• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI LAKASE DARI Marasmius sp. MENGGUNAKAN BIOREAKTOR IMERSI BERKALA TERMODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN PULP KIMIA TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI LAKASE DARI Marasmius sp. MENGGUNAKAN BIOREAKTOR IMERSI BERKALA TERMODIFIKASI UNTUK PEMUTIHAN PULP KIMIA TESIS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI LAKASE DARI Marasmius sp. MENGGUNAKAN

BIOREAKTOR IMERSI BERKALA TERMODIFIKASI

UNTUK PEMUTIHAN PULP KIMIA

TESIS

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

Institut Teknologi Bandung

oleh

HENDRO RISDIANTO

NIM: 23005004

Program Studi Teknik Kimia

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2007

(2)

ABSTRAK

PRODUKSI LAKASE DARI Marasmius sp. MENGGUNAKAN

BIOREAKTOR IMERSI BERKALA TERMODIFIKASI

UNTUK PEMUTIHAN PULP KIMIA

oleh

Hendro Risdianto

NIM: 23005004

Pulp dari proses kraft harus diputihkan untuk mendapatkan kertas putih. Pemutihan biasanya dilakukan dengan reaksi bertahap yang melibatkan klor dan natrium hidroksida. Limbah yang berbahaya akan dihasilkan dari proses pemutihan menggunakan senyawa klor yang terdeteksi sebagai Adsorbable Organic Halide (AOX). Usaha untuk mengurangi efek negatif proses pemutihan

telah banyak usaha dilakukan diantaranya dengan pemutihan sistem Elemental Chlorine Free (ECF) dan Totally Chlorine Free (TCF). Pada pemutihan ECF

menggunakan senyawa klordioksida, sementara pada TCF menggunakan senyawa selain klor untuk memutihkan pulp.

Salah satu bahan pemutih yang ramah lingkungan adalah enzim pendegradasi lignin. Enzim pendegradasi lignin yang telah banyak digunakan dalam industri pulp dan kertas adalah lakase. Penelitian ini difokuskan pada produksi lakase untuk proses pemutihan pulp. Pada penelitian ini dilakukan empat tahapan penelitian yaitu (a) pemilihan spesies jamur untuk produksi lakase, (b) pemilihan media imobilisasi, (c) produksi lakase dalam bioreaktor imersi termodifikasi dan (d) penggunaan enzim kasar lakase untuk pemutihan pulp kimia.

Penelitian pemilihan jamur menunjukkan bahwa Marasmius sp. mempunyai

pertumbuhan dan kemampuan delignifikasi yang lebih baik daripada Trametes hirsuta. Laju rata-rata pertumbuhan koloni Marasmius sp. sebesar 20,68 mm/hari,

nilai ini lebih tinggi daripada Trametes hirsuta sebesar 14,17 mm/hari. Laju

pertumbuhan koloni arah radial Marasmius sp. (25,05 mm/hari) juga lebih tinggi

daripada Trametes hirsuta (17,45 mm/hari). Demikian pula untuk laju

pertumbuhan spesifik Marasmius sp. (2,06/hari) lebih tinggi daripada Trametes hirsuta (1,33/hari). Pada uji degradasi lignin menunjukkan bahwa Marasmius sp.

mampu mendegradasi lignin dalam medium agar secara sempurna setelah 60 hari inkubasi. Sedangkan Trametes hirsuta menunjukkan aktivitas yang kurang efektif

walaupun kedua jamur tersebut menghasilkan enzim ekstraseluler. Berdasarkan hasil ini maka Marasmius sp. dipilih untuk penelitian selanjutnya.

Penelitian pertumbuhan Marasmius sp. pada media imobilisasi dilakukan untuk

memilih bahan terbaik sebagai media imobilisasi Marasmius sp. dalam kultur

(3)

penggosok) dan media alami (bulustru/luffa). Penentuan media yang dipilih

berdasarkan pengamatan visual pertumbuhan jamur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bulustru merupakan media terbaik untuk pertumbuhan

Marasmius sp. Dengan demikian bulustru dipilih sebagai media imobilisasi Marasmius sp.

Penelitian produksi lakase dari Marasmius sp. yang terimobilisasi menggunakan

bulustru dalam bioreaktor imersi berkala termodifikasi dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi waktu imersi. Waktu imersi yang digunakan pada penelitian ini adalah 15 menit, 12 jam dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu imersi 12 jam menghasilkan lakase dengan aktivitas paling tinggi. Aktivitas lakase maksimum yang diperoleh pada waktu imersi 12 jam adalah 457,6 U/l, lebih tinggi dibandingkan waktu imersi 15 menit (348,4 U/l) dan waktu imersi 24 jam (281,9 U/l). Namun, waktu imersi 12 jam tidak menunjukkan produktivitas kultur tertinggi. Variasi waktu 15 menit menghasilkan produktivitas kultur tertinggi (348,4 U/l/hari), kemudian berikutnya adalah waktu imersi 24 jam (281,9 U/l/hari) dan waktu imersi 12 jam (152,5 U/l/hari). Aktivitas lakase pada siklus kedua untuk semua variasi waktu imersi menunjukkan bahwa aktivitas lakase yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan siklus pertama. Persentase penurunan tertinggi terjadi pada waktu imersi 24 jam (80,66%) selanjutnya diikuti oleh waktu imersi 12 jam (64,30%), dan 15 menit (3,83%). Penurunan aktivitas lakase pada siklus kedua diperkirakan karena adanya enzim lain (kemungkinan besar adalah selulase). Aktivitas lakase dapat juga dinyatakan dengan Unit per mg total protein (U/mg protein). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas lakase yang dihasilkan pada siklus pertama lebih tinggi daripada siklus kedua. Aktivitas lakase pada siklus pertama untuk waktu imersi 12 jam adalah 7,46 U/(mg protein), waktu imersi 15 menit adalah 3,49 U/(mg protein), dan waktu imersi 24 jam adalah 2,57 U/(mg protein). Penurunan aktivitas lakase pada siklus kedua untuk waktu imersi 15 menit, 12 jam dan 24 jam masing-masing adalah 58,08%; 82,24%; 91,68%.

Penelitian penggunaan lakase untuk pemutihan pulp menunjukkan bahwa perlakuan awal menggunakan enzim kasar lakase menghasilkan peningkatan derajat putih pulp yang masih terbatas. Perlakuan ini dilaksanakan dengan dan tanpa ABTS sebagai mediator. Pemutihan pulp menggunakan enzim kasar sengan bantuan ABTS selama 6 jam dan suhu 45 °C dapat meningkatkan derajat putih sebesar 2,8 poin. Sedangkan pada kondisi yang sama namun tanpa penambahan ABTS dapat meningkatkaan derajat putih 0,7 poin. Hal ini menunjukkan bahwa pengunaan ABTS dapat meningkatkan proses pemutihan. Sementara penggunaan enzim kasar selama 6 hari dapat meningkatkan derajat putih sebesar 5,3 poin. Analisis distribusi serat sebelum dan sesudah perlakuan awal penggunaan enzim selama 6 hari mengakibatkan adanya pemotongan serat yang cukup banyak, kemungkinan disebabkan oleh selulase. Sedangkan pada penggunaan ABTS tidak terlalu banyak terjadi pemotongan serat. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan produksi lakase untuk mendapatkan aktivitas yang lebih tinggi dan mengurangi adanya selulase.

(4)

ABSTRACT

LACCASE PRODUCTION FROM Marasmius sp. USING

A MODIFIED TEMPORARY IMMERSION BIOREACTOR

FOR CHEMICAL PULP BLEACHING

by

Hendro Risdianto

NIM : 23005004

Pulp from kraft process was bleached in order to obtain white paper. The most common method to bleach pulp is chemical method, employing several phases of reactions using chlorine and natrium hydroxides. This bleaching process produces detrimental pollutant, detected as Adsorbable Organic Halide (AOX). There are several ways have been proposed to reduce the negative impacts of chemical bleaching process, Elemental Chlorine Free (ECF) system and Totally Chlorine Free (TCF) system. ECF system using chlordioxide compounds, whereas TCF system using non chlorine compounds for pulp bleaching.

One of enviro-friendly pulp bleaching process is the application of lignin-degrading enzymes to reduce or eliminate the use of chlorine compound. Lignin-degrading enzyme used in many pulp and paper industries is laccase. This research was focusing on the development of method to produce laccase for pulp bleaching process. The research was divided into four phases of studies i.e.: (a). selection of fungi species for laccase production, (b). selection of support medium, (c). laccase production in a modified temporary immersion bioreactor and (d). utilisation of laccase crude enzyme in pulp bleaching process.

Fungi selection study suggesting that Marasmius sp. exhibit a better performance

in term of growth and delignification capability, compared to Trametes hirsuta.

The Marasmius sp. showed a higher average colony growth rates (20.68 mm/day)

compared to that of Trametes hirsuta (14.17 mm/day). The colony radial growth

rates Marasmius sp. (25.05 mm/day) was also higher compared to that of Trametes hirsuta (17.45 mm/day). In addition to this, the Marasmius sp. exhibits a

higher specific growth rates (2.06/day) compared to that of Trametes hirsuta

(1.33/day). Further study on lignin degradation capability indicates that, eventhough both Marasmius sp. and Trametes hirsuta produced extracellular

enzymes, only Marasmius sp. exhibited lignin degradation activity during 60 day

incubation of fungi in lignin containing agar plate. Based on this study,

Marasmius sp. was selected for future studies.

Study on growth supporting medium was carried out to select the best material to support the growth of Marasmius sp. The experiment was carried out on synthetic

(5)

growth on the support media was determined based on visual observation. The study showed that Marasmius sp. grows best on luffa sponges, thus luffa sponges

was selected as supporting medium for Marasmius sp.

Experiments with cultivation of immobilised Marasmius sp. in a modified

temporary immersion bioreactor were conducted to study the effect of variations of immersion periods in the production of laccase. The immersion periods applied in this study were 15 minutes, 12 hours and 24 hours. Results showed that immersion period of 12 hours exhibited the highest maximum laccase activity. Maximum level of laccase attained from culture with 12 hours immersion period was 457.6 U/l, higher compared to that attained with 15 minutes (348.4 U/l) and 24 hours (281.9 U/l) immersion period. However, culture with 12 hours immersion period did not show the highest activity. Culture with 15 minutes immersion period exhibited the highest activity (348.4 U/l/day), followed by culture with 24 hours immersion period (281.9 U/l/day) and culture with 12 hours immersion period (152.5 U/l/day). Further study on second cycle of laccase activitiy shows that all culture in the second cycle produce laccase with lower activity compared to that of first culture. The highest decreasing percentage of laccase activity on 2nd cycle occured during immersion period of 24 hours (80.66%) then followed with the 12 hours (64.30%) and 15 minutes (3.83%). The decreased in laccase activities possibly due to the production of other enzymes (most probably cellulase). Laccase activity can also be expressed as Unit per total protein (U/mg protein). The study showed that laccase activity in the 1st cycle of

Marasmius sp. cultivation was higher compared to that produced in the 2nd cycle.

Laccase activity in the 1st cycle for 12 hours immersion period was 7.46 U/(mg protein), the 15 minutes immersion period was of 3.49 U/(mg protein) and the 24 hours immersion period was 2.57 U/(mg protein). The decreasing of laccase activity in 2nd cycle for immersion period of 15 minutes, 12 hours and 24 hours were 58.08%, 82.24%, 91.68% respectively.

Study on the application of laccase for pulp bleaching showed that pulp pretreatment with laccase crude enzymes gives a limited improvement on pulp brightness. The pretreatments have been conducted with and without addition of ABTS as mediator. Utilisation of crude enzymes by addition of ABTS mediator with enzyme exposure time 6 hours at temperature of 45 °C increased brightness for 2.8 points. Pretreatment with similar conditions except that no ABTS was added demonstrated an increase in brightness for 0.7 point. It showed that addition of ABTS improved biobleaching process. Whereas pulp exposed to crude enzymes for 6 days at room temperature increased 5.3 points of pulp brightness. Analysis on the pulp fiber distribution before and after enzyme pretreatment showed that pretreatment using crude enzyme for 6 days lead to the reduction of fiber length, which is suggested due to the presence of cellulase. In contrast, a less reduction of fiber length reduction occured on addition of ABTS mediator. It is suggested that improvement of laccase production should be conducted to obtain a higher activity of laccase and reduce the production of cellulase.

