• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA USULAN PERBAIKAN TERHADAP AIR MINUM DALAM KEMASAN (19 LITER)DENGAN PENDEKATAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) danVALUE ENGINEERING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA USULAN PERBAIKAN TERHADAP AIR MINUM DALAM KEMASAN (19 LITER)DENGAN PENDEKATAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) danVALUE ENGINEERING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA USULAN PERBAIKAN TERHADAP AIR

MINUM DALAM KEMASAN (19 LITER)DENGAN

PENDEKATAN

FAILURE MODE AND EFFECT

ANALYSIS

(FMEA) dan

VALUE ENGINEERING

Abe Dongan, Arie Desrianty, Rispianda

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung

Email: abedongan17@gmail.com

ABSTRAK

Jumlah jenis cacat yang diperoleh oleh perusahaan selama tahun 2015 sejumlah 15% dari total produksi. Produk yang cacat ditimbulkan oleh proses produksi yang berisiko menyebabkan kerusaka karena berjumlah sangat besar. Dampak resiko dapat mempengaruhi produktivitas, performansi, kualitas dan anggaran. Oleh karena itu, Penelitian ini meneliti analisa resiko dan mengefisienkan biaya-biaya tidak perlu, menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Value Engineering. Identifikasi produk cacat dilakukan dengan mencari failure mode pada proses produksi kemudian mencari failure effect dan failure cause. Tahapan selanjutnya adalah memberikan alternatif usulan perbaikan menggunakan metode Value Engineering. Pada tahapan value engineering diperoleh value performansi alternative perbaikan sebesar 1,33 yaitu alternative perbaikan 1 dan alternatif pebaikan 2

Kata Kunci : Failure Mode and Effect Analyze, Value Engineering Analytical Hirearchy Priority

ABSTRACT

Amount of defect type has collected by company during 2015 as counted 15% from all total production. Defective products caused by the production process that the risk of causing damage. The impact of risk can affect the productivity, performance, quality and budget. Therefore, this research examined the risk analysis, and streamline costs is not necessary, use Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and Value Engineering. Identification of defective products is done by looking at the production process failure mode and then seek failure effect and cause failure. The next step is to give some alternative for the improvement using Value Engineering. In value engineering phase will gain the highest performance value of improvement alternative as scoring 1.33 which is the first and the second improvement recommendation.

Keywords: Value Engineering, Failure Mode and Effect Analyze, Analytical Hirearchy Priority

(2)

1.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian dilakukan di salah satu perusahaan manufaktur air minum dalam kemasan di Kota Bandung. Jumlah defect perusahaan berdasarkan data sepanjang tahun 2015 sebesar 15% atau sekitar 21.966 unit galon cacat yang ditemukan oleh perusahaan. Jumlah cacat yang cukup besar hingga 15 % pertahunnya menyebabkan perusahaan harus menambah cost

untuk rework yang perlu dilakukan seperti mengganti galon dan kerugian dari pengolahan

water treatment ulang. Perusahaan telah melakukan beberapa perbaikan kepada sistem kerja dan pelatihan kepada karyawan namun masih belum berjalan perbaikan seperti yang diharapkan oleh pihak perusahaan. perusahaan hanya mendapatkan sedikit dana untuk melakukan perubahan desain maupun perbaikan bahan material yang digunakan maka banyak pertimbangan untuk melakukan perubahan desain dan penggunaan material. Oleh karena itu masih banyak ditemukan produk cacat perusahaan, dimana hal ini sangat merugikan perusahaan karena harus menambah biaya produksi, keuntungan perusahaan berkurang, dan menurunnya permintaan konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam sehari proses produksi 19 liter selalu menimbulkan cacat pada produk 19 liter, baik itu adanya kebocoran pada galon maupun adanya benda asing pada kandungan air. Salah satu cara mangatasi permasalahan cacat produk galon 19 liter diperlukan metode yang dapat dapat meningkatkan kualitas dengan berfokus kepada proses -proses produksi penyebab cacat dan desain maupun material yang digunakan pada lantai produksi. Metode Failure Mode and Effect Analyze serta Value Engineering (Karabay, 2003) digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh perusahaan, penggunaan metode FMEA digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang timbul dalam proses produksi untuk mengurangi resiko kegagalan dan peluang terjadinya potensi kegagalan dalam proses produksi. Value engineering digunakan untuk mengidentifikasi fungsi produk, proses maupun produk untuk mengembangkannya dengan biaya terendah dengan fungsi yang optimal.

