• Tidak ada hasil yang ditemukan

M O D U L ANALISIS VARIABEL KOMPLEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "M O D U L ANALISIS VARIABEL KOMPLEK"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

M O D U L

ANALISIS VARIABEL KOMPLEK

O l e h

Dwi Purnomo

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

IKIP BUDI UTOMO MALANG

TAHUN 2014

X

Y

x y r

cos,isin

r X

Y

cos,isin

r r y x

cos,isin

r X X

Y

Y

x xyr y r

cos,isin

r

(2)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo ii

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Sampul ... I

Daftar Isi ... ii

Kata Pengantar ... iii

1.1 Pendahuluan ... 1

1.2 Representasi Grafik Bilangan Real ... ... 2

1.3 Sistem Bilangan Komplek ... 20

1.4 Operasi Dasar Bilangan Komplek ... 22

1.5 Nilai Mutlak ... 26

1.6 Pembangun Aksioma Sistem Bilangan Komplek ... 30

1.7 Representasi Grafik Bilangan Komplek ... 34

1.8 Bentuk Polar Bilangan Komplek ... 38

1.9 Teorema de Moivre ... 43

1.10 Akar-akar Bilangan Komplek ... 53

1.11 Rumus Euler ... 61

1.12 Persamaan Polinomial ... 66

1.13 Akar-akar ke-n dari Satuan ... 69

1.14 Interpretasi Vektor dari Bilangan Komplek ... 70

1.15 Representasi Spherical Bilangan Komplek ... 74

1.16 Hasil Kali Titik dan Silang ... 75

1.17 Koordinat-koordinat Konjugate Bilangan Komplek ... 78

1.18 Himpunan-himpunan Titik ... 80

1.19 Soal-soal ... 82

(3)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas semua limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan modul Analisis Variabel Komplek dapat diselesaikan sesuai dengan rencana sebelumnya. Namun demikian mengingat kekurangan dan sifat “manusiawi” penulis sehingga materi dalam modul yang telah disusun belum sesuai dengan harapan pembaca.

Penulisan modul Analisis Variabel Komplek dimaksudkan untuk menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan sistem bilangan komplek, operasi dan representasinya dalam grafik maupun vektor. Modul ini menjelaskan pokok bahasan bilangan real representasinya secara grafis, sistem bilangan komplek, operasi-operasi dasar, bilangan real, nilai mutlak, pembangun aksioma sistem bilangan komplek, representasi grafis bilangan kompek, bentuk polar bilangan komplek, teorema de Moivre, akar-akar bilangan komplek, rumus Euler, persamaan polinomial, akar-akar

n

ke bilangan komplek, interpretasi vektor bilangan komplek, representasi spherical bilangan komplek, hasil kali titik dan silang, koordinat-koordinat konjugate komplek, himpunan-himpunan titik.

Penyusunan modul Analisis Variabel Komplek mulai awal hingga akhir sangat dibantu oleh teman dan kolega, khususnya teman satu profesi di Program Studi Pendidikan Matematika Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo Malang, lebih-lebih para mahasiswa matematika, antara lain matematika angkatan 2009 A/B, 2010 A/B dan khususnya angkatan 2011 B (Maria Susanti N. dkk.) yang menjadi sumber inspirasi dan bantuan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan bahan ajar. Harapan penulis semoga konsep teori, pembahasan soal, dan soal-soal latihan yang disajikan dapat berguna dan membantu mahasiswa. Kekurangan dan kekhilafan disana sini Insya’allah diperbaiki dikemudian hari.

Malang, 1 Agustus 2014 Penulis

(4)
(5)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 5

Untuk yang tercinta

(6)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 6

BILANGAN KOMPLEK

1.1 Pendahuluan

Sistem bilangan seperti yang kita kenal hingga saat ini merupakan hasil dari pengembangan secara bertahap seperti yang ditunjukkan dalam daftar berikut.

1. Bilangan asli 1, 2, 3, 4,. . , juga disebut bilangan bulat positip, pertama kali digunakan dalam menghitung. Simbol bervariasi dengan waktu, misalnya yang digunakan bangsa Romawi I, II, III, IV. . ., jika a dan badalah bilangan asli, jumlah ab dan perkalian a.b,(a)(b)atau ab juga disebut bilangan asli. Untuk alasan ini himpunan bilangan asli dikatakan tertutup di bawah operasi penjumlahan dan perkalian atau memenuhi sifat tertutup (closure) terhadap operasi ini.

2. Bilangan bulat negatip dan nol, dilambangkan dengan - 1, - 2, - 3. . . dan 0 masing-masing, muncul untuk memungkinkan solusi dari persamaan seperti

xba, dimana a dan b adalah setiap bilangan asli. Hal ini mengarah pada operasi pengurangan, atau invers penjumlahan, dan kita tulis dengan xab himpunan bilangan bulat positip, negatip dan nol disebut himpunan bilangan bulat dan tertutup di bawah operasi-operasi penjumlahan, perkalian, dan pengurangan. 3. Bilangan rasional dan pecahan seperti ,...

4 13 , 5 6 , 7 1 , 4 3 

 muncul sebagai bagian yang memungkinkan selesaian persamaan berbentuk bxa untuk semua bilangan bulat a dan b di mana b0. Hal ini mengarah ke operasi pembagian atau invers perkalian, dan ditulis dengan

b a

x yang disebut hasil bagi a dan b, di mana a adalah pembilang dan b adalah penyebut.

Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bagian atau subset dari bilangan rasional, karena bilangan bulat sesuai dengan bilangan rasional

b a

dimana b1. Himpunan bilangan rasional tertutup di bawah operasi-operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, selama pembagian dengan nol tidak dilakukan.

(7)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 7

4. Bilangan irasional seperti √2 =1.41423. . . dan π = 3. 14159. . . adalah bilangan yang tidak rasional, yang tidak dapat dinyatakan dengan

b a

dimana a dan b adalah bilangan bulat dan b0.

Himpunan bilangan rasional dan irasional di sebut dengan himpunan bilangan real. Diasumsikan bahwa siswa sudah mengetahui dengan berbagai operasi pada bilangan real.

1.2 Representasi Grafis Bilangan Real

Sebelum penulis menguraikan konsep sistem bilangan real (R), terlebih dahulu marilah kita ingat kembali konsep himpunan (set). Himpunan mempunyai peranan sangat penting dalam memahami sistem bilangan real. Secara eksplisit himpunan didefinisikan sebagai sekumpulan objek, unsur atau sesuatu yang mempunyai ciri-ciri, kriteria dan syarat yang tertentu serta terdefinisi dengan jelas. Objek atau unsur sesuatu himpunan A dinamakan anggota atau elemen. Anggota suatu himpunan dinyatakan dengan a,b,c,d,.... atau 1,2,3,4,.... sedangkan nama himpunan dinyatakan dengan huruf kapital A,B,C,D, dan seterusnya. Misal kita mendefinisikan suatu himpunan A dengan menyatakan secara jelas anggota-anggotanya yang terdiri dari a,b,c,d,e, himpunan A tersebut dapat ditulis dalam bentuk A{a,b,c,d,e} dengan masing-masing anggota himpunan A dipisahkan oleh tanda baca koma dan terdapat dua tanda kurung { }. Jika himpunan A mempunyai anggota banyaknya tak hingga maka unsur-unsurnya tidak ditulis semuanya akan tetapi cukup dituliskan beberapa anggotanya dan titik-titik sebanyak 3 atau 5 , Jika a adalah anggota himpunan A maka pernyataan tersebut ditulis dengan notasi aA dan dibaca a anggota A. Jika a bukan anggota himpunan A, maka dituliskan aAdan dibaca “a bukan anggota A. Jika suatu himpunan A tidak memiliki anggota, maka A disebut himpunan kosong, dan dinyatakan dengan notasi  atau { }.

Himpunan sebagai telah disebutkan di atas, dalam penulisannya dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode pencirian (notasi) dan metode perincian (tabulasi). Metode pencirian dilakukan dengan cara menuliskan syarat keanggotaan yang dimiliki oleh seluruh anggota suatu himpunan akan tetapi tidak dimiliki oleh unsur-unsur yang bukan anggota himpunan tersebut. ,

(8)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 8

Contoh:

1) A{yybilangan prima kurang dari10}

2) B{xx faktor ganjildari21} 3) C {xx2 1,xbilanganprima}

4) D{xx faktor genapdari21}

5) E {xx2 3x40} 6) F {xx2 3x40} 7) G{xx42} 8) H {(x,y)x2 y2 4}

9) V {himpunankuasadari{1,2,3}}

Metode perincian dilakukan dengan cara mendaftar seluruh anggota himpunan yang memenuhi syarat dan ketentuan yang diberikan dalam suatu himpunan.

Contoh

1) A{1,2,3,4,5,...}

2) B{senin,selasa,rabu,kamis, jum'at,sabtu}

3) C{2,3,5,7,11,13,17,19,...}

4) D{merah,kuning,hijau}

5) E {0}

6) F {} 7) G {1,x}

8) H {(1,2),(2,3),(3,4),...}

9) V {,{1},{2},{1,2}}

Misal A dan B suatu himpunan, himpunan A disebut himpunan bagian himpunan B, ditulis dengan notasi AB, jika setiap anggota A merupakan anggota B. Kiranya tidaklah sulit untuk dipahami bahwa A untuk sebarang himpunan A. Jika setiap anggota himpunan anggota A juga merupakan anggota setiap himpunan Bmaka dinotasikan dengan AB

(9)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 9

Selanjutnya untuk memudahkan para pembaca dalam memahami konsep sistem bilangan real berikut ini diberikan beberapa bilangan dan himpunan bilangan yang pada bab-bab selanjutnya dalam buku ini sering ditemukan. Bilangan dan himpunan bilangan tersebut adalah:

1. Himpunan bilangan asli (Natural)

Himpunan bilangan asli biasanya dinotasikan dengan N dan anggota-anggota bilangan asli adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, ... sehingga N{1,2,3,4,5,6,...}

Bilangan asli tertutup terhadap operasi penjumlahan dan perkalian, artinya untuk setiap a,b bilangan asli maka (ab)dan (a.b)bilangan asli. Oleh karena itu, himpunan semua bilangan asli membentuk suatu sistem sistem bilangan asli.

2. Bilangan cacah (whole)

Bilangan cacah biasanya dinotasikan dengan W dan anggota-anggota bilangan cacah adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, ..., sehingga W{0,1,2,3,4,5,6,...}. Bilangan cacah tertutup terhadap operasi penjumlahan dan perkalian, artinya untuk setiap a,b bilangan cacah maka (ab)dan (a.b) bilangan cacah.

3. Sistem bilangan asli bersama-sama dengan bilangan nol dan lawan dari bilangan-bilangan asli membentuk sistem bilangan-bilangan bulat, Bilangan bulat biasanya dinotasikan dengan Z yang anggota-anggotanya adalah ...-3, -2, -,1, 0, 1, 2, 3, ..., sehingga Z{...3,2,2,0,1,2,3,...}.

4. Bilangan pecahan atau bilangan rasional (quotient) biasanya dinyatakan dengan Q. Bilangan rasional adalah bilangan yang secara umum dinyatakan dengan

0 , , .    a b Z b b a Q Contoh 1) 3 1  p 2) 11 2   q 3) 7 22  r

Bilangan-bilangan rasional di atas, dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan desimal, yaitu

(10)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 10

1) 0,33333333... 3 1   p 2) 0,285714285714285714... 11 2     q 3) 3,142857142857148... 7 22   r

Jika kita cermati lebih mendetail, bilangan-bilangan desimal sebagai mana tersebut di atas selalu berulang angka-angkanya, sehingga bilangan rasional juga disebut bilangan desimal berulang. Sebaliknya bilangan desimal berulang dapat dinyatakan sebagai bilangan rasional. Untuk menyatakan bentuk desimal menjadi bilangan rasioan adalah dengan cara melihat angka yang berulang pada bilangan tersrsebut. Jika terdapat 1 angka yang berulang maka kalikan bilangan dimaksud dengan 101. Jika terdapat 2 angka yang berulang maka kalikan bilangan tersebut dengan 102. dan seterusnya. Selanjutnya cari selisih bilangan semula dengan bilangan yang baru. Dengan metode perhitungan sederhana akhirnya diperoleh bilangan rasional yang dimaksud. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut ini.

Contoh:

Ubahlah bilangan desimal berikut ini menjadi bentuk rasional  .a,bZ,b0

b a Q

1. Tentukan bentuk rasional bilangan 0,12121212... Jawab

Bilangan 0,12121212...adalah bilangan desimal dengan 2 angka berulang yaitu angka 1 dan 2.

