TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Rosiana Arsyad
NIM B11 167
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
i
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Rosiana Arsyad
NIM B11 167
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
iv
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny K G4P3A0 Umur Kehamilan 11 Minggu dengan Abortus Inkompit Di Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasihkepada :
1. Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Rahajeng Putriningrum, SST,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Drg. Basoeki Soetarjo, selaku Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Ny. K dan keluarga yang telah bersedia menjadi subyek studi kasus dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
v
Surakarta, Maret 2014
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny K UMUR 38 TAHUN G4P3A0
UMUR KEHAMILAN 11 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014
Xii + 88 halaman + 11 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan, terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5%. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari 2013- November 2013 didapatkan jumlah ibu hamil normal sebanyak 2369 orang, jumlah ibu hamil patologi 1513 orang dan ibu hamil dengan abortus inkomplit 261 orang (17,2%).
Tujuan : Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit dengan mengunakan pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah varney.
Metode Penelitian : Jenis studi kasus yang digunakan yaitu deskritif, lokasi di bangsal mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta, subjek pada kasus ini pada ibu hamil Ny. K G4P3A0 dengan abortus inkomplit, waktu pelaksanaan studi kasus dilaksanakan pada tanggal 22 - 24 Maret 2014, teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang meliputi pemeriksaan fisik, wawancara, dan observasi serta data sekunder yang meliputi studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
Hasil : Evaluasi yang didapat setelah dilakukan asuhan selama 2 hari adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Vital Sign : tekanan darah : 120/70 mmHg, respirasi : 24 x/menit, nadi : 84 x/menit, suhu : 360C, perdarahan pervaginam berupa flek-flek, ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan alat genetalianya, infus telah dilepas, ibu bersedia untuk minum obat secara teratur : Amoxcillin 500mg 3x1, Sulfat ferosus 500mg 3x1, Metil ergometrin 500mg 3x1, Vitamin C 50mg 3x1 dan ibu diperbolehkan untuk pulang.
Kesimpulan : Pada kasus ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan dalam pemberian terapi.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu hamil, Abortus Inkomplit
vii
v Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya (HR. Tabrani).
v Ketauhilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan (HR. Tirmidzi).
v Sesungguhnya masa kritis itu melahirkan semangat. Suatu urusan tidak akan terasa luas kecuali apabila telah terasa sempit dan keutamaan cahaya fajar tidak akan tampak kecuali setelah kegelapan malam nan kelam (Jamaluddin Al-Afghani).
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini saya persembahkan :
1. Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga tersusuhidayah-nya KTI ini
2. Bapak ibu tercinta Muh.Badruddin, S.Pd-Waryanti, S.Pd atas kasih sayang, doa
restunya,dukungan baik moral maupun
material
3. Kakakku tersayang Nasrul dan Afrillia buat
semangat yang selalu diberikan untuk
menyelesaikan KTI ini
4. Dosen Pembimbingku yang telah memberi bimbingan sehingga terselesaikan KTI ini
5. Semua teman-teman tersayang
(meida,putri,ayu,lisa,uty,icha,darsini dll) yang telah memberikan semangat, dukungannya dan berjuang bersama selama ini
viii BIODATA
Nama : Rosiana Arsyad
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 10 Januari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Tlawong Rt 01 Rw 01 Sawit Boyolali
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. MI Kiyaran Sawit Lulus tahun 2005
2. SMP Negeri 1 Sawit Lulus tahun 2008
3. SMA Negeri 1 Banyudono Lulus tahun 2011
ix
HALAMANPERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
INTISARI... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
CURICULUM VITAE ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Studi Kasus ... 3
D. Manfaat Studi Kasus ... 4
E. Keaslian Studi Kasus ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ... 8
1. Kehamilan ... 8
2. Abortus ... 12
3. Abortus Inkomplit ... 18
B. Teori Manajemen Kebidanan ... 24
C. Landasan Hukum ... 43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus ... 47
B. Lokasi Studi Kasus ... 47
C. Subjek Studi Kasus ... 47
x
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ... 53 B. Pembahasan ... 79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 8. Lembar Format Askeb
Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 10. Leaflet
1
A. Latar Belakang
Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortilitas yang lebih tinggi di area pedesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012).
Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang diadopsi pada tahun 2000. Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka kematian ibu sampai tiga perempat dalam kurun waktu 1990 dan 2015, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2012).
Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya. Jika dibandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Vietnam sama seperti negara Malaysia, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2008).
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mengatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2012).
Penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan, terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5% (Depkes, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari 2013- November 2013 didapatkan jumlah ibu hamil normal sebanyak 2369 orang, jumlah ibu hamil patologi 1513 orang, ibu hamil dengan anemia 656 orang (43,3%), ibu hamil dengan pre eklamsia berat 407 orang (26,9%), ibu hamil dengan abortus inkomplit 261 orang (17,2%), ibu hamil dengan abortus imminens 126 orang (8,3%), ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum 31 orang (2%), ibu hamil dengan hipertensi 29 orang (1,9%), ibu hamil dengan pre eklamsia ringan 3 orang (0,19%).
Berdasarkan data di atas, masih tingginya angka kejadian abortus yang menyebabkan perdarahan, sehingga penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny.K G4P3A0
dengan Abortus Inkomplit di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang didapat adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny.K G4P3A0
dengan Abortus Inkomplit di RSUD Dr. Moewardi dengan pendekatan Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney?”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit dengan mengunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian data dasar pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit.
b. Penulis mampu menginterpretasikan data untuk diagnosa atau masalah pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit.
c. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya pada ibu hamil Ny.K G4P3A0
dengan abortus inkomplit.
d. Penulis mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi, rujukan pada ibu hamil Ny.K G4P3A0
dengan abortus inkomplit.
e. Penulis mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit.
f. Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit.
g. Penulis mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit.
h. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilahan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
i. Penulis mampu menemukan alternatif pemecahan masalah pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Pengalaman paling berharga bagi penulis, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
2. Bagi Profesi
Tenaga kesehatan mampu memberikan asuhan kebidanan yang efisien, efektif, dan aman khususnya pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. 3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Mampu meningkatkan mutu pelayanan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit dan hasil dari asuhan kebidanan diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk Rumah sakit.
b. Pendidikan
Menambah referensi perpustakaan khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
E. Keaslian Studi Kasus
Penulisan studi kasus tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit, pernah dilakukan oleh :
1. Anik Indri Hirmawati (2012), dengan judul “ Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny. S G2P1A0 umur 31 tahun dengan abortus incompletus di bangsal mawar 1 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Asuhan yang di berikan antara lain memberikan informasi tentang kondisi ibu, melakukan informed concent untuk tindakan curettage, observasi perdarahan pervaginam, observasi tanda-tanda vital, memasang O2 3
liter/jam, memasang infus RL 20 tetes per menit, memberikan injeksi ketalar 20 mg dan ketamin 20 mg secara IV. Hasil setelah diberikan asuhan uterus keras dan pengeluaran pervaginam berupa flek-flek darah, terapi obat telah diberikan, infuse sudah dilepas, tidak ada tanda-tanda infeksi yaitu kolor, rubor, dan tumor.
Perbedaan antara studi kasus yang penulis lakukan dengan keaslian studi kasus terletak pada pemberian terapi dan pemasangan O2. Sedangkan
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah studi kasus ini terdiri dari V BAB dan disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB I adalah pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada BAB II adalah tinjauan pustaka yang terdiri atas kehamilan meliputi pengertian, tanda dan gejala hamil, komplikasi kehamilan, abortus meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, klasifikasi abortus, komplikasi, abortus inkomplit meliputi pengertian, tanda dan gejala, gejala klinik, diagnosa, penanganan, teori manajemen kebidanan dan landasan hukum. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada BAB III adalah metodologi penelitian yang terdiri atas jenis studi, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data, alat-alat yang dibutuhkan, jadwal penelitian.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada BAB IV adalah tinjauan kasus dan pembahasan yang terdiri atas tinjauan kasus berisi tentang hasil pengambilan data yang relevan dengan kebutuhan kasus serta disajikan dalam
bentuk asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi serta catatan perkembangan dalam bentuk SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning). Pembahasan berisi tentang analisis data yang membandingkan antara kasus yang diteliti dengan teori-teori yang berkaitan dengan kasus tersebut. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan kasus sehingga dari hal itulah dapat diketahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan antara teori dengan fakta kasus yang terkait.
BAB V PENUTUP
Pada BAB V adalah kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjawab dari tujuan dan inti dari pembahasan kasus. Sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan masalah, kesenjangan dan hendaknya saran itu dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA
8
A. Teori Medis
1. Kehamilan a. Pengertian
Fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010).
b. Tanda dan gejala hamil
Menurut Ari Sulistyawati (2009), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Tanda pasti kehamilan
a) Terdengar denyut jantung janin (DJJ) b) Terasa gerak janin
c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada gambaran embrio
d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (> 16 minggu).
2) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Rahim membesar
b) Tanda Hegar c) Tanda Chadwick
Yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina dan vulva. d) Tanda Piskacek
Yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menonjol jelas kearah pembesaran tersebut.
e) Braxton Hicks
Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah berkontraksi
f) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat g) Ballottement positif
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu dengan cara menggoyangkan-goyangkan di salah satu sisi, maka akan terasa “pantulan” di sisi lain.
h) Tes urine kehamilan (tes HCG) positif
Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon gonadotropin dalam urine. Kadar yang
melebihi ambang normal, mengidentifikasi bahwa wanita mengalami kehamilan.
3) Dugaan hamil
a) Amenorrhoea/tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat haid)
b) Nausea (mual), anoreksia (kehilangan selera terhadap makanan), emesis (muntah-muntah), dan hipersalivasi
c) Pusing
d) Miksing/sering buang air kecil e) Obstipasi
f) Hiperpigmentasi: strie, cloasma, linea nigra g) Varises
h) Payudara menegang i) Perubahan perasaan j) BB bertambah 4) Diagnosis banding
a) Pseudosiesis (kehamilan palsu ) b) Kistoma ovarii
c) Mioma uteri
d) Retensi urine (bendungan kantong kemih)
c. Komplikasi pada kehamilan
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) komplikasi dalam kehamilan antara lain :
1) Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
2) Anemia Kehamilan
Anemia kehamilan adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.
3) Hyperemesis Gravidarum
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita hyperemesis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit kurang, dan timbul aseton dalam air kencing.
4) Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplementasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
2. Abortus a. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010).
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yang pertama adalah abortus karena kegagalan
perkembangan janin dimana gambaran USG menunjukkan kantong perkemihan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
b. Etiologi
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2009) beberapa faktor yang menyebabkan abortus antara lain :
1) Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran, faktor kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta.
2) Faktor ibu
a) Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid b) Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus c) Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti, toksoplasma,
herpes, dan klamidia d) Kelemahan otot leher rahim e) Kelainan bentuk rahim 3) Faktor bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.
4) Faktor genetik
Sekitar 5% abortus terjadi ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari
60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
5) Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15% wanita dengan abortus yang rekuren.
c. Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta lengkap (Rukiyah dan Yulianti, 2009).
d. Klasifikasi Abortus
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2009) klasifikasi abortus antara lain :
1) Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tidak didahului faktor-faktor mekanik ataupun medisinalius, semata-mata disebabkan oleh faktor ilmiah.
2) Abortus provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun alat-alat abortus.
3) Abortus Medisianalis
Abortus medisianalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
4) Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang disengaja karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
5) Unsafe Abortion
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup kehamilan dan prosedur standar yang aman sehingga membahayakan keselamatan jiwa pasien.
6) Abortus Imminens
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjuk ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup,uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah, tidak ditemukan kelainan pada serviks.
7) Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah terjadi perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, dengan tanda-tanda perdarahan sedang hingga masih/banyak, kadang keluar gumpalan darah, serviks terbuka, uterus sesuai masa kehamilan, kram nyeri perut bawah karena kontraksi rahim kuat, akibat kontraksi uterus terjadi pembukaan, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
8) Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau
plasenta. Ditandai dengan perdarahan sedang, hingga
masih/banyak dan setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus, serviks terbuka, uterus sesuai usia kehamilan, kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules, ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
9) Abortus Komplit
Abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh dari hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri, ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks
terbuka, uterus lebih kecil dari usia gestasi, sedikit atau tanpa nyeri perut bawah dari riwayat hasil konsepsi.
10) Missed Abortus
Missed abortus adalah perdarahan pada kehamilan muda, disertai retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu lebih. Ditandai dengan gejala amenorrhoea, perdarahan sedikit yang berulang pada permulaannya serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi melainkan bertambah rendah, diiringi dengan reaksi yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati, serviks tertutup dan ada darah sedikit, sekali-kali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
11) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
e. Komplikasi 1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya (Rukiyah dan Yulianti 2009). 2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hipertrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita
perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi perlu histerektomi (Rukiyah dan Yulianti, 2009).
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion) (Rukiyah dan Yulianti, 2009).
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan
(syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik) (Rukiyah dan Yulianti, 2009). 3. Abortus Inkomplit
a. Pengertian
Abortus inkomplit adalah sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri. Batasan ini masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010).