2. STUDI LITERATUR 2.1 Kualitas

Definisi dari kualitas tergantung pada peranan orang yang mendefinisikannya. Beberapa orang mendefinisikan kualitas adalah kinerja untuk mencapai standar, adapula yang mendefinisikannya memenuhi kebutuhan konsumen atau memuaskan konsumen (Reid dan Sanders, 2005). Pengendalian kualitas adalah salah satu aktifitas manajemen untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk dan membandingkan dengan spesifikasi yang ada sehingga dapat diambil tindakan perbaikan yang sesuai apabila ada perbedaan antara karakteristik yang sebenarnya dengan standar yang telah ditetapkan. Diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang muncul dapat dikurangi secara bertahap dan proses dapat diarahkan menuju tujuan yang akan dicapai melalui proses yang terkendali. Pengendalian kualitas dikatakan berhasil jika proses yang dijalankan sesuai dengan yang diharapkan dan kecacatan produk dapat dikurangi seminimal mungkin.

2.2 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Menurut Stamatis (2003) yang mengutip Omdahl dan ASQC, FMEA adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mendefenisikan, mengenali dan mengurangi kegagalan, masalah, kesalahan dan seterusnya yang diketahui atau potensial dari sebuh sistem, desain, proses

(3)

dan pelayanan sebelum sampai kepada konsumen. FMEA Proses akan menghilangkan kegagalan yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam variabel proses, misal kondisi diluar batas-batas spesifikasi yang ditetapkan seperti ukuran yang tidak tepat, tekstur dan warna yang tidak sesuai, ketebalan yang tidak tepat, dan lain-lain. Penelitian tugas akhir ini menggunakan metode FMEA Proses. Dalam FMEA, proses identifikasi dimulai dari menemukan bentuk kegagalan secara kualitatif dan memberikan skor yang telah dikonversi dari tiga faktor atau komponen FMEA yaitu Severity, Occurrence, dan Detectability. Setelah itu dilakukan perhitungan secara kuantitatif dengan cara mengalikan skor-skor untuk menghitung nilai Risk Priority Number (RPN). RPN adalah hasil perkalian antara severity (S),

detectability (D) dan occurrence (O).

2.3 Analytical Hirearchy Process (AHP) Pairwise Comparison

AHP diperkenalkan pertama kali oleh Sccot pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System (Sprague, 1982). Konsep dasar pengambilan keputusan adalah memilih satu atau dua dari banyak alternatif keputusan yang mungkin. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain. Ada terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP, yaitu sebagai berikut;

1. Reciprocal Comparison, artinya pengambilan keputusan harus memuat perbandingan dan preferensinya, sebagai contoh apabila A lebih disukai dari B dengan skala x maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x.

2. Homogenity, artinya preferens seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemen dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak

homogeny dan harus dibentuk cluster yang baru.

3. Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah.

4. Expectation, artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirearki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang tersedia maka keputusan dianggap tidak lengkap. 2.4 Value Engineering

Menurut Zimmerman dan Hart (1982), Value Engineering adalah penerapan suatu teknik manajemen melalui pendekatan yang sistematis dan terorganisasi dengan menggunakan analisis fungsi pada suatu proyek atau produk sehingga diperoleh hasil yang mempunyai keseimbangan antara fungsi dengan biaya, keandalan, mutu dan hasil guna (Performance). Dengan kata lain Value Engineering atau rekayasa nilai merupakan suatu pendekatan sistematis dan kreatif dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi, menetapkan nilai, dan mengembangkan gagasan atau ide-ide untuk mendapatkan berbagai alternatif yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi-fungsi dengan biaya yang lebih rendah, tanpa mengurangi mutu dan nilai. Secara definisi, nilai adalah suatu ukuran yang mencerminkan seberapa jauh kita menghargai hasil. Secara umum nilai akan diartikan dalam satuan uang atau currency. Nilai akan selalu berkaitan dengan fungsi dari suatu produk, nilai akan mencapai maksimum saat fungsi utama akan mencapai nilai biaya terkecil. Dalam Value Engineering, nilai mempunyai arti ekonomi, dimana ada empat macam tipe nilai yang mengandung arti ekonomi,:

1. Nilai Guna (Use Value), mencerminkan seberapa besar kegunaan produk akibat terpenuhinya suatu fungsi, dimana niali ini tergantung dari sifat dan kualitas produk.

(4)

2. Nilai Kebanggaan (Esteem Value), menunjukkan seberapa besar kemampuan dari produk yang dapat mendorong konsumen untuk memilikinya. Kemampuan ini ditentukan oleh sifat-sifat khusus dari produk, seperti daya tarik, keindahan, ataupun gengsi dari produk tersebut.

3. Nilai Tukar (Exchange Value), menunjukkan seberapa besar konsumen mau berkorban atau mengeluarkan biaya untuk mendapatkan produk tersebut.

4. Nilai Biaya (Cost Value), menunjukkan seberapa besar biaya total yang diperlukan untuk menghasilkan produk serta memenuhi semua fungsi yang diinginkan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Diagram alir metodologi penelitian berisi tentang alur dari pengerjaan tugas akhir yangdilakukan. Diagram alir metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

(5)

4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah merupakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dimana terdapat data jumlah produksi galon 19 liter, jenis cacat pada produk 19 liter, proses produksi di stasiun kerja produk 19 liter. Persentase cacat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Cacat Air Minum Dalam Kemasan

DATA CACAT

Bulan Volume 19 liter Volume 330 ml Volume 1 liter Volume 600 ml januari 3.623 391 325 108 februari 467 184 245 83 maret 3.198 182 238 96 april 381 230 272 102 mei 4.171 120 106 107 juni 4.52 227 153 96 juli 504 131 261 119 agustus 281 170 210 116 september 633 164 212 98 oktober 3.085 165 204 134 november 706 156 165 132 desember 397 210 273 144 Total 21.387 2.330 2.664 1.335 Persentase 15% 2% 3% 2% 4.1.1 Data Cacat

Setelah pengamatan diperusahaan selama periode Januari 2015 hingga Desember 2015 diperoleh data jumlah cacat yang dapat dilihat pada Tabel 2 yaitudengan jumlah produksi 12.00 galon per hari.

Tabel 2. Jumlah Cacat Produk 19 liter galon

No Bulan

(2015) produksi(galon) Jumlah Retak Dasar Badan Retak Hitam Putih Retak Neck 1 Januari 12000 705 272 1483 47 1116 2 Februari 12000 173 40 221 0 33 3 Maret 12000 743 392 1000 52 1011 4 April 12000 150 30 150 3 48 5 Mei 12000 636 235 1083 25 2192 6 Juni 12000 623 202 1287 75 2333 7 Juli 12000 108 37 184 1 174 8 Agustus 12000 105 12 122 0 42 9 September 12000 133 33 288 0 179 10 Oktober 12000 610 211 1134 43 1087 11 November 12000 135 22 356 6 187 12 Desember 12000 127 39 197 3 31 Total 144000 4248 1525 7505 255 8433

(6)

4.1.2 Critical Defect

Penentuan critical defect pada tahap ini menggunakan diagram pareto namun dilakukan terlebih dahulu perhitungan jumlah cacat dan persentase kumulatif jenis cacat. Penentuan

critical defect bertujuan agar mengetahui jenis cacat yang paling dominan dan paling banyak terjadi selama proses produksi. Hasil akumulasi critical defect dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Critical Defect

4.1.3 Risk Priority Number (RPN)

Setelah Menentukan nilai detection, langkah selanjutnya dalah menentukan niali RPN. Nilai RPN menenjukkan keseriusan dari potensial failure. Semakin besar nilai RPN menunjukkan nilai masalah). Nilai RPN didapatkan dari hasil perkalian nilai SOD (severity, occurance, dan

detection) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 .Rating Nilai RPN

No Potensial Failure

Mode Potensial Cause Severity Occurance Detection RPN

1 Katup Filling Nozzle

semakin melebar seiring

bertambahnya waktu

pengoperasiannya.

