• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Diversita, 6 (2) Desember (2020) ISSN (Print) ISSN (Online) DOI:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Diversita, 6 (2) Desember (2020) ISSN (Print) ISSN (Online) DOI:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

229

Jurnal Diversita

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita

Psikoedukasi Regulasi Emosi Kepada Kader Lansia Sebagai Upaya

Preventif Kambuhnya Penyakit Hipertensi Pada Lansia Binaan Di

Puskesmas Gunung Anyar Surabaya

Psychoeducation of Emotion Regulation to Elderly Cadres as Effort to

Prevent Reccurrence of Hypertension in Elderly at Gunung Anyar

Health Center, Surabaya

Nisrina Dwi Pramara Putri(1)* & Ika Yuniar Cahyanti(2)

Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, Indonesia

Disubmit: 15 Agustus 2020; Diproses: 15 Agustus 2020; Diaccept: 30 November 2020; Dipublish: 11 Desember 2020

*Corresponding author: E-mail: nisrinapramara@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader lansia terkait regulasi emosi sebagai upaya preventif kambuhnya penyakit hipertensi pada lansia binaan di Puskesmas Gunung Anyar Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen, yaitu one group pretest-posttest. Subjek dalam penelitian ini berjumlah empat belas orang yang terdiri dari empat orang laki-laki dan sepuluh orang perempuan yang merupakan perwakilan dari lima posyandu lansia berbeda yang berada pada wilayah Puskesmas Gunung Anyar Surabaya. Pengetahuan tentang regulasi emosi dan hipertensi diukur dengan angket pretest-posttest yang dibuat oleh peneliti. Peneliti menganalisis data menggunakan teknik uji-t wilcoxon signed ranks melalui aplikasi SPSS 21 for windows. Hasil analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan regulasi emosi pretest dan posttest sebesar 0.035 (sig. < 0.05) setelah pemberian psikoedukasi regulasi emosi kepada kader lansia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan regulasi emosi pada para kader lansia.

Kata Kunci: Regulasi Emosi; Hipertensi; Lansia

Abstract

The purpose of this study is to increase the knowledge of elderly cadres related to emotional regulation as an effort to prevent the recurrence of hypertension in the assisted elderly at Gunung Anyar Health Center, Surabaya. This study used a quantitative method with the type of experimental research, namely one group pretest-posttest. The subjects in this study were fourteen people consisting of four men and ten women who were representatives of five different elderly posyandu in the Gunung Anyar Health Center, Surabaya. Knowledge about emotion regulation and hypertension was measured by aquestionnaire pretest-posttest made by the researcher. Researchers analyzed the data using thet-test technique Wilcoxon signed ranks through the SPSS 21application for windows. The results of data analysis that have been carried out in this study indicate that there is a significant difference between theemotional regulation knowledge scores pre- and posttest testof 0.035 (sig. <0.05) after giving emotional regulation psychoeducation to elderly cadres. The results of this study indicate that there is an increase in knowledge of emotional regulation in elderly cadres. Keywords: Emotion Regulation; Hypertension; Elderly

How to Cite: Putri, N. D. P. & Cahyanti, I. Y. (2020). Psikoedukasi Regulasi Emosi Kepada Kader Lansia Sebagai Upaya Preventif Kambuhnya Penyakit Hipertensi Pada Lansia Binaan Di Puskesmas Gunung Anyar., Jurnal Diversita, 6 (2): 229-236.

(2)

230

PENDAHULUAN

Proses menua adalah proses alami yang akan dihadapi oleh setiap manusia. Setiap manusia akan mengalami perubahan melalui tahap-tahap perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2018, selama kurun waktu hampir 50 tahun (1971-2018), persentase penduduk lanjut usia (lansia) Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat. Pada tahun 2018, persentase penduduk lansia mencapai 9,2 % atau sekitar 24,49 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki sekitar 63,31 juta penduduk lansia atau hampir 20% populasi. Peningkatan yang begitu pesat ini membawa konsekuensi tersendiri terhadap berbagai aspek kehidupan, baik kesehatan fisik maupun mental, sosial, ekonomi maupun lingkungan.

