• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR START JONGKOK PADA CABANG OLAHRAGA ATLETIK MELALUI METODE KESELURUHAN DI KELAS V SDN 2 KOTA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR START JONGKOK PADA CABANG OLAHRAGA ATLETIK MELALUI METODE KESELURUHAN DI KELAS V SDN 2 KOTA BARAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR START JONGKOK PADA CABANG OLAHRAGA ATLETIK MELALUI METODE KESELURUHAN DI KELAS V SDN 2 KOTA BARAT

Kadir M Adam SDN 2 Kota Barat

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah penguasaan kemampuan dasar start jongkok masih kurang, siswa yang kurang perhatian dalam menerima materi, serta penerapan metode yang masih belum efektif. Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dasar start jongkok melalui metode keseluruhan pada siswa kelas V SDN 2 Kota Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan dalam bentuk perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan gerak dasar siswa. Berdasarkan hasil analisis data pada observasi, siklus I dan siklus II pemberian tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan keberhasilan melalui peningkatan kemampuan siswa kelas V dalam melakukan gerak dasar start jongkok, sebagai berikut : Aspek (A) aba-aba “bersedia” pada observasi awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 62,5, siklus I mencapai 70 dan siklus II mencapai 86,25. Aspek (B) aba-aba “siap” pada observasi awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 55, siklus I mencapai 70, dan siklus II mencapai 81,3. Aspek (C) Menerima tongkat pada observasi data awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 62,50, siklus I mencapai 67,50, dan siklus II mencapai 77,5. Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : menggunakan metode keseluruhan pada mata pelajaran Penjaskes materi gerak dasar start jongkok dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V di SDN 2 Kota Barat. Metode keseluruhan dapat membantu menyalurkan konsep bahan pelajaran kepada siswa khususnya pada materi gerak dasar start jongkok sehingga mempermudah dan memperlancar proses belajar siswa serta merangsang semangat belajar siswa. Dengan demikan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa khususnya pada materi gerak dasar start jongkok pada cabang olahraga atletik, hal ini dilihat dari adanya peningkatan kemampuan mereka.

Kata Kunci : Metode Keseluruhan, Start Jongkok.

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga juga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia Indonesia. Upaya pembinaan bagi masyarakat dan peserta didik mulai dari pendidikan jasmani dan olahraga untuk terus dilakukan dengan kesabaran dan keihlasan untuk berkorban. Untuk itu pembentukan sikap dan pembangkitan motivasi mulai dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan formal. Berbagai cabang olahraga termasuk didalam wilayah olahraga prestasi. Seperti

halnya cabang olahraga lari khususnya pada teknik dasar start jongkok.

Dalam start jongkok ada beberapa bentuk teknik dasar yang harus dikuasai terdiri atas aba-aba “bersedia”, “siap”, dan “ya”. Seperti proses belajar mengajar terutama di kelas V SDN 2 Kota Barat. Teknik dasar start jongkok digunakan pada lari jarak pendek dan lari estafet. Penguasaan teknik start jongkok yang baik dan benar akan mempengaruhi lari seorang atlet.

Saat melakukan observasi awal, pada materi cabang olahraga atletik dalam nomor lari, hasil yang didapatkan di kelas V

(2)

SDN 2 Kota Barat, ternyata dari 20 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan diperoleh data bahwa hampir seluruh peserta didik yang menjadi subjek penelitian kesulitan dalam melakukan teknik dasar start jongkok, dengan rata-rata klasifikasi nilai “baik sekali” belum ada, “baik” belum ada, “cukup” 8 orang siswa atau jika dipersenkan 40%, “kurang” 12 orang siswa, atau jika dipersenkan 60% dan “kurang sekali” tidak ada. Dari hasil capaian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V SDN 2 Kota Barat belum menguasai teknik dasar start jongkok.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis ingin meningkatkan kemampuan dasar start jongkok dengan menerapkan metode keseluruhan. Metode keseluruhan merupakan pembelajaran yang sudah sering digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal tertentu, khususnya pada pembelajaran yang memerlukan peragaan.

