• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Tumor Mamae Dengan Pathway

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Tumor Mamae Dengan Pathway"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

askep tumor mamae dengan pathway

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KLIEN Ny. ”M” DENGAN OPERASI MASTECTOMY SEGMENTAL INDIKASI

TUMOR MAMAE DI RUANG IBS RSUD KABUPATEN KEBUMEN

Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Blok Peminatan Bedah

Disusun oleh: Aris Wibowo (A11000615)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tumor payudara mempunyai andil terbesar dalam kematian wanita di Nederland karena tumor-tumor maligna. Insidensi karinoma payudara di kebanyakan negara meningkat 1-2% tiap tahun, sehingga mulai tahun 2000 kira-kira 1 juta wanita tiap tahun mendapatkan penyakit ini. Untuk Nederland ini berarti kira-kira 10.000 penderita baru tiap tahun. Setiap wanita belanda, selama hidupnya sejak lahir mempunyai 10% kemungkinan untuk selama hidupnya mendapat kanker payudara. Kematian karena karsinoma payudara berkat perbaikan diognotik dan terapi, meskipun insidennya meningkat, tetap tidak berubah. Tetapi untuk wanita pada umur antara 35-50 tahun kanker payudara merupakan penyebab kematian terpenting. Terobosan terakhir dalam penelitian molekular genetik memungkinkan sekarang wanita dengan risiko genetik yang meningkat dapat didefinisikan dengan pasti. Diagnotik dini dengan skrining mamografik membantu pengenalan penyakit ini pada stadium dini. Perkembangan dalam kemoterapi dan radioterapi, kebanyakan dalam kombinasi dengan pembedahan, merupakan kemungkinan terapi baru dengan memungkinkan penyembuhan yang lebih besar .

Bertitik tolak dari masalah diatas, maka penulis menulis karya ilmiah ini dengan judul ” Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Klien Ny. ”M” Dengan Operasi Mastectomy segmental Indikasi Tumor Mamae Di Ruang IBS RSUD Kabupaten Kebumen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada pembahasan makalah ini adalah “bagaimana pengelolaan pasien dengan operasi mastectomy segmental indikasi tumor mamae ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif”.

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup pada pembahasan makalah ini adalah pengelolaan pasien selama preoperasi, intraoperasi dan postoperasi.

D. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan mastectomy segmental indikasi tumor mamae ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian analisis data dan perumusan diagnosa keperawatan pada klien mastectomy segmental indikasi tumor mamae ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif

b. Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan perencanaan keperawatan pada klien dengan mastectomy segmental indikasi tumor mamae ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif

c. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan rencana keperawatan pada klien dengan mastectomy segmental indikasi tumor mamae ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif.

d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan mastectomy segmental indikasi tumor mamae ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif

(3)

e. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan mastectomy segmental indikasi tumor mamae ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif

E. Manfaat

1. Manfaat bagi Institusi

Sebagai bahan ilmiah dan sumber informasi bagi institusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.

2. Manfaat bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada dirumah sakit dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien dengan mastectomy segmental indikasi tumor mamae.

3. Manfaat Bagi Penulis

Sebagai bahan evaluasi tentang penetapan konsep perawatan yang didapatkan selama pendidikan ke dalam praktek keperawatan secara nyata.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi

Dengan komponen muskulokutis dan lemaknya, mammea menempati bagian antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior atau media. Bagian mesenkima payudara terutama menempati facia pectoralis dan muskulus anterior. Lazim jaringan payudara akan meluas ke dalam lipatan ruang axilla, yang dinamai axillary tail of spence. Pada pria komponen kelenjar dan duktus mamma tetap rudimenterdan kurang berkembang dengan duktus pendek dan asinus berkembang tak sempurna. Penampilan rata payudara pria sekunder terhadap defisisensi perkembangan puting serta densitas parenkima dan lemak.

Payudara wanita perawan mengambil konfigurasi hemisfer khas yang merata tegas di atas puting susu. Berbeda dari payudara paepubertas, payudara multipara mengalami perangsangan hypophysis dari ovarium, yang jauh lebih besar serta mempunyai komponen duktus dan strima lebih padat.

Mamma dewasa menunjukan modifikasi sisa ektodermis dari kelenjar keringat bermodifikasi, sehingga terbatas pada lapisan superfisialis dan profunda facia superficialis menyilang ruang retromamma untuk berfungsi dengan fascia pectoralis. Ruang tegas dikenal dengan bursa retro mamma ada pada sisi posterior payudara, diantara lapisan profunda fascia superfisialis dan fascia muskulus pectoralis mayor yang tertanam sebagai hasil hubungan aerola yang longgar, maka bursa yang tegas ini menyokong mobilitas payudara pada dinding dada. Fascia pectoralis profunda berhubungan erat dengansternum terikat superolateral ke fascia clivipectoralis. Selubung fascia ini bersebelahan dengan tendo rectus abdominalis. Sekitar dua pertiga payudara berhubungan erat dan melekat dengan fascia ke musculus pectoralis mayor. Kondensasi padat fasci clavipectoralis yang dikenal sebaga ligamentum helsted terbentang dari bagian paling medial clavikula ke iga pertama. Tepat dibawah ligamentum ini berjalan arteria dan vena subclavia melalui apertura thoraksis superior. Pembuluh darah axillaris dikelilingi oleh selubung vaskular yang padat, yang berlanjut sabagai atap dari ruang axilla untuk berfungsi dengan sokongan fascia profunda musculus pectoralis mayor.

Payudara pascamenupouse tetap memperlihatkan hlangnya lemak parenkima dan involusi komponen kelenjar proliferatif aktif, akibat penghentian rangsangan ovarium. Payudara

(5)

nonlaktasi mempunyai berat antara 150 sampai 225 gram, sedangkan payudara laktasi bisa lebih dari 500 gram.

B. Definisi

Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamma. (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010)

C. Tanda dan gejala

Keluhan penderita kanker payudara (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010): 1. Mungkin tidak ada

2. tumor mammae umumny atidak nyeri 3. ulkus/perdarahan dari ulkus

4. erosi putting susu

5. perdarahan.keluar cairan dari putting susu 6. nyeri pada payudara

7. kelainan bentuk payu dara 8. keluhan karena metastase D. Patofisiologi (terlampir) E. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan penunjang klinis

a. Pemeriksaan radiologist : Mammografi/USG Mamma, X-foto thoraks

b. Pemeriksaan laboratorium : rutin, darah lengkap, urine, gula darah puasa dan 2 jpp, enxym alkali sposphate, LDH, , hormon reseptor ER, PR, aktivitas estrogen/vaginal smear

c. Pemeriksaan sitologis : FNA dari tumor, cairan kista dan pleura effusion, secret putting susu d. Pemeriksaan sitologis/patologis: Durante oprasi Vries coupe, pasca operasi dari specimen

operasi F. Terapi

1. Terapi kuratif :

Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III

a. Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative tomoorektomi + diseksi aksila b. Terapi ajuvan, :

1) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads

2) Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF (Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP (Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.

3) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-2 tahun c. Terapi bantuan, roboransia,

d. Terapi sekunder bila perlu

e. Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan (fisioterapi) 2. Terapi paliatif

Untuk kanker mamma stadium III B dan Iv : a. Terapi utama

(6)

c. pasca menopause: hormone resptor positif (takmosifen) dan hormone reseptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF)

Terapi ajuvan

a. operable (mastektomi simple) b. inoperable (radioterapi) G. Fokus Pengkajian

1. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi)

2. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan serta sejak kapan , riwayat penyakit ( perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktro etiologi/resiko.

3. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker mamma.

4. Pemeriksaan klinis, mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone antara lain estrogen dan progesterone, maka sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi + 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yag lebih kurang sama tinggi.

a. Inspeksi

1) Simetri mamma kiri-kanan

2) Kelainan papilla, letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda radang, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor doio bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-lain.

b. Palpasi

1) Kien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.

2) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, dan batas . 3) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila) 4) Adakah metastase Nodus (regional) atau organ jauh) 5) Stadium kanker

(7)

BAB III TINJAUN KASUS 1. Pengkajian

Hari/tanggal : Selasa, 17 Desember 2013 Tempat : Ruang IBS RSUD Kebumen Jam : 09.00 WIB

Metode : Observasi dan anamnesa Sumber : Pasien dan Rekam medik A. Identitas pasien

1. Nama : Ny. M 2. Umur : 45 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Alamat : Karang Tanjung 3/1, Alian , Kebumen 5. Pekerjaan : IRT 6. Status : Menikah 7. No. RM : 229615 8. Tgl. Masuk : 16 Desember 2013 B. Penanggung Jawab 1. Nama : Tn. S 2. Umur : 50 tahun

3. Alamat : Karang Tanjung 3/1, Alian , Kebumen 4. Hubungan dengan pasien : Suami

C. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama

Pasien mengeluh nyeri pada payudara sebelah kiri. 2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluh nyeri pada payudaranya sejak 2 bulan yang lalu,nyeri dirasakan hilang timbul, dan teraba benjolan dipayudara sebelah kiri.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien belum pernah menjalani operasi pada payudaranya 4. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan tidak ada satupun keluarganya yang mengalami penyakit yang diderita pasien, Riwayat perkawinan Klien menikah pada usia 16 tahun, riwayat KB sejak kelahiran anak pertama menggunakan KB suntik selama 4 tahun, dan berhenti dan punyak anak nomor 2 ganti KB pil.

D. Fokus pengkajian fungsional menurut Virnia Handersoon 1. Kebutuhan bernafas dengan normal

Baik sebelum dan selama di rumah sakit pasien dapat bernafas spontan, sesak nafas (-). 2. Kebutuhan nutrisi

Pasien mengatakan sebelum dan selama di rumah sakit nafsu makannya baik, dan tidak ada anoreksia maupun vomitus, frekuensi makan teratur.

3. Kebutuhan eliminasi

Pasien mengatakan baik BAB/BAK selama dirumah maupun dirumah sakit tidak ada keluhan 4. Kebutuhan istirahat dan tidur

(8)

Pasien mengatakan sering terbangun tidurnya apabila merasakan nyeri pada payudaranya 5. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan dan perubahan pada payudaranya membuatnya cemas terhadap kondisi fisik tubuhnya.

E. Keadaan umum 1. Suhu : 36,5 C 2. Nadi : 80 kali/menit 3. Tekanan darah : 120/80 mmHg 4. RR : 18 kali/menit 5. Berat badan : 60 kg F. Pemeriksaan fisik 1. KU : cukup

2. Kesadaran : Compos mentis (E4,V5,M6) 3. Cepalo – caudal :

Thorax :

I : bentuk payudara simetris , areola un inferted, kemerahan (-) P : teraba benjolan superior mamae sinistra, benjolan teraba lunak.

Ekstremitas : tidak ada pembesaran kelenjar limfe F. Pemeriksaan Penunjang

Data laboratorim tanggal 17 Desember 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Darah Hb Leukosit HT Eritrosit Trombosit BT CT 12,3 8,7 35 4,3 360 3 3 g/dl /ul /ul /ul Menit Menit 11,7-15,5 3,6-11 35-47 3,3-5,2 150-400 1-3 3-6 Kimia klinik GDS Ureum Kreatinin SGOT SGPT 94 17 O,49 16 13 mg/dl mg/dl mg/dl u/l u/l 70-120 15-50 0,4-0,9 0-35 0-35

(9)

1. Analisa Data

No Hari/ tgl/jam Data Masalah Etiologi

1 Selasa, 17 Desember 2013

Ds :

P: pasien mengatakan nyeri pada payudara kirinya

Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk R: regio mamae sinistra pars

superior

S: skala nyeri 5 T: hilang timbul

Do:

Pasien tampak sesekali

mengerutkan dahi ketika menahan nyerinya

Ds:

Pasien mengatakan gugup sebelum dioperasi

Do:

Pasien tampak tegang Pandangan tidak focus Pasien lebih banyak diam

Nyeri akut

Ansietas

Agen injuri biologis

Krisis situasional

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

a. Cemas berhubungan dengan krisis situasional b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis 3. Rencana Pre Operasi

Dx Tujuan Intervensi Rasional

a Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan criteria hasil:

Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

Melaporkan nyeri yang dialaminya

Mengikuti program pengobatan

Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin

a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas b. Berikan pengalihan seperti

reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV

c. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.

a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.

b. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.

c. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas

(10)

b Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x 5 menit diharapkan cemas berkurang dengan criteria hasil :

Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif. Menunjukkan koping

yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.

b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.

d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.

e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll. f. Anjurkan untuk

mengembangkan interaksi dengan support system.

g. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi. b. Pemberian informasi dapat

membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.

c. Dapat menurunkan kecemasan klien.

d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.

e. Mengetahui dan menggali pola

koping klien serta

mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.

f. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga. g. Klien mendapatkan kepercayaan

diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong

4. Pelaksanaan Dan Evaluasi Preoperasi

Dx Tanggal/jam Implementasi Evaluasi

a 17/12/2013, jam 09.00

a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

b. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau berkomunikasi c. Menganjurkan tehnik penanganan

stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik

a. Nyeri masih dirasakan hilang timbul pada daerah payudara kiri

b. Pasien mampu merespon ketika ditanya, berkomunikasi terbuka menceritakan kondisi kesakitanya c. Pasien mampu melakukan tekhnik

relaksasi secara mandiri, nyeri masih hilang timbul

b 17/12/2013, 09.05

a. Menentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.

b. Memberikan informasi tentang prognosis secara akurat.

c. Memberi kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi

a. Pasien belum pernah menjalani operasi , pasien hanya lebih banyak berdoa untuk mengurangi kecemasanya

b. Pasien mau bertanya dan menunujukan pemahamnya terkait prognosis setelah dilakukan tindakan operasi

c. Pasien kooperatif dan lebih banyak diam

(11)

wajar dan ekspresi yang sesuai.

d. Mencatat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.

e. Menganjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system

f. Mempertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

d. Selama tahap pre operasi pola koping pasien baik

e. Selama tahap preoperasi pasien mau diajak berkomunikasi dan menceritakan kecemasanya

f. Pasien menunujukan kontak mata yang focus

H. Asuhan Keperawatan Intra Bedah 1. Analisa data intra operasi

No Hari/ tgl/jam Data Masalah Etiologi

1 Selasa, 17 Desember 2013 Ds : -Do: Input : Makan : puasa Minum :puasa Infuse : 300 cc AM : 5 ml/Kgbb/hari, jadi 300cc/hari = 12 ml/jam Output

Urin : 0,5-1ml/Kgbb/jam, jadi 30-60 cc/jam

Perdarahan : ± 50 cc

Iwl : 15ml/kgbb/hari, jadi 900 ml/hari = 38 ml/jam Bc : intake – output : 312- 125 : + 187 Kebutuhan cairan : 30-40 ml/kg bb/hari = 1200-2400 ml/hari = 50 – 100 cc/ jam Resiko kekurangan volume cairan Kehilangan cairan aktif

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kenilangan cairan aktif

3. Rencana intra operasi

Dx Tujuan Intervensi Rasional

a Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi perdarahan berlebih dengan kriteria

Monitor status hidrasi

Monitor status hemodinamik pasien

Monitor balance cairan

Mengetahui tanda-tanda syok hipovolemik

Mengetahui respon organ vital akibat kehilangan cairan aktif

(12)

hasil:

Urin output dalam rentang normal

Status hemodinamik dalam rentang normal Tidak terdapat

tanda-tanda syok hipovolemik

Monitor pemberian cairan melalui intra vena

Monitor perdarahan selama operasi

Mempertahankan keseimbangan cairan normal

Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit tubuh

Bernanfaat untuk terapi resusitasi cairan

4. Pelaksanaan Dan Evaluasi Intra Operasi

Dx Tanggal/jam Implementasi Evaluasi

a 17/12/2013, jam 10.00 WIB

Memonitor status hidrasi

Memonitor status hemodinamik pasien

Memonitor balance cairan

Memonitor pemberian cairan melalui intra vena

Memonitor perdarahan selama operasi

Tak tampak tanda-tanda syok hipovolenik

Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi 74 x/menit, RR :20 kali/menit, SpO2 : 98 %.

Status cairan adekuat, Bc : intake – output : 312- 125 : + 187

Kebutuhan cairan : 30-40 ml/kg bb/hari = 1200-2400 ml/hari = 50 – 100 cc/ jam Cairan Rl 500 ml, masuk via intra

vena

(13)

I. Asuhan Keperawatan Paska Operasi 1. Analisa Data Pasca Operasi

No Hari/ tgl/jam Data Masalah Etiologi

1 Selasa, 17 Desember 2013

Ds : pasien mengeluh lemes Do:

Respirasi rate : 95% Pucat

GCS : E3,V5,M6 (compos mentis) Nadi : 74 x/menit

Tekanan darah : 110/70 mmHg Suhu : 36 C

RT >2 detik Aldrete score 4

Terpasang binasal kanul 3LPM

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Kehilangan cairan paska operasi

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kehilangan cairan paska operasi 3. Rencana Pasca Operasi

Dx Tujuan Intervensi Rasional

a Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan perifer adekuat dengan kriteria hasil:

Status hemodinamik dalam rentang normal

Monitor status hemodinamik pasien

Monitor status hidrasi pasien Pertahankan posisi tirah

baring dengan posisi kepala ekstensi

Pantau perfusi perifer dengan mengkaji kekuatan nadi perifer, CRT, dan suhu

Berikan oksigen sesuai indikasi

Monitor status kesadaran pasien

Mengetahui tanda-tanda syok hipovolemik

Mengetahui respon organ vital akibat kehilangan cairan aktif

Mempertahankan keseimbangan cairan normal

Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh

Mengetahui cairan yang aktif

4. Pelaksanaan Dan Evaluasi Pasca Operasi

Dx Tanggal/jam Implementasi Evaluasi

a 17/12/2013, jam 10.15 WIB

Memonitor status hemodinamik pasien

Memonitor status hidrasi pasien Mempertahankan posisi tirah baring

dengan posisi kepala ekstensi

Memantau perfusi perifer dengan mengkaji kekuatan nadi perifer, CRT, dan suhu

Memberikan oksigen sesuai indikasi Memonitor status kesadaran pasien

Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, RR 18 kali/menit,

Tak tampak tanda-tanda syok Posisi kepala ekstensi, jalan nafas

efektif, nafas spontan,obstruksi(-). Kulit pucat, CRT 3 detik, nadi kuat,

suhu ± 36 C

Oksigen 3 LPM masuk via binasal kanul

(14)

5.

BAB IV PEMBAHASAN

Neoplasma diartikan sebagai setiap pertumbuhan baru yang abnormal, khususnya suatu pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkontrol dan bersifat progresif. (Dorland, 2002). Terdapat beberapa klasifikasi tumor diantaranya :

1. Ditinjau dari segi klinis

a. Malignant Neoplasm (Tumor Ganas) Malignansi di sini dapat berarti:

1) Resisten terhadap perawatan; terjadi dalam wujud yang parah dan biasanya fatal; cenderung semakin parah dan mengarah ke kematian.

2) Dalam kaitannya dengan neoplasma, memiliki pertumbuhan dan metastasis yang bersifat invasif dan merusak.

b. Benign Neoplasm (Tumor Jinak)

Jinak di sini dapat menunjukkan sifat yang ringan dari suatu penyakit atau sifat non-melignan dari neoplasma.

2. Ditinjau dari segi histologi, neoplasma dibedakan menjadi: a. Epithelial Neoplasm (Carcinoma)

Merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung berinfiltrasi ke jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis.

b. Mesenchimal Neoplasm (Sarcoma)

Tumor yang terbentuk dari bahan yang mirip jaringan penyambungembrional; jaringan yang tersusun atas sel-sel yang terkumpul mampatdan diikat oleh jaringan fibrilar atau homogen. (Robbins and Cotran, 2005).

Dari analisa kasus diatas dapat diketahui bahwa terdapat neoplasma pada jaringan payudaranya, tetapi belum bisa dibuktikan secara histologis maupun patologis klasifikasi neoplasma tersebut, maka dari itu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui adanya keganasan ataukah tidak melalui pemeriksaan patologi anatomi, gejala klinis yang muncul pada pasien adalah Teraba benjolan, warna sama dengan warna kulit sekitar, teraba masa diameter sebesar 5 cm, padat, kenyal, mudah digerakkan, dan terdapat nyeri tekan.

Tanda dan gejala klinis tersebut dapat dijadikan acuan untuk menegakan diagnose keperawatan , dimana pada kasus ini dapat diangkat beberapa diagnose keperawatan yang mungkin muncul selama pemberian asuhan keperawatan perioperatif diantaranya nyeri akut,ansietas,resiko kekurangan volume cairan, dan gangguan perfusi jaringan perifer.

Tindakan medis yang dilakukan kepada pasien adalah tindakan pembedahan mastektomi simple dengan mengankat benjolan yang menginfiltrasi pada jaringan payudaranya, harapanya setelah tumor diambil maka akan memberikan gambaran keganasan tumor itu sendiri, sehingga penatlaksanaan selanjutnya lebih tepat.

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan kasus diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tumor/fibroadenoma payudara pada wanita paling sering terjadi pada wanita yang berusia 30 tahun keatas

2. Tumor/ fibroadenoma payudara berdasarkan ukuran tumor paling banyak pada ukuran 2-5 cm. 3. Tumor/fibroadenoma payudara berdasarkan status perkawinan paling banyak penderita

menikah.

4. Tumor/fibroadenoma payudara berdasarkan jumlah tumor penderita paling banyak jumlah tumor tunggal.

B. Saran

1. Fibroadenoma dapat terjadi pada semua wanita dan kadang-kadang dapat timbul bersama-sama dengan keganasan pada payudara, maka dari itu bila menemukan suatu benjolan, lesi atau kelainan lain pada payudara harus segera diwaspadai dan memeriksakannya ke dokter ahli atau rumah sakit.

2. Wanita sebaiknya membiasakan diri untuk melakukan “periksa payudara sendiri” sehingga bila ditemukan adanya suatu kelainan dapat dideteksi dan diobati lebih dini.

3. Pemberitahuan informasi tidak hanya diberikan di Rumah Sakit tetapi juga dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, penyuluhan, dan dapat juga saat melakukan arisan.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.

Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta. Lab. UPF Bedah, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.

IBRO ADENOMA MAMMAE

Fibroadenoma mammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan usia di bawah 30 tahun. Adanya fibroadenoma atau yang biasa dikenal dengan tumor

payudaramembuat kaum wanita selalu emas tentang keadaan pada dirinya. !erkadang  mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah sama dengan kanker. "ang perlu ditekankan adalahke il kemungkinan dari fibroadenoma ini untuk menjadi kanker yang ganas.#. $

%F&'&&Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang paling sering terjadi pada wanita. ! umor initerdiri dari gabungan antara kelenjar glandula dan fibrosa. e ara 

histologi intra anali ular fibroadenoma* fibroadenoma pada payudara yang se ara tidak     teraturdibentuk dari peme ahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan 

epitel. peri anali ular fibroadenoma* fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar   ataukista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan.!umor ini dibatasi letaknya dengan jaringan mammae oleh suatu jaringan penghubung.Fibroadenoma mammae timbul akibat pengaruh kelebihan hormon estrogen.Fibroadenoma mammae dibedakan menjadi 3 ma am + ommon Fibroadenoma+ -iant Fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari    

m.+ /u enile fibroadenoma pada remaja.1. 2%'"%AFibroadenoma ini terjadi akibat

 

adanya kelebihan hormon estrogen. iasanya ukurannya akanmeningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormon estrogenmeningkat.3. -%/A4A2ertumbuhan fibroadenoma mammae umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, hanya ukurandan tempat pertumbuhannya yang menyebabkan nyeri pada mammae. 2ada saat disentuhkenyal seperti karet5. 2A!646-&Makroskopi tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna putih  keabuan.Mikroskopi epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi oleh 

stromafibroblasti yang khas (intra anali ular f. dan peri anali ular f.).. 2%'%-A7A'      $&A-'6A2ada awalnya penegakan diagnosa tehadap fibroadenoma mammae ini adalah dilakukan pemeriksaan fisik, kemudian akan dilakukan mammogram (89ray pada mammae) atauultrasound pada mammae apabila diperlukan. "ang paling pasti dan tepat dalam

diagnosaterhadap fibroadenoma mammae ini adalah penggunaan sample biopsi. 2engambilan sampel biopsi ini dapat dilakukan dengan mengiris bagian mammae atau dengan memasukkan jarumyang ke il dan panjang untuk mengambil sampel sel fibroadenoma tersebut.$iagnosa  terhadap FAM ini dapat dibuat dengan penggabungan penilaian klinis,ultrasonografi dan

pengambilan sampel dengan penggunaan jarum. 2enilaian klinis terhadap benjolan payudara ini harus mempertimbangkan + :mur 

7arsinoma umumnya menyerang pada usia menjelang menopauseFibroadenoma umumnya  menyerang wanita usia di bawah 30 tahun;. !<%A!M%'!7arena FAM adalah tumor jinak maka

(17)

pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae. "ang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya saja.2engangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan pengangkatan.=. A'A!6M& $A' F&&646-&eluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. ! erdiri darimassa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus9lobus (10950lobus), tiap lobus terdiri dari #09#00 al eoli, yang di bawah pengaruh hormon  prolaktinmemproduksi air susu. $ari lobus9lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara didaerah papila > puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktindan oksitosin pas apersalinan.7ulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang,  termasuk sebagai se8ually responsi eorgan.

(18)

Lampiran

Faktor genetic Hormonal Lingkungan Faktor resiko

Hyperplasia Massa Operati f Non Operatif Jaringan

terputus Sinostatika Radiasi Area sensorik / Gang.sistem gastro

Motori

k intestinal

Kerusakan

Post

Mual /

muntah Jaringan radioterapi Nyer i (-) nafsu makan Gangg. Integritas kulit

Gang. Nutrisi Menekan Kekeringan Bone

marrow klj. Rambut

Sist.hemopoltik Alopesia

Terganggu Gang.Citra tubuh

Anemi, Trombositupenia, Lekopenia infeksi

(19)

1. Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat.

2. Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan.

PENYEBAB GANGGUAN

1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif. 2. Genetik : payudara 3. Faktor-faktor predisposisi : a. Usia : < 30 tahun b. Jenis kelamin c. Geografi d. Pekerjaan e. Hereditas f. Diet g. Stress h. Lesi prekanker TANDA & GEJALA

1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal

2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan 3. Ada penekanan pada jaringan sekitar 4. Ada batas yang tegas

5. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma ) 6. Memiliki kapsul dan soliter

7. Benjolan dapat digerakkan 8. Pertumbuhannya lambat

(20)

9. Mudah diangkat dengan lokal surgery

10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian PATOFISIOLOGI

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia.

Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :

1. Fibroadenoma Pericanaliculare

Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis. 2. Fibroadenoma intracanaliculare

Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.

Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Biopsi

2. Pembedahan 3. Hormonal

4. PET ( Positron Emision Tomografi ) 5. Mammografi

6. Angiografi 7. MRI 8. CT – Scan

9. Foto Rontqen ( x – ray ) 10. Blood Study

(21)

PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI 1. Faktor-faktor resiko

2. Pemerikasaan payudara sendiri 3. Pemeriksaan klinik

4. Mammografi

5. Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan

Fibroadenoma Mammae

Fibroadenoma Mammae ( FAM ) adalah suatu kelainan struktur anatomis yang disebabkan oleh tumbuhnya jaringan, atau neoplasma jinak yang terutama pada wanita muda (R.Sjamsuhidajat, 1998 : 541)

FAM adalah suatu tumor yang terdapat pada payudara dengan konsistensi padat, kenyal, dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya, yang mempunyai bentuk bulat atau lonjong, dan berbatas tegas ( Soelarto R, 1995 : 355 ).

Fibroadenoma mammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan usia di bawah 30 tahun. Adanya fibroadenoma atau yang biasa dikenal dengan tumor payudara membuat kaum wanita selalu cemas tentang keadaan pada dirinya. Terkadang mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah sama dengan kanker. Yang perlu ditekankan adalah kecil kemungkinan dari fibroadenoma ini untuk menjadi kanker yang ganas. Fibroadenoma ini dapat kita gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat mobil, sehingga sering disebut sebagai ”breast mouse”.

Gbr 1. Fibroadenoma Mammae

A. Etiologi

Penyebab FAM belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain :

(22)

1. Konstitusi genetika

Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu yang menderita kanker. Pada

kembar monozigot terdapat kanker yang sama.

Terdapat kesamaan lateralis kanker payudara keluarga dekat dari penderita kanker payudara.

FAM umumnya pada wanita, biasanya ukuran akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormone estrogen meningkat.

Pada laki-laki kemungkinannya sangat rendah.

Pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker. 2. Makanan. Makanan yang banyak mengandung lemak dan zat kimia. 3. Radiasi daerah dada. Radiasi dapat menyebabkan mutasi gen

B. Patofisiologi

FAM bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namun insiden kasus tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, estrogen dan usia permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang membentuk lobus-lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan estrogen FAM ukurannya akan lebih meningkat hal ini terlihat saat menstruasi dan hamil.

Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan tempat pertumbuhanFAM. Karena FAM tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui apakah tumor itu ganas atau tidak tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu : 1. Fibroadenoma Pericanaliculare

Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis

2. Fibroadenoma intracanaliculare

Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.

(23)

Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

C. Manifestasi Klinik

1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal

2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan 3. Ada penekanan pada jaringan sekitar 4. Ada batas yang tegas

5. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa (Giant Fibroadenoma)

6. Memiliki kapsul dan soliter 7. Benjolan dapat digerakkan 8. Pertumbuhannya lambat

9. Mudah diangkat dengan lokal surgery

10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

Melalui pemeriksaan mikroskopi fibroadenoma mammae akan terlihat :

 Tampak jaringan tumor yang berasal dari masenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (kelenjar epitel) yang berbentuk lobus-lobus.

 Lobuli terdiri dari jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)

 Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform.

D. Pemeriksaan penunjang 1. Mammography

Pemeriksaan mammografy terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada mammografy, keganasan dapat memberi tanda-tanda primer dan skunder.

(24)

Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan distensi pada struktur arsitektur payudara.

Tanda skunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papila dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas) (Mansjoer A, 2000:284).

Mammografi di gunakan untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 tahun atau 70 tahun.

2. Ultrasonography (USG) payudara

Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah-daerah padat pada payudara usia muda karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika menggunakan mammografi. Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik yang lebih tinggi (Mansjoer A, 2000:284).

3. Aspirasi

Mengambil kandungan breast yang menggunakan Fine Needle Aspiration Cytologi (FNAC). Pada FNAC akan diambil sel dari FAM dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut akan diperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma dan hasil pengambilan akan di kirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa dibawah mikroskop.

4. Xeroradiography

Sama dengan mammography kecuali adanya suatu plat aluminium dengan suatu pelapis selenium bermuatan listrik digunakan pada tempat dimana tempatkan film hitam putih sinar X mammography.

5. Thermograpy

Merupakan teknik mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari payudara dengan menggunakan sinar infra merah.

6. Biopsi Payudara

Merupakan suatu cara untuk meyakinkan apakah tumor jinak atau tidak, berbahaya atau tidak berbahaya dengan mengambil jaringan dari penderita secara bedah untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik.

(25)

E. Penatalaksanaan 1. Biopsi eksisi

Dilaksanakan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya bila tumor < 5cm

2. Eksterfasi FAM

Adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk pengangkatan tumor yang terdapat pada payudara. Dimana tumor ini sifatnya masih jinak namun jika dibiarkan maka akan terjadi penambahan pada masa tumor dan tumor ini terdapat dibawah kulit dan mempunyai selaput atau seperti kapsul, mudah digoyangkan, dan lunak. Terapi dari FAM dengan operasi pengangkatan tumor ini tidak akan merubah bentuk payudara, tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut yang nanti akan di ganti oleh jaringan normal secara perlahan.

3. Biopsi insisi

Dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor yang inoperabel atau lebih besar dari 5 cm

Tujuan dilakukan tindakan pembedahan ini adalah : 1. Untuk menegakkan diagnosa.

2. Untuk memperkecil penyebaran tumor.

3. Untuk mengetahui apakah tumor ini ganas atau tidak dengan cara pemeriksaan Patologi Anatomi terlebih dahulu.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing berdasarkan petunjuk yang ada dalam LK (misalkan : dalam LK berisikan permasalahan dan langkah-langkah pemecahan

-luarga mngatakan &gt;rang tua (ari %stri prnah mmmiliki riwaat pnakit (arah tinggi,kluarga mngatakan (arah tinggi itu a(alah Darah naik,ang

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERKOTAAN DALAM MEWUJUDKAN PERKOTAAN YANG INKLUSIF PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN DAERAH KAB/KOTA PERKOTAAN

*#! $engenal kegiatan 'ersia'an membaca 'ermulaan ,cara duduk )ajar dan baik( jarak  *#! $engenal kegiatan 'ersia'an membaca 'ermulaan ,cara duduk )ajar dan baik(

Figurasi adalah transformasi pikiran ke dalam gambar. Misalnya ketika di waktu sadar kita menginginkan suatu benda, gambaran benda itu akan muncul dalam.. Analogi figurasi dalam

Dalam pengembangan frame (kerangka) wahana dan rangkaian elektronik yang digunakan titik beratnya adalah bagaimana menekan dana pengembangan karena pada umumnya

Deleuze dengan etika sinematika yang ditawarkannya memberikan tawaran pula bagi film sebagai salah satu produk desain untuk mempertimbangkan representasi perempuan dalam