• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) TOMY SATRIA YULIANTO (TSY) DALAM MENGHADAPI PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) TOMY SATRIA YULIANTO (TSY) DALAM MENGHADAPI PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

“PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) TOMY

SATRIA YULIANTO (TSY) DALAM MENGHADAPI

PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN

BULUKUMBA PERIODE 2020-2025”

Disusun dan diusulkan oleh:

A.NURUL HIDAYAT

NIM : 105641100216

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i

PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) TOMY

SATRIA YULIANTO (TSY) DALAM MENGHADAPI

PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN

BULUKUMBA PERIODE 2020-2025

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan

A.NURUL HIDAYAT

Nomor Stambuk : 105641100216

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : A.Nurul Hidayat

Nomor Stambuk : 105641100216

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar,

Yang Menyatakan,

(6)

v ABSTRAK

A.NURUL HIDAYAT 2020. Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (Tsy) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025. (Dibimbing oleh Abdul Kadir Adys dan Hamrun)

Pemasaran politik adalah serangkaian aktifitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih. Pemasaran terdapat beberapa pendekatan yaitu push marketing, pull marketing, dan pass marketing. Pendekatan ini dihunakan untuk mempromosikan pasangan calon kepala daerah kabupaten.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepela Daerah di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif yaitu tidak untuk menguji hipotesa tertentu melainkan untuk menemukan gambaran mengenai pemasaran politik yang digunakan oleh Tomy Satria Yulianto (TSY) dalam menghadapi pilkada kabupaten Bulukumba periode 2020-2025. Data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari keterangan informan yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui dan bisa dipercaya dalam memberikan informasi yang akurat dengan menggunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi langsung ke lokasi penelitian, wawancara secara mendalam dan dokumentasi di lokasi penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025 menggunakan pendekatan pemasaran politik (push marketing, pull marketing,dan pass marketing) untuk menambah lumbung suara miliknya karena pada pemilihan kemarin ada beberapa janji politik yang tidak direalisasikannya saat menjabat sebagai wakil di periode sebelumnya.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun judul yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah “Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan Penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Abdul Kadir Adys,SH.,MM selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini.

2. Hamrun,S.IP.,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini.

3. Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(8)

vii

4. Ahmad Taufik,S.IP.,M.AP Sebagai Penasehat Akademik yang selalu mudah

untuk memberikan tanda tagannya di setiap semester.

5. Bapak Tomy Satria Yulianto selaku Calon Bupati Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025 mendatang yang telah mengizinkan, membantu dan meluangkan waktu untuk peneliti mengambil data wawancara penelitian ini. 6. Etta dan Ummyku tercinta serta keluarga besar AmNur (A.Mappisabbi,

A.Nurjannah, A.Nurmala Dewi, A.Afdal, A.Nur Amaliah beserta kakak iparku Nurdin, Nita Purnama Sari dan Marsunil Makkaraka, dan terkhusus anakku tercinta A. Muh. Khalil Dzaki), yang selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun material, serta doa yang tiada henti. Terima kasih sedalam-dalamnya atas kasih sayang kedua orang tua yang diberikan kepada penulis yang tidak dapat terlukiskan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Kepada A.Husnul Khatimah, S.Ked sebagai pasangan, yang selalu

menemani, memberi dukungan, motivasi dan selalu menghibur jika ada masalah menganai skripsiku, terima kasih sudah selalu ada.

8. Kepada Lisda, Nur Rahmat, Irfandi M, Risman Aprianto, dan Hasmilah, sebagai sahabat yang memberikan saya semangat candatawa, dikala jenuh menghampiri raga ini dan berpikir untuk berhenti melanjutkan penelitian ini namun, kehadiran kalian dapat membuat saya kembali fokus pada penelitian dan terus menggapai impian kita bersama yaitu S.IP

(9)

viii

9. Rekan mahasiswa Kelas A angkatan 2016 beserta seluruh angkatan 2016 yang telah memberi saran dan informasi penelitian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

10. Kepada kakak sepupu A.Mudassir yang membantu penulis untuk menyusun

dan memberi saran kepada penulis sehingga penelitian ini dapat rampung sampai sekarang.

11. Terkhusus untuk pribadi saya sendiri yang mampu menjalankan amanah orang tua walaupun usaha saya saat ini tidak mampu membalas pemberian orang tua (A.Mappisabbi dan A.Nurjannah). Ucapan saya sebagai ananda ta “Hanya ini yang dapat bungsu berikan Gelar ini untuk kalian.

12. Terimakasih juga kepada kulkas dua pintu (Surya 16) yang telah setia menemani penulis saat mengerjakan penelitian.

13. Terimakasih kepada Nanako (motorku) sebagai kuda besi yang menemani

penulis dari semester satu hingga saat ini. Ucapanku Nanako terus mengabdi.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan penelitian ini.

(10)

ix

Akhirul kalam, penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan khususnya mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 21 Juli 2020 Penyusun

(11)

x DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

Halaman Pengajuan Skripsi ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Penerimaan Tim ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... x

Daftra Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pemilih Pemula ... 9

B.Marketing Politic ... 10

1. Definisi ... 10

2. Peranan Marketing Politic ... 11

(12)

xi

C.Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) ... 26

1. Definisi ... 26

2. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah ... 28

D.Kerangka Berpikir ... 32

E. Fokus Penelitian ... 33

F. Deskripsi Fokus Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A.Waktu dan Lokasi Penelitian ... 35

B.Tipe Penelitian ... 35

C.Sumber Data... 36

D.Informan ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Pengolahan Data ... 39

G.Teknik Analisis Data... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Objek Penelitian ... 43

B.Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025 ... 53

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 60

(13)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 67

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 37 Table 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 32 Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bulukumba ... 45 Gambar 4.2 Tomy Satria Yulianto (TSY) Calon Bupati Kabupaten

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemilihan kepala daerah (pilkada) di Indonesia merupakan amanah langsung dari gerakan reformasi tahun 1998. Menimbang perlunya partisipasi yang kuat dari masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam pemilihan pemimpinnya, maka pemilihan kepala daerah menjadi momentum demokrasi yang paling penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Sebagai wujud implementasi demokrasi, pilkada dimaksudkan tidak saja untuk memenuhi hasrat mengganti mekanisme lama pemilihan pemimpin dan wakil rakyat gaya otoriterisme, tetapi juga secara filosofis ingin menggapai pelaksanaan nilai-nilai demokrasi yang berkelanjutan, yaitu mengembangkan partisipasi dan responsivitas serta akuntabilitas secara menyeluruh. Bambang Yudhyono (2001).

Gagasan otonomi daerah pada pelaksanaan UU No.32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi kehidupan politik dan pemerintah baik lokal maupun ditingkat nasional. Agar demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang luas mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Sedangkan undang –undang mengenai pilkada yaitu UU No.10 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU No.1 Tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti UU No.1 Tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. UU No. 10 Tahun (2016).

