• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Abd. Kadir W. dan Yusran Jusuf ABSTRACT. Key Words: People participation, Social forestry, Borrisallo KHDTK. ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Abd. Kadir W. dan Yusran Jusuf ABSTRACT. Key Words: People participation, Social forestry, Borrisallo KHDTK. ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1, 2)

Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Makasar, Sulawesi Selatan

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN

SOCIAL FORESTRY DI KHDTK BORISALLO

(

)

Community participation level in social forestry in KHDTK

Barisallo

Oleh : dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan di KHDTK Borisallo. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan BPK Makassar dalam mengembangkan di KHDTK Borisallo. Penelitian ini dilaksanakan pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Borisallo yang terletak di Kelurahan Bontoparang, Kecamatan parangloe, Kabupaten Gowa pada bulan Juni Agustus 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di KHDTK Borisallo masih rendah. Akan tetapi, tingkat partisipasi sebagian masyarakat sudah sampai pada partisipasi fungsional dimana mereka telah memfungsikan kelompok tani yang ada dalam membahas kegiatan yang dilaksanakan. Agar dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai sasaran, kegiatan pendampingan yang intensif sangat diperlukan untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Kegiatan pendampingan juga dibutuhkan untuk memfasilitasi terbentuknya usaha-usaha

Abd. Kadir W.1) Yusran Jusuf2)

ABSTRACT

The purpose of this research was to reveal participation level and people perception on social forestry activities in Borrisallo KHDTK. The result study also was useful for the consideration input FRI Makasar to develop social forestry program in Borrisallo KHDTK. This research was conducted in Borisallo KHDTK at Bontoparang Sub District, Gowa District in June - August 2007. The result of the study should that people participation level in social forestry program in Borrisallo was low. Eventhough but the half of the people participation level has reached up to functional participation which the people has already enrolloed the farmer group think discussion on their activity. In order to carried out the social forestry successfully it were necessary to enpower intensively for increasing their motivation and participation in social forestry program. Enpowering program also was necessary for development of same activities were supported the people in high productivity for land use in Borrisallo KHDTK.

Key Words: People participation, Social forestry, Borrisallo KHDTK.

ABSTRAK social forestry social forestry social forestry social forestry social forestry.

(2)

yang dapat mendukung aktivitas masyarakat dalam menggarap lahan di KHDTK Borisallo sehingga bisa lebih produktif.

Kata kunci : Partisipasi masyarakat, , KHDTK Borisallo

Balai Penelitian Kehutanan Makassar (BPK Makassar) berdasarkan SK Menhut No. 367/Menhut-II/2004 tanggal 5 Oktober 2004 mengelola tiga Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Salah satu diantaranya adalah KHDTK Borisallo yang terletak di Kelurahan Bontoparang, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa. KHDTK Borisallo sejak tahun 2003 diarahkan untuk pengembangan

dan diharapkan menjadi pengembangan di Sulawesi Selatan.

Departemen Kehutanan (2004) mendefenisikan sebagai sistem pengelolaan sumberdaya hutan pada kawasan hutan negara dan atau hutan hak, yang memberi kesempatan kepada masyarakat setempat sebagai pelaku dan atau mitra utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya dan mewujudkan kelestarian hutan.

Dalam rangka mengembangkan di KHDTK Borisallo, partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan sangat mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Maksud dari partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan adalah untuk mendorong kemandirian masyarakat sehingga tercapai pembangunan berkelanjutan ( ), efektivitas dan efisiensi dari program atau proyek pembangunan akan lebih mudah dicapai, dan efektif meminimalisir konflik horizontal serta mengantisipasi konflik vertikal yang seringkali menjadi penyebab konflik horizontal (Ointoe dkk 2005, Salman 2005, Sarjono 2004 ).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo sehingga tujuan masyarakat sejahtera dan hutan lestari dapat tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan di KHDTK Borisallo. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan kepada pihak pengelola KHDTK Borisallo dalam hal ini Balai Penelitian Kehutanan Makassar (BPK Makassar) dalam mengembangkan sehingga tujuan masyarakat sejahtera dan hutan lestari dapat terwujud.

social forestry

social forestry show window social forestry

social forestry social forestry sustainable development social forestry social forestry social forestry I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(3)

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

B. Metode Pengumpulan Data

C. Metode Analisis Data

Penelitian ini dilaksanakan di KHDTK Borisallo Kelurahan Bontoparang, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa yang merupakan salah satu KHDTK yang dikelola oleh BPK Makassar. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dimulai pada bulan Juni sampai Agustus 2007.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait berupa informasi mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka pengembangan di KHDTK Borisallo. Sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat di sekitar KHDTK baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam kegiatan berupa informasi keterlibatan dan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei. Jumlah responden yang diwawancarai yaitu sebanyak 33 % dari total populasi masyarakat yang memiliki lahan garapan dalam KHDTK untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dan 10 % dari total populasi masyarakat sekitar yang tidak memiliki lahan garapan dalam KHDTK Borisallo untuk mengetahui persepsi terhadap pelaksanaan kegiatan

Berdasarkan data yang ada, jumlah kepala keluarga yang menggarap lahan di KHDTK Borisallo sebanyak 83 KK dan jumlah kepala keluarga yang tidak memiliki lahan dalam KHDTK sebanyak 272 KK. Dengan demikian jumlah responden peserta

adalah 28 orang dan jumlah responden bukan peserta sebanyak 27 orang. Responden dipilih secara acak.

Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat, digunakan analisis statistik deskriptif sederhana terhadap jawaban responden dalam bentuk tabulasi. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat secara umum dalam kegiatan

digunakan rumus sebagai berikut :

social forestry

social forestry

social forestry.

social forestry.

social forestry social forestry

social forestry % 100 ) ( x NS ya ij X UP = å Dimana :

UP = Ukuran Partisipasi Masyarakat

X = Jumlah nilai yang menjawab ya pertanyaan ke-i dan responden ke-j NS = Nilai Sebenarnya/Seharusnya dari jawaban responden

Selanjutnya nilai UP didefenisikan dengan menggunakan pendekatan kategori yang dikembangkan oleh Babbie (1991) Fatoni (2004) yang telah dimodifikasi sebagai berikut :

ij

(4)

Nilai UP > 66,68 % : Partisipasi Tinggi Nilai UP 33,34 % - 66,67 % : Partisipasi Sedang Nilai UP < 33,33 % : Partisipasi Rendah

Selain mengukur tingkat partisipasi masyarakat secara umum dalam kegiatan juga dilakukan pengukuran tingkat partisipasi masyarakat mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Pretty (1995) Salman (2005), yaitu mulai dari partisipasi manipulatif sampai pada mobilisasi diri. Tingkatan partisipasi manipulatif sampai pada partisipasi pasif dikategorikan sebagai tingkat partisipasi rendah. Tingkatan paritisipasi konsultatif sampai pada partisipasi fungsional dikategorikan sebagai tingkat partisipasi sedang/menengah. Sedangkan tingkatan partisipasi interaktif sampai pada mobilisasi diri dikategorikan sebagai tingkat partisipasi tinggi. Untuk memudahkan dalam menganalisis tingkat partisipasi masyarakat, terlebih dahulu dibuat kriteria pada setiap tingkatan partisipasi seperti yang tersaji pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Kriteria Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Social Forestry di KHDTK Borisallo

social forestry,

(Table 1. Criteria for level participation community in social forestry activity in KHDTK Borisallo)

dalam Tingkat Partisipasi Kriteria Partisipasi Manipulatif

- Masyarakat dipaksa ikut berpartisipasi dalam kegiatansocial forestry

Partisipasi Pasif - Masyarakat hanya datang, duduk dan diam pada setiap pertemuan/kegiatan yang dilaksanakan oleh BPK Makassar

- Masyarakat hanya melaksanakan apa yang disampaikan oleh BPK Makassar

Partisipasi Konsultatif

- Masyarakat memberikan usul atas kegiatan yang akan dilaksanakan

- Usul yang diberikan bisa diakomodir oleh BPK Makassar Partisipasi

Material

- Masyarakat ikut terlibat menyumbangkan tenaga dan atau dana dalam kegiatansocial forestry

Partisipasi Fungsional

- Masyarakat menfungsikan KTH yang telah ada untuk membahas kegiatan yang dilaksanakan oleh BPK Makassar Partisipasi

Interaktif

- Masyarakat baik secara perwakilan dalam KTH atau keseluruhan bersama-sama dengan BPK Makassar merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan

Mobilisasi diri - Masyarakat mampu merencanakan sendiri kegiatan yang akan dilaksanakan melalui KTH yang ada

- Mampu menjalin kontak dengan lembaga luar untuk dukungan sumberdaya dan bimbingan teknis

- BPK Makassar hanya menyiapkan kerangka kegiatan secara umum

(5)

Untuk mengetahui persepsi masyarakat sekitar terhadap pelaksanaan kegiatan digunakan analisis deskriptif terhadap jawaban responden yang meliputi pengetahuan terhadap kegiatan yang dilaksanakan, keterlibatan masyarakat, manfaat yang dirasakan dan harapan masyarakat.

Pengembangan pada KHDTK Borisallo dimulai sejak tahun 2002. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dibagi dalam 3 (tiga) tahap yaitu tahap kajian, tahap penelitian aksi, dan tahap pengembangan. Tabel 2 memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam setiap tahapan.

social forestry

social forestry

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KegiatanSocial Forestrydi KHDTK Borisallo

Hasil yang telah dicapai dari kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo sejak tahun 2002 sampai 2006 dapat di bagi dalam dua aspek yaitu aspek pemanfaatan lahan dan aspek kelembagaan masyarakat. Pola pemanfaatan lahan yang dikembangkan di KHDTK Borisallo adalah dalam bentuk agroforestry. Selama ini pola agroforestry yang dikembangkan oleh masyarakat adalah dengan mengkombinasikan tanaman kehutanan sebagai tanaman pokok dan tanaman perkebunan sebagai tanaman sela. Jenis tanaman kehutanan yang berfungsi sebagai tanaman pokok adalah tanaman eucalyptus ( ), akasia ( ) dan tanaman gmelina ( ). Sedangkan tanaman perkebunan yang umumnya dikembangkan adalah kopi, coklat dan pisang.

Pola agroforestry yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat di KHDTK Borisallo pada lahan yang masih kosong adalah kombinasi tanaman kehutanan dan (MPTS) sebagai tanaman pokok dengan perbandingan 60% tanaman kehutanan dan 40% tanaman MPTS. Jenis tanaman kehutanan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dikembangkan adalah sengon dan mahoni sedangkan tanaman MPTS adalah petai. Tanaman sela dikembangkan tanaman kopi dan coklat dengan perbandingan 30% tanaman kopi dan 70% tanaman coklat.

Dalam aspek kelembagaan masyarakat, di KHDTK Borisallo telah terbentuk 4 (empat) kelompok tani hutan (KTH) yang didasarkan pada kedekatan lahan garapan masyarakat. Setiap KTH yang ada di KHDTK Borisallo telah memiliki kelengkapan organisasi seperti susunan pengurus, aturan internal kelompok (AD/ART), dan peta areal pengelolaan yang dihasilkan dari kegiatan pemetaan partisipatif.

KTH yang ada di KHDTK Borisallo dalam mengelola lahan garapannya terlebih dahulu harus menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) Kemitraan yang telah disusun bersama antara BPK Makassar dengan KTH yang ada. Dalam SPK Kemitraan tersebut telah diatur mengenai pola pengelolaan lahan, masa pengelolaan, hak dan kewajiban, serta sanksi-sanksi.

Beberapa sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan petani dalam mengelola lahan di KHDTK Borisallo seperti persemaian semi permanen dan sarana produksi (parang, cangkul, spayer). Diharapkan dengan adanya sarana dan prasarana yang tersedia, KHT yang ada dapat lebih optimal dalam mengelola lahan garapannya.

social forestry

Eucalyptus deglupta Acacia sp Gmelina arborea

(6)

Tabel 2. Kegiatan-Kegiatan yang Dilaksanakan dalam Rangka Pengembangan di KHDTK Borisallo Tahun 2002 sampai 2006

Social Forestry

Table 2. Development social activities in KHDTK Borisallo in 2002 - 2006

Kegiatan dan Tahun Pelaksanaan Tujuan Kegiatan / Sasaran Kegiatan Tahap Kajian

Analisis Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Masyarakat Sekitar Daerah Tangkapan Air Tahun 2002

v Indentifikasi kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat

Studi Diagnostik Pengembangan Social Forestry di Stasiun Penelitian Uji Coba (SPUC) Borisallo Tahun 2003

v Potensi sumberdaya alam dan,

v Bentuk kegiatansocial forestryyang dapat diterapkan sesuai kondisi biofisik dan sosek masyarakat

Bentuk Agroforestry Adaptif pada Berbagai Komposisi Tegakan di Areal HKm SPUC Borisallo Tahun 2004

v Bentuk agroforestry yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi pada berbagai jenis proporsi tegakan Tahap Penelitian Aksi

Model Kelembagaan HKm di SPUC Borisallo

Tahun 2004 v

Model kelembagaan yang sesuai kondisi sosbud masyarakat setempat

v Terbentuknya 4 Kelompok Tani Hutan (KTH)

Pemetaan Partisipatif di KHDTK Borisallo

Tahun 2004 v

Tersedianya peta tata batas kapling, tata batas KTH, tata batas kawasan, dan tata guna lahan di KHDTK Borisallo Model Kelembagaan Kemitraan di KHDTK

Borisallo Tahun 2005 v

Disepakatinya Surat Perjanjian Kerjasama Kemitraan (SPK) dalam pengelolaan KHDTK Borisallo antara Balai Litbang Kehutanan Sulawesi (BP2KS) dan penggarap lahan (4 KTH yang ada) Bentuk Agroforestry Adaptif pada Berbagai

Komposisi Tegakan di KHDTK Borisallo Tahun 2005

v Bentuk agroforestry yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi pada berbagai jenis proporsi tegakan Teknologi dan KelembagaanSocial forestrydi

KHDTK Borisallo Tahun 2006 v

Demplot agroforestry pada masing-masing KTH seluas 0,25 ha

v Penguatan kelembagaan masyarakat

Gelar Teknologi Tahun 2004 v Transfer IPTEK

- Pengetahuan teknis persemaian - Pengetahuan tentang tipologi

Agroforestry

- Pengetahuan tentang teknik konservasi tanah

- Pengetehuan tentang lembaga pengelola HR/ HKm Pengembangan Kelompok Tani Hutan di

KHDTK Borisallo Tahun 2006

v Terbangunnya persemaian semi permanen berbasiskan KTH

v Meningkatkan keterampilan petani dalam seleksi benih dan pengelolaan persemaian Sumber : Laporan Kegiatan Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi (Tahun 2002 sampai

(7)

B. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan di KHDTK Borisallo

Social Forestry

Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan membutuhkan partisipasi masyarakat untuk keberhasilannya. Esensi pemerintah membutuhkan partisipasi masyarakat karena beberapa hal. Pertama, partisipasi masyarakat akan menjadi ”telinga” bagi pemerintah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, pemasalahan, dan kebutuhan masyarakat. Kedua, efektivitas dan efisiensi dari program atau proyek pembangunan akan lebih mudah dicapai. Ketiga partispasi secara etik-moral merupakan hak demokratis bagi rakyat, sehingga dapat meredam potensi resistensi dan protes sosial bagi efek-efek samping pembangunan (Conyers, 1991 Salman, 2005)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil skoring tingkat partisipasi masyarakat dimana 78,57 % masyarakat yang memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan 21,43 % berada pada tingkat partisipasi sedang. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi dalam Pelak-sanaan

Kegiatan Pengembangan di KHDTK Borisallo dalam

social forestry

social forestry

Social Forestry

Table 3. Respondent distribution based on participation level in development SF in KHDTK Borisallo

Hasil Skoring Tingkat Partisipasi

Masyarakat Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 0 – 33,33 % Partisipasi rendah 22 78,57 33,34 – 66,67 % Partisipasi sedang 6 21,43 66,68 – 100 % Partisipasi tinggi -

-Rata–rata = 27,71 % Partisipasi Rendah 28 100,00

Sumber : Data Primer Setelah diolah (2007)

Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat karena pada sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan baik dalam bentuk pertemuan maupun dalam bentuk kegiatan fisik tidak semua masyarakat dilibatkan. Kegiatan pertemuan biasanya dilakukan dengan sistem perwakilan dimana setiap KTH diwakili oleh 5 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota. Begitupun dalam kegiatan fisik, umumnya yang terlibat hanya sebatas kepada mereka yang lahannya masuk dalam lingkup kegiatan tersebut. Sistem perwakilan seperti ini dikeluhkan oleh sebagian masyarakat karena pada dasarnya mereka ingin terlibat tetapi tidak pernah diundang.

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan di KHDTK Borisallo dapat menyebabkan proses belajar masyarakat dari pengalaman tidak akan berjalan dengan baik. Hal ini juga akan mempengaruhi hasil yang diharapkan dari program pengembangan ini. Menurut Cohen dan Uphoff (1977) Salman (2005), partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan akan mengkondisikan proses belajar bagi komunitas, dan menciptakan efek-efek spesifik bagi masyarakat.

social forestry

social forestry

(8)

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan akan melahirkan (kemampuan untuk mengidentifikasi) dalam tubuh masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat dalam perencanaan yang berulang-ulang, kapasitas untuk mengidentifikasi kebutuhan, permasalahan, alternatif dan skenario pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah akan dimiliki oleh masyarakat.

dapat tumbuh pada sebagian masyarakat peserta kegiatan di KHDTK Borisallo. Hal ini terlihat dalam kegiatan pembuatan demplot agroforestry dan pemetaan partisipatif dimana mereka sudah dapat merencanakan jenis tanaman yang akan dikembangkan dan mampu menyusun teknis pelaksanaan kegiatan pemetaan partisipatif.

Partisipasi masyarakat dalam implementasi pembangunan akan melahirkan (kepekaan integritas), yaitu rasa kesatuan, rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan, dan rasa kegotongroyongan. dapat dimiliki oleh sebagian masyarakat di KHDTK Borisallo karena sebagian dari mereka sudah ikut terlibat dalam setiap kegiatan pertemuan dan kegiatan fisik yang memerlukan kebersamaan dan kerjasama.

Partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil pembangunan akan melahirkan (rasa memiliki) hasil-hasil pembangunan, karena mereka sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menikmatinya. Pada saatnya masyarakat akan merasakan bahwa apa yang telah mereka hasilkan adalah miliknya sendiri.

Partisipasi masyarakat dalam evaluasi dan monitoring akan melahirkan (rasa bertanggung jawab), yaitu rasa ikut bertanggung jawab terhadap hasil pembangunan. Hal ini akan termanifestasi dalam bentuk pengawasan secara berlanjut terhadap setiap implementasi pembangunan.

sudah mulai dimiliki oleh sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya respon dari masyarakat terhadap oknum masyarkat yang ingin melakukan kegiatan pengembangan tanaman jarak di areal KHDTK tanpa sepengetahuan pihak BPK Makassar dan KTH yang ada.

Apabila dihubungkan dengan tingkat partisipasi masyarakat seperti dikemukakan oleh Pretty (1995) Salman (2005), tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo secara umum berada dalam kategori sedang. Namun secara parsial dapat dikemukakan bahwa 14,29 % masyarakat tergolong dalam partisipasi pasif, 46,42 % tergolong dalam partisipasi material dan 25,00 % yang tergolong dalam partisipasi fungsional (Tabel 4).

sense of identification Sense of identification social forestry sense of integrity Sence of integrity sense of belonging sense of responsibility Sense of responsibility social forestry dalam

Masyarakat yang tergolong dalam partisipasi pasif umumnya dalam setiap pertemuan yang dilakukan hanya datang, diam, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh fasilitator (peneliti BPK Makassar dan LSM setempat). Pada umumnya mereka malu/takut mengeluarkan pendapat, usulannya sudah disampaikan oleh peserta yang lain dan adanya dominasi orang tertentu dalam bertanya dan mengeluarkan usul/pendapat.

Masyarakat yang tergolong dalam partisipasi material umumnya mereka yang terlibat dalam kegiatan fisik seperti pembuatan demplot agroforestry, pemeliharaan demplot agroforestry, persemaian (pengisian ). Masyarakat selama ini hanya dapat menyumbangkan tenaga, mereka belum mampu menyumbangkan dana dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi mereka belum memungkinkan untuk ikut menyumbangkan dana.

(9)

Masyarakat yang tergolong dalam partisipasi fungsional umumnya terlibat dalam kegiatan penyusunan aturan internal KTH. Masyarakat mulai menfungsikan kelompoknya dalam penyusunan aturan internal tersebut. Pihak BPK Makassar dan LSM setempat hanya memfasilitasi dan mencatat semua proses yang terjadi dalam diskusi tersebut.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo, kegiatan pendampingan perlu lebih diintesifkan lagi oleh BPK Makassar maupun LSM setempat yang menjadi mitra BPK Makassar dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo dimulai sejak tahun 2002. Dalam kurung waktu 4 (empat) tahun sejak mulai dilaksanakan, sebagian besar (55,56 %) masyarakat yang tidak memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo tidak mengetahui adanya kegiatan tersebut dan sebagian lagi (44,44 %)mengetahui adanya kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo. Besarnya persentase masyarakat yang tidak mengetahui adanya kegiatan di KHDTK Borisallo disebabkan karena umumnya masyarakat yang diundang dalam setiap kegiatan adalah mereka yang memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo.

Masyarakat yang mengetahui adanya kegiatan pengembangan

umumnya memperoleh informasi kegiatan tersebut dari sesama petani. Sebagian C. Persepsi Masyarakat yang Tidak Memiliki Lahan Garapan di KHDTK

Borisallo Terhadap KegiatanSocial Forestry social forestry

social forestry

social forestry

social forestry

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi dalam Pelak-sanaan Kegiatan PengembanganSocial Forestrydi KHDTK Borisallo

Table 4. Respondents distribution based on level participation in Social Forestry activities in KHDTK Borisallo

Tingkat Partisipasi Jumlah

Responden (Orang) Persentase (%) (%) Kategori Partisipasi Tidak Berpartisipasi 4 14,29 Partisipasi Manipulatif - -Partisipasi Pasif 4 14,29 28,57 Rendah Partisipasi Konsultatif - -Partisipasi Material 13 46,42 Partisipasi Fungsional 7 25,00 71,43 Sedang Partisipasi Interaktif -

-Mobilisasi Diri - - - Tinggi

Jumlah 28 100,00 100,00

(10)

Tingkat Pengetahuan Masyarakat akan kegiatanSocial Forestrydi

KHDTK Borisallo Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Tahu 12 44,44 Terlibat 2 16,67 Tidak Terlibat 10 83,33 Tidak Tahu 25 55,56 Jumlah 27 100,00

masyarakat lainnya memperoleh informasi dari tokoh masyarakat, aparat kelurahan, staf BPK Makassar dan dari anggota LSM setempat.

Masyarakat sekitar yang mengetahui adanya kegiatan di KHDTK Borisallo, hanya 16,67 % saja yang pernah terlibat dan selebihnya (83,33 %) tidak pernah terlibat kegiatan. Kegiatan yang diikuti oleh masyarakat sekitar yang terlibat kegiatan pengembangan hanya terbatas pada kegiatan gelar teknologi dan studi banding ke Jeneponto pada tahun 2004 dan diskusi-diskusi yang dilaksanakan di Kantor kelurahan dan di Mess KDHTK. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh masyarakat sehubungan dengan ketidakterlibatannya dalam kegiatan di KHDTK Borisallo diantaranya karena tidak pernah diundang, tidak punya lahan di KHDTK dan tidak punya waktu untuk ikut kegiatan. Tingkat pengetahuan masyarakat sekitar yang tidak memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo terhadap kegiatan

dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Sekitar akan Kegiatan Social Forestry di KHDTK Borisallo social forestry social forestry social forestry social forestry

Table 5. Level of community knowledge of SF participation KHDTK Borisallo

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2007)

Rendahnya keterlibatan masyarakat yang tidak memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo disebabkan karena adanya kebijakan dari BPK Makassar yang lebih mengutamakan masyarakat yang menggarap lahan di KHDTK Borisallo. Kebijakan ini diambil untuk mengamankan lahan KHDTK agar tidak mengalami kerusakan yang lebih parah karena pengolahan lahan yang tidak memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan.

Hasil penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa hanya 11,11 % masyarakat sekitar yang merasakan manfaat yang dari kegiatan di KHDTK Borisallo dan selebihnya 88,89 % masyarakat sekitar tidak merasakan adanya manfaat dari kegiatan tersebut. Manfaat yang diperoleh oleh masyarakat sekitar dari kegiatan di KHDTK Borisallo adalah adanya pengetahuan mengenai teknik bercocok tanam yang baik dalam kawasan hutan, pengetahuan tentang cara membuat aturan main dalam kelompok dan pengetahuan akan manfaat bekerja secara berkelompok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa masyarakat sekitar yang tidak memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo menyarankan beberapa hal sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan Beberapa saran yang mereka kemukakan antara lain agar mereka juga bisa diikutsertakan dalam setiap

social forestry

social forestry

(11)

kegiatan yang dilaksanakan oleh BPK Makassar, sosialisasi kegiatan lebih sering dilakukan, instansi terkait juga dilibatkan, penyuluhan rutin bagi petani hutan, tanaman yang dikembangkan merupakan tanaman yang cepat menghasilkan, peralatan yang ada bisa juga dipinjamkan kepada masyarakat sekitar, dan masyarakat bisa lebih sejahtera dengan adanya kegiatan .

sebagai suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan khususnya masyarakat yang memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo sedapat mungkin juga memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar yang tidak memiliki lahan garapan di KHDTK. Untuk itu perlu dipertimbangkan pelibatan masyarakat sekitar sehingga transfer ilmu pengetahuan dapat lebih merata kepada seluruh masyarakat di Kelurahan Bontoparang, Kec. Parangloe, Kab. Gowa. Dengan adanya keterlibatan masyarakat sekitar dalam kegiatan diharapkan kawasan hutan yang terdapat dalam wilayah Kelurahan Bontoparang dapat tetap terjaga dan kehidupan ekonomi masyarakat dapat lebih baik.

1. Tingkat partisipasi masyarakat secara umum tergolong rendah dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo dimana sebanyak 78,57 % responden memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan hanya 21,43 % yang memiliki tingkat partisipasi sedang.

2. Berdasarkan tangga partisipasi, sebanyak 46,42 % masyarakat berada pada tingkat partisipasi material dan sebanyak 25% masyarakat sudah sampai pada tingkat partisipasi fungsional.

3. Umumnya (55,56 %) masyarakat sekitar yang tidak memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo tidak mengetahui adanya kegiatan pengembangan

dan hanya 44,44% masyarakat sekitar yang mengetahui adanya kegiatan

pengembangan .

4. Sebagian kecil (11,11%) masyarakat sekitar yang merasakan manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan di KHDTK Borisallo.

1. Perlu mempertimbangkan sistem perwakilan yang selama ini diterapkan pada sebagian besar kegiatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat diikuti dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh penggarap lahan di KHDTK Borisallo

2. Untuk meningkatkan partisipasi dan motivasi masyarakat dalam rangka mendukung kegiatan pengembangan di KHDTK Borisallo kegiatan pendampingan perlu lebih diintensifkan lagi.

3. Perlu pelibatan masyarakat sekitar yang tidak memiliki lahan garapan di KHDTK Borisallo sehingga transfer ilmu pengetahuan dapat lebih merata kepada seluruh masyarakat sehingga diharapkan kawasan hutan yang terdapat dalam wilayah Kelurahan Bontoparang dapat tetap terjaga dan kehidupan ekonomi masyarakat dapat lebih baik.

social forestry Social forestry social forestry social forestry social forestry social forestry social forestry social forestry

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: PP.01/Menhut-11/2004 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat di Dalam dan atau di Sekitar Hutan dalam Rangka Social Forestry. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kehutanan. Jakarta.

Fatoni. 2004. Tingkat dan manfaat partisipasi dalam program pengembangan kecamatan. Studi Kasus di Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ointoe, R.E, Basri A, Karyanto M, Hendah M, Said B, M. Rodli K, M. Isnaeni. 2005. Mencipta gagasan, mendorong gerakan. Pengalaman Mendorong Partisipasi Publik. Yayasan SERAT Manado.

Salman, D. 2005. pembangunan partisipatoris. Modul Konsentrasi Manajemen Perencanaan. Program Studi Administrasi Pembangunan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sardjono, M.A. 2004. Mosaik sosiologis kehutanan: masyarakat lokal, politik dan kelestarian sumberdaya. DEBUT Press.

Gambar

Tabel 1. Kriteria Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Social Forestry di KHDTK Borisallo
Tabel 2. Kegiatan-Kegiatan yang Dilaksanakan dalam Rangka Pengembangan di KHDTK Borisallo Tahun 2002 sampai 2006
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi dalam Pelak-sanaan Kegiatan Pengembangan di KHDTK Borisallo
Table 4. Respondents distribution based on level participation in Social Forestry activities in KHDTK Borisallo
+2

Referensi

Dokumen terkait

Suharno (2008) mengenai patogenisitas Metarhizium anisopliae terhadap larva Oryctes rhinoceros menunjukkan bahwa pada konsentrasi konidia yang tinggi memungkinkan cendawan

Adalah satuan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh bagian produksi dan bagian jasa, dalam rangka proses produksi!. Satuan ini sangat diperlukan

kota orang Filistin itu dan berkata: &#34;Antarkanlah tabut Allah Israel itu; biarlah itu kembali ke tempatnya, supaya jangan dimatikannya kita dan bangsa kita.&#34; Sebab di

Perbandingan kematian larva Ae.Aegypti laboratorium dengan larva daerah endemik setelah 24 jam perlakuan dengan Bti pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada tabel I.. Pada

Kedua : : bahwa bahwa dalam dalam penyusunan penyusunan indikator indikator penilaian penilaian kinerja kinerja puskesmas puskesmas tercantum dalam lampiran merupakan

Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka akan dilakukan analisis, perancangan serta pengimplementasian sistem informasi akuntansi yang

Kurikulum Program Magister yang berorientasi penguasaan dan pengembangan harus mencakup matakuliah penelitian dan penyusunan Tesis, serta muatan Metodologi Penelitian dengan

Masalah penelitian ini adalah bagaimana proses pembelajaran mengggambar, hasil pembelajaran mengggambar, karakteristik gambar anak tunagrahita, dan kendala yang dihadapi dalam