]urnal Ilmu
Sosial danIlmu Politik
ISSN 1,410-4946Volume
8,Nomor
1,Juli
2004 (17 - 36)Representasi
Maskulinitas
dalam
Iklan
Nooi Kurnia')
Abstract
The phenomenon of hegemonic masculinity haae been well
understood, despite the
fact
that mass mediain
general andadaertisement
in
particular, is a mediumfor
contestationbetween masculinity and
feminity.
This article shows that, neut feature of masculinity has come due to the adaptationof feminity. The new feature of masculinity has been known as metrosexual.
Kata-kata
kunci:
gender; maskulinitas; representasi; dominasi laki-Iaki; iklan; budaya
patriarkhi
Wacana gender selama ini didominasi gugatan terhadap teguhnya
inferioritas
perempuan dibandingkanlaki-laki. Konstruksi inferioritas
perempuanini
dianggap iuga mencerrninkan realitas sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, dan pemaknaan sepertiini
sudah mapam dalam budaya patriarkhi. Dalam budaya patria.rkhis ini, perempuan dianggap sebagaimakluk pasif dan sub-ordinat laki-laki, dan media
massamemiliki
sumbangan besar dalam pengukuhan stereotypeini.
Piliang
(dalamIbrahim
dan
Suranto, 1998:xvi)melihat
media massa sebagai arena'perjuangan tanda'. Media adalah arena perebutanposisi,
tepatnya antaraposisi 'memandang'
(aktif)
dan posisi 'yang
dipandang'
(pasif). Yang diperebutkan
adalah'tanda'
yang
*)
Noai Kurnia adalah mahasiswa Pascasa4ana Program Studi Ilmu Komunikasi,Universitas Indonesia, fakarta.
lurnnl Ilmu Sosial & IImu Politik, Vol. 8, No. 1, luli 2004
mencerminkan
citra tertenfu.
Dalam pencitraan
ini
nilai
maskulin
berada dalam posisidominan,
dannilai
feminin
berada dalam posisimarjinal.
Artinya,
dalam media
massaberlangsung
perjuangan
memperebutkan'hegemoni tanda', khususnya'hegemoni
gender'.Sejalan dengan adanya stereotype sosok perempuan tersebut
di
atas, menarik dipertanyakan apakahdi
media massa berlangsung juga peneguhan stereotypelakiJaki.
Tulisanini
mengungkaphal
itu.
Secaralebih khusus tulisan ini berusaha'menelanjangi'
lakilaki
di dalam iklan.Pertanyaannya, apakah
iklan
di
media
massa
membeberkan
maskulinitas. Pembahasandimulai
dari pemahaman mengenai konsep gender, yang pada gilirannya mengantar pada adanya perbedaan antara maskulinitas dan feminitas. Setelah itu disajikan perkembangan wacana maskulinitasdi media
dan dalam bahasanini
akandikaji
maskulinitaslakilaki
dalam iklan. Persilangan antara maskulinitas dan feminitasini
padagilirannya melahirkan
konsep maskulinitasbaru,
yakni
konsep metroseksual.Feminitas
vs Maskulinitas
Berbicara rmengenai
maskulinitas
tentu
sajatak
bisa lepasdari
pembicara.rn mengenai gender. Secaraumum,
gender berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin dianggap sebagai konstruksi biologis yangdibawa
setiapindividu
sesuai dengankodratnya
sejaklahir di
mukabumi
ini.
Konstruksi
ini
pada
dasarnyatidak
pernah berubah.
Se-dangkan gender adalah
kontruksi
sosial dan bud aya.Konstruksi
ini
dibentuk
melalui
proses panjang dalamkehidupan
berbud dYa,dari
waktu
kewaktu.
Olehkarenan/+
gender bersifat dinamis.Dalam memahami perbedaan gender dan jenis kelamin
ini,
bisadisimak pemikiran Ivan
Hill
melalui
Budiman
(1999:104). Baginya,gender adalah
sebuahdistingsi perilaku
dalam budaya
aernacular. Konsep gender ini membedakan waktu,tempaf
peralatan, tugas, gerak-gerik, bentuk tuturan dan bermacam persepsi yang dikaitkan padalaki-laki
atau perempuan. Perbedaan genderdi
antara kedua jenis kelamintersebut
akan
menjadi lebih lebar ketika
masyarakat
pun
mem-t
Bi"r"r,ya ketika membicarakan jenis kelamin (sex) dan gender juga dikaitkan
dengan seksualitas yang dianggap sebagai preferensi seksual seseorang yang
Nooi Kurnia, Representasi lvlaskulinitas dalam lklan
Pertahankan perbedaan, yang sifatnya bukan bawaan sejak lahir. Lebih
dari
itu,
perbedaanitu justru
dipertahankan secarakultural
Perbedaan yang bukan bawaan
individual
ini tidak lain
adalahbudaya
patriarkhi.
Sebagaimana tergambardari
Tabel 1berikut
ini,2pembedian
secara tegas antaralaki-laki
(men) dan perempuan (women)adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Pemb e da n antara men (laki-kali) d eng an 7p otflefl (p erempuan) MEN are (shouldbe) WOMEN are (shouldbe):
.
masculine.
ferninineo
dominanto
submissiaeo
strone.
weak.
aggresstae.
passtae.
intellicento
intuitiaeo
rationalo
emotionalo
actiae Uo thinss).
communicatiae (talk about things)MEN likc: WOMEN like:
o
carsltechnolosa.
showinslmake upo
getting drunk.
Social drinkins with {riends.
casual sex with manu partners.
Conrmitted relationshipSumber: Helen MacDonald
(tt).
"Magazine Advertising and Gender"d al
am
htpp: //www. me diated. or.uk/p osted_d ocuments/ MagzineAdverts.htmlPerbedaan
maskulin dan feminin pun menggiring
anggapanumum bahwa karakteristik maskulin lekat
dengan
laki-laki,
dankarakter
ini
dikaitkan
dengan
tiga sifat
khusus
yaitu kuat,
keras,t
Dimodifikasi dari tulisan Helen MacDonald mengen at "Magazrne Advertising and Gender" dalamhtpp//www.mediated.or.uk/posted_documents/MagzineAdverts.htnl
lurnal llmu Sosial
I
llmu Politik, VoL 8, No. 1, luli 2004beraroma keringat.
Secara sederhanalaki-laki dilabeli
sifat
'macho'. Sementara itu, karakteristik perempuandiidentikkan
dengan sifat yang lemah,lembut
dan beraromawans
yang sekaligusdikaitkan
dengan sifatseorang'puhi'.
Stereotype
representasi
feminitas
(baca:p,erempuan)
dan
maskulinitas (baca:laki-laki) bisadilihat
dalam tabel"berikut ini
:Tabel2
Konotasi /e minity dan mas anlinity
Feminity Masailinity
.
Beau$ (within Mrrow conaentions)o
Stren|th -physical and intellectual.
Sizelphysique (again, within nflrrowconaentions)
o
Powero
Sexuali$ (as erpressedby the abooe).
Sexual attractiaeness(which may be
based on the abwe)
.
Emotional (as opposed to intellectual)dealings
.
Physiqueo
Relationship (as opposed toin d ep en den ce I fr e edo m )
o
Independence (of thought, action).
Beingpart of a context (family, friends, colleagues).
Being isolated as not needing to relyon others (the lone hero)
Sumber: www.mediaknowall.com/gender.html
Berkaitan
dengansifat
feminin
dan maskulin
tersebutdi
atas,terdapat dua
pandangan yang berseberangan mengenai
pem-bentukannya. Menurut
pandangan
kelompok
pertama, perbedaan feminitas dan maskulitas berkaitan dengan perbedaan biologis atau seksNooi Kurnia, Representasi Maskulinitas dalam lklan
antara
laki-laki
dan perempuan. Pemikiranini
terdapat dalam mazhab esensial biologis, perbedaanlaki-laki
dan perempuan serta perbedaanmaskulinitas dan
feminitas bersifat alamiah. Pandanganini
bertolakbelakang dengan pandangan
kedua,yang
meyakini
perbedaan
maskulinitas
dan feminitastak
ada hubungannya dengan perbedaan biologis antaralaki-laki
dan perempuan. Kelompokini
disebut sebagai penganut mazhab orientasi budaya, dan pandangannya banyakdianut
kaum feminis. B"gt kaumini
maskulinitas dan feminitas bukan bersifat natural (alamiah) melainkan bersif.at nurtured (terbina)melalui
proses sosialiasi yang dikonstruksi budaya.wacana gender jelas berada dalam lingkup kelompok yang kedua. Sungguhpun demikiary perbedaan antara kedua pandangan tadi sama-sama
melahirkan ketidakadilan
gender.
Ketidakadilan
gender
ini
melekat dalam kemunculan stereotype, yakni pelabelan atau penandaanterhadap kelompok tertentu.
Penandaanmaskulinitas dilakukan
terhadplaki-laki
sedangkan penandaan feminitasdilakukan
terhadapPeremPuan, dan bersamaan dengan penandaan
itu,
maskulinitas
dikonstruksikan posisinya lebih dominandari
pada posisi feminitas.Kemenangan
laki-laki
ini
bisa
dirujuk
dalam
konsep budayapatriarkhi
sendiri.
Budayapatriarkhi
merupakan
sistem sosialy*g
mendukung dan
membenarkan
dominasi laki-laki,
memunculkan
pemusatan padalaki-laki,
pemberian hak-hak istimewa pada laki-laki, yangakhirnya
rnengakibatkankontrol
terhadap perempuan sekaligut menciptakanjurang
sosial antaralaki-laki
dan perempuan.Kondisi yang
memenangkan
laki-laki
terhadap
perempuan, sebetulnya bisa mengalami perubahan. Seperti terungkap dalam analisis Gramscianyang diungkapkan
Hanke:'[alpparent modifications of hegemonic masculinity may represent
some shifts
in
thecultural
meaning of masculinity zoithout an accompanying shrftin
dominant social structural arrangements,thereby
recupating patriarchal
ideologyby
making
it
more adaptable to contemporary social conditions and more able toaccommodate counter-hegemonic for ces.
o
Dulu*Mery Masculinity and the Media yang ditulis Steve Craig dalam ntq:l/ www.clu.cal-wwwpress/jrls/cjclBacklssu es I lg.2lnamaste.htmr
lunul Ilmu Sosinl S llmu Politik, Vol. 8, No. 7,luli 2004
Maskulinitas
di
Media
Webster's New
World Dictionary
mendefinisikan
maskulinitas
sebagai "designating of, or belonging to the gender of worlds denoting or referring to males, as well as many other words to which no distinction ofsex
is attributed".
Definisi
yang terbuka
ini
akhirnya
memunculkan
berbagai karakter
maskulinitas, yang
menjadi wacana
sehari-hari.Maskulinitas
adalah
imaji
kejantanan, ketangkasary
keperkasaan/ keberanianuntuk
menantang bahaya keuletaru keteguhan hati, hinggakeringat yang
menetes,otot laki-laki
yang menyembul
atau bagiantubuh'
tertentudari
kekuatan dayatarik laki-laki
yangterlihat
secaraekstrinsik. Maskulinitas sendiri selain merupakan konseP yang terbuka pada dasamya
bukan
merupakan identitas yangtetap
danmonolitis
i".g
dipisahkan dari pengaruh ras, kelas dan budaya melainkan dalam sebuah jarak (range) identitas yangkontradiktif
(Morgan sepertidikutip
dalam]ewitt).
Secara seksual,
maskulinitas sendiri
dapatdikategorikan
dalam beberapatipe kontinum
maskulinitasu.
Prrio*a,
tipe"gtadiator-retroman:
pria
yang secara seksualaktif
dan memegangkontrol.
Kedua,tipe
protector:
pria pelindung
dan penjaga. Ketiga, tipe clown of boffoon:ptia
yang
mengutamakan Persamaan
dalam menjalin hubungan
dan menghormatiwanita
serta bersikap gentleman. Keempat, ttpe gay mnnipria yang mempunyai orientasi seksual, hornoseksual. Kelima, tipe wimp: jenis pria
yang'lain'
yang lemah danpasif'.
Kategoriinilah
yang seringBerbicara mengenai tubuh sangatlah menarik menyimak pandangan Synott (2003)
yang mengatakan bahwa apapun kontsrtuksi atas tubuh juga menjadi konstruksi diri yang bertubuh oleh karena itu pembicaraan tak lagi berkisar pada bagaimana
tubuh diperlakukan tetapi juga bagaimana kehidupan berjalan di dalamnya.
Beberapa orang mencintai tubutu beberapa orang membencinya beberaPa orang menyembunyikan dan beberaPa orang lagi memamerkannya.
Jewitt C. 'Images of Men : Male Sexuality in Sexual Health Leaflets and Posters
for Young People,' dalam http://www.socreso rd;ine l2l2 I 6.html
Secara berlawanan Jewitt juga mengkategorikan kontinum feminitas secara
seksual menjadi : vamp (wanita nakal dan penggoda), reassurer (memberikan ketenangan dan menentramkan), guardian of sexual morality (kemampuan mengontrol pria), mother (penuh perhatian, terkesan lemah dan lembut), clown (konyol, panik, histeris) danoictim (korban ketidak adilan pria)
Noai Kurnia, Rqresantasi Mashtlinitas dnlam lHan
digunakan media
untuk
mengkontmksi
maskulinitasmeskip*
yangpaling
sering
muncul
adalah karakter
gladiator sebagai pemegang kekuasaan atau dominasi.Menurut Hanket
h,rbrrr,gan antara
maskulinitas dan
media
muncul
pertamakali
tahun
1970-an dan baru mendapatkan perhatianakhir
tahun
1.980-an.Karya awal
maskulinitasdan media dilakukan
oleh Fejes padatahun
1992 yang terkenal dengan konsep "masculinityas fact",.
Karya
ini diikuti
ilmuwan lain
denganmelihat
representasimaskulinitas
dalam berbagai media, genre, teks,
ikon
dalam
hubungannya
dengan gender, tatanan
(order),perbedaan
budaya, identitas, identifikasi, subyek, dan pengalaman dalam kapitalisme akhir-akhir ini. Dalam kajian media, maskulinitas kemudian dipahami sebagai"both
as product and processof
representation".Melalui
pendekatankontruksionis
yang notabene mengedepankan representasi dan makna, beberapailmuwan
mengadopsi orientasi feminis pos-strukturalis yang menganggap maskulinitas sebagai tanda saiah satu subyektivitas yang memperbaiki identitas sosial.Wacana
maskulinitas
sendiri
menurut Hanke dipengaruhi
pemikiran
Gramsci, Foucaultdan
Butler.Dia sendiri
mendefinisikan "hegemonicmasculinity"
sebagai :the social
ascendancyof a particular
aersion
or
modelof
masculinity
that, operatingon
the terrainof
'common sense'and conaentional morality, defines 'what
it
means to be a mfrn'.This implies that one uersion mny occupy a leading position in the media mainstream (for instance, the musch discussed
hard-bodied, action heroes of HSAs)
Versi
maskulinitas
hegemonis
ini
iebih diterima
masyarakatdibandingkan
denganversi lainnya yaitu
maskulinitas
subordinat. Maskulinitas hegemonisini
dikonstruksi
dalamimaji
seoranglaki-laki
kulit
putih
kelas menengah
(tahite middle-class male)yang
membuat seperangkatatribut
dan aturan
normatif
yang bertentangan dengan jenis maskulinitas lainnya.t
D"l"-
Theorizing Masculinity With In the Media,'http:l/www.newcastle.edu.au/ discipline/sociol-anthrop/staf f/kibbyma rjlcomtheo. html.
lurnal llmu Sosial S IImu Politik, VoL 8, No. 1, luli 2004
Sehubungan dengan
fitur
utama maskulinitas
hegemonisini,
Trujito
(sepertidikutip
Hanke, tt) mengidentifikasi limafitur
yang bisadiidentifikasi
dalam budaya media
di
Amerika.
Pertama,ketika
kekuasaan didefinisikan berkaitan dengan kekuatan dan
kontrol
fisik.Kedua,
ketika
kekuasaandidefinisikan
melalui pencapaian profesionaldalam masyarakat
industrial kapitalistik.
Ketiga,ketika
kekuasaandirepresentasikan ke dalam patriarkhi familial.
Keempat,ketika
kekuasaan disimbolkan melalui laki-taki pelindung yang romantis danpenuh kasih
sayang. Kelima,ketika
hetereoseksualdidefinisikan
dandipusatkan
pada representasr phallus.Berbeda dengan Gramsci,
pemikiran Foucault
jrgu
mempengaruhi
konsep
maskulinitas
di
media seperti
yang
dikemukakan
Nixon
dalam membah as " exhibiting masculinity" (sepertidikutip
Hanke, tt). Pemikiranini ditarik
dari konsep Foucault mengenai wacana, penempatan subyek,subyektifikasi
dan teknologi.Implikasi
gagasanini,
sebagaimanadikatakan
Hanke, membawa
pemikiran
mengenaimaskulinitas
di
media ke dua
arah. Pertama, maskulinitas dipahami sebagai konstruksi budaya yang spesifik secara historis tanpa pemaknaan. Maskulinitas merupakan suatuatribut
yangkaku
logikamodernis terbuka
sehingga
memungkinkan
kita
menggambarkanperubahan
pengkodean ataskonsep
'maskulin'
itu sendiri.
Kedua,maskulinitas
jrgu
terbuka akan
teori
bahasapos-strukturalis, teori
perbedaan seksual sehinggadekonstruksi, polisemi dan
tanda yang beragam tentang maskulinitas terbukauntuk
dianalisis.Sebagaimana
dikatakan lebih lanjut oleh Hanke, pemikiran
mengenai maskulinitas
di
media
juga
mendapatkan Pengaruhdari
]udith
Butler. Tokoh
ini
mewarnai'konsep maskulinitas
dengankentalnya teori
gender
sebagai corporeal style,an 'act'.
Gagasanini
mewarnai karya
Cohan yang menyatakan bahwapotret
maskulinitas dalamkrisis
identitas bukan hanya merupakan kecemasan kelas baru yang hanya symptomatic tetapi yang menurunkanstabilitas
hubungan antara gender dan representasi sehingga maskulinitas (seperti halnyadengan
feminitas)
adalah
"an
ongoing and potentially discontinuousperformatiae masquarade." (seperti
dikutip
Hanke, tt).Perkembangan
selanjutnya
mengenai wacana
maskulinitas
membawa kita kepada pemikiran yang menggabungkan gagasan FoucaultNooi Kurnia, Repraentasi Maskulinitas dalam Iklan
dan Butler. Kajian mereka memperlihatkan bagaimana
konsep
maskulinitas
hegemonik
diperbaiki,
diberdayakan
kembali,
dinegosiasikan
ulang dan dikonstruksi ulang.