Keywords: white rot fungi, Marasmius sp., laccase, a modified temporary

(6)

HALAMAN PENGESAHAN

oleh

Hendro Risdianto

NIM : 23005004

Program Studi Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung

Tanggal ... Juli 2007 Menyetujui Pembimbing Utama

(Prof. Dr. Tjandra Setiadi)

Co-Pembimbing I

(Dr. Sri Harjati Suhardi) Pusat Ilmu Hayati ITB

Co-Pembimbing II

(Dr. Wardono Niloperbowo) Pusat Ilmu Hayati ITB

PRODUKSI LAKASE DARI Marasmius sp. MENGGUNAKAN

BIOREAKTOR IMERSI BERKALA TERMODIFIKASI

UNTUK PEMUTIHAN PULP KIMIA

(7)

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

(8)

gxá|á |Ç| átçt ÑxÜáxÅut{~tÇ âÇàâ~ ~xwât ÉÜtÇz àât átçt?

UtÑt~ eÉv{|w|tÇàÉ wtÇ \uâ g|à|Çz fâÅtÜÇ| çtÇz áxÄtÄâ

ÅxÇz|Çztà~tÇ âÇàâ~ uxÜuâtà ut|~ ~xÑtwt á|tÑt át}t àtÇÑt

ÑtÅÜ|{ ~tÜxÇt áâtàâ áttà Ñtáà| t~tÇ twt utÄtátÇ áxà|ÅÑtÄA

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala petunjuk, bimbingan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Produksi Lakase dari Marasmius sp.

Menggunakan Bioreaktor Imersi Berkala Termodifikasi untuk Pemutihan Pulp Kimia”.

Penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Tjandra Setiadi, Dr. Sri Harjati Suhardi dan Dr. Wardono Niloperbowo selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, saran dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.

2. Segenap pimpinan Balai Besar Pulp dan Kertas, Departemen Perindustrian, Bandung, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menempuh pendidikan Magister Program Studi Teknik Kimia ITB.

3. Dr. I Nyoman P. Aryantha yang telah memberikan izin melakukan penelitian di Pusat Ilmu Hayati ITB.

4. Drs. Wawan Kartiwa Haroen, MM., atas saran dan bimbingan selama ini. 5. Boy, Achie, Imma dan Arin yang telah banyak membantu pelaksanaan

penelitian.

6. Rekan-rekan di Balai Besar Pulp dan Kertas dan Magister Teknik Kimia 2005 atas dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini.

Bandung, Juli 2007

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... v

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS ... vi

HALAMAN PERUNTUKAN ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI... xiii

DAFTAR TABEL... xv

Bab I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang... 1

I.2 Perumusan Masalah………. 3

I.3 Tujuan Penelitian... 5

I.4 Ruang Lingkup ... 5

Bab II Tinjauan Pustaka ... 7

II.1 Pembuatan Pulp ... 7

II.1.1 Proses Mekanis ... 9

II.1.2 Proses Kimia ... 10

II.1.3 Proses Semikimia ... 10

II.2 Pemutihan Pulp ... 11

II.2.1 Tahap-tahap Pemutihan Konvensional ... 12

II.2.2 Teknologi Pemutihan Pulp Ramah Lingkungan ... 15

II.3 Penggunaan Enzim pada Pemutihan Pulp ... 16

II.4 Mekanisme Biodegradasi Lignin ... ... 18

II.5 Produksi Lakase dalam Bioreaktor ... ... 20

Bab III Rancangan Penelitian ... 23

III.1 Metodologi ... 23

(11)

III.2.1. Bahan ... 23

III.2.2 Alat ... 27

III.3 Alur Penelitian ... 29

III.4 Analisis Parameter Penelitian ... 30

Bab IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase ... 31

IV.1 Pendahuluan ... 31

IV.2 Bahan dan Metode ... 35

IV.2.1 Mikroorganisme ... 35

IV.2.2 Uji Laju Pertumbuhan ... 35

IV.2.3 Uji Degradasi Lignin ... 36

IV.2.4 Uji Kualitatif Enzim Ekstraseluler ... 37

IV.3 Hasil dan Pembahasan ... 37

IV.3.1 Laju Pertumbuhan Jamur ... 37

IV.3.2 Uji Degradasi Lignin ... 39

IV.3.3 Uji Kualitatif Enzim Ekstraseluler ... 42

IV.4 Kesimpulan ... 42

Bab V Pemilihan Bahan Imobilisasi Jamur ... 44

V.1 Pendahuluan ... 44

V.2 Bahan dan Metode ... 46

V.2.1 Mikroorganisme ... 46

V.2.2 Media Imobilisasi ... 46

V.3 Hasil dan Pembahasan ... 47

V.4 Kesimpulan ... 49

Bab VI Produksi Lakase dari Marasmius sp. dalam Bioreaktor Imersi Berkala Termodifikasi ... 50

