DEWAN REDAKSI
JURNAL KEPERAWATAN 'AISYIYAH (JKA) Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014
Pelindung :
Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab: Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid
Ketua Dewan Redaksi : Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO
Sekretaris : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd
Bendahara:
Riza Garini, A.Md.
Mitra Bastari:
Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D.
DR.Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yosef, S.Kp., MSi., MN. Irma Nursanti, M.Kep., Sp. Mat.
Penyunting/Editor:
Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. (Editor Bahasa) Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep. (Editor Keperawatan)
Setting/Layout:
F. Mugia Mukti, S.Sn.
Pemasaran dan Sirkulasi:
Nandang JN., S.Kp., M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom.
Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
email: mwac.aisyiyah_bdg@yahoo.com jurnal_aisyiyahbdg@yahoo.co.id
DAFTAR ISI
1-6 7-17 19-27 29-46 47-55 57-67 69-76 77-85 87-92 93-101 1. Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik terhadap Penurunan Tekanan Darahpada Lansia dengan Hipertensi
Popy Irawati, Salami, Irma Halimatus Sadiah ... 2. Efektivitas Akupuntur terhadap Mual pada Pasien yang sedang Menjalani
Pengobatan TB
Yayat Hidayat ... 3. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Manajemen Waktu Perawat
Dengan Pendokumentasian Keperawatan
Inggriane Puspita Dewi ... 4. Pengaruh Biblioterapi Versi Islam Terhadap Kesejahteraan Spiritual pada
Pasien Penyakit Jantung Koroner
Triana Dewi Safariah ... 5. Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat
Pelaksana dalam Metode Asuhan Keperawatan Tim
Dewi Mustikaningsih ... 6. Pengaruh Pemberian Edukasi Batuk Efektif Terhadap Kemampuan
Pengeluaran Sekret Paska Narkose Umum
Elizabeth Ari, Yustina Suparni ... 7. Perilaku Seksual Mahasiswa Akademi Keperawatan dan Akademi
Kebidanan ‘Aisyiyah Bandung Tahun Akademik 2011-2012
Angga Wilandika, Popy Siti Aisyiyah, Yulianti ... 8. Manajemen Pemberdayaan Kader dengan Pendekatan Intervensi
Berjenjang dalam Pelayanan Keperawatan Komunitas pada Lansia dengan Gangguan Mobilisasi
Nandang Jamiat ... 9. Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan tentang
Pengaruh Seks Dini terhadap Kesehatan Reproduksi
Sajodin ... 10. Pengetahuan Jargon Proses Keperawatan HIV-AIDS pada Mahasiswa
Tingkat I Tahun Akademik 2013/2014 STIKes ‘Aisyiyah Bandung
ABSTRAK
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan di ruang rawat inap belum berdasarkan pada model supervisi klinik. Supervisi yang dilakukan berupa pengawasan pelayanan keperawatan saja, belum dilaksanakan secara sistematis. Ketua tim sebagai pimpinan dalam metode tim belum sistematis dalam melaksanakan supervisi kepada perawat pelaksana. Penilaian kinerja perawat hanya berdasarkan persentase saja sehingga kinerja perawat pelaksana belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh supervisi klinik ketua tim model 4S terhadap kinerja perawat pelaksana dalam metode asuhan keperawatan tim di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
Menggunakan metode quasi experiment dengan pre – post test design with control group. Sampel untuk kinerja perawat pelaksana masing – masing kelompok 39 perawat pelaksana. Intervensi yang dilakukan adalah pelatihan, bimbingan supervisi klinik ketua tim model 4S.
Penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signi ikan (p value = < 0,0001) kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik ketua tim model 4S pada kelompok intervensi. Analisis selanjutnya menunjukkan ada perbedaan yang signi ikan (p value = < 0,0001) kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik ketua tim model 4S pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Adanya pengaruh supervisi klinik ketua tim model 4S terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
ABSTRACT
Implementation supervision conducted in the inpatient unit has not been based on a model of clinical supervision. Supervision is done in the form of nursing care supervision course, has not been implemented systematically. Team leader as the head of the team has not been a systematic method in conducting supervision of nurses. Nurse performance appraisal based only on the percentage of nurses just so performance is not optimal. The purpose of this study was to identify the in luence of clinical supervision training by head team on clinical performance of nursing staff in the patient ward of Muhammadiyah hospital Bandung.
This study used quasi experiment method with pre and post test design with control group. The sample in clinical performance into groups, where each group consisted of 39 nurses. Intervention that was given to the sample (intervention group) was training and supervision toward head team on clinical supervision with 4S model.
Showed that difference the clinical performance was signi icantly (p value = < 0,0001) before and after clinical supervision 4S model. Further analysis showed the signi icantly difference on clinical performance of staff nurses before and after between intervention and control groups (p value = < 0,0001).
ARTIKEL PENELITIAN
JKA. 2014;1(1): 47-55
47
PENGARUH SUPERVISI KLINIK KETUA TIM MODEL 4S TERHADAP KINERJA
PERAWAT PELAKSANA DALAM METODE ASUHAN KEPERAWATAN TIM
Dewi Mustikaningsih STIKes ‘Aisyiyah Bandung
PENDAHULUAN
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
1,2
secara efektif dan e isien. Pelaksanaan model tim berdasarkan konsep bahwa ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan dan komunikasi yang efektif agar kontinuitas
3
rencana keperawatan terjamin. Ketua tim membimbing dan mengawasi perawat pelaksana dalam pemberian asuhan langsung
4
kepada pasien.
Supervisi keperawatan merupakan supervisi klinik berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian
5
dan kecakapan para perawat. Penelitian Hyrkas dan Paunonen-Ilmonen tahun 2001 membuktikan bahwa supervisi klinik yang dilakukan dengan baik akan berdampak
6
positif bagi kualitas perawatan. Peran supervisor dapat menentukan pelayanan keperawatan dalam mencapai standar mutu. Penelitian Lilian tahun 2011 di Rumah Sakit Woorward Palu terhadap 32 Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signi ikan antara peran supervisor sebagai
perencana, pengarah, pelatih dan penilai dengan kinerja perawat pelaksana. Penelitian ini merekomendasikan agar bidang keperawatan membuat job description bagi para supervisor, menentukan kriteria, memelihara dan meningkatkan kemampuan
supervisor dalam melaksanakan perannya dalam upaya meningkatkan kinerja perawat
7
pelaksana. Penelitian Izzah tahun 2003 bahwa frekuensi kegiatan supervisi satu kali memiliki peluang kerja lebih baik
8
dibandingkan dua kali atau lebih.
Di beberapa negara maju terutama di Amerika dan Eropa, kegiatan supervisi klinik keperawatan di rumah sakit dilakukan dengan sistematis, peran dan kedudukan perawat supervisor begitu penting. Peran supervisor
menentukan pelayanan keperawatan dalam
9
mencapai standar mutu.
Di Indonesia kegiatan supervisi klinik belum dilakukan dengan optimal, karena peran supervisor belum mampu diterapkan oleh perawat. Perawat hanya menerima pengawasan tanpa bimbingan dan arahan dari
supervisor. Supratman dan Sudaryanto tahun 2008 menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi keperawatan di berbagai rumah sakit belum optimal dan fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat di
9
sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Mularso tahun 2006 juga menunjukkan bahwa 48 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014
This study showed that there was a signi icantly in lence on head team clinical supervision on clinical performance of staff nurses in Muhammadiyah hospital in Bandung.
kegiatan supervisi lebih banyak pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan,
10
observasi dan penilaian.
Model supervisi klinik keperawatan di Indonesia sangat bervariasi dan belum sistematis dalam aplikasi di ruang rawat inap. Salah satu model supervisi klinik keperawatan adalah model 4S. Model ini diperkenalkan oleh Waskett dari hasil penelitian di Greater Manchester UK dan NewYork tahun 1995. Model ini dikembangkan dengan empat kegiatan yaitu Structure, Skill, Support dan
11
Sustainability. Model ini merupakan model supervisi klinik non managerial yang bertujuan melatih perawat profesional menjadi supervisor untuk yang pertama
12
kalinya.
Waskett tahun 2010 mengembangkan model 4S menjadi model supervisi klinik yang
12
efektif untuk keperawatan dalam tim. Implementasi model ini juga dilakukan oleh Lepley tahun 2010 dalam uji cohort terhadap
supervisor yang memberikan pengawasan dan bimbingan kepada perawat di ruang
13
perawatan dewasa dengan hasil efektif. Pelaksanaan supervisi klinik model 4S dapat diterapkan dalam pengawasan dan bimbingan asuhan keperawatan pada pasien yaitu kegiatan structure dilakukan dalam
14
pengkajian dan asuhan pasien, kegiatan skill
dilakukan supervisor untuk meningkatkan
15
keterampilan praktis, kegiatan support
dilakukan untuk tujuan bimbingan, arahan,
sharing dan kebutuhan training tertentu yang
16
bernilai baru, kegiatan sustainability
bertujuan untuk tetap mempertahankan
pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai yang
16
telah dianut perawat. Kegiatan model 4S ini dilakukan secara kontinyu dengan cara mentransfer pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana sehingga dapat
11
meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Kinerja perawat akan dapat menghasilkan
17
mutu asuhan keperawatan yang baik. Keberhasilan dan pelayanan keperawatan sangat ditentukan oleh kinerja para perawat. Oleh karena itu, peningkatan kinerja perawat harus dilaksanakan melalui sistem yang terstandar agar hasilnya optimal.
Perawat pelaksana adalah tenaga profesional yang diberikan wewenang untuk melaksanakan pelayanan keperawatan di
18
ruang rawat inap. Perawat bertugas memberikan asuhan keperawatan melalui pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktik profesi yang mengacu pada tahap proses keperawatan, yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
19
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi tuntutan masyarakat, baik dalam layanan kesehatan pada umumnya maupun keperawatan pada khususnya. Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh supervisi klinik ketua tim model 4S terhadap kinerja perawat pelaksana dalam metode 49
JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014
Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam Metode Asuhan Keperawatan Tim di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
asuhan keperawatan tim di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
METODOLOGI
Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen design dengan desain pre-post test design with control group. Penelitian dengan desain pre-post test design with control group
untuk melihat pengaruh penerapan supervisi dalam bentuk 4S structure, skill, support dan
sustainability terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Kinerja perawat pelaksana diukur sebelum ketua tim mendapat pelatihan dan bimbingan supervisi klinik model 4S dan sesudah sebagai efek dari pelatihan dan bimbingan supervisi klinik tersebut. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dengan cross observation oleh
peer assessment menjadi range observasi dalam kegiatan pelayanan keperawatan pada perawat pelaksana sehingga diperoleh data primer langsung. Penelitian ini menjelaskan bahwa efektivitas perlakuan ditunjukkan oleh perbedaan kinerja perawat pelaksana sesudah intervensi pada kelompok intervensi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung yang berjumlah 105 orang dan semua perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung yang berjumlah 152 orang. Rasio sample size untuk kedua kelompok = 1:1, maka besar sampel penelitian tiap kelompok adalah 39. Responden di atas dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sampel untuk kelompok intervensi berjumlah 39 perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dan kelompok kontrol juga berjumlah 39 perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Pengukuran kinerja perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan keperawatan dinilai dengan cara dua hal yaitu observasi langsung oleh observer
dan penilaian perawat pelaksana dalam satu tim (peer assessment) sebagai cross check observation untuk obyektifitas penilaian.
Observasi langsung dengan cross observation observer ini berupa penilaian range observasi. Observasi langsung dari observer berdasarkan apa yang dapat dilihat dari kegiatan perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan keperawatan yang meliputi kegiatan kebersihan lingkungan kerja, kedisiplinan kerja, pengelolaan pasien, praktik kolaborasi dan pengembangan profesi dalam metoda asuhan keperawatan tim. Semua cerita ditulis dalam log book penelitian. Peer assessment
atau penilaian dari perawat pelaksana dalam satu tim diambil selama mereka berdiskusi, bila perawat pelaksana dalam satu tim mengatakan ya (dilakukan) maka dinilai positif (+) dan bila mengatakan tidak (tidak dilakukan) maka dinilai negatif (-). Semakin tinggi nilainya, berarti kinerja perawat optimal atau baik dan sesuai dengan kenyataannya, artinya mereka yang mendapatkan nilai tinggi, kinerja perawat baik mulai dari kegiatan kebersihan lingkungan kerja, kedisiplinan kerja, pengelolaan pasien, 50 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
praktik kolaborasi dan pengembangan profesi metoda asuhan keperawatan tim.
HASIL
Kinerja perawat pelaksana dalam metode asuhan keperawatan tim sebelum mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S memiliki rata–rata 2,76 (69%) dengan standar deviasi 0,53. Kinerja terendah 2 dan kinerja tertinggi 4.Kinerja perawat pelaksana sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S memiliki rata–rata 3,71 (92,75%) dengan standar deviasi 0,45. Kinerja terendah 3 dan kinerja tertinggi 4. Data ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Kinerja Perawat Pelaksana Pada Kelompok Intervensi
Kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S memiliki rata – rata 3,64 (91%) dengan standar deviasi 0,48. Kinerja terendah 3 dan kinerja tertinggi 4. Sedangkan kinerja perawat pelaksana sesudah mendapat supervisi klinik
dari ketua tim yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S memiliki rata–rata 3,79 (94,75%) dengan standar deviasi 0,40. Kinerja terendah 3 dan kinerja tertinggi 4. Data ini dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Kinerja Perawat
Pelaksana Pada Kelompok Kontrol
Selisih mean kinerja perawat pelaksana dalam metode asuhan keperawatan tim pada kelompok intervensi yang mendapat supervisi klinik ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah mengalami kenaikan 0,95 atau berubah 23,75% dibandingkan kelompok kontrol yang mendapat supervisi klinik ketua tim yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung ada kenaikan 0,15 atau berubah 3,75%. Data dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan Kinerja Perawat Pelaksana Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol
51
JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014
n Mean SD Min - Max Beda Mean P value Pre 39 2,76 0,53 2-4 0,95 < 0,0001 Post 39 3,71 0,45 3-4 Kelompok Intervensi Kontrol n 39 39 Beda Mean 0,95 0,15 P value < 0,0001 Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam
Metode Asuhan Keperawatan Tim di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
n Mean SD Min - Max Beda Mean P value Pre 39 3,64 0,48 3 - 4 0,15 < 0,014 Post 39 3,79 0,40 3 - 4
Sedangkan kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S adalah 3,71 lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 3,79. Hasil uji statistik menunjukkan ada selisih 0,08 (2%) antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Data ini dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perbedaan Kinerja Perawat Pelaksana Sesudah Mendapat Supervisi Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih mean kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah mengalami kenaikan sebesar 0,95 atau berubah 23,75% dan dibandingkan kelompok kontrol yang mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung mengalami kenaikan 0,15 atau berubah 3,75%. Hal ini berarti selisih mean
kinerja perawat pelaksana pada kelompok intervensi lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p value = < 0,0001, α < 0,05). Adanya peningkatan selisih mean kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah lebih tinggi dibandingkan selisih mean kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung dikarenakan ketua tim mendapatkan pelatihan dan bimbingan supervisi klinik model 4S sehingga berdampak pada peningkatan kinerja perawat pelaksana. Rumah sakit dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kapasitas perawat dan harus proaktif mencari cara membuat pekerjaan perawat lebih meningkat. Menurut Wibowo tahun 2008 mengemukakan seorang pemimpin tim perlu memahami apa yang harus dilakukannya untuk meningkatkan
20
kinerja karyawannya. Berbagai riset menunjukkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja, dan salah satu yang paling berkontribusi
21
adalah supervisor. Seorang supervisor harus mampu mempraktekkan manajemen yang fleksibel, komunikator, dan melibatkan perawat pelaksana dalam pengambilan keputusan. Suyanto tahun 2009 mengemukakan supervisi yang dilakukan ketua tim memerlukan peran aktif semua perawat yang terlibat dalam kegiatan 52 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014
Kelom-pok n Mean SD SE Beda Mean P value Intervensi 39 3,71 0,45 0,07 0,08 0,432 Kontrol 39 3,79 0,40 0,06
pelayanan keperawatan sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai, dan diikutsertakan dalam proses perbaikan pemberian asuhan keperawatan dan
22
pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut Wibowo tahun 2008 rumah sakit
20
perlu memperhatikan manajemen kinerja. Peran pemimpin merupakan komponen yang paling penting, karena tanpanya rumah sakit hanya merupakan sekumpulan aktivitas tanpa tujuan. Pemahaman pemimpin tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat akan membantu pemimpin dalam memperhatikan dan memaksimalkan faktor-faktor tersebut sehingga tujuan organisasi
23
dengan tujuan pribadi dapat bertemu. Upaya membangun kinerja perawat yang dapat dibuktikan melalui dokumentasi asuhan keperawatan yang baik pada prinsipnya dapat dicapai melalui supervisi ketua tim yang terjadwal dan terus-menerus. Supervisi klinik model 4S melalui kegiatan skill dan support
merupakan suatu bentuk supervisi yang memungkinkan ketua tim menanamkan rasa tanggung jawab dan kepatuhan perawat pelaksana pada standar asuhan yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S adalah 3,71 lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 3,79. Hasil uji statistik menunjukkan ada selisih 0,08 atau sebesar 2% yang
membedakan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja perawat pelaksana antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p value = 0,432, α > 0,05). Tidak adanya perbedaan kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah dan Rumah Sakit Al-Islam Bandung dikarenakan kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum dan sesudah sudah optimal. Sedangkan kinerja perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan tim sebelum mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah belum optimal lalu dengan diberikannya pelatihan dan bimbingan supervisi klinik model 4S kepada ketua tim maka kinerja perawat pelaksana menjadi optimal. Peningkatan kinerja perawat pelaksana dapat dipertahankan dan ditingkatkan jika ketua tim secara berkelanjutan melaksanakan supervisi. Peningkatan ini dapat dikatakan optimal karena terjadi peningkatan skor pada post test
dari kedua rumah sakit tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Robert John Wood Foundation tahun 2007 yang menyatakan perawat yang merasa mendapat dukungan dari supervisor dan disupervisi dengan baik dalam melakukan pekerjaannya 53
JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014
Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam Metode Asuhan Keperawatan Tim di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
24
lebih merasa puas terhadap pekerjaannya. Sejalan pendapat Brunero & Parbury tahun 2005 yang menyatakan kinerja perawat lebih banyak tercapai dengan sistem supervisi yang menciptakan hubungan baik antara supervisor
23
dengan supervisee. Dengan demikian sistem supervisi sangat berhubungan dengan kinerja perawat.
SIMPULAN
Ada perbedaan kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S pada kelompok intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Marquist,B.L & Houston,C.J. Leadership Roles and Management Functions in Nursing: Theory and Application, Six Edition. Lippincot William & Wilkins. 2009.
Douglas. The Principles and Practice of Nursing. Six Edition. Addison wesley. Mosby. 1984.
Kron T & Gray. The Management of Patien Care. Philadelphia: W.B. Saunders Campany. 1987.
Davis, N., Professional Nursing:Concepts and Challenges. Nursing care delivery systems. In K.Chitty (Ed) pp. 279-294. Philadelphia: W.B. Saunders. 1993.
Depkes. RI. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta.1999. Hyrkäs K.,& Paunonen-Ilmonen M, (2001), The
Effects of Clinical Supervision on the Quality of Care: Examining the Results of Team Supervision, Journal of Advanced Nursing, 33(4): 492-502.
Lilian. Pengaruh Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruang Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Woodwaru Palu. Tesis. Program Magister FIK UI. 2011.
Izzah, N. Hubungan Teknik Supervisi dan Frekuensi Kegiatan Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Batang, Jawa Tengah. Tesis. Program Magister FIK UI. 2003.
Supratman & Sudaryanto, A. Supervisi Keperawatan Klinik. Berita ilmu keperawatan, ISSN 1979-2697. Vol I No. 4.193-196. Desember 2008.
Mularso, Supervisi Keperawatan di Rumah Sakit Dr.A. Aziz Singkawang: Studi kasus, Tesis: Progam S2 MMR UGM. 2006.
Page S.,& Wosket V, (1995), Clinical Supervision for Nurses and Allied Health Professionals: the 4S Model, Routledge & New York,
Available from:
www.northwestsolutions.co.uk.
Waskett, C. Clinical Supervision Using The 4S Model. Nurse Time. May 4-10;106(17):19-21. 2010. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/20486634. Diakses 12 Mei 2012 Lepley L. Is the Workforce being Supported
through Effective Supervision. Conventry University. Postgraduate Certificate in Management Lisa lepley, Cohort 7. M09. 2012. Diakses 12 Mei 2012
54 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Waskett, C. Clinical Supervision using the 4S Model 1: Considering the Structure and Setting itup. Nurse Time. Apr 27 May 3;106 (16):12-2010. Diakses 12 Mei 2012 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/204 86634
Waskett, C. Clinical Supervision using the 4S Model 2: Training Supervisors to Deliver Effective sessions. Nurse Time. 27-May3;106(16):12-2010. Diakses 12 Mei 2012 http://www.nursingtimes.net.
Waskett, C. Clinical Supervision using the 4S Model 3: How to Support Supervisors and S u s t a i n s c h e m e s . N u r s e T i m e . M ay 1 1 -17;106(18):14-6.2010.Diakses12Mei 2012http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d/20486634
Nursalam. Manajemen Keperawatan; Aplikasi dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika. 2007.
Depkes RI. Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Direktorat Jendral pelayanan Medik. Jakarta: Depkes RI. 2007.
Swansburg, R C. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk Perawat klinis. (Alih Bahasa : Suharyati Samba). Jakarta: EGC. 2000.
Wibowo. Manajemen kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.2008
Cortese, C.G. Job satisfaction of Italian nurses: an exploratory studi.Journal of Nursing Management. Vol 15 Issue 3, pages 303-3. Diakses 12 April 2013. 2007
Suyanto. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia. 2009.
Curtis. Job satisfaction: a survey of nurses in the Republic Ireland. Journal of Nursing Manajement. Vol 54. Issue 1, pages 92-99 March 2007.diakses 12 April 2013
Robert John Wood Foundation. Multiple factors affect job satisfaction. Research Number 22. February. https://folio.iupui.edu/ bitstream/handle/10244/556/Research% 2 0 H i g h l i g h t % 2 0 2 2 % 5 B 2 % 5 D. p d f ? sequence=2.2007. Diakses 13 Februari 2013
Brunero, S. & Parbury, S. The effectiveness of clinical supervision in nursing: an evidenced based literatur review. Australian Journal of Advanced Nursing Vol. 25. 2005.Diakses 13 Februari 2013
Suyanto. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia. 2009.
55 Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam