• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN REDAKSI. Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung. Penanggung Jawab: Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN REDAKSI. Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung. Penanggung Jawab: Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN REDAKSI

JURNAL KEPERAWATAN 'AISYIYAH (JKA) Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014

Pelindung :

Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab: Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid

Ketua Dewan Redaksi : Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO

Sekretaris : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd

Bendahara:

Riza Garini, A.Md.

Mitra Bastari:

Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D.

DR.Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yosef, S.Kp., MSi., MN. Irma Nursanti, M.Kep., Sp. Mat.

Penyunting/Editor:

Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. (Editor Bahasa) Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep. (Editor Keperawatan)

Setting/Layout:

F. Mugia Mukti, S.Sn.

Pemasaran dan Sirkulasi:

Nandang JN., S.Kp., M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom.

Alamat Redaksi:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah

Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

email: mwac.aisyiyah_bdg@yahoo.com jurnal_aisyiyahbdg@yahoo.co.id

(2)

DAFTAR ISI

1-6 7-17 19-27 29-46 47-55 57-67 69-76 77-85 87-92 93-101 1. Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik terhadap Penurunan Tekanan Darah

pada Lansia dengan Hipertensi

Popy Irawati, Salami, Irma Halimatus Sadiah ... 2. Efektivitas Akupuntur terhadap Mual pada Pasien yang sedang Menjalani

Pengobatan TB

Yayat Hidayat ... 3. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Manajemen Waktu Perawat

Dengan Pendokumentasian Keperawatan

Inggriane Puspita Dewi ... 4. Pengaruh Biblioterapi Versi Islam Terhadap Kesejahteraan Spiritual pada

Pasien Penyakit Jantung Koroner

Triana Dewi Safariah ... 5. Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat

Pelaksana dalam Metode Asuhan Keperawatan Tim

Dewi Mustikaningsih ... 6. Pengaruh Pemberian Edukasi Batuk Efektif Terhadap Kemampuan

Pengeluaran Sekret Paska Narkose Umum

Elizabeth Ari, Yustina Suparni ... 7. Perilaku Seksual Mahasiswa Akademi Keperawatan dan Akademi

Kebidanan ‘Aisyiyah Bandung Tahun Akademik 2011-2012

Angga Wilandika, Popy Siti Aisyiyah, Yulianti ... 8. Manajemen Pemberdayaan Kader dengan Pendekatan Intervensi

Berjenjang dalam Pelayanan Keperawatan Komunitas pada Lansia dengan Gangguan Mobilisasi

Nandang Jamiat ... 9. Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan tentang

Pengaruh Seks Dini terhadap Kesehatan Reproduksi

Sajodin ... 10. Pengetahuan Jargon Proses Keperawatan HIV-AIDS pada Mahasiswa

Tingkat I Tahun Akademik 2013/2014 STIKes ‘Aisyiyah Bandung

(3)

ABSTRAK

Pelaksanaan supervisi yang dilakukan di ruang rawat inap belum berdasarkan pada model supervisi klinik. Supervisi yang dilakukan berupa pengawasan pelayanan keperawatan saja, belum dilaksanakan secara sistematis. Ketua tim sebagai pimpinan dalam metode tim belum sistematis dalam melaksanakan supervisi kepada perawat pelaksana. Penilaian kinerja perawat hanya berdasarkan persentase saja sehingga kinerja perawat pelaksana belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh supervisi klinik ketua tim model 4S terhadap kinerja perawat pelaksana dalam metode asuhan keperawatan tim di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

Menggunakan metode quasi experiment dengan pre – post test design with control group. Sampel untuk kinerja perawat pelaksana masing – masing kelompok 39 perawat pelaksana. Intervensi yang dilakukan adalah pelatihan, bimbingan supervisi klinik ketua tim model 4S.

Penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signi ikan (p value = < 0,0001) kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik ketua tim model 4S pada kelompok intervensi. Analisis selanjutnya menunjukkan ada perbedaan yang signi ikan (p value = < 0,0001) kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik ketua tim model 4S pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Adanya pengaruh supervisi klinik ketua tim model 4S terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

ABSTRACT

Implementation supervision conducted in the inpatient unit has not been based on a model of clinical supervision. Supervision is done in the form of nursing care supervision course, has not been implemented systematically. Team leader as the head of the team has not been a systematic method in conducting supervision of nurses. Nurse performance appraisal based only on the percentage of nurses just so performance is not optimal. The purpose of this study was to identify the in luence of clinical supervision training by head team on clinical performance of nursing staff in the patient ward of Muhammadiyah hospital Bandung.

This study used quasi experiment method with pre and post test design with control group. The sample in clinical performance into groups, where each group consisted of 39 nurses. Intervention that was given to the sample (intervention group) was training and supervision toward head team on clinical supervision with 4S model.

Showed that difference the clinical performance was signi icantly (p value = < 0,0001) before and after clinical supervision 4S model. Further analysis showed the signi icantly difference on clinical performance of staff nurses before and after between intervention and control groups (p value = < 0,0001).

ARTIKEL PENELITIAN

JKA. 2014;1(1): 47-55

47

PENGARUH SUPERVISI KLINIK KETUA TIM MODEL 4S TERHADAP KINERJA

PERAWAT PELAKSANA DALAM METODE ASUHAN KEPERAWATAN TIM

Dewi Mustikaningsih STIKes ‘Aisyiyah Bandung

(4)

PENDAHULUAN

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif

1,2

secara efektif dan e isien. Pelaksanaan model tim berdasarkan konsep bahwa ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan dan komunikasi yang efektif agar kontinuitas

3

rencana keperawatan terjamin. Ketua tim membimbing dan mengawasi perawat pelaksana dalam pemberian asuhan langsung

4

kepada pasien.

Supervisi keperawatan merupakan supervisi klinik berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian

5

dan kecakapan para perawat. Penelitian Hyrkas dan Paunonen-Ilmonen tahun 2001 membuktikan bahwa supervisi klinik yang dilakukan dengan baik akan berdampak

6

positif bagi kualitas perawatan. Peran supervisor dapat menentukan pelayanan keperawatan dalam mencapai standar mutu. Penelitian Lilian tahun 2011 di Rumah Sakit Woorward Palu terhadap 32 Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signi ikan antara peran supervisor sebagai

perencana, pengarah, pelatih dan penilai dengan kinerja perawat pelaksana. Penelitian ini merekomendasikan agar bidang keperawatan membuat job description bagi para supervisor, menentukan kriteria, memelihara dan meningkatkan kemampuan

supervisor dalam melaksanakan perannya dalam upaya meningkatkan kinerja perawat

7

pelaksana. Penelitian Izzah tahun 2003 bahwa frekuensi kegiatan supervisi satu kali memiliki peluang kerja lebih baik

8

dibandingkan dua kali atau lebih.

Di beberapa negara maju terutama di Amerika dan Eropa, kegiatan supervisi klinik keperawatan di rumah sakit dilakukan dengan sistematis, peran dan kedudukan perawat supervisor begitu penting. Peran supervisor

menentukan pelayanan keperawatan dalam

9

mencapai standar mutu.

Di Indonesia kegiatan supervisi klinik belum dilakukan dengan optimal, karena peran supervisor belum mampu diterapkan oleh perawat. Perawat hanya menerima pengawasan tanpa bimbingan dan arahan dari

supervisor. Supratman dan Sudaryanto tahun 2008 menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi keperawatan di berbagai rumah sakit belum optimal dan fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat di

9

sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Mularso tahun 2006 juga menunjukkan bahwa 48 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014

This study showed that there was a signi icantly in lence on head team clinical supervision on clinical performance of staff nurses in Muhammadiyah hospital in Bandung.

(5)

kegiatan supervisi lebih banyak pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan,

10

observasi dan penilaian.

Model supervisi klinik keperawatan di Indonesia sangat bervariasi dan belum sistematis dalam aplikasi di ruang rawat inap. Salah satu model supervisi klinik keperawatan adalah model 4S. Model ini diperkenalkan oleh Waskett dari hasil penelitian di Greater Manchester UK dan NewYork tahun 1995. Model ini dikembangkan dengan empat kegiatan yaitu Structure, Skill, Support dan

11

Sustainability. Model ini merupakan model supervisi klinik non managerial yang bertujuan melatih perawat profesional menjadi supervisor untuk yang pertama

12

kalinya.

Waskett tahun 2010 mengembangkan model 4S menjadi model supervisi klinik yang

12

efektif untuk keperawatan dalam tim. Implementasi model ini juga dilakukan oleh Lepley tahun 2010 dalam uji cohort terhadap

supervisor yang memberikan pengawasan dan bimbingan kepada perawat di ruang

13

perawatan dewasa dengan hasil efektif. Pelaksanaan supervisi klinik model 4S dapat diterapkan dalam pengawasan dan bimbingan asuhan keperawatan pada pasien yaitu kegiatan structure dilakukan dalam

14

pengkajian dan asuhan pasien, kegiatan skill

dilakukan supervisor untuk meningkatkan

15

keterampilan praktis, kegiatan support

dilakukan untuk tujuan bimbingan, arahan,

sharing dan kebutuhan training tertentu yang

16

bernilai baru, kegiatan sustainability

bertujuan untuk tetap mempertahankan

pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai yang

16

telah dianut perawat. Kegiatan model 4S ini dilakukan secara kontinyu dengan cara mentransfer pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana sehingga dapat

11

meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Kinerja perawat akan dapat menghasilkan

17

mutu asuhan keperawatan yang baik. Keberhasilan dan pelayanan keperawatan sangat ditentukan oleh kinerja para perawat. Oleh karena itu, peningkatan kinerja perawat harus dilaksanakan melalui sistem yang terstandar agar hasilnya optimal.

Perawat pelaksana adalah tenaga profesional yang diberikan wewenang untuk melaksanakan pelayanan keperawatan di

18

ruang rawat inap. Perawat bertugas memberikan asuhan keperawatan melalui pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktik profesi yang mengacu pada tahap proses keperawatan, yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

19

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi tuntutan masyarakat, baik dalam layanan kesehatan pada umumnya maupun keperawatan pada khususnya. Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh supervisi klinik ketua tim model 4S terhadap kinerja perawat pelaksana dalam metode 49

JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014

Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam Metode Asuhan Keperawatan Tim di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

(6)

asuhan keperawatan tim di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

METODOLOGI

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen design dengan desain pre-post test design with control group. Penelitian dengan desain pre-post test design with control group

untuk melihat pengaruh penerapan supervisi dalam bentuk 4S structure, skill, support dan

sustainability terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Kinerja perawat pelaksana diukur sebelum ketua tim mendapat pelatihan dan bimbingan supervisi klinik model 4S dan sesudah sebagai efek dari pelatihan dan bimbingan supervisi klinik tersebut. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dengan cross observation oleh

peer assessment menjadi range observasi dalam kegiatan pelayanan keperawatan pada perawat pelaksana sehingga diperoleh data primer langsung. Penelitian ini menjelaskan bahwa efektivitas perlakuan ditunjukkan oleh perbedaan kinerja perawat pelaksana sesudah intervensi pada kelompok intervensi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung yang berjumlah 105 orang dan semua perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung yang berjumlah 152 orang. Rasio sample size untuk kedua kelompok = 1:1, maka besar sampel penelitian tiap kelompok adalah 39. Responden di atas dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu

kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sampel untuk kelompok intervensi berjumlah 39 perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dan kelompok kontrol juga berjumlah 39 perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Pengukuran kinerja perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan keperawatan dinilai dengan cara dua hal yaitu observasi langsung oleh observer

dan penilaian perawat pelaksana dalam satu tim (peer assessment) sebagai cross check observation untuk obyektifitas penilaian.

Observasi langsung dengan cross observation observer ini berupa penilaian range observasi. Observasi langsung dari observer berdasarkan apa yang dapat dilihat dari kegiatan perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan keperawatan yang meliputi kegiatan kebersihan lingkungan kerja, kedisiplinan kerja, pengelolaan pasien, praktik kolaborasi dan pengembangan profesi dalam metoda asuhan keperawatan tim. Semua cerita ditulis dalam log book penelitian. Peer assessment

atau penilaian dari perawat pelaksana dalam satu tim diambil selama mereka berdiskusi, bila perawat pelaksana dalam satu tim mengatakan ya (dilakukan) maka dinilai positif (+) dan bila mengatakan tidak (tidak dilakukan) maka dinilai negatif (-). Semakin tinggi nilainya, berarti kinerja perawat optimal atau baik dan sesuai dengan kenyataannya, artinya mereka yang mendapatkan nilai tinggi, kinerja perawat baik mulai dari kegiatan kebersihan lingkungan kerja, kedisiplinan kerja, pengelolaan pasien, 50 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

(7)

praktik kolaborasi dan pengembangan profesi metoda asuhan keperawatan tim.

HASIL

Kinerja perawat pelaksana dalam metode asuhan keperawatan tim sebelum mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S memiliki rata–rata 2,76 (69%) dengan standar deviasi 0,53. Kinerja terendah 2 dan kinerja tertinggi 4.Kinerja perawat pelaksana sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S memiliki rata–rata 3,71 (92,75%) dengan standar deviasi 0,45. Kinerja terendah 3 dan kinerja tertinggi 4. Data ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Kinerja Perawat Pelaksana Pada Kelompok Intervensi

Kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S memiliki rata – rata 3,64 (91%) dengan standar deviasi 0,48. Kinerja terendah 3 dan kinerja tertinggi 4. Sedangkan kinerja perawat pelaksana sesudah mendapat supervisi klinik

dari ketua tim yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S memiliki rata–rata 3,79 (94,75%) dengan standar deviasi 0,40. Kinerja terendah 3 dan kinerja tertinggi 4. Data ini dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Kinerja Perawat

Pelaksana Pada Kelompok Kontrol

Selisih mean kinerja perawat pelaksana dalam metode asuhan keperawatan tim pada kelompok intervensi yang mendapat supervisi klinik ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah mengalami kenaikan 0,95 atau berubah 23,75% dibandingkan kelompok kontrol yang mendapat supervisi klinik ketua tim yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung ada kenaikan 0,15 atau berubah 3,75%. Data dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Perbedaan Kinerja Perawat Pelaksana Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol

51

JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014

n Mean SD Min - Max Beda Mean P value Pre 39 2,76 0,53 2-4 0,95 < 0,0001 Post 39 3,71 0,45 3-4 Kelompok Intervensi Kontrol n 39 39 Beda Mean 0,95 0,15 P value < 0,0001 Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam

Metode Asuhan Keperawatan Tim di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

n Mean SD Min - Max Beda Mean P value Pre 39 3,64 0,48 3 - 4 0,15 < 0,014 Post 39 3,79 0,40 3 - 4

(8)

Sedangkan kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S adalah 3,71 lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 3,79. Hasil uji statistik menunjukkan ada selisih 0,08 (2%) antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Data ini dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Perbedaan Kinerja Perawat Pelaksana Sesudah Mendapat Supervisi Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih mean kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah mengalami kenaikan sebesar 0,95 atau berubah 23,75% dan dibandingkan kelompok kontrol yang mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang tidak dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung mengalami kenaikan 0,15 atau berubah 3,75%. Hal ini berarti selisih mean

kinerja perawat pelaksana pada kelompok intervensi lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p value = < 0,0001, α < 0,05). Adanya peningkatan selisih mean kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah lebih tinggi dibandingkan selisih mean kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim di ruang rawat inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung dikarenakan ketua tim mendapatkan pelatihan dan bimbingan supervisi klinik model 4S sehingga berdampak pada peningkatan kinerja perawat pelaksana. Rumah sakit dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kapasitas perawat dan harus proaktif mencari cara membuat pekerjaan perawat lebih meningkat. Menurut Wibowo tahun 2008 mengemukakan seorang pemimpin tim perlu memahami apa yang harus dilakukannya untuk meningkatkan

20

kinerja karyawannya. Berbagai riset menunjukkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja, dan salah satu yang paling berkontribusi

21

adalah supervisor. Seorang supervisor harus mampu mempraktekkan manajemen yang fleksibel, komunikator, dan melibatkan perawat pelaksana dalam pengambilan keputusan. Suyanto tahun 2009 mengemukakan supervisi yang dilakukan ketua tim memerlukan peran aktif semua perawat yang terlibat dalam kegiatan 52 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014

Kelom-pok n Mean SD SE Beda Mean P value Intervensi 39 3,71 0,45 0,07 0,08 0,432 Kontrol 39 3,79 0,40 0,06

(9)

pelayanan keperawatan sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai, dan diikutsertakan dalam proses perbaikan pemberian asuhan keperawatan dan

22

pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut Wibowo tahun 2008 rumah sakit

20

perlu memperhatikan manajemen kinerja. Peran pemimpin merupakan komponen yang paling penting, karena tanpanya rumah sakit hanya merupakan sekumpulan aktivitas tanpa tujuan. Pemahaman pemimpin tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat akan membantu pemimpin dalam memperhatikan dan memaksimalkan faktor-faktor tersebut sehingga tujuan organisasi

23

dengan tujuan pribadi dapat bertemu. Upaya membangun kinerja perawat yang dapat dibuktikan melalui dokumentasi asuhan keperawatan yang baik pada prinsipnya dapat dicapai melalui supervisi ketua tim yang terjadwal dan terus-menerus. Supervisi klinik model 4S melalui kegiatan skill dan support

merupakan suatu bentuk supervisi yang memungkinkan ketua tim menanamkan rasa tanggung jawab dan kepatuhan perawat pelaksana pada standar asuhan yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S adalah 3,71 lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 3,79. Hasil uji statistik menunjukkan ada selisih 0,08 atau sebesar 2% yang

membedakan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja perawat pelaksana antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p value = 0,432, α > 0,05). Tidak adanya perbedaan kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah dan Rumah Sakit Al-Islam Bandung dikarenakan kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum dan sesudah sudah optimal. Sedangkan kinerja perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan tim sebelum mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah belum optimal lalu dengan diberikannya pelatihan dan bimbingan supervisi klinik model 4S kepada ketua tim maka kinerja perawat pelaksana menjadi optimal. Peningkatan kinerja perawat pelaksana dapat dipertahankan dan ditingkatkan jika ketua tim secara berkelanjutan melaksanakan supervisi. Peningkatan ini dapat dikatakan optimal karena terjadi peningkatan skor pada post test

dari kedua rumah sakit tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Robert John Wood Foundation tahun 2007 yang menyatakan perawat yang merasa mendapat dukungan dari supervisor dan disupervisi dengan baik dalam melakukan pekerjaannya 53

JKA | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2014

Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam Metode Asuhan Keperawatan Tim di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

(10)

24

lebih merasa puas terhadap pekerjaannya. Sejalan pendapat Brunero & Parbury tahun 2005 yang menyatakan kinerja perawat lebih banyak tercapai dengan sistem supervisi yang menciptakan hubungan baik antara supervisor

23

dengan supervisee. Dengan demikian sistem supervisi sangat berhubungan dengan kinerja perawat.

SIMPULAN

Ada perbedaan kinerja perawat pelaksana dalam metoda asuhan keperawatan tim sebelum dan sesudah mendapat supervisi klinik dari ketua tim yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik model 4S pada kelompok intervensi.

DAFTAR PUSTAKA

Marquist,B.L & Houston,C.J. Leadership Roles and Management Functions in Nursing: Theory and Application, Six Edition. Lippincot William & Wilkins. 2009.

Douglas. The Principles and Practice of Nursing. Six Edition. Addison wesley. Mosby. 1984.

Kron T & Gray. The Management of Patien Care. Philadelphia: W.B. Saunders Campany. 1987.

Davis, N., Professional Nursing:Concepts and Challenges. Nursing care delivery systems. In K.Chitty (Ed) pp. 279-294. Philadelphia: W.B. Saunders. 1993.

Depkes. RI. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta.1999. Hyrkäs K.,& Paunonen-Ilmonen M, (2001), The

Effects of Clinical Supervision on the Quality of Care: Examining the Results of Team Supervision, Journal of Advanced Nursing, 33(4): 492-502.

Lilian. Pengaruh Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruang Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Woodwaru Palu. Tesis. Program Magister FIK UI. 2011.

Izzah, N. Hubungan Teknik Supervisi dan Frekuensi Kegiatan Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Batang, Jawa Tengah. Tesis. Program Magister FIK UI. 2003.

Supratman & Sudaryanto, A. Supervisi Keperawatan Klinik. Berita ilmu keperawatan, ISSN 1979-2697. Vol I No. 4.193-196. Desember 2008.

Mularso, Supervisi Keperawatan di Rumah Sakit Dr.A. Aziz Singkawang: Studi kasus, Tesis: Progam S2 MMR UGM. 2006.

Page S.,& Wosket V, (1995), Clinical Supervision for Nurses and Allied Health Professionals: the 4S Model, Routledge & New York,

Available from:

www.northwestsolutions.co.uk.

Waskett, C. Clinical Supervision Using The 4S Model. Nurse Time. May 4-10;106(17):19-21. 2010. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/20486634. Diakses 12 Mei 2012 Lepley L. Is the Workforce being Supported

through Effective Supervision. Conventry University. Postgraduate Certificate in Management Lisa lepley, Cohort 7. M09. 2012. Diakses 12 Mei 2012

54 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

(11)

Waskett, C. Clinical Supervision using the 4S Model 1: Considering the Structure and Setting itup. Nurse Time. Apr 27 May 3;106 (16):12-2010. Diakses 12 Mei 2012 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/204 86634

Waskett, C. Clinical Supervision using the 4S Model 2: Training Supervisors to Deliver Effective sessions. Nurse Time. 27-May3;106(16):12-2010. Diakses 12 Mei 2012 http://www.nursingtimes.net.

Waskett, C. Clinical Supervision using the 4S Model 3: How to Support Supervisors and S u s t a i n s c h e m e s . N u r s e T i m e . M ay 1 1 -17;106(18):14-6.2010.Diakses12Mei 2012http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d/20486634

Nursalam. Manajemen Keperawatan; Aplikasi dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika. 2007.

Depkes RI. Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Direktorat Jendral pelayanan Medik. Jakarta: Depkes RI. 2007.

Swansburg, R C. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk Perawat klinis. (Alih Bahasa : Suharyati Samba). Jakarta: EGC. 2000.

Wibowo. Manajemen kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.2008

Cortese, C.G. Job satisfaction of Italian nurses: an exploratory studi.Journal of Nursing Management. Vol 15 Issue 3, pages 303-3. Diakses 12 April 2013. 2007

Suyanto. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia. 2009.

Curtis. Job satisfaction: a survey of nurses in the Republic Ireland. Journal of Nursing Manajement. Vol 54. Issue 1, pages 92-99 March 2007.diakses 12 April 2013

Robert John Wood Foundation. Multiple factors affect job satisfaction. Research Number 22. February. https://folio.iupui.edu/ bitstream/handle/10244/556/Research% 2 0 H i g h l i g h t % 2 0 2 2 % 5 B 2 % 5 D. p d f ? sequence=2.2007. Diakses 13 Februari 2013

Brunero, S. & Parbury, S. The effectiveness of clinical supervision in nursing: an evidenced based literatur review. Australian Journal of Advanced Nursing Vol. 25. 2005.Diakses 13 Februari 2013

Suyanto. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia. 2009.

55 Pengaruh Supervisi Klinik Ketua Tim Model 4S terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam

Gambar

Tabel	2.		Perbedaan	 Kinerja	 Perawat

Referensi

Dokumen terkait

Bedak kompak harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak mudah pecah atau patah dengan penggunaan normal (Butler, 2000)..

Selama triwulan laporan, harga TBS lokal rata-rata mengalami kenaikan sebesar 0,63% (qtq), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

Adapun gejala klinis yang sering kita temukan pada laringitis akut ini adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau afoni, sesak nafas bahkan stridor,

ini didu2un3 oleh pe0nyataan P0esiden Asosiasi Pilot a0uda' Stephanus e00a0dus$. Stehanus membantah keterlambatan itu akibat ilot Garuda

Risiko Likuiditas adalah risiko dimana suatu entitas menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban terkait dengan liabilitas keuangannya yang diselesaikan dengan

Salah satu perhitungan alokasi unit penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang dilakukan dengan mempertimbangkan luas wilayah perairan Pandeglang, jumlah inputan, serta nilai

Pada model dengan menggunakan variabel dependen Indeks Gini, IPM juga merupakan sumber ketimpangan pembangunan yang sangat signifikan, dengan probabilitas sebesar

Keadaan preeklampsia berat dengan dan tanpa sindrom HELLP merupakan keadaan yang memerlukan penanganan yang serius, di tambah lagi dengan komplikasi lain yang memperberat