Dari pembahasan di atas, penulis berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan dasar start jongkok dengan menerapkan metode keseluruhan terhadap siswa kelas V SDN 2 Kota Barat yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Dari penjelasan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam karya ilmiah ini, yakni : penguasaan kemampuan dasar start jongkok masih kurang, fasilitas masih belum memadai di sekolah, serta penerapan metode yang masih belum efektif.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah dengan menggunakan metode keseluruhan dapat meningkatkan kemampuan dasar start jongkok pada siswa kelas V SDN 2 Kota Barat?

Dengan mengidentifikasi masalah yang ditemukan, maka diberikan solusi yang lebih efektif dan menyenangkan siswa. Untuk lebih efektifsnya pelaksanaan tindakan, guru perlu mempertimbangkan

kondisi perkembangan peserta didik yaitu potensi diri dan kemampuan dan keterampilan dalam bermain. Masalah tentang rendahnya kemampuan dasar start jongkok pada siswa kelas V SDN 2 Kota Barat akan dipecahkan dengan menggunakan metode keseluruhan.

Dalam metode keseluruhan ini, guru akan menggunakan salah satu metode keseluruhan untuk mengajarkan dasar start jongkok dengan menjelaskan teknik-teknik dasar start jongkok dan memperagakan contoh-contoh gerakan mulai dari (a) Aba-aba “bersedia”, (b) Aba-Aba-aba “siap”, dan (c) Aba-aba “ya!”.

Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dasar start jongkok dengan menerapkan metode keseluruhan pada siswa kelas V SDN 2 Kota Barat.

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas kali ini, adalah :

Dengan diterapkannya metode keseluruhan dalam cabang olahraga atletik khususnya start jongkok, siswa bisa menjadi terampil dalam menguasasi gerakan dari gerak yang sifatnya sederhana ke gerak yang sifatnya kompleks dan sebagai bahan masukan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga sehingga dapat disajikan lebih menarik.

a) Bagi Siswa : 1) Dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk dapat mengatasi kekurangmampuannya dalam melakukan teknik dasar start jongkok. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi dalam proses belajar mengajar sehingga kemampuan dapat meningkat. b) Bagi Guru : Memberikan tambahan

pengetahuan yang dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran serta untuk memotivasi untuk lebih jeli dan kreatif melaksanakan tugas pembelajaran.

(3)

c) Bagi Sekolah : 1) Memberi sumbangan yang berarti dan pengajaran tempat meneliti dalam upaya pengembangan minat dan bakat serta penggunaan metode pembelajaran yang efektif dan efisien. 2) Dapat memberikan tambahan pemahaman dalam menghadapi permasalahan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) d) Bagi Peneliti : Sebagai bahan

pedoman dalam penerapan metode pembelajaran selanjutnya.

e) Start Jongkok

Start adalah posisi awal badan di dalam melakukan persiapan untuk melakukangerakan berlari. Start di dalam perlombaan lari sangat memegang peranan penting,sebab apabila dalam start terjadi kesalahan maka pelari tersebut akan tertinggal.Start yang digunakan dalam lari jarak pendek atau lari cepat adalah start jongkok. Adapun cara melakukan start

jongkok menurut Sutrisno dan Khafadi (2010:30-31) adalah sebagai berikut. a. Pada saat aba–aba “bersedia” (on your marks). Cara melakukannya sebagai berikut. 1) Berdiri tegak kira-kira 3 langkah di belakang garis start. 2) Pada aba-aba “ bersedia “ maju ke depan dan meletakkan kaki depan di belakang garis start jaraknya sama dengan panjang tungkai bawah. 3) Letakkan lutut tungkai belakang sejajar dengan ujung jari-jari kaki depan. 4) Letakkan kedua tangan di belakang garis start selebar bahu dengan kedua ibu jari berhadapan dan jari-jari lainnya mengarah ke luar. 5) Pada sikap “bersedia“ ini kedua lengan sejajar dari bahu ke bawah bila dilihat dari depan. 6) Lengan tegak lurus dari bahu ke bawah, bila dilihat dari samping berat badan terbagi pada lengan dan kaki. 7) Pandangan ke depan sejauh lebih kurang dua jengkal dari garis start dengan leher tidak tegang.

