BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
Stres merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan seseorang. Stres dapat dialami oleh siapa saja baik yang masih muda maupun yang sudah tua dan ini merupakan sesuatu yang wajar (Atkinson, 2000)
2.1.1 Definisi stres
Menurut American Institute of Stress (2010), tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama. Stres bagi seorang individu belum tentu stres bagi individu yang lain. Sedangkan menurut National Association of School Psychologist (1998), stres adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan diinterpretasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Istilah stres digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi fisik dan psikis seseorang terhadap keadaan tertentu yang mengancam (Carlson, 2005). Menurut Rasmun (2004), stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang. Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu dampak terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan rohani.
2.1.2 Klasifikasi stress berdasarkan etiologi Stres mahasiswa (Student stress).
Stres mahasiswa itu dipicu oleh dunia perkuliahan. Sewaktu perkuliahan terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari segi personal dan sosial, gaya hidup dan budaya, serta stresor yang dicetuskan oleh faktor akademis kuliah itu sendiri (Rice, 1999).
Stres Pekerjaan (Job Stress).
Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan di kantor, tekanan pekerjaan, terlalu banyak kerjaan, target yang terlalu tinggi, usaha yang diberikan tidak berhasil, persaingan bisnis adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan.
Stres Bio-ekologi (Bio-Ecological Stress).
Stres bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama adalah ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca. Sedangkan hal yang kedua adalah kondisi biologis seperti menstruasi, demam, asma, jerawatan, dan lain-lain.
Stres Psikososial (Psychosocial Stress).
Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang lain di sekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika mengadaptasi lingkungan baru, masalah keluarga, stres macet di jalan raya dan lain-lain.
Stres Kepribadian (Personality Stress).
Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu bersikap positif akan memiliki risiko yang kecil terkena stres keperibadian.
2.1.3 Penanggulan stres
Selye (1974, 1979) dalam Rice (1992) menggolongkan stres menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya :
Selye menyebutkan distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
b) Eustress (Stres Positif)
Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu.
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Menurut Piaget dalam Hurlock (1999), masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Sadock & Sadock (2007) membagi remaja menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Remaja awal
Dari usia 12-14 tahun. Pada tahap ini, remaja mulai mengkritik kebiasaan-kebiasaan di keluarga, mempunyai kesadaran yang lebih tinggi terhadap penampilan, dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya.
2) Remaja pertengahan
Dari usia 14-16 tahun. Pada tahap ini, remaja berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan mereka secara mandiri, prilaku seksual meningkat, bergaul dengan teman yang memiliki ketertarikan yang sama, sering terjadi konflik dengan orang tua menyangkut otonomi remaja.
Dari usia 17-19 tahun. Pada tahap ini, minat remaja meningkat pada fungsi intelektual, prestasi akademik, berpartisipasi dalam aktivitas olahraga, mengambil tanggung jawab dalam suatu kelompok sosial.
2.2.2 Stres pada remaja
Menurut Windle dan Mason (2004) dalam Indri (2007) ada empat faktor yang dapat membuat remaja menjadi stres, yaitu penggunaan obat-obat terlarang, kenakalan remaja, pengaruh negatif, dan masalah akademis. Menurut Walker (2002), ada tiga faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stres, yaitu:
1. Faktor biologis, yaitu :
a. Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga
b. Penggunaaan alkohol dan obat-obatan di dalam keluarga c. Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga
d. Penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga
e. Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatri seperti skizofrenia, manik depresif, gangguan perilaku dan kejahatan
f. Kematian salah satu anggota keluarga
g. Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik h. Perceraian orang tua
i. Konflik dalam keluarga
2. Faktor kepribadian, yaitu :
a. Tingkah laku impulsif, obsesif, dan ketakutan yang tidak nyata b. Tingkah laku agresif dan antisosial
c. Penggunaan dan ketergantungan obat terlarang, tertutup
d. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah
3. Faktor psikologis dan sosial, yaitu :
a. Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau keluarga
b. Tidak dapat memenuhi harapan orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas, dan penolakan sosial.
c. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustrasi, dan penolakan d. Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan
e. Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1995) masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah:
1. Bersumber pada kepribadian
Aspek motivasi penting agar gairah untuk belajar dan menekuni ilmu bisa berlangsung lancar. Kegairahan yang ditandai oleh disiplin diri yang kuat dan ditampilkan dalam ketekunan belajar dan menyelesaikan tugas-tugas.
2. Prestasi akademik
Kegagalan dalam prestasi akademik bisa disebabkan karena kemampuan dasarnya tidak menyokong atau bakatnya kurang menunjang. Kegagalan juga bisa disebabkan mahasiswa yang kurang bisa mempergunakan cara belajar yang tepat atau kurangnya fasilitas.
3. Kondisi yang kurang menunjang
Keadaan lingkungan perumahan yang tidak mendukung mahasiswa belajar dengan baik, misalnya penerangan, ventilasi, meja belajar, bising. Demikian pula keadaan psikologis di rumah, baik dalam hubungan dengan orang tua maupun dengan saudara-saudara. Bahkan juga lingkungan sosial dengan tuntutan yang
memaksa untuk menyesuaikan diri. Kampus dengan ketersediaan fasilitas bisa menjadi sumber yang menghambat kelancaran belajar mahasiswa.
2.3 Dance/Movement Therapy (DMT)
Dance/movement therapy (DMT) dedefinisi sebagai penggunaan psikoterapi gerakan sebagai proses yang lebih mengintegrasi sifat emosional, kognitif, sosial dan fisik individu (American Dance Therapy Association n.d.). Banyak tesis Lusinan Master telah mengeksplorasi konsep-konsep dan aplikasi DMT dengan populasi medis dan banyak presentasi profesional konferensi telah diberikan pada topik ini. (Ascheim et al. 1992; Cannon et al. 1997).
2.3.1. Mekanisme Dance Movement Therapy
Menurut Chaiklin (2009), DMT dibagi atas dua model yang berfokus pada kapasitas kreativitas yang tiada akhir dan kualitas estetik dari tubuh yang bergerak sebagai suatu fundamental yang unik dan spesifik untuk proses terapi, yaitu :
1. The Intra-Actional System
Sistem ini berhubungan dengan individu dan persepsi tubuh dan dirinya (spesifiknya, sikap tubuh dan konsep diri sendiri).
2. Interactional System
Sistem ini lebih mengarah pada individu dan kapasitas mereka yang berhubungan dengan dunia sebagai mahluk sosial (spesifiknya, komunikasi dan dinamika interpersonal).
2.3.2 Program Dance Movement Therapy
Adapun program DMT ini terdiri dari 12 sesi, yaitu 6 sesi asosiasi bebas dan 6 sesi tari terstruktur. Remaja berpartisipasi 6 kali seminggu satu sesi per hari. Empat puluh lima menit pertama setiap sesi adalah sesi tari terstruktur berupa pop dance yang dikoreograferi oleh instruktur tari yang profesional. Peneliti, yang
juga fasilitator gerakan tari dan program intervensi, dapat menerima pelatihan dari instruktur tari untuk memfasilitasi sesi tari terstruktur.
Kaban (2003) menyatakan bahwa kebutuhan anak-anak atau remaja yang akan berpartisipasi dalam tarian dan gerakan intervensi program akan terus-menerus berubah sehingga program intervensi tiap sesi DMT harus fleksibel. Oleh karena itu, walaupun setiap sesi memiliki tema tertentu dan setiap sesi terdiri dari aspek-aspek tertentu, peneliti/fasilitator harus fleksibel dan siap untuk menyesuaikan sesi untuk kebutuhan remaja. Untuk meningkatkan partisipasi kelompok dan eksplorasi tema tertentu, beberapa aspek tertentu dari setiap sesi harus terstruktur dan sebagian lagi lebih fleksibel.
Aspek yang terstruktur dari setiap sesi ditujukan untuk menciptakan rutinitas selama periode dua minggu, yang mana memberikan rasa stabilitas, kontrol dan konsistensi pada para peserta. Peneliti/fasilitator memilih untuk mengimplementasikan program intervensi dalam format grup untuk meningkatkan hubungan interpersonal serta keterampilan sosial peserta dan memberikan kesempatan pada para peserta untuk mendukung satu sama lain. (Kaban, 2003).
Sesi Asosiasi Bebas
Gerakan kreatif atau sesi asosiasi bebas dan sesi tari terstruktur memiliki sesi pemanasan dan pendinginan. Sesi ini memungkinkan para peserta untuk meregangkan otot-otot mereka, dengan demikian mencegah cedera, dan memungkinkan mereka untuk rileks dan menenangkan diri sebelum dan sesudah setiap gerakan kreatif atau tari terstruktur. Sesi pemanasan dan pendinginan ini dilakukan karena penelitian sebelumnya telah membuktikan hal tersebut sangat efektif dalam mendukung program DMT (Carter, 2004; Kaban 2003 ; Jeppe, 2006).
Sesi pertama setiap hari ialah ekspresi emosional yang kreatif dan sesi kedua, gerakan tari terstruktur. Pada sesi pertama setiap harinya, sesi pemanasan dan pendinginan masing-masing dilakukan selama 7 menit yang terdiri dari peregangan dan latihan untuk meningkatkan relaksasi serta pernafasan peserta . Relaksasi tidak hanya menyebabkan pengurangan tingkat stres tetapi juga
mempengaruhi respon endokrin seseorang sehingga sistem saraf otonomnya lebih stabil. (Choi et al., 2008).
Pada sesi kedua, sesi pemanasan dilakukan selama sepuluh menit dan pendinginan lima menit lama. Bagian ini termasuk peregangan dan latihan pernapasan.
Tabel 2.1 : Sesi Free Association Dance and Movement (Merwe, 2010)
Sesi Tema Aktivitas
1 Attachment Pengenalan
Latihan Mirroring 2 Relationships Latihan Mirroring 3 Feelings Mengeksplorasi emosi
Jumping exercise 4 Control and
Helplessness
Personal space activity Body control activity Improvisation exercise
5 Grief, loss and rejection Mengeksplorasi emosi negatif 6 Fears, hopes and dreams Mengeksplorasi emosi positif
Tema dalam dua sesi awal, attachment and relationships, ditujukan untuk membangun hubungan dan rasa nyamanan dalam kelompok. Dua sesi ini berfokus pada pembangunan hubungan, kepercayaan dan rapor.(Gibson et al. 2002).
Tema pada sesi ketiga adalah feeling. Ini adalah tema yang relatif luas di mana emosi positif dan negatif dieksplorasi. Hal ini memungkinkan para peserta lebih banyak waktu untuk merasa nyaman ketika membahas tema ini.
Sesi keempat dan kelima adalah dua tema secara emosional paling sulit, control and helplessness, dieksplorasi. Sesi terakhir memiliki tema lebih positif yaitu, fears, hopes and dreams.
Latihan khusus yang terkait dengan setiap tema sekarang akan dibahas: Sesi pertama, dengan tema attachment, adalah sesi pendahuluan dan selama sesi ini dihabiskan peserta dan peneliti/fasilitator untuk mengenal satu sama lain. Selama sesi ini, peneliti/fasilitator menjelaskan prosedur yang akan dijalani para peserta dan memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya.
Latihan mirroring dilakukan pada tema awal ini. Mirroring adalah tari konstruktif dengan gerakan yang mengikuti gerakan kelompok lain (Kaban, 2003). Mirroring meningkatkan pengembangan attachment dan pembangunan kepercayaan (Kaban, 2003).
