• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL DAERAH KABUPATEN JAYAPURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROFIL DAERAH KABUPATEN JAYAPURA"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROFIL DAERAH KABUPATEN JAYAPURA

3.1. DATA UMUM

3.1.1. GOEGRAFI

3.1.1.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis

Kabupaten Jayapura dengan luas wilayah 17.516.6 Km² yang terbagi dalam 19 Distrik 139 Kampung dan 5 Kelurahan terletak diantara 1390-1400 Bujur Timur dan 20 - 30 Lintang Utara. Distrik Kaureh dengan luas Wilayah 4.537,9 Km2 merupakan Distrik terluas di Kabupaten Jayapura atau sekitar 24,88 % dari keseluruhan luas Kabupaten Jayapura dan Distrik Sentani Barat merupakan Distrik yang luasnya terkecil dengan luas wilayah 129,2 Km2 atau sekitar 0,74 % dari luas Wilayah Kabupaten Jayapura.

Gambar 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Jayapura Menurut Distrik

Sumber: Pemerintah Kabupaten Jayapura

Letak Geografis Kabupaten Jayapura yaitu Bagian Barat terletak pada 139°, 15’ Bujur Barat , Bagian timur terletak pada 140°, 45’ Bujur Timur, Bagian utara terletak pada 2°,15’ Lintang Utara dan bagian Selatan terletak pada 3°, 45’ Lintang Selatan dengan batas - batas wilayah :

(2)

 Sebelah Utara Samudera Pasifik dan Kabupaten Sarmi.

 Sebelah Selatan Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara.

 Sebelah Timur dengan Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom.  Sebelah Barat dengan Kabupaten Sarmi.

Jarak dari ibu kota Kabupaten ke ibu kota Distrik yang biasa disinggahi kapal laut sebagai berikut:

Demta : 45 Mil Laut Depapre : 35 Mil Laut

Sedangkan jarak terjauh dari Barat ke Timur 336 Km dan jarak terjauh dari Utara ke Selatan 140 Km. Luas masing-masing Wilayah Distrik sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1. Luas Wilayah Tiap Distrik di Kabupaten Jayapura

NO DISTRIK IBUKOTA LUAS WILAYAH (Km²) PRESENTASE (%)

1. Kaureh Lapua 4.357,9 24,88

2. Kemtuk Sama 258,3 1,47

3. Kemtuk Gresi Klaisu 182,4 1,04

4. Nimboran Tabri 710,2 4,05

5. Nimbokrang Nimbokrang 774,8 4,42 6. Unurum Guay Garusa 3.131,3 17,88

7. Demta Demta 497,5 2,84

8. Depapre Waiya 404,3 2,31

9. Sentani Barat Dosay 129,2 0,74

10. Sentani Hinekombe 225,9 1,29

11. Sentani Timur Nolokla 484,3 2,76

12. Waibu Doyo Lama 258,3 1,47

13. Ebuungfauw Ebuungfauw 387,4 2,21 14. Namblong Karya Bumi 193,7 1,11

15. Yapsi Bumi Sahaja 1.291,3 7,37

16. Airu Hulu Atas 3.099 17,69

17. Yokari Meukisi 519,5 2,97

18. Ravenirara Necheibe 467,4 2,67

19. Gresi Selatan Bangai 143,9 0,82

Jumlah 17.516,6 100

Sumber: BPS Kabupaten Jayapura

Karakteristik yang dimiliki ini merupakan tantangan yang besar dalam pengembangan Kabupatan Jayapura di masa yang akan datang, bukan hanya sejajar, tetapi juga mampu melebihi kemajuan daerah lain. Sisi lain, posisi geografis tersebut dengan keragaman yang dimiliki harus tetap mendapat perhatian khusus dan menuntut kecermatan dalam perencanaan, pengelolaan kegiatan pembangunan dan masalah kemasyarakatan lainnya.

(3)

Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai, danau dan air tanah. Sungai besar yang melintas di wilayah Kabupaten Jayapura sebanyak 4 buah, sebagian besar muara menuju ke pantai utara (Samudera Pasifik) dan pada umumnya sangat tergantung pada fluktuasi air hujan.

Gambar 3.2. Peta Administratif Kabupaten Jayapura

Sumber: Perda Nomor 21 Tahun 2009 Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2008-2028 Kabupaten Jayapura

3.1.1.2. Topografi

Kabupaten Jayapura memiliki keadaan topografi dari dataran rendah, dataran tinggi, daerah perbukitan serta pegunungan dan lereng umumnya relatif terjal dengan kemiringan 5%-30% serta mempunyai ketinggian aktual 0,5 m dpl - 1500 m dpl. Daerah pesisir pantai utara berupa dataran rendah yang bergelombang dengan kemiringan 0%-10% yang ditutupi dengan endapan alluvial. Secara fisik, selain daratan juga terdiri dari rawa (13.700 Ha). Sebagian besar wilayah Kabupaten Jayapura (72,09%) berada pada kemiringan diatas 41%, sedangkan yang mempunyai kemiringan 0-15% berkisar 23,74%.

(4)

Tabel 3.2. Luas Masing-Masing Kelas Kemiringan Lahan Pada Distrik Di Kabupaten Jayapura

NO DISTRIK

LUAS KELAS KEMIRINGAN

DATAR BERGELOMBANG CURAM SANGAT CURAM

o% 2% 2-8% 8-15 % 16 - 25 % 26 - 40% 41 - 65% >65% 1 Sentani Timur 38.40 - 19.19 - - - 54.37 18,67 2 Sentani 10.09 - 57.15 - - - 8.36 38,88 3 Ebungfau 17.55 - 5.04 - - - 153.21 75,27 4 Waibu 22.57 - 30.02 - - - 25.20 57,82 5 Sentani Barat - - 20.40 - - - 2.54 30,16 6 Depapre - 21.34 1.94 - - - - 84,71 7 Demta 0.01 18.25 - - - 4.26 179,78 - 8 Ravenirara - - - 11,54 104,03 9 Yokari 0.02 5.82 2.83 - - - 173.22 18,18 10 Kemtuk 0.06 - 66.68 - - - 100.67 21,88 11 Kemtuk Gresi 0.01 - 57.85 - - - 121.14 20,43 12 Namblong - 7.99 26.87 - - - 35,90 41.14 13 Nimbokrang - 49.04 61.63 - - 4.37 106.03 - 14 Nimboran - 6.21 50.77 - - - 79.77 60,28 15 Gresi Selatan - 28.51 - - - - 78,67 184,79 16 Unrum Guay 0.03 337.49 33.16 16.42 - 90.15 888.46 1.608,41 17 Yapsi - 199.30 - 9.61 38, 76 - 32,30 831.18 18 Kaureh 0.01 1,772.30 69.32 64,10 228.06 - 655.13 2,795.35 19 Airu 0.15 98.90 142.05 86.99 82.92 - 673.84 784.91 Jumlah 88.99 2,545.15 645.62 177 349.74 98.73 3,354.13 6.896,09 Sumber : BPN Kabupaten Jayapura

(5)

Ketinggian

Ketinggian tempat sebagian besar wilayah Kabupaten Jayapura di bawah 500 m dpl ( + 606.400 ha atau 61,01 %) ketinggian 500 – 1000 m dpl dan ketinggian 1000 – 2000 m dpl (+ 149.900 ha atau 15.08 %).

Pegunungan di wilayah Kabupaten Jayapura antara lain pegunungan Cycloop yang terbentang antara Distrik Sentani, Sentani Barat, Sentani Timur dan Depapre di sebelah Utara, selain itu disebelah Selatan terdapat pegunungan Kramor di Distrik Kaureh.

Tabel 3.3. Luas Masing-Masing Ketinggian Pada Distrik Di Kabupaten Jayapura

NO DISTRIK LUAS KELAS MASING - MASING KETINGGIAN

< 100 100 - 1500 < 500 - 1000 1000-2000 1 Demta 44.40 93.26 - - 2 Depapre 41.75 26.64 34.30 - 3 Kaureh 1,548.99 2.44,63 1,476.36 - 4 Kemtuk 103.95 82.56 - - 5 Kemtuk Gresi 102.29 97.14 - - 6 Nimbokrang 138.95 80.48 - 1.64 7 Nimboran 86.81 104.13 6.09 - 8 Sentani 55.74 26.76 14.48 17.50 9 Sentani Barat 29.37 47.36 - 0.36 10 Sentani Timur 150.42 40.39 31.87 28.67 11 Unrum Guay 1,202.76 1,656.02 93.02 22.32 12 Waibu 77.54 45.80 7.49 4.78 13 Ebungfau 167.55 83.45 - - 14 Namblong 37.64 67.24 7.02 - 15 Yapsi 126.46 937.50 47.19 - 16 Airu 701.39 887.14 281.23 - 17 Yokari 60.88 90.11 - 49.08 18 Ravenirara 19.02 24.73 58.39 13.43 19 Gresi Selatan 8.70 243.77 39.50 - Jumlah 4,704.61 4,634.48 2,096.94 137.78 Sumber : BPN Kabupaten Jayapura, 2009

(6)

Jenis Tanah

Lima faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, iklim, topografi, vegetasi dan waktu. Faktor-faktor ini akan membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda sifatnya.

