• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

1

PETUNJUK

PELAKSANAAN

PENGELOLAAN

KEUANGAN

BANTUAN

OPERASIONAL

KESEHATAN

(TUGAS

PEMBANTUAN)

TAHUN 2011

2011

DIREKTORAT JENDERAL

BINA GIZI DAN KIA

(2)

2

KATA PENGANTAR

Sehat merupakan hak dasar manusia yang menjadi tanggung jawab Pemerintah. Sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Dalam rangka mendorong dan mempercepat pembangunan kesehatan di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya terobosan melalui berbagai perubahan yang dilaksanakan secara berkesinambungan, salah satunya adalah dengan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Penyediaan Bantuan Operasional Kesehatan bagi Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu telah memasuki tahun kedua. Kami menyadari bahwa pelaksanaan BOK tahun 2010 masih terdapat berbagai kendala. Oleh karena itu pada tahun 2011 terdapat perubahan mekanisme penyaluran dana yang semula melalui mekanisme bantuan sosial menjadi mekanisme Tugas Pembantuan. Di samping itu, pengelolaan BOK di provinsi dan kabupaten/kota untuk tahun 2011 akan terintegrasi dengan Jamkesmas dan Jampersal, sehingga diharapkan dapat memberikan daya ungkit yang besar dalam pencapaian target-target MDGs.

Agar pelaksanaan BOK berjalan dengan efektif dan efisien, maka diperlukan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) yang dapat menjadi acuan bagi Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota, terutama dalam pengelolaan dana melalui mekanisme Tugas Pembantuan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberi petunjuk kepada kita sekalian dalam melaksanakan pembangunan kesehatan guna terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Jakarta, 28 Februari 2011

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Yang Menjalankan Tugas dan Fungsi

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,

dr. Budihardja, DTM&H, MPH NIP. 19511001 198008 1 001

(3)

3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Daftar Isi

Daftar Istilah dan Singkatan Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang B Tujuan C Sasaran D Dasar Hukum

BAB II PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

A Pengelolaan

B Pertanggungjawaban

BAB III TEKNIK PEMBUKUAN

A Manfaat dan Tujuan

B Perbedaan Konsepsi Lama dan Konsepsi Baru

C Penatausahaan Kas

D Pembukuan Bendahara Pengeluaran

BAB IV LAPORAN PEMANFAATAN DANA

A Pencatatan B Pelaporan BAB V

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN A. Pembinaan

B. Pengawasan PENUTUP

(4)

4

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APF Aparat Pengawasan Fungsional

ATK Alat Tulis Kantor

BA Berita Acara

BOK Bantuan Operasional Kesehatan

Dinkes Dinas Kesehatan

Ditjen DIPA GU GUP KPPN Direktorat Jenderal

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Ganti Uang

Ganti Uang Persediaan

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jampersal Jaminan Persalinan

Kabag Kepala Bagian

Kabid Kepala Bidang

Kasubid Kepala Sub-Bidang

Kemenkes Kementerian Kesehatan

Kemenkeu KPA

Kementerian Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran

LS Langsung

PA Pengguna Anggaran

PB Pengguna Barang

Perpres Peraturan Presiden

Permenkeu Peraturan Menteri Keuangan

(5)

5

Poskesdes Pos Kesehatan Desa

Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

PPK Pejabat Pembuat Komitmen

PP-SPM Penguji dan Penandatangan Surat Perintah

Membayar

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

Pustu Puskesmas Pembantu

SAI Sistem Akuntansi Instansi

SAK Sistem Akuntansi Keuangan

Sesditjen Sekretaris Direktorat Jenderal

Setditjen Sekretariat Direktorat Jenderal

SIMAK BMN Sistem Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara

SK Surat Keputusan

SPM Surat Perintah Membayar

SPP Surat Permintaan Pembayaran

SP2D Surat Perintah Pencairan Dana

SPP – UP Surat Perintah Pembayaran Uang Persediaan

SP3 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas

SPTB Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja

SPTJM Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

TOR TP

Term of Reference Tugas Pembantuan

TUP Tambahan Uang Persediaan

UAKPA Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

(6)

6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format Laporan Dinas Lampiran 2 : Format Laporan Rapat

Lampiran 3 : Format Laporan Penyelenggaraan Pertemuan Lampiran 4 : Format Laporan Tahunan

Lampiran 5 : Format Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak (SPTB) SPM GU

Lampiran 6 : Format Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak (SPTB) SPM LS

Lampiran 7 : Format Kuitansi Uang Persedian Lampiran 8 : Format Kuitansi LS

Lampiran 9 : Format Surat Setoran Bagian Pajak (SSBP)

Lampiran 10 : Format Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) Lampiran 11: Format Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Lampiran 12: Format Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) Lampiran 13: Format Daftar pengeluaran Riil

(7)

7

PERATURAN

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

NOMOR : HK.03.05/BI.3/607/2011

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (TUGAS

PEMBANTUAN)

DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan khususnya melalui upaya kesehatan promotif dan preventif telah ditetapkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas dan Jaringannya dengan Petunjuk Teknis yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 210/MENKES/PER/2011 tantang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan;

b. bahwa agar pengelolaan keuangan BOK dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntable perlu memperhatikan ketentuan dalam pelaksanaan pembayaran dan pertanggungjawaban yang diatur dalam pedoman;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2011 dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina Gizi dan

(8)

8

Kesehatan Ibu dan Anak;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4286);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsensentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4816);

6. Permenkeu Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN;

7. Permenkeu Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/ Satuan Kerja;

8. Permenkeu Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Pembentukan Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga;

9. Permenkeu Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar;

(9)

9

10. Permenkeu Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman

Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

11. Permenkeu Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tatacara Penatausahaan dan Penyusunan LPJ Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; 12. Permenkeu Nomor 170/PMK.05/2010 tentang

penyelesaian tagihan atas beban APBN pada satuan kerja.

13. Perdirjen Nomor Per-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN;

14. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor:

PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan LPJ Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja.

15. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 11/PB/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Diektur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Nega

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (TUGAS PEMBANTUAN) DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK TAHUN 2011

Pasal 1

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2011 bertujuan memberikan acuan

(10)

10

bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pengelolaan keuangan Bantuan Operasional Kesehatan dalam rangka :

a. Meningkatnya cakupan Puskesmas dalam pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

b. Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat.

c. Terselenggaranya proses Lokakarya Mini di Puskesmas dalam perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

d. Tersedianya acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengelolaan BOK.

Pasal 2

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan Di : Jakarta

Pada Tanggal : 28 Pebruari 2011

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Yang Menjalankan Tugas dan Fungsi

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,

dr. Budihardja, DTM&H, MPH NIP. 19511001 198008 1 001

Tembusan

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI

2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 3. Inspektur Jenderal Kementrian Kesehatan

4. Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan

5. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan 6. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan setempat

(11)

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas dan jaringannya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang bertanggung jawab di wilayah kerjanya, saat ini keberadaannya sudah cukup merata. Namun demikian, masih terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh Puskesmas dan jaringannya dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, antara lain adalah keterbatasan biaya operasional untuk pelayanan kesehatan.