(17)

2 Pemilihan Kepala Daerah merupakan rekrutmen politik dengan menyeleksi rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah baik Gubernur/ wakil Gubernur, Bupati/ wakil Bupati atau Walikota/ wakil Walikota. Aktor utama sistem pemilihan kepala daerah adalah rakyat, parpol, dan calon kepala daerah. Aktor-aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan pemilihan daerah, salah satu fokus untuk menambah hasil suara dari calon kepala daerah yaitu dengan cara mempengaruhi/mengajak peserta pemilih pemuda untuk ikut dalam penambahan suara paslon. Denny (2018)

Dari dulu hingga saat ini Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Indonesia, terus mengalami perubahan format atau sistem pemilihan yang lebih berkualitas dan demokratis. Pada pilkada bukan hanya modal sistem dan teknis pelaksanaan saja, calon kepala daerah juga membutuhkan tingkat kedikenalan (Popularitas) ditengah-tengah masyarakat sebagai wajib pilih. Popularitas adalah prasyarat mutlak yang wajib dimiliki, meskipun terkadang popularitas bukanlah faktor penentu kandidat akan memperoleh tingkat kedipilihan (Elektabilitas) yang tinggi. Usaha menaikkan popularitas dan citra politik dibutuhkan strategi yang efektif dan terstruktur.

Adapun usaha yang dapat dilakukan untuk menaikkan popularitas yaitu dengan cara melalui pemasaran. Dalam buku Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2009,p.5) menjelaskan bahwa “inti dari Pemasaran (Marketing) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan social”. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran “memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”. Manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya

(18)

3 satu pihak dalam sebuah pertukaran potensial berpikir tentang cara-cara untuk mencapai respon yang diinginkan pihak lain. Karenanya kita memandangn

manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu

memiliki pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghyantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Ada pemasaran terdapat beberapa istilah yang cukup sering kita dengar yaitu marketing politik, money politik dan cots politik. Money Politic (Politik uang) adalah suatu upaya mempengaruhi orang lain (masyarakat) dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual-beli suara pada proses politik dan kekuasaan serta tindakan membagi-bagikan uang, baik milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara pemilih. Cost Politik yang bermakna “biaya politik”, Uang atau biaya ini

sebenarnya masih dianggap wajar dan normal, dimana setiap kegiatan politik tentu membutuhkan biaya misalnya biaya pertemuan, iklan, makan minum dalam pertemua, sampai pada honor para pekerja professional yang terlibat sebagai anggota tim pemenang masing-masing kandidat. Sedangkan, Nursal (2004) mengatakan bahwa Political Marketing atau pemasaran politik adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih. Pada penelitian kali ini akan terfokus oleh pemasaran politik yaitu

Push Marketing, Pull Marketing dan Pass Marketing. Sutrisno, dkk (2018). Pendekatan push marketing yaitu politik yang menggunakan teori strategi pendekatan pasar yang disebut dengan istilah 3P yaitu push marketing,

(19)

4

pull marketing, dan pass marketing. Pendekatan push marketing yaitu adanya stimulan atau rangsangan yang diberikan oleh pasangan calon kepada pemilih sehingga mendorong mereka pergi ke Tempat Pengugutang Suara (TPS) dan mencoblos. Kemudian pull marketing yaitu pembentukan image pasangan calon sehingga memiliki dampak terhadap pemilih yang diharapkan mempu membangkitkan sentimen pemilih. Dan pendekatan pass marketing yaitu strategi yang menggunakan individu atau kelompok untuk mempengaruhi opini pemilih. cara untuk membuat pasangan calon kepala daerah mencapai popularitas yaitu dengan kampanye. Nursal (2004).

Pada perayaan pilkada terdapat ciri khas yaitu maraknya berbagai bahan kampanye dan Alat Peraga Kampanye (APK), seperti spanduk, baliho yang terpajang dilokasi-lokasi strategis agar mempermuda pemilih untuk melihat kampanye pasangan calon kepala daerah. Kampanye adalah aktivitas komunikasi, ditinjau dari aspek kajian komunikasi, Alat Peraga Kampanye (APK), bahan kampanye, maupun iklan kampanye. Bagi para kandidat yang ingin mendapatkan publikasi yang luas, maka iklan telah menjadi alat promosi, baik soal sosok diri maupun program kerja yang akan dikerjakan jika terpilih dalam pemilu, Hasrullah (2014).

Pada zaman sekarang siapa yang tidak tau mengenai media sosial, karena segala usia menggunakan teknologi ini. Pada tahun 2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi, Databoks.katadata.co.id (2019). Penggunaan media sosial yang terbanyak yaitu pada usia muda dengan persentasi 70%-90%. Meningkatnya

(20)

5 penggunaan media sosial juga dialami dibeberapa wilayah di Indonesia salah satunya di Kabupaten Bulukumba. Jumlah remaja penggunaan media sosial di Bulukumba sebesar 19.058 orang, Dwi (2017). Dengan jumlah yang sangat besar ini sehingga media sosial menjadi salah satu wadah promosi untuk menarik para pemilih terkhusus para pemilih pemula yang banyak menggemari media sosial.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Denny tentang strategi politik Ok Arya Zulkarnaen dalam memenangkan Pilkada di Kabupaten Batubara Tahun 2013 sehingga peneliti tertarik akan melakukan penelitian yang hampir sama dengan penelitian tersebut. Namun pada penelitian peneliti kali ini ingin mengetahui Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) pada Pemilih Pemula Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025.

Tomy Satria Yulianto (TSY) berhasil terpilih menjadi wakil Bupati sejak 17 Februari 2016 yang mendampingi A.M. Sukri A Sappewali. Tomy terjun kedunia politik dimulai dari menjabat sebagai anggota DPRD dapil Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa. Tidak berselang lama Tomy Satria Yulianto (TSY) kembali di percayakan sebagai wakil ketua DPRD. Selama mengemban amanah sebagai legislator Tomy Satria Yulianto (TSY) terkenal sangat vokal memperjuangkan aspirasi konsituennya. Tidak sampai disitu saja, Tomy Satria Yulianto (TSY) hengkang dari partai Demorat tahun 2017, Tomy Satria Yulianto (TSY) memilih untuk bergabung ke partai Nasdem dan saat itu juga langsung dipercayakan menjabat Korda Nasdem

(21)

6 Bulukumba dan Sinjai. Serta tahun 2018 Tomy Satria Yulianto (TSY) resmi menjadi Pelasana tugas Nasdem Bulukumba.

Pada pilkada kali ini Tomy Satria Yulianto (TSY) selaku wakil bupati bertahan didukung langsung oleh AM Sukri Sappewali selaku bupati Kab. Bulukumba untuk kembali berkompetisi dipanggung politik sebagai calon bupati periode 2020-2025. Apalagi Bupati petahanan A.M Sukri A Sappewali tidak lagi ikut berkontestasi pada pesta politik lokal lima tahunan sekali itu. Namun saat masih menjabat sebagai wakil bupati pada periode sebelumnya terdapat problem yang dapat mengancam peluang TSY untuk melenggang mulus di pilkada mendatang. Ada beberapa janji politik yang sulit direalisasikan oleh AM Sukri Sappewali dan Tomy Satria Yulianto (TSY) yaitu (1). Pembangunan Sport Center, (2). Pembangunan Waduk, (3). Peningkatan Target ADD 12%, (4). Pembangunan Gedung Museum Kesenian Daerah, dan (5). Penataan Honorer Kategori 2 (K2), karena hal ini tidak sedikit masyarakat yang kecewa pada pasangan politik ini.

Sejauh ini, Tomy Satria Yulianto (TSY) dinilai aktif melakukan komunikasi langsung dengan masyarakat Bulukumba khusunya pemuda. Bukan hanya itu Tomy Satria Yulianto (TSY) seringkali tampil dengan gaya milenial maka dari itu banyak pemilih pemula yang fans dengannya. Apalagi jumlah pemilih pemula di Kabupaten Bulukumba tidak sedikit yaitu 13.700 orang, Bawaslu.Bulukumba.co.id (2019). Karena popularitas Tomy Satria Yulianto (TSY) di kalangan pemuda sehingga peneliti mengkhususkan pada pemilih pemula, dengan pertimbangan yang sangat besar karna jiwa muda dan

(22)

7 coba-coba masih mewarnai alur berfikir para pemilih pemula, sebagian besar dari mereka hanya melihat momen pemilu hanya sebagai ajang partisipasi dengan memberikan suara kepada partai dan tokoh yang mereka sukai/gandrungi. Antusiasme mereka untuk datang ke TPS tidak bisa langsung diterjemahkan bahkan kesadaran politik mereka sudah tinggi. Kebanyakan pemilih pemula baru sebatas partisipasi parokian semata. Mereka masih membutuhkan pendewasaan politik sehingga mampu berpartisipasi aktif dan berkontribusi positif dalam upaya menjaga dan menyuseskan demokratis. Pemilih pemulah sering kali lebih cenderung memilih tokoh-tokoh besar, partai-partai besar dan mapan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai pemasaran politik (Political Marketing) dalam Pilkada Bupati di Kabupaten Bulukumba ditengah Pandemi Covid-19, sehingga mengangkat judul: “Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut yaitu Bagaimana Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025 ?

(23)

8 C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu Peneliti dapat mengetahui Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti

a. Meningkatkan kompetensi serta pengalaman melakukan sebuah

penelitian ilmia.

b. Sebagai sarana aplikasi ilmu pengetahuan dalam menentukan suatu permasalahan serta merumuskan permasalahan tersebut dilingkugan masyarakat.

c. Peneliti dapat mengetahui Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025.

2. Manfaat bagi perguruan tinggi

a. Data awal untuk peneliti-peneliti selanjutnya.

b. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi

atau tugas Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan Pendidikan, penelitian, dan pegabdian kepada Masyarakat.

(24)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pemilih Pemula

Pemilih pemula berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa ataupun pemilih dengan usia 17-21 tahun. Pemilih pemulah adalah pemilih yang baru pertama kali memilih karena usianya baru saja memasuki usia ideal pemilih yaitu 17-21 tahun, pengetahuan mereka juga masih dangkal tentang pemilu.

Pemilih pemula khususnya remaja (berusia 17 tahun) mempunyai nilai kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang menyenangkan akan dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya adalah paling penting dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi seorang remaja perlu mempunyai kelompok teman sendiri dalam pergaulan, JW Batawi (2010).

MA Affnaniyati (2011), pemilih pemula sangat unik sebab pemilih pemula memiliki antusiasme tinggi, relatif lebih rasional, haus akan perubahan dan tipis akan kadar polusi pragmatisme. Pemilihan politik mereka belum dipengaruhi oleh motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik lokal. Pemilih pemula mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu, terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, kerabat dan teman. Selain itu, media massa juga menjadi salah satu pengaruh yang membuat mereka menentukan paslonnya sendiri.

(25)

10 B. Marketing Politik

1. Definisi

Nursal (2004) mengatakan bahwa Political Marketing atau pemasaran politik adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih.

Menurut O' Cass dalam Firmanzah (2008), filosofi marketing

memberikan arahan bagaimana kita bisa menerapkan ilmu marketing dalam

dunia politik. Karena pada dasarnya ilmu marketing melihat bahwa kebutuhan konsumen (stakeholder) adalah hal terpenting sehingga perlu diidentifikasi dan dicari bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. Konsep marketing komersial berdasarkan pada premis bahwa semua perencanaan

dan operasi perusahaan berorientasi pada pemuasan konsumen

(stakeholder).

Menurut Firmanzah (2008), Political Marketing adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah partai politik

atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan image publik.

Membangun kepercayaan dan image ini hanya bisa dilakukan melalui hubungan jangka panjang, tidak hanya pada masa kampanye. marketing politik harus dilihat secara komprehensif:

a. Political Marketing lebih daripada sekadar komunikasi politik,

b. Political Marketing diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai politik. Tidak hanya tentang kampanye politik tetapi juga sampai pada

(26)

11

tahap bagaimana memformulasikan produk politik melalui

pembangunan simbol, image, platform, dan program yang ditawarkan. c. Political Marketing menggunakan konsep marketing secara luas, tidak

hanya terbatas pada teknik marketing, namun juga sampai strategi marketing, dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan desain produk sampai ke market intelligent serta pemrosesan informasi d. Political Marketing melibatkan banyak disiplin ilmu dalam

pembahasannya, seperti sosiologi dan psikologi. Misalnya produk politik merupakan fungsi dari pemahaman sosiologis mengenai simbol dan identitas, sedangkan faktor psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seorang pemimpin, sampai ke aspek rasionalitas platform partai.

e. Political Marketing bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik, mulai dari pemilihan umum sampai ke proses lobi di parlemen

Sesuai dengan penjelasan di atas maka diketahui bahwa marketing politik bukan dimaksudkan untuk 'menjual' kontestan pada publik, melainkan sebagai teknik untuk memelihara hubungan dengan publik agar tercipta hubungan dua arah yang langgeng.

2. Peran Political Marketing

Menurut Firmanzah (2008), Political Marketing memiliki peran yang ikut menentukan dalam proses demokratisasi. Di negara-negara maju, partai-partai politik mengerahkan kemampuan marketing mereka untuk merebut sebanyak mungkin konstituen. Berbagai teknik yang sebelumnya

(27)

12 hanya dipakai dalam dunia bisnis, sekarang ini telah dicangkokkan ke dalam kehidupan politik. Semakin canggih teknik marketing yang diterapkan dalam kehidupan politik.

Para anggota tim sukses berusaha 'menjual' jago mereka dengan berbagai cara yang seringkali kita rasakan tak ada bedanya dengan mengiklankan produk di media, mempromosikan outdoor maupun indoor. Segala taktik dipakai agar rating jago mereka tinggi dan rakyat memilihnya di bilik-bilik suara. Selain itu, marketing politik dapat memperbaiki kualitas hubungan antara kontestan dengan pemilih. Pemilih adalah pihak yang harus dimengerti, dipahami dan dicarikan jalan pemecahan dari setiap permasalahan yang dihadapi. Firmanzah (2008)

Political Marketing meletakkan bahwa pemilih adalah subjek, bukan objek manipulasi dan eksploitasi. Marketing politik tidak hanya bisa diterapkan di negara-negara maju, di negara-negara berkembang pun hukum-hukum marketing perlu diterapkan dalam dunia politik untuk menarik sebanyak mungkin pemberi suara. Firmanzah (2008)

Political Marketing tidak menentukan kemenangan sebuah partai politik atau kandidat Presiden. Political Marketing hanyalah sebuah metode dan peralatan bagi partai politik atau calon presiden untuk melakukan pendekatan kepada publik. Sistematisasi pendekatan yang dilakukan oleh kandidat perlu dilakukan mengingat selalu terdapat keterbatasan sumber daya yang dimiliki setiap kandidat. Firmanzah (2008)

(28)

13 Persaingan merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan dalam iklim demokrasi. Untuk dapat memegang kekuasaan, partai politik atau seorang kandidat harus memenangkan pemilihan umum dengan perolehan suara terbanyak di antara kontestan-kontestan lainnya. Firmanzah (2008)

Menurut Firmanzah (2008), dalam kondisi persaingan politik, masing-masing kontestan membutuhkan cara dan metode yang tepat untuk bisa memenangkan persaingan. mengukur kemenangan dalam dunia politik dilakukan dengan melihat siapa yang keluar sebagai pemenang dalam pemilihan umum. Namun, kemenangan ini juga harus dikaji dan dianalisis dengan hati-hati mengingat perimbangan kekuasaan yang ada di antara partai-partai politik.

Kebanyakan Negara berkembang, peran dan fungsi politik dilakukan oleh sekelompok kecil elit politik. Karena itu, seringkali mekanisme politiknya sangat ditentukan oleh dinamisitas elit-elit politik. Mobilisasi massa digerakkan oleh elit-elit politik. Orientasi pada tokoh masih terasa kuat. Satu tokoh yang berpengaruh akan menentukan berhasil tidaknya upaya suatu kelompok atau partai dalam perebutan kursi. Kesadaran masyarakat kelas bawah relatif kecil untuk ikut serta mewarnai kebijakan-kebijakan publik. Firmanzah (2008)

Masyarakat kelas bawah masih pasif dan lebih banyak menunggu untuk digerakkan oleh elit politik. Hal ini tentunya membawa konsekuensi bahwa masyarakat kelas bawah seringkali dijadikan objek politik oleh para elit. Mobilisasi mereka dilakukan untuk pencapaian tujuan elit politik.

(29)

14 Selain itu, konsekuensi dari politik yang sangat tersentralisasi membuat kontrol sosial sulit dilakukan. Firmanzah (2008)

Fungsi kontrol lebih banyak dilakukan oleh kekuatan-kekuatan oposan elit politik. Begitu tersentralisasinya sehingga masyarakat lapisan bawah tidak dapat, atau sulit, mendapatkan informasi. Hal ini menyulitkan mereka untuk menganalisis apa sebenarnya yang terjadi. Political Marketing dapat berperan dalam pendistribusian informasi sehingga memudahkan akses pada informasi yang dulunya sulit dijangkau. Firmanzah (2008)

Besarnya peran para tokoh elit di negara-negara berkembang memberikan kesan bahwa marketing politik tidak diperlukan. Padahal tidak demikian. Fungsi political marketing bukan sekadar untuk mempromosikan tokoh atau tokoh-tokoh partai belaka. Political Marketing juga berfungsi dalam pembelajaran politik kalangan bawah. Firmanzah (2008)

Tujuan utama interaksi sosial dalam suatu masyarakat adalah

membuat suatu sistem dapat memberdayakan (empowering) dan

memampukan (enabling) masyarakat menjadi kritis. Masyarakat kritis yang dimaksudkan, dalam hal ini adalah masyarakat yang memiliki landasan dan kemampuan untuk terus menyikapi dan mengkritisi setiap perkembangan kondisi yang ada. Sikap kritis ini terutama ditujukan pada setiap kebijakan dan keputusan elit politik. Firmanzah (2008)

Masyarakat yang kritis adalah masyarakat yang, dalam beberapa hal, mengetahui dari mana mereka berasal, mengetahui bagaimana evolusi berjalan untuk mencapai tahapan sekarang, juga, untuk memahami tujuan

(30)

15 kolektif yang ingin dicapai. Masyarakat kritis juga masyarakat yang dapat mengevaluasi setiap aktivitas politik, baik yang dilakukan elit politik, partai politik atau kontestan individual. Firmanzah (2008)

Menurut Firmanzah (2008), Political Marketing dilihat sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan daya kritis masyarakat dalam berpolitik. Agar rakyat tidak selalu menjadi korban dan objek manipulasi para elit politik, masyarakat perlu diberdayakan dan perlu ada kondisi yang memungkinkan proses pembelajaran politik. Untuk dapat menciptakan masyarakat yang kritis, marketing politik harus melalui serangkaian tahapan. Peran dan fungsi marketing politik dalam usaha menciptakan masyarakat yang kritis dalam dunia politik meliputi:

a. Distribusi Informasi Politik

Political Marketing membantu sebagai media distribusi dan penyebaran sejumlah hal ke masyarakat luas (Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan yang berlaku dalam sistem politik tertutup, di mana distribusi dan penyebaran informasi serta pengetahuan politiknya terbatas pada suatu (kelompok tertentu). Dengan demikian, marketing politik sekaligus merupakan media partisipasi.

Hal pertama yang disebarkan dan diseminasi oleh marketing politik ke masyarakat adalah informasi dan pengetahuan (knowledge) tentang politik. Melalui aktivitas marketing seperti Man dan promosi, informasi serta pengetahuan akan dapat dengan mudah disebarluaskan oleh partai politik dan kontestan. Tidak hanya informasi tentang partai politik dan

(31)

16 kontestan yang tersedia dalam pasar, melainkan informasi tentang kondisi dan harapan-harapan konstituen pun akan terbuka.

Informasi dan pengetahuan tidak hanya satu arah dari konstituen ke partai politik, namun juga informasi tentang partai politik yang diterima konstituen. Kedua belah pihak saling membutuhkan informasi dan pengetahuan satu sama lain. Political Marketing merupakan aktivitas yang dilakukan oleh partai politik dan kontestan individu dalam

merancang isu-isu yang akan dilempar ke masyarakat,

mengkomunikasikan solusi yang hendak diterapkan ketika berkuasa, ideologi partai dan kontrol sosial terhadap partai/individu yang berkuasa.

Marketing politik dilakukan dengan melibatkan media TV, radio, koran dan pamflet yang mencoba melontarkan semua hal yang perlu disampaikan kepada publik. Persaingan antarpartai politik, masing-masing kontestan mencoba bersaing untuk memengaruhi opini publik. Marketing politik dalam peran ini membuat masyarakat tidak buta informasi. Mereka tidak lagi memilih asal memilih, melainkan lebih mempertimbangkan banyak hal ketika memutuskan akan memilih jago mereka. Melalui media promosi, iklan, konferensi pers, talk show dan debat publik, partai politik atau kandidat perseorangan dapat meningkatkan ketersediaan informasi yang nantinya sangat dibutuhkan oleh pemilih dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilih.

Political Marketing juga semakin meningkatkan ketersediaan informasi politik yang dapat diakses masyarakat. Melalui marketing

(32)

17 politik, informasi yang tadinya tertutup dan hanya dikonsumsi sejumlah elit politik tertentu sekarang menjadi semakin terbuka untuk menjadi konsumsi publik. Masyarakat pun menjadi semakin mudah mengakses informasi yang dulunya sulit sekali didapatkan. Melalui pemberitaan, aktivitas promosi dan iklan partai, jumlah informasi yang tersedia di masyarakat akan semakin meningkat.

b. Edukasi politik

Masih berkaitan dengan peran informatif, political marketing

berguna untuk proses pembelajaran terbuka bagi setiap elemen yang terdapat dalam suatu negara. Dari informasi memadai yang mereka dapatkan, masyarakat niscaya mendapatkan pelajaranpelajaran yang berfaedah bagi mereka, terutama dalam memilih calon yang tepat.

Pembelajaran ini dapat terwujud karena sesungguhnya masing-masing pihak akan memetik hasil dari interaksi yang tercipta selama berlangsungnya proses Political Marketing. Proses pertukaran informasi membuat masing-masing aktor politik dapat lebih mudah memahami hal-hal yang diinginkan pihak lain. Partai poiltik dapat belajar untuk memahami konstituen dan masyarakat secara luas untuk meningkatkan pemahaman berpolitik.

Political Marketing merupakan aktivitas yang dapat melibatkan banyak pihak sekaligus. Karena apa pun yang dilakukan aktor politik akan dapat dilihat, dianalisis, dievaluasi dan dikontrol oleh pihak lain, sejumlah aktor social dapat menggunakan Political Marketing sebagai

(33)

18 media pembelajaran. Bahkan kalangan LSM dapat memanfatkan teori-teori Political Marketing untuk mendidik masyarakat dalam politik.

Dengan begitu, LSM bisa menyelenggarakan fungsinya sebagai penyedia informasi politik yang berguna bagi masyarakat. masyarakat secara luas juga perlu mendapatkan pembelajaran politik. Proses pembelajaran yang paling bermanfaat bagi kalangan luas adalah pembelajaran seluruh masyarakat itu sendiri. Dengan political marketing, masyarakat diajak berkenalan dengan proses demokrasi yang sesungguhnya.

Masyarakat dapat melakukan proses pembelajaran dari aktivitas-aktivitas yang tercipta dalam political marketing. masyarakat bisa mengetahui hak dan kewajiban dalam politik, perilaku para aktor politik, output atau realisasi janji-janji partai politik atau kandidat individu, dan semua peraturan yang terkait dalam kehidupan berpolitik.

c. Kesadaran politik

Melalui proses edukasi politik, masyarakat akan sadar akan hak dan kewajiban politik mereka. Pemberian dan penyediaan informasi politik membuat masyarakat perlahan dan pasti. penyadaran akan hak dan kewajiban, diharapkan akan muncul transformasi sosial politik dalam masyarakat. Transformasi yang paling diharapkan dengan adanya marketing politik adalah perubahan paradigma. Perubahan ini dapat terjadi di sisi kontestan (partai politik dan kandidat individu) maupun di sisi masyarakat luas. Dari sisi kontestan: adanya political marketing dan

(34)

19 semakin meningkatnya kesadaran masyarakat luas terhadap hak dan kewajiban politik mereka, membuat partai politik dan kontestan individual menjadi lebih berhati-hati dan menempatkan konstituen sebagai tuan, bukannya sebagai objek yang akan dieksploitasi.

Dengan adanya political marketing, semua anggota masyarakat akan lebih mampu memahami bentuk politik yang sebenarnya. Segala yang berlangsung dalam politik adalah 'rahasia umum' dalam batas-batas tertentu. peran elit politik yang kuat. Mereka mempunyai kekuasaan lebih besar dalam menentukan gerak jalannya negara dan bangsa.secara umum

political marketing telah membuka keran-keran informasi bagi masyarakat.

d. Partisipasi dan Keterlibatan Politik

Seiring dengan semakin teredukasinya masyarakat dan semakin tingginya kesadaran politik masyarakat, semakin meningkat juga keterlibatan dan partisipasi politik masyarakat. Political Marketing juga dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan semua pihak dalam kehidupan politik.

Political Marketing tidak hanya melibatkan partai-partai politik dan kontestan individu, melainkan semua lapisan masyarakat termasuk media dan pers pun terlibat selama periode kampanye maupun periode non kampanye. Masing-masing pihak berhak ikut serta dalam kehidupa. berpolitik. Bahkan regulator pun membutuhkan political marketing untuk

(35)

20 menangkap aspirasi semua pihak dan menerjemahkannya dalam peraturan formal yang mengikat para peserta pemilihan umum.

Political Marketing memungkinkan adanya interaksi semua pihak serta dihindarinya dominasi satu kelompok tertentu. Hal ini membuat partisipasi dan keterlibatan semua pihak meningkat. Salah satu penyebab meningkatnya partisipasi dan keterlibatan politik adalah meningkatnya rasa kepemilikan politik. Dengan semakin terbukanya sistem politik, dan semakin meningkatnya hak-hak berpolitik.

Masyarakat luas memiliki kesempatan untuk berperan serta mewarnai kehidupan politik melalui kebebasan bergabung dan mendirikan suatu partai tertentu. Hal ini memungkinkan semakin besarnya masyarakat yang tergabung dan berperan aktif dalam suatu partai politik, keterlibatan dan intensitas dalam kehidupan politik secara langsung pun semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan semua pihak dalam kehidupan politik, diharapkan semakin meningkat pula ikatan dan rasa memiliki pada diri semua elemen di dalam kehidupan politik.

Political Marketing diyakini dapat meningkatkan ikatan rasional maupun emosional kontestan dengan para pendukungnya. Serangkaian aktivitas political marketing membuat hubungan antara kontestan dengan konstituen menjadi lebih intens. Masyarakat kritis adalah masyarakat yang mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan, juga mengetahui mengekspresikannya.

(36)

21 Masyarakat yang kritis akan melakukan kontrol sosial terhadap setiap kebijakan dan aktivitas politik yang dilakukan pemerintah maupun kontestan. Masing-masing pihak akan dapat melakukan kontrol terhadap pihak lain. Masyarakat yang kritis menuntut adanya praktik politik yang lebih transparan dan terbuka. Masyarakat tidak hanya memerhatikan hal-hal yang bersifat nyata dan tampak di permukaan, namun juga perlu mengetahui proses disusunnya suatu keputusan politik.

3. Pendekatan Pemasaran dalam Politik

Strategi pemasaran politik merupakan berbagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh kandidat dalam memasarkan muatan-muatan politik, seperti visi dan misi, idiologi (platform), program dan identitas kontestan yang akan mengikuti pemilihan umum. Strategi pemasaran politik harus dilaksanakan dengan maksimal umtuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Ries dkk (2004), pemasaran politik dilaksanakan dengan langkah strategis untuk menyampaikan berbagai muatan ide dan gagasan politik agar masyrakat tidak but ainformasi politik. Rakyat akan semakin matang dalam mempertimbangkan, memtuskan dan menjatuhkan pilihan mereka pada hari pemun gutan suara. Salah satu strategi pemsaran politik dilakasanakan dengan positoining politik, yaitu semua aktivitas untuk menanamkan kesan di benak konsumen agar mereka bisa membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

(37)

22 Menanamkan dan menempatkan image dalam benak masyarakat tidak hanya terbatas pada produk saja dan jasa, karena organisasi perusahaan secara keseluruhan juga pelu ditambahkan dalam benak konsumen. Hal-hal seperti kredibilitas dan reputasi dapat digunakan sebagai media untuk melakukan Positioning. Ketika konsep ini diadopsi dalam iklim persaingan, kandidat harus mampu menepatkan produk politik dan image politik dalam benak masyarakat. Untuk dapat tertanam, produk dan image politik harus memilik sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan produk politik lainnya.

Masing-masing kandidat harus berusahan menjadi dominan dan menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak masyarakat membantu suatu kandidat selalu diingat dan menjadi referensi bagi masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian pilihan politik. Menjadi referensi berarti bahwa kandidat tersebut menjadi acuan dan pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan.

Koalisi seringkali muncul sebagai upaya untuk meningkatkan kekuatan tawar-menawar sekaligus untuk menjaga stabilitas pemerintah. Dalam konteks inilah kontestan membutuhkan metode dan konsep yang tepat. Di tengah-tengah era demokratisasi dan kapitalisme, strategi-strategi

marketing merupakan cara yang tepat untuk menghasilkan kemenangan dalam pemilihan umum.

Tentunya metode dan konsep marketing memerlukan banyak sekali adaptasi dengan situasi dan kondisi dunia politik. Tidak semua metode

(38)

23

marketing dapat langsung digunakan dalam konteks dunia politik. Namun, partai politik dan kontestan sangat membutuhkan metode efektif untuk bisa membangun hubungan jangka panjang dengan konstituen dan masyarakat luas.

Marketing yang diadaptasi dalam dunia politik dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas transfer ideologi dan program kerja, dari kontestan kemasyarakat. Marketing dapat memberikan inspirasi tentangcara suatu kontestan dalam membuat produk berupa isu dan program kerja berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat.

Menurut Firmanzah (2008), tidak ubahnya domain aktivitas sosial lain,dunia politik telah menjadi lebih terbuka dan transparan. Dunia politik pun tidak kebal terhadap persaingan. Persaingan terjadi untuk memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka memilih kandidat (partai politik ataukontestan individu) masing-masing selama periode pemilihan umum.

Firmanzah (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis strategi pendekatan pasar, antara lain adalah:

a. Push-marketing (Mendorong Pemasaran)

Pada strategi ini partai politik berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang diberikan kepada pemilih. Masyarakat perlu mendapatkan dorongan dan energi untuk pergi ke bilik suara dan memilih kandidat tersebut. Disamping itu partai politik perlu menyediakan alasan yang

(39)

24 rasional maupun emosial kepada pemilih untuk memotivasi mereka agar mereka bersedia mendukung kandidat tersebut.

b. Pass-marketing (Lulus Pemasaran)

Strategi ini menggunakan individu maupun kelompok yang dapat mempengaruhi opini pemilih. Sukses tidaknya penggalangan massa akan sangat ditentukan oleh pemilihan tokoh yang berperan tersebut. Semakin tepat tokoh yang dipilih, efek yang diraih pun semakin besar dalam mempengaruhi pendapat.

c. Pull-marketing (Trik Pemasaran)

Strategi ini menitik beratkan pada pembentukan image politik yang positif. Macdonald (1989) menganjurkan bahwa supaya simbol dan image politik dapat memiliki dampak yang signifikan., kedua hal tersebut harus mampu membangkitkan sentimen. Pemilih cenderung memilih partai yang sama dengan apa yang mereka rasakan.

Pemasaran politik yang dimaksud dalam penelitian ini mengadopsi Teori Adman Nursal (2004), yang mengemukakan bahwa pada dasarnya pendekatan pemasaran politik (political marketing), dikembangkan dengan sembilan model yang disebut dengan 9P: positioning, policy, person, party, presentation, push marketing, pull marketing, pass marketing dan polling. Untuk mempersempit kajian maka dalam penelitian ini hanya akan dibahas tiga strategi yaitu sebagai berikut:

(40)

25

a. Push marketing (Mendorong Pemasaran)

Penyampaian produk politik secara langsung kepada para pemilih. Produk politik tersebut berupa kandidat yang mencalonkan diri pada suatu pemilihan umum dan kandidat itu sendiri. Strategi push marketing dilakukan dengan kegiatan kampanye politik secara langsung seperti pertemuan akbar, pengajian ibu-ibu dan bakti sosial.

b. Pull marketing (Trik Pemasaran)

Penyampaian produk politik dengan memanfaatkan media massa. Media massa dalam aktivitas pemasaran politik memegang peranan yang sangat penting dalam memperkenalkan dan menyosialisasikan kandidat kepada masyarakat luas. Selain itu melalui media massa, kandidat dapat menyebarluaskan visi, misi dan program mereka kepada calon pemilih. Strategi pull markteing dilakukan dengan kampanye politik menggunakan media cetak (surat kabar) maupun media elektronik (televisi dan radio).

c. Pass marketing (Lulus Pemasaran)

Penyampaian produk politik kepada influencer group atau pihakpihak yang memiliki pengaruh di masyarakat. Berbagai pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat memiliki nilai strategis bagi kandidat, sebab dengan adanya daya pengaruh, para tokoh tersebut dapat meneruskan pesan-pesan politik yang disampaikan kandidat kepada masyarakat atau komunitasnya. Strategi pass marketing dilakukan dengan

(41)

26 menjalin hubungan politik dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda.

Dalam hal ini kandidat dapat membuat kontrak/perjanjian politik dengan para tokoh tersebut sebagai suatu ikatan yang kuat, agar ketika kandidat yang dipasarkan memperoleh kemenangan, maka para tokoh tersebut dapat menuntut janji-janji politik yang dituangkan dalam kontrak, untuk kepentingan masyarakat di mana para tokoh tersebut berdomisili.

C. Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) 1. Definisi

Pemilukada menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

tentang “Pemilihan, pengesahan pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Propinsi dan Kabupaten/ Kota berdasarkan pancasila dan UUD 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

(Pemilukada) merupakan instrumen yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan prinsip demokrasi di daerah, karena disinilah wujud bahwa rakyat sebagai pemegang kedaulatan menentukan kebijakan kenegaraan. Mengandung arti bahwa kekuasaan tertinggi untuk mengatur pemerintahan negara ada pada rakyat. Melalui pemilukada, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi pemimpin dan

(42)

27 wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan arah masa depan sebuah Negara.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 56 ayat (1)

dinyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah selanjutnya disebut pasangan calon adalah peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan.

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung

diatur dalam UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah no 56 pasal 119 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.6/2005 tentang cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Secara eksplisit ketentuan tentang pilkada langsung tercermin dalam cara pemilihan dan asas-asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pilkada. Dalam pasal 56 ayat (1) disebutkan : “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil’’.

Berdasarkan uraian diatas proses pilkada langsung memiliki

manfaat bagi pertumbuhan demokrasi, dengan adanya pemilukada langusng partisiapasi masyarakat lebih terbuaka dalam demokrasi dan dapat memilih pemimpin sesuai dengan kriteria politik masyarakat, dibanding sistem

(43)

28 demokrasi perwakilan yang menentukan pemimpin melalui rekrutment politik segelintir orang di DPRD. Pilkada langsung bisa memberikan keterbukan para kandidat-kandidat untuk memperkenalkn diri secara langsung dan lebih terbuka kepada masyarakat.

2. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

Proses pelaksanaan pilkada diatur dalam Undang-undang Nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah khususnya pada pasal 65 dan 66, dimana dalam pasal 65 ayat (4) dikemukakan bahwa “masa persiapan pilkada diatur oleh KPUD dengan berpedoman pada Peraturan Daerah”. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilaksanakan melalui masa persiapan, dan tahap pelaksanaan. Pelaksanaan dalam tahap tersebut meliputi beberapa tahapan, yakni penetapan daftar pemilih, pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah, kampanye, pemungutan suara, penghitungan suara, dan penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih, pengesahan, dan pelantikan.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dalam pasal 56 sampai dengan pasal 119 berisi prosedur dan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mempersiapkan pemilihan Kepala Daerah secara langsung antara lain:

a. Mekanisme dan prosedur pemilihan. Mekanisme ini meliputi seluruh tahapan pemilihan mulai dari penjaringan bakal calon, pencalonan dan

(44)

29 pemilihannya. Keterlibatan lembaga legislatif dan masyarakat dalam setiap tahapan tersebut diatur jelas dan tegas.

b. Peranan DPRD dalam pemilihan Kepala Daerah. Dominasi peranan

DPRD dalam Pemilukada seperti saat ini, tentu saja akan mengalami degradasi. Peranan DPRD tidak mengurangi fungsinya sebagai lembaga legislatif di daerah.

c. Mekanisme pertanggung jawaban Kepala Daerah. Perubahan sistem

pemilihan Kepala Daerah akan mempengaruhi mekanisme pertanggung jawaban kepala daerah.

d. Hubungan Kepala Daerah dengan DPRD. Pemilihan Kepala Daerah

secara langsung akan berpotensi menimbulkan resistensi terhadap hubungan antara Kepala Daerah dan DPRD.

e. Hubungan pelaksana pemilihan Kepala Daerah dengan pemilihan

Presiden, anggota DPR, DPRD dan DPD. Dalam satu tahun, di suatu Kabupaten/ Kota, mungkin terjadi tiga kali pemilihan, yaitu Pemilu (presiden, DPR, DPRD), pemilihan Gubernur dan Pemilihan Bupati/ Walikota.

Dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 56 ayat (1)

dinyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah selanjutnya disebut pasangan calon adalah

(45)

30 peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai Politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan.

Menurut Ibid (20) Dengan lahirnya UU No.32/2004 dan PP No.

6/2005, pilkada langsung merupakan keputusan hukum yang harus dilaksanakan. Dengan pemilihan langsung, yang menggunakan asasasas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, pilkada langsung layak disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi parameter demokratis.

Menurut Ibid (110-111) Selain itu pilkada langsung dapat disebut sebagai praktik politik demokratis apabila memenuhi beberapa prisipinsial, yakni menggunakan azas-azas yang berlaku dalam recruitment politik yang terbuka, seperti pemilu legislatif (DPR, DPD, DPRD) dan pemilihan Presiden Wakil Presiden, yakni azas langsung, umum, bebas, rahasia, dan jujur dan adil.

a. Langsung, Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantaran.

b. Umum, pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan

sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti pilkada. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna yang menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.

(46)

31 c. Bebas, setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya.

d. Rahasia, dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dengan jalan apa pun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.

e. Jujur, Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah, calon/peserta pilkada, pegawas pilkada, pemantau pilkada, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

f. Adil, dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih dan calon/peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecenderungan pihak manapun.

Dapat ditarik kesimpulan dengan pemilihan langsung, yang menggunakan asas-asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, pilkada langsung layak disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi parameter demokratis. Keberhasilan pilkada langsung untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada kritisisme dan rasioanalitas rakyat sendiri.

(47)

32 D. KERANGKA BERPIKIR

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana marketing politik yang dilakukan Tomy Satria Yulianto (TSY) dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025. Kerangka pikir dalam penelitian ini disusun sebagai landasan penelitian yaitu untuk menguji teori mengenai pemasaran politik yang dikemukakan oleh Adman Nursal (2004), bahwa pemasaran politik dapat dikembangkan dengan push marketing, pull marketing dan pass marketing.

a. Push Marketing (Mendorong Pemasaran) dilakukan dengan kegiatan kampanye politik secara langsung seperti pertemuan akbar, pengadaan pertandingan olahraga antar kecamatan, dan diskusi terbuka di warkop-warkop tanpa memandang usia.

b. Pull Marketing (Trik Pemasaran) dalam penelitian ini yakni aktivitas politik dengan memanfaatkan media massa, memperkenalkan dan mensosialisasikan kandidat kepada masyarakat melalui media massa, dan menyebarkan visi misi melalui media massa. Dalam hal ini mensosialisasikan kandidat kepada masyarakat dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

c. Pass Marketing (Lulus Pemasaran) dilakukan dengan Penyampaian produk politik kepada influencer group atau pihak-pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat. Berbagai pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat memiliki nilai strategis bagi kandidat, sebab dengan adanya daya pengaruh, para tokoh tersebut dapat meneruskan pesan-pesan politik

(48)

33 yang disampaikan kandidat kepada masyarakat atau komunitasnya. Strategi pass marketing dilakukan dengan menjalin hubungan politik dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda (Adman Nursal, 2004). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan Kerangka Pikir dibawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir. E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab bagaimana Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025.

Pilkada Kabupaten Bulukumba Tahun 2020

Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode

2020/2025

Mendorong Pemasaran Lulus Pemasaran Trik Pemesaran

Pemasaran politik Tomy Satria Yulianto dalam menghadapi pemilihan kepala

(49)

34 F. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraikan peneliti, kemudian akan di deskripsikan seperti berikut :

1. Push Marketing (Mendorong Pemasaran) adalah penyampaian produk politik secara langsung kepada para pemilih. Oleh tim kampanye Tomy Satria Yulianto (TSY).

2. Pull Marketing (Trik Pemasaran) adalah menyampaikan produk politik dengan memanfaatkan media massa. Oleh tim kampanye Tomy Satria Yulianto (TSY).

3. Pass Marketing (Lulus Pemasaran)adalah menyampaikan produk politik kepada influenser group atau pihak-pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat. Oleh tim kampanye Tomy Satria Yulianto (TSY).

(50)

35

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan dari bulan Juni-Juli setelah mengikuti seminar proposal. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba, dengan pertimbangan bahwa lokasi mudah dijangkau. Selain itu banyak proses pembelajaran di bidang politik yang dapat diambil manfaatnya. penentuan lokasi penelitian yang penulis tentukan merupakan pemasaran politik Calon Bupati Tomy Satria Yulianto Di Kabupaten Bulukumba, sehingga penulis

menemukan kemudahan untuk mengetahui Pemasaran Politik (Political

Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025.

B. Tipe Penelitian

Sugiono, (2013) Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.

Moleong, (2006) Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung. Dalam penelitian kualitatif, Oleh karena itu, analisis data yang

(51)

36 dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.

Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2005) berpendapat bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk meneliti obyek kajian. Hal ini ditunjukkan untuk memperoleh informasi yang mendalam dangan jalan berinteraksi langsung kepada masyarakat. Prosedur penelitiannya bersifat menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan atau kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti Penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan secara jelas dan faktual tentang Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025.

C. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana peneliti memperoleh data yang diperlukan selama melaksanakan penelitian. Adapun sumber data pada penelitian ini antara lain :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumper informasi (informan) dan dari catatan lapangan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan

(52)

37 informan dipilih dengan mendasar pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data.

Wawancara dilakukan kepada informan yang telah ditentukan dengan menggunakan panduan wawancara mengenai Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025. Dimana informan penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan keperluan penulisan penelitian yang memang mewakili sumber informasi yang ingin didapatkan oleh penulis.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini didapat secara tidak langsung yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder ini berupa bahan-bahan tertulis yang mencakup Undang-Undang dan peraturan terkait, serta referensi-referensi yang menjadi panduan.

D. Informan

Dalam penelitian kualitatif, informasi merupakan data yang diperoleh di lokasi penelitian, dalam naskah atau dokumen, dan dari informan yang telah ditunjuk sebagai kunci pengayaan sumber data. Dalam penelitian ini informan penelitian dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan

(53)

38 secara tidak acak, tetapi tetapi dengan pertimbangan dan kriteria tertentu. Adapun informan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

No. Informan Jumlah

1. Tomy Satria Yulianto. 1

2. Tim Kampanye TSY 3

3. Pemilih pemula 5

Tabel 3.1 Informan pada Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian, maka pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara mendalam (indepth interview)

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan panduan wawancara. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur dan wawancara mendalam (in-depth interview).

Basuki (2006), Namun disini peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam.

(54)

39

2. Dokumentasi

Menurut Sugiyono, (2009) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025 dari observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul maka tahap berikutnya ialah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data sebagaimana yang disebutkan Moleong (2006) meliputi:

1. Editing

Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul melalui daftar pertanyaan (panduan wawancara) ataupun pada wawancara perlu dibaca kembali untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban informan. Jadi, editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan menghilangkan keraguan data.

2. Interpretasi

Setelah data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik hasilnya harus diinterprestasikan atau ditafsirkan agar kesimpulan-kesimpulan penting mudah ditangkap oleh pembaca. Interpretasi merupakan

(55)

40 penjelasan terperinci tentang arti sebenarnya dari materi yang dipaparkan, selain itu juga dapat memberikan arti yang lebih luas dari penemuan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biglen yang dikutip Moleong(2006) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data merupakan cara seorang peneliti dalam mengelola data yang telah terkumpul sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitiannya, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat dipergunakan begitu saja, analisis data menjadi bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat lebih berarti dan bermakna dalam memecahkan masalah. Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penyederhanan data, yaitu data yang diperoleh dari lapangan dituangkan ke dalam bentuk laporan selanjutnya di reduksi, dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting. Dicari tema dan polanya disusun secara sistematis. Data yang direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan

Gambar

Tabel 3.1 Informan Penelitian ...........................................................................
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ...................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.
Tabel 3.1 Informan pada Penelitian   E. Teknik Pengumpulan Data
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa pengaruh pasang surut Setelah dilakukan simulasi dengan hujan kala ulang 5, 10 dan 20 tahun tanpa dipengaruhi pasang surut diperoleh bahwa saluran drainase

a. Menu aturan umum squash, dalam menu ini materi yang akan disampaikan yaitu aturan umum squash yang terdiri dari aturan cara bermain olahraga squash, standar lapangan yang

Al-Qurtubi (2009) mengatakan al-qalb dalam ayat di atas bermaksud al-‘aql iaitu akal untuk ia bertadabbur padanya maka digunakan perkataan qalb untuk maksud akal kerana pada hati

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai heritabilitas, kecermatan seleksi, dan korelasi fenotipe dan genotipe bobot tetas dan bobot hidup umur 12 minggu pada

Ada kalanya seseorang mengalami gangguan tidur yang merupakan salah satu keluhan yang sering terjadi selama kehamilan, keluhan tersebut disebabkan oleh berbagai

Dari anamnesis didapatkan bah&a nyeri punggung ba&ah kiri semakin meningkat sejak 1* hari ini. Nyeri sudah dirasakan sejak > bulan yang lalu makin lama makin

Pengambilan data substrat maupun pengamatan kegiatan pemijahan dilakukan sesuai dengan fase bulan, yaitu pada bulan gelap (baru/mati), peralihan, dan terang (purnama), di 10

Namun, walaupun sampel aroma jeruk mendapatkan score paling tinggi, pemberian varian aroma yang lain tetap dapat diberikan, melihat dari analisis Mann-whitney terdapat tiga