Gambar 1. Aba-aba “bersedia” (Sumber : Sutrisno dan Khafadi, 2010:30) b. Pada saat aba- aba “siap” (set). Cara

melakukanya adalah sebagai berikut.1) Angkat pinggul lebih tinggi sedikit dari garis pundak. 2) Posisi lutut kaki depan membuat sudut 90 derajat sedangkan untuk tungkai belakang antara 110 derajat sampai dengan 120 derajat. 3)

Pandangan beralih dari dua jengkal ke satu jengkal mendekat garis start dengan leher tetap rileks, tidak tegang. 4) Pundak didorong sedikit ke depan sehingga berat badan sedikit bergeser pada lengan.

(4)

Gambar 2. Aba-aba “siap”

(Sumber : Sutrisno dan Khafadi, 2010:30) c. Pada saat aba-aba “ya“ ( go/bunyi

tembakan pistol ).Cara melakukanya adalah sebagai berikut.1) Ayunkan lengan bersamaan dengan kaki kuat-kuat ke depan diikuti dengan menolakkan kaki depan serentak meluruskan kaki depan. 2) Badan diluruskan dan condong ke depan dengan sudut 450 dan sudut lengantetap 900. 3) Langkah pertama yang dilakukan oleh kaki

belakang harus secepat-cepatnya digerakkan ke depan dan mendarat di bawah lutut. Lutut tetap bengkok, bersudut kurang lebih 900. 4) Dorong tungkai belakang ke depan dengan kuat dan sudut lutut 1200. 5) Lakukan start dengan secepatnya. 6) Kecepatan dipertahankan sepanjang 20 meter.

Gambar 3. Aba-aba “ya”

(Sumber : Sutrisno dan Khafadi, 2010:30) Kesalahan-kesalahan yang terjadi saat

melakukan start jongkok, antara lain: a. Mengangkat panggul terlalu tinggi. b. Mengangkat panggul karena gerakan yang terlalu cepat dan mendadak. c. Leher terlalu tegang. d. Saat meluncur ke depan terlalu cepat menegakkan badan, berdiri tegak dahulu, gerakannya meloncat.

Heryana dan Verianti (2010:17-18) menyatakan bahwa teknik dasar dari start jongkok yaitu : 1) Pada aba-aba "Bersedia". Pelari maju ke depan garis start. Kemudian,

mundur untuk menempatkan kaki, bertumpu pada balok start. Kaki yang kuat ditempatkan di depan (biasanya kaki kiri). Berlutut (lutut kaki belakang diletakkan di tanah, lutut kaki depan rileks. Selanjutnya bersihkan tangan, kemudian letakkan tangan tepat dibelakang garis start. Cara melakukan gerakan aba-aba "Bersedia" adalah sebagai berikut. a) Letakkan tangan lebih lebar sedikit dari lebar bahu. b) Jari-jari dan ibu Jari-jari membentuk huruf V terbalik. c) Bahu condong ke depan. d) Kepala dan

(5)

leher tidak tegang. e) Pandangan ke depan kira-kira 2,5 meter di muka garis start. f) Pusatkan perhatian pada aba-aba berikutnya. g) Jarak letak kaki terhadap garis start tergantung dari bentuk start yang digunakan. 2) Pada aba-aba "Siap" a) Angkat panggul ke arah depan-atas sedikit lebih tinggi dari bahu. b) Berat badan lebih ke depan. c) Kepala rendah, leher tetap kendor, pandangan ke bawah 1-1,5 meter di muka garis start. d) Lengan tetap lurus, siku jangan bengkok. e) Pada waktu mengangkat panggul, ambil nafas dalam-dalam. f) Pusatkan perhatian pada bunyi pistol start. 3) Pada waktu aba-aba "Ya" atau "Bunyi Pistol". a) Ayunkan lengan kiri ke depan dan lengan kanan ke belakang kuat-kuat. b) Kaki kiri menolak kuat-kuat sampai terkejang lurus. c) Kaki kanan melangkah secepat mungkin, dan secepatnya mencapai tanah. d) Langkah pertama ini kira-kira 45 -75 cm di depan garis start. e) Berat badan harus meluncur lurus ke depan. f) Langkah lari makin lama makin menjadi lebar. g) Bernafaslah seperti biasa (menahan nafas berarti akan menenangkan badan).

Sebelum lari dilakukan, sebagai awalan untuk melaksanakan lari digunakan start jongkok. Sedang aba-aba lari adalah bersedia, siap, dan ya! Adapun pelaksanaan aba-aba berdasarkan penyataan Widyastuti dan Suci (2010:16-17) yakni sebagai berikut. a) Aba-aba bersedia. (1) Berlutut satu kaki dengan kaki kanan dan kaki kiri di depan. (2) Kedua tangan diletakkan di depan badan dan di belakang garis start, ibu jari dan telunjuk segaris, pandangan ke depan bawah. b) Aba-aba siap (1) Mengangkat pantat ke atas hingga lutut ikut terangkat. (2) Dua tangan tetap menyentuh tanah. (3) Berat badan bertumpu di tangan. (4) Pandangan lurus ke depan. c) Aba-aba ya! (1) Menolak ke depan dengan kaki kanan sebagai sumber tolakan. (2) Melakukan lari secepat-cepatnya.

Sama halnya dengan pernyataan Isnaini dan Sabarini (2010:26-27) bahwa pada teknik dasar start jongkok dapat

dijabarkan sebagai berikut : 1) Aba-aba ”bersedia” a) Lutut kaki belakang diletakkan/ditempatkan berjarak satu kepal sejajar dengan ujung kaki depan. b) Kedua lengan lurus sejajar dengan bahu dan letakkan di belakang garis start, dengan pinggiran jari telunjuk dan ibu jari menapak di tanah. c) Pandangan lurus ke depan kira-kira 2,5 m. Usahakan badan tetap rileks, berat badan berada di kedua belah tangan. 2) Aba-aba “siap”. a) Angkat panggul ke arah depan atas dengan tenang, sampai sedikit lebih tinggi dari bahu. b) Berat badan lebih ke depan, kepala rendah leher tetap kendor, pandangan ke bawah, lengan tetap lurus dan siku tetap lurus. c) Pada waktu mengangkat panggul, ambil napas dalam-dalam. d) Pusatkan perhatian pada aba-aba “ya”. 3) Aba-aba “ya” a) Ayun lengan kiri ke depan dan lengan kanan ke belakang kuat-kuat. b) Kaki kiri menolak kuat-kuat sampai terkejang lurus. Kaki kanan melangkah secepat mungkin, dan secepatnya mencapai tanah. c) Dari sikap jongkok berubah ke sikap lari, badan harus naik sedikit demi sedikit. Jangan ada gerakan ke samping. d) Langkah lari makin lama makin melebar dengan kecepatan penuh.

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses kemunikasi dua arah, mengajar dilakukan

(6)

oleh phak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William H. Burton adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. (Sagala,2013:61).

Dalam pernyataan Rosdiani (2013:17) bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Disadari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.

Berbeda dengan Sani (2013:90) bahwa langkah operasional atau cara yang digunakan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang dipilih disebut metode pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan mendasari aktivitas guru dan peserta didik. Metode adalah cara menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan cara mengajar yang telah disusun berdasarkan prinsip dan sistem tertentu.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat, namun pemilihan metode tidak selamanya menguntungan bila guru mengabaikan

faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. (Djamarah dan Zain, 2013:46)

Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Ibrahim dan Sukmadinata (dalam Rusman, 2013:78), menjelaskan bahwa : “setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.

Selanjutnya menurut Ahmadi dan Amri (2011:75) bahwa metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Menurut Aqib (2013:102) bahwa secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Selain itu metode juga merupakan berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Kota Barat, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 2 Kota Barat. Dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang terdiri dari 8 orang perempuan dan 12 orang laki-laki dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda.

(7)

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikemukakan variabel penelitian ini sebagai berikut :

Variabel input yaitu meliputi kegiatan guru merencanakan pembelajaran serta persiapan diri siswa untuk mengikuti pembelajaran guna meningkatkan kemampuan dasar start jongkok.

Pelaksanaan dalam pembelajaran yaitu (a) menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi : RPP, Bahan Ajar, LKS, Media, serta Rubrik Penilaian. (b) berkonsultasi dengan guru mitra (c) menyiapkan peralatan yang dibutuhkan pada lari (d) mengumpulkan siswa yang berbaris, (e) menjelaskan hal-hal yang harus di perhatikan dalam melakukan start, dan (f) Menerangkan teknik-teknik yang harus dilakukan dalam melakukan start jongkok

Variabel proses yaitu meliputi segala kegiatan guru didalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih di rencanakan serta aktivitas siswa yang di laksanakan selama proses pembelajaran meningkatkan kemampuan dasar start jongkok.

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah kemampuan dasar start jongkok pada siswa kelas V SDN 2 Kota Barat yang di ukur dengan indikator sebagai berikut: (a) Aba-aba “bersedia”, (b) Aba-aba “siap”, dan (c) Aba-aba “ya!”

Variabel output yaitu daya serap atau hasil belajar siswa pada metode pembelajaran yang di wujudkan dalam bentuk perolehan skor melalui praktek kemampuan dasar start jongkok yakni metode keseluruhan.

Adapun hal-hal yang dilakukan pada persiapan ini adalah :

a) Menghubungi kepala sekolah guna memperoleh ijin dan restu untuk melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) ini sekaligus berkonsultasi tentang guru yang akan menjadi mitra kerja.

b) Mendiskusikan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama kepala sekolah dan mitra.

c) Melakukan observasi awal terhadap objek penelitian.

d) Merancang lembar pemantauan pelaksanaan tindakan dan evaluasi. e) Mempersiapkan administrasi

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan fasilitas pembelajaran.

Dalam tahap pelaksanaan pelaksanaan tindakan ini, penulis bekerja sama dengan guru mitra dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan pola kegiatan yang direncanakan dengan menggunakan persiapan pembelajaran yang harus dilakukan guru dalam mengajarkan teknik mengajar atau metode pelaksanaan tindakan dengan menggunakan tindakan observasi yang telah disediakan untuk mengetahui dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi saat proses pelaksanaan kegiatan dengan menitikberatkan pada penguasaan siswa terhadap kemampuan dasar start jongkok pada nomor lari.

Pada tahap ini penelitian dibantu oleh anggota tim peneliti untuk mengamati pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembaran pengamatan yang telah dibuat, pengamat melakukan pemantauan terhadap peningkatan kemampuan dasar start jongkok pada nomor lari cabang olahraga atletik.

Data yang telah diperoleh dari observasi dan evaluasi di analisis secara deskripsi dan di adakan refleksi untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kemampuan dasar start jongkok. Di samping itu, hasil kegiatan tersebut dapat di jadikan umpan balik bagi siswa sekaligus bagi guru untuk menjadi acuan bagi perencanaan siklus berikutnya.

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai berikut.

(8)

a) Tes : dalam penelitian ini, tes digunakan untuk pengambilan data mengenai peningkatan kemampuan dasar start jongkok dengan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:(a) Aba-aba “bersedia”, (b) Aba-Aba-aba “siap”, dan (c) Aba-aba “ya!”

b) Dokumentasi : dokumentasi

digunakan untuk

mendokumentasikan data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian.

Teknik analisis data dilakukan berdasarkan analisis dimulai dengan mempelajari seluruh data yang ada. Data tersebut direnungkan kembali berdasarkan masalah-masalah yang diteliti dan selanjutnya disusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi.

Proses analisis data dilakukan sejak awal penelitian sampai pada proses pengumpulan data selesai. Data kemampuan dasar start jongkok, diambil melalui tes akhir siklus, kemudian di analisis untuk mencari data-data dan ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun klasikal. Selanjutnya, dari data tersebut disesuaikan pada kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Hasil analisis data diharapkan terjadinya peningkatan hasil belajar dan jika ternyata hasil pada siklus pertama belum sesuai dengan apa yang diharapkan telah ditetapkan pada indikator kinerja, maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Siklus dapat dihentikan apabila hasil belajar siswa telah mencapai kriteria ketuntasan, baik secara individu maupun klasikal.

Adapun kriteria ketuntasan persentase dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Sangat Baik :80 – 100 b. Baik :70 – 79 c. Cukup :60 – 69 d. Kurang :45 – 59 e. KurangSekali :0– 44 (Husdarta dan Saputra, 2013:110)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, baik pada pembelajaran siklus I maupun siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan kualitas pembelajaran dan gerak dasar siswa kelas V tahun 2015 2016 pada materi cabang olahraga atletik khususnya pada materi gerak dasar start jongkok. Peningkatan kualitas pembelajaran dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa ini erat kaitannya dengan kemampuan guru dengan menggunakan model metode keseluruhan.

Karena kualitas pembelajaran belum ditingkatkan sesuai indicator keberhasilan tindakan baik menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, maka penelitian tindakan ini masih perlu pengembangan lebih lanjut. Hal ini karena sesuai analisis data hasil penelitian, ada beberapa bagian materi yang tidak dapat dituntaskan pada siklus I, sehingga harus diperbaiki dan disempurnakan pada pembelajaran berikutnya (siklus II).

Berdasarkan data empiris yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas, hal yang perlu diperhatikan guru yaitu menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah metode modeling serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan atau mempraktekkannya sendiri atau bertanya pada kelompok ahli serta mencatat materi-materi penting dalam kegiatan tersebut.

Selain itu, menyangkut kegiatan siswa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : aktivitas belajar siswa dalam kelompok, kesiapan belajar siswa, kemampuan siswa dalam kelompok, serta kemampuan siswa menjadi tutor bagi teman kelompok terutama dalam anggota kelompok yang mengalami kesulitan belajar sebagai wujud tanggung jawab atas ketuntasan kelompoknya.

Berdasarkan hasil analisis data pada observasi, siklus I dan siklus II pemberian tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan

(9)

keberhasilan melalui peningkatan kemampuan siswa kelas V dalam melakukan gerak dasar start jongkok, sebagai berikut :

a. Aspek (A) aba-aba “bersedia” pada observasi awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 62,5, siklus I mencapai 70 dan siklus II mencapai 86,25.

b. Aspek (B) aba-aba “siap” pada observasi awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 55, siklus I mencapai 70, dan siklus II mencapai 81,3.

c. Aspek (C) Menerima tongkat pada observasi data awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 62,50, siklus I mencapai 67,50, dan siklus II mencapai 77,5.

Memperhatikan peningkatan gerak dasar yang diperoleh siswa berarti hipotesis yang di rumuskan yaitu “metode keseluruhan” siswa dalam melakukan gerak dasar start jongkok dapat diterima (terbukti kebenarannya). Jadi penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat dikatakan telah berhasil.

SARAN

Berkenan dengan pelaksanaan hasil penelitian, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

a. Pelaksanaaan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat membantu rekan-rekan guru penjaskes, juga peneliti dapat mengembangkan kemauan dan keterampilan dalam menghadapi serta memecahkan permasalahan yang nyata dalam proses pembelajaran penjaskes khususnya untuk gerak dasar start jongkok pada cabang olahraga atletik.

b. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan menjadi titik awal bagi siswa untuk meningkatkan prestasi siswa khususnya pada cabang olahraga atletik start jongkok.

c. Bagi rekan-rekan guru penjaskes untuk dapat menjadi hasil penelitian ini sebagai bahan pembanding dalam penyajian materi-materi penjaskes yang dipandang relevan.

Daftar Pustaka

Ahmadi, Iif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. Paikem Gembrot (Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya.

Aqib Zainal. 2013. Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung : Yrama Widya.

Djamarah Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Fladi Bloggere. 2010. Metode Belajar Keterampilan Motorik. http://bahamutz.blogspot.com/2010/ 03/metode-belajar-ketrampilan-motorik.html. Diunggah pada hari

Selasa, 25 November 2014, pukul 14.29 WITA

Hadjarati Hartono dan Rochmad Gani. 2010. Jurnal Health & Sport, Vol. 1, No. 1, Juli 2010 (Meningkatkan Penguasaan Rangkaian Jurus Tunggal Melalui Metode Bagian Keseltiri Han Pada Cabang Olahraga Pencak Silat Siswa Kelas V SD Negeri 33 Kota Selatan. Gorontalo : FIKK Universitas Negeri Gorontalo

Hafid Tarmudi B., dan Ahmad Rithahudin. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMA XI. Jakarta : Pusbuk, Kemdiknas.

Heryana, Dadan dan Giri Verianti. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SD/MI Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional. Hidayat Yusuf, Sindhu Cindar Bumi, dan

(10)

Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMA X. Jakarta : Pusbuk, Kemdiknas. 33

Husdarta JS., dan Yudha M. Saputra. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung : Alfabet Isnaini Faridha, dan Sri Santoso

Sabarini. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan X. Untuk SMA/MA/SMK kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional. Khasanah, Umi. 2010. Perbedaan

Pengaruh Metode Pembelajaran Keseluruhan Dan Metode Terhadap kemampuan Servis Bawah Bola Voli Mini Pada Siswa Putra Kelas V SD Negeri Papahan 01 Tasik Madu Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Lestari Lia. 2013. Metode Pembelajaran Keseluruhan - Bagian. http://

pembelajar sejati

etcetera.blogspot.com/2013/04/met ode-pembelajaran-keseluruhan-bagian.html. Diunggah pada hari

Selasa, 25 November 2014, pukul 14.20 WITA.

Minarsih, Tri, Acep Hadi, dan Hanjaeli. 2010. Asyiknya Berolahraga 4 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta : Pusat Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional.

Putra Syahrofi Adi. 2012. Pengaruh Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Keterampilan Renang Gaya Dada Pada Siswa Kelas VII 7 SMP N 1 RUMBIA. Bandar Lampung : UL Rosdiani Dini. 2013. Perencanaan

Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Bandung : Alfabeta.

Rusman. 2013. Model-Model

Pembelajaran (Mengembangkan Profesional Guru) Edisi Kedua. Jakarta : Rajawali Pers.

Sagala Syaiful. 2013. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sani Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sutrisno, Budi dan Muhammad Bazin Khafadi. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Jakarta : Pusbuk, Kemdiknas.

Widyastuti Endang dan Agus Suci. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan SD VI. Jakarta : Pusbuk, Kemdiknas.

Wisahati Aan Sunjata, dan Teguh Santosa, 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Jakarta : Pusbuk, Kemdiknas.

Gambar

Gambar 1. Aba-aba “bersedia”
Gambar 2. Aba-aba “siap”

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerde- kaan dengan menggunakan media per- mainan monopoli tersebut sesuai de- ngan pendapat Widiasworto (2015)

Terdapat kasus rumah sakit yang memiliki jumlah pasien yang lebih banyak daripada perawat jaga sehingga dapat menyebabkan kelalaian dalam pengontrolan sehingga menyebabkan

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dan kajian yang lebih mendalam tentang hubungan relationship marketing, kualitas layanan, dan

Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad ke-13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya Agama Islam ke Nusantara terjadi sebelumnya yaitu abad ke-7 M

study. 3) Ada kontribusi pembelajaran matematika kontekstual yang dikembangkan terhadap hasil belajar matematika SD Selo Boyolali. 4) Ada kontribusi faktor-faktor

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8

suatu acara pengajian yang penceramahnya dari para santri sendiri. Metode ini diterapkan oleh pimpinan kepada para santrinya sebagai wahana penerapan materi yang telah di

penilaian juga dilakukan baik secara afektif maupun psikomotorik tentang Pendidikan Lingkungan Hidup yang mendukung terselenggaranya program Adiwiyata. Aktualisasi