency needs to be improved, therefore it is hoped that there will be continuous integration between the learning outcome and the cultural competence topic in each nursing subject obtained by students during undergraduate education programs.
Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 2 Tahun 2018 - 115 Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai suku, agama, busaya, adat istiadat yang berbeda-beda. Keberagaman yang dimiliki olah bangsa Indonesia tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang holistik. Dengan berbagai perbedaan tersebut, maka Leininger menggagas teori
transcultural nursing yang dikenal dengan
sunrise model dengan berfokus pada pelayanan yang didasarkan pada budaya, kepercayaan, praktik, dan nilai yang dianut oleh pasien/ masyarakat, dimana teori ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan tiga konsep, yaitu pemeliharaan atau pelestarian perawatan budaya, negosiasi atau akomodasi perawatan budaya, dan rekonstruksi perawatan budaya (Albougami, Pounds, & Alotaibi, 2016).
Teori transcultural nursing ini terus dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah yang dikembangkan oleh (Campinha-Bacote, 2002) (Calvillo et al, 2009, dalam Riley, Smyer dan York 2012), Jeffreys tahun 2010 dalam (Shen, 2015), yang menyebutkan bahwa seorang perawat harus memiliki cultural competence dalam merencanakan tindakan, menjalankan praktik keperawatan yang efektif bagi pasien dengan kebudayaan yang beragam, karena dengan memperhatikan aspek budaya yang dianutnya pasien akan cenderung merasa nyaman dan akan mempercepat proses penyembuhan.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk membekali kemampuan menjadi seorang perawat yang memiliki cultural
competence adalah dengan adanya
pendidikan terkait transcultural nursing/keperawatan lintas budaya selama dalam program pemdidikan akademik.
Cultural competence dapat menjadi bagian
dari kurikukum keperawatan dan dapat mendukung hasil belajar mahasiswa dalam cultural competence (Singleton, 2017). Pengetahuan tentang cultural competence harus diajarkan kepada mahasiswa
keperawatan, karena pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat cultural competence mahasiswa (Leung, Lee, & Chiu, 2013). Dengan adanya pendidikan tersebut tingkat cultural competence pada mahasiswa keperawatan yang sudah lulus memiliki skor rata-rata tingkat cultural
competence lebih tinggi daripada
mahasiswa pada tingkat awal (Reyes, Hadley, & Davenport, 2013). Mahasiswa keperawatan yang sedang mengikuti praktek klinik akan berhadapan dengan berbagai latar belakang pasien yang berbeda-beda, apababila tidak memiliki cultural competence, dapat mengakibatkan culture shock, dimana hal ini menyebabkan adanya gangguan emosional, ketegangan, dan kecemasan, Goldstein dan Keller (2015). Seseorang dapat mengalami Culture
shock dalam jangka waktu yang
berbeda-beda (Maginnis & Anderson, 2017), Indikator culture shock terdiri dari kebingungan, kegelisahan, kesunyian, imobilitas, agitasi dan kemarahan serta perasaan sedih, kecemasan, dan ketidakmampuan menghadapi perbedaan terhadap budaya yang dialami (Oberg, 1969).
Menurut Davenport & Prusak (1998) dalam Serna, Bachiller , & Serna, 2017), dalam ranah cultural competence pada mahasiswa profesi, maka pengetahuan cultural competence adalah seperangkat ide dan pemikiran mahasiswa profesi tentang ilmu mengenai cultural competence yang digunakan untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan yang peka budaya. Pengetahuan merupakan faktor penting yang mendasari proses kompetensi lintas budaya (cross-cultural competence) selain kemampuan komunikasi yang baik (Leung, Lee, & Chiu, 2013). Berdasarkan penjelasan di atas, penting untuk diteliti tentang “Pengetahuan tentang Cultural Competence pada Mahasiswa Program Profesi Ners”, hal ini dapat menjadi masukan untuk mencetak perawat yang peka budaya dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 2 Tahun 2018 - 116 Metode.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dimana Variabel dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan terkait cultural competence mahasiswa program profesi Ners, dengan menggunakan total sampling seluruh mahasiswa program profesi Ners (PPN) angkatan 34, 35 dan 36 didapatkan sampel sebanyak 266 mahasiswa yang sudah menyelesaikan stase pertama (Keperawatan
Dasar Profesional) dalam profesi Ners. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang cultural competence yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan 4 poin learning objective pada topik transcultural nursing mata kuliah Fundamental of Nursing I, dengan pilihan jawaban a, b, c, d, dan e. Analisis data untuk variabel pengetahuan digambarkan dalam tiga kategori, yaitu pengetahuan baik, cukup dan kurang.