Secara garis besar jenis tanah di Kabupaten Jayapura dapat digolongkan menjadi lima yaitu : Podsolik Merah Kuning, Meditran, Organosal/Aluvial, Latosol dan

Podsolik Coklat Kelabu. Luas masing-masing tanah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4. Luas Jenis Tanah Di Kabupaten Jayapura

NO DISTRIK LUAS MASING-MASING JENIS TANAH

PCK PMK MD OG LT Total 1. Kaureh 125.7 672.6 0.0 21.6 0.0 819.9 2. Airu 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3. Yapsi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4. Kemtuk 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5. Kemtuk Gresi 12.0 6.0 16.4 8.0 0.0 42.4 6. Gresi Selatan 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7. Nimboran 19.2 14.8 6.4 75.9 0.0 116.3 8. Namblong 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9. Nimbokrang 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 10. Unurumguay 208.7 154.8 0.0 0.0 0.0 363.5 11. Demta 0.0 3.2 46.8 0.0 0.0 50.0 12. Yokari 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 13. Depapre 0.0 11.0 0.0 0.0 8.8 19.8 14. Ravenirara 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 15. Sentani Barat 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 16. Waibu 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 17. Sentani 10.0 34.8 0.0 6.2 0.0 51.0 18. Ebungfau 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 19. Sentani Timur 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Total 375.6 897.2 69.6 111.7 8.8 1,462.9 Presentase (%) 26 61 5 8 1 100

Sumber: BPN dan BPS Kabupaten Jayapura, 2009 Ket: PCK = Podsolik Coklat Kelabu OG = Organosol PMK = Podsolik Merah Kuning LT = Latosol MD = Mediteran

(7)

(a) Podsolik Coklat Kelabu

Tanah ini berkembang pada iklim dengan curah hujan diatas 1500 mm/thn, tanpa bulan kering, terletak pada topografi datar, bergelombang, landai dan bukit pada elevasi 10 – 2000 m dpl, kehitaman, coklat tua hingga kekuningan. Reaksi tanah masam hingga netral (pH 5,0 7,0) luasnya mencapai 1.343 ha atau 26 % tersebar di 19 Distrik. Yang terbesar Distrik Urunum Guay 208.700 Ha dan yang terkecil di Distrik Sentani 10.000 Ha.

(b) Podsolik Merah Kuning

Jenis tanah ini terbentuk pada type iklim basah dengan curah hujan 2500 – 3500 m tanpa bulan kering, terletak pada topografi bergelombang sampai berbukit pada elevasi 20 – 100 m dpl, solumnya agak tebal (1 – 2 m) dengan warna merah hingga kuning. Reaksi tanah sangat macam hingga macam (pH3,4 – 5,0) dan sangat peka terhadap erosi serta mempunyai tingkat kesuburan rendah. Tanah ini penyebarannya paling luas yaitu mencapai 897,20 ha, dan hampir setiap distrik mempunyai jenis tanah ini. Paling luas terdapat di Distrik Kaureh seluas 627,60 ha dan yang paling kecil di Distrik Demta seluas 3,20 Ha. Jenis tanah ini cocok untuk persawahan, perladangan dan perkebunan Karet, Kopi dan Kelapa Sawit dengan perlakuan tambahan.

(c) Mediteran

Tanah ini terbentuk pada iklim dengan curah hujan 800 – 2500 mm/thn tersebar pada elevasi 0 – 400 m dpl. Solumnya agak tebal (1 – 2 m), reaksi tanah agak masam sampai netral (pH 6.0 – 7,5), kepekaan terhadap erosi sedang hinga besar. Jenis tanah ini cocok untuk persawahan, perumputan, tegalan dan buah-buahan. Di Kabupaten Jayapura terletak di Distrik Demta seluas 46.800 ha, Distrik Kemtuk Gresi seluas 16.400 ha dan Distrik Nimboran seluas 6.400 Ha.

(8)

(d) Organosul/Alufial.

Pembentukan jenis tanah ini tidak dipengaruhi iklim, terletak pada topografi datar bergelombang didaerah rendah. Warna tanah kelabu tua atau hitam. Reaksi tanah sangat masam (pH 3,5 – 5 ). Cocok untuk persawahan ladang, palawija, tambak dan kebun kelapa. Jenis tanah ini paling banyak di jumpai di Distrik Nimboran yaitu seluas 75.900 ha dan yang terkecil di Distrik Sentani seluas 6.200 Ha.

(e) Latosal

Tanah ini terbentuk pada iklim basah dengan curah hujan 2000 – 7000 mm/tahun, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan, terletak pada topografi bergelombang, berbukit dan bergunung pada elevasi 10 – 13 m dpl. Solumnya dalam (1,5 – 10 m) dengan warna coklat hingga kuning. Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,5 – 6,5 ) dan kepekaan terhadap erosi kecil. Jenis tanah ini cocok untuk tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kebun karet, lada dan tegalan. Luasnya 8.800 ha terdapat di Distrik Depapre.

Kemampuan Tanah

Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah adalah kelerengan, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, drainase, erosi dan faktor pembatas. Lereng merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fisik tanah dan setiap kelas lereng, membutuhkan pengolahan dengan teknik tertentu. Semakin curam kemiringan suatu lokasi semakin besar tingkat erosi yang akan terjadi apabila tutup permukaannya terbuka. Tingkat kemiringan atau lereng di kelompokkan dalam 7 kelas lereng yaitu < 2 %, 2 – 8 %, 9 – 15 %, 16 – 25 %, 26 – 40 %, 41 – 65 % dan > 65 %, dengan luas masing-masing kelas kelerengan berbeda.

(9)

3.1.1.4.

Penggunaan Lahan

Berdasarkan RTRW Kabupaten Jayapura, pola penggunaan lahan di Kabupaten Jayapura antara lain luas Hutan di Kabupaten Jayapura 1.279.314,92 Ha (terdiri dari Hutan Lindung 544.771,1 Ha, Hutan Produksi 562.545,58 Ha, Suaka atau Cagar Alam 15.068 Ha dan Areal Penggunaan Lain 31.499,04 Ha) , Luas Potensi lahan pertambangan rakyat 255.000 hektar (Distrik Nimboran, Kemtuk Gresi, Nimbokrang, Sentani, Unurum Guay, Kaureh), Luas lahan Perumahan 1.589,63 hektar, Luas lahan Pertanian 14.796 hektar, Luas lahan sagu 6.132 hektar, Luas lahan Perkebunan 18.470,5 hektar (Potensi sebesar 421.714,20 hektar), Areal Kolam dan Tambak 45,2 hektar (potensi kurang lebih 69.994 hektar).

Panjang garis pantai Kabupaten Jayapura 243 mil laut terbentang di sepanjang Teluk Tanah Merah yaitu : di Kawasan Distrik Demta, Distrik Raveni Rara dan Distrik Depapre merupakan suatu potensi untuk pembangunan suatu Pelabuhan Laut. Menurut tata ruang Kabupaten Jayapura, bahwa data penggunaan lahan sebagai berikut :

Tabel 3.5. Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Jayapura

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Km²)

1. Belukar 175.34

2. Hutan lahan kering primer 14.481.63 3. Hutan lahan kering sekunder 1.441.57

4. Hutan Mangrove primer 2.60

5. Hutan Rawa primer 535.69

6. Hutan Rawa sekunder 4.05

7. Kebun Campuran 176.69

8. Ladang 21.32

9. Perkebunan 233.17

10. Permukiman 75.97

11. Tanah terbuka alami 136.54

12. Tegalan 88.70

13. Tubuh air 140.70

Sumber : RTRW Kabupaten Jayapura 2008 - 2028

(10)

3.1.1.3. Hidrologi dan Klimatologi

Hidrologi

Sumber air di Wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai, danau,rawa dan air tanah. Sungai besar yang melintas di wilayah Kabupaten Jayapura yaitu sungai Grime, sungai Nawa, sungai Mamberamo, sungai Sermowai dan sungai Wira sebagian besar menuju ke Pantai Utara atau Samudera Pasifik dan pada umumnya sangat tergantung pada fluktuasi air hujan. Selain itu juga terdapat sungai-sungai kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air seperti sungai yang terdapat di Distrik Sentani yaitu sungai Kemiri, sungai Jabawi, sungai Plavou, kali Doyo, kali Dosay, kali Polomo, sungai Sabron Sari serta masih banyak sumber air permukaan yang terdapat di Distrik-Distrik lain di wilayah Kabupaten Jayapura. Danau yang berada di wilayah Kabupaten Jayapura adalah Danau Sentani ± 9.630 Ha Ha terdapat di 5 (lima) Distrik yaitu Distrik Sentani Timur, Distrik Sentani Barat dan Distrik Sentani, Distrik Waibu dan Distrik Ebungfauw. Sumber mata air tanah yang dapat dimanfaatkan secara baik misalnya air sumur baik secara bor maupun digali. Luas rawa yang ada di Kabupaten Jayapura adalah: Distrik Kaureh seluas ± 7.500 Ha dan Distrik Nimboran ± 625 Ha.