Saat ini, Indonesia menghadapi masalah triple burden, yaitu meningkatnya penyakit tidak menular, masih tingginya penyakit infeksi dan munculnya kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi. Apenyakit hipertensi disebut sebagai the sillent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga Menurut data Kemenkes RI (2007), hipertensi merupakan penyakit urutan ketiga penyebab kematian di para penderita tidak mengetahui dirinya memiliki penyakit hipertensi dan baru mengetahui bahwa dirinya penyandang hipertensi setelah terjadi komplikasi (www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 31 Agustus 2019) .

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi

hipertensi secara umum di Indonesia dari tahun 2013 hingga 2018 mengalami kenaikan dari 25,8% menjadi 34,1%. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), dan umur 55-64 tahun (55,2%). Hasil Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa pada kelompok lansia penyakit terbanyak adalah hipertensi sebanyak 57,6%, selebihnya adalah arthritis, stroke dan beberapa penyakit lainnya.

Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Kriteria hipertensi berdasarkan diagnosa hasil pengukuran, yaitu tekanan darah sistolik

≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hal tersebut dapat terjadi

karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika hal tersebut dibiarkan, maka penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti otak, mata, jantung, dan ginjal (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Hipertensi tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan. Ada dua cara untuk menurunkan hipertensi, yaitu dengan cara pengobatan dan perubahan pola hidup sehat dengan mengendalikan faktor resiko (Selamiharjo, 2005, dalam Yeni, 2012). Pengobatan dengan mengkonsumsi obat secara teratur untuk mengendalikan tekanan darah dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung dan stroke. Meski obat tersebut memiliki peran yang penting dalam pengobatan, para pakar hipertensi

(3)

231 sendiri berpendapat bahwa pola hidup sehat dengan mengendalikan faktor resiko tetap merupakan dasar pencegahan dan pengobatan hipertensi, faktor resiko yang dapat dikendalikan antara lain, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, konsumsi makanan yang berlebih, merokok, konsumsi alkohol dan kopi (Yeni, 2012).

Berdasarkan beberapa faktor yang disebutkan di atas, dari penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Astuti, (2013) diketahui bahwa stres merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut. Stres sendiri merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis yang tidak menyenangkan yang dapat merangsang kelenjar anak ginjal dalam melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat sehingga tekanan darah akan meningkat (Gunawan, dalam Yeni, 2012).

Stres tersebut merupakan bagian dari faktor resiko yang dapat dikendalikan, namun terkadang ketika menghadapi problematika kehidupan, seseorang mengalami berbagai macam kondisi emosi positif maupun negatif. Namun, emosi negatif yang sering dapat menjadi gejala stres sehingga menyebabkan pola hidup seseorang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang berlebihan, merokok dan konsumsi alkohol (Hartanti, 2015).

Menurut James (dalam Hartanti, 2015), penderita hipertensi cenderung mengalami penurunan kemampuan dalam mengenali emosi negatif seperti rasa marah, takut, sedih, dan ekspresi wajah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa

emosi negatif seperti marah dengan intensitas yang tinggi dan menekan ekspresi marah tersebut dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya hipertensi (Makovits, 1993, dalam Yeni, 2012).

Pernyataan di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan kader lansia Puskesmas Gunung Anyar yang juga pasien hipertensi. Narasumber mengatakan bahwa saat kondisi emosional lebih sulit dalam mengontrol emosi diri, sehingga dampaknya pada kondisi tubuh pasien.

Kondisi emosi negatif indivdu yang berlebihan dapat memberi pengaruh pada penyakit hipertensi yang diderita. Emosi negatif tersebut sering dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. Namun di sisi lain, menurut penelitian mengenai emosi positif diketahui bahwa emosi positif ternyata mempunyai pengaruh melebihi emosi negatif terhadap hipertensi. Seseorang yang mempunyai emosi positif yang tinggi walaupun memiliki emosi negatif, selanjutnya dapat mengurangi mengalami resiko hipertensi yang lebih rendah dibanding orang yang memiliki emosi positif yang rendah (Yeni, 2012).

