• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat yang telah dapat dirasakan rakyat antara lain meliputi beberapa aspek yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manfaat yang telah dapat dirasakan rakyat antara lain meliputi beberapa aspek yaitu:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERANAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI

PETANI PADA KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) DI DESA CIULU KECAMATAN BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS

The Role of Community Forest Management (PHBM) Program to the Social Economic Condition of Framers on The Forest Framer Group (KTH) in Ciulu Village

Banjarsari Sub-district Ciamis Regency

Nedi Sunaedi1 (nedi_pdil@yahoo.co.id) Deyi Damayanti (deyi.damayanti@gmail.com)

Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya

ABSTRACT

The background of this research begins from the large of the forest land in Ciulu Village is about 130,50 hectares as the place for the implementation of Community Forest Management (PHBM) program by The Forest Framer Group (KTH) in Ciulu Village. The main problem discussed in this research is how the implementation of Community Forest Management (PHBM) program in Ciulu Village is and how the social economy condition of farmers on The Forest Framer Group (KTH) in Ciulu Village is. The hypothesis of this research is that the implementation of PHBM program on The Forest Framer Group (KTH) in Ciulu Village consists of planning, planting, maintenance protection, harvesting, and proportion of the harvest. The social economic condition of The Forest Framer Group (KTH) in Ciulu Village on Community Forest Management (PHBM) is the existence of the livelihood orientation of farmers and the increasing of farmers’ income in fulfilling their needs every day.

The method used in this research is descriptive method and the technique of collecting the data done through observation, interview, questionnaire, documentation, and literary study. The technique of taking the sample is done by random sampling technique as many 25% or 36 respondents of society and purposive technique 100% that consists of 2 respondents, they are the Head of Ciulu Village and the forestry party. The technique of analyzing the data in this research used the simple percentage formula (%).

The research result shows that the implementation of PHBM in Ciulu Village consists of planning, planting, protection, harvesting, and division of the harvest between the forestry party and the farmers. The existence of livelihood orientation change as the forest farmers felt by the society in Ciulu Village and statement as the farmers of PHBM, 69,44% is the main job, and 30,56% is the side job, the income of farmers includes crops, paddy, fruits, firewood, and money through the proportion by the forestry party, 52,78% can improve the income of farmers by mean income Rp.500.000-Rp.1.000.000 monthly.

(2)

2

The researcher’s suggestion to the author forestry and extension programs are expected to improve its performance in empowering communities as farmers in managing forest land as an element of the implementation of the program should be consistent with the objectives at its core.

Keyword : Framers, forestry

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah Program yang digulirkan oleh Perum Perhutani melalui surat keputusan Dewan Pengawas Perum Perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001 tentang PHBM. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (Stakeholder) dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan porporsional.

Harus diakui secara jujur, bahwa antara sekian banyak program-program sosial yang pernah dilakukan Perum Perhutani, PHBM agaknya cukup memberikan harapan bagi masyarakat sekitar hutan di jawa barat.

Meskipun presentase pembagian hasil hutan, masih belum cukup

memuaskan, namun konsepnya cukup jelas dan yang lebih penting masyarakat telah merasakan manfaat dari pembagian hasil hutan.

Manfaat yang telah dapat dirasakan rakyat antara lain meliputi beberapa aspek yaitu:

1. Dari aspek pelaksanaan ekonomi PHBM, masyarakat mendapatkan

kesempatan menggarap lahan garapan melalui jalur pertania.

2. Dari aspek sosial, tingkat kesejahteraan masyarakat dimungkinkan

(3)

3

3. Dari aspek hukumnya, hubungan hukum antara pasanggem dengan

pihak Perum Perhutani yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan, jelas terjamin kepastian hukumnya dan sangat jelas apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing.

4. Dari aspek ekologis, tentang keberlanjutan fungsi lindung hutan (hidrologi dan orologi) dalam menjaga keseimbangan ekosistem yaitu, fungsi mengatur (protective, regulative) dan produktif sehingga kelestarian mutu sumberdaya hutan dan lingkungan lebih terjamin.

Perubahan positif yang cukup menggembirakan dalam masalah pengelolaan hutan yaitu sesudah dibentuknya PHBM adalah:

1. Terciptanya kemitraann sejajar yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme), antara pasanggem dan pihak perhutani.

2. Adanya kelompok tani hutan yang terorganisir dalam

masyarakat pengelolaan sumberdaya hutan (MPSDH) atas kelompok tani hutan.

3. Ada pertemuan pengurus dengan anggota KTH, petugas

Perhutani dan Kepala Desa yang mepercepat tali komunikasi, memantafkan kelembagaan.

4. Adanya proses perubahan prilaku yang mengarah pada

kebersamaan dan perasaan senasib.

5. Mulai terbangun kembali kepercayaan terhadap petugas

Perhutani.

6. Adanya jaminan hak kelola lahan dan garapan hutan Perhutani

sampai akhir tahun serta adanya jiwa berbagai (sharing) atas hasil hutan.

7. Wacana sebagai organisasi masyarakat sekitar hutan yang terbuka, terhadap organisasi luar seperti LSM pendampingan dan pihak lain yang peduli.

(4)

4

8. Tumbuh kesadaran pentingnya kelestarian hutan dengan system

keamanan yang menjadi tanggung jawab bersama petugas Perhutani dan pengurus anggota MPSDH.

9. Posisi tawar (bargaining powerless) pasanggem menjadi peningkat.

Berbicara tentang Pengelolaan Hutan, Program pemerintah melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), membantu masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan serta kelestarian hutan. Dalam hal ini, Pemerintah dan masyarakat tentunya memiliki keuntungan yang sama dan kerjasama yang baik dalam pemberdayaan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan hutan sebagai wujud dalam terciptanya hutan lestari sesuai dengan tujuan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) .

Namun yang menjadi persoalan adalah tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Faktor-faktor penyebab masyarakat kurang berpartisipasi dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah minimnya masyarakat tentang Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), kurangnya modal, kurangnya penyuluhan dan kurangnya sarana dan prasarana (Febriyanti, 2011)

Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis secara Geografis dan administrasi merupakan wilayah Desa yang berbatasan dengan kawasan Hutan (Perum Perhutani KPH Ciamis, 2004). Berdasarkan layak geografis tersebut, Desa Ciulu merupakan kawasan Desa Hutan dimana program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dilaksanakan karena sesuai dengan kriteria bahwa Desa Ciulu sebagian besar wilayahnya merupakan hutan yang terdiri dari kawasan hutan lindung (biodiversity) dan kawasan hutan produksi yang berada di wilayah Desa Ciulu.

(5)

5

Menurut objek kesepakatan bersama dalam perjanjian kerjasama pengelolaan hutan di wilayah pangkuan Desa Ciulu tercatat 130,50 Hektar yang tersebar di beberapa anak petak atau lokasi petak. Luas hutan yang telah disepakati tersebut dikelola oleh Paguyuban Kelompok Tani Hutan (PKTH) Desa Ciulu sesuai dengan ketentuan tugas dan fungsi pengurus PKTH tersebut. Dengan adanya Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan dibentuknya Kelompok Tani Hutan (KTH) Desa Ciulu, para petani hutan yang berjumlah 144 dapat mengelola lahan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan perekonomian yang sebelumnya tidak mempunyai lahan untuk dikelola. Para petani hutan dapat mengelola hutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang ditetapkan bersama oleh pengurus PKTH maupun dengan pihak perhutani KPH Ciamis.

2. Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah: a. Dapat mengetahui pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) pada Kelompok Tani Hutan di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis. b. Dapat mengetahui kondisi sosial ekonomi Petani pada Kelompok Tani Hutan di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2002: 63) . Dengan maksud mencoba memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai peranan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) terhadap kondisi sosial ekonomipetani di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis. Mengingat metode ini lebih menekankan pada masalah-masalah yang aktual pada masa sekarang, dan

(6)

6

tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi lebih jauh lagi dapat menganalisis dan menginterpestasikan arti dari data tersebut. Adapaun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat sebanyak 36 petani serta sampel Kepala Desa dan penyuluh dari perhutani

B. PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis

Menurut Helms (1998) yang dikutip Suhendang hutan adalah sebuah ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon-pohon yang cukup rapat dan luas, sering kali atas tegakan-tegakan yang beraneka ragam sifat, seperti komposisi jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang berhubungan; pada umumnya mencakup: padang rumput, sungai, ikan,dan satwa liar. Hutan mencakup pula bentuk khusus, seperti hutan industri, hutan milik non-industri, hutan tanaman, hutan publik, hutan lindung, dan hutan kota. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ini memuat suatu arahan tentang pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat sebagai unsur pengelola kegiatan-kegiatannya dengan persetujuan dan pengarahan dari pihak perhutani sebagai pemegang secara penuh hutan negara.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan segala bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan dalam program PHBM melalui persetujuan dari pihak kesatuan, pangkuan dan paguyuban yang terlibat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu. Dalam perencanaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu melalui Nota Kesepakatan Bersama (NKB) antara pihak Perhutan dan KPH Ciamis dengan Paguyuban Kelompok Tani Hutan (PKTH) Desa Ciulu telah menyepakati lahan hutan seluas 130,50 hektar.

(7)

7

Dalam perencanaan Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu di tangani oleh pihak seksi perencanaan dari Perum Perhutani KPH Ciamis yang terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya kegiatan Paguyuban mulai dari observasi tanah yang tersedia, perencanaan bibit tanaman, perencanaan perkiraan perolehan hasil dan perencanaan pemasaran. Di Desa Ciulu bentuk perencanaan yang dilakukan dalam PHBM adalah penyuluhan, pengukuran lahan dan pemilihan bibit serta perbaikan sarana.

b. Penanaman

Penanaman merupakan proses atau cara untuk menanamkan suatu tanaman. Dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu penanaman dilakukan dengan sistem silvikultur dan sistem tumpangsari dengan tujuan bermanfaat bagi masarakat dan memiliki nilai ekonomis. Penanaman dilakukan sesuai dengan sistem tanam yang telah ditentukan oleh pihak perhutani yang meliputi tanaman pokok kehutanan, tanaman tepi, tanaman pengisi, tanaman sela, tanaman pagar dan tanaman sisipan. Dengan kategori Tanaman kayu meliputi tanaman jangka panjang yaitu kayu jati dan kayu mahoni. Sedangkan jenis tanaman non kayu (jangka pendek) meliputi tanaman-tanaman palawija, padi dan jagung, buah-buahan dan sayuran dengan melakukan pembibitan sendiri dalam meperoleh benih atau bibit tanaman tersebut. Selain itu penyuluh dari pihak perhutani juga selalu menyampaikan cara penanaman yang baik agar mendapatkan hasil yang optimal.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petani dan pihak perhutani untuk menjaga kualitas tanaman agar mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam kegiatan

(8)

8

pemeliharaan tanaman, petani hutan di Desa Ciulu melakukan pemeliharaan sesuai dengan jenis tanaman yang ditanami.

Cara pemeliharan tanaman dalam program PHBM di Desa Ciulu yaitu pemupukan secara berkala untuk meningkatkan kesuburan tanah, penyemprotan berkala untuk meminimalisir terkena hama dan pembersihan rumput-rumput liar yang ada lahan yang ditanami.

d. Perlindungan

Perlindungan adalah suatu perwujudan dalam bentuk kegiatan yang direncanakan oleh pihak perhutani dan Kelompok Tani Hutan (KTH) di Desa Ciulu dalam melakukan pengawasan terhadap tanaman-tanaman yang rawan terjadinya penjarahan dan penebangan liar (illegal logging) oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dengan begitu perlindungan ini merupakan sistem pengamanan yang berlandaskan hukum untuk menghindari terjadinya kejahatan.

Dalam hal ini mengapa perlindungan perlu dilakukan yaitu untuk menghindari penebangan liar, menghindari terjadinya penjarahan, menghindari terjadinya penyerobotan dengan cara berpatroli ke kawasan yang lebih dalam di areal hutan PHBM dan melakukan penjagaan di tempat dimana dilaksanakannya penanaman.

e. Pemanenan Hasil Hutan

Pemanenan adalah suatu kegiatan untuk memetik hasil dari kegiatan penanaman sesuai dengan waktu panen tiba. Dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu pemanenan dilakukan dengan ketentuan-ketentuan dalam bentuk sistem yang telah ditetapkan oleh pihak perhutani sebagai perwujudan dalam pengelolaan tanaman hutan yang sebelumnya telah dilakukan penanaman. Dalam pemanenan hasil hutan,

(9)

9

tergantung kepada jenis tanaman yang ditanam oleh petani. Karena sistem tumpangsari merupakan sistem yang melakukan tanaman secara tumpang, maka tanaman menurut hasilnya berbeda dan berbeda pula terhadap proses pemanenan.

Dalam pemanenan hasil kayu dibutuhkan 10-20 tahun untuk bisa dipanen sedangkan untuk hasil non kayu dapat dipanen menurut responden dalam waktu 1-6 bulanan. Dengan pelatan yang digunakan dalam proses pemanenan adalah milik sendiri dan dari pihak perhutani.

f. Pembagian Hasil

Dalam proses pembagian hasil tentunya ada ketentuan-ketentuan yang telah disepakati antara pihak perhutani dengan Paguyuban Kelompok Tani Hutan (PKTH) di Desa Ciulu baik itu hasil kayu maupun non kayu. Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh dari pihak perhutani bahwa pembagian hasil yang diperoleh ada ketentuan objek berbagi baik kayu maupun non kayu dengan proporsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan berbagi.

2. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Pada Kelompok Tani Hutan (KTH) di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.

Kondisi sosial ekonomi mengacu kepada keadaan yang berhubungan dengan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi petani hutan yang dilibatkan dalam program program Pengeloaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu. Paguyuban Kelompok Tani Hutan (PKTH) Desa Ciulu terdiri dar 144 anggota kelompok tani yang diketuai oleh Bapak Kamsu.

Dengan adanya program Pengeloaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) dari pihak perhutani memberikan peluang kepada masyarakat yang tergolong kedalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk dapat mengolah lahan hutan yang berada di lingkungan Desa nya. Kondisi sosial dan ekonomi mencerminkan terhadap kondisi

(10)

10

faktual petani hutan dalam PHBM baik secara sosial maupun kondisi ekonomi secara umum.

Kondisi sarana dan prasarana di kawasan PHBM 44,44% cukup baik hal itu yang membuat masih terlaksananya PHBM di Desa Ciulu. Menurut masyarakat setelah adanya PHBM memberikan tambahan pengetahuan dalam mengelola lahan hutan serta memberikan peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya petani.

a. Orientasi mata pencaharian

Orientasi mata pencaharian yang dimaksud dalam hal ini adalah mata pencaharian masyarakat yang ikut dalam program PHBM di Desa Ciulu dan menjadi Anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Desa Ciulu sebagai petani yang mengelola lahan hutan. Adanya perubahan orientasi mata pencaharian sebagai petani hutan yang dirasakan oleh masyarakat di Desa Ciulu dan menyatakan sebagai petani PHBM adalah pekerjaan pokok dan menjadi tambahan pekerjaan.

b. Pendapatan dan penghasilan petani

Pendapatan merupakan suatu hal yang penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) memberikan peluang kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di wilayah desa hutan dengan membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH) dengan objek-objek kesepakatan yang telah

ditentukan. Dalam program Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu ini memberikan sejumlah manfaat kepada petani yang diikutsertakan. Karena petani dapat bekerja di lahan yang di sediakan oleh pemerintah perum perhutani dan menggarap lahan yang sudah di sediakan yang tentunya mendapatkan hasil dari lahan garapannya.

(11)

11

Hasil pendapatannya adalah sayuran, palawija, padi, buah-buahan, mendapatakn kayu bakar sebagai kebutuhan untuk sehari-hari dan lainnya mendapatkan uang melalui pembagian hasil yang telah diproporsikan oleh pihak perhutani.Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan adanya program PHBM di Desa Ciulu meningkatkan pendapatan petani dengan rata-rata penghasilan perbulannya di antara Rp.500.000-Rp.1.000.000.

B. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dalam Bab sebelumnya tentang peranan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis, maka dapat ditarik kesimpulan beserta saran sebagai berikut:

a. Pelaksanaan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) meliputi kegiatan perencanaan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan, pemanenan dan pembagian hasil.

b. Kondisi sosial ekonomi petani pada KTH Ciulu setalah adanya pogram Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis adalah adanya orientasi mata pencaharian antara mata pencahrian pokok dan mata

pencaharian tambahan dan meningkatkan penghasilan dan

pendapatan petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan saran dalam menanggapi hasil penelitian sebagai berikut ini:

a. Kepada pihak perhutani dan penyuluh program diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberdayakan masyarakat sebagai petani dalam mengelola lahan hutan sebagai unsur dari pelaksanaan program yang harus sesuai dengan tujuan pad intinya.

b. Kepada petani dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan

(12)

12

melestarikan hutan melalui kegiatan-kegiatan terencana pada program program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.

c. Kepada pemerintah Desa diharapkan dapat mengkondisikan

masyarakat dalam kaitannya pengelolaan hutan yang sudah terlaksana dalam PHBM agar dapat berpikir aktif dan memiliki jiwa orientasi untuk memelihara hutan dengan aspek ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta

Pebriyanti, Hani. (2011). Upaya Pelestarian Hutan Dengan Penerapan Program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Pada Kelompok Tani Hutan (KTH) Hutan Lestari di Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabuptaen Ciamis (Skripsi). Tasikmalaya: Geografi FKIP Universitas Siliwangi.

Perum Perhutani. (2009). Pedoman Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat.

Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya sendiri dan untuk mempengaruhi individu dalam

Memang tepat kiranya jika fenomena ini kita sebut dengan istilah ‘lokalisasi agama’, karena lokalisasi memang identik dengan pelacuran, dan tawar-menawar dengan ‘aqidah

Yang dimaksud dengan isi wimba adalah objek yang digambar, cara wimba adalah bagaimana objek tersebut digambarkan (tampak samping atau tampak depan, besar atau kecil dan

Untuk mangatasi masalah diatas, pihak museum merasa perlu untuk membuat media baru yang dapat menyampaikan informasi tentang sejarah tanpa mengharuskan pengunjung untuk

Sedangkan untuk fleksibel dimaksudkan bahwa bangunan dapat digunakan oleh beragam jenis autisme, maka diberikan desain bangunan yang fleksibel berwujudkan dengan adanya

Hasilnya menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio, Net Interest Margin, dan Return on Assets secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Price to Book Value, namun

Giriş bölümünde, “Tarih İçinde Yunanlılar” konusu işle­ necektir. Yunanca’nm gelişimi ve tarihi, çağdaş Yunanlılık’ın bir öğesini oluşturan Ortodoksluk ve

Terdorong dan distimulasi oleh perkumpulan ini , maka timbul perkumpulan dan persatuan se profesi di Ambon dan Lease seperti diuraikan dalam BAB II. Kegiatan