VI.1 Pendahuluan ... 51

VI.2 Bahan dan Metode ... 59

VI.2.1 Mikroorganisme ... 59

VI.2.2 Konfigurasi Bioreaktor ... 59

VI.2.3 Media Imobilisasi ... 60

VI.2.4 Medium Pertumbuhan Marasmius sp. ... 61

(12)

VI.2.6 Uji Aktivitas Lakase ... 61

VI.2.7 Pengukuran Konsentrasi Protein ... 63

VI.3 Hasil dan Pembahasan ... 63

VI.4 Kesimpulan ... 71

Bab VII Penggunaan Lakase pada Pemutihan Pulp Kimia ... 73

VII.1 Pendahuluan ... 73

VII.2 Bahan dan Metode ... 78

VII.2.1 Enzim ... 78

VII.2.2 Pulp ... 78

VII.2.3 Perlakuan awal (pretreatment) Pemutihan Menggunakan Enzim ... 78

VII.2.4 Pemutihan Lanjutan ... 79

VII.2.5 Analisis Pulp Hasil Pemutihan ... 81

VII.3 Hasil dan Pembahasan ... 81

VII.4 Kesimpulan ... 87

Bab VIII Kesimpulan dan Saran ... 88

VIII.1 Kesimpulan ... 88

VIII.2 Saran ... 89

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Contoh Perhitungan Aktivitas Lakase ... 94 Lampiran B Komposisi, Pembuatan Larutan Bradford dan Kurva Standar

Protein ... 95 Lampiran C Cara Uji Derajat Putih (SNI 14-4733-1998) ... 99 Lampiran D Cara Uji Fraksionasi Serat Pulp (Metode Mc Nett) (SNI

(14)

DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI

Gambar II.1 Struktur selulosa ... 7

Gambar II.2 Struktur serat tunggal...... 8

Gambar II.3 Struktur lignin ... 8

Gambar II.4 Perubahan struktur lignin selama pemasakan proses kraft... 11

Gambar II.5 Struktur dioksin ... 16

Gambar II.6 Struktur furan ... 16

Gambar II.7 Mekanisme biodegradasi lignin ... 18

Gambar II.8 Skema temporary immersion bioreactor ... 21

Gambar II.9 Skema bioreaktor imersi produksi lakase ... 22

Gambar III.1 Jamur pelapuk putih dalam media agar miring ... 23

Gambar III.2 Media imobilisasi jamur ... 25

Gambar III.3 Skema bioreaktor imersi berkala termodifikasi ... 28

Gambar III.4 Alur penelitian ... 29

Gambar IV.1 Fase pertumbuhan mikroorganisme pada kultur curah ... 33

Gambar IV.2 Tipikal pertumbuhan jamur arah radial ... 34

Gambar IV.3 Pertumbuhan koloni arah radial ... 36

Gambar IV.4 Kurva pertumbuhan jamur arah radial ... 38

Gambar IV.5 Laju pertumbuhan spesifik ... 39

Gambar IV.6 Lindi hitam ... 40

Gambar IV.7 Degradasi lignin oleh jamur pelapuk putih dalam medium padat ... 41

Gambar IV.8 Uji kualitatif enzim pendegradasi lignin ... 42

Gambar V.1 Media imobilisasi jamur ... 46

Gambar V.2 Pertumbuhan Marasmius sp. pada media imobilisasi ... 48

Gambar VI.1 Degradasi kayu pinus oleh jamur pelapuk putih oleh Phellinus pini. Bagian berwarna putih merupakan daerah delignifikasi atau penyisihan lignin dan bukan merupakan degradasi selulosa ... 52

(15)

Gambar VI.3 Degradasi kayu oleh jamur pelapuk lunak ... 54

Gambar VI.4 Skema temporary immersion bioreactor ... 56

Gambar VI.5 Skema bioreaktor imersi produksi lakase ... 56

Gambar VI.6 Bioreaktor imersi termodifikasi ... 60

Gambar VI.7 Oksidasi lakase oleh ABTS menjadi radikal kation (ABTS+) 62 Gambar VI.8 Aktivitas lakase pada siklus pertama; ♦ : waktu imersi 15 menit, ■ : waktu imersi 12 jam, ▲ : waktu imersi 24 jam. .... 64

Gambar VI.9 Pengujian stabilitas lakase ... 65

Gambar VI.10 Aktivitas maksimum lakase pada siklus pertama ... 66

Gambar VI.11 Produktivitas kultur pada siklus pertama ... 67

Gambar VI.12 Aktivitas lakase pada siklus kedua; ◊ : waktu imersi 15 menit, □ : waktu imersi 12 jam, ∆ : waktu imersi 24 jam ... 68

Gambar VI.13 Aktivitas maksimum lakase; ■ : siklus pertama dan □ : siklus kedua ... 69

Gambar VI.14 Aktivitas lakase; ▲,∆ : waktu imersi 15 menit; ■,□ : waktu imersi 12 jam; ♦,◊ : waktu imersi 24 jam ... 70

Gambar VI.15 Aktivitas maksimum lakase; ■ : siklus pertama dan □ : siklus kedua ... 71

Gambar VII.1 Prekursor penyusun lignin; a. p-coumaryl alcohol (p -hydroxyphenol), b. coniferyl alcohol (guaiacyl), c. sinapyl alcohol (syringyl) ... 74

Gambar VII.2 Mekanisme oksidasi substrat oleh lakase ... 75

Gambar VII.3 Mekanisme difusi mediator pada dinding sekunder serat ... 76

Gambar VII.4 Penurunan aktivitas lakase selama perlakuan awal pemutihan ■ : sebelum, □ : sesudah ... 82

Gambar VII.5 Derajat putih lembaran pulp ... 83

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Penelitian penggunaan enzim pada proses pembuatan pulp dan kertas ... ...

2

Tabel II.1 Perbandingan proses pembuatan pulp ... 11

Tabel III.1 Komposisi medium Potato Dextrose Agar ... 24

Tabel III.2 Komposisi medium Kirk ... 26

Tabel III.3 Komposisi medium utama ... 26

Tabel III.4 Komposisi trace element ... 27

Tabel IV.1 Pertumbuhan koloni jamur arah radial ... 37

Tabel VI.1 Aktivitas maksimum lakase pada berbagai penelitian ... 58

Tabel VII.1 Pemutihan konvensional pulp kraft softwood menggunakan Laccase Mediator System (LMS) ... 76

Tabel VII.2 Penggunaan lakase skala pilot ... 77

Tabel VII.3 Hasil pemutihan menggunakan lakase ... 77

Tabel VII.4 Kondisi pemutihan menggunakan enzim kasar lakase ... 78

Tabel VII.5 Kondisi pemutihan lanjutan ... 80

Referensi

Dokumen terkait

Ensimmäinen tilastollisesti merkittävä ero löytyi lasten ja aikuisten unihalvauksien esiintyvyydessä: Aranin tutkimusryhmän tut- kimuksen (2010) tavoin myös Suomessa

Dalam rangka peningkatan kualitas data PAUD dan DIKMAS, maka semua lembaga/satuan pendidikan, guru, pendidik, dan tenaga kependidikan diharapkan agar melengkapi data melalui

Metode penelitian menggunakan pendekatan normatif yakni suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan

Pengujian wifi modul bertujuan untuk mengetahui apakah wifi modul bisa menjadi pengirim data yang telah diolah oleh server ke email, adapun hasil pengujian hasil ini

Menurut Wagiyono (2003), uji pembanding ini digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi

Ya udah kalo nggak mau ngasih tau juga, weeee ,” kali ini Hanifah menjulurkan lidahnya dan ia sudah bersikeras bahwa ia tak akan pernah mengatakan apapun tentang apa yang

Tahun 1960 menyatakan bahwa pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman pidana (Pasal 2 dan