Salah satu kunci untuk mengendalikan resiko hipertesi adalah pengendalian emosi terutama emosi negatif dengan bentuk yang seimbang dan tidak berlebihan. Sebab, seseorang yang kurang mampu dalam mengendalikan emosinya dan selalu mengugkapkan emosinya secara berlebihan, makan akan berpeluang menderita stroke dua kali lebih cepat dibandingkan dengan

(4)

232 seseorang yang dapat mengendalikan segala emosi negatifnya. Utamanya bagi mereka yang telah memiliki riwayat hipertensi (Safaria & Saputra, 2009, dalam Hartanti, 2015).

Beradasarkan pernyataan di atas, setiap individu tentunya harus dapat mengenali berbagai bentuk emosi agar memiliki pola pikir yang sehat ketika sedang merasakan emosi dalam dirinya. Sebab, individu yang dapat memahami segala bentuk emosi yang sedang dirasakannya akan lebih mampu dalam mengatur atau meregulasi emosinya secara positif (Safaria & Saputra, 2009, dalam Hartanti, 2015).

Menurut Goldfried dan Merbaum (dalam Mardiyanti, 2016) regulasi emosi adalah suatu keterampilan untuk menyusun membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meingkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Sedangkan regulasi emosi menurut Thompson (dalam Hartanti, 2015) adalah suatu proses intrinsik dan ekstrinsik yang bertanggungjawab dalam mengenal dan memonitor, mengevaluasi dan membatasi respon emosi khususnya intensitas dan bentuk reaksinya untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga regulasi emosi penting sebagai bentuk pengendalian emosi pada pasien hipertensi dalam mengatur emosi-emosi yang dirasakan terutama berkaitan

dengan emosi negatif yang begitu kuat pengaruhnya pada kondisi tekanan darah.

Berdasarkan data dari Puskesmas Gunung Anyar selama bulan Januari hingga Juni 2019 jumlah kasus hipertensi berada pada urutan ketiga sebagai 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Gunung Anyar sebanyak 1198 orang. Jumlah kasus hipertensi pada periode Januari hingga Juni 2018 sebanyak 1.197 orang dan pada periode Juli hingga Desember 2018 sebanyak 1.297 orang. Hal ini berarti terjadi peningkatan kasus hipertensi sebanyak 100 orang. Sedangkan pasien lansia penderita hipertensi di Puskesmas Gunung Anyar sendiri berjumlah 566 orang, dengan pasien lama sebanyak 513 orang dan pasien baru sebanyak 53 orang pada periode Januari hingga Juni 2019. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebaesar 10,7%.

Kader kesehatan merupakan suatu kelompok masyarakat yang paling dekat dengan para lansia di wilayahnya. Para kader kesehatan sebagai pihak yang paling mudah untuk ditemui oleh para lansia untuk mendapatkan pertolongan dibidang kesehatan fisik maupun mental. Namun, berdasarkan hasil rangkuman wawancara dengan perwakilan kader lansia dari lima posyandu lansia binaan Puskesmas Gunung Anyar diketahui bahwa kader lansia wilayah setempat belum dapat memberikan dukungan psikologis secara optimal kepada para lansia penderita hipertensi dikarenakan kurangnya pengetahuan terkait dengan penyebab hipertensi dari psikologis dan cara penanganannya.

(5)

233 Para kader kesehatan merupakan sumber daya yang tepat untuk melakukan program-program yang dapat meningkatkan kesehatan fisik maupun mental lansia di wilayahnya. Oleh karena itu, maka penting kiranya melakukan kegiatan intervensi komunitas lansia dengan cara memberikan psikoedukasi mengenai regulasi emosi sebagai upaya preventif kambuhnya penyakit hipertensi pada lansia, sehingga para kader lansia dapat menangani permasalahan lansia secara dini khususnya lansia yang memiliki penyakit hipertensi.

Tujuan penelitian ini adalah mengukur efektivitas psikoedukasi regulasi emosi untuk meningkatkan pengetahuan kader lansia terkait regulasi emosi sebagai upaya preventif kambuhnya penyakit hipertensi pada lansia binaan Puskesmas Gunung Anyar Surabaya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen, yaitu one group pretest-posttest. Metode ini menggunakan satu kelompok yang diberikan alat ukur sebelum dan setelah diberikannya intervensi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur mengenai pengetahuan regulasi emosi dan hipertensi yang telah peneliti susun sebelumnya.

Pendekatan intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kognitif behavior. Pendekatan ini digunakan karena pada kegiatan ini diberikan pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan kader lansia

terkait regulasi emosi sehingga dapat mencegah kambuhnya hipertensi.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu peneliti menetapkan kriteria sampel atau responden seperti terlibat dengan lansia, bisa membaca dan menulis, mempunyai waktu luang untuk mengikuti sesi penelitian, serta memiliki keinginan untuk kooperatif selama proses psikoedukasi berlangsung. Penelitian ini melibatkan 14 orang kader lansia dari 5 posyandu lansia yang berbeda binaan Puskesmas Gunung Anyar Surabaya. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 14 orang yang terdiri dari laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan 10 orang. Penelitian dilakukan dalam satu hari yang sama di ruang pertemuan Puskesmas Gunung Anyar Surabaya.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji beda untuk mengetahui perbedaan kondisi pengetahuan kader lansia mengenai regulasi emosi dan hipertensi sebelum dan setelah diberikannya intervensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti mengolah data pretest dan

posstest menggunakan SPSS statistic version 21 for windows dengan uji-t

wilcoxon signed ranks dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan mean skor pengetahuan sebelum dan setelah mengikuti intervensi. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan uji wilcoxon yang digunakan untuk data yang tidak berdistribusi normal. Hipotesis pengujian yang dilakukan, yaitu:

(6)

234 H0: Tidak terdapat perbedaan pengetahuan responden penelitian sebelum dan sesudah mengikuti sesi psikoedukasi.

Ha: Terdapat perbedaan pengetahuan responden penelitian sebelum dan sesudah mengikuti rangkaian sesi psikoedukasi.

Tabel 1. Hasil Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Post Test-Pre Test Negative Ranks 2a 2,50 5,00 Positive Ranks 7b 5,71 40,00 Ties 5c Total 14

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa hasil negative ranks menunjukkan terdapat 2 orang peserta mengalami penurunan dari nilai pretest ke posttest. Hasil positive ranks

menunjukkan terdapat 7 orang peserta mengalami kenaikan dari nilai pretest ke

posttest. Hasil ties menunjukkan terdapat 5 orang peserta mengalami nilai yang sama antara pretest dan posttest.

Tabel 2 Hasil Uji-T Wilcoxon Signed Ranks Test

Post Test-Pre Test

Z -2, 111b

Asymp. Sip. (2-tailed) ,035

Tabel uji-T wilcoxon signed ranks test

menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) = 0,035 lebih kecil dari nilai Sig. (2-tailed) < 0,05. Hal tersebut berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang memiliki arti bahwa, terdapat peningkatan pengetahuan peserta terkait psikoedukasi regulasi emosi untuk mencegah kambuhnya penyakit hipertensi pada lansia.

Hipertensi merupakan penyakit urutan ketiga penyebab kematian di Indonesia penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Salah satu faktor resiko dari hipertensi yaitu stres (Wadani, 2012). Para penderita hipertensi sendiri rentan terhadap stres akibat emosi negatif yang dirasakan seperti rasa marah, sedih, kecewa, dan takut. Regulasi emosi adalah pengendalian emosi untuk mengatur emosi negatif dengan cara yang lebih baik, sehingga mempengaruhi kondisi tekanan darah pada penderita hipertensi. Menurut Hartanti (2015) emosi yang terkontrol dapat mengontrol tekanan darah.

Adanya pengetahuan mengenai regulasi emosi dapat membantu individu untuk mengontrol emosi yang terjadi pada dirinya, sehingga dapat mengontrol tekanan darah terutama pada penderita hipertensi. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Azwar (2013) bahwa adanya pengetahuan mengenai suatu hal akan membantu individu untuk menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. Sebaliknya, jika individu tidak memiliki pengetahuan mengenai suatu hal maka individu tersebut akan cenderung akan menunjukkan perilaku yang tidak sesuai tersebut.

Penelitian ini mengenai pemberian psikoedukasi regulasi emosi untuk mencegah kambuhnya penyakit hipertensi yang diberikan kepada para kader lansia karena kader lansia merupakan suatu kelompok masyarakat yang paling dekat dengan para lansia di wilayahnya. Penelitian ini dihadiri oleh 14 orang peserta yang merupakan kader lansia binaan Puskesmas Gunung Anyar Surabaya. Dari 14 orang peserta diketahui

(7)

235

bahwa 12 orang peserta merupakan penderita hipertensi.

Penelitian ini memiliki empat sesi pelaksanaan intervensi. Sesi pertama merupakan awal kegiatan yang mana peneliti melakukan diskusi kontrak kegiatan dengan semua peserta, pengukuran tekanan darah yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Gunung Anyar Surabaya dan pemberian pretest.

Kemudian dilanjutkan pada sesi kedua yaitu inti kegiatan berupa penyampaian materi dengan metode ceramah. Pada sesi ini para peserta antusias dan berperan aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Ketika para peserta diminta untuk menuliskan pengalaman situasi yang menimbulkan emosi negatif dan memilih cara untuk meregulasi emosi negatif terhadap situasi tersebut, para peserta langsung menuliskan pengalamannya diatas kertas yang telah disediakan.

Setelah sesi kedua selesai, dilanjutkan dengan sesi ketiga yang bertujuan untuk mengasah kemampuan peserta psikoedukasi setelah pemberian materi pada sesi kedua. Pada sesi ini peserta diarahkan untuk mempraktekkan relaksasi pernapasan sebagai salah satu cara untuk meregulasi emosi yang sedang dirasakan. Setelah melakukan sesi ini, para peserta mengatakan bahwa dirinya menjadi tenang, lega, santai dan nyaman. Setelah itu psikoedukasi ditutup dengan sesi ke-empat yang peneliti gunakan untuk memberikan peserta posttest untuk mengukur pengetahun regulasi emosi dan hipertensi peserta setelah dilaksanakannya intervensi.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa psikoedukasi regulasi emosi dapat meningkatkan pengetahuan kader lansia untuk mencegah kambuhnya penyakit hipertensi pada lansia yang mana berarti bahwa responden penelitian berhasil memahami materi regulasi emosi dan hipertensi. Para kader lansia memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki peran yang besar dalam memberikan pengetahuan mengenai regulasi emosi yang telah diketahuinya sebagai upaya mencegah kambuhnya penyakit hipertensi pada lansia.

Meningkatnya pengetahuan kader lansia ditandai dengan meningkatnya pengetahuan terkait gejala hipertensi, faktor-faktor risiko hipertensi, definisi regulasi emosi, faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi emosi serta strategi untuk melakukan kemampuan regulasi emosi.

Dilaksanakannya psikoedukasi terkait regulasi emosi kepada kader lansia ini karena kader lansia merupakan kelompok masyarakat yang paling dekat dengan lingkungan mikrosistem para lansia untuk memberikan informasi yang didapatkan menjadi lebih luas serta efektif dalam mencegah kambuhnya penyakit hipertensi pada lansia.