Dalam konteks
ini,
reformasipatriarkhi
mempertemukan maskulinitas pada era sejarahberikutnya
untuk
mendapatkan
kembali
kesenangan dalam
meneguhkan kembali norma yang ada serta
untuk
menyesuaikannya denganiklim
yang baru.Tidak
mengherankanjika
wacanamaskulinitas
membawakita
pada
pemikiran
tentang
newly hegemonic masculinity.Pemikiran
ini
berusaha merespon trauma sejarah dan krisis identitas yang terjadi
di
era
latecapitalism
atau post-Fordism.Dikatakan oleh Hanke:
"the postmodern condition,in
turn,
has precipitated a profound, unprecedented'identity
crisis' particularlyfor
masculinityidentity."
Krisis
yang terjadi, sebagaimanadikatakan oleh Wernick
(1991:50),membuat identitas
maskulin laki-laki
di
media
terguncang,baik
dalam domain
privat
maupun domain
publik.
Laki-laki
masih mendominasi ruangpublik,
tetapi mereka sudah mulai kehilangan hak-hak istimewa mereka.Laki-laki
masih mendapatkan uang dari hasiljerih
payahnya bekerj+ tetapitidak
lagi menjadi satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga.Maskulinitas
dalam
Iklan
Iklan bukanlah
sekedarinformasi
mengenaiproduk
tertentu
melainkan sebuah media yang menawarkanideologit
gayahidup
danimaji.
Wernick (1991,:32) melihatiklan
sebagai media promosibuday+
daniklan
sebefulny" merupaktu:r sarana ekspresi ideologi dan ekspresi simbolik budaya. Iklan dapat menjadi wacana dalam masyarakat, karenaiklan
bermain dalam dunia
tanda dan bahasa.Imaji
menjadi
mimpi
yang
ingin
ditawarkan.
Samahalnya
dengan
imaji,
representasi
maskulinitas dalam iklan dilakukan dengan menggunakan dunia tanda dan bahasa. Pertanda dan bahasauntuk
mengungkap maskulinitasini
mudah difahami
dalam kerangka
berpikir ideologi
dominan yang
patriarkhis. Dalam konteks ini, ideologi menjadi alat bantu kepentingan material dan budaya para penciptanya.Melalui ideologi
kapitalisme,
iklan tumbuh
dan
berkembang,muncullah
stereotypeimaji
maskulinitas
laki-laki
dalam iklan.
Sebagaimna
dilontarkan
Susan
Bordo,
laki-laki
cenderung
lurnnl llmu Sosial €+ llmu Politik, VoI. 8, N0.1.,luli 2004
direpresentasikan sebagai makhluk yang jantan, berotot dan berkuasae. Sejalan dengan stereotype 7tu, penampakan
taki-laki
menurut
Wood:" a.ctiue, adaenurous, polt)erful, sexuatly aggressiae and largely uninaolaed
in
human relationship."(Fowles,1996:208). Takjauh
berbeda dengan karakterini,
menurut
Fowles (1996:201) adalahaktif,
agresif, rasional dantidak
bahagia.Aktivitas
lakilaki
lebih
banyak berkaitan dengan kegiatan fisik seperti olahraga. Keaktifan laki-laki inilah yang membawaciri
yang
samapada pemilihan
lokasiyang digunakan
sebagailatar
belakang setting dalam iklan. Lokasi yang jarang sekali mengambtl settingrumah
melainkan
di
tempat-tempatpublik
seperti kantor,
gunun&
sirkuit
balap, bengkel, kafe, pantaidan lain-lain yang
dianggap lebih'put' unfuk
laki-laki.Pembahasan mengenai representasi
maskulinitas dalam
iklan
selain berada dalam wilayah diskusi representasi gender, juga berkenaandengan permasalahan sistem ekonomi gtobal yang ada
dalam
kapilahsme.Dalam
konleksini
Rohlinger
(2002) mengatakan bahwa daiam era post industrialto sekarang inipi.u
pengiklat
tJdut g berlombauntuk mencari pasar baru. Imaji erotis laki-laki yang maskulin kemudian
dijual untuk menarik
konsumen
laki-laki baru
sekaligus menarik
perhatian perempuan yang merasadirinya
'merdeka'. Imaji erotis yang merepresentasikan maskulinitas laki-laki melalui penamPakan fisik ideal darifigur laki-laki
atraktif sekaligus berototuntuk dijadikan'pajangan'
dalam iklan.Untuk
memahami representasimaskulinitas
dalamdunia iklan
ini,
Rohlinger mengadakan kajian terhadaplima
majalah besaryaitu
Sport lllustrated, Men's Health, Popular Mechanics, GQ and Business Week selamatahun
1987hingga
7997.Adapun
target pembaca yangditeliti
adalahlaki-laki berumur
18hingga
49tahun.
Temuanyang didapat
menunjukkan adanya empat kode maskulinitas dalamiklan
di
kelima majalah tersebutyaitu:
the erotic malellaki-lakiyang
erotis (37,8%), the herofiaki-laki pahlawan (21,8o/o), manat
workflaki-laki pekerja (76,4o/"), Penjelasan selengkapnya bisa dilihat dalam http://www.media-awareness.ca english/issues/stereotyping/men_and-masculinity/masculinity-advertising.cfmMasa ketika kegiatan produksi beralih dari produksi barang berubah menjadi
produksi jasa serta pengetahuan yang berjalan dengan dukungan teknologi dan sistem komputerisasi
Nooi Kurnia, Represurtasi Maskulinitas dalam lklan
the consumerflaki-laki konsum en(1,0,5o/o), quiescentllaki-Iaki yang tak
aktif
(0,L%) dan
family
manlnuturefiaki-laki'rumahtangga'
(0,04%).Dari penelitian tersebut terlihat bahwa kode maskulinitas the erotic
male
inilah
yang mendominasi periklanan sekalig,.,s menjadi konsepsi maskulinitas yang menjadi mainstream selama sepuluh tahun penelitian tersebut. Dominasi kons ep the erotic male yang memposisikanlaki-laki
yang
dipusatkan
lebih
pada
keberadaandan keunikan
fisiknya
ini,
sebenarnya merupakan respons terhadap
faktor
budaya
yang
dipengaruhi
oleh gerakan pembebasan kaum gay dan tanggung jawab para pengiklan yang disesuaikan denganiklim politik
yang ada. Bahkan, secarategas
dikatakan oleh Rohlingeg
the erotic male sebenarnya merepresentasikan peningkatan kekenyalan konsep maskulinitas dalam budayapopuler
sekarang.Dalam
pandanganyang kurang lebih
sama, Media AzaarenessNetWork
mengidentifikasi
lima
karakteristik maskulinitas:ll
Pertama,sikap yang
berperilaku baik
atau sportif. Sikapini
dimasukkan dalanl pesaniklan
yang berkaitan dengan sikaplaki-Iaki
yang menggunakanwewenang dalam melakukan dominasi yang ia punya.
Kalaupun
muncul
kekerasan dalam penggunaan wewenang tersebut, kekerasanitu
dianggap
sebagai strategilaki-laki untuk
mengatasi masalah dan mengatasihidup.
Kedua, mentalitas caae man.
Hal
ini
terlihat dari penggunaanikon
pahlawandari
sejarah populer yang mendemonstrasikan maskulinitas dalamiklan
melalui simbol-simbol pahlawan seperti: pejuang romawi, bajak laut, pejuang dan bahk an cowboy. Keagresifan dan kekerasanlaki-laki
di sini dikesankan wajar karena dianggap sesuai dengan sifat alami mereka.Ilustrasi yang
sempurnamungkin
didapatkan pada karakter kuat Marlboro Man dengan segala keunikan versi iklannya melalui imaji maskulinitas yang terletak pada sikap jantan dan mandiri serta aktivitas yangdikaitkan
dengan aktivitasfisik
yang menantang dan mendekati bahaya.Figur laki-laki
dikonstruksikan
sebagai lonely hero. Laki-taki dibayangkan bisa menyelesaikan semua pennasalahan sendirian dengan selalu menjadi pemaintunggal
dalam semuaiklan
rokok
Marlboro.rr
Selengkapnya bisa dibaca dalam situs Media Awareness NetWork dalam htpp:ll
te chnotea cher. com/He al th/violadv. htm
lurnal llmu Sosial €s llmu Politik, VoL 8, N0.1, JuIi 2004
Ketiga, pejuang baru.
Hal
ini
dilambangkan dengan Pemunculan pejuangbaru yang
biasanyadikaitkan
dengankemiliteran
mauPun olahraga yang dianggap menjadi nilai maskulinitas karena memberikanimaji
ikut
petualangandan
kekuatanlaki-laki.
Berbagaiiklan
rokok
seperti Gudang Garam ataupun Djarum 76 menggunakan ikon pendakigunung
sebagai simbol maskulinitas.Keempat,
otot
dan
'laki-laki ideal'
dengantubuh
berotot yang
mencitrakan tubuh ideallaki-laki.
Sebuah bentukfisik
yang hanya bisa didapatkan denganlatihan
olahraga yang memadai.Imaji
sepertiitu
banyakmuncul
di
iklan parfum
seperti loop Home atau Preferred Stogkatau
yang terakhir
ini di
iklan
susu
L
Men
yang
mengumbar dadatelanj anglaki-laki
yang'kotak-kotak'
dan seringkali dikesankan'basah'-Tubuh yang
berotot Pun diimajikan menjadi
syaratbuat
PeremPuan (dalam kus,m iklan L Men) untuk memasuki gerbang pernikahan sepertiyang
ditunjukkan lelaki
bercelana panjanghitam
tetap
bertelanjangdadi
yang dikontraskan dengan pengantinputri
yang
digandengnya yang menggunakankostum
dan riasan Pengantin lengkap.Kelima,maskulinitas pahlawan. Hal
ini
dipengaruhi olehfilm
aksi Hollywood. Maskulinitaslakilaki
dikaitkan
dengan kekuatan teknologisebagai alat bantu aksi laki-laki perkasa yang pandai olah tubuh membela
diri
menangkal dan membasmi musuh. Senjata (pistol) mutakhir, jaket hitam dan kaca mata hitam adalah asesoris yang sering digunakanuntuk
menampilkan
imaji
tersebutyang
melekatkuat
dalam
sosokAmold
Schwarieneggerdalam
Tbrminator atau Keanu Reevesdalam Matrix
yang menginspirasi beberapaiklan
seperti samPo Clear misalnya.Pandangan mengenai representasi maskulinitas
lain
dalamiklan
dilontarkan olehWibowo
(2004:16T-1,62). Dia menaruh perhatian pada clominannya kesanmaskulin
padaiklan
yang merajai mediadi
Indo-nesia.Menurut
dia,iklan
di
media massa yang ada sekarangdipenuhi
oleh
gaya para cowok parlente yang kebanyakan berwajah bule sepetttiklan
jasCerruti
1881,iklan
kemeja The Executiaehingga
jacket Mac Gregor atau celana jeans Levi's.Alat-alat
pria
Pun
nangkring dengan manisnya di beberapaiklan
seperti iklan bank BNI yang menunjukkan perangkat cukur pria, atau Dji Sam Soe yang digunakan oleh Paralelaki
berkostum silat yang tak begitu
berbeda denganiklan
Bentoel yang menampilkan modellaki-laki
dengan kostum off road dan mobil balapNoai Kurnia, Represnttasi Maskulinitas dalam lklan
yang menunjukkan ketangguhan,
keperkasaan
dan kecerdikan
sekaligus sebagai unsur yang maskulin.Berkaitan dengan keperkasaan tubuh laki-laki yang mendominasi
imaji
maskulinitas
dalamiklan, Wibowo
(2004:17L) menggambarkan bahwadalam
konteks penyajianiklary
akar'keperkasaan" laki-laki
dapat dipulangkan jauh dengan menengok ke belakangmelalui
tradisi
Yunani yang kemudian
dilanjutkan
dengantradisi
Romawi
untuk
akhirnya
diserap dalam budaya
kapitalistik barat
modern.
LJnsurrnaskulinas dalam budaya Yunani
ini,
dikembangkan melalui
perwujudan dewa dan tokoh mitos mereka yang tampan, gagab 'berotot kawat dan bertulang besi', perkasa sertapandai.
Sebuahperwujudan
yang
diterjemahkan
kemudian ke
dalam budaya
Romawi
melalui
k"giguhan
kaisar Romawi yang memunculkan heroism".tt Tuk heran jika kemudian semangat heroisme ini j.tgu dimunculkan dalam budayakapitalistik modern
yang menjadikan
iklan
harus
tampil
menarik
sekaligus mempesona.Hal
ini
dipertegasWibowo
(2004:173), bahwaiklan
merupakan
alat sihir, yang
salah satunya'"
melalui
ekspresi maskulinitas dalam budaya pop. OIeh karenaitu
iklan
bisa dianggap sebagai penerus tongkat estafet semangat maskulinitas a laYunani dan kemudian juga Romawi. Potretfisik
laki-laki
dalamiklan pun
tak lagisekedar
menjadi
sebuah
simbol dominasi
pria
melainkan
simbol
maskulinitaskapitalistik
dalam pengertian yanglebih
luas. Dominasilaki-laki
dewasa
ini
terlihat
dari nilai
jualnya, baik melalui otot
keperkasaannya,
tubuh
kekar hingga wajah indonya. Kesemuanyaitu
merupakan pantulan maskulinitas kapitalistik yang sangat beraksentuasi bisnis.Syar'an (2001)
melihat
eksploitasimaskulinitas
laki-laki
paling
banyak
terjadi
dalam
iklan rokok.
Perlu
diingat,
konsumen
utamaCerita heroisme yang menarik seputar ini adalah kisah tentang Julius Caesar, Cleopatra dan Mark Anthony yang diabadikan dengan sangat agung dalam drama
karya Shakespeare.
Disemangati oleh film box-office Harry Potter, Wibowo menganggap iklan mempunyai kekuatan magis yang besar melalui kemampuan sihirnya yang
terlihat dari beberapa hal berikut persepsi antar budaya, kapitalisme, penggunaan
bahasa strategi iklan, unsur pemasaran, maskulinitas dan budaya pop, identitas
iklan dan gaya penulisan.
29
lurnnl llmu Sosial
I
llmu Politik, VoI. 8, No. 1, luli 2004produk rokok
sendiri
adalah
laki-laki.
Syar'an menunjukkan
karakteristik
representasimaskulinitas yang muncul
pada beberapaiklan rokok
GudangGaram:
berkuasa ataukuat, dingrn,
pelindung,berani dan
problem solaer.Karakteristik
ini
dimunculkan melalui
berbagai tanda yangterdiri
ataspilihan
model,pilihan
kata, jenis baju, sudut pandang kamera, jarakkamer4
arah tubuh dan pandangary jenis baju, warna cahaya, benda yang dipegang, filter kamera, kerut di keningdan
lain
sebagainya. Sloganiklan
Gudang Garamini
adalah "Selera Pemberani".Citra
pemberaniini
direpresentasikan oleh seoranglaki-laki
yang sedang memanjatgunung
terjal. Kegiatanini
menunjukkan kekuataan besar dan kesehatanpria dari
pendakigunung
tersebut.Rahayu (2003:242)
melihat
representasiimaji
maskulinitas yangditandingkan dengan
imaji
femininitas dalam
iklan
Extra
Joss.Dominannya
imaji
maskulinitas
laki-laki
dalam
stereotype Peran tradisional kaumlakilaki
ditampilkan pada sosok laki-laki yang agresif, pemberaru,jujur,
mandiri, kuat,
tegar, berkuasa,pintar
dan rasional.Karakter
ini
dimainkan
denganbaik
oleh
Donny
Kesuma,bintang
sinetron Indonesiabertubuh
atletis yang j,rgu pemain softball nasional profesional. Sosoky*g
mempunyaiimaji
sebagaigladiator
atau retro manyang
memegangkontrol,
dominasi dan
kekuasaanbaik
secara seksualmaupun dalam ruang
sosial. Representasi maskulinitas yang digambarkan dalam sikappositif,
pemberani, perkasa, vitalitas, logika danaktif
sebagai lawan dari representasi feminitas yang lemaku manja, emosilebih daripada
rasio,mudah panik,
cerewet,pasif dan
lemah. Sebagai lawan dari imaji perempuan (yang dimainkan model Cut Keke)yang
selalu sebagai aamp,wanita
penggodadan penghibur laki-laki.
Tesis
yang dikemukakan
Rahayu
Pun menarik: semakin negatif
pencitraan
wanita,
semakin
positiflah
pencitraan
pria, dan
dengandemikian
semakinmaskulinlah
pria.Metrosexual:
Maskulinitas
BaruSejalan dengan perubahan dramatis selama
akhir
tahun 1900-an,hidup
berubah,
begitu
jrgu
konstruksi
diri
para
laki-laki.
Mereka melakukan adaptasi terhadap feminism dan menawarkan konsep 'neuJmqsculinity'. Konsep maskulinitas
baru
ini
pada dasarnya meruPakanupaya
untuk
meninggalkan budaya
patriarkhi yang dominan
dan sekaligus beranjak ke kerangka kerja sosial yang lebihinklusif.
Noai Kurnia, Representasi Maskulinitas dalam lklan
Laki-laki
dewasa,menurut
Pentsmemiliki
empat
archetypela(model)
yaitu
sebagai raja, pejuang,penyulap
dan kekasih. Masing-masing model yang dianggappositif ini
sering membawa konsekuensi munculnya sifat yang negatif. Sebagai contoh, energi kematangan raja seringkali terbaur dengan sifat penguasa dan semena-mena, sementara kedewasaan seorang pejuang kadang bercampur sifat sadis dan kejam.Iklan
sekarang memposisikanlaki-laki
sebagai obyek seksual.Iklan
menciptakan standar
baru
masyarakatuntuk laki-laki,
yakni
sebagai sosok yang agresif sekaligus sensitif, memadukan antara unsur kekuatan dan kepekaan sekaligus. Laki-l akimacho sudah tersapu angirydan
sekarang tergantikan oleh sosoklaki-laki
yangkuat
dan tegardi
dalam
tetapi lembut
di
permukaan. Ungkapan
untuk
karakter
ini
adalahlaki-laki
metrosexual.Kemunculan konsep maskulinitas baru yang mendobrak konsep
maskulinitas lama seperti di-ikon-kan
pada
pesepakbola ganteng kaliber internasional, David Beckham. Penampilan Beckham, yang j.,gukapten
tim
sepakbola
Inggris
ini,
sungguh membuat
dirinya
memberikan daya tarik yang baru dari sosok laki-laki. Kepandaian dan
kegesitannya
di
lapangan
bola
menampakkan kekuatan
dan
kejantananyayang
prima
digabungkan dengan penampilannya yang dandyberhiaskan
anting
sertakuku kaki
tangan
yang rapi
karenaperawatan
manicure dan pedicureyang
rutin.
Sosokini
menyajikan sebuahpaduan
unik
dan menarik yang membuka mata
dunia
atas stereotypeimaji maskulin
yang selamaini
terbentuk.Metrosexual sendiri sebenarnya secara singkat sering
didefinisikan
sebagai "a straight manin
the feminine side"atau
"a straight man whoIiaes
in
uthois into
designer clothes,art
inuseums, musicals and other non-machothings."'u
Dalam
The LlrbanDictionary.com
drsebutkan adanya beberapadefinisi
alternatif mengenai metrosexualyatu
:Menurut kamus Webster, archetype atau model merupakan pola asli dimana
sesuatu dianggap sama. Berkaitan dengan individu (dalam hal ini manusia,
laki-lakl), archetype iru didapatkan dari pengalaman manusia selama kurun waktu yang lama dan sekarang masih ada dalam kehidupan individu tanpa disadari
Lihat situs Tfte Calico Cat, a weblog about business, economicsm law, politics,
and
current
events
nothing about
cat,
http:l
lcalicocat.com/ metrosexual.htm74
15
lurnal llmu Sosial & Ilmu Politik, Vol. 8, No. 1, JuIi 2004
o
A
modern man who has adopted uthat was traditionally perceiaed asfeminine traits
o
A
straight, urban male eager to embrace andlor show off his feminineside, especially when
it
comes to pricy haircuts, designer suits and skin care producto
frirQ
wordfor
a guy who is actually straight, but eaeryone thinl<s heis gay because he is aery much
in
touch with his feminine sideo
Straightguy
who seems to be gay because he practices the dressing andlor grooming habits of a stereotypical homosexualo
A
heterosexual man utho is aery muchin
touch in his feminine side andis
not scared to showit.
He can appreciate upscale things like Guccibags, Prada wallets etc.
Sementara
itu,
Flockerlumer,definisikan
metroseksual sebagailakiJaki
trendsetter yang adadi
abad 21. Merekanormal
(tidak
gay),urban,
mempunyai
kepekaan estetika
yang tinggi,
menghabiskan
banyakwaktu
dan uangdemi
penampilan dan rajin berbelanjauntuk
itu,
mempunyai keinginan
untuk
memunculkan sisi
femininnya.
Metroseksual adalah
laki-laki
ya,qg 'guyu', canggih, 'aman', sekuat dan sepercayadiri
pendahulunya."
Tak heran
jika
kemudian
Flocker mengatakan dengan tegas:"He
is
the new male ideal: the metrosexual man."Dari
berbagaidefinisi
metroseksualdi
atasterdapat
kesamaan dasar. Semuanya membahas penciptaanimaji baru
ataslaki-laki
yangkarakter maskulinnya tak
lagi
se'garang'dulu.
Merekalebih 'lembut
dart tr endy' . P emunculan femininitas pada metroseksual lebih diletakkanpada penampilan fisik yang'memperindah' penampilan laki-laki, bukan
pada perubahan
orientasi seksualnya. Oleh karena
itu,
konsep76
The Metrosexual Guide to Style, http://www.dacapopress.com/metrosexual/
17
Pendahulu yang dimaksudkan di sini adalah kontruksi sosial atas maskulinitas
laki-laki
sebagai sosok yang berkarakter 'macho' seperti dalam konsep maskulinitas sebelumnya.Noai Kurnia, Representasi Maskulinitas dalam lklan
metroseksual jelas sangat berbeda dengan konsep androgynrtt
yung
seringkalijuga muncul
dalam pembahasan mengenai metroseksual.Karakter
laki-laki
metroseksual punjuga menjadi
wacana baru sebagai counter hegemony terhad ap hegemonic masculinityyang
selamaini
mendominasi dunia
periklanan. Contoh yang bisadirujuk
adalahiklan
parfum Azzaro yang menampilkan wajah ganteng seorang modellaki-laki
yang
diambil
fotonya
setengah badan sedangmengintip
di
pintu.
Laki-laki
berkemejabiru
polosini
mempunyai tatanan rambutyang
rapi,
wajah yanghalus dan
bersih. Yangpaling
menarik, iklan
sengaja memunculkan tangan berikut jari dan kukunya yang terguntingrapi
dan dicat
putih
bersih
menempel padatepi pintu.
Penampilanalternatif yang baru
berbeda
jika
dibandingkan
dengan
berbagaipenampilan
beberapaiklan parfum lainny+
yakni yang
mengumbar dada telanjang para model laki-lakinya. Visualisasi yang tak jauh beda jrrga terdapat dalamiklan parfum Dior
sert Duneytrtg
menampakkan seoranglaki-laki
bercelanapanjang
dengan kemejaputih
setengah terbuka sedangduduk
bersimpuh di pasir. Dalam iklanini ditampilkan
18Androgyne sendiri menurut Piliang (2003:22a) adalah sebuah bentuk penolakan
perbedaan seksual yang alamiah. Identitas yang khas dari androgyne ini adalah
pengelabuan akan kebenaran seksual melalui gaya tertentu melalui
penciptaan-penciptaan daya tarik seksual yang dibentuk dan direkayasa sehingga kategori
normal pun menjadi terkaburkan. "...upu yang paling indah pada diri seorang pria adalah sesuatu yang feminiry sedangkan apa yang sangat memikat pada diri seorang wanita adalah sesuatu yang paling maskulin....androgyne tidak pernah merepresentasikan atau menjadi dirinya sendiri
-
ia selalu menjadi lebih daridirinya sendiri. Dikatakan lebih lanjut oleh Piliang bahwa politik pembengkokan gender
ini
dalam masyarakat yang mapan apabila seseorang menunjukkan keartifisialan dari sifat maskulinitas dan feminitas secara berlawanan - sepertiyang dilakukan oleh androgyne dengan cara menggunakan identitas peranan seks
yang berlawanan - maka keartifisialan ini dianggap menghancurkan basis budaya
yang berkaitan dengan peranan yang ajeg sebelumnya. Piliang membahas permasalahan androgyne ini dikaitkan dengan konsep camp yang merupakan sebuah idiom estetika yang sering diasosiasikan dengan pembentukan makna sekaligus dengan kemiskinan makna. Pengagum camp mewujudkan rasa cintanya
terhadap pendekatan budaya tinggi yang menjunjung tinggi konsep keindahary
kebaruan dan keotentikan. Sebagai salah satu bentuk seni, cqmp menekankan
dekorasi, teksfur, permukaan sensual dan gaya dengan mengorbankan isi. Oleh karena itu camp bersifat anti alamiah sehing ga androgyne bisadianggap
sebagai salah denaturalisasi bentuk dalam camp.
lurnnl llmu Sosinl
I
llmu Politik, VoL 8, No. L, luli 2004laki-laki
masakini
yang
klimis, rapitr"trendi,
tatananrambut
tertatarapi, lagi-lagi
dengankuku
tanganyang
rapi
sertakulit
yang bersih. Penampilan seorang metroseksual sejati.Kemunculan sosok
laki-laki
metroseksualdalam
iklan ini
tentusaja
tidak
secara otomotatis mengganti dan membumihanguskan sosoklaki-laki
yang macho dalam iklan. Kemunculan tipe metroseksual masihmenjadi
wacanatandingan yang
ada sebagai wacanaalternatif dari
dominannya
wacana reprsentasi maskulinitas a la budayapatriarkhi
yang ada dalamindustri
periklanan. Permasalahan yang masih harusdijawab, seiring
dengandinamika
budayapopuler yang melingkupi
dunia
periklanan,
adalah apakah konsep metroseksualini
nantinya
benar-benar akan menggantikankuatnya
imaji
maskulinitas laki-laki
dalam
sosokyang
machoyang
adadalam
budaya patriarhki
kentalselama
ini.
Apapun
jawabannya, masihjrlgu
tersisa pertanyaan besar tentang pemaknaan gender. Ketikalaki-laki
memasukkan sisi feminitas dalamdirinya,
apakah berarti perempuan pun nantinya (atau sekarang malah sudah)jng"
akan dengan rela memasukkan unsur maskulin ke dalam imajinya di iklan. Kalau salah satu hal ini terjadi, apakah itu berarti pemaknaan gender akan mengarah pada kesetaraan representasi?Laki-laki
tak
lagi
diidentikkan
dengan maskulinitas dan
sebaliknya
perempuan juga tak
lagi
selaludiidentikan
dengan feminitas.Konsep
metroseksualitasyang masih
relatif baru
ini
menurut
penulis
masihmembutuhkan
banyak kajian. Sangatlah ambisiusjika
konsep
maskulinitas baru
ini
dipaksa
untuk
menjawab
sederetan pertanyaandi
atas.Agaknya
pertanyaan-pertanyaan tersebut masihbelum
bisa terjawab saatini
dan masih terus akan menjadi perhatian parailmuwan
media dan kajian budayadi
masa yang akan datang.Penutup
Sebuah
pertarungan gender yang
tak
ada
habisnya
dalam
masyarakat berbudaya yang semakin modern dan semakinkapitalistik
terus berlangsung. Pertarungan tersebut
mungkin
tidak
akan
menghasilkan
pemenang sejati.Paling banter hanya
ada pemenang temporer dalam menciptakan wacana pada masa tertenfu saja. Wacana tersebutkiranya
akantergantikan
oleh pemenang temporer yanglain
dalam
wacanayang
bei'bedapula. Oleh
karenaitu
sebagaipenutup
sangatlah menarikjika
disimak
ungkapan berikut.Novi Kurnia, Representasi Maskulinitas dalam lklan
Yang paling menonjol dewasa
ini
adalah maskulinitas yang bisadipahami dari semangat hero atau kepahlawanan a la kapltalisme duri lunak. Artinya, dimungkinkan terjadi hegemoni dan dominasi nilai-nilai tertentu ke dalam gaya hidup kita. Dalam kacamata yang
lebih arif, persoalan yang mesti diributkan birkan lelaki-perempuan,
melainkan mau-tidaknya
kita
menjadi
korbanmimpi
yang ditawarkan kehidupan bisnis yang lsetatu; perruh kepalsuan itu. (Wibowo, 2004:204)Representasai
maskulinitas
laki-laki
dalamiklan
sesungguhnyaada
padaperguliran
wacana mengenai konsep maskulinitas sendiri. Perguliranini
berlangsung dalam kehidupan budaya, yang sayangnya,diwarnai
kentalnya materialisme dalam sistem kapitalismeyang
ada sekarang. Wacana maskulinitaslaki-laki
dalam iklan akan tetap menjadipertarungan
gender. Wacanaini
selalu bertanding dengan
wacana feminitas dalam iklan, sebagaimanalayak
yu pertarungan gender dalam kehidupan sehari-hari. ***Daftar
PustakaBudiman, Kris,
(L999). Feminografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Craig, Steve dalam Men, Masculinity and the Media,http:llwww.clu.ca/
-wwwpress/jrls/cj c/Backlssues/1 9 .21 namaste.html
Flocker, Michael,
The
Metrosexual,
Guide
to
Style,
http:
II
www.dacapopress. com/ metrosexual/
Fowles,
ILb, (1996).Adaertising
and PopularCulture.
London:
SagePublications.
Hanke, Robert, (tt)-
'Theorizing Masculinity WitlVIn
theMedia,' http:/
lwww.newcastie.edu.au/discipline/sociol-anthro
p
Istaffl
kibbymarj
/comtheo.html
lurnal llmu Sosial
I
llmu Politik, Vol. 8, No. 1, Juli 2004Ibrahim,
Idi
Subandydan
Hanif Suranto,
(1998). Wanita dan Media :Kontruksi ldeologi
Genderdalam Ruang
Publik
Orde
Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.Jewitt,C. (tt). 'Images of Men : Male Sexuality in Sexual Health Leaflets
and
Postersfor
Young People", http:llwww.socresonlinel2l2l
6.html
Piliang, Yasraf
Amir,
(2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: ]alasutra.Piliang,
YasrafAmir,
(2004). PosRealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era P osmetafisika. Yogyakarta: falasutra.Rahayu,
M. TH.
Esti,
(2003). Representasi CitraMaskulin
dalam IklanExtra
loss,skripsi (tidak
diterbitkan) pada Jurusan Ilmu
Komunikasi
FISIPOLUGM,
Yogyakarta.Rolrlingel, Deana 4..(2004). Erotizing Men : Cultural Influences on Adaertising
and
MaIe
Objectification, htpp:l/articles.
findarticles.com/p/
articles/
mi-m2294lis-2002-Febl
ai-90888979l,
Muy
27, 2004 Syar'an, Nasir, (2001). Maskulinitas dalam lklan Gudang Garam: AnalisisSemiotik atas
lklan
Gudang Garam,skripsi (tidak
diterbitkan)
pada jurusanIlmu
Komunikasi
FISIPOLUGM,
Yog,vakarta. Synnott, Anthony, (2003). Tubuh Sosial: Simbolisme,Diri
dan Masyarakat.Yogyakarta: |alasutra.
Wernick,
Andrery
(1991). Promotional Culture: Adaertising, Ideology andSymbolic Expressioru.
London:
Sage Publications.Wibowo, Wahyu, (2003). Sihir lklan : Format Komunikasi Mondial dalam