Karena banyaknya angka yang berulang pada bilangan 0,1,212121212... adalah 2 angka, kalikan bilangan 0,12121212... dengan bilangan 2

10 . Misal x0,12121212..., sehingga diperoleh

... 212121212 , 1 , 12 100x Akibatnya 100xx(12,121212.12...)(0,12121212...)12 ...) 12121212 , 0 ( ...) 12 . 121212 , 12 ( 10xx  99 12 12 99   x x

(11)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 11

Sehingga bentuk rasional dari bilangan 0,12121212... adalah

99 12

2. Tentukan bentuk rasional bilangan 1,412333333...

Jawab

Bilangan 1,412333333...adalah bilangan desimal dengan 1 angka berulang yaitu angka 3.

Karena banyaknya angka yang berulang pada bilangan 1,412333333...adalah 1 angka, kalikan bilangan 1,412333333...dengan bilangan 1

10 . Misal x1,4123333333..., sehingga diperoleh

... 12333333 , 14 10x Akibatnya 10xx(14,123333333...)(1,412333333...) 900 1271 9 71 , 12 71 , 12 9    x x

Sehingga bentuk rasional dari bilangan 1,412333333... adalah

900 1271

3. Tentukan bentuk rasional bilangan 0,9826273273273...

Jawab

Bilangan 0,9826273273273...adalah bilangan desimal dengan 3 angka berulang yaitu angka 2,7, dan 3.

Karena banyaknya angka yang berulang pada bilangan 0,9826273273273...

adalah 3 angka, kalikan bilangan 0,9826273273273...dengan bilangan 3

10 . Misal x0,9826273273273... ... 3 5627327327 , 982 1000x Akibatnya 1000xx(982,56273273273...)(0,98256273273273...) 99900 98158017 999 58017 , 981 58017 , 981 999       x x

Sehingga bentuk rasional dari bilangan 0,9826273273273... adalah

99900 98158017 

(12)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 12

4. Tentukan bentuk rasional bilangan 0,0543125431254312...

Jawab

Bilangan 0,0543154315431... adalah bilangan desimal dengan 4 angka berulang yaitu angka 5, 4, 3, dan 1.

Karena banyaknya angka yang berulang pada bilangan 0,0543154315431...

adalah 4 angka, kalikan bilangan 0,0543154315431...dengan bilangan 4

10 . Misal x0,0543154315431..., sehingga diperoleh .... 154315431 , 543 10000x Akibatnya 10000xx(543,154315431...)(0,0543154315431...) 99990 5421 9999 1 , 542 1 , 542 9999    x x

Sehingga bentuk rasional dari bilangan 0,0543154315431... adalah

99990 5421

5. Bilangan Irasional (

_

Q) atau disebut juga bilangan tidak rasional yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk  .a,bZ,b0

b a

Q . Karena bilangan

rasional dapat dinyatakan dengan bilangan desimal yang angka-angkanya berulang, maka bilangan irasional adalah bilangan desimal yang angka-angkanya tidak ada yang berulang. Bilangan irasional juga disebut dengan bilangan bentuk akar.

Persoalan dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai adanya bilangan-bilangan irasional. Contoh bilangan-bilangan irasional antara lain adalah 2 dan . Bilangan

2 adalah panjang sisi miring segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisi tegaknya masing-masing adalah 1. Perhatikan gambar berikut.

(13)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 13

Gambar 1.1

Sedangkan bilangan  merupakan hasil bagi antara keliling sebarang lingkaran dengan panjang garis tengah lingkaran tersebut. Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 1.2 Contoh 1) 2 = 1,41421356237... 2) 3 = 1,73205080756... 3) 11 = 3,316625790355... 4) π = 3.14159265358979…. 5) e = 2,71828 18284 59045 23536 02874 71352…

Berdasarkan contoh di atas, tampak bilangan-bilangan dalam bentuk akar umumnya adalah bilangan desimal yang angka-angkanya tidak ada yang berulang. Sehingga bilangan akar juga disebut bilangan irasional. Dengan demikian apa yang

1 d d2 1 l 2 l   2 2 1 1 d l d l 2 1 1

(14)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 14

selama ini dianggap sama yaitu

7 22

= tidaklah selalu benar. Karena 7 22

adalah bilangan rasional, sedangkan adalah bilangan irasional.

6. Himpunan semua bilangan irasional bersama-sama dengan bilangan rasional membentuk himpunan semua bilangan real (R), sehingga RNWZQQ Seperti telah diketahui, untuk menyatakan sebarang bilangan real seringkali digunakan cara desimal.

Contoh Bilangan-bilangan 66 7 dan , 3 5 , 4 3

masing-masing dapat dinyatakan dalam desimal sebagai

0,75

 

, 1,666...

,dan 0,1060606.... Dapat ditunjukkan bahwa bentuk desimal bilangan-bilangan rasional adalah salah satu dari 2 tipe berikut:

i. berhenti ( dst. 8 1 , 2 5 , 4 3 ), atau

ii. berulang beraturan ( ,dst. 66 7 , 3 5 ).

Sifat-sifat Sistem Bilangan Real

Untuk sebarang a,b,c, d bilangan real berlaku sifat-sifat sebagai berikut: 1) Sifat komutatif (i). abba (ii).a.bb.a 2) Sifat asosiatif

 

  

bc ab

c abc a c b a c b a c b a . . . . . . ). ii ( ). i (          

3) Sifat distibutif perkalian terhadap penjumlahan a.(bc)(a.b)(a.c) 4) (i).  .1, b0 b a b a (ii). , 0, 0 . ) . ( ) . (      b d d b c b d a d c b a (iii). , 0, 0 . . .  bdd b c a d c b a 5) (i). a.(b)(a).b(a.b)

(15)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 15

(ii). (a).(b)a.b (iii). (a)a 6) (i). 0 0

a , untuk setiap bilangan a0. (ii). 0 a tak terdefinisikan. (iii). 1 a a

, untuk setiap bilangan a0. 7) Hukum kanselasi

(i). Jika a.cb.c dan c0 maka ab. (ii). Jika b,c0 maka

b a c b c a  . . . 8) Sifat pembagi nol

Jika a.b0 maka a0 atau b0.

Bilangan real dapat direpresentasikan oleh titik-titik pada garis yang disebut sumbu real, seperti ditunjukkan pada gambar 1.1 di bawah ini. Titik yang sesuai dengan nol disebut titik asal.

Gambar 1.3

Sebaliknya untuk setiap titik pada baris ada satu dan hanya satu bilangan real. Jika suatu titik A sesuai dengan bilangan real a yang terletak di sebelah kanan titik Bsesuai dengan b bilangan real, kita katakan bahwa a lebih besar dari b atau kurang dari a dan ditulis secara berurutan dengan ab atau ba.

Himpunan dari nilai-nilai x termasuk a < x <b disebut interval terbuka pada sumbu real bila axb, yang mana didalamnya terdapat titik awal a dan titik akhir

,

b disebut interval tertutup. Lambang x, yang mana dapat berdiri untuk semua susunan dari nilai–nilai asli, yang disebut variabel asli.

4   3 2 1 0 1 2 3 4 3 2  2 3  4 3 2

(16)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 16

Nilai mutlak dari sebuah bilangan real a , dinotasikan dengan a, adalah a jika 0

a , –a untuk a < 0 dan 0 jika a = 0. Jarak antara dua titik a dan b pada sumbu real adalah | − |. Atau dengan kata lain:

          0 , 0 , 0 0 , a jika a a jika a jika a a

Sifat-sifat terurut bilangan Real

Prinsip adalah aturan atau sifat yang digunakan sebagai dasar atau landasan dalam uraian yang berkaitan dengan bukti sesuatu. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma, atau dalil-dalil yang “dimunculkan” kembali untuk digunakan pada bagian lain suatu konsep yang memerlukan. Diantara prinsip dalam matematika adalah prinsip urutan (well ordering principle).

Prinsip urutan berkaitan dengan kepositipan dan ketaksamaan antara bilangan-bilangan real. Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan sifat keterurutan adalah mengidentifikasi suatu subset khusus dari R dengan menggunakan gagasan “kepositipan”.

Definisi

Misalkan P himpunan bagian R dan P. Untuk selanjutnya P disebut bilangan real positip kuat, maka berlaku sifat-sifat berikut ini:

(1) Jika a,bP maka (ab)P (2) Jika a,bP maka (a.b)P

(3) Jika aR, maka tepat dari salah satu yang berikut dipenuhi aP,a 0,aP

Dua sifat yang pertama menjamin kesesuaian dari urutan dengan operasi penjumlahan dan perkalian secara berurutan. Sifat (3) biasanya disebut sifat trikotomi karena membagi R menjadi 3 jenis unsur yang berbeda. Dinyatakan bahwa {aaP} dari bilangan real negatip tidak mempunyai unsur persekutuan dengan P, dan selanjutnya himpunan R merupakan gabungan dari tiga himpunan yang saling asing. Definisi

(17)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 17

1) Jika aP, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real positip kuat (strictly positip) dan dituliskan dengan a0, Jika aP{0} , maka a disebut bilangan real tidak negatip dan dituliskan dalam bentuk a0.

2) Jika aP, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real negatip kuat (strictly negatip) dan dituliskan dalam bentuk a0, Jika aP{0}, maka a disebut bilangan real tidak positip dan dituliskan dalam bentuk a0.

3) Jika a,bRdan jika abP maka dituliskan dalam bentuk ab atau ba. 4) ika a,bRdan jika abP{0} maka dituliskan dalam bentuk ab atau

a

b .

Untuk kesepakatan bersama kita akan menuliskan abcyang berarti abdan c

b . Demikian juga jika abc yang berarti ab maka bc dan seterusnya. Berikut ini diberikan beberapa teorema yang berkaitan dengan prinsip keterurutan

Teorema 1

Misalkan a,b,cR

1. Jika ab dan bc maka ac.

2. Tepat dari salah satu pernyataan berikut ini dipenuhi ab,ab,ab

3. Jika ab dan ab maka ab Bukti

1) abmaka menurut definisi ab0atau abP

c

b maka menurut definisi bc0 atau bcP

Karena abP dan bcP maka menurut definisi diperoleh (ab)  (bc) P

sehingga acP atau ac

2) Dengan sifat trikotomi dalam definisi, maka tepat salah satu dari yang berikut mungkin terjadi

0 

b

a , atau ab  0 atau  (ab)  0sehingga ab atau ab

(18)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 18

3) Jika ab , maka ab  0 , sehingga dari bukti (b) kita dapatkan abP

atau bcP yakni ab atau ba . Dalam kasus lainnya salah satu dari hipotesisi tersebut kontradiksi. Jadi haruslah ab

Teorema 2

1. Jika aR dan a  0 maka a2  0. 2. 1  0

3. Jika

n

N

maka n  0

Bukti

1. Dengan sifat trikotomi jika a  0 , maka aP atau aP. Jika aP maka dengan definisi kita mempunyai a2 a.a, untuk aP . Dengan cara yang sama Jika -a  P maka dengan definisi sebelumnya diperoleh bentuk

P a a

a    

 ) ( )( )

( 2 . Berdasarkan teorema sebelumnya berakibat bahwa:



2 ) 1 )( 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) )(

(aa   aa    a . Akibatnya bahwa a2  P . Jadi kita

simpulkan bahwa jika aP, maka a2 0. 2. Karena 2

) 1 (

1 , menurut bukti di atas akan menyebabkan bahwa 1 > 0.

3. Kita dapat menggunakan induksi matematika untuk membuktikan pernyataan ini. Pernyataan tersebut benar untuk n1 yakni 1 > 0. Selanjutnya kita anggap benar untuk nk , dengan k bilangan asli.

Karena 1 > 0 dan 1P, maka k1P, sehingga pernyataan di atas benar adanya dengan menggunakan definisi sebelumnya.