Pada awal pelaksanaan, peneliti/fasilitator melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu dan mendorong seluruh kelompok untuk mengikutinya. Lalu kelompok dibagi menjadi pasangan dan melakukan mirroring bergiliran untuk melaksanakan gerakan. Selama latihan ini, peserta didorong untuk tidak berbicara agar fokus pada gerakan pasangannya. Untuk memotivasi remaja untuk terus bergerak, peneliti/fasilitator terus mengubah musik, irama dan gerakannya sehingga para peserta mengikutinya.
Tema sesi kedua ialah relationship, latihan mirroring ini sekali lagi dilakukan. Peserta saling berpasangan di mana salah satu peserta diminta untuk bergerak dan peserta pasangannya mengikuti pergerakan tersebut sambil diiringi musik. Pada saat musik berhenti secara acak, peserta haruis berhenti dan bertukar posisi. Pada saat musik mulai lagi, peserta melakukan mirroring kembali. (Payne, 1993).
Tema sesi berikutnya adalah feeling. Pertama, seorang peserta mengambil kertas yang berisi emosi yang berbeda dari topi secara acak dan peserta tersebut menggambarkan emosi ke grup menggunakan gerakan dan tari. Teman sekelompoknya harus menebak emosi apa yang digambarkan. Setelah sesi ini selesai, peserta ditanya mengenai emosi apa yang mereka sulit gambarkan pada teman sekelompoknya.
Pada sesi keempat dengan tema, control and helplessness. Para peserta harus mengulurkan tangan dan kakinya dan bergerak di sekitar kamar
khayalannya, menjelajahi ruang pribadi mereka dan ruang pribadi orang lain (Kaban, 2003).
Tema sesi akhir yang akan dieksplorasi adalah hopes and dreams. Peserta diminta mengeksplorasi apa yang membuat mereka merasa takut, mendengarkan musik yang dapat menyebabkan seseorang merasa takut, dan bergerak secara bebas sesuai musik. Mereka diberitahu bahwa mereka bisa menggambarkan suatu peristiwa dan bergerak sesuai emosi mereka. Pada akhir sesi mereka diizinkan untuk menggunakan musik, menyanyi, berbicara untuk menggambarkan harapan mereka.
Sesi Gerakan terstuktur
Sesi gerakan terstruktur ini bermanfaat untuk pemahaman para peserta mengenai tema dari tarian setiap sesi. Waktu yang dibuthkan untuk tiap sesi tarian yang terstruktur ini adalah tiga puluh menit. Berdasarkan pertimbangan usia peserta maka sesi tari terstruktur ini adalah pop dance.
Waktu untuk rutinitas pop dance adalah satu setengah menit. Peneliti/fasilitator menekankan bahwa tidak penting bagi para peserta untuk melakukan gerakan dengan sempurna melainkan meminta mereka menikmati setiap gerakan yang mereka lakukan. (Kaban, 2003)
2.4 Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS 21)
Stres merupakan suatu konsep yang sulit diartikan bahkan lebih sulit untuk menilainya. Meskipun demikian, berdasarkan bukti yang ada, stres memiliki hubungan yang moderat dengan kesehatan dan merupakan salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit (Sarafino, 2006). Skala Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS 21) yang dirancang untuk menilai keparahan depresi, kecemasan atau ketegangan, selama minggu sebelumnya. Bersama, skala ini memberikan penelitian luas untuk mengukur tekanan psikologis, menunjukkan tingkat keparahan dan frekuensi gejala. (Lovibond, 1993).
Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:
0 Tidak berlaku untuk saya sama sekali 1 Diterapkan untuk saya kadang-kadang saja
2 Diterapkan untuk saya cukup, atau bagian yang baik dari waktu saya 3 Diterapkan untuk saya sangat banyak, atau sebagian besar waktu saya
Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres sebagai berikut:
a) Stres normal, jika total skor 0-14 b) Stres ringan, jika total skor 15-18 c) Stres sedang, jika total skor 19-35 d) Stress parah jika total skor 26-33 e) Stress sangat parah jika total skor >34