Abortus inkomplit adalah keguguran-tidak lengkap, sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian
(biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim (Pudiastuti, 2012).
b. Tanda dan Gejala
1) Perdarahan sedang hingga masih/banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
2) Uterus sesuai masa kehamilan
3) Kram atau nyeri perut bawah dan terasa mules-mules
4) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus
5) Sering servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali (Pudiastuti, 2012).
c. Gejala klinik
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah umur kehamilan tersebut sudah lewat, maka plasenta dan janin keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplit.
Sebagian jaringan masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi, jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan (Prawirohardjo, 2010).
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi kemudian disiapkan tindakan kuretase. Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan (Prawirohardjo, 2008).
d. Diagnosa
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksinya mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering terdapat pula terasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan servik, dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina (Prawirohardjo, 2006).
e. Penanganan
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), penanganan abortus inkomplit antara lain :
1) Pada ibu yang mengalami abortus inkomplit jika perdarahan tidak begitu banyak, dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral (dapat dilakukan oleh bidan dengan kolaborasi dengan dokter ahli kandungan).
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu) yang ini hanya
dilakukan oleh dokter obgyn, bidan disini bertugas menjadi asisten.
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis/RL) 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg), evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus (dapat dilakukan oleh bidan di rumah sakit dengan instruksi dokter).
Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotika (Prawirohardjo, 2010).
f. Penatalaksanaan Post Curretage
Menurut Saifuddin (2005), pada kasus abortus inkomplit penatalaksaan post curettage ialah :
1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan instruksi apabila terjadi komplikasi/kelainan
2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan habis lepaskan peralatan infus
3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
4) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa
tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan
5) Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan
laporkan kepada petugas tersebut bila ada
keluhan/gangguan pasca tindakan
6) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjutan ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pasca tindakan.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen proses kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien. Manajemen kebidanan terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi (Sulistyawati, 2009).
Manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial dan antisipasi,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Varney, 2007).
Teori manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan masalah-masalah ibu dan anak serta keluarga berencana yang khususnya diberikan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan baik secara individu, keluarga maupun masyarakat. Dimana di dalam melaksanakan asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah varney (Varney,2007).
2. Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney
Penerapan manajemen kebidanan pada ibu hamil dengan abortus Inkomplit menurut 7 langkah Varney meliputi :
Langkah I : Pengkajian
Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan atau data objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian sebelum didokumentasikan (Hidayat dan Wildan, 2008).
a. Data Subjektif
Adalah informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari wawancara langsung kepada pasien/klien
(anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (allow anamnesis) (Hidayat dan wildan, 2008).
1) Identitas
Nama : Digunakan untuk membedakan antar klien
yang satu dengan yang lain (Marmi, 2012).
Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien
berisiko tinggi atau tidak, <16 tahun atau >35 tahun (Marmi, 2012).
Agama : Untuk menentukan bagaimana kita
memberikan dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan (Marmi, 2012).
Suku bangsa : Untuk menentukan adat istiadat atau
budayanya (Marmi, 2012).
Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan
mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan
tempat tinggal (Marmi, 2012).
2) Keluhan Utama : Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Pada pasien dengan abortus inkomplit mengatakan mengeluarkan darah sedang hingga banyak, kram atau nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi (Saifuddin, 2004).
3) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui usia nikah pertama kali, status pernikahan sah atau tidak, lama pernikahan, ini suami yang ke berapa (Sulistyawati, 2009).
4) Riwayat Menstruasi
Mengetahui tentang menarche, siklus, dismenorhea, umur berapa, lama menstruasi, banyaknya menstruasi dan untuk
mengetahui hari pertama menstruasi terakhir serta
untuk menentukan tanggal kelahiran dari persalinan
(Wiknjosastro, 2007). Abortus inkomplit terjadi pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo, 2010).
5) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan :Untuk mengetahui berapa umur kehamilan,
bagaimana letak janin dan berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak (Prawirohardjo, 2005).
Persalinan :Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada perdarahan, waktu persalinan ditolong
oleh siapa, dimana, tempat melahirkan
(Prawirohardjo, 2005).
Nifas :Luka-luka jalan lahir, seperti episiotomi yang telah dijahit (Prawirohardjo, 2005).
6) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu : Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung,
DM, hipertensi dan asma
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Riwayat kesehatan sekarang : Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Riwayat kesehatan keluarga : Untuk mengetahui adanya penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi, jantung, serta penyakit menular seperti TBC,
epilepsi, yang dapat
mempengaruhi kehamilan serta
adanya riwayat keturuna
kembar (Prawirohardjo, 2005). 7) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah menggunakan alat kontrasepsi atau belum, jika pernah lamanya berapa tahun, jenis KB yang digunakan dan ada keluhan atau
tidak selama penggunaan alat kontrasepsi tersebut
(Varney, 2004).
8) Riwayat Kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang yang meliputi hari pertama haid terakhir (HPHT), gerak janin (kapan mulai dirasakan, kapan mulai ada perubahan), tanda-tanda bahaya (termasuk rabun senja), keluhan yang lazim pada kehamilan, penggunaan
obat-obatan (termasuk jamu-jamuan), kekhawatiran yang dirasakan (Mandriwati, 2008).
9) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c) Aktifitas dan istirahat
Aktifitas dan istirahat yang perlu ditanyakan adalah aktifitas sebelum dan selama hamil misalnya memasak, menyapu, mencuci atau pekerjaan rumah tangga yang lainnya (Pusdiknakes, 2003).
d) Seksualitas
Untuk mengetahui pola hubungan seksual,
frekuensi berhubungan, kelainan dan masalah seksual (Ummi Hani dkk, 2010).
Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebesihan tubuh terutama pada daerah genetalia
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). 10) Psikososial Budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan tentang kehamilan ini, kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis kelahiran yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap kehamilan ini, keluarga lain yang tinggal serumah, pantangan makanan dan kebiasaan dalam kehamilan (Varney,2007). b. Data Objektif
1) Status Generalis
a) Keadaan Umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum (Marmi, 2012).
b) Pemeriksaan Fisik :
Tensi : Tekanan darah perlu diukur untuk
mengetahui perbandingan nilai dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg
pada saat awal pemeriksaan dapat
mengindikasi potensi hipertensi
Suhu : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi, karena adanya sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus, maka terjadi
nekrosis dan membusuk sehingga
menimbulkan infeksi pada desidua,
sehingga menyebabkan kenaikan suhu
tubuh (Wiknjosastro, 2005). Untuk
mengetahui suhu basal pada ibu hamil, suhu badan yang normal adalah 36 0C sampai 37
0
C (Prawirohardjo, 2005). Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan (Alimul, 2006).
Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang
dihitung dalam 1 menit. Pada wanita dewasa normal, frekuensi denyut jantung yang teratur kira-kira 70 denyut per menit dengan rentang antara 60-100 denyut per menit. Pada masa kehamilan terjadi peningkatan frekuensi jantung sejak usia kehamilan 4 minggu sekitar 15-20 denyut per menit (Mandriwati, 2008).
Respirasi : Untuk menghitung frekuensi pernafasan
yang dihitung dalam 1 menit
(Saifuddin, 2005). Dalam keadaan istirahat, pernapasan orang dewasa normal berkisar
12-20 kali dalam 1 menit
(Mandriwati, 2008).
Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan pasien selama hamil (Alimul, 2006). Sebelum hamil : Berat badan ibu sebelum hamil tidak boleh
kurang dari 38 kg, karena jika berat badan ibu kurang dari 38 kg maka ibu termasuk faktor resiko ibu hamil (Depkes, 2010). Selama hamil : Dalam keadaan normal kenaikan berat
badan ibu badan ibu dari sebelum hamil, dihitung mulai trimester I sanpai trimester III yang berkisar antara 9-13,5 kg (Mandriwati, 2008).
Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak (Nursalam, 2008).
Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan ibu
minimal 23,5 cm atau tidak, sehingga resiko tinggi atau tidak (Alimul,2006).
c) Pemeriksaan Sistematis (1) Kepala
Rambut : Mengetahui warna rambut, kebersihan dan
rambut mudah rontok atau tidak
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Muka : Dikaji apakah muncul cloasma gravidarum,
yang bias muncul pada wanita hamil pada
umur kehamilan 12 minggu karena
pengaruh hormon kortikusteroid plasenta (Prawirohardjo, 2006).
Mata : Conjugtiva merah atau tidak, pucat atau
tidak, sclera ikterik atau tidak
(Alimul,2006). Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, perdarahan akut
maupun kronis dan meningkatnya
kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Hidung : Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada tidaknya benjolan (Alimul,2006). Untuk mendeteksi adanya polip atau tidak, polip terjadi di mukosa dan merupakan tonjolan
kecil yang menyerupai tumor jinak (Brooker, 2009).