Penyaluran dana BOK merupakan salah satu bentuk tanggung

jawab pemerintah dalam pembangunan kesehatan bagi

masyarakat di pedesaan/kelurahan khususnya dalam

meningkatkan upaya kesehatan promotif dan preventif guna tercapainya target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan.

Mengingat pada pelaksanaan tahun 2010 terdapat kendala dalam mekanisme penyaluran BOK melalui bantuan sosial, maka pada tahun 2011 mekanisme penyaluran dana tersebut mengalami perubahan menjadi Tugas Pembantuan dimana Bupati/Walikota diberikan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari Menteri Kesehatan untuk menggunakan dan mengelola anggaran Kementerian Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Bupati/Walikota sebagai Pengguna Anggaran atas nama Menteri Kesehatan menetapkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Tugas Pembantuan BOK tahun 2011, yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Petunjuk Pelaksanaan ini disusun sebagai acuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pengelolaan keuangan BOK. Apabila Pemerintah Daerah merasa perlu menyusun petunjuk yang bersifat lebih operasional sebagai turunan Petunjuk Pelaksanaan pengelolaan keuangan ini, maka pemerintah daerah dapat mengembangkannya sepanjang tidak bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan ini.

(12)

12

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan promotif dan preventif Puskesmas untuk mewujudkan pencapaian target SPM Bidang Kesehatan dan MDGs pada tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya cakupan Puskesmas dalam pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

b. Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat.

c. Terselenggaranya proses Lokakarya Mini di Puskesmas

dalam perencanaan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat.

d. Tersedianya acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melaksanaan pengelolaan keuangan BOK

C. Sasaran

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

D. Dasar Hukum

16. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

17. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara;

18. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tenggungjawab Keuangan Negara;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Pemerintah;

(13)

13

20. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsensentrasi dan Tugas Pembantuan;

21. Permenkeu Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN;

22. Permenkeu Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/ Satuan Kerja;

23. Permenkeu Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Pembentukan Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; 24. Permenkeu Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun

Standar;

25. Permenkeu Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

26. Permenkeu Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tatacara

Penatausahaan dan Penyusunan LPJ Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja;

27. Permenkeu Nomor 170/PMK.05/2010 tentang penyelesaian tagihan atas beban APBN pada satuan kerja.

28. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN;

29. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan

dan Penyusunan LPJ Bendahara Kementerian

Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja.

30. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 11/PB/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.

(14)

14

E. Pengertian

1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Adalah bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota

melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan menuju

Millennium Development Goals (MDGs) dengan meningkatkan

kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

2. SPM Bidang Kesehatan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah daerah kabupaten/kota.

3. Tugas Pembantuan

Adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan

kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

4. Dana Tugas Pembantuan

Adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

5. Belanja Barang

Adalah pengeluaran untuk menampung pembelian alat tulis kantor (ATK) dan penggandaan, pembelian konsumsi rapat, biaya transportasi, pembelian bahan kontak dan pemeliharaan ringan.

(15)

15

6. Biaya Transportasi

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas dan

jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu, baik

menggunakan sarana transportasi umum atau sarana transportasi yang tersedia di wilayah tersebut atau penggantian bahan bakar minyak atau jalan kaki ke desa yang terpencil/sangat terpencil.

7. Pemeliharaan Ringan

Adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pemeliharaan ringan Puskesmas dan jaringannya, meliputi: pemeliharaan ringan alat kesehatan Puskesmas, sarana sanitasi dan air bersih Puskesmas, sarana instalasi listrik Puskesmas, sarana dan ruang pelayanan Puskesmas serta pembelian barang lainnya seperti seprai, ember dan sapu.

8. Surat Pernyataan Riil

Adalah surat untuk bukti pengeluaran perjalanan dinas yang tidak dapat dibuktikan dengan dokumen pengeluaran/kuitansi.

9. Uang Harian

Adalah uang yang dapat digunakan sebagai uang makan dan uang saku petugas.

10. Uang Penginapan

Adalah biaya yang diperlukan untuk mengganti biaya menginap di penginapan ataupun rumah penduduk dalam rangka melakukan kegiatan ke desa terpencil/sulit dijangkau.

(16)

16

BAB II

PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

A. Pengelolaan

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 pasal 3 mengamanatkan pengelolaan keuangan negara dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan dan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Pengelolaan tersebut mencakup keseluruhan kegiatan

perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan dan

pertanggungjawaban.

1. Pengelompokan Anggaran BOK

Secara umum anggaran BOK dialokasi dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu :

a. Anggaran untuk Kegiatan Utama BOK (yang kemudian disebut dana BOK saja), dialokasikan ke dalam satu akun 521411-Belanja Barang Fisik Lainnya Tugas Pembantuan.

Anggaran ini mendukung kegiatan Puskesmas dan Jaringannya, yaitu :

1) Upaya kesehatan di puskesmas, 2) Penunjang pelayanan kesehatan,

3) Penyelenggaraan manajemen Puskesmas 4) Pemeliharaan ringan Puskesmas.

b. Anggaran Kegiatan Penunjang Tugas Pembantuan yang menggunakan Akun Belanja Barang sesuai peruntukannya (terdapat 7/tujuh-Akun). Anggaran ini mendukung kegiatan

manajemen Tugas Pembantuan Dinas Kesehatan

(17)

17

1) 521411 - Belanja Barang Fisik Lain Tugas Pembantuan 2) 521115 - Honor yang terkait dengan operasional

Satuan Kerja

3) 521211 - Belanja Bahan

4) 521213 - Honor yang terkait dengan output kegiatan 5) 521219 - Belanja Barang Non Operasional Lainnya 6) 522119 - Belanja Pengiriman

7) 524119 - Belanja Perjalanan Lainya

2. Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan

Bupati/Walikota penerima dana Tugas Pembantuan untuk atas nama Menteri Kesehatan RI selaku Pengguna Anggaran/Barang menetapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran dengan Surat Keputusan Penetapan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran Kementerian Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota.

Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam pengelolaan keuangan negara dapat menunjuk dan menetapkan :

a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

b. Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM c. Bendahara Pengeluaran

d. Panitia/Pejabat Pengadaan dan Panitia Pemeriksaan /Penerimaan Barang/Jasa;

e. Staf Pengelola Satker

f. Pengelola Keuangan BOK di Puskesmas

g. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran / Barang (SAK/SIMAK-BMN), dengan menetapkan Petugas Pengelola dan Penanggung Jawab Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen & Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN);

(18)

18

3. Tugas dan Wewenang Pejabat Pengelola Keuangan

a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

KPA adalah Penanggung Jawab pelaksana program dan pengelola anggaran pada Satker yang dipimpinnya.

KPA mempunyai tugas :

1) Membina PPK dalam pelaksanaan program dan

anggaran;

2) Mengesahkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), yang dibuat oleh PPK;

3) Melakukan koordinasi dengan para pelaksana kegiatan yang terkait;

4) Melakukan pemantauan/pengendalian pelaksanaan

BOK di Puskesmas dan Jaringannya; 5) Mengusulkan revisi DIPA bila diperlukan; 6) Melakukan revisi terhadap POK

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja. PPK yang ditunjuk adalah pejabat yang bertanggungjawab atas pengelolaan BOK.

PPK mempunyai tugas :

1) Menyusun POK dan RPK.

2) Melakukan koordinasi dengan para pelaksana kegiatan terkait agar RPK berjalan dengan baik;

3) Mengajukan SPP-UP; TUP; LS; GU; GUP; dan GUP NIHIL kepada Pejabat Penandatangan SPM dalam rangka tindakan yang menyebabkan pengeluaran anggaran belanja negara;

(19)

19

4) Mengajukan usulan permohonan persetujuan UP dan TUP melalui KPA kepada Kanwil Perbendaharaan Kementerian Keuangan.

5) Menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan

anggaran berupa laporan SAI (bulanan, semesteran dan tahunan) kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA E-1).

6) Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan anggaran yang dipimpinnya.

7) Mempertanggungjawabkan atas kebenaran materiil dan akibat yang timbul dari keputusan yang dibuat.

8) Mengesahkan penutupan buku kas umum pada setiap akhir bulan; melakukan pemeriksaan kas intern Bendahara Pengeluaran dan membuat berita acara sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 bulan.

9) Menyelesaikan Tindak Lanjut Laporan Hasil

Pemeriksaan Aparat Pengawas Fungsional.

c. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)

Pejabat yang diberi kewenangan oleh KPA untuk melakukan pengujian atas SPP dan menerbitkan SPM PPSPM mempunyai tugas :

1) Melakukan pengujian SPP (Surat Permintaan

Pembayaran).

2) Menandatangani SPM untuk pengajuan pencairan dana ke KPPN.

3) Mengembalikan/Retur SPP bila ditemukan kekurangan atau kesalahan.

Dalam melakukan pengujian SPP, PP-SPM dapat menunjuk staf Pengelola Satker untuk :

1) Mengisi check list kelengkapan berkas SPP.

(20)

20

3) Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen

pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

4) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran.

5) Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan atau kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator kinerja.

6) Memeriksa pencapaian tujuan dan atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan.

d. Bendahara Pengeluaran

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan uang untuk pelaksanaan APBN.

Mempunyai tugas :

1) Melaksanakan tugas kebendaharaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Memungut dan menyetorkan penerimaan pajak-pajak ke Kantor Kas Negara.

3) Membuat laporan keadaan kas bulanan untuk disahkan PPK dan mengirim ke KPA.

4) Memberi copy dokumen SPM dan SP2D kepada

(21)

21

e. Pengelola Keuangan Puskesmas

Setiap Puskesmas terdapat satu petugas sebagai pengelola keuangan Puskesmas. Petugas tersebut sebagai staf Bendahara Pengeluaran yang bertugas di Puskesmas. Mempunyai tugas :

1) Membukukan semua penerimaan dan pengeluaran

terhadap uang yang dikelolanya ke dalam Buku Kas Tunai dan mempertanggungjawabkan dan melaporkan dalam format Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja (SPTB)

2) Mempertanggungjawabkan uang yang diterima dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak penyelenggaraan kegiatan selesai dilaksanakan dengan menyerahkan:

a. SPTB kepada Bendahara dengan lampiran asli bukti-bukti pengeluaran di Puskesmas,

b. Laporan penyelenggaraan termasuk jumlah

anggaran dan biaya yang digunakan dalam kegiatan dimaksud,

c. Pengembalian sisa uang yang tidak digunakan (bila ada).

3) Membuat laporan pada akhir bulan sebagai

pertanggungjawaban atas penetapannya sebagai

Pengelola Keuangan Puskesmas.

f. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA)

Unit pelaksana Sistim Akuntansi Instansi yang dalam hal ini terdiri dari SAK dan SIMAK-BMN

Mempunyai tugas sebagai berikut :

(22)

22

2) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dan barang secara berkala (bulanan, semesteran dan tahunan);

3) Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan dan

barang;

4) Menyiapkan rencana dan jadual pelaksanaan SAK dan barang berdasarkan target yang ditetapkan;

5) Menerima data SIMAK-BMN dari petugas akuntansi barang;

6) Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara Laporan Barang dengan Laporan Keuangan; 7) Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan

KPPN setiap bulan;

8) Menelaah dan menandatangani Laporan Keuangan UAKPA;

9) Menyusun Laporan keuangan tingkat UAKPA Semester I dan II.

10) Menyampaikan Laporan Keuangan UAKPA dan ADK (Arsip Data Komputer) ke :

 KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) dalam berupa file kirim;

 UAPPA/B-W Propinsi (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah) berupa Back Up data;

 UAPPA/B-E1 (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon-1 Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak) berupa Back Up data;

(23)

23

Bagan 1

Struktur Organisasi Pelaksana Anggaran Satker Tugas Pembantuan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota TA.2011

K.P.A (KEPALA DINAS KESEHATAN KAB / KOTA)

PENGELOLA

KEUANGAN PUSKESMAS

BENDAHARA PENGELUARAN Unit Akuntansi Kuasa

Pengguna Anggaran / Barang (UAKPA/B)

Panitia Pengadaan dan Panitia Penerimaan/ Pemeriksaan

PEJABAT

PEMBUAT

KOMITMEN

KOM

KOMITMEN

Penanggung

Jawab

Kegiatan

PP-SPM

Penguji SPP

BUPATI / WALIKOTA

(24)

24

4. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran

Berdasar SK Menkes Nomor1752/ MENKES / SK / XII / 2010 tanggal 3 Desember 2010; Peraturan Menteri Keuangan Nomor134/PKM.06/2005 dan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI NomorPER-66/PB/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka mekanisme pelaksanaan anggaran

pada Satuan Kerja Tugas Pembantuan di Tingkat

Kabupaten/Kota, adalah sebagai berikut :

a. Bupati / Walikota

1) Menetapkan dengan Surat Keputusan Penunjukan KPA; 2) Menyerahkan DIPA kepada KPA

b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

1) Menyampaikan Surat Keputusan yang berkaitan dengan

pelaksanaan anggaran kepada Kepala Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Kanwil

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian

Keuangan;

2) Mengajukan permohonan dispensasi TUP kepada Kanwil

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian

Keuangan;

3) Mengajukan dispensasi perubahan UP ke Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan dispensasi pembayaran UP diatas Rp. 10 juta (untuk hal-hal tertentu);

4) Mengajukan revisi / perubahan DIPA sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

5) Menetapkan dengan Surat Keputusan sebagaimana tersebut pada butir b.1) di atas.

(25)

25

c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

1) Mengajukan usulan permohonan dispensasi TUP, perubahan UP dan pembayaran UP diatas Rp.10 juta kepada KPA;

2) Mengajukan SPP - UP, TUP, GUP, LS dan NIHIL kepada Pejabat Penandatangan SPM.

UP dapat diberikan untuk pengeluaran berupa Belanja Barang (52), dan Belanja Lain-Lain (58). Besaran UP yang dapat diajukan adalah :

a) 1/12 (satu per dua belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi Belanja Barang dan Belanja Lain-Lain maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu sampai dengan Rp.900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah)

b) 1/18 (satu per delapan belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi Belanja Barang dan Belanja Lain-Lain maksimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000,- (dua milyar empat ratus juta rupiah) c) 1/24 (satu per dua puluh empat) dari pagu DIPA

menurut klasifikasi Belanja Barang dan Belanja Lain-Lain maksimal Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 2.400.000.000,- (dua milyar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 6.000.000.000,- (enam milyar rupiah)

d) 1/30 (satu per tiga puluh) dari pagu DIPA menurut klasifikasi Belanja Barang dan Belanja Lain-Lain maksimal Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 6.000.000.000,- (enam milyar rupiah)

(26)

26

Perubahan UP diluar ketentuan tersebut diatas ditetapkan oleh :

 Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan untuk perubahan UP setinggi-tingginya Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

 Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk perubahan UP di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

d. Pejabat Penandatangan SPM

1) Melakukan pengujian SPP yang diajukan oleh PPK

2) Menerbitkan SPM-UP, TUP, GUP, LS dan NIHIL setelah dilakukan pengujian oleh penguji SPP.

e. Bendahara Pengeluaran

Setelah diterbitkannya SP2D oleh KPPN, Bendahara

Pengeluaran menindaklanjuti sesuai dengan tugas-tugas kebendaharaan :

1) Menerima, menyimpan dan membayar uang sesuai persetujuan PPK. Pembayaran dapat dilakukan kepada satu rekanan tidak boleh melebihi Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honor dan perjalanan dinas.

2) Melakukan pencatatan / pembukuan ke dalam BKU dan BKP sesuai mutasi keuangan yang dilaksanakan.

3) Melakukan pungutan dan menyetorkan pajak-pajak atas pembebanan yang dikenai pajak-pajak.

(27)

27

f. Pengelola Keuangan Puskesmas

1) Menerima uang dari Bendahara Pengeluaran,

membayar, mencatat/membukukan, mempertanggung-jawabkan;

2) Tata cara dan syarat pengajuan uang

a) Menyampaikan rencana kegiatan hasil Lokakarya Mini dengan melampirkan Kerangka Acuan Kerja/TOR beserta rincian biaya kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen sebagai bahan pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) ke Kanwil Perbendaharaan/KPPN.

b) Dalam pengajuan uang Pengelola Keuangan

Puskesmas dengan diketahui Kepala Puskesmas mengajukan surat permohonan uang kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen.

c) Uang yang diterima oleh Pengelola Keuangan Puskesmas dipergunakan sesuai rencana dan dalam pembayarannya diketahui oleh Kepala Puskesmas.

(28)

28

Bagan 2

Alur Mekanisme Hubungan Kerja Pelaksanaan Anggaran pada Satuan Kerja Tugas Pembantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

b. Mekanisme Usulan Revisi Anggaran

1) Revisi DIPA/POK diusulkan oleh Kepala Puskesmas kepada PPK;

2) Berdasarkan usulan PPK, Kepala Satker mengajukan usulan revisi DIPA kepada Kanwil DJPb; dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak c.q. Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; dan Biro Perencanaan & Anggaran Setjen Kemkes.

SPP

Tidak Setuju

Pengelola

Keuangan

Puskesmas

1

SP2D

2 5 K.P.A

Dirjen DJP

Kanwil DJP

BENDAHARA

PENGELUARAN

PENGELUARAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Penandatangan SPM Penguji SPP

SPM

K P P N

Setuju

3 4

(29)

29

3) Revisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dapat dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan sebagai KPA;

4) Revisi DIPA dan POK dikirmkan kepada Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak c.q. Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; dan Biro Perencanaan & Anggaran Setjen Kemkes; serta Biro Keuangan dan Barang Milik Negara Setjen Kementerian Kesehatan.

5. Mekanisme Pembayaran

a. Penggunaan Rekening Pemerintah

1) PPK bersama Bendahara Pengeluaran membuka

rekening dengan mengajukan persetujuan penggunaan rekening kepada KPPN setempat.

2) Dalam 1 (satu) satuan kerja hanya terdapat 1 (satu) rekening.

3) Setelah akhir tahun anggaran dilakukan penutupan rekening dan saldo disetor ke kas negara termasuk Jasa Giro.

4) Bila rekening tersebut masih dipergunakan pada tahun anggaran berikutnya, harus dimintakan persetujuan KPPN setempat.

5) Pengelola Keuangan di Puskesmas dapat membuka rekening dengan terlebih dahulu meminta persetujuan kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan. Surat permintaan persetujuan ditandatangani oleh KPA.

b. Melalui Uang Persediaan (UP) dan Tambahan UP (TUP)

1) PPK mengajukan SPP-UP untuk keperluan kegiatan sehari-hari dan operasional. Bila UP tidak mencukupi, maka para Penanggungjawab Kegiatan mengajukan usulan pembiayaan disertai Kerangka Acuan dan

(30)

30

Rencana Anggaran Biaya kepada PPK guna pengajuan TUP ke Kanwil DJPB.

2) Selanjutnya Kanwil Dirjen Perbendaharaan

mengeluarkan Surat Persetujuan / rekomendasi Uang Persediaan / TUP yang ditujukan kepada KPA.

3) Atas dasar Surat Persetujuan tersebut, PPK

mengajukan SPP guna penerbitan SPM-UP / TUP.

4) Pejabat Penandatangan SPM menyampaikan SPM-UP

/ TUP ke KPPN untuk penerbitan SP2D.

5) SP2D ditujukan ke Bendahara Pengeluaran untuk selanjutnya diproses pencairannya setelah proses transfer ke rekening Bendahara Pengeluaran.

6) Penanggungjawab Kegiatan mengajukan permintaan Uang Muka (TUP / Persediaan) kepada PPK sesuai kebutuhan yang diajukan.

7) Setelah Uang Muka disetujui, PPK memerintahkan Bendahara Pengeluaran untuk membayar Uang Muka kepada Pengelola Keuangan Puskesmas. Pembayaran dilakukan paling cepat 1 (satu) hari sebelum kegiatan dilaksanakan.

8) Pengelola Keuangan Puskesmas diwajibkan

melakukan penyimpanan atas uang yang diterima ditempat yang dianggap aman di brankas sendiri dan atau menitipkan di brankas Bendahara Puskesmas dengan dilengkapi BA Penitipan Uang.

9) Batas waktu pertanggungjawaban UP dan TUP,

maksimal diselesaikan dalam waktu 1 bulan sejak diterimanya SP2D dan tidak menutup kemungkinan diselesaikan lebih cepat (< 1 bulan) untuk diproses lebih lanjut guna pengajuan GU dan TU berikutnya.

10) Dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran agar tetap memperhatikan prinsip-prinsip hemat, efisiensi, disiplin dan tidak mewah.

(31)

31

c. Penggantian Uang Persediaan (GU)

1) Pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan

disampaikan oleh penanggung-jawab kegiatan dan Pengelola Keuangan Puskesmas kepada PPK untuk

mendapatkan persetujuan pembebanan dan

pembayaran. Dokumen pertanggungjawaban terlebih dahulu dilakukan verifikasi oleh Pejabat / Petugas yang ditunjuk.

