• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Evolusi teori pertumbuhan ekonomi dimulai dari teori teori pertumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Evolusi teori pertumbuhan ekonomi dimulai dari teori teori pertumbuhan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Evolusi teori pertumbuhan ekonomi dimulai dari teori – teori pertumbuhan linier yang diungkapkan oleh Adam Smith, Karl Max, dan Rostow.Teori pertumbuhan ekonomi pada masa itu terbatas karena adanya sifat kelangkaan pada sumber daya alam dan kemiskinan para pekerja. Adam Smith menyatakan bahwa kebijakanLaissez-faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat. Tulisan tersebut terutama menganalisis sebab-sebab berkembangnya ekonomi suatu negara.Ekonomi klasik lainnya, David Ricardo memperkenalkan konsep diminishing return dan marginal product yang kemudian akan digunakan pada teori – teori pertumbuhan ekonomi selanjutnya (Kuncoro, 2010).

S. Kuznet (1966) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.Prof. Bauer menunjukkan bahwa penentuan utamapertumbuhan ekonomi adalah bakat, kemampuan, kualitas, kapasitas dan kecakapan, sikap, adat-istiadat, nilai, tujuan dan motivasi, serta struktur politik dan kelembagaan (Jhingan, 2013).

(2)

Teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan analisis klasik, bahwa perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.

Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang dicetuskan oleh W.W Rostow (1960) yang pada mulanya dikemukakan sebagai suatu artikel dalam economic journal dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Rostow dalam bukunya yang berjudul The Stages Of Economic Growth. Menurut Rostow (1960), perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi tersebut, yaitu masyarakat tradisional, prasyarat untuk lepas landas, lepas landas, gerakan kearah kedewasaan, dan masa konsumsi tinggi. Dalam membedakan kelima tahap tersebut rostow menggolongkannya berdasarkan pada ciri-ciri perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi. Menurut rostow pembangunan ekonomi atau tranformasi suatu masyarakat tradisional menuju masayarakat modern merupakan suatu proses yang multidimensional. Dimana perubahan ini bukan hanya bertumpu pada perubahan ekonomi dari agraris ke industri saja, melainkan juga perubahan pada sosial, budaya, politik, ekonomi bahkan agama (Todaro, 2006).

(3)

2.2 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Perhitungan nilai tambah adalah nilai produksi dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar. Penegertian domestik/regional dapat merupakan provinsi atau daerah kabupaten/kota. Transaksi ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi di wilayah domestik suatu daerah tanpa memperhatikan apakah transaksi dilakukan oleh masyarakat (residen) dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-residen). Pendapatan perkapita merupakan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu nilai (Kuncoro, 2013).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan

(4)

jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah.

Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan.

2.3 Pengertian Infrastruktur

Infrastruktur ekonomi mempunyai peranan penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi suatu negara.Pembedaan infrastruktur juga seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur tersebut.Pembahasan tentang infrastruktur cenderung mengarah pada pembahasan barang publik.Dengan memahami sifat infrastruktur sebagai barang publik, maka berdasarkan teori infrastruktur memiliki karakter eksternalitas.Kondisi ini sesuai dengan sifatnya dimana infrastruktur disediakan oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan infrastruktur tidak memberikan bayaran secara langsung.

(5)

Canning dan Pedroni menyatakan bahwa infrastruktur memiliki sifat eksternalitas.Berbagai infrastruktur seperti jalan, pendidikan, kesehatan, dsb memiliki sifat eksternalitas positif. Memberikan dukungan bahwa fasilitas yang diberikan oleh berbagai infrastruktur merupakan eksternalitas positif yang dapat meningkatkan produktivitas semua input dalam proses produksi. Eksternalitas positif pada infrastruktur yaitu berupa efek limpahan (Spillover Effect) dalam bentuk peningkatan produksi perusahaan – perusahaan dan sektor pertanian tanpa harus meningkatkan input modal dan tenaga kerja ataupun juga meningkatkan level teknologi. Dengan dibangunnya infrastruktur, tingkat produktivitas perusahaan dan sektor pertanian akan meningkat. Salah satunya yang paling terlihat adalah pembangunan jalan (Hapsari, 2011: 16-17).

Stone dalam Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Sistem Infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg dalam Kodoatie, 2003). The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu: 1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi

(6)

public utilities (telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). 2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. 3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi (Firdaus & Prasetyo, 2009: 225).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrastruktur yang penyediaannya harus diatur oleh pemerintah, yaitu infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur diatas dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena bersifat dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah tentang penyediaannya.

2.3.1 Pengertian Infrastruktur Jalan

Jalan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta apidan jalan kabel.

Jalan bagi suatu bangsa merupakan keadaan jalan & jaringannya, dapat dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan & kemajuan ekonomi suatu

(7)

bangsa.Berdasarkan sistem, jalan dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1980, Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas. Bagian jalan yang dimaksud adalah Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), Daerah Milik Jalan (DAMIJA), Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).

2.3.2 Pengertian Infrastruktur Air

Perkembangan pembangunan di Indonesia selama ini menunjukkan bahwa dari berbagai infrastruktur lingkungan yang dibutuhkan masyarakat (air minum, air limbah, persampahan dan drainase), infrastruktur air bersih merupakan sarana yang paling banyak mendapatkan perhatian.

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. (Wikipedia, 2014).

(8)

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih, air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan langsung dapat diminum.

Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

2.3.3 Pengertian Infrastruktur Listrik

Sejak adanya listrik, manusia mengalami kemajuan yang sangat cepat dalam berbagai bidang. Yang paling menonjol adalah dalam bidang teknologi dan elektronika. Manfaat energi listrik bagi kehidupan manusia sehari-sehari sangatlah banyak, seperti belajar, memasak, dan bekerja. Bila diamati secara lebih dalam, maka kehidupan manusia sudah sangat bergantung pada listrik. Hal ini dapat dilihat jika ada pemadaman listrik sehari saja, maka akan banyak sekali masyarakat yang mengeluh, terutama dari kalangan pengusaha yang mengeluh rugi akibat dari pemadaman istrik tersebut.

Pengertian listrik tidak bisa lepas dari kehadiran PLN. PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai penyuplai listrik di seluruh Indonesia memiliki motto “Listrik Untuk Hidup Yang Lebih Baik”. Tentunya motto tersebut sangatlah tepat mengingat listrik memang telah mengubah sejarah kehidupan manusia. Listrik telah memberikan manfaat yang begitu besar bagi kelangsungan hidup manusia.

(9)

2.3.4 Pengertian Infrastruktur Telepon

Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya (Wikipedia, 2015).

Teknologi komunikasi infrastruktur adalah suatu alat atau perangkat keras yang digunakan untuk melakukan komunikasi melalui perantara tertentu. Telepon adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi antara dua orang atau lebih yang bisa dilakukan secara berjauhan atau biasa dibilang tidak face to face.

2.4 Pengertian Transportasi

Transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya (Kamaluddin, 2003: 13).

Transportasi merupakan sarana penghubung atau yang menghubungkan antara daerah produksi dan pasar, atau dapat dikatakan mendekatkan daerah produksi dan pasar, atau seringkali dikatakan menjembatani produsen dengan konsumen.Peranan transportasi adalah sangat penting yaitu sebagai sarana penghubung, mendekatkan, dan menjembatani antara pihak – pihak yang saling membutuhkan. (Adisasmita, 2011: 7).

(10)

Sarana pengangkutan dan perhubungan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sarana itu menurunkan biaya angkut dan menaikkan perdagangan dalam dan luar negeri negara. Hasilnya, perekonomian maju. Di negara yang memiliki jalan raya, jalan kereta api, terusan atau sungai-sungai, pertumbuhan ekonominya akan terdorong maju, seperti yang terjadi di Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda. Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup. Yang terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama (Jhingan, 2013: 69).

Dalam kegiatan transportasi diperlukan empat komponen, yakni: (a) tersedianya muatan yang diangkut, (b) terdapatnya kendaraan sebagai sarana angkutannya, (c) adanya jalan yang dapat dilaluinya, dan (d) tersdianya terminal. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, darimana kegiatan pengangkutan dimulai, menuju ke tempat tujuan, kemana kegiatan pengangkutan tersebut diakhiri (Rahardjo, 2010: 1).

Peranan infrastruktur di bidang transportasi antara lain untuk mengatasi hambatan – hambatan yang mengganggu kelancaran arus barang dan manusia baik melalui moda darat, laut, dan udara. Permasalahan transportasi seperti kemacetan (bottlenecking) dan kecelakaan merupakan akibat minimnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana infrastruktur transportasi. Permasalahan lain adalah ketidakseimbangan proporsi penggunaan moda darat, laut, dan udara. Sebagai contoh dalam transportasi arus barang dan penumpang, terjadi

(11)

ketidakseimbangan antara moda jalan dan moda kereta api, serta masih sedikitnya jumlah pelabuhan yang memiliki kemampuan handling yang efisien. Jalan raya merupakan tulang punggung dari sekitar 70 persen penumpang dan sekitar 90 persen barang. Kereta api hanya mengangkut kurang lebih empat persen penumpang dan 0.67 persen barang. Jika ketidakseimbangan ini terus berlangsung maka beban jalan menjadi semakin berat dan dapat mengahambat daya saing ekonomi nasional (Susanto, 2009: XII).

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian Sibarani (2002) mengenai kontribusi infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, menyimpulkan bahwa infrastruktur, dalam hal ini jalan, listrik, telepon, dan pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap agregat output yang diwakili oleh variabel pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.

Penelitian Yanuar (2006) mengenai kaitan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan output menggunakan analisis panel data 26 provinsi dengan model fixed effects menemukan modal fisik (physical capital), infrastruktur jalan, telepon, kesehatan, dan pendidikan memberikan pengaruh positif terhadap output perekonomian.

Penelitian Prasetyo (2008) yang berjudul “Ketimpangan dan Pengaruh Infrastruktur terhadap Pembangunan Ekonomi Kawasan Barat Indonesia (KBI)” menyimpulkan bahwa listrik, panjang jalan, stok modal, dan otoritas daerah

(12)

berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi kawasan Barat Indonesia, sementara untuk variabel air bersih tidak signifikan.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Prasetyo dan Firdaus (2009) yang berjudul “Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia”menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur yang diantaranya adalah elektrifikasi, jalan beraspal, dan air bersih.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang konsep yang digunakan sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan.

Infrastruktur masih menjadi masalah utama dalam suatu negara dimana jika di dalam suatu wilayah negara tidak dapat menjaga dan melestarikannya, maka

(13)

akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja. Infrastruktur merupakan investasi bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi infrastruktur akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya demografi.

Infrastruktur yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Jalan, air, listrik, dan telepon memberikan peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi, karena jalan, air, listrik, dan telepon dapat meningkatkan kesejahteraan, produktivitas yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi itu sendiri sehingga akan diperoleh kapasitas produktif dari sumber daya manusia dan didapatlah pertumbuhan ekonomi yang sehat.

Tahap awal pada penelitian ini dimulai dengan melakukan proses pengumpulan data yang bersumber dari data sekunder mengenai jalan, air, listrik, dan telepon yang ada di Kota Sibolga. Selanjutnya permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana infrastruktur seperti jalan, air, listrik, dan telepon memiliki pengaruh peningkatan yang signifikan terhadap output yang diwakili oleh variabel pendapatan perkapita (PDRB).

Dengan mengetahui kontribusi dari setiap jenis infrastruktur tadi terhadap pertumbuhan pendapatan perkapita (PDRB), maka dapat diketahui jenis prasarana infrastruktur yang memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sibolga.

(14)

2.7 Hipotesis

Secara empiris, hipotesis merupakan jawaban atau kesimpulan sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian yang kebenarannya masih harus diuji atau dibuktikan kembali. Oleh karena itu, penulis memberikan hipotesisnya sebagai berikut :

1. Peningkatan infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

2. Peningkatan infrastruktur air berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

3. Peningkatan infrastruktur listrik berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

4. Peningkatan infrastruktur telepon berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

Referensi

Dokumen terkait

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel pengalaman terhadap loyalitas karyawan pada PT. Delina Denpasar dengan nilai koefisien regresi

Kayu kamper, kayu bengkirai, kayu keruing, kayu meranti, dan kayu kelapa adalah jenis material kayu yang telah lama dikenal dan umum digunakan, tetapi memiliki kelemahan-kelemahan

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ervilah dan Fachriyah (2015), Bustamam, et al (2010) dan Kartika (2011) menemukan pengaruh antara total

Yang menarik dalam proses justifikasi pengetahuan ini ialah, kepercayaan (pengetahuan-yang-dipercaya) itu dapat saja mempeorleh dukungan atau penolakan dari kondisi mental

Obyek penelitian ini adalah guru penjasorkes yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Bandung untuk diteliti dalam kompetensi pedagogik yang dikuasainya

Hanya dengan menampilkan universalisme dalam ajarannya dan kosmopolitanisme dalam sikap hidup para pemeluknya, Islam akan mampu memberikan perangkat sumberdaya manusia

Faktor pengungkit (leverage factor) yang dominan dari masing-masing dimensi adalah sebagai berikut: dimensi ekologi yaitu pembuangan limbah pertanian; dimensi ekonomi