Hasil Penelitian
Hasil dalam penelitian ini menggambarkankarakteristik responden dan gambaran tingkat pengetahuan responden tentang culcural competence. Karakteristik demografi dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, program pendidikan, angkatan profesi, tempat tinggal, jumlah organisasi yang pernah/sedang diikuti, dan suku bangsa.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Mahasiswa Program Profesi Ners (n=266)
No. Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Usia
17-25 tahun (remaja akhir) 26-35 tahun (dewasa awal) 36-45 tahun (dewasa akhir)
224 18 24 84.21 6.77 9.02 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 33 233 12,41 87,59 3 Program Pendidikan Program A (Reguler) Program B (Transfer) 216 50 81,2 18,8 5 Tempat Tinggal
Bersama orang tua Bersama suami/istri Bersama keluarga lain Kost 55 36 5 170 20,68 13,53 1,88 63,91 6 Jumlah organisasi yang
pernah/sedang diikuti
Tidak pernah mengikuti organisasi 1 organisasi ≥ 2 organisasi 74 123 69 27,82 46,24 25,94 7 Suku Bangsa Sunda Selain Sunda 214 52 80,45 19,55
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berusia 17-25 tahun (remaja akhir), berjenis kelamin perempuan dan berasal dari program reguler (program A).
Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 2 Tahun 2018 - 117 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Cultural Competence Mahasiswa Program
Profesi Ners (n=266)
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 1 0,38
Cukup 61 22,93
Kurang 204 76,69
Total 266 100
Berdasarkan tabel 2 sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan pada kategori Kurang (76,69%).
Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 2 Tahun 2018 - 118 Pembahasan
Tingkat pengetahuan mahasiswa program profesi Ners di Bandung tentang
cultural competence sebagian besar
berada pada tingkat rendah sebanyak 204 responden (76,69%). Gambaran hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya meningkatkan pengetahuan mahasiswa program profesi Ners terkait cultural competence, hal ini didasarkan pada pendapat (Wittig, 2004) yang mengemukakan bahwa pengetahuan sangat penting karena pengetahuan merupakan proses bagi mahasiswa program profesi Ners untuk mencari landasan terkait keberagam pasien.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reyes, Hadley, & Davenport, (2013) menyebutkan bahwa mahasiswa keperawatan yang sudah lulus akan memiliki tingkat cultural competence yang lebih baik, hal ini terjadi karena muatan terkait cultural
competence telah diajarkan kepada
mahasiswa secara konsisten pada beberapa mata kuliah keperawatan baik dari semester satu sampai pada semester akhir. Hal tersebut menjadi masukan untuk peneliti lebih lanjut mengamati terkait bagaimana sebaran kurikulum pendidikan keperawatan yang digunakan khususnya terkait muatan cultural competence dari awal mahasiswa masuk sampai dengan mengakhiri pendidikan di keperawatan. Praktik keperawatan yang mendasar dan memperhatikan aspek
cultural competence sangatlah penting
dan perlu didukung pelaksanaannya baik secara institusional, profesional dan nasional (Singleton, 2017).
Pengetahuan dapat terus ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memberikan paparan terkait topik cultural competence secara terus menerusa dan berkesinambungan pada mahasiswa. Pemaparan terkait topik tersebut dapat dibuat semenarik mungkin, sehingga memungkinkan untuk dapat lebih cepat dipahami. Beberapa metoda pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa terkait cultural competence antaralain: pemaparan materi lewat perkuliahan langsung (ceramah), pemutaran video terkait keperawatan lintas budaya, kegiatan laboratorium, simulasi kasus yang sesuai topik, studi kasus, praktik klinis, dan reflective writing (Prosen, 2015). Penggunaan dan pemilihan metode tersebut diatas disesuaikan dengan target dan capaian pembelajaran. Capaian pembelajaran yang tercantum dalam Pedoman Program Studi Pendidikan Sarjana Keperawatan pada tahun 2017 meliputi sikap (menginternalisasi prinsip etis dan peka budaya), dan keterampilan khusus (mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan dan kode etik perawat, yang peka budaya, menghargai keragaman etnik, agama dan faktor lain dari klien individu, keluarga dan masyarakat). Dengan demikian, capaian pembelajaran yang disusun pada jenjang sarjana diharapkan akan membuat mahasiswa program profesi Ners siap untuk menerapkan cultural competence pada saat praktik di lapangan.
Pengetahuan yang baik pada mahasiswa profesi berada pada beberapa item pertanyaan yang berisi tentang komponen kebudayaan, teori yang membahas terkait metode transcultural nursing Leininger, pemaparan hubungan budaya konsep sehat-sakit dalam keperawatan esensi cultural competence. Pengetahuan mahasiswa program profesi ners yang masih kurang dan perlu untuk ditingkatkan terkait sikap terhadap perbedaan budaya pasien, bagaimana aplikasi model transcultural nursing Leininger dalam pelayanan asuhan keperawatan dan pemahaman terkait diagnosa keperawatan yang peka budaya, dimana topik tersebut minimal berada pada level pengetahuan C2 sampai C4 Bloom (1956, dalam (Krathwohl et al., 2002). Melihat jabaran pengetahuan
Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 2 Tahun 2018 - 119 mahasiswa program profesi ners
berdasarkan komponen pertanyaan pengetahuan tersebut membantu menitikberatkan penguatan konsep sebelum mahasiswa terjun kebidang pelayanan (klinik), hal ini dimana aspek budaya yang diperhatikan oleh perawat baik yang sedang magang ataupun praktek akan membuat pasien marasa lebih dekat dan lebih nyaman sehingga proses penyembuhan pasien menjadi lebih cepat (Campinha-Bacote, 2002). Kesimpulan
Pengetahuan mahasiswa program profesi Ners tentang cultural competence, sebagian besar berada pada kategori kurang. Secara praktis, saran bagi institusi pendidikan keperawatan untuk memperhatikan muatan peka budaya pada mata kuliah keperawatan secara berkesinambungan. Topik cultural competence dapat disampaikan dengan berbagai jenis media didasarkan pada tujuan pembelajaran, dan mengkaji secara berkala terkait pengetahuan dan kemampuan mahasiswa terkait cultural competence
Referensi
Albougami, A. S., Pounds, K. G., & Alotaibi, J. S. (2016). Nursing and Health Care Comparison of Four Cultural Competence Models in Transcultural Nursing : A Discussion Paper. International Archives of Nursing and Health Care, 2(3), 3–7.
Campinha-Bacote, Josepha. (2002). The Process of Cultural Competence in the Delivery of Healthcare Services: A Model of Care. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 181–184. https://doi.org/10.1177/1045960201300 3003
Goldstein, S. B., & Keller, S. R. (2015). U.S. college students’ lay theories of culture shock. International Journal of Intercultural Relations, 47, 187–194. https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2015.05 .010
Krathwohl, D. R., Anderson, L. W., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E., Pintrich, P. R., … Wittrock, M. C. (2002). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assessing: A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Educational Objectives. New York Longman, 41(4),
302. https://doi.org/
10.1207/s15430421tip4104_2
Leung, A. K. y., Lee, S. lai, & Chiu, C. yue. (2013). Meta-Knowledge of Culture Promotes Cultural Competence. Journal of Cross-Cultural Psychology, 44(6), 992–1006.
https://doi.org/10.1177/0022022113493 137.
Maginnis, C., & Anderson, J. (2017). A discussion of nursing students’ experiences of culture shock during an international clinical placement and the clinical facilitators’ role. Contemporary Nurse, 53(3), 348–354. https://doi.org/10.1080/10376178.2017. 1353397
Oberg, K. (1969). Cultural shock: Adjustment to new cultural environments. Practical Anthropology,
7, 177–182.
https://doi.org/10.1177/0091829660007 00405
Prosen, M. (2015). Introducing Transcultural Nursing Education: Implementation of Transcultural Nursing in the Postgraduate Nursing Curriculum. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 174, 149–155. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01 .640
Reyes, H., Hadley, L., & Davenport, D. (2013). A comparative analysis of cultural competence in beginning and graduating nursing students. ISRN Nursing, 2013, 929764. https://doi.org/10.1155/2013/929764 Riley, Dierdre, Tish Smyer, & Nancy York.
(2012). Cultural Competence of Practicing Nurses Entering an RN-BSN Program. Nursing Education Research
Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 2 Tahun 2018 - 120 2012, 6(33), 381-385.
https://journals.lww.com/neponline/Abs tract/2012/11000/Cultural_Competence _of_Practicing_Nurses_Entering.7.aspx Serna M., E., Bachiller S., O., & Serna A., A.
(2017). Knowledge meaning and management in requirements engineering. International Journal of Information Management, 37(3), 155– 161. https://doi.org/10.1016 /j.ijinfomgt.2017.01.005
Shen, Z. (2015). Cultural Competence Models and Cultural Competence Assessment Instruments in Nursing. Journal of Transcultural Nursing,
26(3), 308–321.
https://doi.org/10.1177/1043659614524
790
Singleton, J. K. (2017). An Enhanced Cultural Competence Curriculum and Changes in Transcultural Self-Efficacy in Doctor of Nursing Practice Students. Journal of Transcultural Nursing, 28(5), 516–522.
https://doi.org/10.1177/1043659617703 162
Wittig, D. R. (2004). Knowledge, Skills, and Attitudes of Nursing Students Regarding Culturally Congruent Care of Native Americans. Journal of Transcultural Nursing, 15(1), 54–61. https://doi.org/10.1177/