Tabel 3.6. Nama – Nama Sungai Di Kabupaten Jayapura

DISTRIK NAMA SUNGAI KETERANGAN

Unurum Guay  S. Wiru,  S.Sifo,  S. Berian,  S.Busoof,  S. Dju,  S. Nano,  S.Pewo,  S. Nawa.

Bercabangan dengan S. Sifo

Bercabangan dengan S.Busoof dan S. Berian.

Menuju daerah Bonggo

Sebelah selatan Beneik

Sebelah utara Santosa

Sebelah barat S. Nano, sebelah selatan Guryad menuju daerah Bonggo.

 Melewati daerah Kaureh dan U.Guay (Sebelah selatan Santosa)

Kaureh S. Wanda

S. Idenburg

S. Waruta

Berasal dari daerah Senggi

Bersambungan dengan sungai Mamberamo (daerah hulu atas) dan bercabangan dengan sungai Waruta di Aurina

 Melewati Unurum Guay dan Daerah Keerom. Kemtuk/

Kemtuk Gresi

S. Pale

S. Tenak

Daerah Sama, Mamda, Soaib, dan sabeyab, dan bercabangan dengan S. Grime

Melewati Sekori menuju Donday (Danau Sentani) Sentani

Timur

S. Kujanu Sebelah utara D. Sentani Demta S. Humbei

S. Sermo

 Daerah Muaif, bersebelahan dengan aliran S.Grime dan bermuara di Lautan Pasifik.(dekat Tanjung Kamdera ).

(11)

Klimatologi

Iklim Kabupaten Jayapura menurut Badan Meteologi, Klimatologi dan Geofisika Jayapura pada umumnya beriklim tropis, dengan suhu minimum 20,9° C dan maksimum 35,5° C. dan rata-rata suhu 27,0°C , sedangkan kelembaban rata-rata munimum 81,0 persen dan maksimum 81,0 persen. Kecepatan angin rata-rata mínimum 2,0 knots (2,16 km/s) dan maximum 3,0 knots (3,24km/s) dengan curah hujan ±185,5 mm/tahun.

Kondisi iklim di Kabupaten Jayapura tergolong dalam iklim Basah dengan curah hujan yang cukup tinggi. Letak geografis Jayapura yang terletak didaerah katulistiwa menyebabkan daerah ini beriklim Tropis dimana juga letak Kabupaten Jayapura berada diantara dua Benua yaitu Asia dan Australia maka iklimnya dipengaruhi oleh angin Muson Tenggara yang bertiup secara bergantian 6 bulan sekali.

Angin Muson Tenggara yang bertiup antara bulan Mei hingga bulan November berasal dari Benua Australia yang pada bulan-bulan tersebut matahari berada di utara katulistiwa sehingga daerah ini merupakan daerah yang rendah tekanan udaranya. Angin ini mempunyai sifat tidak banyak mengandung uap air, karena daratan Australia sebagian besar daerah savana yang tandus. Karena sifatnya demikian maka di Jayapura dan sekitarnya terjadi musim panas.

Angin Muson Barat Laut yang bertiup antara bulan Desember hingga April mempunyai sifat sebaliknya dengan angin Muson Tenggara. Angin ini berasal dari Daratan Asia yang pada saat itu matahari berada di atas Australia (Selatan Katulistiwa) sehingga menyebabkan daerah di sini rendah tekanan udaranya.

Angin Muson Barat Laut banyak mengandung uap air karena daerah yang dilaluinya cukup panjang dan hampir sebagian besar melewati laut dan samudera, karena sifatnya demikian banyak mendatangkan hujan di Jayapura dan sekitarnya.

(12)

3.1.2.

PEMERINTAHAN

3.1.2.1. Administrasi Pemerintahan

Sistem Pemerintahan Kabupaten Jayapura menganut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, termasuk Undang-Undang yang mengatur perubahannya. Hirarki pemerintahan Kabupaten Jayapura secara administratif terbagi dalam 19 Distrik, yang terbagi ke dalam 139 Kampung dan 5 kelurahan, kemudian dikelompokkan lagi dalam 348 RW dan 789 RT. Data selengkapnya mengenai administrasi pemerintah Kabupaten Jayapura adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7. Jumlah Distrik, Kode Wilayah, Kampung, Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT) Dan Kelurahan Kabupaten Jayapura Tahun 2013

NO. DISTRIK KODE

WILAYAH WILAYAH PEMERINTAHAN RT RW KAMPUNG KELURAHAN 1 SENTANI 91.03.01 181 55 7 3 2 SENTANI TIMUR 91.03.02 36 19 7 - 3 DEPAPRE 91.03.03 26 16 8 - 4 SENTANI BARAT 91.03.04 40 17 5 - 5 KEMTUK 91.03.05 32 14 12 - 6 KEMTUK GRESI 91.03.06 46 23 11 1 7 NIMBORAN 91.03.07 37 18 13 1 8 NIMBOKRANG 91.03.08 68 26 9 - 9 UNURUM GUAY 91.03.09 19 7 6 - 10 DEMTA 91.03.10 26 13 7 - 11 KAUREH 91.03.11 21 12 5 - 12 EBUNGFAUW 91.03.12 21 9 5 - 13 WAIBU 91.03.13 63 30 7 - 14 NAMBLONG 91.03.14 44 19 9 - 15 YAPSI 91.03.15 73 34 9 - 16 AIRU 91.03.16 9 11 6 - 17 RAVENIRARA 91.03.17 18 11 4 - 18 GRESI SELATAN 91.03.18 11 5 4 - 19 YOKARI 91.03.19 18 9 5 - J U M L A H 789 348 139 5

(13)

3.1.2.2. Aparatur Pemerintahan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan aparatur pemerintah yang bertugas sebagai abdi masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Keberadaan PNS sebagai sumber daya manusia dalam pemerintahan menjadi pilar pelaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu PNS yang berdedikasi serta berkualitas sangat dibutuhkan agar pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Jumlah PNS di Pemerintahan Kabupaten Jayapura pada tahun 2013 sebanyak 4463 orang terdiri dari laki-laki 2335 orang (52.32%) dan perempuan 2128 orang (47.68%). Apabila dibandingkan dengan jumlah pegawai pada tahun 2012 ternyata mengalami penurunan umlah pegawai, hal ini dikarenakan pension dan mutasi pindah.

PNS di Kabupaten Jayapura terdiri dari berbagai latar belakang tingkat pendidikan. Dengan keberagaman tingkat pendidikan tersebut, terutama banyaknya pegawai dengan latar belakang yang berpendidikan perguruan tinggi, Kabupaten Jayapura telah memiliki sumber daya manusia yang cukup dan dapat diandalkan dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Namun, hal tersebut juga membutuhkan manajemen yang baik dari level pimpinan dalam memberdayakan dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki PNS di Kabupaten Jayapura.

Apabila dilihat dari segi kepangkatan/golonngan, maka Pegawai Negeri Sipil yang ada pada pemerintah Kabupaten Jayapura sebagian besar pada Golongan III yaitu sebanyak 2376 orang kemudian diikuti oleh Golongan II sebanyak 1434 orang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

(14)

Tabel 3.8. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jenis Kelamin, Pangkat/Golongan dan Tingkat Pendidikan Kabupaten Jayapura Tahun 2013

URAIAN TAHUN 2013

a. Jumlah PNS ( menurut jenis kelamin)

1. Laki-laki 2. Perempuan JUMLAH 2243 2220 4463 b. Jumlah PNS (menurut Pangkat/Golongan)

1. Golongan I a. Laki-laki b. Perempuan 2. Golongan II a. Laki-laki b. Perempuan 3. Golongan III a. Laki-laki b. Perempuan 4. Golongan IV a. Laki-laki b. Perempuan 86 78 8 1434 681 753 2376 1125 1251 473 257 216

c.Jumlah PNS (menurut pendidikan)

1. Lulusan SD a. Laki-laki b. Perempuan 2. Lulusan SLTP a. Laki-laki b. Perempuan 3. Lulusan SLTA a. Laki-laki b. Perempuan

4. Diploma (D I, D II, D III) a. Laki-laki b. Perempuan 5. S 1/ D IV a. Laki-laki b. Perempuan 6. S2 a. Laki-laki b. Perempuan 7. S3 c. Laki-laki d. Perempuan 48 43 5 65 54 11 1534 924 610 1055 404 651 1610 836 774 101 68 33 7 5 2

d.Jumlah Pejabat Struktural

1. Eselon I 2. Eselon II 3. Eselon III 4. Eselon IV - 34 187 572 5. Jumlah Pegawai Tidak Tetap (Kontrak) -

(15)

3.1.2.3. Organisasi Pemerintahan

Pada tahun 2007, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, maka sejak tahun 2008 Pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jayapura terdiri dari 10 Badan, 1 Inspektorat, 16 Dinas, 3 Sekretariat (termasuk sekretariat Korpri), 4 Kantor, 1 RSUD, 19 Distrik dan 144 UPTD, 139 Kampung serta 5 Kelurahan.

Tabel 3.9. Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Jayapura Tahun 2011-2013

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

JUMLAH (TAHUN)

2011 2012 2013

Badan 10 10 10

Dinas 16 16 16

Kantor 4 4 4

Bagian pada Setda 3 3 3

Distrik 19 19 19

UPT 144 144 144

Inspektorat 1 1 1

Rumah Sakit 1 1 1

Jumlah 198 198 198

Sumber: Ortal Kabupaten Jayapura

3.2. SOSIAL BUDAYA

3.2.1.

DEMOGRAFI

Jumlah penduduk di Kabupaten Jayapura dari tahun ke tahun terus meningkat. Data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jayapura sampai dengan per 31 Desember 2013 data jumlah penduduk di Kabupaten Jayapura telah mencapai 196.788 jiwa yang terdiri dari laki-laki 106.475 jiwa (54.11%) dan perempuan 90.313 jiwa (45.89%). Dengan membandingkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, maka diketahui bahwa sex ratio penduduk Kabupaten Jayapura per 31 Desember 2013 sebesar 1178,96 per 1000. Dalam lima tahun terakhir, peningkatan jumlah penduduk paling tinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 21,13% dari jumlah penduduk tahun 2012. Data penduduk Kabupaten Jayapura selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

(16)

Tabel 3.10. Jumlah Penduduk Kabupaten Jayapura Dirinci Menurut Distrik, Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin Tahun 2012 – 2013

NO. DISTRIK TAHUN 2012 TAHUN 2013

KK L P JML KK L P JML 1 Sentani 16.467 35.511 29.488 64.999 24.585 51.498 42.222 93.720 2 Sentani Timur 1.954 4.589 4.264 8.853 2.538 5.523 5.348 10.871 3 Depapre 920 2.462 2.265 4.727 1.081 2.698 2.511 5.209 4 Sentani Barat 1.070 2.495 2.240 4.735 1.290 2.921 2.602 5.523 5 Kemtuk 620 1.504 1.429 2.933 720 1.814 1.768 3.582 6 Kemtuk Gresi 895 2.150 2.113 4.263 1.071 2.499 2.446 4.945 7 Nimboran 1.246 2.825 2.655 5.480 1.385 2.954 2.825 5.779 8 Nimbokrang 2.282 4.383 4.000 8.383 2.486 4.627 4.280 8.907 9 Unurum Guay 699 1.466 1.237 2.703 779 1.591 1.330 2.921 10 Demta 747 1.890 1.600 3.490 853 2.054 1.747 3.801 11 Kaureh 3.280 7.740 5.223 12.963 3.941 8.922 6.253 15.175 12 Ebungfauw 617 1.512 1.385 2.897 747 1.687 1.614 3.301 13 Waibu 2.762 6.026 5.313 11.339 3.772 7.884 6.817 14.701 14 Namblong 1.042 2.040 1.918 3.958 1.118 2.150 2.037 4.187 15 Yapsi 2.101 4.208 3.506 7.714 2.180 4.304 3.568 7.872 16 Airu 291 709 581 1.290 345 518 420 938 17 Ravenirara 263 641 579 1.220 373 798 740 1.538 18 Gresi Selatan 302 705 641 1.346 315 710 664 1.374 19 Yokari 361 1.034 870 1.904 502 1.323 1.121 2.444 Jumlah Total 37.919 83.890 71.307 155.197 50.081 106.475 90.313 196.788

(17)

Tabel 3.11. Jumlah Penduduk Kabupaten Jayapura Dirinci Menurut Distrik dan Suku Tahun 2013

NO DISTRIK

P A P U A

NON PAPUA

JUMLAH

JAYAPURA LUAR JAYAPURA

L P L P L P 1 SENTANI 20,319 17,250 10,346 7,292 20,833 17,680 93,720 2 SENTANI TIMUR 3,086 2,844 1,011 1,129 1,426 1,375 10,871 3 DEPAPRE 2,246 2,075 269 273 183 163 5,209 4 SENTANI BARAT 1,466 1,509 394 342 1,061 751 5,523 5 KEMTUK 1,363 1,202 251 212 293 261 3,582 6 KEMTUK GRESI 2,082 2,046 319 312 98 88 4,945 7 NIMBORAN 1,635 1,626 750 678 569 521 5,779 8 NIMBOKRANG 1,277 1,135 473 379 2,877 2,766 8,907 9 UNURUM GUAY 1,169 1,001 181 153 241 176 2,921 10 DEMTA 1,579 1,394 149 116 326 237 3,801 11 KAUREH 2,189 1,105 3,313 2,251 3,420 2,897 15,175 12 EBUNGFAUW 1,640 1,574 36 30 11 10 3,301 13 WAIBU 3,952 3,635 1,553 1,059 2,379 2,123 14,701 14 NAMBLONG 637 610 501 491 1,012 936 4,187 15 YAPSI 1,307 1,114 191 156 2,806 2,298 7,872 16 AIRU 448 361 61 53 9 6 938 17 RAVENIRARA 723 677 36 30 39 33 1,538 18 GRESI SELATAN 439 435 202 158 69 71 1,374 19 YOKARI 1,279 1,089 24 15 20 17 2,444 JUMLAH 48,836 42,682 20,060 15,129 37,672 32,409 196,788 JUMLAH TOTAL 91,518 35,189 70,081 196,788

(18)

Tabel 3.12. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Jayapura Tahun 2009 - 2013

NO TAHUN JUMLAH JUMLAH PENDUDUK

KEL/KPG RW RT KK L P JUMLAH 1 2009 144 319 753 29,812 73,093 61,511 134,604 2 2010 144 326 753 29,948 73,428 61,791 135,219 3 2011 144 326 753 40,837 77,670 67,833 145,503 4 2012 144 348 789 37,919 83,890 71,307 155,197 5 2013 144 348 789 50,121 106,475 90,313 196,788

Sumber: Dinas Dukcapil,2014

Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Jayapura tahun 2013 berdasarkan hasil proyeksi penduduk oleh BPS dengan metode komponen terbaru (Rural Urban Projection) sebanyak 118.789 jiwa, yang terdiri dari 62.788 laki-laki dan 56.001 perempuan dan perbandingan antara jumlah laki-laki dengan perempuan dapat dilihat lebih lanjut dengan rasio jenis kelamin (sex ratio), dimana sex ratio penduduk Kabupaten Jayapura pada tahun 2013 adalah 112.12 yang berarti bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 112 penduduk laki-laki.

Gambar 3.3. Penduduk Kabupaten Jayapura Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014

62,788 (53%)

56,001 (47%)

(19)

Pada gambar 3.3 menunjukkan piramida penduduk Kabupaten Jayapura yang bertipe ekspansif dimana sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Dapat terlihat bahwa sebaran penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 13.359 jiwa, diikuti kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 12.857 jiwa dan kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 12.870 jiwa.

Pada prinsipnya seseorang akan tinggal di suatu tempat yang dapat memberikannya suatu kehidupan yang layak termasuk kemudahan mendapatkan sandang pangan. Pada tahun 2013, jumlah penduduk paling banyak terkonsentrasi di Distrik Sentani, yaitu berjumlah 47,514 jiwa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat Distrik Sentani merupakan ibukota kabupaten, sehingga secara otomatis memiliki fasilitas yang sudah cukup lengkap. Sementara itu, jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Distrik Gresi Selatan, yaitu hanya terdapat 940 jiwa.

Gambar 3.4 Piramida Penduduk Kabupaten Jayapura Tahun 2013

Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014

7,000 5,000 3,000 1,000 1,000 3,000 5,000 7,000 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-7475+ Perempuan Laki-laki

(20)

3.2.2. KELUARGA BERENCANA (KB)

Tujuan umum program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kemampuan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya program ini diharapkan dapat memberikan dampak penurunan angka kematian ibu dan anak; penaggulangan masalah kesehatan reproduksi; peningkatan kesejahteraan keluarga, peningkatan derajat kesehatan; serta peningkatan mutu dan layanan KB.

Berdasarkan hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran , wanita / pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/metode KB. Pelaporan Pelayanan peserta KB aktif dilaksanakan kembali oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, pada tahun 2013 KB Aktif mencapai 85.72 % . Semua Puskesmas pencapaiannya diatas 75 %. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Gambar 3.5. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Distrik di Kabupaten Jayapura Tahun 2013

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, 2013

HARAPAN SENTANI EBUNGFAU DOSAI DEPAPRE RAVENIRARA KANDA KEMTUK SAWOI NAMBLONG GENYEM NIMBOKRANG DEMTA YOKARI GUAY YAPSI LEREH AIRU 89.43 76.44 94.29 84.26 92.00 100.00 100.00 100.00 90.57 84.38 79.55 92.45 85.91 100.00 100.00 92.73 100.00 100.00

(21)

Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB) Kabupaten Jayapura pada tahun 2013, pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) Kabupaten Jayapura telah mampu membina penduduk usia subur sebanyak 28205 orang dengan jumlah peserta KB sebanyak 23135 orang. Tingkat pasangan subur yang menjadi peserta KB secara umum trennya meningkat, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.14 sebagai berikut:

Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Menurut Distrik yang Mengikuti Program KB dan Peserta KB Menurut Metode Kontrasepsi di Kabupaten Jayapura Tahun 2013

NO DISTRIK PUS KONTRASEPSI JMLH

IUD MOP MOU IMP STK PIL KDM

1 Sentani 11617 130 3 166 562 5270 1123 487 7741 2 Sentani Timur 1481 6 0 27 170 614 278 32 1127 3 Sentani Barat 920 1 0 13 62 583 172 17 848 4 Depapre 798 1 0 5 9 404 161 6 586 5 Demta 749 4 0 3 81 213 82 196 579 6 Kemtuk 712 0 0 0 2 48 25 0 75 7 Kemtuk Gresi 800 0 0 5 26 493 153 15 692 8 Nimboran 1025 5 0 4 138 607 49 2 805 9 Nimbokrang 1330 38 34 8 221 857 117 13 1288 10 Unurum Guay 410 0 0 0 28 116 21 1 166 11 Kaureh 2902 7 0 14 56 2409 1593 9 4088 12 Waibu 1200 31 0 193 153 1052 532 428 2389 13 Ebungfauw 688 0 0 1 18 211 57 2 289 14 Namblong 625 5 0 3 78 283 51 21 441 15 Yapsi 1911 14 3 9 124 436 1279 26 1891 16 Airu 160 0 0 0 0 0 0 0 0 17 Ravenirara 260 0 0 0 0 0 0 0 0 18 Yokari 315 0 0 0 0 64 1 1 66 19 Gresi Selatan 302 0 0 0 0 43 13 8 64 Jumlah 28205 242 40 451 1728 13703 5707 1264 23135 Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2013

Perkembangan metode dan alat kontrasepsi yang digunakan pun trennya sangat beragam sesuai dengan minat dan kecocokan para pemakai, melalui konsultas dan diagnosa yang tepat, yang dilakukan oleh para penyuluh KB maupun dokter yang menangani. Adapun alat kontrasepsi yang biasa digunakan adalah berupa pil,suntikan, susuk

(22)

Pemakaian alat/cara KB sangat berperan dalam menurunkan angka fertilitas. Alat kontrasepsi dikategorikan sebagai alat kontrasepsi mantap (alat kontap) dan alat kontrasepsi tidak mantap. Alat kontrasepsi yang efektif selama hidup seperti vasektomi dan tubektomi dikategorikan sebagai alat kontrasepsi mantap (alat kontap). Sementara itu, alat kontrasepsi mantap lainnya yang efektif beberapa tahun adalah spiral/IUD dan susuk KB/norplant. Alat kontrasepsi ini mempunyai resiko kegagalan relatif kecil dibandingkan alat yang lain.

Sedang berdasarkan data dari BPS tahun 2013, 28.51 % wanita usia subur (15-49 tahun) dan berstatus kawin sedang menggunakan alat KB. Sementara itu, 17.81 % wanita usia subur dan berstatus kawin pernah menggunakan alat KB. Sedangkan sisanya, yatu sebesar 53.68 % tidak pernah menggunakan alat KB. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar waninta berumur 15-49 tahun ke atas yang pernah kawin tidak pernah menggunakan alat KB baik modern maupun cara tradisional. Apabila dibiarkan seperti ini dapat memunculkan masalah kependudukan di masa yang akan datang. Oleh karena itu peran pemerintah terkait isu KB ini sangat penting untuk melakukan tindakan pencegahan meledaknya jumlah penduduk dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang enggan menggunakan alat kontrasepsi.

Gambar 3.6. Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Penggunaan KB di Kabupaten Jayapura Tahun 2013

Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014

28.51% 17.81%

53.68%

(23)

Dari data Susenas tahun 2013, mayoritas pengguna alat KB di Kabupaten Jayapura diantaranya menggunakan KB suntik yaitu sebesar 55.54 %, kemudian diikuti pil KB sebesar 20.84 %. Selain itu penggunaan KB dengan cara tradisional di Kabupaten Jayapura juga masih banyak digunakan yaitu sebesar 8.19 %. Untuk selengkapnya dapat dilihat di gambar 3.7.

Gambar 3.7. Persentase Waninta Berumur 15-49 Tahun Ke Atas dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan KB Menurut Metode KB yang Digunakan di Kabupaten Jayapura Tahun 2013

Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014

3.2.3.

KETENAGAKERJAAN

Salah satu kunci untuk mencapai kesejahteraan penduduk adalah dengan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia tersebut memerlukan solusi yang berbeda-beda sesuai dengan keberagaman usia penduduk yang menempati daerah tersebut. Setiap kelompok umur penduduk mempunyai permasalahan yang berbeda dengan kelompok umur penduduk lainnya. Penduduk pada usia balita (0-4 tahun) memerlukan perhatian dan penanganan lebih pada masalah kesehatan. Penduduk yang berada pada kisaran usia sekolah memerlukan penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Sedangkan penduduk pada usia kerja perlu penyediaan lapangan kerja baru untuk menekan angka pengangguran.

3.16% 1.46% 1.30% 55.54% 9.51% 20.84% 8.19%

(24)

Gambar 3.8. Penduduk Kabupaten Jayapura Menurut Distrik Tahun 2013

Sumber: BPS Kabupaten Jayapura,2014

Pada tahun 2013, 65.37 persen dari total penduduk Kabupaten Jayapura atau 77,653 jiwa adalah kelompok usia produktif (15 – 64 tahun), sedangkan sisanya 34.63 persen atau sekitar 41,136 jiwa adalah kelompok usia tidak produktif (0-14 dan 65 tahun keatas). Dari angka tersebut dapat memberikan gambaran bahwa angka ketergantungan (age dependency ratio) di Kabupaten Jayapura sebesar 52.97 persen. Ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 53 penduduk usia tidak produktif. Semakin tinggi angka beban ketergantungan, maka pelaksanaan pembangunan akan semakin terhambat. Oleh karena itu, kenaikan angka beban ketergantungan harus diikuti dengan upaya pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk usia produktif.

SENTANI SENTANI TIMUR WAIBU NIMBOKRANG KAUREH YAPSI SENTANI BARAT KEMTUK GRESI NIMBORAN DEPAPRE KEMTUK DEMTA NAMBLONG EBUNGFAU UNURUMGUAY YOKARI RAVENIRARA AIRU GRESI SELATAN 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 47,514 7,730 7,401 6,710 6,538 6,057 4,402 4,283 4,250 4,016 3,742 3,317 3,137 2,593 2,046 1,991 1,171 951 940

(25)

Tabel 3.14. Angka Beban Ketergantungan Penduduk di Kabupaten Jayapura Menurut Kelompok Umur Tahun 2013

KELOMPOK UMUR PENDUDUK

RATIO KETERGANTUNGAN

ANAK LANJUT USIA

TOTAL (0 – 14) (65 +) 0 -14 39,032 - - - 15 -64 77,653 50.26 2.71 52.97 65 + 2,104 - - - Jumlah 118,789 - - -

Sumber: Proyeksi Penduduk BPS, 2014

Ketersediaan lapangan pekerjaan di suatu daerah merupakan hal yang penting (urgent) bagi keberlangsungan penghidupan masyarakat. Pada umumnya setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikannyaakan berusaha untuk mencari nafkah denganmencaipekerjaan pada orang lain. Minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini di Kabupaten Jayapura, membuat jumlah pencari kerja senantiasa menjadi tren untuk naik dari tahun ke tahun.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran. Sesuai dengan definisi dari BPS dan Depnaker, dalam publikasi ini digunakan konsep penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas.

Tabel 3.15. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Selama Seminggu Yang Lalu di Kabupaten Jayapura Tahun 2013

Penduduk Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Jumlah

Bekerja Mencari Kerja Sekolah Mengu-rus RT Lainnya Laki-laki 39.12 2.31 9.07 1.22 2.06 53.77 Perempuan 18.45 1.65 7.25 18.17 0.71 46.23 Total 57.56 3.96 16.33 19.39 2.76 100.00

(26)

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2013, persentase terbesar penduduk usia kerja di Kabupaten Jayapura adalah penduduk bekerja (57.56 %). Dari sisi produktifitas tenaga kerja hal ini cukup bagus karena dengan banyaknya tenaga kerja tentunya produktifitas juga tinggi. Hanya saja, produktifitas juga harus dikaitkan dengan tingkat pendidikan tenaga kerja di Jayapura. Karena meskipun jumlah tenaga kerja besar kalau tidak diimbangi dengan skill atau keterampilan yang memadai tidak akan menghasilkan produktifitas yang diinginkan.

Sekitar 62 % dari penduduk usia kerja di Kabupaten Jayapura merupakan penduduk yang aktif secara ekonomi (penduduk yang termasuk angkatan kerja), hal ini ditunjukkan dari tingginya angka TPAK yaitu sebesar 61.52 %. Sisanya (38.48 %) tidak aktif secara ekonomi, yaitu penduduk dengan kegiatan utama sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya.

Gambar 3.9. TPAK di Kabupaten Jayapura Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 dan 2013

Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2014

Dilihat dari sisi gender, TPAK laki-laki jauh lebih tinggi dibanding dengan TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 77.04 % dan 43.47 %. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa secara umum kesempatan penduduk laki-laki dalam kegiatan ekonomi masih lebih besar dibanding perempuan. Hal ini terkait dengan budaya/tradisi masyarakat kita yang umumnya menempatkan laki-laki (suami sekaligus kepala rumah tangga) sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.

