• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan tata kota yang benar mulai digantikan dengan ide membuat kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perencanaan tata kota yang benar mulai digantikan dengan ide membuat kota"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1.

Latar Belakang

Teknologi informasi telah mengubah evolusi kota. Di beberapa negara maju, gagasan tentang kota yang "tumbuh" atau "berkembang" berdasarkan melaksanakan perencanaan tata kota yang benar mulai digantikan dengan ide membuat kota "pintar". Teknologi internet mengubah model perencanaan kota secara tradisional dan menarik para pengembang atau perencana kota untuk tidak hanya mempertimbangkan perencanaan fisik kota, tetapi juga untuk mempertimbangkan penggunaan Teknologi Informasi untuk membuat ekonomi, lingkungan, mobilitas dan tata kelola kota yang lebih efisien dan efektif( Escher Group).

Meskipun istilah "kota pintar" atau "smart city" masih relatif baru, pengembangan kota pintar dapat menjadi sangat bervariasi, tergantung dari pendekatan yang diambil mengenai kebijakan untuk pertumbuhan perkotaan daripada sebuah kota(Chourabi, 2012). Ada beberapa definisi untuk istilah "kota pintar" yang dapat ditemukan. Salah satu definisi yang banyak digunakan diuraikan oleh (Bakici, 2013)yang mendefinisikan kota pintar sebagai “cities that utilize information and communication technologies with the aim to increase the life quality of their inhabitants while providing sustainable development” (hal. 137) atau dapat diartikan menjadi "kota yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan

(2)

tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penghuninya sambil memberikan pembangunan berkelanjutan". Dari definisi ini kita dapat melihat bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK / ICT) memainkan peran penting dalam membuat sebuah kota lebih beradaptasi sesuai dengan kebutuhan kontemporer warganya.

Beberapa definisi lain dari smart city mungkin tidak menekankan peran sentral yang dimainkan oleh ICT, namun ada juga definisi yang mencakup beberapa referensi penggunaan ICT untuk membuat kota-kota modern yang lebih cocok untuk kebutuhan dari warganya(Chourabi, 2012). Sebagai contoh, (Caragliu, 2009)melihat kota menjadi pintar saat "investasi dalam modal sumber daya manusia dan sosial dan tradisional (transportasi) dan infrastruktur modern (berbasis ICT) menjadi bahan bakar pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup yang tinggi yang berkelanjutan, dengan pengelolaan sumber daya alam yang bijak, melalui partisipasi dari tangan pemerintahan" (hal. 6), (“investments in human and social capital and traditional (transportation) and modern (ICT-based) infrastructure fuel sustainable economic growth and a high quality of life, with a wise management of natural resources, through participatory government”).

Tulisan dari (C. Harrison, 2010) berpendapat bahwa sebuah kota menjadi pintar ketika berhasil menghubungkan infrastruktur fisik, infrastruktur IT, infrastruktur sosial, dan infrastruktur bisnis untuk memanfaatkan kecerdasan kota secara kolektif. Terlepas dari apakah ICT mengambil peran utama dalam pengembangan smart city atau tidak, jelas itu merupakan pendorong utama dari langkah awal menuju kota pintar dan dengan demikian membutuhkan perhatian dari

(3)

perencana kota dan para pemegang saham dalam upayanya mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan.

Sentul City adalah sebuah kawasan "kota pegunungan" seluas kira-kira 30.000 hektare, dimana saat ini pembangunan lahan yang sudah dilakukan adalah sekitar 3.000 hektare, berada di Kabupaten Bogor, di sebelah timur Kota Bogor yang dikembangkan oleh PT. Sentul City, Tbk. Kawasan ini, dibangun sebagai tempat hunian sekaligus pariwisata, berada di ketinggian 215-500 meter di atas permukaan laut. Di Sentul City terdapat berbagai fasilitas publik seperti Bellanova Country Mall, Sekolah Pelita Harapan, KB/TK/SDS TARUNA BANGSA, Sentul Wonderland Outbound Kids, tempat olah raga, dan lain-lain.

PT. Bukit Sentul (sekarang PT. Sentul City, Tbk) berdiri pada April 1993 dan mulai melakukan pemasaran kawasan Bukit Sentul tersebut pada September 1993. Perumahan ini didirikan oleh Salimin Prawiro Sumarto, dan Tommy Soeharto. Kegiatan pembangunan perumahan dan infrastruktur dimulai pada Januari 1994. Pada tahun 1997, dibuka akses langsung ke kawasan ini melalui pintu gerbang tol Sentul Selatan.

Menyadari pentingnya aspek TIK dalam sebuah perencanaan pembangunan

smart city, PT. Sentul City, Tbk selaku pengembang dan perencana kawasan kota mandiri di bukit Sentul, menunjuk PT. Pison Teknologi sebagai penanggung jawab untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur untuk membawa kawasan kota mandiri Sentul City, suatu kawasan yang mandiri dengan fasilitas kawasan yang lengkap dari segala aspek menjadi sebuah smart city, sebuah kota pintar dimana semua layanan fasilitas dan public utilities sudah saling terintegrasi. Pembangunan

(4)

infrastruktur ini mencakup infrastruktur kabel fiber optic sebagai langkah awal penunjang layanan terkait dengan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) ke depannya.

PT. Pison Teknologi yang berdiri sejak bulan April 2012 adalah anak perusahaan dari PT. Pison Nusantara yang memiliki kontrak eksklusif dengan PT. Sentul City, Tbk dalam bidang pengembangan & pembangunan infrastruktur jaringan

Fiber Optic untuk layanan telematika dan pembangunan tiang monopole penguat signal.

1.2.

Perumusan Masalah

Terletak di Kabupaten Bogor, sebelah timur Kota Bogor, kawasan ”kota pegunungan” Sentul City yang saat ini memiliki luas sekitar 3.000 hektar, memiliki keunikan sendiri. Dengan kondisi geografis yang berbukit-bukit dan lingkungan yang asri, pengembangan kota ini memiliki tantangannya sendiri. PT. Sentul City, Tbk selaku pemilik kawasan memberlakukan sebuah kebijakan, bahwa dengan mempertimbangkan unsur estetika untuk kawasan kota mandiri Sentul City, maka tidak diperkenankan untuk membangun infrastruktur kabel udara / air cable, (baik kabel tembaga untuk suplai listrik maupun kabel serat optik untuk layanan data dan TV kabel), sementara fasilitas pendukung seperti tiang penguat signal monopole untuk mobile /celular provider tidak boleh lebih tinggi dari 20 meter dari permukaan tanah.

Kebutuhan utama yang cukup krusial adalah adanya koneksi redudansi, terutama untuk para penyelenggara telekomunikasi. Saat ini, infrastruktur jaringan

(5)

akses serat optik yang sudah dibangun adalah infrastruktur backbone dengan 96 core, membentang di jalur utamasepanjang 11 Kilometer dari pintu masuk Sentul City hingga bagian ujung kawasan yang sudah dibangun. Dari kabel backbone utama ini kemudian dipecah menjadi kabel-kabel dengan core yang lebih kecil, menuju

handhole atau Distribution Point, yang kemudian disebar menuju titik akhir yaitu

Pole untuk sinyal telekomunikasi, cluster hunian, fasilitas umum, dan lainnya.

Dalam kegiatan operasional sehari-hari, Pison Teknologi juga berperan sebagai gerbang utama penanganan masalah terkait layanan telematika, menerima pengaduan gangguan koneksi layanan telekomunikasi dari operator telekomunikasi, layanan internet atau TV kabel dari penyedia layanan maupun end-user di kawasan tersebut, dan melakukan penanganan masalah terkait dengan pengaduan dari user

tersebut.

Dengan ketentuan tersebut sebagai batasannya, PT. Pison Teknologi harus mendesain topologi jaringan infrastruktur agar sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh pihak manajemen kawasan yang juga memenuhi kebutuhan dari rekanan operator telekomunikasi dan penyedia layanan telematika.

Sebagai pemegang manajemen jaringan kabel serat optik di kawasan kota mandiri Sentul City, PT. Pison Teknologi bekerjasama dengan berbagai pihak (pemilik kawasan, operator / provider, vendor, kontraktor sipil) terkait dengan tugasnya dalam pengembangan jaringan serat optik di kawasan kota mandiri Sentul City. Desainer tata kota biasanya menggunakan program CAD, sementara data jaringan biasanya dalam bentuk spreadsheet yang tersimpan dalam database lokal. Informasi-informasi tersebut tidaklah terhubung secara langsung antara sistem

(6)

p ad ef sa co uj d re ad se enyimpanan danya kenda fisien dan in Kondi aat ini oleh

oresepanjan jung akhir d Jalur k an pendidik ekreasi serta Dari a danya kebu ebagai berik n antara satu ala-kendala s ntegrasi pros isi pembang h PT. Pison g 11 Km, y dari Sentul C Gambar 1 kabel serat o kan, pusat k a fasilitas lain aspek-aspek utuhansehing kut: dan lainnya seperti sistem es kerja yan gunan infrast n Teknologi yang terbenta City. 1 Jalur Kab

optik ini mel konvensi, p nnya. k yang diseb gga dalam p a. Dengan ad m administra g berbelit. truktur jaring i adalah pem ang dari pin

bel Backbon lewati kawas pusat perbel butkan diatas penelitian in danya perbed asi pencatata gan serat op mbangunan ntu masuk Se e Serat Opt san hunian, b anjaan, hing s, pihak Pis ni, permasa daan sistem an informasi

tik yang sud

Backboneb entul City h tik di Sentu bisnis, fasili gga pusat o on Teknolog lahan dapat ini, dirasaka i yang kuran dah dilakuka bermuatan 9 hingga bagia l City itas kesehata olahraga da gi merasaka t dirumuska an ng an 96 an an an an an

(7)

1. Bagaimana cara membuat desain jalur redudansi kabel yang efektif, dengan nilai redaman 0,4 dB/Km, sesuai standar EIA/TIA 568?

2. Desain jalur redudansi seperti apakah yang efisien dari segi biaya untuk Sentul City?

1.3.

Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

1. Melakukan analisa kinerja jaringan akses kabel serat optik dengan membandingkan hasil pengukuran menggunakan alat ukur OTDR dengan perhitungan menggunakan metode Link Loss.

2. Optimasi pembangunan jalur kabel redudansi melalui simulasi perhitungan estimasi biaya dan pengukuran redaman.

Sementara manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi dari kondisi infrastruktur jalur akses serat optikyang ada saat ini di Sentul City

2. Proses kerja yang lebih terstruktur ( dari sisi manajemen proyek hingga penanganan gangguan)

3. Persiapan penanganan gangguan ketersambungan jaringan yang lebih baik.

4. Peningkatan service level terhadap ketersambungan jaringan untuk operator.

(8)

5. Peningkatan kepuasan pelanggan, baik enduser maupun operator atau

provider.

6. Pemetaan akan kebutuhan perusahaan untuk pengembangan cakupan infrastruktur kabel serat optik Sentul City ke depannya

7. Prosedur pencatatan dan penyimpanan data jaringan beserta aset yang lebih terintegrasi, antara denah dan perencanaan pembangunan tata kota, dan desain jaringan serta rencana pengembangannya.

1.4.

Ruang Lingkup

Beberapa hal yang di jadikan sebagai ruang lingkup dari tesis ini sebagai berikut:

1. Analisa performa jaringan dengan mengukur redaman menggunakan alat ukur.

Dalam mengukur redaman pada jaringan kabel fiber optik, ada dua macam alat yang dikenal secara umum, yaitu Power Meter dan OTDR. Alat ukur digunakan untuk mengetahui nilai redaman aktual secara akurat pada kabel. Alat ukur ini sendiri memiliki cara kerja dan fungsi yang berbeda(The Fiber Optic Association).

Power meter hanya memiliki 1 fungsi, yaitu untuk mengukur nilai redaman daya pada kabel optik. Power meter bekerja dengan cara mengirimkan sinyal dari sumber menuju penerima, dimana pada sisi penerima

(9)

akan menunjukkan nilai besaran redaman yang dialami sinyal sepanjang jalur yang dilewatinya.

OTDR (Optical Time Domain Reflector) bekerja dengan cara menggunakan scatter-back atau bias pantulan balik dari sinyal yang dikirimkan dari sumber. Fungsi utama OTDR adalah untuk mengetahui lokasi titik masalah pada kabel optik, seperti cable-cut atau kabel yang terputus di tengah jalur. Selain itu, OTDR juga dapat memiliki fungsi untuk mengukur redaman pada kabel serat optik dan panjang kabel yang diukur. Walaupun dari sisi harga OTDR jauh lebih tinggi dibandingkan power meter, namun karena OTDR memiliki fungsi utama untuk dapat mengetahui titik masalah pada kabel membuat OTDR lebih banyak digunakan para pembangun kabel FO dibandingkan dengan power meter.

Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah OTDR merk ANRITSU tipe MT9090A.

2. Analisa performa jaringan infrastruktur yang sudah dibangun dengan mengukur redaman dengan teori Link Loss Budget.

3. Analisa performa jaringan infrastruktur redudansi yang akan dibangun dengan mengukur redaman dengan teori Link Loss Budget.

4. Optimasi pembangunan jalur redundansi untuk infrastruktur kabel serat optik dengan menggunakan topologi Ear Topology.

(10)

Menurut pengertiannya, definisi optimasi adalah sebuah tindakan, proses, atau metodologi dalam membuat sesuatu (desain, sistem, atau keputusan) menjadi sempurna atau se-efektif mungkin (http://www.merriam-webster.com/dictionary/optimization).Berdasarkan pengertian tersebut, maka optimasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembangunan jalur redudansi dengan hasil pengukuran redaman yang sesuai standar internasional EIA/TIA 568 yaitu sebesar 0,4 dB/Km atau lebih baik, dan biaya pembangunan jalur kabel yang lebih kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk jalur utama yang sudah dibangun.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Program hiburan tetap dinilai oleh responden sebagai acara yang paling banyak tampil di televisi, namun dengan kualitas yang dinilai buruk / sangat

Yohanes Nico, Majelis Jemaat GPIB "Immanuel" Depok khususnya sektor pelayanan Eben Haezer II, Yayasan LCC Depok serta semua pihak yang tidak dapat

10 ml Fehling A dan 10 ml Fehling B dicampurkan dalam tabung reaksi, kemudian ke dalam 4 tabung reaksi yang berbeda, masing-masing dimasukkan reagen fehling yang

Tidak seperti hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis dan jarang berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala yang

Sonia Ferary Tujuan perancangan ini yaitu untuk menciptakan suatu lingkungan kondusif atau lingkungan fisik yang baik dan bersifat “psychological supportive” serta dapat

Menurut Jasin (1992), karakter khusus yang dimiliki Chondrichthyes adalah seperti kulitnya yang tegar diliputi oleh sisik placoid dengan banyak kelenjar mukosa, pada kedua

Sebagai dokumen perencanaan jangka menengah Perangkat Daerah yang memuat indicator sasaran dan atau indicator Kinerja Utama Perangkat Daerah yang diimplementasikan