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa psikoedukasi regulasi emosi kepada kader lansia terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan kader lansia terkait regulasi emosi dan hipertensi. Peningkatan pengetahuan serta pelatihan ketrampilan meregulasi emosi kepada kader lansia

(8)

236 diharapkan dapat diimplementasikan kepada para lansia yang berada di wilayahnya masing-masing serta disebarluaskan melalui komunitas maupun organisasi tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2004). Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Anonim. (1998). Undang-undang Nomor 13 tahun

1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia: Teori Dan

Pengukurannya. Yohyakarta: Pustaka

Pelajar.

Balitbangkes Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan

Dasar-Riskesdas 2013.Jakarta: Kemenkes RI.

____. (2018). Riset Kesehatan Dasar-Riskesdas

2018. Jakarta: Kemenkes RI.

Dalton, J. H., Elias, M. J., & Wandersman, A. (2007). Community Psychology: Linking individuals and communities (2nd ed.). Thompson Wadsworth: Belmont.

Departemen Kesehatan Indonesia. Lansia

Sejahtera Masyarakat Bahagia. Diakses dari

http://depkes.go.id.pada tanggal 31 Agustus 2019.

Goleman, D. (1999). Working with Emotional

Intellegence : Kecerdasan Emosi untuk

Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

________. (2004). Kecerdasan Emosi untuk

Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Hartanti, T. (2015). Dinamika Regulasi Emosi pada

Pasien Hipertensi. Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga.

Himpsi. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia.

Jakarta: Pengurus Pusat Jimpunan Psikologi

Indonesia.

Hurlock, E. (2002). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Mannan, H., Wahiduddin., & Rismayanti. (2012).

Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan

Kabupaten Jenetopo Tahun 2012. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Mardiyanti, F. (2016) Upaya Peningkatan

Kemampuan Pengendalian Emosi Lansia di

UPT Panti Wredha Budhi Dharma

Yogyakarya. Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga.

Yusuf, M., Moordiningsih. (2015). Regulasi Emosi pada Perempuan Pedagang Pasar Klewer.

Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Muliani, S. (2016). Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi Untuk Menurunkan Tingkat Stres

pada Lanjut Usia. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development, Perkembangan Masa-Hidup Ed.13 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial.

(2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2018.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantittaif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.

World Health Organization. (2003). World Health

Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH) statement on

management of hypertension. Diakses dari

www.who.int pada tanggal 01 September 2019.

Yeni, F. (2012). Hubungan emosi positif dan koping

dengan hipertensi di RSUP M. Djamil

Padang. Ners Jurnal Keperawatan. Vol.8,

No.2, 115-128.

Wahyuningsih, Astuti, E. (2013). Faktor yang

mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut.

Journal Ners and Midwifery Indonesia.

Vol.1, No.3, 71-75.

Wardani, D. W. (2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam sebagai Terapi Tambahan Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada

Pasien Hipertensi Tingkat I. Semarang:

Gambar

Tabel 1. Hasil Ranks

Referensi

Dokumen terkait

Sistem klasifikasi epilesi dan non epilepsi berdasarkan sinyal EEG pada penelitian ini mempunyai beberapa tahapan proses yaitu yang pertama mengambil sinyal EEG yang

Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang cukup tinggi yaitu 86,1% dari 137 orang sampel menderita penyakit periodontal (tabel 5) bila

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 37 Peraturan Bupati Malang Nomor 48 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi Tugas, dan

Pada media cair, ekstrak jeruk purut juga mampu menurunkan jumlah konidia dan berat hifa, pada semua konsentrasi yang diujikan. Selain itu, ekstrak metanol daun

Kegiatan audit energi ini adalah untuk mewujudkan penghematan energi pada industri karpet pada umumnya, khususnya di PT.Classic Prima Carpet Industries melalui

Diantara mereka yang sebelum pandemi sudah mengerjakan pekerjaan rumah tangga lebih dari 3 jam, proporsi tertinggi (84%) perempuan pekerja paruh waktu merasakan (persepsi) beban

Christie menyatakan (1999) beberapa prasasti yang ditemukan di Dieng yang sekarang menjadi koleksi Museum Nasional antara lain, prasasti Dieng III yang ditulis

ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Karawang, perlu menetapkan Rincian Tugas, Fungsi dan