Laki-laki Perempuan Total 83.49 43.45 64.84 77.04 43.47 61.52 2012 2013

(27)

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, TPAK laki-laki mengalami penurunan sebesar 6.45 persen, sedangkan TPAK perempuan mengalami peningkatan yang sangat kecil sebesar 0.02 persen. Apabila diihat secara keseluruhan TPAK tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 3.32 persen dibanding tahun 2012.

Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)

Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan kerja yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi atau produksi. Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kebutuhan tenaga kerja.

Mengingat data kesempatan kerja sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa kesempatan kerja didefinisikan dengan banyaknya lapangan kerja yang terisi, yang tercermin dari persentase penduduk yang bekerja dari total seluruh angkatan kerja yang tersedia.

Dalam hal ini seseorang dikategorikan bekerja apabila dia melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) yaitu porsi penduduk yang termasuk angkatan kerja yang terserap dalam pasar kerja.

Adapun TKK di Kabupaten Jayapura dapat dilihat pada gambar 3.10. Secara keseluruhan (total laki-laki dan perempuan), sekitar 93.57 % dari seluruh angkatan kerja di Kabupaten Jayapura terserap dalam berbagai lapangan pekerjaan. Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa TKK laki-laki lebih besar dibanding TKK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 94.42 % dan 91.80 %. Hal ini menegaskan bahwa dalam hal ketenagakerjaan partisipasi laki-laki sedikit lebih tinggi dibanding dengan perempuan.

(28)

Gambar 3.10. TKK di Kabupaten Jayapura Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 dan 2013

Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2014

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, TKK laki-laki mengalami peningkatan sebesar 2.63 % dan TKK perempuan juga mengalami peningkatan sebesar 0.21 %. Apabila diihat secara keseluruhan TKK tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1.84 % dibanding tahun 2012.

Penduduk Bekerja

Penduduk Kabupaten Jayapura yang bekerja sebagian besar tamatan SLTA/SMK, dimana jumlahnya mencapai 35.34 %. Kemudian terbesar kedua adalah penduduk yang bekerja tamatan SLTP/MTs yaitu sebesar 21.80 %. Masih tingginya jumlah penduduk bekerja yang berpendidikan rendah (SLTP kebawah) yang sebesar 51.85 % mengindikasikan masih tradisionalnya metode kerja yang digunakan, dimana untuk menghasilkan produktifitas yang besar digunakan jumlah tenaga kerja yang banyak.

Tabel 3.16. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan

Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di

Kabupaten Jayapura Tahun 2013

PENDIDIKAN TERTINGGI YANG

DITAMATKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN Lk+Pr

Belum sekolah dan tidak tamat SD 6.74 19.41 10.80

SD 17.00 24.02 19.25

SLTP/MTs 26.29 12.28 21.80

SLTA/SMK 41.84 21.55 35.34

Diploma/Sarjana 8.13 22.74 12.82

Jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Laki-laki Perempuan Total 91.79 91.59 91.73 94.42 91.80 93.57 2012 2013

(29)

Penduduk bekerja yang minimal tamat pendidikan tinggi (SLTA ke atas) jumlahnya sebesar 48.15 %, terdiri dari tamatan SLTA sebanyak 35.34 % dan tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 12.82 %. Keadaan ini harus menjadi perhatian, mengingat kualitas tenaga kerja di Kabupaten Jayapura sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk di daerah tersebut.

Tabel 3.17. Persentase Penduduk Yang Bekerja di Kabupaten Jayapura Menurut Kelompok Sektor Ekonomi Tahun 2013

NO. KELOMPOK SEKTOR LAKI-LAKI PEREMPUAN Lk+Pr

1 Primer 53.23 39.26 48.75

Pertanian 48.75 39.26 45.71

Pertambangan & penggalian 4.48 0.00 3.05

2 Sekunder 7.92 1.60 5.90

Industri 3.06 1.60 2.59

Listrik & air bersih 0.54 0.00 0.37

Konstruksi 4.32 0.00 2.94

3 Tersier 38.85 59.13 45.35

Perdagangan, hotel & restoran

8.39 33.98 16.59 Transportasi &

telekomunikasi

9.72 0.90 6.89 Keuangan, persewaan & jasa

perusahaan

2.66 0.99 2.13

Jasa-jasa 18.08 23.26 19.74

Jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Dilihat dari kelompok sektor ekonomi, sektor primer merupakan lapangan kerja yang menyerap tenaga kerja paling banyak dimana tenaga kerja yang diserap sektor ini mencapai 48.75 %. Diikuti oleh sektor tersier yaitu sebanyak 45.35 %. Penyerapan tenaga kerja di kelompok sektor sekunder masih sedikit, yaitu sebesar 5.90 %. Jika dilihat menurut tingkat pendidikan, tenaga kerja di sektor pertanian umumnya berpendidikan rendah (tidak/belum sekolah, tidak/belum tamat SD, dan tamat SD).

Tingginya penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengharuskan pemerintah untuk memberi perhatian lebih pada sektor tersebut, sehingga pertanian yang ada di Kabupaten Jayapura dapat berkembang dan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar terhadap perekonomian di kabupaten tersebut. Penyuluhan pertanian bisa menjadi pilihan yang bagus mengingat sistem pertanian yang digunakan sebagian besar petani di Kabupaten Jayapura masih sangat

(30)

tradisional dan tingkat pendidikan pekerja masih sangat rendah. Akses pemasaran hasil pertanian juga perlu dipikirkan pemerintah karena kesejahteraan petani tidak hanya bergantung pada peningkatan produksi, tetapi juga pemasaran hasil pertanian.

Gambar 3.11. Persentase Penduduk Yang Bekerja di Kabupaten Jayapura Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2012 dan 2013

Sumber: BPS Kabupaten Jayapura, 2014

Pada gambar 3.11 dapat dilihat bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan dibanding tahun lalu, yaitu turun sebesar 2.46 %. Begitu juga dengan sektor industri, konstruksi dan sektor transportasi dan komunikasi yang mengalami sedikit penurunan yaitu masing-masing 1.58 %, 1.22 % dan 1.80 %. Sedangkan peningkatan tertinggi terdapat di sektor jasa-jasa yaitu sebesar 4.39 %. Begitu juga dengan tiga sektor lainnya yang belum tersebut diatas, mengalami sedikit peningkatan jumlah pekerja. Lain halnya dengan sektor perdagangan yang masih tidak banyak berubah dari tahun yang lalu.

Angka Pengangguran Terbuka

Pengangguran terbuka (open unemployment) didefinisikan sebagai penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sementara tidak bekerja, terdiri dari :

a. Mereka yang mencari pekerjaan. b. Mereka yang mempersiapkan usaha.

c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. (lihat pada “An ILO Manual on Concepts and Methods”)

2012 2013

(31)

Pengertian pengangguran tidak dapat disamakan dengan pencari kerja, karena sering kali terjadi diantara pencari kerja terdapat mereka yang tergolong bekerja namun karena berbagai alasan masih mencari perkerjaan lain, untuk kasus tersebut dia akan tergolong sebagai bekerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat pengangguran terbuka diartikan sebagai persentase dari penduduk yang mencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. TPT Kabupaten Jayapura pada tahun 2013 adalah 6.43 % yang artinya dari 100 orang yang penduduk angkatan kerja 6 orang diantaranya menganggur, dimana TPT perempuan lebih besar dibanding TPT laki-laki, yaitu masing-masing sebesar 5.58 % dan 8.20 %.

Gambar 3.12. TPT di Kabupaten Jayapura Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 dan 2013

Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2014

Apabila dibanding tahun 2012, TPT tahun 2012 mengalami penurunan yaitu turun sebesar 1.84 %. TPT laki-laki yang mengalami penurunan yaitu turun sebesar 2.63 %, sedangkan TPT perempuan juga sedikit menurun yaitu menurun sebesar 0.21 %. TPT di Kabupaten Jayapura bisa dibilang sudah dalam kondisi yang baik, dikarenakan berada di kondisi ideal, dimana TPT normal terletak dikisaran 6-7 %. Untuk bisa menurunkan kembali angka TPT, Pemerintah harus mengambil kebijakan yang tepat, sehingga dapat mendorong penciptaan lapangan kerja baru agar pengangguran yang terjadi tidak menjadi beban pembangunan. 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 Laki-laki Perempuan Total 8.21 8.41 8.27 5.58 8.20 6.43 2012 2013

(32)

Tingkat Setengah Pengangguran (TSP)

Yang dimaksud dengan tingkat setengah pengangguran adalah persentase mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) terhadap angkatan kerja yang bekerja. Setengah Pengangguran terdiri dari:

Setengah Pengangguran Terpaksa adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.

Setengah Pengangguran Sukarela adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.

Setengah pengangguran terpaksa mewakili kelompok yang tidak puas dengan pekerjaan yang telah dimilikinya sekarang. Sedangkan setengah pengangguran sukarela mewakili kelompok yang tidak merasa perlu untuk mencari pekerjaan lain meskipun pekerjaan yang sekarang bukanlah pekerjaan dengan jam kerja penuh (normal).

TSP di Kabupaten Jayapura tahun 2013 sebesar 25.76 % yang berarti dari 100 orang penduduk angkatan kerja 26 orang diantaranya setengah menganggur. Jika dilihat menurut jenis kelamin TSP perempuan lebih tinggi dibanding TSP laki-laki yaitu 38.79 % berbanding dengan 19.62 %. Hal ini menunjukkan kewajaran sesuai dengan budaya yang ada, bahwa dalam memenuhi kebutuhan ekonomi biasanya lebih bergantung kepada laki-laki, perempuan hanya sekedar membantu suami/keluarga.

Gambar 3.13. TSP di Kabupaten Jayapura Menurut Klasifikasidan Jenis Kelamin Tahun 2013

Sumber ; BPS Kabupaten Jayapura, 2014

TSP Terpaksa TSP Sukarela TSP 8.05 11.57 19.62 6.55 32.24 38.79 7.57 18.19 25.76 Laki-laki Perempuan Total

(33)

Apabila dilihat menurut klasifikasinya nilai TSP Sukarela lebih tinggi dibandingkan dengan TSP Terpaksa baik untuk laki-laki maupun perempuan, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.13. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan setengah pengangguran di Kabupaten Jayapura merasa tidak perlu untuk mencari pekerjaan lain meskipun pekerjaan yang sekarang bukanlah pekerjaan dengan jam kerja penuh (normal). Tingginya TPT penduduk Kabupaten Jayapura dikarenakan kebanyakan penduduknya bekerja di sektor pertanian. Selama menunggu musim panen, kebanyakan penduduk tidak mencari pekerjaan lain atau menciptakan lapangan pekerjaan baru karena kurangnya skill dan tingkat pendidikan yang rendah.

Struktur Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan

Analisis ketenagakerjaan akan lebih menarik apabila struktur tenaga kerja dikaji menurut status pekerjaan. Status pekerjaan merupakan kedudukan seseorang di dalam pekerjaan yang dilakukan orang tersebut. Informasi mengenai status pekerjaan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengidentifikasi besarnya tenaga kerja yang bekerja pada sektor formal dan informal.

Konsep yang digunakan BPS tentang pekerja formal adalah pekerja yang berstatus buruh dan berusaha sendiri dibantu buruh tetap. Sedangkan pekerja informal adalah mereka yang statusnya berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tdk dibayar, pekerja keluarga/tak dibayar dan pekerja bebas. Menurut persepsi masyarakat awam, kelompok pertama umumnya adalah mereka yang bekerja di perkantoran. Sementara itu, kelompok pekerja informal umumnya adalah mereka yang bekerja tidak menentu, gaji yang diperoleh kecil dan jangka waktu penerimaan tidak tentu, lingkungan dan kondisi kerja jelek, di pinggiran kota, atau kalau ada di pusat kota mereka bekerja sebagai pedagang kaki lima yang rawan penggusuran.

Dari tabel 3.18, pada tahun 2013 persentase tenaga kerja formal sekitar 27.80 %. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan persentase tenaga kerja informal sebesar 72.20 %. Di Kabupaten Jayapura, pekerja informal kebanyakan bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu, kegiatan pada sektor informal harus mendapatkan perhatian dari semua pihak agar terus dapat berkembang, sehingga secara perlahan dan pasti dapat membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

(34)

Tabel 3.18 Persentase Pekerja di Kabupaten Jayapura Menurut Status Dalam Pekerjaan Utama Tahun 2013

STATUS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN Lk+Pr

Berusaha sendiri 49.24 43.92 47.54

Berusaha dibantu buruh tdk

tetap/buruh tdk dibayar 11.18 8.96 10.47 Berusaha dibantu buruh

tetap/buruh dibayar 1.41 1.70 1.50

Buruh/karyawan/pegawai 25.98 26.97 26.30 Pekerja keluarga/tak dibayar 6.13 18.45 10.08 Pekerja bebas (lainnya) 6.07 0.00 4.12

Jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Secara keseluruhan, persentase terbesar penduduk yang bekerja di Kabupaten Jayapura adalah berusaha sendiri (47.54 %) dan diikuti oleh buruh/karyawan/pegawai (26.30 %). Besarnya jumlah buruh di Kabupaten Jayapura perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah karena antara buruh dan pengusaha seringakali tidak ada kesepakatan dalam hal perlindungan buruh maupun upah yang sesuai dengan UMR, meskipun mekanisme tersebut sudah diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan. Pekerja tak dibayar kebanyakan adalah perempuan, kemungkinan hal ini terjadi karena perempuan bekerja hanya sebagai kegiatan sambilan atau sekedar membantu suami/keluarga.

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Jayapura mencatat bahwa pencari kerja di Kabupaten Jayapura berjumlah 3.142 orang terdiri dari pencari kerja berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.670 orang dan perempuan sebanyak 1.476 orang. Dan sebagian besar pencari kerja di Kabupaten Jayapura berasal dari Distrik Sentani, untuk lebih rincinya lagi terlihat pada tabel sebagai berikut:

(35)

Tabel 3.19. Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Jayapura Tahun 2013

NO DISTRIK

JUMLAH PENCARI KERJA BERDASARKAN PENDIDIKAN

JUMLAH SD SLTP SLTA D3 S.1 S.2 L P L P L P L P L P L P L P 1. SENTANI TIMUR 125 61 2 3 16 50 1 1 144 115 2. SENTANI 480 479 20 157 526 165 3 3 1029 804 3. EBUNGFAU 27 20 1 2 10 3 38 25 4. WAIBU 1 21 35 24 5 28 10 2 2 75 52 5. SENTANI BARAT 35 72 1 20 24 22 60 114 6. DEMTA 1 19 24 3 5 10 7 32 37 7. YOKARI 2 18 1 1 1 1 4 20 8. DEPAPRE 1 2 29 30 6 6 9 7 1 47 44 9. RAVENIRARA 2 30 2 3 6 7 36 10. KEMTUK 1 29 3 2 5 6 13 37 22 11. KEMTUK GRESI 20 22 5 3 4 3 29 28 12. GRESI SELATAN 1 11 15 5 2 16 18 13. NAMBLONG 1 15 35 9 4 6 9 1 31 49 14. NIMBORAN 30 4 6 4 4 27 1 41 35 15. NIMBOKRANG 3 29 8 2 20 1 1 31 33 16. KAUREH 5 5 2 3 7 8 17. YAPSI 3 9 3 5 10 9 16 23 18. UNURUM GUAY 2 1 15 6 2 3 4 2 23 12 19. AIRU 2 1 1 3 1 JUMLAH 1 5 5 873 897 95 226 689 340 7 8 1670 1476

(36)

3.2.4.

KESEHATAN

Kontribusi bidang kesehatan terhadap peningkatan IPM sangat dipengaruhi oleh Usia Harapan Hidup (UHH), yang sangat erat kaitannya dengan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

Kecenderungan harapan penduduk berumur panjang dan sehat diukur dengan Usia Harapan Hidup (UHH) waktu lahir. Oleh karena itu, angka harapan hidup waktu lahir (e˳) memiliki korelasi yang sangat erat dengan angka kematian bayi atau infan mortality rate (AKB/IMR). Kemudian angka kematian bayi dipengaruhi pula oleh pemeriksaan dan perawatan kehamilan, pertolongan persalinan, perawatan neonates dan status gizi bayi (0-11 bulan).

(1) Usia Harapan Hidup

Berdasarkan pengolahan dari data Susenas 2012, AHH Kabupaten Jayapura adalah 67.74 tahun. Artinya, rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh penduduk Kabupaten Jayapura dari lahir sampai meninggal dunia adalah 67.74 tahun. Fenomena ini mengindikasikan bahwa kemampuan penduduk Kabupaten Jayapura untuk hidup lebih lama dan hidup sehat termasuk kategori sedang, dimana standar harapan hidup paling tinggi adalah 85 tahun. Kondisi di Kabupaten Jayapura untuk angka harapan hidup dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.14. Pencapaian Aktual Angka Harapan Hidup Kabupaten Jayapura dan Provinsi Papua Tahun 2013

Sumber: BPS Kabupaten Jayapura

Papua Jayapura Ideal 69.13 67.74 85 15.87 17.26

(37)

Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Jayapura mengalami stagnasi dari tahun sebelumnya, dimana AHH tahun 2013 juga sebesar 67.74 tahun. Selain terjadi stagnasi, AHH Kabupaten Jayapura masih lebih rendah dibanding AHH Provinsi Papua yang mencapai 69.13 tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi masih rendahnya AHH di Kabupaten Jayapura adalah belum meningkatnya kesadaran penduduk terhadap kesehatan yang terlihat dari sedikitnya pemanfaatan tenaga medis dalam persalinan dan melakukan pengobatan di fasilitas-fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah. Oleh karena itu, program pembangunan dibidang kesehatan antara lain dengan meningkatkan penyediaan tenaga dan fasilitas kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, meminimalkan angka kematian ibu dan anak, melaksanakan imunisasi, melakukan pemberantasan penyakit menular, menyediakan air bersih, memperbaiki sanitasi, serta meningkatkan pelayanan kesehatan sangat diperlukan agar status pembangunan manusia di Kabupaten Jayapura dapat terus ditingkatkan.

(2) Angka Kematian

Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah social, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun local dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kematian orang dewasa pada umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degenerative, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit system pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di suatu daerah.

Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Tingginya kematian ibu merupakan cerminann dari ketidak tahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan.

Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmenn untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) untuk menurunkan Angka Kematian Anak sebesar dua per tiga dari angka di

(38)

tahun 1990 atau menjadi 20 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015 dan menurunkan kematian ibu sebesar tiga perempatnya menjadi 124 per 100.000 kelahiran.

Untuk mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai instansi terkait, mulai dari pemerintah baik pusat maupun daerah, LSM dan masyarakat pada umumnya.

Mortalitas yang menjadi indikator derajat kesehatan masyarakat sebagaimana diuraikan diatas dapat diperoleh melalui data survey/penelitian, namun untuk Kabupaten Jayapura khususnya Dinas Kesehatan belum pernah melakukan survey/penelitian tersebut sehingga data riil yang tersedia berdasarkan laporan rutin kematian yang dilaporkan oleh puskesmas setiap bulan dan tentunya data tersebut belum dapat mewakili gambaran yang sesungguhnya tentang angka kematian diwilayah Kabupaten Jayapura. Namun setidaknya secara kasar kita dapat memperkirakan penyebab kematian tertinggi di Kabupaten Jayapura guna kepentingan perencanaan program kesehatan.

a. Jumlah Kasus Kematian Kasar

Kasus kematian secara umum yang tercatat oleh Puskesmas tahun 2013 jumlahnya mencapai 125 kasus hal ini terjadi penurunan sebanyak 21 kasus kematian dibanding tahun 2012 yang terdiri dari 146 Kasus. Dari hasil laporan kematian ini diperoleh gambaran bahwa terdapat 10 Besar kasus Kematian di Kabupaten Jayapura dengan urutan sebagai berikut:

Penyebab kematian tertinggi adalah kasus AIDS dengan 24 kasus ( 19.2 %) Kecelakaan ruda paksa dengan 12 kasus (9.6 %), Stroke

urutan ke tiga dengan 10 kasus (8.0 %), urutan ke empat adalah kasus DM, dengan 7 kasus (5.6 %), urutan ke lima adalah kasus Asma dengan 7 kasus (5.6 %),urutan ke enam adalah kasus Gagal Jantung dengan 7 kasus (5.6 %), urutan tujuh adalah TBC dengan 6 Kasus (4.8 %) urutan ke delapan adalah kasus Malaria dengan 5 kasus (4.0 %), urutan ke sembilan adalah kasus Kanker dengan 4 kasus (4.0 %), urutan ke sepuluh adalah kasus Kejang Demam dengan 4 kasus (3.2 %), dan penyakit lain yang tercatat adalah sejumlah 38 kasus (30.4 %).

b. Jumlah Kasus Kematian Bayi

Kasus kematian bayi Kabupaten Jayapura berdasarkan laporan rutin kematian Puskesmas Tahun 2013 tercatat 5 kasus (1.9 %) dan kematian balita 1 kasus ( 0.39 %), hal ini mengalami peningkatan jika dibanding dengan tahun 2012 tercatat 4 kasus.

(39)

c. Jumlah Kasus Kematian Ibu Maternal

Kasus kematian ibu maternal adalah kasus kematian pada ibu yang disebabkan oleh karena kondisi pada masa kehamilan atau persalinan dan atau pada masa nifas. Kondisi ini menggambarkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat khususnya kaum ibu yang diharapkan dapat melahirkan generasi penerus sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.

Dari laporan rutin data kematian per puskesmas diperoleh data kematian ibu maternal sebanyak 4 kasus dari 2.573 kelahiran hidup (KLH) atau 1,55/1000 KLH, 4 kematian ini terdapat pada ibu bersalin 4 kasus (1 kasus Perdarahan, 3 infeksi) . Jumlah kematian ibu maternal pada tahun 2013 ini tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2012 sebanyak 4 kasus sehingga masih berada dibawah angka standar nasional 2,26/1000 KLH. Namun harus kita waspadai karena ada kemungkinan masih ada kasus kematian ibu maternal yang tidak terlaporkan oleh Puskesmas mengingat kemampuan Puskesmas yang terbatas dalam mendata kasus kematian di wilayahnya. Berikut data kasus kematian diwilayah kerja Puskesmas tahun 2013 :

Tabel 3.20. Jumlah Bayi Lahir, Bayi Lahir Hidup dan Bayi Lahir Mati di Kabupaten Jayapura Tahun 2013

NO DISTRIK

J U M L A H

BAYI LAHIR BAYI LAHIR

HIDUP BAYI LAHIR MATI 1 Kaureh 301 301 - 2 Airu 22 22 - 3 Yapsi 134 134 - 4 Kemtuk 87 85 2 5 Kemtuk Gresi 103 102 1 6 Gresi Selatan 27 26 1 7 Nimboran 100 100 - 8 Namblong 70 70 - 9 Nimbokrang 139 139 - 10 Unurum Guay 46 46 - 11 Demta 80 80 - 12 Yokari 58 58 - 13 Depapre 82 81 1 14 Raveni Rara 40 40 - 15 Sentani Barat 100 99 1 16 Waibu 170 170 - 17 Sentani 927 914 13 18 Ebungfau 71 71 - 19 Sentani Timur 199 199 - Jumlah 2.756 2.737 19

(40)

Masalah kesehatan adalah gangguan kesehatan yang dinyatakan dalam ukuran kesakitan (Mordibitas) dan kematian (Mortalitas). Keseatan merupakan unsur penting dalam kesejahteraan hidup, baik perorangan, kelompok dan masyarakat. Perubahan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat pada umumnya digambarkan dengan perubahan “Pola Penyakit dan Jumlah Kasus Penyakit” yang dicatat dan diamati di fasilitas-fasilitas kesehatan dalam bentuk angka dan data, sehingga cukup baik untuk dijadikan bahan analisis tolak ukur derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.

Sebagai gambaran umum angka kesakitan di Kabupaten Jayapura pada tahun 2013 dapat melalui data sepuluh besar penyakit berdasarkan total kunungan pasien yang datang ke Puskesmas dan Puskesmas Pembantu yang ada di Kabupaten Jayapura. Dari sumber data sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas dapat diketahui bahwa sepuluh besar penyakit yang ada di Kabupaten Jayapura pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.21. Jumlah Kasus Kesakitan atau Penyakit di Kabupaten Jayapura Tahun 2013

NO PENYAKIT JUMLAH %

1 SPBA 43.471 33.64

2 MALARIA 28.119 21,76

3 PENYAKIT PADA SIS OTOT DAN JARINGAN 14.143 10.94 4 PENYAKIT KULIT 10.881 8.42 5 GASTRITIS 5.929 4.58 6 DIARE 3.932 3.04 7 KECELAKAAN 2.958 2.28 8 HIPERTENSI 1.853 1.43 9 INFEKSI USUS 1.111 0.83

10 PENYAKIT GIGI & RONGGA MULUT 943 0.72 11 PENYAKIT LAINNYA 18.989 14.68

TOTAL 132.329 100.00

Sumber : Laporan Bulanan Penyakit Puskesmas,Dinas Kesehatan 2013

Pemerintah Kabupaten Jayapura selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang kesehatan. Hal tersebut diupayakan dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai termasuk obat-obatannya. Selain itu, memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan, serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan terus dilakukan, agar pelayanan pada masyarakat menjadi lebih baik.

Gambar

Tabel 3.10.   Jumlah Penduduk Kabupaten Jayapura Dirinci Menurut Distrik, Kepala Keluarga dan Jenis  Kelamin  Tahun 2012 – 2013
Tabel 3.11.   Jumlah Penduduk Kabupaten Jayapura Dirinci Menurut Distrik dan Suku  Tahun  2013
Gambar 3.5.  Persentase  Peserta  KB  Aktif  Menurut  Distrik               di Kabupaten Jayapura  Tahun 2013
Tabel 3.13.  Jumlah Penduduk Menurut Distrik yang Mengikuti Program  KB  dan    Peserta  KB  Menurut  Metode  Kontrasepsi  di  Kabupaten Jayapura Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

M.Sc, selaku Ketua Program studi D III Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, serta selaku pembimbing dan penguji yang telah memberi banyak

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang distribusi sedimen dasar di Perairan Pelabuhan Cirebon dapat disimpulkan bahwa jenis sedimen dasar yang terdapat

Stasiun 4 menunjukkan volume sedimen yang cukup tinggi hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh butiran sedimen lempung yang mudah terbawa oleh arus sehingga sedimen

Penelitian ini membahas tentang keutamaan surat al-Ikhlas dalam suna at- Tirmidzi nomor indeks 2896, yang intinya hadis tersebut bahwa membaca surat al-Ikhlas itu sama

ANGGOTA SMA DIKMABA POLRI BRIGADIR PENGEMUDI VIP DAN JEMEN REKAYASA

Hasil observasi SOP pemeliharaan fasilitas kendaraan dan peralatan operasional yang dimiliki oleh Unit PKP- PK Bandar Udara Hang Nadim-Batam pada dasarnya telah dilaksanakan

Perum BULOG Sub Divre Lampung Tengah dalam mengembangkan usahanya tentunya tidak lepas dari strategi pemasaran salah satunya dalam meningkatkan kepuasan konsumen

Meskipun omset yang saat ini dihasilkan telah menutupi biaya operasional dan telah mendapatkan keuntungan, pihak manajemen menargetakn omset bulanan sebesar 50-100