Telinga : Apakah ada kelainan atau tidak, apakah simetris atau tidak (Alimul,2006).
Mulut : Apakah ada caries atau tidak, mulut bersih atau kotor, lidah stomatitis atau tidak (Wiknjosastro, 2005).
(2) Leher
Adakah pembesaran pada kelenjar gondok, kelenjar getah bening atau tidak, tumor ada atau tidak (Varney,2004).
(3) Dada dan Axilla
Dalam pemeriksaan dada dan Axilla pada kasus abortus inkomplit menurut Prawirohardjo (2006) yaitu :
Dada : Pemeriksaan payudara mengenai bentuk, kesimetrisan, ada tidaknya benjolan, nyeri tekan.
Mammae : Ada pembesaran atau tidak, ada tumor atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak, kolostrum sudah keluar apa belum.
Axilla : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak dan adakah nyeri tekan.
(4)Genetalia : Untuk mengetahui keadaan genetalia eksternal yang meliputi kesimetrisan labia mayora dan labia minora, ada atau tidak oedema, pembesaran kelenjar bartholini dan cairan yang keluar. Pada pemeriksaan dalam ditemukan kanalis servikalis masih terbuka, dan teraba jaringan dalam kavum uteri (Prawirohardjo, 2010). Perdarahan sedang, hingga masih/banyak dan setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
(5)Ektremitas : Apakah terdapat varises atau tidak, ada oedema atau tidak, reflek patella positif atau negatif (Prawirohardjo, 2006).
2) Pemeriksaan Khusus Obstetri
Dalam pemeriksaan abdomen pada kasus abortus inkomplit yaitu :
Inspeksi : Untuk mengetahui ada bekas operasi atau tidak, bentuk perut normal atau tidak, adanya linea, strie atau tidak, adanya kelainan atau tidak, dan adanya pergerakan janin atau tidak (Prawirohardjo, 2006).
Palpasi : Leopold I bertujuan untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian janin yang ada di fundus
dan bagian janin yang ada di fundus
(Ari Sulistyawati, 2009). Dan adakah kram nyeri bawah perut atau tidak, pada kasus abortus inkomplit tinggi fundus uteri sesuai masa kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
3) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang yang diperlukan pada kasus abortus inkomplit ialah pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis (Prawirohardjo, 2010).
Langkah II : Interpretasi Data
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar (Wildan dan Hidayat, 2008).
a. Diagnosa Kebidanan
Ny… umur… G… P… A… umur kehamilan … minggu dengan Abortus Inkomplit
Data Dasar : 1) Data subjektif
(a) Ibu mengatakan perut bagian bawah terasa sakit dan
mengeluarkan darah bergumpal dari jalan lahir
(Prawirohardjo, 2006).
(b)Ibu mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu dan sekarang meliputi Hari Pertama Menstruasi Terakhir (Prawirohardjo, 2006).
2) Data Objektif
Data Objektif meliputi dari pemeriksaan auskultasi, palpasi, inspeksi dan perkusi, antara lain :
(a) Keadaan Umum
(b)Vital sign
(1) Tekanan darah (2) Suhu
(3) Nadi (4) Respirasi
(c) Uterus sesuai masa kehamilan (d)Serviks terbuka
(e) Perdarahan sedang hingga masih/banyak (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah pada kasus abortus inkomplit adalah
pasien merasa cemas karena mules dan nyeri perut bagian bawah (Pudiastuti, 2012).
c. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009). Kebutuhan pasien pada kasus abortus inkomplit adalah dorongan moral dan memberikan informasi tentang abortus inkomplit (Taber, 2003).
Langkah III :Diagnosa Potensial dan Antisipasi
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan masalah atau diagnosis potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera (Wildan dan Hidayat, 2008). Pada kasus abortus inkomplit diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah perdarahan apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya, infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus dan syok karena perdarahan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Langkah IV :Tindakan Segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Wildan dan Hidayat, 2008). Pada
kasus abortus inkomplit kolaborasi dengan dokter untuk segera dilakukan tindakan curettage (Pudiastuti, 2012).
Langkah V : Perencanaan
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil (Wildan dan Hidayat, 2008). Menurut Pudiastuti (2012), Rukiyah dan Yulianti (2010) perencanaan asuhan pada kasus abortus inkomplit yaitu :
1) Pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik 2) Berikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada klien 3) Observasi keadaan umum, TTV dan perdarahan pre curettage 4) Lakukan informed consent untuk dilakukan tindakan curettage 5) Berikan terapi
a) Perdarahan tidak begitu banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral
b) Perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral
c) Usia kehamilan lebih dari 16 minggu beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis/RL) 40 tetes permenit dan jika perlu beri misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam. 6) Siapkan pasien dan peralatan untuk curettage
a) Persiapan pasien
(1) Pasien tidak makan atau minum
(2) Pasang infus atau berikan cairan minimal 2,5 Liter/24 jam (3) Anestesi lokal
b) Peralatan untuk curettage (1)Speculum dua buah (2)Sonde uterus
(3)Cunam muzeus atau cunam porsio (4)Berbagai ukuran busi (dilatators) Hegar
(5)Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) (6)Cunam abortus kecil dan besar
(7)Pinset dan klem (8)Kain steril
(9)Sarung tangan dua pasang
Langkah VI : Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri
(Wildan dan Hidayat, 2008). Pelaksaan perencanaan pada kasus abortus inkomplit yaitu :
1) Melakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik 2) Memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada klien 3) Melakukan observasi keadaan umum, TTV dan perdarahan pre
curettage
4) Melakukan informed consent umtuk dilakukan tindakan curettage 5) Memberikan terapi
a) Perdarahan tidak begitu banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral
b) Perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral
c) Usia kehamilan lebih dari 16 minggu beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis/RL) 40 tetes permenit dan jika perlu beri misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam. 6) Menyiapkan pasien dan peralatan untuk curettage
a) Persiapan pasien
(1) Pasien tidak makan atau minum
(2) Pasang infus atau berikan cairan minimal 2,5 Liter/24 jam (3) Anestesi lokal
b) Peralatan untuk curettage (1)Speculum dua buah (2)Sonde uterus
(3)Cunam muzeus atau cunam porsio (4)Berbagai ukuran busi (dilatators) Hegar
(5)Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) (6)Cunam abortus kecil dan besar
(7)Pinset dan klem (8)Kain steril
(9)Sarung tangan dua pasang
Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien (Wildan dan Hidayat, 2008). Evaluasi pada abortus inkomplit adalah keadaan umum baik, tidak terjadi anemia, tidak terjadi komplikasi diantaranya perforasi uterus, syok, infeksi dan perdarahan. Setelah itu beri obat-obatan uterotonika dan antibiotika. (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Data Perkembangan
Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP, menurut Varney (2004) antara lain :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment.
A : Analisis
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa/masalah serta antisipasi masalah potensial.
P : Planing
Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment
C. Landasan Hukum
Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan : BAB II Perizinan
(1)Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2)Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III (D III) Kebidanan.
BAB III Penyelenggaraan Praktik Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 13 :
(1)Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, dan pasal 12, bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi :
(a) pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit (b) asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter
(c) penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
(d) melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
(e) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah
(f) melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
(g) melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyulit lainnya
(h) pencegahan pelayahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
(i) pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah. (2)Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,
penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu.
BAB IV Pencatatan dan Pelaporan
Pasal 20 :
(1)Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
(2)Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat praktik.
(3)Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
47
A. Jenis Studi Kasus
Jenis studi kasus yang digunakan yaitu observasional deskriptif adalah pendekatan yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini menggunakan jenis studi kasus observasional deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus adalah menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi pengambilan studi kasus dilaksanakan di Bangsal Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah yang akan dikenai kegiatan pngengambilan kasus (Arikunto, 2006). Subjek kasus ini dilaksanakan pada Ibu Hamil Ny.K G4P3A0 dengan Abortus Inkomplit.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2012). Waktu studi kasus dilaksanakan pada tanggal 22-24 Maret 2014.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen penelitian studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan selama melakukan studi kasus ini adalah dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil dan lembar dokumentasi pasien atau lembar status pasien.
F. Teknik Pengumpulan Data
Observasi atau penelitian adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukur dan mencatatnya. Oleh karena itu, metode pengumpulan data merupakan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur terstandar (Arikunto, 2006).
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengumpulan data primer dan data sekunder, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek/ objek
penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis, antara lain :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Pada kasus abortus inkomplit setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus (Pudiastuti, 2012). Pada kasus ini ibu mengalami perdarahan sekitar 50 cc dan keluar jaringan seperti gajih. 2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrument yang sensitif dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembaban dan ukuran (Nursalam, 2008). Pada kasus abortus inkomplit uterus sesuai masa kehamilan (Rukiyah dan Yuliati, 2010). Pada kasus ini tinggi fundus uterus tidak teraba.
3) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh menggunakan stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah ibu
normal atau tidak (Nursalam, 2008). Pada kasus ini DDJ tidak terdengar.
4) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara (Nursalam, 2008). Pada kasus ini Reflek Patella kanan dan kiri positif.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2012).
c. Observasi
Observasi adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra, dan terjadilah pengindaraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2012).
Pelaksanaan Observasi meliputi Tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan Abortus
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial atau non komersial (Notoatmodjo, 2012).
a) Dokumentasi
Dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi resmi maupun dokumentasi tidak resmi (Notoatmodjo, 2012). Dalam pengambilan kasus abortus inkomplit menggunakan dokumentasi dari catatan rekam medis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b) Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah memperoleh berbagai informasi berita berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikemukakan oleh berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2012). Studi kepustakaan yang digunakan dalam pembuatan studi kasus ini diambil dari referensi tahun 2003-2012.
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Dalam penelitian ini terdiri dari berbagai tindakan, sehingga alat yang digunakan berbeda-beda dalam setiap tindakan.
1. Pemeriksaan dan anamnesis a) Lembar panduan observasi b) Tensi meter dan stetoskop
c) Thermometer 2. Curettage
a) Speculum dua buah b) Sonde uterus
c) Cunam muzeus atau cunam porsio d) Berbagai ukuran busi (dilatators) Hegar
e) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) f) Cunam abortus kecil dan besar
g) Pinset dan klem h) Kain steril
i) Sarung tangan dua pasang
3. Wawancara
a) Lembar pengkajian b) Buku tulis
c) Alat tulis
H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian (terlampir).
53
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. K Umur 38 Tahun G4P3A0
Umur Kehamilan 11 Minggu dengan Abortus Inkomplit Di RSUD Dr.Moewardi Surakarta
Ruang : Bangsal Mawar 1
Tanggal Masuk : 22 Maret 2014
No.Register : 01224240
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
1. Nama : Ny. K Nama : Tn. A
2. Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun
3. Agama : Islam Agama :Islam
4. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Tempelrejo Rt03/03
Punggawan, Banjarsari
B. ANAMNESE ( DATA SUBYEKTIF ) :
Tgl 22 Maret 2014 Pukul 12.00 WIB
1. Keluhan utama pada waktu masuk : Ibu mengatakan merasa
sejak 4 hari yang lalumerongkol, nyeri perut
bagian bawah, keluar
jaringan seperti gajih. 2. Riwayat menstruasi :
a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama umur 10 tahun
b. Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 28 hari
c. Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 5 hari
d. Banyaknya : Ibu mengatakan sehari ganti pembalut 3-4 kali e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur
f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah yang keluar ± 50cc
g. Dismenore : Ibu mengatakan tidak nyeri perut saat
menstruasi sampai menggangu aktifitas 3. Riwayat hamil ini
a. HPHT : Ibu mengatakan hari pertama
haid terakhir tanggal 4 Januari 2014
b. Gerakan janin : Ibu mengatakan belum
merasakan ada gerakan janin c. Vitamin/jamu yang dikonsumsi : Ibu mengatakan
mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh bidan dan tidak mengkonsumsi jamu
d. Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual dan
pusing
Trimester II : Belum dilakukan
Trimester III : Belum dilakukan
e. ANC : 1kali teratur,di bidan saat
umur kehamilan 4 minggu
f. Penyuluhan yang pernah di dapat : Ibu mengatakan belum
mendapatkan penyuluhan
apapun
g. Imunisasi TT : Ibu mengatakan imunisasi
TT sudah lengkap
h. Kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan cemas
karena keluar darah dari jalan lahirnya
4. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan saat ini
sedang tidak menderita
penyakit apapun seperti demam, flu dan batuk
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : Ibu mengatakan tidak sering berdebar-debar di dada bagian kiri, tidak pernah merasakan
nyeri pada daerah dada bagian kiri, tidak mudah lelah dan tidak keluar keringat dingin pada telapak tangan
2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak nyeri tekan pada
pinggang kanan dan kiri serta tidak nyeri saat buang air kecil
3) Asma/ TBC : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas dan tidak pernah batuk berkepanjangan dalam waktu lebih dari 3 minggu
4) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata, kulit, kuku tidak tampak berwarna kuning
5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit gula dengan gejala mudah lapar, haus serta sering buang air kecil lebih dari 6 kali dalam waktu semalam
6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada tengkuk leher dan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg
7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami