• Tidak ada hasil yang ditemukan

: 40 dari 51 orang Anggota Panja Komisi VIII DPR RI : Pembahasan DIM RUU Panas Bumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": 40 dari 51 orang Anggota Panja Komisi VIII DPR RI : Pembahasan DIM RUU Panas Bumi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Tahun Sidang Masa Persidangan , J enis Rap at • Sifat Rapat Hari/tanggal Pukul KetuaRapat Sekretaris Hadir Acara : 2003-2004 : I : Rap at Kerj a : Terbuka : Kamis/18 September 2003 : 09.00-14.00 WIB

: DR.

Irwan Prayitno, MSc, Psi : Drs. Muhono Basuki

: 40

dari 51 orang Anggota Panja Komisi VIII

DPR RI

: Pembahasan DIM RUU Panas Bumi

Ketua Rapat: DR. IRWAN PRAYITNO

Rapat kerja bersama menteri SOM yang berkaitan dengan RUU Panas Bumi saya buka. (Ketok palu)

Assalamu'alaikum wr.wb.

Selamat siang dan salam sejahtera, sebagai yang saya hormati kita memang perlu cepat karena waktu yang sangat singkat kita hanya ada waktu maksimal 2 jam .

Ada beberapa agenda yang saya sebutkan pertama, laporan Panja RUU Panas Bumi yang nantinya akan disampaikan oleh pak Zainal Arifin.

Kemudian

yang

kedua, pengambilan keputusan yang nanti diminta masing-masing Fraksi memberikan

persetujuan dan komentar sedikit.

Yang ketiga, penandatanganan naskah Rancangan Undang-undang Panas Bumi oleh Rapat Kerja ini yang nanti akan dibawa ke Paripurna untuk disahkan. Dan yang keempat adalah sambutan Pemerintah ini adalah jadwal yang akan kita lakukan sampai jam 1, dan sekedar informasi buat temen-temen nanti jam 2 siang kitapun akan kumpul rapat internal untuk mendengarkan laporan sub komisi tentang hasil

pembicaraan RAPBN 2004 satuan 3 kepada komisi. Nanti sub-sub komisi akan melaporkan kepada kita

jam 2 siang nanti tidak dengan menteri hanya rap;:t internal .

..

'

Baik dengan jadwal agenda seperti tadi yang saya katakan ada 4 bisa disepakati (tok) dan waktu maksimal jam 1 setuju ya

(Ketok palu)

Baik bapak-ibu yang saya hormati kita telah secara intensif membicarakan RUU Panas Bumi ini di dalam Panja yang kemudian diteruskan kepada Timus dan Timsin dan setelah dari Panja juga Timus, Timsin melaporkan kepada Panja kemaren. Sehingga pada hari ini kita hanya mendengarkan langsung saja dari pimpinan Panja untuk secara ringkas hal-hal yang sudah disepakati dan ada yang belum disepakati yang untuk kita bawa ke Raker, untuk itu saya persilahkan kepada Pak Zainal.

(2)

Ir. ZAINAL ARIFIN (PDIP-Ketua Panja) T erima kasih.

. Asssalamu'alaikum wr.wb Para hadirin yang kami hormati.

Sesuai dengan amanat Raker Panitia bekerja yang beranggotakan 33 orang anggota Komisi VIII beserta anggota Panja dari Pemerintah telah menyelesaikan DIM Rancangan UU Panas Bumi yang dilaksanakan sejak tanggal 3 September sampai dengan tanggal 17 September termasuk di dalamnya adalah anggota Timus dan anggota Timsin .

Dari pembahasan terhadap keseluruhan materi rencana UU Panja menyepakati berbagai penambahan maupun pengurangan substansi sehingga yang ada pada awalnya rencana UU Panas Bumi terdiri dari 11 Bab dan 29 Pasal kemudian berkembang menjadi 15 Bab dan 43 Pasal.

Adapun penambahan bab tersebut meliputi kewenangan pengelolaan pertambangan panas bumi, hak dan kewajiban pemegang IUP, pembinaan dan peri"gawasan serta bab penyidikan. Sedangkan untuk bab mengenai badan pelaksana akhirnya Panja menyepakati untuk tidak membahas masalah itu kembali. Mengenai masalah yang dikembalikan dalam Forum Panja dari Timus dan Timsin tentang perbedaan Bab 11 mengenai 2 sub Bab, kebijaksanaan fiskal, usulan pembentukan badan pelaksanaan dan usul baru pemerintah tentang pembinaan dan pengawasan terhadap Pertamina dicapai kesepakatan sebagai berikut:

Pertama, Pemecahan Bab IX disetujui kernudian b penambahan butir c baru pada pasal 28

berbunyi " dapat memperoleh fasilitasi perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan yang berlaku, c. setuju untuk tidak lagi membahas lagi badan pelaksanaan, d. mengangkat usu! pemerintah mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap Pertamina untuk dibicarakan lagi dalam Forum Kerja.

Perincian atau te anu soal detil daripada point 7 ini adalah bahwa pemerintah mengusulkan agar

ada tambahan pasal baru seperti tertera disana, pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak

kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang sudah ditangani sebelum berlakunya UU ini

beralih dari Pertamina kepada Pemerintah.

lni usu!an tambahan dari Pemerintah yang sebagian daripada anggota Pansus menginginkan bahwa ini ditiadakan begitu. Demikian laporan yang dapat kami sampaikan, atas perhatian kami ucapkan terirna kasih.

Wassalamu'alaikum wr.wb. KETUA RAPAT

Walaikum salam.

T erima kasih pak zainal sebagai Ketua Panja dan tentu kita jug a mengucapkan terima kasih kepada beliau dan teman-teman yang lain karena begitu intensif membahasnya sampai bermalam-malam begitu. Dan kita dengar bersama tadi apa yang telah disampaikan, kemudian ada satu DIM yang masih tertinggal yang dibawa ke Raker yaitu DIM 365 dan ini mungkin perlu di dibahas pada kesempatan ini. Saya coba untuk mem apa memberikan pengantar sedikit DIM 365 yaitu pasal 41 bunyi demikian " pada saat UU ini berlaku semua kontrak kerjasama pengusahaan sumber daya panas bumi yang telah ada sebelum berlakunya UU ini dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya masa kontrak " ini adalah usulan

dari DPR sebagai inisiatif dan demikian tetap. .

Dan kemudian dari pemerintah ada usulan tambahan saya bacakan " pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi akan beralih dari Pertamina kepada Pemerintah sejak Pertamina berubah statusnya menjadi perusahaan perseroan (Persero) dengan

(3)

beralihnya Pertamina jadi Persero pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi akan beralih dari Pertamina kepada Pemerintah ".

Jadi bapak-ibu yang saya hormati, perkembangan kemare sampai ke pending adalah begini secara substansi yang berkaitan bahwa ketika Pertamina menjadi Persero kemudian itu pindah kepada Pemerintah itu sudah sepakat semuanya secara substansi itu baik Pemerintah ataupun DPR.

Namun yang belum sepakat dibawa kemari adalah perlu dituliskan atau tidak hanya ini, jadi misalnya ada yang tetap di pasal 41 atau dengan tambahan tadi ada yang tidak perlu pake tambahan seperti Pemerintah khususnya teman-teman DPR masih tetap meminta pasal 41 saja, sedangkan dari Pemerintah tetap dengan usulan tambahan tadi sedang substansinya sama, jadi hanya itu yang berkembang.

Saya minta floor pada rapat kerja ini untuk memberikan pembahasan, untuk itu saya mulai dulu dari teman-teman dari komisi mungkin satu, dua untuk bisa niemulai kembali apa yang diinikan, silahkan.

Oh sebentar

dari urut instansi saja kita minta dari fraksi POI Perjuangan kalau ada pendapat silahkan, baik dari PDIPmungkin pendapatnya tetetp seperti usulan insiatif ya usulan dari DPR atau sebentar dari PDIP nanti kita tunggu setelah ini kita minta dari Golkar siapa jubirnya, pak Rustam silahkan. ANGGOTA: PROF. RUSTAM TAMBURAKA (F.PG)

Makasih pak Ketua, pak menteri dan hadirin yang saya hormati.

Kami tetap bersepakat bahwa apa yang diusulkan dan sudah disepakati di Panja maupun di Timus dan Timsin yaitu pasal 41 ini ini yang kami pertahankan tidak perlu lagi ada usul tambahan seperti yang disulkan oleh Pemerintah, karena saya kira sudah jelas kemaren kita berikan argumentasi apa bahwa ini tidak tidak perlu ada disini, itu pasal tambahan yang diusulkan oleh Pemerintah.

Saya kira ini pak, terima kasih. KETUA RAPAT

Baik terima kasih.

ANGGOTA : ENDANG KARMAN (F.PDIP)

Saya minta gambaran aja dari pemerintah itu detilnya gitukan artinya pembe selama ini Pertamina atas nama Pertamina atau Pemerintah dapat apa aja dari situ.

Apakah dapat uang, pungutan, kemudian apakah kalau tidak dicantumkan si sipungutan itu langsung kepada Pertamina atau kepada Pemerintah itu juga mesti jelas, nah keinginan Pemerintah ini bagaimana yang sebenarnya.

Jadi kita mesti transparan ya pembinaan pembinaan pengawasan tapi kan ada ada hal-hal tertentu

yang kita tidak tau. ·

Makasih.

ANGGOTA : PROF. RUSTAM TAMBURAKA (F.PG)

Kemaren ada pesan kita kepada Pemerintah untuk membawa contoh kontrak, kira-kira ada kaitan dengan pasal 4 1 .

KETUA RAPAT

Baik sebelum sebelum itu saya minta dulu setiap fraksi biar tergambar apa yang difikirkan oleh fraksi-fraksi yang ada. Setelah POI dan Golkar kita minta PPP, silahkan PPP ada oh baik kalau begitu kita lewatkan, PKB silahkan.

(4)

ANGGOTA : DRS. MUHAIMIN MT (F.PKB)

Menurut PKB pasal 41 itu tetap kemudian kalau memang pemerintah ingin menambahkan itu cukup pada penjelasan atau menggunakan peraturan pemerintah.

T erima kasih. KETUARAPAT

Baik setelah PKB kita minta fraksi Reformasi sori TNl/Polri dulu ya ANGGOTA: MULYANTO DJOJOADIKUSUMO (F.TNl/POLRI)

T erima kasih pak.

Untuk TNl/Polri saya kira pasal 41 ni sudah cukup jelas sehingga kita barangkali tidak perlu menambahkan ha! yang masuk dalam pasal yang baru sehingga kalau toh perlu penambahan barangkali masa bisa masuk

dalam penjelasan . ··

Kalau berita apa informasi dari pemerintah kemaren bahwa kalau masa penjelasan tidak tidak terkait dengan pasal 41 barangkali sesuai dengan usul PKB tadi bisa dijelaskan di PP begitu .

Makasih. KETUA RAPAT

Baik terima kasih.

Fraksi Reformasi siapa yang mengomentari pak pak Zul, silahkan. ANGGOTA: DRS. ZULKIFLI HALIM (F.REF)

T erima kasih pak.

Jadi ini apakah ditulis di UU ini atau tidak ya itu saja itukan substansinya .

Kami ni kemaren sebenarnya dalam posisi cende'rung memahami usul pemerintah ini maka cenderung ini ditulis mungkin kalau tidak ditulis itu nanti tidak ada rujukannya yang jelas.

Saya minta konfermasi pak dari pemerintah selama inikan Pertamina menerima fee atau apalah namanya dari KPS itu ya.

Nah setelah nanti Pertamina ini Pertamina sudah menjadi perusahaan lalu fee itu yang nerima siapa nah kembalikan ke pemerintah.

Nah itu itu rujukannya apa gitukan saya saya memahami itu kami memahami dari segi itu bahwa harus ada pasal yang merujuk bahwa yang selama ini mereka serahkan feenya itu ke Pertamina lalu ini diputar ke alamat yang lain yaitu kantor pemerintah yang lain.

Nah inikan harus ada dasar hukumnya dalam· pasal, kami memahami itu pak kalau memang kegunaannya disitu ya ibu Evita yang cerdas setuju pendapat kami.

T erima kasih. KETUA RAPAT

Baik dari fraksi Reformasi, berikutnya berikutnya PBB tidak ada. Kemudian F-PDU silahkan.

(5)

ANGGOTA: DRS. ASNAWI LATIF (F.PDU) Assalamu'alaikum wr.wb

Saudara pimpinan, saudara menteri dan rekan-rekan anggota komisi VIII.

Sebenernya ini kita membahas hal-hal yang tambahan sebetulnya yang dulu tidak dimandatkan oleh Raker ini ke Panja tetapi muncul kemaren itu usu! dari pemerintah untuk menambah pasal 41 ini yang menyangkut soal kewenangan pemerintah dalam rangka regulasi pengawasan pembinaan .

Oleh karena itu menurut kami pasal 41 ini sudah cukup mengatur, jadi fraksi kami tetap tidak perlu ada tambahan lagi toh di dalam pasal 69 UU Ketenagalistrikan itu kan juga begitu berlaku sampe habis wak berlaku sampe habis waktunya. Sedangkan badan yang baru itu disitu masih ada Bapetal segala dan lain sebagainya disini diadakan badan baru artinya kembali kepada pemerintah, dulukan memang keinginannya kita ada badan pelaksana tapikan kesepakatan kita belum diperlukan itu.

Walaupun itu juga jadi tugas Panja dan Barn apa itu Timus untuk membahas membahas tentang badan pelaksana sehingga karena tidak ada badan pelaksana itu seperti halnya di tenaga listrik ada Bapetal itu disini tidak ada badan itu sehingga timbul mungkin ide dari pemerintah memasukkan rumusan baru bahwa pengawasan ber apa pengawasan dan ·pembinaan itu kembali kepada pemerintah dari Pertamina.

Kira-kira itu intinya, sedangkan biasanya ketentuan peralihan itu kan mengatur hal-hal yang hendak terjadi. Pertamina sudah jadi PT itu dengan sendirinya fungsinya sudah berubah, oleh karena itu menurut kami dari istilah agama pasal tambahan ini bit'ah tambahan yang tidak ditugaskan sebetulnya karena bit'ah yang sudah didrop saja dan sekaligus kita terima ini secara aklamasi sehingga secepatnya kita bisa tanda tangani itu tidak mempersulit lagi sekretariat bikin ngeprint ngeprint lagi gitu.

Makasih. KETUA RAPAT

T erima kasih pak Asnawi.

Berikutnya terakhir dari FKKI pak Toni silahkan.

ANGGOTA: DRS. ANTHONIUS RAHAil - WAKIL KETUA KOMIS! VIII DPR RI (F.KKI)

Pimpinan dan rekan-rekan komisi VIII yang kami hormati, pak menteri dan jajarannya yang kami hormati.

Pertama berkenan dengan pasal 41 dalam pembicaraan antara pemerintah dan DPR sesungguhnya tidak ada masalah lagi menyangkut perpanjangan menyangkut masalah kontrak.

Persoalan ialah bahwa pengawasan dan pembinaan ini ditekankan dimana Pertamina misalnya ketika yang melakukan kontrak itu adalah anak perusahaan daripada Pertamina, nah itu masalahnya akan menjadi lain karena anak perusahaan itu juga adalah suatu badan badan hukum yang dengan demikian dia tidak mempunya korelasi langsung dengan UU Migas yang sudah kita sahkan.

Dengan kata lain dia tidak akan terikat dengan pasal 41 yang kita sepakati, barangkali inilah substansi yang menjadi masalah diantara kita.

Oleh karena itu memang kami dapat menerima sepanjang pemerintah dengan apa yang sudah disampaikan ini barangkali bisa terakomodir sehingga kesulitan pemerintah yang dialami atas kontrak yang sudah dilakukan antara Pertamina dengan anak perusahaannya tidak menimbulkan problema hukum ke depan dalam rangka pemerintah melakukan tugas pembinaan dan pengawasan .

T erima kasih. KETUA RAPAT Baik terima kasih.

(6)

ANGGOTA: IR. DARMANSYAH HUSEIN (F.PBB)

Terima kasih bapak pimpinan dan bapak menteri, jajaran yang terhormat.

lni memang sebetu!nya masa!ah pasal peralihan ini ya (bapak ... : pasal 41 pending) yang pasal berapa? ini (bapak .. : pasal 41) 41 ya ya (bapak .. : tambahan) mengenai mengenai pengeloalaan (bapak ... : bisa putus) ya prinsipnya kami setuju ada pasal ini pak saud.ara ketua.

KETUA RAPAT

Baik terima kasih. Sebelum sampe ke pemerintah jadi tadi kita sudah dengar semua bahwa hampir sebagian besar termasuk

ANGGOTA : DRS. MAKSUM ZAILADRY (F.PP)

T erima kasih pak Ketua. Pertama ingin saya sampaikan bahwa pembahasan mengenai tambahan ini sudah cukup lama dan kemudian kita bawa ke raker iril ini sejak dari Timsin ini pak ide ini .

Untuk ini pointnya ada!ah apabila pasal 1 ini tidak ditambah dengan usu! tambahan ini maka yang dikhawatirkan ini adalah bahwa pada saat penandatanganan kontrak pihak Pertamina dengan pihak ketiga itu dimana atas nama Pemerintah itu berakibat mengenai pembinaan dan pengawasan ini tetap ada ditangan Pertamina itu karena pada kontrak itu.

Maka oleh karena itu dinyatakan tetap berlaku disini dikhawatirkan apabila pembinaan dan pengawasan itu sampe habis kontrak tetap ditangan Pertamina itu yang dikhawatirkan.

T api seandainya ini tidak perlu ada kekhawatiran yang dijamin oleh Pemerintah saya kira soalnya akan lain. Kemudian yang kedua, apakah bila tidak ditambah dengan pasal 41 ditambah lagi dengan usu! yang dua dua macam ini itu kemungkinan-kemungkinan Pertamina akan masih berperan di dalam pengawasan dan pembinaan.

Apakah pihak-pihak ketiga nanti terutama dari inverstor dari negara-negara luar beranggapan bahwa tidak ada statement dari UU ini yang menyebabkan mereka itu tidak mempunyai kewajiban untuk beralih pembinaan dan pengawasan ini kepada pihak pemerintah itu.

ltu pertanyaannya pak , terimakasih pak Ketua. KETUA RAPAT

Baik sebelum masuk keberikutnya saya coba untuk mengomentar sedikit dari yang berkembang bahwa hampir sebagian besar fraksi-fraksi tetap menghendaki pasal 41 ada dengan berbagai pertimbangan yang sudah kita dengar bersama, adapun ada beberapa tadi yang menambahkan penjelasan.

Saya mengusulkan sebelum masuk ke ronde kedua kita minta dari .pemerintah begitu setuju ya biar cepat

begitu, ya silahkan dari pemerintah. ·

PEMERINTAH

Terima kasih bapak pimpinan. Sebetulnya ini kalau kita lihat posisi dari fraksi-fraksi PAN, PBB dan FKKI dan PPP ini sefaham dengan kami sependapat dengan kami, tapi kami perlu menjelaskan tambahan seperti yang tadi dijelaskan oleh wakil-wakil dari fraksi yang memang sefaham dengan kami bahwa sebetulnya Pertamina ini dengan UU yang baru, apalagi sekarang menjadi PT ini pyur Pertamina akan menjadi players begitu, seperti tadi yang disampaikan bahwa Gutermal itu nantinya akan jadi justru pada tingkat anak perusahaan.

(7)

Nah selama ini itu tadi pertanyaan pak Zulkifli Pertamina itu karena mewakili kepentingan

pemerintah seperti juga waktu itu BPPKA sebelum jadi BPMigas itu dia mendapatkan 4

%

dari NOi, NOi itu

adalah revenue dikurangi cost-cost semuanya sisanya itu 4

%

itu diambil oleh Pertamina istilahnya dulu

adalah "centeng fee" .

Jadi karena Pertamina mewakili pemerintah Pertamina mendapatkan centeng fee dan itu sudah dilakukan dibeberapa kontrak yang harus kita hormati juga tetapi kedepan ini harus ada kejelasan mesti ada kejelasan-kejelasan itu perlu dituangkan di dalam pasal tambahan tadi begitu.

Sehingga nantinya pada waktu UU iniberlaku itu nanti memang ndak lagi Pertamina mewakili pemerintah, jadi ini adalah kaitannya hanya menjelaskan lebih lebih tegas lagi .

Jadi per!u ada apa pasal yang jelas tertulis tidak otomatis harus ke pemerintah karena kalau tidak ada nanti malah dijabarkan lain lagi begitu itu saya kira yang bisa saya tambahkan.

Jadi saya kira tidak sebagian besar tadi yang disampaikan oleh pak Ketua karena juga dari 8 fraksi yang kami catat ini 8 atau 9 ini sebagian menyatakan anu setuju dengan kami.

KETUA RAPAT

Baik bapak-ibu yang saya hormati kita telah dengar bersama saya coba ingatkan lagi bahwa ternyata pemerintah tetap mengusulkan adanya usul tambahan itu kesimpulannya. Dan saya mencoba mengomentari begini kalaulah seandainya usulan tambahan tidak mengurangi substansi maksudnya dari pasal 41 yang diusulkan oleh DPR sebagai inisiatif kita dan disetujui oleh beberapa fraksi-fraksi, bagaimana kalau misalnya usul tambahan pemerintah ini kita sepakati dengan pertimbangan bahwa toh tidak mengurangi bahkan menyempurhakan apa yang dimaksud dengan DIM 365 jadi itu yang saya tawarkan sehingga demikian bisa selesai begitu.

ANGGOTA : HJ. EVITA ASMALDA, SH (F.PG)

Assalamu 'alaikum wr. wb

Pak Ketua, pak Menteri dan bapak-ibu yang saya hormati . Setelah tadi mendengar penjelasan yang disampaikan oleh pak menteri dan juga sebelumnya memang ada perdebatan panjang dan juga kami mendengar, menyimak apa yang disampaikan oleh rekan-rekan fraksi yang sependapat dengan pemerintah dan kami juga melihat dalam rumusan kontrak itu memang tertuang disana mengenai pembinaan dan pengawasan itu adalah ditangan oleh pemerintah.

Kami sepakat rumusan yang baru oleh pemerintah ini bahwa memang tidak lagi seperti rumusan awal yang menjadi usulan DPR, kami sepakat dengan pemerintah untuk memformulasikan rumusan yang diusulkan ini kan ada 3 pak Ketua tapi yang atas pak Ketua .

Jadi pembinaan dan pengawasan jadi saya pikir inikan ada beberapa alternatif rumusan jadi kami cenderung yang warna apa itulah yang paling ataslah rumusan paling atas "pembinaan dan pengawasan

"dan seterusnya itu. ,,

Makasih pak ketua. KETUA RAPAT

Baik dari sebentar-sebentar kita harus masuk ke Golkar cukup ya Golkar kita minta PDIP silahkan. ANGGOTA : ENDANG KARMAN (F.PDIP)

Kalau begitu latar belakangnya kami juga setuju cuman kan selama ini Pertamina saya juga

konfirmasi apakah yang 4

%

ini nggak pernah kita ngomong kepada kita ngomong jadi papahean terus

begitu pak ya kan. ltu jadi pura-pura mati suri gitu tidak tidak tidak ter ya kalau Sundanya kan itu kira-kira papaehan.

(8)

Jadi kemana disamping pengawasan dan pembinaan tadi kemana uang uang itukan kira-kira begitu sebab pak Cecep sendiri pak dirjen ngomong ya kalau kami diberikan pengawasan pimpinan tertib tanpa itu susah apa yang akan kita lakukan kira-kira begitu kira-kira begitu .

Oleh karena itu saya transparan aja dari pemerintah itu masalah itu kemanakan nanti itu, apakah ke Balak atau kepada dirjen atau kepada saya kurang tau supaya transparan gitu sebab ini uang ini posnya tidak kecil uang ini.

T erima kasih. KETUA RAPAT

Jadi saya pegang kata-kata pak Endang yang pertama bahwa setuju ya usulan pemerintah jadi kita nggak bicara Balak, Balak udah tutup pak ilggak ada .

Berikutnya fraksi PPP, silahkan.

ANGGOTA : DRS. MAKSUM ZAILADRY (F.PP)

T erima kasih Ketua. Saya sepakat tambahan ini yang pertama yaitu pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi akan beralih dari Pertamina kepada pemerintah sejak Pertamina berubah statusnya menjadi perusahaan persero .

KETUA RAPAT

Baik , berikutnya PKB

ANGGOTA: KH. MACHRUS USMAN (F.PKB)

Setelah mendengar penjelasan dari pemerintah karena pembinaan sudah dicantum di dalam naskah kontrak memang secara substansi saya se setuju sekali dari PKB setuju hanya rumusannya jangan seperti kayak cerita begini ni perlu dirobah.

Contohnya misalnya diganti rumusannya nanti saya sempurnaken "tanggung jawab pembinaan dan pengawasan sebagai pelaksanaan ayat 1 menjadi tanggung jawab sepenuhnya pada pemerintah" jadi nggak usah nyebut Pertamina segala gitu.

Jadi pasal ini sifatnya umum bunyinya sekitar umum jadi itu saya setuju dijadikan pasal apa itu ayat ayat 2 ya masih

KETUA RAPAT

Mungkin mungkin pak Maksum diulangi ya tanggung jawab pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama pengusaha pak Machrus maaf tanggung jawab, saya ulangi ya pak atau

mungkin pak Mus bisa sebutkan lagi biar jelas. ·

ANGGOTA : KH. MACHRUS USMAN (F.PKB)

Tanggung jawab tanggung jawab pembinaan dan pengawasan sebagai pelaksanaan kontrak kerja

pada ayat 1 koma menjadi tanggung jawab pemerintah titik. ·

KETUA RAPAT

(9)

ANGGOTA: MULYANTO DJOJOADIKUSUMO (F.TNl/POLRI)

Setelah mendengarkan penjelasan daci pemerintah kami dari TNl/Polri setuju pak untuk dicantumkan. T erima kasih.

KETUA RAPAT

Baik TNl/Polri sudah setuju berikutnya fraksi Reformasi memang juga setuju tadi ya ada tambahan lagi, berikutnya fraksi PBS silahkan.

ANGGOTA: IR. DARMANSYAH HUSEIN (F.PBB) Saya kira fraksi PBB ini konsisten. KETUA RAPAT

Baik setuju, berikutnya FKKI silahkan .

ANGGOTA : DRS. ANTHONIUS RAHAil - WK. KETUA (F.KKI) Dari tadi udah setuju pak

KETUA RAPAT

Baik kalau begitu saya coba untuk mengambil jalan tengah begini DIM 365 pasal 41 tetap itu udah kita sepakati semua dan ini tidak tidak perlu kita bahas lagi.

Sekarang yang usul tambahan usul tambahan mengusulkan adalah usulan dari yang pak Machrus tadi yaitu menjadi ayat yang keduanya kayak pasal 41 yang perasannya UU ini jadi ayat 1 dan kemudian ayat 2 nya bunyinya begini saya ulangi " tanggung jawab pembinaan dan pengawasan sebagai pelaksanaan kontrak

kerjasama pada ayat 1 menjadi tanggung jawab pemerintah" bagaimana setuju ?

ANGGOTA : DRS. MAKSUM ZAILADRY (F.PP)

T erima kasih pak Ketua. T ampaknya yang diusulkan pak Machrus ini hanya masalah pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kontrak kerja sedangkan sebetulnya disini perlu ada satu substansi disini pak dimana takala Pertamina itu berubah status .

Karena ada kaitan dengan yang tadi itu yang yang nggak tau apa apa istilahnya tadi disebut pak Menteri itu itu nanti termasuk itu juga mungkin itu untuk pembinaan dan pengawasan atau tidak termasuk itu juga harus kepada pemerintah.

T erima kasih pak Ketua.

..

ANGGOTA: IR. AGUSMAN EFFENDI - WK KETUA (F.PG)

T erirna kasih. Saya kurang tau persis apakah dari undang Departemen Kehakiman hadir atau tidak, sebaiknya inikan kalau kita berdiskusi pada saat Timus-Timsin dengan kasus-kasus seperti ini ini merupakan pasal tersendir.i jadi tidak merupakan ayat biasanya kalau masalah yang seperti ini.

Jadi pasal 41 tetap pasal 42 nya tadi yang disampaikan oleh ibu Evit Evita pasal 42 ya langsung saja yang pilihan kita yang pembinaan dan pengawasan ini, jadi tidak mengacu kepada ayat 1 tapi pasal tersendiri. T erima kasih.

(10)

KETUA RAPAT

Baik silahkan pak Zain al

ANGGOTA :

IR.

ZAINAL ARIFIN

Ya mau mengingatkan saja bahwa yang menjadi pembahasan itu adalah soal pembinaan dan pengawasan. Jadi jangan tidak mencatatkan nama Pertamina.

T erima kasih. KETUA RAPAT :

Silahkan Pak Asnawi.

ANGGOTA F POU (

DRS.

H. ASNAWI LATIEF) :

Saudara Pimpinan

Pertanyaan kita belum terjawab oleh Pemerintah, apakah ketika kontrak itu menyebutkan bahwa pengawasan pembinaan itu dilakukan oleh Pertamina atas nama pemerintah atau Pertamina? ltu sampai hari ini kita tidak tahu.kontraknya itu, coba dijelaskan. Kalau memang begitu saya setuju dengan Pak Agusman tadi, tidak masuk dalam peraturan peralihan sebab peralihan itu mengatur sesuatu yang belum, Sedangkan inikan menyangkut tugas-tugas pembiJlaan dan pengawasan yang sebetulnya pada pasal-pasal di depan itu sudah ada. Sayangnya kita tidak ada badan baru, itu saja, badan pelaksana itu, yang dulu kita usulkan dalam konsep DPR, yang kita sudah sepakat.

Sebetulnya itu dia yang menangani sedemikian juga migas, demikian listrik, ada badan baru sehingga dengan demikian otomatis tidak cerita pemerintah tidak ini dan itu, jadi sudah ada badan baru. Bahkan dalam peralihan itu seperti di listrik bahwa dalam jangka waktu paling lama satu tahun dibentuk badan pengawas pasar tenaga listrik dan seterusnya. Jadi itu dia, tapi ini tidak ada. ltulah masalahnya. Jadi kalau diperlukan tidak disini pak tapi ada pasal sendiri.

T erima masih. KETUA RAPAT :

Baik, kita minta pemerintah mengomentari sekaligus menjawab pertanyaan Pak Asnawi. PEMERINTAH :

Langsung saja pak dari bagian hukum atau tim hukum kami.

TIM HUKUM PEMERINTAH : T erima kasih pak.

Sebenarnya ini juga kemarin kita bahas pada waktu kita Timus dan Panja. Yang jelas di Pasal 41 itu adalah fungsi bisnis. Jadi kita tidak bisa menggabungkan antara Pasal 41 dengan usulan baru kami dari pemerintah. Jadi pasal 41 itu fungsi bisnis sedangkan di pasal baru yang kita usulkan adalah fungsi pemerintahan. Dan disini memang Pertamina menandatangani kontrak adalah atasnama pemerintah, menandatangani. Dan kami usulkan di dalam pasal usulan dari pemerintah ini harus jelas bahwa pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama antara perusahaan pertambangan panas bumi yang ditandantangani sebelum UU ini berlaku dilaksanakan oleh pemerintah.

(11)

Jadi harus ada beralih, artinya itu untuk yang

existing.

Untuk usulan yang pertama, tanggung

jawab itu tidak jelas bahwa itu berlaku untuk yang

existing.

Jadi harus jelas disini materi muatannya ada

yang berlaku untuk yang

existing.

ltu dilaksanakan oleh pemerintah.

KETUA RAPAT :

Saya interupsi sebentar pak. Tidak perlu dimasukkan kata-kata Pertamina-nya. TIM HUKUM PEMERINTAH :

Jadi pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang ditandatangani sebelum berlakunya undang-undang ini dilaksanakan oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT :

Baik, saya rasa itu yang menjadikan jalan tengah dan saya rasa cukup bagus sekali maka langsung tawarkan saja kepada forum disini.

Saya baca ulang, " Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang ditandatangani sebelum berlakunya undang-undang ini dilaksanakan oleh pemerintah ".

ANGGOTA F REFORMASI (IR. ZULKIFLI HALIM, M.Si) :

Sedikit pak Ketua. Jadikan dari pemerintah ke pemerintah, tetap, bukan dari pemerintah ke badan independent kan? Dalam kontrak itu Pertamina sudah mewakili pemerintah, disinipun pemerintah. Sebenarnya yang beralih itu organ pemerintah satu ke organ pemerintah yang lain, dari Pertamina ke Direktorat Jenderal apa, kan begitu. Apakah ini tidak terlalu umum, lain kalau kita bentuk badan, itu dari pemerintah ke suatu badan independen. Tapi karena in tetap dalam pemerintah, apakah ini menjadi masih mengambang? Karena Pertamina dikatakan tadi juga mewakili pemerintah.

Jadi yang dibicarakan itu transfer dari organ pemerintah satu ke organ pemerintah yang lain. Kalau kalimat ini saya lihat belum terjangkau pada realitas yang kita hadapi. Belum lagi nanti beralih ke Pernerintah, yang 4 persen tadi, kata Pak Menteri, itu ada pemerintah pusat dan daerah. ltu agenda berikutnya untuk dipikirkan supaya tidak terjadi tarik-menarik terus.

KETUA.RAPAT:

Kita langsung ke pemerintah. Silahkan pak.

..

PEMERINTAH :

Sebagai tadi disampaikan oleh Pak Zulkifli, memang kalau ingin lebih jelas bahwa itu ada peralihan dari Pertamina kepada pemerintah maka kita tambahkan. Jadi, sebelum berlakunya undang-undang ini dialihkan dari Pertamina kepada pemerintah. Tapi itu harus juga ada waktu, kapan dialihkan ke pemerintah? apakah pad a saat berdirinya Pertamina atau kita berikan waktu satu tahun atau dua tahun? KETUA RAPAT :

Ditambah saja pak. Sejak Pertamina berubah statusnya menjadi perseroan, tambahan yang terakhir.

(12)

Silahkan, kita lempar dulu dari pemerintah. Ada perubahan kalimatnya pak supaya lebih bagus,

dari pihak pemerintah mungkin ada perubahan, supaya lebih bagus? Dari Pemerintah supaya

dimantapkan. PEMERINTAH :

Langsung saja pasalnya disebutkan. KETUA HAPAT :

Langsung saja kita buat Pasal 42 karena ini sudah mengarah. PEMERINTAH :

Saya bacakan. Pasal 42, "Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang ditandantangani sebelum berlakunya undang-undang ini dialihkan dari Pertamina kepada Pemerintah sejak Pertamina berubah statusnya menjadi perusahaan persero."

KETUA RAPAT :

Betul begitu? Baik kita minta komentar dari teman-teman. ANGGOTA F POU (DRS. H. ASNAWI LATIEF) :

Pimpinan, ini yuridiksinya sudah berubah.

Ketika kita bicara pajak saja kemarin, sudah seperti itu Dirjen Pajak-nya padahal kita cuma

lex

specialls.

Kalau disini sudah mengatur Pertamina, Pertamina itu sudah ganti kelamin, bagaimana kita mengatur hal-hal yang sudah berubah.

KETUA RAPAT :

Saya catat dulu, dari sebelah kanan saya yang belum bicara Pak Cornelis, Pak Simon, lalu Pak Nur Hasan.

ANGGOTA F PG (DRS. CONELIS TAPATAP) : T erima kasih Pak Ketua.

Saya kira ini ketentuan peralihan karena itu memang peralihan dari Pertamina ke pemerintah. Jadi kalimat yang tadi dirumuskan itu sudah · cukup jelas karena diatur dalam pasal tersendiri yang merupakan bagian dari pada ketentuan peralihan. Dan saya setuju rur;iusan ini pak.

T erima kasih. KETUA RAPAT :

Baik, dari Pak Cornelis setuju. Pak Simon silahkan. ANGGOTA F PG (DRS. SIMON PATRICE MORIN):

Pa.k Ketua, saya kira rumusan ini sudah lebih menjelaskan bahwa posisi Pertamina tadinya kan selalu

bertindak atas nama pemerintah sebagai suatu government own enterprise. T api ketika posisinya berubah menjadi

private enterprise maka dia tidak bisa lagi bertindak atas nama pemerintah atau negara. Oleh karena itu memang pasal ini perlu dan saya kira rumusan tadi sudah cukup jelas mengatur tentang hal itu. Saya setuju.

(13)

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih Pak Simon. Silahkan Pak Nur Hasan. ANGGOTA F KB (DRS. NUR HASAN) :

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Pimpinan, saya pikir yang pertama tadi sudah cukup, karena apa? Karena Pertamina itu sejak beralih fungsi berarti sudah tidak bisa mewakili pemerintah secara otomatiskan, gugur demi hukum. Saya pikir begitu, sehingga apapun yang dilakukan pemerintah, oleh Pertamina yang mewakili Pemerintah, karena sudah alih fungsi, sudah ganti kelamin, ya sudah, hukumnya sudah beda. Saya pikir begitu.

T erima kasih. KETUA RAPAT :

lni nampaknya ada perubahan sedikit. Saya bacakan dulu sebelum komentar lagi. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang ditandatangani sebelum berlakunya undang-undang ini dialihkan dari Pertamina kepada Pemerintah sejak berlakunya undang-undang ini.

WAKIL KETUA (IR. AGUSMAN EFFENDI) : Saya interupsi sedikit.

Apakah semua yang ditandantanganinya hanya oleh Pertamina? Ada tidak institusi lain selain Pertamina?

KETUA RAPAT :

Silahkan Pak Zaenal. WAKIL KETUA (IR. ZAENAL ARIFIN) :

Substansinya dari kemarin itu sepertinya tidak ada persoalan. Kelihatannya persoalannya itu adalah legal drafter dan dari kemarin jawaban soal ini tidak memuaskan, bagaimana secara hukum ini benar begitu.

Saya masih mengulangi pengertian yang saya tangkap adalah bahwa tanpa pasal inipun sebenarnya hal-hal ini berlaku, betui atau tidak itu? pertanyaan saya pada ahli hukum. Jadi sebenarnya bagaimanapun juga Pertamina harus menyerahkan ini kepada pemerintah. Jadi sebenarnya diaturan peralihan itu mesti dicantumkan berapa lama atau kapan pertamina mesti menyerahkan? Apakah kita mesti memberikan waktu atau otomatis dia langsung diserahkan? Atau .kita kasih waktu satu tahun atau dua tahun? ltu namanya aturan peralihan terhadap suatu ketentuan yang didalam UU memang otomatis sebenarnya ini beralih ke Pertamina.

Oleh karena itu pasal ini sebenarnya menurut saya menunjukan keraguan-raguan kita terhadap UU ini sendiri. UU ini sendiri mestinya sudah mengatakan bahwa ini tidak pada Pertamina. Aturan peralihan itu kembali mengatakan, kapan Pertamina itu mesti melakukan, apakah harus pada saat UU ini berlaku tapi barangkali kita mau kasih toleransi atau tidak. ltu persoalannya, disitu yang kita berikan waktu, satu tahun atau dua tahun begitu. Kalau tidak ya sudah seperti ini.

KETUA RAPAT :

(14)

ANGGOTA F PBB (IR. DARMANSYAH HUSEIN) :

T erima kasih Pimpinan. lnikan aturan peralihan. Saya kira boleh mengatur hal-hal yang khusus, disini yang khusus adalah bahwa selama ini Pertamina bertindak sebagai regulator, tetapi dalam hal apa? Sebagai posisi dia sebagai perusahaan milik negara 100 persen. Dia sebagai regulator mewakili pemerintah maka kita kasih batas toleransinya dia. Dia beralih 100 persen kepada Pemerintah itu pada waktu dia sudah menjadi persero. Jadi kita tidak kasih batas waktu dalam artian time tetapi dalam status. Begitu statusnya persero, murni ganti kelaminnya itu, barulah dia mengalihkan semua tanggung jawab itu kepada · Pemerintah.

Saya kira ini jelas dan terang sekali. Apalgi tadi dikatakan bahwa sebelum ini tidak ada yang lain selain Pertamina. Jadi tidak perlu juga dobel-dobel disitu bahwa kontrak-kotrak yang ditandatangani sebelum UU ini, itu sudah otomatis adalah yang ditandatangani oleh Pertamina yang mewakili pemerintah. Jadi kalimat yang pertama tadi itu sudah simple dan cocok. Dan disitu sudah mengandung batas waktu itu. Bagi saya mau dicantumkan atau tidak , tapi karena ini khusus bisa saja, kenapa tidak.

T erima kasih. KETUA RAPAT :

Saya coba untuk mengembalikan bagaimana kita berpikir dalam masalah ini. Pasal 41, tidak ada masalah, Pasal 42 hanya masalah redaksi, secara substansi sebetulnya kita sudah sepakat semua, itu perlu ditekankan. Oleh karena itu saya mohon untuk melihat bahwa ada point-point dalam pasal 42 yang kita masukan ini.

Pertama, point pembinaan dan pengawasan, walaupun sudah ada dalam pasal-pasal sebelumnya tapi pemerintah menginginkan agar ditegaskan. Baik, sebagaian besar kita sudah menerima ha! itu. Kemudia, yang kedua, peralihan dari Pertamina ke Pemerintah, ini juga kita sudah sepakat hanya redaksinya, perlu tidak dituliskan kata-kata Pertamina. Yang ketiga, masalah waktunya, disini disebutkan setelah statusnya menjadi persero atau habis masa kontraknya.

Baik, itu sebetulnya pointnya, saya meminta supaya lebih fokus lagi, supaya lebih jelas, jadi jangan ditambah-tambah lagi. Dan tadi usulan Pak Darmansyah cukup konkrit langsung saja seperti yang seb~lumnya.

Silahkan lbu Evita.

· ANGGOTA F PG (HJ. EVITA ASMALDA, SH.) :

Saya melihat bahwa apa yang disampaikan oleh Pak Darmansyah itu benar sekali. Jadi disini ada tiga substansi yang tadi diuraikan Ketua. Perta[lla mengenai pembinaan dan pengawasan, kemudian mengenai kontrak kerjasamanya itu sendiri, siapa yang menandatanganinya, awalnya adalah Pertamina atas nama pemerintah. Sekarang beralih dari Pertamina ke Pemerintah, ini secara eksplisit harus Pak Ketua dan saya pikir ini tidak bertentangan kalau tadi dikaitkan dengan pajak. Saya ingat Pasal 28, hak dari yang memiliki IUP itu, itu hanya dua sebenamya yaitu a dan b. Kemudian kita memasukan disitu adanya insentif yang kita maukan, itu rame diperdebatkan. T api kita paham semua dan akhirnya pemerintah bisa menerima itu. Tidak jadi masalah tidak bertentangan koq malah memperkuat.

Jadi yang inipun Pak Ketua, dengan sejak Pertamina, itu menunjukan waktunya, kapan waktunya itu sudah jelas, sejak dia berubah status. Kita tahu ini memang kalau tidak dieksplisitkan seperti ini, bisa dibayangkan, yang tertuang saja kadang-kadang, mohon maaf, itu ada terpedo-terpedonya, bisa dilanggar-langgar, apalagi tidak? Jadi saya melihat ini banyak manfaatnya daripada mudaratnya. Oleh karena itu perlu sekali itu dicantumkan dan kembali saja ke rumusan awal dari pemerintah. Jadi yang sudah dikonsepkan ini dan tadi sudah diuraikan oleh Pak Darmansyah, kami sangat mendukung. ltu saja Pak Ketua dan cukup, dan saya pikir tidak bertentangan, disebut mubazir '!ah, ini tidak berlebihan.

(15)

T erima kasih. KETUA RAPAT :

Baik, saya coba untuk langsung menengahi bahwa Pasal 42 itu bagaimana kalau kembali kepada yang asal saja. Saya bacakan, pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan pasa bumi akan beralih dari Pertamina kepada Pemerintah sejak Pertamina berubah statusnya menjadi perusahaan perseroan (persero). Setuju?

ANGGOTA F REFORMASI (IR. ZULKIFLI HALIM, M.Si) :

Sebelum diketok pak, ada kata pemerintah itu pak. Maksudnya, itu dalam pengawasan dalam ayat-ayat sinkron dengan pemberi izin. Jadi siapa yang mengeluarkan izin itu yang tugas pengawasan. lni apa tidak perlu ditambahkan, kembali kepada pemerintah atau pemerintah daerah. Sebab ada dua pihak yang memberi izin itu.

KETUA RAPAT :

Jadi saya coba untuk lihat bahwa memang betul pemerintah yang dimaksud itu siapa? Dalam ketentuan ada juga pemerintah daerah.

Silahkan Pak Agusman. WAKIL KETUA (IR. AGUSMAN EFFENDI) :

Kalau membaca pasal pengawasan dan pembinaan di Pasal 31 dan 32, tanggungjwab pembinaan pengawasan atas pekerjaan dan pelaksanaan kegiatan usaha terhadap diatatinya ketentua peraturan perundang-udangan yang berlaku berada pada Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pertanyaan tadi adalah kalau itu Pertamina, kalau misalnya seperti Ciater, ada kontrak antara pemerintah daerah Sumedang dengan pengusaha hotel Ciater, itu diatur tidak dalam UU ini? inikan hanya Pertamina saja.

PEMERINTAH :

Saya jauh sedikit dari masalah itu.

Saya kira ini jelas, misalnya seperti Ciater atau yang lain, makanya ini tidak diatur karena disana ada pemerintah daerah. Pemerintah daerah tetap exist tidak diatur-atur karena memang pemerintah semua mempunyai fungsi pembinaan dan pengawasan. lnikan Pertamina sudah tidak boleh mempunyai fungsi pembinaan dan pengawasan, yang lain tetap boleh.

WAKIL KETUA (IR. AGUSMAN EFFENDI) :

Jadi artinya disini hanya kasus khusus masalah Pertamina saja. KETUA RAPAT:

Saya rasa saya kembalikan lagi. Saya ulang lagi dengan yang semula seperti yang tadi banyak dikomentari, pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama perngusahaan panas bumi akan beralih dari Pertamina kepada Pemerintah sejak Pertamina berubah statusnya menjadi perusahaan perseroan (persero), setuju?

ANGGOTA F POU (DRS. H. ASNAWI LATIEF) :

Saya tanya dulu. Pertamina ketika menandatangani ini memang fungsi Pertamina seperti Migas atau bukan.

(16)

KETUA RAPAT :

Dia fungsi pemerintah pak.

ANGGOTA F POU (DRS. H. ASNAWI LATIEF) :

Kalau pemerintah kenapa tidak menteri? Koq perusahaan sebab dia itukan Migas pak bukan panas bumi. Jadi itu kalau mandat pemerintah, dicabut mandatnya, ya sudah, itukan temperer. Jadi begitu sudah, habis kecuali diatur oleh undang-undang seperti UU Migas, perlu Pertamina itu diatur.

KETUA RAPAT :

Jadi kalau maunya seperti itu, jadi tidak perlu pakai tambahan, cukup pasal 41, itu sudah masuk semuanya. Kembali apa yang disebutkan oleh Pak Rustam. Silahkan Pak Pendeta.

ANGGOTA F POI P (PDT. LUKAS SABAROFEK) :

Saya cuma heran sedikit karena kita sendiri tidak mengerti bahasa kita, perlu kita belajar bahasa Indonesia lagi. Saya pikir rumusan yang pertama .itu yang paling bagus, dia sudah mengakomodir semua yang kita bicarakan ini. Mengapa? Karena waktu itu Pertamina mewakili Pemerintah dan sekarang sudah rumah tangga lainnya, semua tanggungjawabnya atas pemerintah itu kembali kepada pemerintah. Jadi saya pikir singkat sekali rumusan pertama dan itu yang kita terima.

T erima kasih. KETUA RAPAT :

Baik. Saya rasa, saya minta komentar teman-teman lagi. Pak Menteri dan jajarannya serta Bapak/lbu yang saya hormati.

Karena susahnya merumuskan Pasal 42 ini, bagaimana kalau Pasal 42 itu kita drop, kenapa? Karena pasal 41 telah kita sepakati. Yang dimaksudnya pada Pasal 42 itu sudah ada di Pasal 31, Pembinaan dan Pengawasan, disitupun sudah tegas.

ANGGOTA F PPP( DRS. H. MAKSUM ZAILADRY) :

lnterupsi Pak Ketua. Saya kira kenapa ada Pasal 42 ini? karena ada Pasal 41, saya kira itu sejarahnya. Pasal 41 ini adalah yang bunyinya kita tahu semua bahwa pada saat UU ini berlaku semua kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang sudah ada sebelum berlakunya UU ini, yang oleh Pertamina pada saat itu dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya masa konrak, ini sebabnya Pak Ketua.

Kalau sampai berakhirnya masa kontrak dikhawatirkan termasuk pembinaan dan pengawasan. Oleh karena itu perlu ada Pasal 432 ini. Oleh karena itu · Pasal 42 ini dianggap peralihan karena khusus Pertamina yang berfungsi sebagai Pemerintah pada waktu itu tatkala sudah menjadi persero sesudah UU Migas maka habislah kewenangannya dalam pembinaan dan pengawasan ini. Saya kira itu simpelnya, kalau kalimatnya saya kira satu dan dua itu sama 'lah.

KETUA RAPAT:

Baik, saya rasa cukup sekian, kita coba minta waktu 5 menit untuk !obi. ANGGOTA F PG (HJ. EVITA ASMALDA, SH.) :

Pak Ketua, saya rasa tidak perlu skors. T adikan yang dipermasalahkan adalah DIM ada penambahan usulan. DIM yang berakait dengan Pasal 42, ini mohon maaf Pak Ketua, kita membicarakan ini kan sudah cukup lama dan itu dari proses awal Pak Ketua, ini mohon maaf tolong jugalah antar pimpinan

(17)

diinformasikan kepada Ketua kalau memang ada hal-hal yang baru. DIM 365 Pak Ketua, DIM itukan yang berkembang dari situ. lni memang harus ada ketegasan, institusi itu siapa sih yang berwenang saat itu. lni aturan peralihan, kalau tidak ada itu akan repot. Lain substansi yang Ketua sebutkan. Pasal 31 itu.

KETUA RAPAT :

Saya rasa sudah diterima dan saya tadi sudah komentari bahwa apa yang disampaikan tetap Pasal 42 kita._hidupkan. Saya langsung saja mengusulkan bahwa usulan pemerintah yang awal yang ada disini itu yang kita bicarakan, setuju atau tidak?

(RAPAT: SETUJU)

Oke, Kemudian langsung saya bacakan lagi dan tolong dikomentari, Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan panas bumi akan beralih dari Pertamina kepada Pemerintah sejak Pertamina berubah statusnya menjadi perusahaan perseroan (persero), setuju?

ANGGOTA F PDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF) : Saya tidak setuju.

Kalau perlu divoting walaupun saya kalah untuk pertanggungjawaban saya. Sebab Pertamina tidak diatur oleh UU untuk mengurusi panas bumi ini. T adi dijelaskan, on behave saja. Kalau Migas memang fungsinya diatur dalam UU Migas, ada UU Pertamina, memang pekerjaan Pertamina pak. Kalau pada Pasal 42 ini, akibat adanya Pasal 41, tadinya tidak ada ini, ini muncul belakangan. Jadi drop saja itu.

KETUA RAPAT :

Jadi ada juga yang menghendaki di-drop. Silahkan Pak Machrus Usman. ANGGOTA F KB (KH. MACHRUS USMAN) :

Jadi begini pak, inikan UU Panas Bumi, mengapa kita menyebut Pertamina di dalam pasal ini. !tu memang tidak relevan menurut saya, jadi secara umum saja. Oleh karena itu saya mengusulkan pasal umum, kalau memang perlu di penjelasan. Toh disini pada Pasal 33, ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 31, 32 diatur di dalam Peraturan Pemerintah. Kekuatan Pertamina itu apa dulu? Apa dengan UU atau dengan PP atau dengan Penmen, atau dengan Keppres? ltu yang harus menghapus.

Mengapa kekuatan tidak dengan UU, lalu UU turun tangan untuk menangani masalah Pertamina dalam soal kekuasaan Pertamina dulu. Jadi kalau memang Pertamina dulu itu memperoleh hak tidak berdasarkan UU maka kita UU tidak perlu turun tangan, sesuai dengan yang dulu, kalau dengan PP, ya

lewat PP, kalau Keppres, ya lewat Keppres. ••

T erima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih. Silahkan Pak Agusman. WAKIL KETUA (IR. AGUSMAN EFFENDI) :

Kalau boleh dibacakan, ini ada joint operation contract antara Pertamina dengan Unocal, dalam bahasanya yang diambil dasarnya adalah PP No. 4 Tahun 1960 tentang minyak dan gas bumi, UU No. 8/1971 tentang Pertamina, Keputusan Presiden No. 22/1981, Keppres No. 25/1991, Kepmen Energi dan Pertambangan No. 15/1981, Keppres No.49/1991, Keputusan Menteri Keuangan No. 766/1992. Nah. lni ada 6 dasarnya kontrak itu, ini semua yang 16 pakai seperti ini pak.

(18)

ANGGOTA F PBB (IR. DARMANSYAH HUSEIN) :

Jadi karena dulu diatur oleh UU maka dicabut oleh UU. ANGGOTA F POU (DRS. H. ASNAWI LATIEF) :

Saya tanya, UU yang dikutip itu mengatur panas bumi atau tidak? KETUA RAPAT :

Baik, sepertinya pemerintah ada usulan baru lagi. Saya bacakan dulu yang baru ini, pada saat Undang-undang ini berlaku pembinaan dan pengawasan atas kontrak kerjasama pengusahaan sumber daya panas bumi yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang ini dilaksanakan oleh pemerintah. Setuju? Coba direnungkan dulu atau silahkan dikomentar lagi.

ANGGOTA F PG (HJ. EVITA ASMALDA, SH.) :

lnterupsi Ketua. T along mungkin bagian hukum, mohon maaf, ada UU yang sudah pernah kita buat yang menyebutkan itu untuk aturan peralihan, itu sebagai contoh saja supaya lebih enak untuk rekan kita yang masih belum pas. T ernyata itu istilahnya tidak diharamkan ada menyebut satu institusi yang memang kita tidak mengatur itu tetapi lembaga itu ada keterkaitannya.

KETUA RAPAT :

Silahkan Pemerintah. PEMERINTAH :

Di UU Migas itu juga jelas karena itu mengatur masa transisi. Jadi kalau mengatur masa transisi itu mesti jelas dari siapa kepada siapa, dan apa yang dialihkan. Saya kira sudah mencakup, yang dialihkan itu pembinaan dan pengawasan dari Pertamina kepada Pemerintah, sejak kapan? Ya sejak UU itu berlaku. Jadi tiga point itu saya kira perlu masuk.

KETUA RAPAT :

Saya rasa dengan tiga point itu masuk, saya coba kembalikan dari usulan pertama dari pemerintah itu yang kita usulkan lagi. Saya ulangi lagi, jadi tidak menggunakan yang baru ini tapi kita kembali ke yang awalnya, pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi akan beralih dari Pertamina kepada Pemerintah sejak Pertamina berubah menjadi perusahaan perseroan (persero),

..

Pak Asnawi minta ini di dropt karena pertimbangan'tadi yang sudah kita dengar bersama. ANGGOTA F-REFORMASI (ZULKIFLI HALIM) :

Pak Ketua, apakah Pak Asnawi bisa menerima kata "Pertamina" itu diganti dengan "BUMN" begitu. KETUA RAPAT :

Pertamina bukan BUMN Pak. Jadi saya rasa usulan tambahan yang Pasal 42 yang tadi saya bacakan kembali kepada yang awal itu hampir semuanya setuju kecuali Pak Asnawi. Tapi saya menangkap dari Pak Asnawi bahwa semangat Pasal 41 pun tetap berlaku, ini hanya ingin menguatkan lebih jauh tiga point yang tadi sudah disebutkan. Dengan demikiqn setuju ?

(19)

ANGGOTA F-PDU (ASNAWI LATIEF) :

Tidak setuju Pak, di skors saja. Pertamina itu tidak punya fungsi ini sudah dijawab tadi.. Kalau itu aturan Pemerintah, aturan Pemerintahlah yang dicabut. Sedangkan apa yang dikutip itu tidak ada kaitannya dengan panas bumi tapi Migas itu, fungsi Pertamina saja karena sebagai perusahaan negara dan itu diberi mandat oleh Pemerintah. Bukan karena dia punya fungsi khusus menangani soal panas bumi, karena itu dulu muncul di kita itu ada badan pelaksana yang Pemerintah tidak setuju. Dengan sendirinya pusat juga diatur oleh aturan Pasal 31 itu dengan sendirinya, itu kebetulan saja Ciater itu diurus oleh Pemerintah Daerah'bukan Pertamina.

T erima kasih. KETUA RAPAT :

Jadi saya rasa tolong Pemerintah yakinkan kepada kita dan khusus kepada Pak Asnawi tentang pertanyaan tadi untuk menjelaskan pentingnya Pasal 42 ini, silakan Pak.

PEMERINTAH :

lni sebetulnya dulu hampir sama dengan penanganan Migas dimana dulu diserahkan kepada Pertamina. Sekarang pada waktu Undang-undang Migas itu juga dialihkan dari Pertamina ke BP Migas, hanya sekarang memang tidak ada BP Migas di panas bumi, yang ada pembinaan dan pengawasan itu ditangan Pemerintah. Untuk itu makanya perlu ada masa transisi dan transisi itu harus jelas. Yang namanya masa transisi itu dialihkan dari siapa kepada siapa, apa yang dialihkan pembinaan dan pengawasan.

T entu tadi saya sudah sampaikan ini juga menyangkut tadi penting yang 4 % tentang fee itu karena

dengan adanya pasal ini sekarang menjadi kuat bahwa nantinya itu ... masuk ke APBN.

Saya ingin kasih komentar bahwa sebetulnya tidak sejak berlakunya Pertamina menjadi Perusahaan T erbatas tetapi sejak berlakunya Undang-undang. Jadi batas waktunya harus jelas.

KETUA RAPAT :

Sekarang dari rumusan yang banyak ini coba dirumuskan. ANGGOTA F-PDIP (MUDAHIR) :

Usul Pak Ketua. barangkali kalimatnya yang perlu dirubah sedikit. Usul saya adalah "pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang selama ini dilakukan oleh Pertamina akan beralih kepada Pemerintah sejak berlakunya Undang-undang ini" .

..

KETUA RAPAT :

ltu semangatnya sama, redaksinya berbeda. Saya bacakan "pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang ditandatangani sebelum berlakunya undang ini dialihkan dari Pertamina kepada Pemerintah sejak berlakunya Undang-undang ini".

ANGGOTA F-PG (SYAHRUDIN) :

ltu saya kira tadi sejak berlakunya Undang-undang ini sama saja dengan kalimat awal kalimat Pasal 41, jadi itu saja diikuti pada saat mulainya Undang-undang ini.

KETUA RAPAT :

(20)

ANGGOTA F-PG (SYAHRUD!N) :

Tidak, yang terakhir itu dihilangkan. KETUA RAPAT :

. Silakan Pak Agusman. ANGGOTA F-PG (AGUSMAN EFENDI) :

Konkretnya yang disebut oleh Profesor Syahrudin Pasal 42 berbunyi "pada saat Undang-undang ini berlaku semua ... ( dan seterusnya)" semuanya tidak ada lagi Undang-undang ini begitu. Jadi sekali katanya sama dengan yang diatas. Jadi sebenarnya bagian hukum perundang-undangan ada tidak "ya"?. KETUA RAPAT :

Pada saat Undang-undang ini berlaku pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama pengusa:haan pertambangan panas bumi yang ditandatangani sebelum berlakunya ... "

ANGGOTA F-PG (AGUSMAN EFENDI) :

"Pada saat Undang-undang ini berlaku pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang ditandatangani oleh Pemerintah dialihkan kepada Pemerintah".

KETUA RAPAT :

ltu yang tadi susah Pak karena dia sebagai satu badan hukum yang kita sebut sekarang ini. ANGGOTA F-KB (MACHRUS USMAN) :

Landasan hukumnya yang ditandatan~ani sebelum berlakunya Undang-undang ini berarti

berdasarkan Undang-undang yang lain maka itu dinyatakan tidak berlaku dan beralih kepada Pemerintah. Saya kira tidak usah menyebut Pertamina segala itu.

KETUA RAPAT :

"Pada saat Undang-undang ini berlaku pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama pengusahaan pertambangan panas bumi yang ditandatangani sebelum berlakunya

Undang-undang ini dialihkan kepada Pemerintah", setuju

?

...

RAPAT SETUJU:

Jadi saya rasa dengan demikian pembicaraan pada Panja, Timus, dan Timsin sudah kita sepakati semuanya. Namun demikian kita masuk kepada agenda yang kedua tentang pengambilan keputusan. Untuk pengambilan keputusan ini saya minta setiap fraksi memberikan komentar secara lisan setuju atau tidak

dan sebagainya. Kami minta dari F-PDIP silakan.

ANGGOTA F-PDIP (MUDAHIR) : ,•,.

T erima kasih Pimpinan,

Bapak Menteri beserta jajaran yang saya hormati,

1. Bahwa F-PDIP setelah melihat bahwa RUU Panas Bumi ini perlu untuk adanya kepastian hukum sehingga investor menjadi tertarik.

(21)

2. Karena RUU Panas Bumi ini sudah sedemikian rupa dibahas bersama secara merata dan terbuka, dan karena itu perlu segera disosialisasikan. Dan dalam RUU Panas Bumi ini peran Pemda Propinsi maupun Kabupaten/Kotamadya cukup besar. Karena itu F-PDIP setuju RUU Panas Bumi ini ditetapkan menjadi Undang-undang dalam jenjang Rapat Paripurna berikutnya. T erima kasih.

KETUA RAPAT :

T erima kasih. Berikutnya kita minta dari F-PG silakan. ANGGOTA F-PG (HJ. EVITA ASMALDA) :

T erima kasih Ketua, Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

Bapak Ketua, Bapak Menteri, dan Bapak/lbu yang saya hormati,

Perkenankan saya atas nama F-PG mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan fraksi dan khususnya Pemeriritah yang dalam pembahasan merup.akan RUU Panas Bumi ini yang merupakan usul inisiatif DPR telah bisa kita selesaikan dengan baik.

Ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan dalam kesempatan yaitu berupa harapan.

Yang pertama, kami berharap tentunya dengan segera nanti dalam Sidang Paripurna kita sahkan maka RUU ini kami mohon bisa disosialisasikan.

Yang kedua, Peraturan Pemerintah yang merupakan amanat dari RUU inipun bisa Pemerintah susun sesegera mungkin sehingga tidak terjadi satu kekosongan hukum dan RUU ini bisa secara operasional berjalan.

Demikian Pak Ketua, dengan mengucapkan Bismillaahirrohmaanirrohiim kami dari F-PG dapat menerima semua rumusan kurang lebih dari RUU yang telah kita bahas ini. Akhiru kata kami mengucapkan sekali lagi terima kasih dan mohon maaf tentunya terutama kami yang mungkin dalam tutur kata atau sikap dalam pembahasan selama mulai dari Raker, kemudian Panja, Timus sampai Timsin ada kata-kata yang kurang berkenan di hati Bapak/lbu sekalian sekali lagi kami mohon maaf.

T erima kasih.

Assalaamu'alaikum Wr. Wb. KETUA RAPAT :

T erima kasih !bu Evita. Berikutnya F-PP silakan. ANGGOTA F-PP (MAKSUM ZAILADRY) :

T erima kasih Saudara Ketua,

Pak Menteri ESDM dan jajarannya yang saya hormati, serta

,.

Rekan-rekan Anggota Komisi VIII yang saya hormati yang sekaligus juga sebagai pelaksana daripada pengajuan usul inisiatif RUU tentang Panas Bumi ini yang selama beberapa minggu kita membicarakan ini dengan Pemerintah dengan suasana yang penuh dengan keterbukaan, kekeluargaan dan demokratis sehingga apa yang berhasil kita putuskan pada rapat sekarang ini telah menjadi keputusan bersama dari seluruh Komisi VIII sebagai pengusul inisiatif dan juga pembahas RUU ini sejak awal sampai akhir. Dan kami dari F-PP menyambut baik terhadap RUU ini untuk nanti kita sampaikan kepada Rapat Paripurna Dewan untuk disahkan dalam waktu yang dekat.

(22)

Kemudian kepada rekan-rekan yang mungkin selama pembahasan baik dari Anggota Dewan maupun Pemerintah mungkin ada hal-hal yang kurang berkenan dari fraksi kami; kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mudah-mudahan Allah akan memberkahi. apa yang menjadi hasil pemikiran kita bersama demi masyarakat, bangsa, dan negara.

T erima kasih.

Assalaamu'alaikum Wr. Wb. KETUA RAPAT :

Berikutnya F-KB silakan. ANGGOTA F-KB (MUHAIMIN) :

Pendapat akhir F-KB atas RUU tentang Panas Bumi pada Rapat Kerja Komisi VIII DPR-RI dengan Pemerintah.

Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

Panas bumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alamiah dibawah permukaan bumi, energi panas tersebut berasal dari pemanasan .batuan dan air bersama unsur-unsur lain yang dikandungnya yang tersimpan di dalam kerak bumi.

Panas bumi merupakan sumber energi panas dengan ciri terbarukan karena proses pembentukannya terus menerus sepanjang masa selama kondisi lingkungannya dapat terjaga keseimbangannya. Untuk pemanfaatannya perlu dilakukan kegiatan penambangan berupa studi pendahuluan, eksplorasi, studi kelayakan, dan eksploitasi guna mentrasfer energi panas tersebut ke permukaan dalam wujud uap panas, air panas, atau campuran uap dan air, serta unsur-unsur lain yang dikandungnya.

Indonesia memiliki potensi sumberdaya panas bumi yang cukup besar di dunia, namun hingga saat ini masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mensejahterakan kehidupan rakyat.

Mengingat sifatnya sumber energi panas bumi tidak dapat di ekspor, pemanfaatannya untuk mencukup kebutuhan energi domestik sebagai alternatif, mempunyai arti penting dan vital dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi dan dapat memberi nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di Indonesia.

Sumberdaya panas bumi itu tersebar sepanjang lintasan gunung berapi seluruh Indonesia yang terdapat pada daerah tertentu di pegunungan-pegunungan yang lokasinya merupakan daerah terpencil. Karena kekhususan tersebut dan potensi serta manfaat yang sangat besar di Indonesia untuk

dikembangkan sebagai energi a/ternatif bagi peningkatar) kesejahteraan rakyat, maka

penyelenggaraan

aset negara yang vital

ini

perlu diatur dalam suatu Undang-undang.

RUU yang diprakarsai oleh DPR-RI telah didahului dengan RDPU dari beragam golongan masyarakat dan instansi Pemerintah maupun swasta, serta studi banding dalam dan luar negeri sehingga dapat dikatakan bahwa DPR-RI telah berusaha menampung aspirasi masyarakat dan aspek akademis.

Namun dalam pembahasan RUU bersama Pemerintah, draft RUU DPR-RI mengalami perubahan sehingga dicapai kesepakatan RUU yang memenuhi rechmatihead sesuai prosedur dan sesuai dengan tujuan.

Sehubungan dengan itu F-KB menyatakan menerima dan menyetujui RUU tentang Panas Bumi untuk diajukan dan dilaporkan ke Sidang Paripurna yang akan datang untuk disahkan menjadi Undang-undang.

(23)

Sebagai kata penutup F-KB menyampaikan terima kasih atas kejasama yang baik selama pembacaan RUU ini kepada seluruh Anggota Pansus, Anggota Panja, Anggota Timus, dan Anggota Timsin, serta kepada pihak Komisi VIII DPR-RI maupun kepada pihak Pemerintah.

T erima kasih.

Assalaamu'alaikum Wr. Wb. KETUA RAPAT:

Wa'alaikum Salaam Wr. Wb.

Berikutnya kita masuk kepada F-Reformasi, silakan. ANGGOTA F-REFORMASI (ZULKIFLI) :

Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

Jadi secara prinsip F-Reformasi itu menyetujui untuk diteruskan pada pembahasan pengambilan keputusan. Oleh sebab itu kami berharap agar draft"-Undang-undang ini sebelum diputuskan supaya dibagikan dan dapat dipelajari oleh Anggota Dewan yang lain. Sebagaimana kita ketahui juga di nun jauh di komisi sana ada RUU Sumber Daya Air yang bikin geger. Kitapun juga nanti kalau itu disahkan secara tiba-tiba kita juga mungkin kurang enak, marilah kita sama-sama berempati. Jadi kami harapkan dalam waktu yang mepet ini mudah-mudahan naskah yang akan disahkan nanti itu sempat dipelajari oleh Anggota Dewan yang lain ..

Dan terakhir kami berharap mudah-mudahan Anggota Dewan dan Pemerintah ini bisa keluar dari kebudayaan mepet-mepet dalam mengesahkan RUU supaya tidak timbul gejala Undang-undang yang belum disahkan kemudian di revisi lagi. Demikianlah secara prinsip kami menyetujui apa yang sudah dibahas.

Assalaamu'alaikum Wr. Wb. KETUA RAPAT :

Terima kasih. Kemudian berikutnya F-TNl/Polri, silakan. ANGGOTA F-TNl/POLRI (MULYANTO):

Terima kasih Bapak Pimpinan yang saya hormati, Bapak Pimpinan Komisi,

Yang terhormat Anggota Komisi, serta Pak Menteri ESDM dan seluruh staf.

Dengan memperhatikan rumusan akhir dari materi RUU tentang Panas Bumi pasal demi pasal dan penjelasan dan hasil pembicaraan dengan Pemerintah F-TNl/Polri berpendapat bahwa RUU ini telah mengakomodasi aspirasi yang berkembang. Oleh karena itu dengan ini F-TNl/Polri dapat menerima dan menyetujui rumusan RUU tentang Panas Bumi untuk disahkan menjadi Undang-undang dalam Rapat Paripurna DPR-Rl dengan harapan terutama setelah disahkannya Undang-undang ini upaya sosialisasi agar dapat segera dilaksanakan oleh Pemerintah agar pelaku usaha yang berkaitan yang langsung maupun yang tidak langsung dengan usaha panas bumi ini dapat melakukan kegiatan usaha sesuai dengan amanat Undang-undangini.

Yang kedua, Pemerintah segera melakukan penyiapan perangkat penunjang termasuk pembuatan Peraturan Pemerintah, ketentuan lainnya yang dituntut oleh Undang-undang yang diperlukan sebagai pelaksanaannya sehingga tidak timbul keragu-raguan dalam pelaksanaan.

T erima kasih.

(24)

KETUA RAPAT:

Wa'alaikum Salaam Wr. Wb. Berikutnya F-PBB silakan. ANGGOTA F-PBB (DARMANSYAH):

T erima kasih Saudara Ketua,

Bapak Menteri beserta jajarannya yang saya hormati,

F-PBB sejak awal pembahasan memang telah membuka diri untuk menerima maupun memahami konsep-konsep yang akan dibahas. Kami melihat bahwa panas bumi ini sebetulnya sebuah karunia Allah yang pantas kita syukuri. Salah satu cara kita bersyukur adalah memanfaatkan karunia Allah ini secara benar, secara tepat, secara ekonomis, dan secara berkeselamatan dan berkelanjutan. Kelihatannya apa yang sudah kita rumuskan di dalam Undang-undang ini telah memenuhi harapan kita semuanya.

Dan kita juga melihat bahwa Undang-undang ini sebagaimana yang kita rancang semula

sebetulnya ini melahirkan sebuah badan sebagaimana Juga Undang-undang Panas Bumi melahirkan dua badan, Tenaga Listrik juga melahirkan dua badan. Rupanya Undang-undang ini tidak melahirkan anak karena rupanya berat untuk melahirkan anak ini. T api kita berharap bahwa dengan tana dilahirkannya sebuah badan yang khusus mengatur ini tidak berarti bahwa masalah ini menjadi kecil dan menjadi kurang

penting. Kita berharap bahwa 40

%

cadangan panas bumi yang dikandung oleh Indonesia ini dapat kita

manfaatkan seoptimal mungkin

untuk

menggantikan posisi bahan bakar fosil. ltu harapan kami dari F-PBB.

Kemudian juga kepada Pemerintah sebelum menyetujui Undang-undang ini kami berharap bahwa di dalam pembuatan Peraturan Pemerintah walaupun ini merupakan kewenangan penuh dari pihak Pemerintah, barangkali sekali-kali DPR ini juga diberikan suatu kode-kode bahwa akan dilahirkan PP sehingga kami dapat rnemantau apakah PP itu masih sejalan dengan semangat daripada Undang-undang ini. Sebab kita melihat juga ada beberapa PP misalnya dari beberapa Undang-undang yang sudah kita lahirkan, itu pada akhirnya pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan semangat Undang-undang yang dilahirkan. lni yang kita berharap dari Pemerintah bahwa ke depannya sosialisasi dan pembuatan PP ini tetap akan mengajak DPR dalam arti bahwa semangat itu tetap diperhatikan.

Dernikian Saudara-saudara Anggota Dewan beserta Pemerintah yang saya hormati. Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

KETUA RAPAT :

Wa'alaikum Salaam Wr. Wb. Berikutnya F-KKI.

ANGGOTA F-KKI (DRS. ANTHONIUS RAHAil) : Bapak Pimpinan,

Rekan-rekan Anggota Komisi VIII yang saya hormati, Pak Menteri dan jajarannya yang kami hormati,

..

Pertama karni mengajak kita sernua m~manjatkan puji syukur karena hari ini Pernerintah dan

Komisi VIII meletakkan satu tonggak sejarah bagi bangsa dan negara kita dimana kita sama-sama berusaha untuk tidak terjadi kegelapan dalam kemerdekaan kita sebagai Bangsa Indonesia. Dan itu telah kita bersepakat dengan segala dinamika baik dalam Raker, Panja, maupun Timus. Karena itu kami mohon kiranya apa yang tadi telah disampaikan oleh teman-teman mengenai sosialisasi dan Peraturan Pemerintah senantiasa diperhatikan dan dilaksanakan oleh Pemerintah.

Kami ingin rnenitipkan pesan bahwa dari refleksi kita ternyata sumber panas bumi ini di daerah-daerah model terpencil, dan karena itu rnasalah fasilitas perpajakan agar membuat investor berminat dan kerasan di sudut manapun di wilayah NKRI ini kiranya diperhatikan mendapatkan fasilitas dari Pemerintah.

(25)

Kami dari F-KKI juga setuju untuk selanjutnya RUU ini dibawa ke dalam Rapat Paripurna untuk mendapatkan keputusan dari Dewan sebagai Undang-undang.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

T erima kasih. T erakhir kami minta dari F-PDU silakan. ANGGOTA F-PDU (ASNAWI LATIEF) :

· Assalaamu'alaikum Wr. Wb. Bismillaahirrohmaanirrohiim. Saudara Pimpinan,

Saudara Pimpinan dan seluruh jajaran Departemen ESDM,

Atas nama F-PDU kami menyatakan bahwa lahirnya RUU tentang Panas Bumi ini memang disepakati oleh Komisi VIII dari bermacam-macam fraksi dalam wujud usul inisiatif kemudian jadi usul DPR dan sudah melalui proses yang cukup panjang Rapat Kerja DPR dengan Pemerintah dan hari ini sudah

menghasilkan rumusan-rumusan yang sama disepakati.

·r

entu di dalam perumusan ini kita tidak mencari

kemenangan dimana tadi itu terakhir kami dianggap ngeyel sehingga mau diperkosa, tapi karena kami tetap konsisten bahwa Undang-undang ini tidak mengatur pertaminaan jadi cuma fungsinya saja tadi itu yang diberikan kepada Pemerintah sebab berbeda dengan Migas, itulah dasar kami bertahan.

Seperti halnya kami juga ketika ikut amandemen Undang-undang Oasar 1945 itu juga begitu nasib kami dikeroyok juga karena keinginan membubarkan DPA Alhamdulillaah berhasil setelah meyakinkan. Coba

bayangkan

itu fraksi besar semuanya bahwa DPA itu penting untuk menitipkan pensiunan-pensiunannya. Jadi benar DPA itu Dewan Pensiunan Agung. Oleh karena itu lalu sekarang bubar dan Alhamdulillaah, sehingga saya itu oleh kawan-kawan yang di DPA itu dianggap saya yang membubarkan padahal itu keputusan bersama, kita-kan mencari kebenaran bukan mencari kemenangan.

Jadi oleh karena itu saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terjadi diskusi interaksi, tidak lagi kita mencari kemenangan tapi mencari kebenaran, tidak kita melakukan mufakat kemudian dimusyawarahkan dan hasilnya itulah yang kita sepakati bersama. Mudah-mudahan itulah yang terbaik rumusan itu yang kalau saya katakan istilah bid'ah tambahan, sebab bid'ah itu menurut NU tidak seluruhnya Dhalaalah tapi ada bid'ah yang hasanah dan ini termasuk bid'ah hasanah. Jadi oleh karena itu saya tidak berubah dari prinsipil tadi tapi ini hasanah setelah rumusan baru diusulkan oleh Kyai Macrus Usman tadi dan Pemerintah juga tadi menyepakati. Oleh karena itu dengan pernyataan Bismillaahirrohmaanirrohiim kami terima rumusan ini untuk diteruskan ke Sidang Paripurna DPR disahkan sebagai Undang-undang.

Assalaamu'alaikum Wr. Wb. KETUA RAPAT :

Wa'alaikum Salaam Wr. Wb.

Kita dengar semua bahwa semua fraksi menyetujui maka saya tawarkan apakah RUU ini bisa disetuju Komisi VIII setuju ( Ketok Palu 3 X ). Baik berikutnya sebelum kita menandatangani langsung saja kita minta sambutan dari Pemerintah dan menyetakan sikap dan silahkan.

PEMERINTAH

Atas nama Pemerintah saya ucapkan terima kasih kepada pimpinan sidang dan para anggota dewan bahwa RUU panas bumi ini telah dilakukan secara bertahap yaitu melalui rapat panita kerja, Timus dan Timsin kami sangat menghargai proses pembahasan dalam RUU Panas Bumi tersebut mengingat materi yang dibahas banyak demikian banyak bersifat filosofis tehnis sehingga memerlukan pemahaman dan penyamaan persepsi antara anggota dewan yang terhormat dan Pemerintah, pada saat ini kita telah sampai kepada akhir pembahasan yang cukup panjang yang diselesaikan cukup baik dalan kurun waktu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan koefisien jalur atau pengaruh langsung, variabel perilaku merokok berpengaruh terhadap tingkat insomnia dengan nilai koefisien sebesar 0.425 artinya

Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau terdapat hubungan yang bermakna diantara kedua variabel “prematur merupakan faktor risiko gangguan fungsi pendengaran pada

Masyarakat bersama Tim Kementerian Lingkungan Hidup pada bulan Juli 2014 melakukan kunjungan lapangan di area Cekungan Air Tanah Watuputih, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, telah

RE:modal saham - Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk sementara waktu.tujuan perusahaan menarik kembali sahamnua antara lain untuk

Mes- kipun demikian, uskup dan para pemimpin lingkungan lainnya dapat berunding bersama untuk menentukan apakah anak yang berusia 12 tahun ini akan mendapat manfaat yang lebih

(menatap Rifan dengan sorot mata sedih bercampur emosi) Kalau Ibuk mati, kamu bisa mendoakan ibuk jika masuk Pondok.. Permintaan Ibuk itu saja, kamu mondok kalau masih sayang

Algoritma ini tidak menggunakan metode LSB, namun ia menghitung penyebaran byte-byte dari steganogram citra (dalam hal ini citra berformat JPEG (Joint Photographic

(Darjah Kelas Kedua – Ahli lelaki yang menerima kurniaan ini berhak menggunakan gelaran “Dato’” dan ahli wanita berhak menggunakan gelaran “Datin Paduka” pada