Teorema 3

Misalkan a,b,cR

1. Jika ab, maka acbc

2. Jika ab, dan bc maka acbd 3. Jika ab, c0 maka acbc

4. Jika ab, c0maka acbc 5. Jika a0maka 1 0

(19)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 19

6. Jika a0 maka 1 0

a

Bukti teorema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Karena ab berarti menurut definisi sebelumnya ab0. Karena ab0 sehingga abP. ) ( ) ( ) (ababcc ) ( ) ( ) ( ) (abccacbc

Sehingga (ac)(bc)P. Dengan kata lain (ac)(bc)0

Karena (ac)(bc)0berarti (ac)(bc)

2. Karena ab dan cd berarti ab0dan cd 0. Hal ini berarti abP dan cdP.

Menurut definisi bilangan real positip kuat (1) diperoleh P

d c b

a )(  )

( . Dengan kata lain (ab)(cd)0, atau

0 ) ( )

(abcd  sehingga berlaku (ab)(cd)

3. Karena ab dan cd berarti ab0dan cd 0. Hal ini berarti abP dan cdP.

Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh P

c b a ) 

( . Dengan kata lain (acbc)P, atau

0 )

(acbc  sehingga berlaku acbc

4. Karena ab dan c0 berarti ab0dan c0atau (c)0. Hal ini berarti abP dan cP.

Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh P

c b

a )( )

( . Dengan kata lain (bcac)P, atau P

ac bc )

( sehingga berlaku bcac

5. Jika a0 maka a0(berdasarkan sifat trikotomi). Karena a0, berdasarkan sifat sebelumnya maka berlaku 1 0,

a Jika 0

1 

a , berdasarkan teorema sebelumnya diperoleh 1 10       a a .

Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa 1 < 0. Jadi haruslah

0 1

(20)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 20

6. Jika a0, maka a0 (berdasarkan sifat trikotomi). Karena a0, berdasarkan sifat sebelumnya maka maka berlaku 1 0,

a Jika 1 0

a , berdasarkan teorema sebelumnya diperoleh 0

1 1        a a

Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa 1 < 0. Jadi haruslah 1 0 a Teorema 4 Jika a,bR, maka a

ab

b 2 1 Bukti.

Karena ab, maka dapat diperoleh aaabatau 2aab Demikian pula abmaka dapat diperoleh abbbatau ab2b Dari ketaksamaan 2aabdan ab2bdidapatkan

b b a a  2 b b b a a a      (2 ) 2 1 ) ( 2 1 ) 2 ( 2 1 b b a a    ( ) 2 1

Akibat dari teorema di atas adalah:

jika aR dan a0 maka a (ab)b

2 1

Contoh

Tentukan selesaian persamaan dan pertidaksamaan di bawah ini. 1) 2x43 Jawab 3 4 2x  2 7 2 7 2 2 7 2 4 3 4 4 2                x x x x

(21)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 21

Jadi selesaian persamaan 2x43adalah

3 7   x 2) x2 3x40 Jawab x2 3x40 1 4 0 ) 1 ( 0 ) 4 ( 0 ) 1 )( 4 ( 0 4 3 2                  x atau x x atau x x x x x

Jadi selesaian persamaan x2 3x40 adalah x1 atau x1 3) Tentukan selesaian pertidaksamaan 2x55x7.

Jawab 4 ) 3 1 .( 12 ) 3 1 .( 3 12 3 5 5 7 5 5 5 5 2 7 5 5 2                       x x x x x x x x x

Jadi, selesaian pertidaksamaan 2x55x7.adalah x4

Pertidaksamaan tipe lain mungkin lebih sulit diselesaikan dibandingkan pertidaksamaan-pertidaksamaan seperti pada contoh di atas.

Beberapa contoh diberikan sebagai berikut. 1) Tentukan selesaian x2 5x60

Jawab

Dengan memfaktorkan ruas kiri pertidaksamaan, maka diperoleh:

x2



x3

0

Telah diketahui bahwa hasil kali 2 bilangan real positif apabila ke dua faktor positif atau ke dua faktor negatif. Oleh karena itu,

(i). Jika ke dua faktor positif maka:

3 dan 2 0 3 dan 0 2        x x x x

(22)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 22

Sehingga diperoleh: x3.

(ii).Jika ke dua faktor negatif, maka:

3 dan 2 0 3 dan 0 2        x x x x Diperoleh: x2.

Jadi, selesaian persamaan x2 5x60 adalah x2atau x3.

Selesaian pertidaksamaan di atas dapat pula diterangkan sebagai berikut: Ruas kiri pertidaksamaan bernilai nol jika x2atau x3. Selanjutnya, ke dua bilangan ini membagi garis bilangan menjadi 3 bagian: x2, 2x3, dan x3.

     

Gambar 1.4

Pada bagian x2, nilai (x2) dan (x3) keduanya negatif, sehingga hasil kali keduanya positif. Pada segmen 2 x3, (x2) bernilai positif sedangkan (x3)

bernilai negatif. Akibatnya, hasil kali keduanya bernilai negatif. Terakhir, pada bagian 3

x , (x2) dan (x3) masing-masing bernilai positif sehingga hasil kali keduanya juga positif. Rangkuman uraian di atas dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tanda nilai Kesimpulan 2  x x3 (x2)(x3) 2  x - - + Pertidaksamaan dipenuhi 3

2x + - - Pertidaksamaan tidak dipenuhi

3

x + + + Pertidaksaman dipenuhi

Jadi, selesaian pertidaksamaan adalah x2 atau x3.

Metode penyelesaian seperti pada contoh 1 di atas dapat pula diterapkan pada bentuk-bentuk pertidaksamaan yang memuat lebih dari 2 faktor maupun bentuk-bentuk pecahan.

x<2 2<x<3 x>3

(23)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 23

2) x3 2x2 x11. Jawab

Apabila ke dua ruas pada pertidaksamaan di atas ditambah 1, maka diperoleh:

0 ) 2 )( 1 )( 1 ( 0 2 2 2 3          x x x x x x

Jika (x1)(x1)(x2)0, maka diperoleh: x1, x1, atau x2. Selanjutnya, perhatikan table berikut:

Nilai-nilai peubah x1,x1,x2 disebut titik kritis. Tanda nilai/nilai Kesimpulan 1  x x1 x2 (x1)(x1)(x2) 1   x - - - - Pertidaksamaan dipenuhi 1 1   x + - - + Pertidaksamaan tidak dipenuhi 2 1x + + - - Pertidaksamaan dipenuhi 2  x + + + + Pertidaksamaan tidak dipenuhi 1   x 0 -2 -3 0 Pertidaksamaan dipenuhi 1  x 2 0 -1 0 Pertidaksamaan dipenuhi 2  x 3 1 0 0 Pertidaksamaan dipenuhi

Jadi, selesaian pertidaksamaanx3 2x2 x11 x  1 atau 1  x2. Cara lain untuk menentukan selesaian pertidaksamaan x3 2x2 x11. adalah dengan menggunakan garis bilangan

2 , 1 , 1 , 0 ) 2 )( 1 )( 1 ( 0 1 1 2 1 1 2 2 3 2 3                     x dan x x adalah maan pertidaksa kritis titik Sehingga x x x x x x x x x

Dengan memilih satu titik sebarang disetiap interval diatas diperoleh: - - - + + + + + + + - - - + + + + + + +

1

(24)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 24

Berdasarkan garis bilangan di atas selesaian pertidaksamaan adalah x 1 atau 1 x2. 3) 1 2 8 2     x x x . Penyelesaian

Apabila pada ke dua ruas ditambahkan (x1) maka diperoleh:

0 2 ) 2 )( 5 ( 0 2 10 3 0 2 2 8 2 0 ) 1 ( 2 8 2 2 2                       x x x x x x x x x x x x x

Nilai nol pembilang adalah 2dan 5, sedangkan nilai nol penyebut adalah 2. Sekarang, untuk mendapatkan nilai x sehingga 0

2 ) 2 )( 5 (     x x x diperhatikan tabel berikut: Tanda nilai/nilai Kesimpulan 2  x x2 x5 2 ) 5 )( 2 (    x x x 2   x - - - - Pertidaksamaan tidak dipenuhi 2 2   x + - - + Pertidaksamaan dipenuhi 5 2 x + + - - Pertidaksamaan tidak dipenuhi 5  x + + + + Pertidaksamaan dipenuhi 2   x 0 -4 -7 0 Pertidaksamaan dipenuhi 2  x 4 0 -3 Tidak terdefinisi Pertidaksamaan tidak dipenuhi 5  x 7 3 0 0 Pertidaksamaan dipenuhi

Jadi, selesaian pertidaksamaan adalah 2x2 atau x5 dan ditulis dengan notasi interval [2,2)[5,~)

(25)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 25

Soal-soal

1) Misalkana,b,c,dR buktikan pernyataan berikut: a. Jika ab,bcmaka adbcacbd

b. Jika ab dan cd maka acbd

c. a2  b2  0 jika dan hanya jika a = 0 atau b = 0

2) Carilah bilangan a,b,c,dR yang memenuhi 0ab dan ad 0 dan berlaku

a) acbd b) acbd.

3) Tentukan bilangan real x, sedemikian sehingga: a) x2 3x4 b) 1x2 4 c) x2 3x40 d) 0 6 2 1    x x e) 0 1 2 2    x x f) 5 1 2 1    x x g) x x 3 4 1  h) x x  1 i) 7 2 1  x j) 3 2 1   x

1.3 Sistem Bilangan Komplek

Persamaan kuadrat merupakan salah satu konsep dalam matematika yang telah dikenalkan sejak dini. Persamaan tersebut mempunyai bentuk umum ax2 bxc0,

(26)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 26

dengana,b,creal. Nilai peubah x yang memenuhi persamaan kuadrat dinamakan selesaian. Selesaian suatu persamaan yang juga disebut dengan akar-akar persamaan kuadrat dapat berupa bilangan real atau tidak real. Misal x2 10 adalah sebarang persamaan kuadrat, maka persamaan tersebut akar-akarnya tidak real atau dengan kata lain tidak ada bilangan real yang memenuhi persamaan x2 10, hal ini dikarenakan

. 1

2

 

x Pernyataan ini adalah sesuatu yang tidak mungkin karena tidak ada kuadrat suatu bilangan real yang hasilnya 1. Untuk itu perlu diperkenalkan bilangan komplek

yaitu suatu bilangan yang mempunyai bentuk umum abi dimana a,breal dan 1

 

i .

Bilangan komplek didefinisikan sebagai pasangan berurutan dari bilangan real b

a, yang memenuhi sifat-sifat tertentu yang secara umum dituliskan sebagaizabi.

Kita dapat mengangap sebuah bilangan komplek mempunyai sifat 2 1.  

i . Untuk selanjutnya dalam bilangan komplek zabi. a disebut bagian real dari dari z dan b disebut bagian bilangan imajiner dari z, secara berturut-turut keduanya dilambangkan dengan aRe{z} dan bIm{z}. Variable yang berlaku pada bilangan komplek disebut sebagai variabel komplek.

Dua bilangan komplek z1abi dan z2cdiadalah sama jika dan hanya jika ac dan bd. Kita dapat mengangap bilangan asli sebagai sebuah bagian dari susunan bilangan komplek dengan b = 0. Bilangan komplek 0 + 0i dan -3 +0i kembali ditunjukan bilangan asli 0 dan -3 berturut-turut. Jika a = 0 ,bilangan komplek 0 + bi atau disebut bilangan imajiner sejati.

Konjugate komplek atau secara singkat konjugate, suatu bilangan komplek bi

a adalah abi. Konjugate bilangan bilangan komplek z sering diindikasikan oleh atau z*. Contoh: 1) 23i23i 2) i i i 4 5 4 1 4 5 1 4 5 1      3) (3i)(22i)(66i2i2i2)(66i2i2)84i84i 4) Jika z1 1i,z2 24i,z3  32i

(27)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 27

Maka a) Re{z1z2}1 b) Re{z1z2}2 c) Re{z1z2}2 d) Im

6 3 4

/7 3 2 1         z z z e) Im

z1z2z3

1 3 Soal-soal

1. Tunjukkan bahwa z1 1i,z2 1i adalah akar-akar dari persamaan kuadrat

0 2 2 2    z z 2. Tunjukkan bahwa 2 2 1 , 2 2 1 2 1 i z i

z       adalah akar-akar dari persamaan kuadrat z2 z10 3. Tentukan a.

32i



2 53i

b.           i i 3 2 4 2 3

1.4 Operasi dasar pada bilangan Komplek

Operasi yang ditunjukan pada bilangan komplek juga berlaku seperti pada Aljabar. Operasi pada bilangan komplek meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pada operasi bilangan komplek kita dapat memprosesnya seperti aljabar dari bilangan-bilang asli dan mengganti dengan -1 sehingga diperoleh hasil sebagai operasinya.

Misal z1 abi dan z2 cdi hasil operasinya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penjumlahan i d b c a di c bi a di c bi a z z12 (  )(  )    (  )(  ) Contoh a. (43i)(2i8)43i2i8(48)(3i2i)4i

(28)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 28

b. \2(14i)2(42i)(28i)(84i)(28)(8i4i)104i c.

2i

 

 37i

 

 22i

2i37i22i76i 2. Pengurangan i d b c a di c bi a di c bi a z z12 (  )(  )    (  )(  ) Contoh a) 3(14i)2(7i)(312i)(142i)(314)(12i2i)1714i b) 3(14i)2(1i)(312i)(22i)(32)(12i2i)110i c) 2(4i)(2i)(23i)

82i2i23i

 

 8222ii3i

44i 3. Perkalian i bc ad bd ac bd i bc ad ac bdi bic adi ac di c bi a z z ) ( ) ( ) 1 ( ) ( ) )( ( 2 2 1                 Contoh a)

2 3i



4 i

8 2i 12i 3i

8 10i 3( 1)

11 10i 2             b)

3 3i



1 4i

3 12i 3i 12i

3 9i 12( 1)

15 9i 2                 c)

1 i



2 2i



3 4i

 

1 i

6 8i 6i 8i

1 i



14 2i

12 16i 2              4. Pembagian i d c ad bc d c bd ac d c i ad bc bd ac i d cdi cdi c di c bi a di c di c di c bi a di c bi a z z                                      2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 ) ( ) ( ) )( ( .

(29)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 29

Contoh a. i i i i i i i i i i i i 17 14 17 5 17 14 5 16 3 12 2 8 4 4 . 4 3 2 4 3 2 2 2                 b. i i i i i i i i i i i i 25 7 25 1 25 7 1 9 16 3 4 3 4 3 4 3 4 . 3 4 1 3 4 1 2 2                        c. i i i i i i i i i i i i 5 4 5 3 5 4 3 4 2 2 4 2 2 . 2 2 2 2 2 2                 d. Hitunglah

           i i i i 1 2 1 4 1 2 2

2 23 11 2 4 3 20 15 2 5 4 3 2 5 4 3 2 ) 3 1 ( ) 4 4 ( 4 3 2 ) 2 2 ( ) 4 4 ( 1 2 2 4 2 ) 1 )( 2 ( ) 1 ( 4 ) 1 2 )( 1 2 ( 1 2 1 4 1 2 2 2 2 i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i                                                                                     e.





2 1 2 1 2 3 2 i i i i    







2 15 5 2 15 10 4 30 20 2 2 . 2 15 10 2 15 10 2 2 1 8 1 2 1 2 3 2 2                     i i i i i i i i i i i i i i i i Soal-soal 1. Selesaikanlah a. (32i)(7i) b. (7i)(32i) c. (86i)(2i7) d. (53i)

(12i)(75i)

(30)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 30

e.

(53i)(12i)

(75i) f. (23i)(42i) g. (42i)(23i) h. (2i)

(32i)(54i)

i.

(2i)(32i)

(54i) j. (12i)

(75i)(34i)

k. i i    1 2 3 l. i i i 3 4 20 4 3 5 5     m. 1 2 310 19   i i i n. 2 3 3 2 1           i o. 3 2 1 1 2 1 1 3                  i i i i p. 5 10 15 16 9 4 2 i i i i i i      q. 3 7 5 2         i i r. 2 7 2 3    i i i i s. ) 2 )( 1 ( 3 i i i   t.

32i

2 u.

1i

 

2 2i

2 2. Jika = 2 + , = 3−2 =− +√ ,

Tentukan nilai masing-masing berikut ini. a. 3z1 4z2

(31)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 31

c.

 

z3 4 d. 2 1 3 1 3 3 2 5 2 i z z i z z       e.          2 2 3 3 2 1 z z z z f.

z3z3

5 g.

z12 z22

 

2  z32 z22

2 h. z1z2z2z1 i.

z2z3



z1z3

3. Tentukan a.





          2 ) 1 ( 2 1 2 3 2 Re i i i i b.





          2 ) 1 ( 2 1 2 3 2 Im i i i i c.          2 2 / 1 ) 2 4 )( 2 3 ( Im i i i d.          2 2 / 1 ) 2 4 )( 2 3 ( Im i i i e.

2 3 2 2 2 1 3 5 2 Im zzz dan

2 3 2 2 2 1 3 5 2 Im zzz Jika = 2 + , = 3−2 =− +√ , 1.5 Nilai Mutlak

Nilai Mutlak atau modulus dari suatu bilangan komplek zabi dinotasikan dengan z dan didefinisikan sebagai zabia2 b2

Contoh a) 2 3 2 ( 3) 4 9 13 2 2        i

(32)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 32

b) 4 2 ( 4) 2 16 4 20 2 5 2 2          i c) 2 3 2 3 4 9 13 2 2       i d) 4 5 ( 4) ( 5) 16 25 41 2 2          i e) 13 6 1 9 1 4 1 3 1 2 1 3 1 2 1 2 2                   i

Jika z1,z2,z3,...zm adalah bilangan komplek, berlaku sifat-sifat berikut 1. z1z2z1 z2 atau z1z2 ...zmz1 z2 ... zm Bukti Misal z1 abi, z2 cdi

a bi



c di

 

ac bd

 

ad bc

i z z1 2         z1z2  (acbd)2 (adbc)2`  (a2c2 2acbdb2d2)(a2d2 abcdb2c2`  (a2c2 b2d2 a2d2`  (a2 b2)(c2 d2)`  a2 b2 c2 d2  ( 2 2)( 2 2)` d c b a    z1 z2 2. , 2 1 2 1 z z z z  jika z2 0 Bukti

Dari operasi pembagian dua bilangan komplek diperoleh:

2 2 2 1 ( ) d c i ad bc bd ac di c bi a z z         , sehingga

(33)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 33



2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 d c d c b a d c d a c b d b c a d c d a abcd c b d b abcd c a d c ad bc d c bd ac z z                                   Dilain pihak Sehingga dapat disimpulakn bahwa , 2 1 2 1 z z z z  asalkan z2 0 3. a. z1z2z1z2 , b. z1z2z3z1z2z3 , c. z1z2z1z2 (a). Penyelesaian

Misal z1x1iy1,z2x2iy2 dan kita harus menunjukkan bahwa (x1x2)2 (y1y2)2 x12  y12  x22 y22

Kuadaratkan Persamaan kedua diatas, akan benar jika

2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 ) ( ) 2 ( )( ) (xxyyxyxy xyxy jika x1x2y1y2 (x12  y12)(x22  y22)

atau jika ( Kuadratkan Kedua persamaan lagi)

22 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 x 2x x y y y y x x x y y x y y x         Atau 12 22 2 2 2 1 2 1 2 1 2x x y yx yy x

Tetapi ini sama untuk (x1y2x2y1)20 jika benar. Balikkan langkah –langkah yang reversibel.

Contoh soal



2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 . d c d c b a d c d c d c b a d c b a z z            

(34)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 34

1) Jika z i z i z i 2 3 2 1 , 2 3 , 2 2 3 1      , hitunglah a) 3z14z2 3(2i)4(32i)  63i128i  611i  (6)2 112  157 b) 3 4 1 8

2

3 3

2

2 4

2

8 2 1 3 1  zz   i  i  iz

233.22. 3.2.2  3

 

344  2

84

8  i i i i i i

812 6 2  3

 

 1212 32

84

8  i i i i i i

812 6

 

 1212 3

 

 84

8  i i i i

812 6 1212 384 8

i i i i i 3 7   c)

 

2 . 2 4 4 4 3 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1                                  i i i z                                             4 3 2 3 4 1 4 3 2 3 4 1 2 3 2 1 4 3 2 3 4 1 2 2 2 2 2 i i i i i i i 2 3 2 1    d) i i i i i i i i i z i i i i z z i z z 3 4 3 4 . 3 4 4 3 3 4 4 3 3 ) 2 3 ( ) ( 2 5 ) 2 ( ) 2 3 ( 2 3 2 5 2 2 1 1 2                          1 ) 1 ( 0 25 25 0 9 16 12 16 9 12 3 4 3 4 . 3 4 4 3 2 2 2                 i i i i i i i i

2) Tentukan bilangan real x dan y sedemikian sehingga 3x2iyix5y75i Jawab i y ix iy x 2 5 7 5 3      i i x y y x 5 ) (2 ) 7 5 3 (      

Sehingga diperoleh dua persamaan

5 2 7 5 3      y x y x

(35)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 35

Dengan menggunakan metode substitusi diperoleh x1,y2

3) Tunjukkan kesamaan di bawah ini: a) z1z2z1z2 Bukti i d b c a z z i d b c a di c bi a z z ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( 2 1 2 1               Karena bi a z1  sehingga z1 abi di c z2   sehingga z2cdi i d b c a di c bi a di c bi a z z12 (  )(  )    (  )(  )

Tampak bahwa sehingga z1z2z1z2

b) z1z2z1 z2 Bukti

 



 

2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 ) ( ) ( ) )( ( z z d c b a d c b a c b d a d b c a c b abcd d a d b abcd c a bc ad bd ac i bc ad bd ac bdi bci adi ac di c bi a z z                                 Soal-soal

1. Jika z1 43i dan z2 12i, hitunglah (a). z1z2 (b). z1z2

(b). z1z2 (d). 2z13z22

(36)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 36

Tentukan nilai masing-masing berikut ini. a) 3z1 4z2 b) z13 3z12 4z18 c)

 

z3 4 d) 2 1 3 1 3 3 2 5 2 i z z i z z       e) z12 3z12z14 f) 3z1 4z2 3. Tentukan z dari: a. 2 3 2 1 i z   b. (1 ) 2 2 i z   c. z(4i)(i1)(7i2) d. z 33i 3 e. z2

i 3

1.6 Pembangun-pembangun Aksiomatis dari Sistem Bilangan Komplek

Dari suatu segi pandangan yang logis dapat digambarkan angka-angka complex sebagai pasangan (a,b)dari bilangan real a dan bmenunjuk pada yang definisi yang beragam ternyata sama dengan definisi diatas. Semua definisi yang digambarkan ini, dimana semua angka menggantikan bilangan-bilangan real.

a. Persamaan (a,b)(c,d) jika dan hanya jika ac,bd b. Penjumlahan (a,b)(c,d)(ac,bd)

c. Produk (a,b)(c,d)(acbd,adbc) dan m(a,b)(ma,mb)

Dari ini kita dapat menunjukkan bahwa (a,b)a(1,0)b(0,1) dan kita berhubungan dengan ini abi di mana lambang untuk (0,1) dan mempunyai

) 0 , 1 ( ) 1 , 0 )( 1 , 0 ( 2   

(37)

Analisis Variabel Komplek: Dwi Purnomo- 37

jadilah setara dengan bilangan real 1. Pasangan yang diinginkan (0,0)sesuai dengan bilangan real 0.

Dari pernyataan di atas kita dapat membuktikan bahwa jika z1,z2,z3bagian dari

bilangan komplek S.

1. z1z2 dan z1z2 terdapat di S Hukum tertutup 2. 2 1 z z  =z2z1 Bukti

 

 

 

 

 

 

a c

 

b d

i i b d a c bi a di c bi a di c z z i d b c a di c bi a di c bi a z z                               1 2 2 1 Hukum Komutatif Penjumlahan 3. z1(z2z3)(z1z2)z3

 

 

 

1 2

3 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( z z z fi e di b c a i f d b e c a i f d e c bi a i f d e c bi a fi e di c bi a fi e di c bi a                                       Hukum Asosiatif Penjumlahan 4. 1 2 2 1z z z z  Bukti i ad bc bd ac bdi bic adi ac di c bi a z z ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( 2 2 1             i ad cb db ca dbi dia cbi ca bi a di c z z ) ( ) ( ) ( ) )( ( 2 1 2            Hukum komutatif Perkalian 5. z1(z2z3)(z1z2)z3 Hukum assosiatif Perkaliam

Referensi

Dokumen terkait

kepuasan kerja pegawai Kantor Camat Simpang Katis Kabupaten

Contoh sederhana ketika kita menggosok gigi yang dibiasakan sejak dini secara berulang, maka sekarang menjadi kebiasaan yang telah tertanam dalam alam bawah sadar

Dari hasil pengumpulan data diperoleh bahwa masyarakat Kecamatan Arongan Lambalek tidak mencerminkan perilaku yang mendukung pengendalian dan pencegahan malaria seperti

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis fenomena perubahan suhu pada pasien post SC pada pengawasan kala IV dengan mempertimbangkan selisih penurunan suhu antara

Berdasarkan uraian di atas maka perlu di Butik Dwi Chy menerapkan kualifikasi yang sesuai standar yang dibutuhkan dalam proses produksi di perusahaan tersebut dengan cara

Fokus penelitian ini tentang problematika internal dan eksternal guru dalam proses belajar mengajar (PBM). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) problematika