2) Dokumen pertanggungjawaban yang telah disetujui

pembebanannya dengan cara membubuhkan

tandatangan setuju dibayar pada kuitansi, diteruskan ke Bendahara Pengeluaran untuk:

a) Dicatat selanjutnya dibukukan dan dilakukan pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran;

b) Kompilasi / rekap pertanggungjawaban ke dalam format SPTB untuk draft SPP

3) Draft SPP tersebut disampaikan kepada PPSPM, untuk diuji meliputi

a). Keabsahan dokumen pendukung SPP b). Ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA

c). Kesesuaian rencana kerja / kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator kinerja

d). Kebenaran atas hak tagih, antara lain pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran

e) Pencapaian tujuan atau sasaran sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan.

4) Bila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka SPP akan dikembalikan kepada PPK untuk diperbaiki. Bila SPP memenuhi syarat, maka dibuat SPM-GU.

5) SPM yang telah ditandatangani kemudian dikirim ke KPPN untuk penerbitan SP2D.

6) SP2D ditujukan ke Bendahara Pengeluaran untuk selanjutnya diproses pencairannya setelah proses transfer ke Bank Bendahara Pengeluaran.

(32)

32

7) Copy SP2D agar dikirim kepada Unit Akuntansi sebagai bahan Perhitungan Anggaran dan Laporan SAI.

8) PPK memberitahukan kepada Penanggungjawab

kegiatan untuk mengajukan uang sesuai kebutuhan untuk pelaksanaan kegiatan masing-masing untuk satu bulan berikutnya.

9) Penanggungjawab kegiatan mengajukan UMK kepada PPK sesuai dengan kebutuhan.

10) PPK memerintahkan Bendahara Pengeluaran untuk membayar Uang Muka kepada Pengelola Keuangan Puskesmas sebesar nilai yang disetujui PPK

11) Batas waktu pertanggungjawaban GU isi, maksimal diselesaikan dalam waktu 1 bulan sejak diterimanya SP2D dan tidak menutup kemungkinan diselesaikan lebih cepat (< 1 bulan) dan demikian seterusnya untuk pengajuan GU berikutnya.

12) Dalam pelaksanaan kegiatan agar tetap mem-perhatikan prinsip-prinsip hemat, efisiensi, disiplin dan tidak mewah.

d. Pembayaran Langsung (LS)

1) Perjalanan Dinas

a) Penanggungjawab kegiatan menyampaikan

kerangka acuan, Surat tugas peserta dan daftar nominatif yang berisi rincian biaya perjalanan dinas dan waktu pelaksanaan kepada PPK.

b) PPK membuat SPP LS dan menyampaikannya

kepada PPSPM.

c) PPSPM melakukan pengujian dan menerbitkan

SPM-LS serta dikirimkan ke KPPN guna

(33)

33

2) Pengadaan Barang/Jasa (Paket Meeting)

a) PPK menyampaikan POK dan RPK yang dirinci menurut kegiatan, jadual pengadaan barang/jasa untuk diproses pelaksanaannya oleh Panitia Pengadaan.

b) Setelah proses pengadaan selesai, dan pihak penyedia menyelesaikan pekerjaannya, maka atas dasar tagihan pihak penyedia, PPK membuat SPP-LS dilengkapi dengan resume kontrak dan bukti tagihan kemudian menyampaikannya kepada PPSPM.

c) PPSPM melakukan pengujian dan menerbitkan

SPM-LS serta dikirimkan ke KPPN guna

penerbitan SP2D.

d) Pencairan dana langsung masuk ke rekening pihak ketiga dan tembusan SP2D diterima oleh Bendahara Pengeluaran untuk dicatat dalam pembukuan. Selanjutnya Bendahara Pengeluaran menyampaikan copy SP2D kepada UAKPA.

Alur Mekanisme Pembayaran Pelaksanaan APBN dapat dilihat pada bagan 3 dan 4

(34)

34

Bagan 3

Uang Persediaan, Tambahan UP dan GU-UP

P P K

DJPBN

Kanwil

DJPBN

Rekomendasi bilamana perlu SPM PP - SPM Penguji SPP Bendahara Pengeluaran

K P P N

SP2D SPP Pertanggungjawaban Verifikasi P.Jawab Kegiatan / Pengelola Keuangan Puskesmas Ditolak / diperbaiki

(35)

35

Bagan 4

Pembayaran Langsung (LS)

Pada saat pengajuan SPM ke KPPN tidak perlu dilampirkan SPP dan dokumen lainnya (Kontrak) tetapi dilampiri resume kontrak, SPTB dan SSP. SPP termasuk dokumen lampirannya disimpan pada Penandatangan / Penerbit SPM. Bendahara Pengeluaran

K P P N

Pihak Penyedia PP-SPM Penguji SPP Pengelola SAI / SIMAK-BMN

SP2D

SPM

Ya

Tidak

Tembusan SP2D

Copy

SP2D

P P K

Tagihan

(36)

36

B. Pertanggungjawaban

1. Jenis Belanja

Dana Kegiatan Penunjang Tugas Pembantuan yang

menggunakan Akun Belanja Barang sesuai Peruntukkannya (terdapat 7/tujuh-Akun). Anggaran ini mendukung kegiatan

manajemen Tugas Pembantuan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, yaitu :

a) 521411 - Belanja Barang Fisik Lain Tugas Pembantuan

b) 521115 - Honor yang terkait dengan operasional Satuan Kerja

c) 521211 - Belanja Bahan

d) 521213 - Honor yang terkait dengan output kegiatan

e) 521219 - Belanja Barang Non Operasional Lainnya

f) 522119 - Belanja Pengiriman

g) 524119 - Belanja Perjalanan Lainya

2. Bentuk Pertanggungjawaban

Dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja, Bendahara Pengeluaran wajib membuat pembukuan semua transaksi

keuangan yang dilaksanakan oleh satuan kerja dan

berkewajiban pula menginventarisasi dokumen atas

pelaksanaan seluruh kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Sedangkan Pejabat Pembuat Komitmen bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten / Kota dan Puskesmas dan Jaringannya sebagai berikut :

a. Kegiatan Rapat bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan lampiran surat undangan, daftar hadir, bukti biaya konsumsi, daftar penerimaan transpotasi dan notulen rapat.

b. Pertemuan bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi, surat undangan peserta, notulen rapat, kerangka acuan, jadual kegiatan, daftar penerimaan uang harian, penerimaan biaya transpotasi.

c. Honorarium bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan lampiran daftar penerima honorarium, surat keputusan penetapan petugas.

(37)

37

d. Uang harian, transportasi, penginapan petugas monitoring dan evaluasi bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan rincian penerimaan yang ditandatangani petugas dilampiri bukti transportasi dan penginapan berupa kuitansi atau surat pernyataan biaya riil dengan lampiran surat tugas, SPPD, dan laporan monev . e. Paket meeting untuk membiayai Akomodasi hotel, sewa

ruang pertemuan, sewa komputer & LCD serta

perlengkapan peserta pertemuan bentuk

pertanggungjawabannya berupa kuitansi dengan

melampirkan kontrak / SPK.

f. Alat tulis kantor dan fotokopi bentuk

pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan

melampirkan faktur barang.

g. Setiap Satuan Kerja Kuasa Pengguna Anggaran wajib

membuat Laporan Pelaksanaan setiap Kegiatan dengan berpedoman pada format, sebagai berikut :

1) Format Laporan Perjalanan Dinas (lampiran 1) 2) Format Laporan Rapat (lampiran 2)

3) Format Laporan Penyelenggaraan Pertemuan

(lampiran 3)

4) Format Laporan Tahunan (lampiran 4)

Laporan disimpan pada setiap pelaksana program dan kegiatan untuk kepentingan monitoring penanggungjawab program (Pusat) dan Auditor.

Pertanggungjawaban uang dan barang agar dicatat

dan disimpan secara tertib administrasi guna

keperluan pemeriksaan oleh Aparat Pengawas Internal

(38)

38

3. Penyelesaian Tagihan Atas Beban Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN)

Lingkup Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.05/2010 tentang Penyelesaian Tagihan Atas Beban APBN ini mengatur batas waktu penyelesaian tagihan mulai dari pengajuan tagihan yang lengkap dan benar dari Penerima Hak kepada KPA sampai dengan SPM diterbitkan dan disampaikan ke KPPN.

a. Pengajuan Tagihan

1. Tagihan atas pengadaan barang/jasa yang membebani APBN diajukan dengan surat tagihan oleh Penerima Hak kepada KPA/PPK paling lambat 5 hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada Negara

2. Bila setelah 5 hari Kerja Penerima Hak belum mengajukan tagihan maka KPA/PPK harus memberitahukan secara tertulis kepada Penerima Hak untuk mengajukan tagihan. 3. Pada saat mengajukan tagihan Penerima Hak harus

memberikan penjelasan secara tertulis kepada KPA/PPK atas keterlambatan pengajuan tagihan.

4. Tagihan yang dimaksud pada (1) didasarkan pada :

a. Kontrak / Surat Perintah Kerja / Surat Tugas / Surat Perjanjian / Surat Keputusan;

b. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan; c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

d. Berita Acara Serah Terima barang/ pekerjaan; dan / atau

e. Bukti Penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan

b. Penyelesaian Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Surat Permintaan Pembayaran (SPP) diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada Pejabat Penandatangan SPM (PP-SPM) :

1. SPP-UP paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dari Bendahara Pengeluaran

(39)

39

2. SSP-TUP paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah

diterimanya surat persetujuan TUP dari Kepala

KPPN/Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan 3. SPP-GUP paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah

bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar

4. SPP-GUP Nihil atas TUP paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir pertanggung jawaban TUP

5. SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung SPP-LS diterima secara lengkap dan benar dari PPABP

6. SPP-LS untuk belanja non-pegawai paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen SPP-LS diterima secara lengkap dan benar dari Penerima Hak

7. Dalam hal PPK menolak /mengembalikan tagihan karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPK harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua0 hari kerja setelah diterimanya surat tagihan.

c. Pengujian SPP dan Penerbitan SPM

Pengujian SPP beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dari PPK sampai dengan penerbitan SPM oleh PP-SPM diselesaikan dalam waktu tertera pada tabel dibawah ini:

Nomor SPP/SPM Waktu Penyelesaian

1. UP/TUP 2 hari kerja

2. GUP 4 hari kerja

3. GUP Nihil atas TUP 3 hari kerja

(40)

40

Dalam hal PP-SPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung SPP tidak lengkap dan benar, maka

PP-SPM harus menyatakan secara tertulis alasan

penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP.

d. Penyampaian SPM

SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi dengan ADK SPM dismapaikan kepada KPPN oleh KPA atau Pejabat yang ditunjuk paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.

e. Tanggung jawab KPA terhadap Batas Waktu Penyelesaian Tagihan.

1. KPA melakukan pengawasan terhadap proses

penyelesaian tagihan atas beban APBN pada Satker-nya masing-masing.

2. KPA bertanggungjawab atas ketepatan waktu

penyelesaian tagihan atas beban pada Satker-nya masing-masing

(41)

41

BAB III

TEKNIK PEMBUKUAN

A. Manfaat dan Tujuan

1. Manfaat bagi Bendahara

a. Pedoman dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-Undang.

b. Pengawasan ketersediaan dana terkait dengan perintah bayar dari PPK.

c. Pengawasan pencapaian target anggaran penerimaan.

2. Manfaat bagi Atasan Langsung

Merupakan managerial report, sebagai sarana untuk:

Pengambilan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan

operasional sehari-hari terkait dengan keadaan sisa pagu dana yang sesungguhnya

3. Tujuan

a. Tujuan Umum

 Pengelola Keuangan/Bendahara diharapkan mampu

memahami tentang pengelolaan keuangan

penatausahaan Dana Tugas Pembantuan BOK

b. Tujuan Khusus

 Melaksanakan pembukuan dengan baik dan benar

 Menyusun pertanggungjawaban keuangan

(42)

42

B. Perbedaan Konsepsi Lama dengan Konsepsi Baru

No Konsepsi Lama (KMK 332/1968) Konsepsi Baru (UU 1/2004; PP 8/2006 dan PMK 73/PMK.05/2008) 1. Hubungan Bendahara dengan Atasan Langsung  Pengaruh atasan langsung terhadap Bendahara sangat dominan

 Bendahara tidak dapat dipengaruhi oleh atasan langsung

 Bendahara dapat menolak perintah bayar yang diajukan oleh atasan langsung

2. Pembukuan Bendahara

 Hanya mengatur pembukuan pada BKU

 Pengaturan

pembukuan sangat kaku (harus tulis tangan dengan tinta warna tertentu)

 Pengaturan lebih luas, meliputi penatausahaan (pengelolaan uang, pembukuan dan

pertanggung jawabannya)

 Pengaturan pembukuan sangat luwes (dapat dengan tulis tangan dan/atau menggunakan komputer)

C. Penatausahaan Kas

1. Bendahara wajib menatausahakan seluruh transaksi namun bertanggung jawab sebatas uang yang dikelolanya dalam rangka pelaksanaan APBN

2. Bendahara tidak diperkenankan menyimpan uang atas nama pribadi

(43)

43

3. Bendahara dan penyelenggara kegiatan dalam rangka

melakukan pembayaran wajib melakukan pemotongan

kewajiban (pajak dan bukan pajak) pihak ketiga kepada negara 4. Bendahara melakukan pembayaran atas perintah PPK

5. Bendahara wajib menolak perintah bayar dari atasan langsung apabila persyaratan tidak terpenuhi dan bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya

6. Penerimaan yang merupakan penerimaan negara harus segera disetor ke Kas Negara dan tidak dapat dipergunakan langsung untuk membiayai pengeluaran kecuali diatur khusus dalam peraturan perundang-undangan tersendiri

7. Pada akhir tahun anggaran/kegiatan, bendahara wajib menyetor seluruh uang negara yang dikuasainya ke Kas Negara

8. Atasan langsung melakukan pemeriksaan kas sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan.

D. Pembukuan Bendahara Pengeluaran

1. Prinsip Pembukuan

a. Bendahara wajib menyelenggarakan pembukuan

b. Setiap transaksi harus segera dicatat dalam Buku Kas Umum sebelum pembukuan dalam buku-buku pembantu

c. Pembukuan dilaksanakan berdasarkan asas brutto

d. Pembukuan dapat dilakukan dengan tulis tangan dan/atau komputer

e. Atasan langsung melaksanakan pemeriksaan kas sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan

(44)

44

2. Dokumen Sumber Pembukuan

Adalah seluruh dokumen terkait dengan uang yang dikelola Bendahara serta transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran satuan kerja, antara lain:

a. DIPA, SPM dan SP2D

b. Kwitansi/dokumen pembayaran atas uang yang bersumber dari Bendahara

c. Faktur pajak atas potongan uang yang bersumber dari Bendahara

3. Pembukuan dengan Komputer

a. Bendahara wajib mencetak BKU dan buku-buku Pembantu, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan

b. Bendahara wajib menatausahakan hasil cetakan yang ditandatangani Bendahara dan Kepala Pusk

c. Bendahara wajib memelihara database pembukuan

4. Diagram Pembukuan

Dokumen

Sumber/Transaksi B K U

B Kas

Tunai BP Bank BP Pajak BP Persekot Pengesa-han D K D K D K D K D K Dana BOK 25 25 Penganbilan Tunai 10 10 10 10 Pertanggungjawaban/ Kwitansi (bruto) 5 5 Penerimaan Pajak 2 2 2 Setoran Pajak (SSP) 2 2 2

SSBP (Setoran sisa UP) 1 1

Persekot 4 4 4 4

SPJ Rampung 4 4 4 4

(45)

45

a. Dana Bok masuk ke Rekening Bendahara (BKU dan BP Buku Bank sisi Debet)

b. Pengambilan Tunai dari Rekening Bank di BKU Debet Kredit karena dana tetap

c. Persekot di BKU Debet Kredit karena dana tetap (belum merupakan pertanggungjawaban)

d. SPJ Rampung pada BKU di sisi Kredit, BP Kas Tunai pada sisi Debet untuk cp Persekot, sisi Kredit untuk SPJ Rampung, pada BP Persekot pada sisi Kredit untuk cp Persekot

5. Contoh Bentuk Buku

17 Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti /

Kuitansi Penerimaan Pengeluaran Saldo

FORMAT BUKU KAS UMUM (BKU)

Kab / Kota : ... Propinsi : ... Pagu Dana BOK : ...

..., ... 2011 Mengetahui PPK, Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... ( ...) (...)

(46)

46

18 Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti /

Kuitansi Penerimaan Pengeluaran Saldo

FORMAT BUKU KAS TUNAI

Kab / Kota : ... Propinsi : ... Pagu Dana BOK : ...

..., ... 2011 Mengetahui PPK, Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... ( ...) (...)

(47)

47

19 Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti /

Kuitansi Penerimaan Pengeluaran Saldo

FORMAT BUKU PEMBANTU BANK

Kab / Kota : ... Propinsi : ... Pagu Dana BOK : ...

..., ... 2011 Mengetahui PPK, Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... ( ...) (...) 20 Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti / Kuitansi Debet Kredit Saldo PPN PPh.21 PPh.22 PPh.23

FORMAT BUKU PAJAK

Kab / Kota : ... Propinsi : ... Pagu Dana BOK : ...

..., ... 2011 Mengetahui PPK, Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... ( ...) (...)

(48)

48

21 Tanggal Uraian Transaksi Keuangan No Bukti /

Kuitansi Penerimaan Pengeluaran Saldo

FORMAT BUKU PERSEKOT / UANG MUKA

Kab / Kota : ... Propinsi : ... ..., ... 2011 Mengetahui PPK, Bendahara Pengeluaran, Kabupaten/Kota... ( ...) (...)

(49)

49

19

BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS

Pada hari ini,……. tanggal ...bulan ... tahun 2010, kami selaku Kepala Puskesmas telah melakukan pemeriksaan kas dengan posisi saldo BKU sebesar Rp ...,- dan Nomor Bukti terakhir Nomor ... Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut:

I Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara: Saldo Kas Bendahara

1. Saldo Giro Pos Rp

2. Saldo Kas Tunai Rp (+)

3. Jumlah (A.1+A.2) Rp

II Hasil Pemeriksaan Kas: Kas yang Dikuasai Bendahara:

1 Uang Tunai di Brankas Bendahara Rp 2 Uang di Rekening Bank Bendahara Rp (+)

3 Jumlah Kas (A.1+A.2) Rp

Selisih Kas (I - II) Rp

20

III Penjelasan Atas Selisih A Selisih Kas (II)

………...……….. ………...……….. ………...……….. ………...………..

Yang diperiksa

Bendahara Pengeluaran, PPK Kabupaten/Kota,...

Nama………. Nama………...

NIP………. NIP………

6. Koreksi atas Kesalahan Pencatatan a. Kesalahan pencatatan nilai kwitansi

Langkah-langkah koreksi:

 Membuat Berita Acara Koreksi pembukuan

 Membukukan Contra Pos (CP) terhadap nilai kwitansi yang salah pada BKU dan Buku Pembantu terkait

(50)

50

 Membukukan kembali nilai kwitansi yang benar

Contoh Berita Acara

BERITA ACARA Nomor ………..

Pada hari ini……tanggal…..tahun 2011, kami selaku bendahara pengeluaran….. Melakukan koreksi atas kesalahan didalam pembukuan atas transaksi tanggal 18 Mei 2011 dengan no bukti 004 sebagai berikut :

Tertulis nilai kwitansi sebesar : Rp. ... Seharusnya nilai kwitansi sebesar : Rp. ...

Demikian berita acara ini dibuat sebagai bahan koreksi atas pembukuan transaksi dimaksud.

Mengetahui,

PPK …… Bendahara Pengeluaran

dr. Anton Dian

b. Koreksi terhadap kesalahan pencatatan nilai saldo pada BKU

Langkah-langkah koreksi

 Membuat Berita Acara Koreksi pembukuan

 Melakukan pembukuan pada BKU sebesar selisih lebih/kurang sesuai Berita Acara tersebut di point 1 Contoh Berita Acara

BERITA ACARA

Nomor ………..

Pada hari ini……tanggal…..tahun 2011, kami selaku bendahara Pengeluara Melakukan koreksi atas kesalahan nilai saldo pada BKU, bahwa terdapat selisih kurang sebesar Rp. 100.000

Demikian berita acara ini dibuat sebagai bahan koreksi atas pembukuan transaksi dimaksud.

Mengetahui,

PPK Bendahara Pengeluaran

(51)

51

BAB IV

LAPORAN PEMANFAATAN DANA

A. Pencatatan Pemanfaatan Dana

Pencatatan pemanfaatan dana Tugas Pembantuan BOK dibuat dalam buku kas umum dan buku pembantu lainnya, dilengkapi dengan bukti pengeluaran dan tanda terima dana oleh petugas yang melaksanakan kegiatan.

B. Pelaporan

a. Hasil pencatatan semua kegiatan Kabupaten dalam satu periode tertentu (bulanan) dilakukan rekapitulasi dalam suatu laporan pelaksanaan dengan menggunakan sistem yang sudah ada. b. Laporan dikirim secara berjenjang

c. Laporan Realisasi Anggaran

1. Laporan Realisasi Anggaran Secara Manual

Dalam rangka pemantauan pelaksanaan anggaran satker secara tepat waktu, masing-masing satker menyampaikan laporan realisasi fisik dan keuangan sebagaimana format laporan di bawah ini :

Tabel 1

Realisasi Anggaran APBN yang di Daerahkan di Kabupaten/Kota Tahun 2011

Nomor

Kegiatan

Alokasi

Realisasi

Keuangan Fisik

(%)

(52)

52

2. Laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistim Informasi Manajemen & Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)

Satuan kerja sebagai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Kabupaten / Kota wajib menyampaikan laporan Realisasi Anggaran dan Neraca setelah melakukan

rekonsiliasi dengan KPPN setempat setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya, sesuai dengan Sistim Akuntansi Instansi yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor : PER-65/PB/2010 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian / Lembaga.

(53)

53

Bagan 6

Mekanisme Pelaporan SAI (SAK dan SIMAK-BMN)

TINGKAT KEMENTERIAN

UNIT AKUNTANSI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

( UAPA / B )

REKONSILIASI DENGAN KPPN TINGKAT SATKER

UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

WILAYAH (UAKPA/B) TINGKAT WILAYAH UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

WILAYAH (UAPPA/B-W) TINGKAT ESELON-I UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

ESELON-I (UAPPA/B-E1) ADK & Laporan

Tem b u sa n Keterangan :

UAKPA/B menyampaikan Laporan secara berjenjang

(54)

54

3.

Penyampaian / pengiriman laporan akan dilakukan

sebagai berikut :

T

a

n

g

g

a

l

1

Semua satker akan dihubungi melalui

telepon dan SMS

4

Semua satker akan diingatkan kembali

mengenai laporan

5

Laporan dikirim ke Pusat

Butir 3 setelah diisi dan dikirimkan ke :

Sekretariat Ditjen. Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak c/q Bag. Keuangan,

Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-9 Blok X5, Jakarta Selatan 12950 Lantai 8 Blok C Ruang 813

Telp / Fax : (021) 5277211

email : tp_bok@yahoo.com

(55)

55

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN A. Pembinaan

Pembinaan oleh Tim Pengelola BOK di setiap tingkat (pusat, provinsi, kabupaten/kota) ditujukan agar dana BOK dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan sehingga dapat memberikan hasil seoptimal mungkin.

1. Pembinaan oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota

Beberapa hal yang terkait dengan pembinaan pengelola BOK Puskesmas oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota adalah:

a. Pembinaan dilakukan secara berkala

b. Pembinaan dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan Jamkesmas dan Jampersal

c. Pembinaan Puskesmas oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota dilakukan terhadap aspek teknis kegiatan dan administrasi

d. Pembinaan dilakukan mulai dari penyusunan POA dan penggerakan pelaksanaan kegiatan BOK

e. Pembinaan dapat dilakukan melalui kunjungan lapangan secara acak untuk pembuktian laporan Puskesmas

f. Pembinaan dapat dilakukan melalui pertemuan

koordinasi di tingkat kabupaten/kota dengan

(56)

56

2. Pembinaan oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Provinsi dan

Pusat.

Prinsip pembinaan oleh Tim Pengelola BOK Tingkat Provinsi dan Pusat pada dasarnya sama dengan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota.

Pembinaan kegiatan BOK di tingkat provinsi terintegrasi dengan pembinaan kegiatan Jamkesmas dan Jampersal.

B. Pengawasan

Kegiatan pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi dan/atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar, atau bentuk penyelewengan lainnya.

Pengawasan kegiatan BOK meliputi pengawasan melekat (waskat), pengawasan fungsional internal, dan pengawasan eksternal.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan kegiatan BOK dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF).

(57)

57

BOK merupakan dana pusat (APBN Kementerian Kesehatan), maka yang berhak melakukan pengawasan adalah pengawas internal dari Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Kesehatan dan pengawas eksternal dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

1. Pengawasan Melekat (Waskat)

Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun Puskesmas.

2. Pengawasan Fungsional Internal

Instansi pengawas fungsional kegiatan BOK secara internal adalah Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Kesehatan. Instansi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan audit sesuai kebutuhan atau sesuai permintaan instansi yang akan diaudit terhadap pemanfaatan dana BOK.

3. Pengawasan Eksternal

Instansi pengawas eksternal kegiatan BOK adalah

pengawasan fungsional yang dilakukan oleh tim audit keuangan yang berwenang, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Instansi ini juga bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan atau permintaan instansi yang akan diaudit terhadap pelaksanaan dan pemanfaatan dana BOK.

(58)

58

BAB VI

PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan (Tugas Pembantuan) ini disusun untuk menjadi acuan yang diperlukan bagi pelaksanaan penggunaan dana BOK. Dengan adanya dana BOK diharapkan dapat meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat, dalam upaya melaksanakan SPM Bidang Kesehatan guna pencapaian MDGs tahun 2015.

Puskesmas dan jaringannya diharapkan lebih mampu melaksanakan fungsinya menangani berbagai masalah kesehatan dengan menyusun perencanaan Puskesmas di seluruh wilayah kerjanya secara komprehensif serta mengutamakan upaya promotif dan preventif, termasuk bagi masyarakat miskin, dalam kendali manajemen Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Petunjuk Pelaksanaan ini, maka akan dilakukan penyempurnaan pada penyusunan Petunjuk Pelaksanaan selanjutnya.

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Yang Menjalankan Tugas dan Fungsi

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

dr. Budihardja, DTM&H, MPH

(59)

59

(60)

60

FORM LAPORAN DINAS

1. Dasar Penugasan : ... 2. Nama Petugas / Tim : ... 3. Tujuan Perjalanan : ... 4. Tanggal Perjalanan : ... 5. Maksud Perjalanan : ... 6. Pejabat yang ditemui : ... 7. Hasil Kunjungan, antara lain :

a. Proses pelaksanaan : ... ... ... Permasalahan yang dihadapi : ... ... ... Kesimpulan / Saran Perbaikan : ... ... ... Jakarta, ...2011 Pelapor : 1 ... 2 ... 3 ....dst

Lampiran 1

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Pemberian Kompensasi Dan Kemampuan Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan di bank BNI Syariah Cabang Kediri “ yang ditulis oleh

7, Jakarta 11180.Untuk memberikan konfirmasi bahwa pimpinan Anda bersedia hadir pada Malam Penganugerahan Marketing Manager Award yang diselenggarakan

penyampaian data yang lebih baik merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat.. ditunda

Dettgan ini diberitahukan bahwa setelah penelitian dan Evaluasi rnenurut ketentuan yang bcrlaku oleh panitia Pengadaan Barang/jasa Kegiatan Penyusunan DED SPAM

Analisis dilakukan untuk menentukan konsentrasi asam sitrat dan CMC (total padatan terlarut, pH, viskositas, total fenolik, total flavonoid, aktivitas antioksidan,

Dalam proses inilah ada ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan agenda publik perlu diperhitungkan.. Jika sebuah isu telah menjadi masalah publik,

Dari hasil analisis regresi pada tabel 4.12 tampak bahwa variabel X1 (promosi), X 2 (pelayanan), dan X 3 (lokasi) berpengaruh signifikan terhadap variabel

Dalam penggunaan aplikasi ini pengguna dapat memilih inputan data meliputi gejala penyakit lain, bentuk penyakit kulit, warna penyakit kulit, dan letak penyakit kulit untuk