Tidak ada set up

ulang pada holder nozzle setiap ganti shift

8 8 3 192

2 Tidak ada

pembatas pada sisi konveyor galon 19 liter Desain konveyor yang tidak mempertimbangkan dimensi galon 6 7 3 126

3 Desain tutup galon 19 liter saat ini sulit dibuka

Investasi mahal untuk mendesain tutup baru

5 7 2 70

4 Terpal truk untuk menutup bagian belakang truk sulit dioperasikan

Terpal truk

berukuran A5

terlalu lebar dan berat.

(7)

Tabel 3 .Rating Nilai RPN (lanjutan)

No Potensial Failure

Mode Potensial Cause Severity Occurance Detection RPN

5 Desain logo dan tulisan peringatan pada logo di badan galon sulit dibaca.

Tulisan yang terlalu kecil dan tidak easy looking

4 7 4 112

6 Penggunaan material curtain

pada mesin washer

masih menggunakan kain. Engineer tidak memahami karakteristik bahan material curtain 7 8 2 116

7 Tidak adanya alat

bantu untuk memindahkan galon di truk logistik Engineer tidak memahami bahwa beban kerja operator yang memindahkan galon sangat besar

4 7 4 112

8 Penyusunan galon yang tidak teratur dan rapi didalam truk

Tidak ada nya alat bantu agar susunan galon tetap rapid

dan rigid dalam truk.

5 7 2 70

5. ANALISIS 5.1 Usulan Perbaikan

Berikut dijelaskan alasan -alasan perbaikan yang dapat diberikan sesuai dengan potensial

cause yang telah di temukan pada proses produksi galon 19 liter pada Lampiran 1. 5.2 Analisis Keputusan Menggunakan AHP

Sebelumnya dilakukan dahulu pembobotan terhadap kriteria penilaian tersebut dengan menggunakan AHP. Jumlah kuisioner yang disebar adalah sebanyak empat buah dengan merujuk kepada para ahli (expert) yang ada di perusahaan. Hasil pembobotan kriteria alternative perbaikan dapat dilihat pada Gambar3.

(8)

Gambar 3. Nilai Bobot Kriteria 5.3 Life Cycle Cost

Setelah ditentukan alternatif kebijakan perbaikan maka dilakukan penilaian terhadap alternatif kebijakan perbaikan tersebut dengan kriteria penilaian yang telah dibobotkan sebelumnya. Setelah itu dilakukan penyebaran kuisioner performansi untuk memperoleh

rating performansi dari tiap alternatif. Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu biaya awal perusahaan sebelum adanya perbaikan dan masing-masing biaya alternatif perbaikan. Biaya awal yang digunakan adalah biaya awal yang berhubungan dengan permasalahan di perusahaan. Tabel 4 memuat biaya perbaikan dan biaya awal sebelum perbaikan.

Tabel 4. Biaya Perbaikan dan Biaya Awal sebelum Perbaikan

5.4 Rekomendasi Perbaikan Berdasarkan Performansi

Tabel 6 yang merupakan nilai performansi dan biaya untuk masing-masing alternatif kebijakan perbaikan setelah dilakukan perhitungan nilai performansi alternatif perbaikan dan

rating value. Pada tahap rekomendasi akan dipilih kombinasi alternatif perbaikan dengan

value performansi tertinggi. No Kondisi awal Perusahaan Jumlah Kebutuhan pertahun Total Kebutuhan

pertahun Harga / item Total Harga Biaya Investasi/bulan

1

Alat mengepel

lantai 2 buah x12 bulan 24 Rp.125.000 Rp.3.000.000 Rp.250.000

2

Pembelian bahan

baku galon 3000 buah 3000 Rp.5600 Rp.16.800.000 Rp.1.400.000

3 Pompa Air 2 buah 2 Rp.2.400.000 Rp.4.800.000 Rp.400.000

4

Alat bantu

pemindahan galon 1 buah 1 Rp.1.600.000 Rp.1.600.000 Rp.133.333

5 Desain logo perusahaan 1 gulungan x 12 bulan 12 Rp.1.200.000 Rp.14.400.000 Rp.1.200.000 No Alternatif perbaikan Jumlah Kebutuhan pertahun Total Kebutuhan

pertahun Harga / item Total Harga Biaya Investasi/bulan

1

Merancang Check

list 30 lembar x 360 hari 10800 Rp.250 Rp.2.700.000 Rp.225.000

2

Pengadaan

Pembatas konveyor 1 buah 1 Rp.3.000.000 Rp.3.000.000 Rp.250.000

3

Pengadaan tutup

galon versi baru 12.000 buah 12000 Rp.600 Rp.7.200.000 Rp.600.000

4 Mendesain Icon peringatan menarik 1 gulungan x 12 bulan 12 Rp.1.250.000 Rp.15.000.000 Rp.1.250.000 5 Pengadaan curtain

dari plastik 4 buah x 12 bulan 48 Rp.60.000 Rp.2.880.000 Rp.240.000

6

alat pemindahan

galon 1 buah 1 Rp.2.000.000 Rp.2.000.000 Rp.166.666

7 Air Kompresor 1 buah 1 Rp.2.800.000 Rp.2.800.000 Rp.233.333

Anggaran Biaya Mesin dan Material Perancangan Perbaikan Anggaran Biaya Mesin dan Material sebelum Perbaikan

(9)

Tabel 6. Value Alternatif Perbaikan

Kondisi Alternatif Bobot Kriteria Perfor

mansi Biaya(Cn) Biaya Performansi (PCn) Value 0.55 0.21 0.24 Kondisi Awal 0 3 3 2 2.76 9380000 9380000 1 Menerapkan Perbaikan 1 1 4 3 2 3.31 9605000 11249202.9 1.171 Menerapkan Perbaikan 2 2 3 4 3 3.21 9845000 10909347.83 1.108 Menerapkan Perbaikan 3 3 4 2 2 3.1 10095000 10535507.25 1.044 Menerapkan Perbaikan 4 4 3 2 4 3.03 10695000 10297608.7 0.963 Menerapkan Perbaikan 5 5 2 3 3 2.45 1194500 0 8326449.275 0.697 Menerapkan Perbaikan 6 6 4 4 2 3.52 12185000 11962898.55 0.982 Menerapkan Perbaiakan 1 &2 7 4 4 3 3.76 9546666 12778550.72 1.339 Menerapkan Perbaikan 1&

3 8 3 3 2 2.76 9630000 9380000 0.974 Menerapkan Perbaikan 1&4 9 4 3 2 3.31 9980000 11249202.9 1.127 Menerapkan Perbaikan 1&5 10 4 3 3 3.55 10630000 12064855.07 1.135 Menerapkan Perbaikan 1&6 11 3 4 4 3.45 9620000 11725000 1.219 Menerapkan Perbaikan 2&3 13 4 3 3 3.55 9870000 12064855.07 1.222 Menerapkan Perbaikan 2 &4 14 4 3 2 3.31 10220000 11249202.9 1.101 Menerapkan Perbaikan 2&

5 15 3 4 3 3.21

1087000

0 10909347.83 1.004 Menerapkan Perbaikan 2&

6 16 3 3 4 3.24 9860000 11011304.35 1.117 Menerapkan Perbaikan 3&4 18 2 4 3 2.66 10230000 9040144.928 0.884 Menerapkan Perbaikan 3&5 19 3 3 4 3.24 1088000 0 11011304.35 1.012 Menerapkan Perbaikan 3&6 20 4 3 2 3.31 9870000 11249202.9 1.140 Menerapkan Perbaikan 4 &5 22 2 4 4 2.9 11230000 9855797.101 0.878 Menerapkan Perbaikan 4&6 23 3 4 4 3.45 1022000 0 11725000 1.147 Menerapkan Perbaikan5 &6 25 3 4 3 3.21 10870000 10909347.83 1.004 Menerapkan Perbaikan 1,2&3 26 4 4 3 3.76 9870000 12778550.72 1.295 Menerapkan Perbaikan 1,2&4 27 3 3 3 3 1022000 0 10195652.17 0.998 Menerapkan Perbaikan 1,2&5 28 3 3 4 3.24 10870000 11011304.35 1.013 Menerapkan Perbaikan 1,2&6 29 4 3 3 3.55 9860000 12064855.07 1.224 Menerapkan Perbaikan 2,3&4 30 4 3 2 3.31 1047000 0 11249202.9 1.074

(10)

Tabel 6. Value Alternatif Perbaikan (lanjutan) Menerapkan Perbaikan 2,3&5 31 4 3 2 3.31 11120000 11249202.9 1.012 Menerapkan Perbaikan 2,3&6 32 4 4 2 3.52 10110000 11962898.55 1.183 Menerapkan Perbaikan 3,4&5 33 2 4 3 2.66 11480000 9040144.928 0.787 Menerapkan Perbaikan 3,4&6 34 4 3 3 3.55 10470000 12064855.07 1.152 Menerapkan Perbaikan 4,5&6 35 3 3 3 3 11470000 10195652.17 0.889

5.5 Hasil Rancangan Perbaikan

Form check up sheet harian untuk mesin produksi air minum dalam kemasan 19 liter. Form ini berisi prosedur inspeksi, operator yang melakukan inspeksi, keterangan hasil inspeksi, dan kondisi mesin setelah selesai produksi setiap shiftnya. Form ini berguna agar mesin dalam kondisi optimal untuk dioperasikan untuk shift kerja berikutnya, selain itu dapat mengetahui indikasi-indikasi kerusakan mesin. Form Check Up list dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Order Inspeksi

Konveyor ini adalah contoh pemodelan konveyor bagi PT. Agronesia, selama ini perusahaan tidak memberikan pembatas dengan anggapan bahwa dengan berat galon yang telah di isi oleh air tidak akan keluar jalur dari konveyor dan tetap pada posisinya. Konveyor ini menggunakan motor listrik yang menggerakkan roller utama dimana material yang

Bulan Dept.

Tanggal Inspeksi Gedung

Waktu Inspeksi Lantai

Check Keterangan Check Keterangan Check Keterangan Kebersihan Mesin

Kondisi Permukaan roller : basah dan gerak rotasi

Kondisi Motor : Oli dan kecepatan Kondisi Nozzle: Lebar diameter Kondisi lantai produksi : basah atau kering

Suhu air pada mesin pre washer : 70 °C atau tidak

Kondisi curtain : kebersihan dan rapi

Mesin print barcode : jarak dengan leher galon

Di Inspeksi oleh

Baik : Tidak Perlu Perbaikan

ORDER INSPEKSI

Tindakan Prosedur Inspeksi

Cukup: Perlu Inspeksi Kurang: Perlu diperbaiki segera

Baik Cukup Kurang

: Produksi PT.BMC :Produksi AMDK 19 liter :AMDK 19 liter

: : :

(11)

digunakan adalah aluminium pada pembatasnya. Rancangan konveyor dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Konveyor 6. KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian di perusahaan dapat dilihat dibawah ini:

1. Dari hasil penelitian diperoleh 8 mode potensial penyebab 3 jenis cacat yang paling berisiko.

2. Dari perhitungan berdasarkan pareto diagram maka di peroleh 3 jenis cacat yang berisiko yaitu retak neck, cacat hitam, dan cacat retak dasar.

3. Dari pengurutan nilai rating RPN dari nilai terbesar hingga terkecil menggunakan pareto maka diperoleh 6 mode potensial yang akan diberikan usulan perbaikan.

4. Berdasarkan nilai performansi dari setiap alternative perbaikan maka terpilih alternatif 1 dan alternatif 2 sebagai alternative terpilih dengan value 1.339

REFERENSI

Moubray, John (1997), Reliability Centered Maintenance, Melbourne, ButterworthHeinemann. Reid and Sanders.(2005). Operation Management:An Integrated Approach. Fourth Edition. Wiley International Edition. United Stated.

Saaty. T.,(1993). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, Pustaka Binama Pressindo.

Sprague. (1982).Bulding Effective Decision Support Systems.New York. Englewood Cliffs Stamatis, D.H.,(2003), Failure Mode and Effect Analysis FMEA from Theory to Execution. Wisconsin: ASQC Quality Press.

Zimmerman, P. W. dan Hart,G. D.(1982). Value Engineering: A Practical Approach for Owners, Designers and Contractors. Van Nortrand Reinhold Company. New York.

(12)

No Po te ns ia l F ail ur e Mo de Po te ns ia l C au se W ha t W ho W he n W he re W hy Ho w U su la n Pe rb aik an Me na m ba h ka re t da n an ti ka ra t pa da r oll er ko nv ey or Me ny us un p en ja dw ala n se t-up u la ng p ad a ho ld er n oz zle m en gg un ak an ch eck s he et s eca ra b er ka la Me ny us un p en ja dw ala n se t-up u la ng p ad a ho ld er n oz zle m en gg un ak an ch eck s he et se ca ra b er ka la Me ra nca ng p em ba ta s dik ed ua s is i k on ve yo r be rb ah an a lu m in iu m Me ra nca ng k on ve yo r ya ng le bih s es ua i le ba rn ya de ng an d im en si ga lon . Me na m ba h pe rin ga ta n ya ng m en ar ik d an m ud ah d ip ah am i o le h ko ns um en Me na m ba h de sa in icon p er in ga ta n pa da le he r ga lon d en ga n ce ta ka n m old in g g alon . Me ng ga nt i cu rt ain m at er ia l p oli m er a ta u be rb ah an p la st ik Me ng gu na ka n cu rt ain k ain d en ga n m ela ku ka n pe rg an tia n se ca ra b er ka la LA MP IR A N 1 T ut up g alon 1 9 lit er a ka n dip er ba ha ru i d i BMC P us at T ut up g alon s an ga t tip is se hin gg a sa ng at s uli t dig un ak an Me ng ga nt i t ut up g alon d en ga n de sa in y an gle bih m ud ah d ig un ak an se pe rt i y an g te la h A Q U A d an A m id is la ku ka n Me ne ra pk an r an ca ng an t ut up g alon g alon ve rs i t er ba ru Me ra nca ng d es ain t er pa l A 5 ya ng s es ua i de ng an d im en si tr uk d an m en gg un ak an ro lle r bli nd s Me nu tu p ba gia n be la ka ng t ru k de ng an m ud ah ny a pe ng gu na an te rp al se te la h ga lon d im ua t T ut up g alon 1 9 lit er ak an d ip er ba ha ru i sa at a da p er m in ta an da ri ko ns um en d an pe ra nca ng an m em er lu ka n w ak tu se bu la n Me nd es ain t uli sa n ag ar le bih m en ar ik p er ha tia n ko ns um en u nt uk m em ba ca ny a 5 Pe ng gu na an m at er ia l cu rt ain y an g m as ih m en gg un ak an b ah an k ain en gin ee r tid ak m em ah am i ka ra kt er is tik m at er ia l k ain Pe ng gu na an cu rt ain b er ba ha n ka in ya ng k ur an g te pa t Pe ng gu na an C ur ta in p ad a m es in p re -w as he r ya ng d ik on tr ol ole h S up er vis or d ar i ko m pu te r C ur ta in b er pu ta r at au d ig un ak an se tia p ga lon m as uk da la m m es in pe m be rs ih an dil ak uk an d i st as iu n ke rj a pr os es p re -w as he r A ga r cu rt ain t id ak m en ja di m ed ia m en ge nd ap ny a ke ra k air d an p as ir Me ng ga nt i cu rt ain d en ga n m at er ia l ya ng t id ak d ap at m en ja di m ed ia pa sir m au pu n ke ra k air 6 tu tu p ga lon 1 9 lit er s aa t in i s uli t dib uk a in ve st as i m ah al un tu k m en gg an ti tu tu p ga lon y an g ba ru T ut up g alon 1 9 lit er m em er lu ka n pe m ba ha ru an T ut up g alon 1 9 lit er a ka n dip er ba ha ru i o le h pih ak Pe ng em ba ng an da n Pe ne lit ia n Pu sa t 4 de sa in log o da n tu lis an p er in ga ta n pe ng gu na an p ad a log o dib ad an ga lon s uli t dib aca tu lis an y an g te rla lu ke cil d an t id ak ea sy loo kin g Pe ra nca ng an pe rin ga ta n pe ng gu na an ga lon s uli t Pe rin ga ta n pe ng un aa n ga lon did es ain o le h pih ak p er us ah aa n di ba gia n Pe ng em ba ng an da n Pe ne lit ia n Pu sa t Pe rin ga ta n pe ng gu na an g alon dir an ca ng s et ia p 5 ta hu n se ka li, n am un ak an m en ye su aik an ko nd is i pe rk em ba ng an pe rm in ta an ko ns um en Pe rin ga ta n pe ng gu na an ga lon d ila ku ka n di BMC p us at A ga r ko ns um en m en gg un ak an g alon se su ai fu ng sin ya se hin gg a tid ak a da z at as in g m au pu n be nd a as in g R an ca ng an u nt uk m en ce ga h ga lon j at uh da ri ko nv ey or s aa t ga lon ke lu ar d ar i j alu rn ya D ila ku ka n pe ra nca ng an u nt uk ko nv ey or a ga r ad a pe m ba ta s pa da sis in ya d an d is es ua ik an u ku ra nn ya de ng an le ba r ga lon 3 te rp al tr uk u nt uk m en ut up b ag ia n be la ka ng t ru k su lit d iop er as ik an te rp al tr uk be ru ku ra n A 5 te rla lu le ba r da n be ra t Pe ng gu na an te rp al pe nu tu p ag ar le bih m ud ah dil ak uk an o le h su pir Pe nu tu pa n te rp al dil ak uk an o le h su pir t ru k D ila ku ka n sa at g alon ya ng k os on g da n ya ng t ela h be ris i dim ua t dib ag ia n da la m t ru k. D ila ku ka n pa da ba gia n be la ka ng tr uk U nt uk m en ce ga h m as uk ny a da un , ra nt in g po ho n da n he w an se pe rt i k eco a m as uk da la m g alom . Pe ng un cia n dil ak uk an p ad a m es in f illi ng w at er Pe ng un cia n ho ld er dil ak uk an a ga r air t id ak m en et es k elu ar d ar no zz le d an m em ba sa hi ro lle r ko nv ey or O pe ra to r m ela ku ka n pe m er ik sa an se ca ra p rior ita s pa da h old er n oz zle na m un j ug a ak an m ela ku ka n pe m er ik sa an t er ha da p ko nd is i m es in f illi ng w at er d an k on dis i ko nv ey or p ad a st as iu n te rs eb ut 2 tid ak a da p em ba ta s pa da s is i ko nv ey or g alon 1 9 lit er de sa in k on ve yo r ya ng t id ak m em pe rt im ba ng ka n dim en si ga lon A da ny a ra nca ng an b ar u pa da k on ve yo r un tu k m en ce ga h ga lon j at uh R an ca ng an pe m ba ta s dil ak uk an o le h su pe rv is or Pe m ba ta s dir an ca ng pa da s aa t ke bu tu ha n pe ru sa ha an se ba ga in t in da ka n pr ev en tif k eca ta ta n Ko nv ey or b er ad a pa da la nt ai pr od uk si ga lon 1 9 lit er 1 ka tu p fil lin g no zz le s em ak in m ele ba r se ir in g be rt am ba hn ya w ak tu p en go pe ra sia nn ya T id ak a da s et u p ula ng p ad a ho ld er no zz le s et ia p ga nt i sh ift k er ja Pe ng un cia n ho ld er n oz zle ag ar t et ap te rt ut up r ap at Pe ng un cia n ho ld er dil ak uk an o le h op ee ra to r Pe ng un cia n ho ld er dil ak uk an s et ia p pe rg an tia n sh ift ke rj a

Gambar

Diagram  alir  metodologi  penelitian  berisi  tentang  alur  dari  pengerjaan  tugas  akhir  yangdilakukan
Tabel 2. Jumlah Cacat Produk 19 liter galon
Gambar 2.  Critical Defect
Tabel 3 . Rating  Nilai RPN (lanjutan)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penanganan wanita hamil dengan epilepsi perlu mendapat perhatian khusus mengingat kemungkinan terjadinya komplikasi baik pada ibu maupun bayi.Memang sebagian besar wanita

!. -eba&ai moti*ator dan 1asilitator pemban&unan kesehatan mas#arakat dalam "ila#ah kerja puskesmas 3"ila#ah administrati1 ke/amatan baru&a) melalui

Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan

Untuk membandingkan karakteristik (vswr, return loss dan pola radiasi) antara pengukuran dan hasil simulasi, dimensi antena ditingkatkan dan frekuensi resonansi

Perwujudan kemauan politik semacam ini diharapkan terjadi secepatnya, karena sangat dibutuhkan bukan hanya dalam rangka menghadapi transisi dalam produksi kayu tropika

bahwa dalam rangka menindaklanjuti ketentuan Pasal 14 dan Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang pada intinya menyebutkan

PERLENGKAPAN SARANA GEDUNG PEMASANGAN PENGAMAN JENDELA. 011 PEMASANGAN

Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada komponen atau elemen, mendefinisikan sistem yaitu Jogiyanto: “Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen