• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KUTAI BARAT

PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT

NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

TATA CARA PEMBENTUKAN SELEKSI CALON PIMPINAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN KUTAI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUTAI BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pembentukan Seleksi Calon Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Kutai Barat.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten malinau, Kabupaten Kutai barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 175, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3896), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(2)

2

6. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5255);

7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5508);

12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagamana telah beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

13. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 03).

Memperhatikan : Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementerian/Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga Negara, Sekretariat Jenderal Komoisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Hukum Milik Negara, dan Badab Usaha Milik Daerah melalui Badan Amil Zakat Nasional.

MEMUTUSKAN ;

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN

SELEKSI CALON PIMPINAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN KUTAI BARAT.

(3)

3 BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksudkan dengan: 1. Daerah adalah Daerah Otonom Kabupaten Kutai Barat;

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

5. Kepala Daerah adalah Bupati Kutai Barat;

6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Barat;

7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat;

8. Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Kutai Barat yang selanjutnya disebut BAZNAS KABUPATEN KUTAI BARAT adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat diwilayah Kabupaten Kutai Barat;

9. Tim seleksi adalah tim yang melakukan seleksi calon pimpinan Baznas Kabupaten Kutai Barat;

BAB II

TATA CARA PEMBENTUKAN TIM Pasal 2

(1) Bupati membentuk tim seleksi calon pimpinan BAZNAS;

(2) Pembentukan tim seleksi calon pimpinan BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 3

(1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 beranggotakan 9 (Sembilan) orang yang terdiri atas unsur Kementerian Agama, Unsur Pemerintahan Daerah yang terkait, dan unsur lain yang diperlukan;

(2) Anggota tim seleksi dari unsur Kementerian Agama sebagimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 3 (tiga) orang;

(3) Anggota tim seleksi dari unsur Pemerintah Daerah yang terkait dan dari unsur lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diperlukan berjumlah 7 (Tujuh) orang; (4) Unsur lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat terdiri atas

tenaga professional, tokoh masyarakat, dan / atau tokoh Agama Islam.

Pasal 4

(1) Anggota tim seleksi dari unsur Kementerian Agama sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) dan unsur lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam pasal

(4)

4

3 ayat (3) diusulkan oleh kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kutai Barat kepada Bupati;

(2) Anggota tim seleksi dari unsur Pemerintah Daerah yang terkait sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) diusulkan oleh Pejabat yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan kepada Bupati.

Pasal 5

(1) Susunan tim seleksi terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota;

(2) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) tidak dapat dipilih menjadi calon pimpinan BAZNAS Kabupaten Kutai Barat.

BAB III

TATA CARA SELEKSI CALON PIMPINAN BAZNAS Pasal 6

Tim seleksi menyusun rencana kerja, tata cara penjaringan calon, tata cara seleksi, materi seleksi, dan tata cara penetapan calon anggota BAZNAS.

Pasal 7

(1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 memilih calon Pimpinan BAZNAS berasal dari unsur masyarakat yang meliputi Ulama, tenaga professional, dan tokoh masyarakat Islam;

(2) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) dipilih oleh tim seleksi sebanyak 2 (Dua) kali jumlah calon pimpinan yang diperlukan

Pasal 8

(1) Pemilihan calon pimpinan BAZNAS dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dilakukan melalui proses penjaringan;

(2) Penjaringan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) dilakukan melalui pengumuman dimedia massa dan penyampaian pemberitahuan kepada Majelis Ulama Indonesia, Organisasi Masyarakat Islam, dan tokoh masyarakat Islam.

Pasal 9

(1) Calon pimpinan BAZNAS dari unsur Ulama sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (4) diusulkan oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia kepada tim seleksi; (2) Calon pimpinan BAZNAS dari unsur tokoh masyarakat Islam sebagaimana

dimaksud dalam pasal 3 ayat (4) diusulkan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam, atau dilakukan dengan mengajukan permohonan langsung kepada tim seleksi;

(3) Pencalonan pimpinan dari unsur tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (4) diusulkan oleh pimpinan lembaga yang bersangkutan kepada tim seleksi;

(4) Tim seleksi dapat menyampaikan permohonan sebagaiman dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) kepada unsur tokoh masyarakat Islam dan unsur tenaga profesional untuk menjadi calon pimpinan BAZNAS.

Pasal 10

(1) Tim seleksi menetapkan 10 (Sepuluh) orang calon pimpinan BAZNAS dari unsur masyarakat berdasarkan hasil seleksi;

(5)

5

(2) Penetapan calon pimpinan BAZNAS dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan keputusan tim seleksi yang ditandatangani oleh ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota;

(3) Tim seleksi melaporkan 10 (Sepuluh) calon pimpinan BAZNAS hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (2) kepada Bupati.

Pasal 11

(1) Bupati memilih 5 (Lima) orang calon pimpinan BAZNAS dari 10 (Sepuluh) orang unsur masyarakat hasil seleksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (3) yang diajukan oleh tim seleksi;

(2) Bupati menetapkan 5 (Lima) orang dari unsur masyarakat yang diusulkan oleh tim seleksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) menjadi calon pimpinan BAZNAS untuk disampaikan kepada BAZNAS guna mendapat pertimbangan;

(3) Bupati mengangkat 5 (Lima) orang dari unsur masyarakat yang menjadi pimpinan BAZNAS Kabupaten Kutai Barat setelah mendapat pertimbangan dari BAZNAS.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 12

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatanya dalam Berita Daerah Kabupaten Kutai Barat.

Ditetapkan di Sendawar pada tanggal 4 Nopember 2014

BUPATI KUTAI BARAT,

ISMAIL THOMAS

Diundangkan di Sendawar pada tanggal 4 Nopember 2014

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT,

AMINUDDIN

BERITA DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2014 NOMOR 30

No Nama Jabatan Paraf

1. Bastiar, SH Pj. Kasubbag Kumdang

2. Jannes Hutajulu, SH., M.Si Kabag Hukum

3. H.Muhammad Isnaini, S.Ag, M.Pd Kepala Kemenag

4. Ir. Meril Elisa Ass. II

5. Drs. Aminuddin, M.Si Sekda

(6)

6 PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT

NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

TATA CARA PEMBENTUKAN SELEKSI CALON PIMPINAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN KUTAI BARAT

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan Sakramen Baptisan Kudus secara rutin dilaksanakan setiap bulan pada Minggu ke dua, Bagi orang tua yang akan membawa anaknya di Baptis, dapat

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/i yang terpilih sebagai sukarelawan pada penelitian ini dapat mengisi lembar

Ibu pasien menunggu 5 bulan dari bulan januari dengan harapan pasiennya bisa bicara tetapi tidak masih bicara dan akhirnya ibunya bawa pasien ke Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah

Kondisi ini bila dianalisis lebih lanjut secara spasial-dinamik terhadap perubahan kondisi resiliensi eko-sosio terumbu karang untuk beberapa tahun kedepan, maka akan terlihat

Dengan merubah sedikit karya Panitia Bersama oleh kedua Pemerintah dijadikan Rancangan UUDS RI dan diajukan kepada DPR, Senat dan Banda kerja KNIP yang tanpa

Bantuan insentif yang selanjutnya dapat juga disebut Bantuan Pemerintah atau Bantuan saja, adalah jenis Bantuan yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang

Sistem dapat didefinisikan melalui dua kelompok pendekatan sistem, yang pertama yaitu pendekatan sistem yang menekankan pada prosedurnya dan yang kedua yaitu pendekatan sistem

HUBUNGAN KEPRIBADIAN BIGFIVE, MOTIVASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR(OCB) PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT X BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |