• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. INFORMASI TERBARU EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. INFORMASI TERBARU EKONOMI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. INFORMASI TERBARU EKONOMI

1. Pertumbuhan di Indonesia, dan secara global, pulih di kuartal kedua

Pertumbuhan naik di

seluruh dunia, termasuk Indonesia, di KUARTAL KEDUA

Ekonomi Indonesia berakselerasi sejak awal tahun ini setelah terhenti di KUARTAL KEEMPAT 2008. (Gambar 1) Kenaikan ini seiring dengan pertumbuhan di sebagian besar perekonomian besar. (Gambar 2) Hasil KUARTAL KEDUA yang didapat mitra dagang utama Indonesia melampaui perkiraan, dan hampir semua mitra dagang Indonesia sekarang telah keluar dari resesi. Amerika Serikat tetap merupakan penghambat besar pertumbuhan global, namun tingkat penurunannya telah berkurang dan ada semakin banyak bukti bahwa resesi pascaperang terpanjang sepertinya telah berakhir.1

Estimasi yang disesuaikan secara musiman menunjukkan bahwa depresi dalam pertumbuhan Indonesia telah berlalu

Ekonomi Indonesia tampaknya telah melewati depresi dalam pertumbuhan. Di KUARTAL KEDUA, output naik sebesar 1,2 persen kuartal-ke-kuartal (disesuaikan secara musiman) sedikit di bawah tingkat pertumbuhan rata-rata di tahun-tahun terakhir. Pertumbuhan kuartalan naik dari KUARTAL PERTAMA, setelah tidak mengalami perubahan di KUARTAL KEEMPAT 2008 saat gejolak ekonomi dan keuangan mencapai puncaknya. Namun, tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun (tahun-ke-tahun) terus menurun. Di KUARTAL KEDUA, pertumbuhan tahun-ke-tahun adalah 4,0 persen, turun dari 6,4 persen di KUARTAL KETIGA 2008. Berlanjutnya penurunan dalam tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun sebagian disebabkan ekonomi yang kuat di awal 2008. (Kotak 1 menjelaskan penyesuaian musiman atas data berfrekuensi tinggi.)

Gambar 1: Ekonomi Indonesia mengalami depresi di kuartal akhir 2008, namun kembali naik mendekati rata-rata terakhirnya

(persen pertumbuhan)

Gambar 2: …dan ekonomi global menjadi stabil dan mulai pulih di kuartal kedua

(persen pertumbuhan per kuartal disesuaikan secara musiman) 0 2 4 6 8 0 1 2 3 4

Jun-02 Mar-04 Dec-05 Sep-07 Jun-09

Per cent Per cent

Year on year (RHS) QoQ seasonally adjusted (LHS) -9 -6 -3 0 3 6 -9 -6 -3 0 3 6 Ch in a In d ia In do ne s ia Philip. U. S . Euro Area M a lay s ia Ja p a n T h ailand Q4 2008 Q1 2009 Q2 2009

Per cent Per cent

Sumber: BPS melalui CEIC. Penyesuaian musiman Bank Dunia.

Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan penyesuaian musiman Bank Dunia jika data dipublikasikan tanpa disesuaikan secara musiman

Pertumbuhan KUARTAL KEDUA Indonesia didorong pemulihan dalam ekspor dan konsumsi pemerintah, sementara konsumsi swasta stabil

Pendorong pertumbuhan utama di kuartal kedua berasal dari pemulihan volume ekspor yang lebih cepat daripada impor. (Gambar 3). Konsumsi pemerintah melanjutkan pertumbuhannya yang kuat, naik 2,7 persen kuartal-ke-kuartal menjadi 17,0 persen lebih tinggi tahun-ke-tahun, jauh di atas rata-rata 5 tahunnya. Konsumsi swasta hanya naik 0,1 persen kuartal-ke-kuartal, mengikuti pertumbuhan kuat (2,4 persen) di KUARTAL PERTAMA, terkait dengan tingkat belanja tinggi untuk kampanye pemilu anggota DPR dan panen yang baik. Konsumsi rumah tangga nonpangan, sebagian besar didukung belanja terkait pemilihan umum di KUARTAL PERTAMA, sedikit mengalami penurunan di KUARTAL KEDUA, sementara konsumsi pangan naik 0,4 persen. Hal ini menunjukkan

1

Untuk informasi lebih lanjut mengenai ekonomi global dan regional, baca East Asia and Pacific Economic Update Bank Dunia yang akan datang, yang akan diluncurkan di minggu pertama November di www.worldbank.org/eap.

(2)

jeda dalam pertumbuhan konsumsi swasta di KUARTAL KEDUA kemungkinan hanya sementara.

…sementara investasi tetap menghambat pertumbuhan

Pengeluaran investasi tumbuh lebih kecil dari rata-rata lima tahunnya, tumbuh sebesar 0,3 persen dari KUARTAL PERTAMA sampai KUARTAL KEDUA menjadi 2,7 persen lebih tinggi dari satu tahun sebelumnya. Ini merupakan titik balik dari kuartal pertama saat total investasi mengalami penurunan. Di kuartal kedua, belanja untuk mesin dan peralatan serta barang transportasi dikurangi lebih lanjut. Komponen mesin dan peralatan impor turun dalam dua kuartal berturut-turut, mencatatkan penurunan terbesar sejak akhir 2005 (turun 7,7 persen dari KUARTAL PERTAMA ke KUARTAL KEDUA). Pertumbuhan investasi bangunan tidak melambat secara drastis dan pertumbuhan kuartalan sedikit naik di KUARTAL KEDUA dibandingkan tiga kuartal sebelumnya. Berlanjutnya perlambatan dalam investasi secara keseluruhan di kuartal kedua konsisten dengan rendahnya investasi oleh bisnis sejak awal tahun (didiskusikan di bawah).

Penguatan dalam kegiatan sektor jasa mendukung kenaikan PDB di KUARTAL KEDUA

Sepanjang KUARTAL KEDUA, akselerasi dalam kegiatan sektor jasa mendukung kenaikan pertumbuhan PDB agregat. Ini merupakan titik balik perlambatan yang dimulai di pertengahan 2008. Akselerasi sebagian besar dihasilkan oleh sektor ritel yang merupakan bagian terbesar sektor jasa dan didukung oleh kenaikan bertahap dalam indeks penjualan ritel bulanan. Pertumbuhan di sektor industri tetap stabil walaupun diperkirakan mengalami perlambatan, naik mendekati tingkat pertumbuhan rata-rata lima tahunnya di kuartal ini. Sebagian besar sektor industri mengalami pertumbuhan yang kuat, yang diimbangi pertambangan yang terus mengalami penurunan kegiatannya. Setelah mengalami pertumbuhan cepat di KUARTAL PERTAMA, total produksi pertanian melambat bersamaan dengan kontraksi output pertanian pangan dan nonpangan (Gambar 4).

Gambar 3: Pemulihan dalam ekspor terhadap impor dan konsumsi pemerintah yang terus naik mendukung pengeluaran

(kontribusi poin persentase kuartal-ke-kuartal terhadap pertumbuhan PDB agregat, disesuaikan secara musiman)

Gambar 4: …sementara kegiatan jasa memberi lebih banyak kontribusi terhadap pertumbuhan PDB di KUARTAL KEDUA daripada di KUARTAL PERTAMA

(kontribusi poin persentase kuartal-ke-kuartal terhadap pertumbuhan PDB agregat, disesuaikan secara musiman)

-2 -1 0 1 2 -2 -1 0 1 2 Q1 Q2 Priv cons Govt cons

Percentage points Percentage points

Investment Net exports Discrepancy GDP 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Agriculture Mining Industry Services 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Q1 Q2

Per cent Per cent

Catatan dan sumber: Kontribusi poin persentasei yang disesuaikan secara musiman mungkin tidak setara dengan pertumbuhan PDB agregat. BPS melalui CEIC dan Bank Dunia

Indikator ekonomi lain juga melaporkan perbaikan kondisi sejak awal tahun

Penguatan dalam konsumsi swasta didukung oleh indikator belanja dan keyakinan konsumen terbaru (Gambar 6). Survei BI tentang sentimen konsumen menunjukkan hasil yang kuat tahun ini - data bulan Juli merupakan hasil tertinggi kedua dalam sejarah rangkaian - sementara indeks penjualan ritel BI kembali ke tingkat pertengahan 2008 setelah jatuh di awal tahun. Penjualan kendaraan bermotor dan sepeda motor tetap lemah dibandingkan pertengahan 2008, tapi mulai pulih sejak awal tahun dan telah mencapai tingkat awal 2008. (Gambar 7)

Indikator produksi juga menunjukkan bahwa ekonomi mulai pulih dari perlambatan di akhir 2008. Indeks produksi industri menunjukkan bahwa kedalaman kontraksi di akhir 2008

(3)

hanyalah sementara, dan indeks melaporkan naiknya kegiatan di perusahaan menengah dan besar yang disurvei sejak awal tahun. Konsumsi semen, yang sangat terkait dengan produksi industri, juga terus menunjukkan tren naik yang dimulai awal tahun ini. Produksi sekarang lebih tinggi dari satu tahun sebelumnya. Satu indikator parsial yang tetap lemah adalah kredit bank (lihat bagian 5d di bawah).

Kotak 1: Penyesuaian secara musiman dan peningkatan pengawasan ekonomi

Data rangkaian waktu makroekonomi, seperti produk domestik bruto atau indeks harga, cenderung bergerak dengan tiga proses utama: komponen siklus tren, komponen musiman dan komponen iregular. Komponen siklus tren adalah gerakan jangka panjang dan jangka menengah rangkaian ini - dalam hal PDB riil, hal ini mencakup tingkat pertumbuhan rata-rata dan fluktuasi siklus bisnis. Komponen musimannya adalah fluktuasi dalam setahun yang berulang dengan cara yang sama di bulan atau kuartal yang sama dari tahun ke tahun, misalnya musim panen yang menghasilkan peningkatan hasil pertanian jangka pendek, masa liburan yang sama mengurangi kegiatan industri, atau penyesuaian kembali harga pada awal tahun sekolah atau tahun kalender baru. Komponen iregular adalah yang tersisa setelah komponen musiman dan siklus tren dihilangkan. Mungkin hal ini dikarenakan fluktuasi pengambilan sampel dalam proses pengumpulan data atau fluktuasi dalam kegiatan karena suatu kejadian khusus. Saat menganalisis perkembangan dalam ekonomi, komponen siklus tren suatu rangkaian dapat menyediakan informasi berguna bagi pembuat keputusan. Sebagai contoh, apakah suatu perekonomian sedang mengalami perlambatan atau akselerasi, apakah tingkat pertumbuhan saat ini berada di atas atau di bawah tren yang sedang berjalan, atau apakah tekanan inflasi sedang terbentuk. Pengidentifikasian gerakan tersebut dalam tingkat pertumbuhan per kuartal atau per bulan dalam data yang tidak disesuaikan secara musiman dapat sangat sulit dilakukan. (Gambar 5) Penyesuaian musiman membantu tugas ini dengan menghilangkan komponen musiman dari data rangkaian waktu ekonomi, menyisakan komponen siklus tren dan variasi acak dalam data.

Pendekatan paling sederhana untuk perhitungan musiman adalah memeriksa tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun. Pertumbuhan tahun-ke-tahun (tahun-ke-tahun) menjelaskan siklus musiman rutin dengan membandingkan tingkat dalam suatu periode dalam setahun (misalnya, kuartal Maret 2009 saat terjadi panen raya) dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini akan menyertakan pergerakan kumulatif di bulan Maret yang sedang berjalan, ditambah kuartal Desember, September dan Juni sebelumnya. Hal ini menghilangkan sebagian volatilitas per kuartal. Namun, tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun juga dapat menghilangkan titik balik dalam rangkaian mendasar. Hal ini terlihat pada rangkaian PDB agregat terbaru. (Gambar 5) Tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia terus melambat dari 6,4 persen di KUARTAL KETIGA 2008 menjadi 4,0 persen di kuartal terbaru KUARTAL KEDUA 2009. Penurunan ini sebagian diakibatkan oleh tingkat pertumbuhan kuartalan yang tinggi di akhir 2007 dan awal 2008 yang 'keluar' dari perhitungan tahun-ke-tahun, dan keberadaannya yang masih terasa dalam perhitungan pertumbuhan yang hampir nol tahun-ke-tahun di akhir 2008. Interpretasi ini dapat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan kuartal-ke-kuartal yang telah disesuaikan secara musiman, yang menunjukkan pertumbuhan stabil dan relatif kuat sampai KUARTAL KETIGA 2008, pertumbuhan nyaris nol di KUARTAL KEEMPAT terjadi di puncak guncangan keuangan dan ekonomi, yang kemudian disusul oleh pemulihan pertumbuhan yang progresif di kuartal pertama dan kedua 2009. Hal ini pun terjadi sepanjang paruh pertama 2009 pada indikator ekonomi utama Indonesia lainnya. (Tabel 2)Sebagai contoh, ekspor dan impor menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam data KUARTAL KEDUA tapi tetap rendah dalam tahun-ke-tahun. Secara singkat, penyesuaian musiman memampukan peningkatan pengawasan atas ekonomi Indonesia, terutama sekitar titik balik dalam ekonomi.

Gambar 5: Tiga versi pertumbuhan PDB Indonesia (persen pertumbuhan)

Tabel 2: Tingkat pertumbuhan kuartalan yang

disesuaikan secara musiman memberikan perspektif yang sangat berbeda atas ekonomi Indonesia dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-ke-tahun

(persen pertumbuhan) -2 0 2 4 6 8 -4 -2 0 2 4 6

Jun-05 Jun-06 Jun-07 Jun-08 Jun-09

Per cent Per cent

QoQ NSA (LHS) QoQ SA (LHS) YoY (RHS) 2008 2008 Q4 Q1 Q2 Q4 Q1 Q2 GDP 0.2 1.0 1.2 5.2 4.4 4.0 Domestic Private consumption 1.1 2.4 0.1 4.8 6.0 4.8 Gov Consumption 4.1 2.7 -1.2 16.4 19.2 17.0 Investment 1.3 -1.6 0.3 9.1 3.4 2.7 External Exports -5.2 -14.4 4.8 1.8 -18.7 -15.7 Imports -6.7 -19.5 9.9 -3.5 -26.0 -23.9 2009 QoQ growth 2009 YoY growth

Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia

Badan statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), tidak mempublikasikan estimasi rangkaian makroekonimi yang disesuaikan secara musiman. Ada beberapa pendekatan untuk mengestimasi dan menghilangkan komponen musiman dalam rangkaian ekonomi. Cara paling sederhana adalah melakukan regresi atas dummy untuk setiap periode rutin pada rangkaian sebenarnya. Pendekatan ini berasumsi bahwa pergerakan musiman dalam periode tertentu tidak berubah secara signifikan

(4)

bersamaan dengan berjalannya waktu. Pendekatan lain yang lebih canggih tidak terlalu memperhitungkan asumsi ini dengan memperbolehkan faktor musiman untuk berubah secara berkala. Pendekatan yang segera dapat digunakan dan umum digunakan adalah paket X12-ARIMA. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung data Indonesia yang disesuaikan secara musiman yang dilaporkan dalam Perkembangan Triwulan ini.

Penyesuaian data Indonesia untuk faktor musiman memiliki komplikasi tambahan dengan memperhitungkan hari libur umat Muslim. Hari libur ini mengikuti kalender bulan yang maju sekitar 11 hari setiap tahunnya terhadap kalender Masehi. Ramadan dan Idul Fitri memiliki dampak signifikan terhadap perilaku ekonomi melalui peningkatan konsumsi makanan, pengurangan jam kerja dan penggunaan hari libur. Untuk data kuartalan, dampak Ramadan terhadap pola musiman tidak signifikan, terutama jika faktor musiman dapat disesuaikan secara perlahan, misalnya melalui teknik X12-ARIMA. Untuk data bulanan, jika liburan umat Muslim memiliki dampak signifikan, dampak tersebut dapat dihitung dengan melakukan regresi terhadap rangkaian yang disesuaikan secara musiman untuk beragam hari libur.

Gambar 6: Indikator sentimen konsumen sangat kuat (indeks)

Gambar 7: …dan hal ini terbukti pada penjualan aktual (pembelian bulanan) 60 70 80 90 100 110 120

Jul-05 Jul-06 Jul-07 Jul-08 Jul-09 110 130 150 170 190 210 230 Index Index BI Retail sales (RHS) BI Consum er Survey Index (LHS) 0 100 200 300 400 500 600 700

Jul-05 Jul-06 Jul-07 Jul-08 Jul-09 0 10 20 30 40 50 60 70 '000 '000 Motor cycles (LHS) Motor vehicles (RHS)

Catatan dan sumber: Indeks keyakinan konsumen BI berada pada tingkat 100 yang menunjukkan jumlah responden bersih yang memiliki pandangan positif sama dengan jumlah yang memiliki pandangan negatif. BI melalui CEIC.

Sumber: GAI dan Astra melalui CEIC

2. Inflasi berada pada titik balik

Tingkat laju inflasi Indeks

Harga Konsumen (IHK) telah meningkat untuk pertama kali sejak 10 bulan

Harga-harga konsumen masih tetap tertekan pada pertengahan tahun 2009, sebelum mencatat sedikit peningkatan pada bulan Juli dan Agustus. (Gambar 8) Inflasi tahun-ke-tahun tampaknya telah mencapai dasarnya, menyentuh 2,7 persen pada bulan Juli (tahun-ke-tahun) dan meningkat menjadi 2,8 persen pada bulan Agustus, peningkatan pertama dalam 10 bulan terakhir. Peningkatan harga bahan pangan, yang sebagian disebabkan oleh bulan Ramadan,2 mendorong peningkatan ini. Dampaknya paling dirasakan oleh keluarga berpenghasilan rendah, yang terus menghadapi peningkatan harga yang lebih cepat dari rata-rata. Biaya yang harus mereka keluarkan untuk konsumsi meningkat sebesar 3,8 persen pada tahun berjalan sampai Agustus, sedikit lebih tinggi dibanding pada bulan Juli. Tanpa menyertakan harga bahan pangan yang cepat berubah, dan penurunan harga bahan bakar bersubsidi pada pergantian tahun, telah terjadi inflasi yang jauh lebih tinggi, sebesar 4,8 persen selama tahun berjalan sampai bulan Agustus. Pengukuran inflasi 'inti' ini, seperti inflasi IHK, telah menurun dengan cepat sejak awal tahun 2009 sampai bulan Juli, tetapi kini tampaknya telah mendekati titik paling rendahnya.

2

Perhitungan bulan Ramadan berdasarkan peredaran bulan, yang maju sekitar 11 hari setiap tahun dari kalender Masehi.

(5)

Gambar 8: Peningkatan harga yang berarti pada beberapa bulan terakhir menunjukkan titik balik dari tingkat laju inflasi IHK

(inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun dan bulan-ke-bulan)

Gambar 9: Harga rata-rata konsumen sangat sedikit bergerak pada paruh awal tahun 2009

(pertumbuhan kumulatif dalam inflasi IHK)

-4 0 4 8 12 16 20 24 -1 0 1 2 3 4 5 6

Aug-07 Feb-08 Aug-08 Feb-09 Aug-09

Per cent Per cent

Food (RHS) Inflation - monthly (LHS) Poverty basket (RHS) Inflation (RHS) -3 0 3 6 9 12 -3 0 3 6 9 12

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Per cent Per cent

2008

2009 2007

2006

Sumber: Bank Indonesia, BPS dan Bank Dunia Sumber: BPS dan Bank Dunia Harga bahan bakar dan

bahan pangan yang lebih rendah menyebabkan turunnya inflasi IHK

Faktor-faktor utama yang menurunkan inflasi IHK tahun-ke-tahun pada kuartal terakhir tidak disertakan dalam pengukuran inti. Inflasi IHK tahun-ke-tahun mencatat penurunan yang besar pada bulan Juni dan Juli, dengan meningkatnya harga bahan bakar bersubsidi pada akhir bulan Mei 2008 dan keseimbangan harga-harga baru tidak disertakan dalam perhitungan. Dengan harga-harga dunia yang lebih rendah, harga bahan bakar diturunkan pada pergantian tahun, dan harga bahan pangan segar turun setiap bulan pada kuartal kedua. Sejak awal tahun hingga bulan Agustus, Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya meningkat tipis sebesar 1,2 persen, jauh lebih rendah dibanding 8 bulan pertama tahun-tahun yang lalu. (Gambar 9) Jatuhnya harga-harga bahan pangan pada paruh awal tahun-tahun 2009 telah membawa berkah terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah, dengan besarnya proporsi bahan pangan pada keseluruhan pengeluargan mereka, dengan perkiraan Bank Dunia yang menunjukkan laju inflasi mereka telah turun lebih dari setengahnya antara bulan Maret hingga Agustus. (Gambar 8)

Peningkatan Rupiah sejak bulan Maret telah mengimbangi sebagian besar peningkatan pada harga-harga dunia

Harga komoditas dunia telah meningkat sejak awal tahun. Peningkatan rupiah memberikan pengimbang yang lebih dari cukup bagi peningkatan sebagian besar komoditas bahan pangan—dengan gula sebagai pengecualian yang penting—yang menyebabkan jatuhnya harga bahan-bahan pangan dalam hitungan rupiah. (Gambar 10) Akan tetapi, harga bahan bakar dunia telah meningkat lebih cepat dari peningkatan nilai Rupiah. Sementara sistem subsidi bahan bakar pemerintah telah, untuk sementara waktu, melindungi biaya energi rumah tangga dari dampak langsung peningkatan tersebut, biaya untuk energi yang harus dibayar industri telah meningkat. Sebagai akibatnya, harga dari barang-barang perdagangan, yang sangat peka pada pergerakan harga dunia dan kurs tukar, mulai beranjak naik. (Gambar 10)

(6)

Gambar 10: Peningkatan Rupiah mengimbangi peningkatan harga komoditas belakangan ini

(persentase perubahan harga komoditas kuartal-ke-kuartal dalam rupiah; laju inflasi tahun-ke-tahun)

Harga komoditas dunia telah meningkat sejak awal tahun. Peningkatan rupiah memberikan pengimbang yang lebih dari cukup bagi peningkatan sebagian besar komoditas bahan pangan—dengan gula sebagai pengecualian yang penting—yang menyebabkan jatuhnya harga bahan-bahan pangan dalam hitungan rupiah. (Gambar 10) Akan tetapi, harga bahan bakar dunia telah meningkat lebih cepat dari peningkatan nilai Rupiah. Sementara sistem subsidi bahan bakar pemerintah telah, untuk sementara waktu, melindungi biaya energi rumah tangga dari dampak langsung peningkatan tersebut, biaya untuk energi yang harus dibayar industri telah meningkat. Sebagai akibatnya, harga dari barang-barang perdagangan, yang sangat peka pada pergerakan harga dunia dan kurs tukar, mulai beranjak naik. (Gambar 10)

-20 -10 0 10 20 -20 -10 0 10 20

Aug-06 Aug-07 Aug-08 Aug-09

Tradeable Inflation Global energy prices Global food prices

IDR per USD Per cent

Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia Laju inflasi Indonesia

masih cukup tinggi

Laju inflasi Indonesia masih tetap lebih tinggi dibanding mitra-mitra dagangnya—yang sebagian besar sedang menghadapi deflasi—seperti yang umum terjadi sebelumnya. (Gambar 11) Akan tetapi, laju inflasi Indonesia telah turun lebih banyak dibanding hampir seluruh mitra dagangnya sejak akhir tahun 2008. (Gambar 12) Ini terjadi di tengah keprihatinan bahwa penurunan nilai rupiah di akhir tahun 2008, dan peningkatan perkiraan inflasi ke tingkat yang lebih tinggi pada awal tahun 2008 sewaktu laju inflasi meningkat pesat, mungkin telah menggeser laju inflasi struktural Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Gambar 11: Laju inflasi Indonesia tetap lebih tinggi dari hampir seluruh negara tetangga dan mitra dagangnya… (inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun)

Gambar 12: …walaupun penurunan laju inflasi Indonesia sejalan dengan ekonomi lain

(perubahan persentase dalam inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun, puncak tahun 2008 sampai pengamatan paling akhir) -5 0 5 10 15 20 -5 0 5 10 15 20

Aug-05 Aug-06 Aug-07 Aug-08 Aug-09

Per cent Per cent

Indonesia China Japan Thailand India -15 -10 -5 0 -15 -10 -5 0

Percentage point Percentage point

Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Bank Dunia Harga-harga sektor hulu

tetap stabil sejak bulan Februari

Harga grosir mengalami sedikit perubahan di kuartal pertama 2009. Harga sebagian besar subkomponen tetap datar, termasuk harga di bidang pertambangan, di tengah meningkatnya harga komoditas tersebut di dunia internasional pada periode tersebut. Peningkatan sebesar 5 persen harga di bidang pertanian diimbangi oleh penurunan tipis pada harga ekspor yang dilaporkan. Harga-harga sektor hulu tetap lebih lemah dibanding harga pada pertengahan tahun 2008, secara keseluruhan lebih rendah 7,7 persen, terutama karena harga industri dan perdagangan yang lebih rendah.

(7)

…sementara harga-harga pada keseluruhan ekonomi terus meningkat dengan cukup kuat

Melambatnya inflasi harga konsumen pada tahun lalu telah menurunkan pertumbuhan harga keseluruhan ekonomi, seperti diukur dengan penurunan laju inflasi PDB, menjadi 6,8 persen tahun berjalan pada kuartal kedua tahun 2009—tingkat pertumbuhan paling rendah dalam 5 tahun. Tetapi penurunan laju inflasi PDB tetap lebih tinggi secara signifikan dibanding IHK, karena ia menyertakan harga barang-barang investasi dan layanan pemerintah (seperti gaji pegawai negeri), yang tetap tumbuh relatif cepat.

3. Arus perdagangan Indonesia mulai pulih

Arus perdagangan mulai

pulih sejak kuartal kedua, yang didukung oleh peningkatan dalam harga komoditas dan

permintaan eksternal

Arus perdagangan Indonesia mulai bangkit bulan-ke-bulan pada pertengahan tahun berjalan 2009, walaupun masih di bawah puncaknya pada tahun 2008. (Gambar 13) Sejak bulan Februari, arus perdagangan telah didukung oleh pemulihan bertahap dalam harga komoditas dan peningkatan yang berarti dalam permintaan eksternal. (Gambar 13 dan Gambar 14)

Pada bulan Juli, nilai ekspor sudah 35 persen lebih tinggi dari nilainya di bulan Februari, tetapi masih seperempat di bawah nilai yang dicatat satu tahun yang lalu. Sementara semua golongan ekspor telah mencatat pertumbuhan yang positif sejak bulan Februari, pemulihan pada umumnya didorong oleh peningkatan dalam ekspor pertambangan dan mineral (hampir 80 persen lebih tinggi) dan ekspor minyak dan gas bumi (naik 44 persen). Harga komoditas dunia yang lebih tinggi ditambah permintaan dalam negeri yang kokoh mendorong nilai impor barang dagangan naik hampir 50 persen dari nilai terendah di bulan Februari. Impor telah menorehkan peningkatan pada seluruh golongan. Produk minyak dan gas bumi mencatatkan peningkatan tertinggi (naik lebih dari 90 persen), barang setengah jadi (masukan yang telah diproses untuk proses lebih lanjut) (naik 40 persen) dan barang-barang konsumsi (naik 47 persen). Investasi yang lebih rendah pada pabrik dan peralatan terlihat jelas pada minimnya impor barang-barang modal pada kuartal dua. Tetapi tampaknya akan mulai pulih pada pertengahan tahun, dengan meningkatnya impor hampir sebesar 20 persen di bulan Juli.

Gambar 13: Arus perdagangan membaik… (nilai dan neraca perdagangan, juta dolar Amerika)

Gambar 14: bersama-sama dengan harga komoditas, yang telah meningkatkan harga ekspor perdagangan Indonesia (diindeks sampai 100 pada bulan Juli 2007)

-6 -4 -2 0 2 4 6

Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 -15 -10 -5 0 5 10 15

USD billion USD billion

Exports Trade Balance (LHS) Im ports 40 70 100 130 160 190

Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 40 70 100 130 160 190 Index Index Energy Non-energy Exports

Sumber: BPS dan Bank Dunia Sumber: Harga komoditas dunia Bank Dunia. Harga ekspor Indonesia yang dihitung oleh Bank Dunia dari data perdagangan BPS.

Perdagangan jasa juga mulai pulih

Arus perdagangan jasa juga mulai pulih pada kuartal kedua dari penyusutan yang parah pada pergantian tahun. Pemulihan pada impor jasa jauh lebih kuat dibanding ekspornya, berlawanan dengan perdagangan barang. Setelah menyusut hampir 16 persen pada kuartal pertama, ekspor jasa meningkat tipis sebesar 3,3 persen pada kuartal kedua,

(8)

terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah dan belanja turis. Impor jasa meningkat cukup kuat pada kuartal kedua (naik 11,8 persen)—terutama didorong oleh belanja transportasi yang lebih tinggi untuk perdagangan minyak dan gas bumi Indonesia yang meningkat, dan dengan meningkatnya perjalanan ke luar negeri oleh penduduk Indonesia.

4. …dan arus keuangan eksternal telah kembali ke pola yang lebih normal

Surplus neraca

pembayaran menyusut pada kuartal kedua

Arus neraca luar negeri Indonesia mulai pulih pada kuartal kedua, setelah melewati pergerakan yang liar pada masa pergantian tahun. Perubahan haluan menjadi defisit neraca keuangan menyusutkan neraca pembayaran Indonesia dari dari 4,0 miliar dolar Amerika pada kuartal satu menjadi 1,1 milyar dolar Amerika pada kuartal dua. (Tabel 3) Perubahan haluan dibanding kuartal pertama disebabkan banyaknya likuiditas aktiva asing yang dibeli oleh orang Indonesia (misalnya saham dan tabungan pada rekening bank) untuk menurunkan investasi bersih di Indonesia oleh pihak asing dan untuk menyesuaikan arus kuartalan, seperti jadwal pembayaran utang luar negeri.

Surplus perdagangan yang lebih besar memperluas surplus rekening berjalan

Pemulihan yang lebih kuat dalam ekspor relatif kepada impor pada kuartal kedua meningkatkan surplus perdagangan Indonesia dan keseluruhan surplus neraca berjalan. Walaupun mendorong surplus perdagangan, harga komoditas yang lebih tinggi menyebabkan defisit penerimaan bersih yang lebih besar dengan meningkatnya keuntungan dari operasi investor-investor asing. Pada kuartal kedua, kiriman uang dari pekerja Indonesia di luar negeri sudah mendekati nilai rata-ratanya pada beberapa tahun terakhir, pulih dari suatu penyusutan yang berarti pada kuartal pertama.

Arus liar pada neraca permodalan telah bergeser menuju pola yang lebih umum

Arus pada rekening keuangan telah kembali ke pola yang lebih normal setelah bergerak liar selama setengah tahun, terutama bagi perkiraan-perkiraan yang mudah berubah. Investor portofolio asing telah kembali sebagai pembeli bersih pada pasar-pasar modal dan obligasi pemerintah setelah sempat menurunkan kegiatan mereka selama setengah tahun yang lalu. Sementara itu penduduk Indonesia hanya memindahkan tabungan mereka ke luar negeri pada tingkat yang hanya sedikit lebih tinggi dari tingkat normalnya. Kredit perdagangan berlipat ganda dari kuartal pertama—sejalan dengan peningkatan kegiatan perdagangan—tetapi tetap sangat kecil dibanding tingkat yang pernah dicapai pada tahun-tahun terakhir. Juga terdapat selentingan bahwa banyak perusahaan mulai kembali meningkatkan utang luar negeri mereka setelah lama menghilang dari pasar surat utang.

Pengecualian terbesar dari kecenderungan umum 'normalisasi' arus keuangan Indonesia ini terletak pada penurunan drastis pada masuknya penanaman modal asing, yang disebabkan oleh rendahnya investasi pada bidang-bidang selain minyak dan gas bumi. Penurunan ini terjadi setelah titik tertinggi penanaman modal asing di Indonesia tercapai pada dua kuartal sebelumnya. Walau demikian, rangkaian pengumuman rencana investasi asing yang mulai meningkat pada bulan Mei masih belum berkurang hingga bulan September.

Cadangan telah kembali pada tingkat sebelum krisis

Cadangan devisa Indonesia meningkat hingga 60,3 miliar dolar Amerika pada awal bulan September, mendekati nilai puncaknya yang tercatat sebelum krisis pada bulan Juli 2008. Surplus dalam neraca pembayaran mendorong peningkatan bertahap ini, seperti juga tambahan 1,74 miliar alokasi hak penarikan khusus (senilai 2,7 miliar dolar Amerika) oleh IMF pada tanggal 21 Agustus.

(9)

Tabel 3: Surplus neraca berjalan menutupi arus keluar modal bersih mini pada kuartal kedua, memberikan surplus tipis pada neraca pembayaran dan cadangan yang meningkat tipis (miliar dolar Amerika kecuali disebutkan lain)

2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Balance of payments 0.6 13.9 14.1 -1.8 1.0 1.3 -0.1 -4.2 4.0 1.1 % GDP 0.2% 3.8% 3.3% -0.4% 0.8% 1.0% -0.1% -3.8% 3.5% 0.8% Current account 0.3 10.9 10.5 0.3 2.8 -1.0 -0.9 -0.7 2.9 3.1 % GDP 0.1% 3.0% 2.4% 0.1% 2.3% -0.7% -0.6% -0.6% 2.6% 2.4% Goods balance 17.5 29.7 32.8 22.9 7.5 5.4 5.8 4.2 7.0 8.7 Services balance -9.1 -9.9 -11.8 -12.7 -3.0 -3.3 -3.2 -3.3 -2.5 -3.1

Net income & transfers -8.1 -8.9 -10.4 -9.9 -1.7 -3.1 -3.5 -1.6 -1.5 -2.5

Capital & financial account 0.3 3.0 3.6 -2.1 -1.4 2.5 0.9 -3.3 1.7 -2.4

% GDP 0.1% 0.8% 0.8% -0.4% -1.2% 1.9% 0.6% -3.0% 1.6% -1.8%

Direct investment (net) 5.3 2.2 2.3 2.0 -0.3 0.6 0.4 2.1 1.7 0.0

Inflows 8.3 4.9 6.9 7.9 1.5 2.0 1.9 3.3 2.5 1.0

Outflows -3.1 -2.7 -4.7 -5.9 -1.7 -1.4 -1.5 -1.2 -0.8 -1.0

Portfolio investment (net) 4.2 4.3 5.6 1.7 2.0 4.2 -0.1 -4.4 1.9 2.0

Inflows 21.7 22.0 43.7 47.9 12.5 13.7 13.1 8.6 11.9 9.3

Outflows -11.6 -15.3 -36.2 -41.8 -10.2 -9.2 -13.0 -9.4 -7.4 -7.5

Other investment (net) -9.4 -3.8 -4.8 -6.2 -3.2 -2.3 0.4 -1.1 -1.8 -4.5

Government -0.8 -2.5 -2.4 -1.4 -0.4 -1.5 -0.1 0.5 0.0 -2.0

Private -8.6 -1.3 -2.4 -4.7 -0.6 0.3 0.2 -1.5 -1.0 0.2

Reserves 34.7 42.6 56.9 51.6 59.0 59.5 57.1 51.6 54.8 57.6

2009 2005 2006 2007 2008

Sumber: BI, BPS melalui CEIC dan Bank Dunia

5. Sejalan dengan ekonomi riil, pasar uang Indonesia telah mencetak prestasi

yang baik dan menemukan pijakan yang kokoh pada kuartal kedua.

a. Pasar saham dan mata uang rupiah telah pulih dengan meyakinkan sejak bulan Maret

Indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat lebih tajam dibanding indeks-indeks Asia lain sejak bulan Juli sampai Agustus

Pasar keuangan Indonesia terus melanjutkan kecenderungan penguatan yang dimulai pada bulan Maret sampai ke kuartal ketiga tahun 2009. Pada awal bulan September, pasar saham Indonesia telah meningkat 89 persen dibanding nilai rendahnya pada bulan Maret. Ledakan bom tanggal 17 Juli di hotel Ritz-Carlton dan Marriott di Jakarta tidak menggoyahkan kepercayaan investor dan IHSG mencatat penguatan tertinggi dibanding indeks-indeks negara Asia lain dari pertengahan April hingga Agustus (Gambar 15). Tanpa mengurangi optimisme, penting dicatat bahwa jumlah saham yang diperdagangkan dan total kapitalisasi pasar IHSG tetap relatif kecil, sehingga dibutuhkan kecermatan yang tinggi untuk menghubungkan antara gerakan pasar saham yang positif dan pembangunan ekonomi riil.

Rupiah telah menguat secara berarti sejak bulan Maret, dan cukup stabil berada pada tingkat sekitar 10.000 setelah menguat menjadi 9.850 per 1 dolar Amerika pada awal bulan Agustus

Seperti saham-saham, rupiah juga terus menguat terhadap dolar Amerika sejak bulan April. Setelah melemah melebihi Rp 12.000 per dolar Amerika pada bulan Maret, rupiah telah bangkit dan diperdagangkan pada kisaran 10.100-10.300 pada sebagian besar bulan Juni dan Juli. Angka-angka neraca perdagangan yang kuat membantu mendorong kurs tukar hingga sedikit di bawah Rp 10.000 per dolar Amerika di bulan Agustus. Menuju ke depan, pergerakan pada pasar Amerika Serikat pada musim gugur di belahan Utara akan menjadi penunjuk penting akan kekuatan pemulihan Amerika, dan apakah pemulihan itu akan tetap positif atau merosot untuk kedua kalinya. Kebangkitan Amerika Serikat yang kuat dan menguatnya dolar Amerika terhadap berbagai mata uang dapat kembali menekan kurs tukar rupiah/dolar Amerika, yang telah mengikuti kecenderungan penguatan dan pelemahan dolar Amerika sejak krisis dimulai (Gambar 16). Selain itu, karena penguatan rupiah yang baru terjadi juga disebabkan oleh saldo positif neraca perdagangan Indonesia, suatu penurunan pada surplus perdagangan Indonesia karena terus berlangsungnya pemulihan ekonomi secara relatif terhadap mitra-mitra dagang Indonesia juga dapat menekan rupiah (Gambar 17).

(10)

Gambar 15: IHSG mencatat penguatan lebih di banding kebanyakan indeks lainnya sejak pertengahan April (diindeks sampai 100 pada 2 Januari 2008)

Gambar 16: Karena indeks broad USD FRB melemah sejak awal maret, Rupiah terapresiasi dengan cepat terhadap dolar Amerika

(Rupiah per dolar Amerika; indeks dolar Bank Sentral Amerika terhadap berbagai mata uang, diindeks sampai 100 pada 21 Jan 1997) 25 40 55 70 85 100 115 25 40 55 70 85 100 115

2-Jan-08 2-Apr-08 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 2-Jul-09 Jakarta JCI Bombay BSE Shanghai Composite July 17 Jakarta Bombings Thailand SET Singapore SGX Index Index 80 90 100 110 120 8,500 9,500 10,500 11,500 12,500

2-Jan-08 2-Apr-08 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 2-Jul-09 IDR/USD

(LHS)

Dollar Index (RHS)

IDR per USD Index

Sumber: CEIC dan Bank Dunia Sumber: FRB dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia Pengangkatan kabinet

baru di bulan November dapat berdampak pada rupiah dan pasar uang di Indonesia

Pengangkatan kabinet baru pada awal bulan November mungkin akan membawa dampak pada pasar saham dan uang di Indonesia. Pada titik ini, terdapat nuansa ketidakpastian yang menyelubungi jajaran departemen-departmen utama, seperti pertanian, kesehatan, perdagangan dan badan usaha publik, yang semuanya berperan dalam pengelolaan ekonomi riil. Masuknya tokoh koalisi dan pengangkatan mereka sebagai menteri utama dapat memicu fluktuasi pasar uang.

b. Hasil dari obligasi pemerintah Indonesia telah menyusut baik untuk jangka pendek maupun panjang, walaupun nilainya masih relatif tinggi dibanding hasil yang dicatat oleh obligasi lain di wilayah yang sama

Hasil dari obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah dan dolar Amerika telah pulih setara dengan tingkat yang dicapai pada awal tahun 2008

Seperti pada saham dan perdagangan valuta asing, pasar pendapatan tetap di Indonesia juga terus memulihkan diri hingga pertengahan tahun 2009. Hasil yang diterima dari obligasi pemerintah dalam rupiah 5 tahun menyusut dari hampir 14 persen di bulan Maret menjadi sedikit di bawah 10 persen pada bulan Agustus—tingkat yang terakhir dicatat pada bulan Maret 2008. (Gambar 18) Selain itu, hasil dari obligasi jangka pendek dan panjang telah mulai menyusut sejak bulan Maret, dan kurva hasil makin menjadi curam setelah sempat mendatar (dan meningkat) di luar kebiasaan pada periode Desember-Januari (Gambar 19). Sebaran pada obligasi pemerintah Indonesia dalam dolar Amerika juga telah menyusut, dan pada bulan Juli jatuh di bawah rata-rata pasar negara berkembang dunia untuk pertama kali sejak bulan Agustus 2007 (Gambar 20). Walaupun merupakan perkembangan yang positif, sebaran rata-rata EMBI dunia belum pulih ke tingkat sebelum krisis.

(11)

Gambar 17: Surplus perdagangan membantu mendorong penguatan rupiah belakangan ini

(Rupiah per dolar Amerika; neraca perdagangan dalam juta dolar Amerika)

Gambar 18: Hasil obligasi 5 tahun Indonesia telah menyusut sejak bulan Maret tetapi tetap lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding hasil obligasi pemerintah negara-negara Asia lainnya

(persentase hasil obligasi pemerintah 5 tahun dalam mata uang lokal) -1 0 2 3 4 8,500 9,500 10,500 11,500 12,500

Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 IDR/USD (LHS) Trade Balance (RHS) trade surplus trade deficit

IDR per USD USD billions

0 3 6 9 12 15 18 21 24 0 3 6 9 12 15 18 21 24

2-Jan-08 2-Apr-08 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 2-Jul-09

Indonesia

Philippines

Thailand

Malaysia

Per cent Per cent

Sumber: BPS dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia Sumber: Bursa-bursa nasional lewat CEIC …tetapi tetap lebih tinggi

dan lebih mudah berubah dibanding ekonomi negara tetangganya

Walaupun terjadi penguatan harga untuk obligasi dalam rupiah pada beberapa bulan terakhir, hasil dari obligasi Indonesia masih lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding obligasi pemerintah lain di wilayah itu. (Gambar 18) Tambahan risiko dan kepekaan ini, terutama pada hasil jangka panjang, berasal dari beberapa faktor, terutama inflasi dan keberanian investor asing dalam menanggung risiko.3 Inflasi di Indonesia umumnya lebih tinggi dibanding kebanyakan negara (Gambar 11), dan juga meningkatkan risiko perubahan dengan adanya penyesuaian besar kepada harga bahan bakar di bawah sistem subsidi bahan bakar yang berlaku sekarang. Penetapan penyesuaian itu tidak dapat dipastikan, dan ketidakpastian ini berdampak pada hasil jangka panjang. Arus dana dan selera risiko investor asing juga berdampak pada hasil jangka panjang, tetapi biasanya tidak erat hubungannya dengan hal-hal pokok di Indonesia dan lebih peka terhadap kecenderungan dan peristiwa ekonomi global.

3

R Goyal dan M Ruiz-Arranz, ‘Explaining Indonesia’s Sovereign Sebarans’, IMF Indonesia Selected Issues Paper, 30 Juni 2009.

(12)

Gambar 19: Kurva hasil menjadi lebih curam setelah dimulai dengan datar yang tidak lazim karena hasil jangka pendek yang sangat tinggi

(persentase hasil 1 sampai 15 tahun obligasi pemerintah dalam rupiah)

Gambar 20: Sebaran obligasi Indonesia dalam dolar Amerika telah menyusut sejak Februari dan kini lebih rendah dari rata-rata pasar berkembang dunia

(Sebaran EMBI Indonesia terhadap Bendahara Amerika Serikat dan perbedaan antara sebaran Indonesia dan rata-rata pasar berkembang dunia, dalam poin)

7 8 9 10 11 12 13 14 7 8 9 10 11 12 13 14

1Y 2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y 10Y 11Y 12Y 13Y 14Y 15Y

28 August 2009 5 January 2009

1 May 2009

Per cent Per cent

-200 -100 0 100 200 300 400 0 200 400 600 800 1000 1200

Jan-05 Sep-05 May-06 Jan-07 Sep-07 May-08 Jan-09 Indonesian EMBI USD Bond Spreads (LHS)

Indonesian Spreads Less Global EMBI Average (RHS)

Basis points Basis points

Sumber: FRB, CEIC dan Bank Dunia Sumber: JP Morgan, Datastream dan Bank Dunia Reformasi subsidi bahan

bakar, bila diterapkan, dapat membuahkan inflasi yang lebih jinak dan penyusutan ketidakpastian sehingga membawa hasil ke jangka menengah-panjang

Jika pemerintah melanjutkan langkah menuju pengundangan reformasi subsidi bahan bakar, seperti disinggung pada pidato presiden mengenai anggaran tahunan, maka hal itu dapat memangkas sumber utama bagi ketidakpastian dan pergerakan liar inflasi yang mendorong hasil obligasi. Defisit fiskal yang diperkirakan untuk tahun 2009 dan 2010 juga berdampak pada harga-harga obligasi, sesuai dengan kebutuhan pendanaan pemerintah untuk sisa tahun ini dan setahun berikutnya. Defisit yang lebih rendah dari yang diperkirakan akan menurunkan kebutuhan penerbitan obligasi di tahun 2010 sehingga akan menopang harga.

c. Siklus pemotongan suku bunga acuan telah berakhir, tetapi suku bunga kredit perbankan masih bertahan relatif tinggi

Dengan suku bunga acuan berada 300 poin di bawah puncaknya dan dengan mulai

meningkatnya laju inflasi, BI telah memberi sinyal untuk menghentikan pemotongan suku bunga acuan

Dengan jatuhnya inflasi dan kondisi ekonomi yang melemah, Bank Indonesia memotong suku bunganya sebanyak 300 poin antara Desember 2008 dan Agustus 2009, termasuk pemotongan 25 poin pada rapat-rapat Dewannya pada bulan Juni sampai Agustus. Selanjutnya, dengan makin menguatnya tanda-tanda pemulihan kondisi ekonomi dan harga-harga dunia meningkat dari titik rendahnya di akhir 2008, BI memberi sinyal bahwa siklus pemotongan suku bunga tahun 2009 telah berakhir, dan mempertahankan suku bunga acuan pada 6,50 persen pada rapatnya di bulan September. Dalam risalah rapat dewan di bulan September, BI menyerukan kewaspadaan untuk prospek inflasi di tahun 2010. Pengamat pasar sedang berspekulasi kapan suku bunga akan meningkat, dengan harapan peningkatan itu akan mengangkat hasil jangka pendek obligasi pemerintah dalam rupiah dan memicu pendataran kurva hasil.

…tetapi suku bunga tabungan dan kredit kokoh bertahan walaupun suku bunga rujukan telah turun

Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga tabungan dan kredit perbankan. (Gambar 21) Untuk mempercepat proses ini, bank sentral telah menandatangani suatu perjanjian dengan 14 bank umum terbesar pada bulan Agustus untuk membatasi suku bunga tabungan mereka tidak lebih dari 150 basis poin di atas suku bunga acuan pada bulan November. Bersama-sama, bank-bank itu memiliki sekitar empat per lima dari dana tabungan Indonesia.

Hal ini didorong oleh dua hal yang berhubungan: untuk menurunkan persaingan antar-bank untuk tabungan yang telah meningkatkan biaya dana secara berarti bagi perantar-bankan; dan dengan turunnya biaya dana, perbankan dapat menurunkan suku bunga tabungan. Perjanjian ini menimbulkan keprihatinan pada sebagian pengamat bila tabungan akan lari ke bank-bank yang lebih besar di tempat lain yang menawarkan hasil yang lebih tinggi, tetapi gerakan ini mungkin hanyalah kecil karena tampaknya terdapat porsi tabungan yang

(13)

besar yang dimiliki oleh badan usaha milik negara yang tidak memiliki rencana untuk memindahkan dana mereka, dan para penabung besar lainnya juga telah meragamkan penempatan tabungan mereka sehingga kemungkinan mereka memindahkan dananya cukup kecil.

d. Sektor perbankan bertahan relatif perkasa selama krisis, walaupun ditengah meningkatnya biaya dana

Berbagai indikator agregat seperti tingkat CAR, ROA dan NPL menunjukkan bahwa kesehatan keseluruhan sektor perbankan masih utuh

Secara keseluruhan sektor perbankan tampak berada dalam keadaan baik, seperti diukur dengan berbagai indikator agregat resmi, seperti kecukupan modal dan tingkat pengembalian aktiva (Gambar 22). Persentase kredit macet pada bank-bank umum tetap stabil di tengah krisis. Setelah meningkat sedikit di atas 4 persen pada bulan April dan Mei, kredit macet menyusut kembali menjadi 3,94 persen pada bulan Juni. Walaupun sedikit lebih tinggi dari rasio rata-rata kredit macet di tahun 2008, nilainya jauh lebih rendah dibanding angka di tahun 2006-2007 dan bahkan angka pada awal tahun 2008. (Gambar 23) Likuiditas antar bank juga cukup perkasa pada bulan Juni dan Juli. Berpijak pada daerah yang rentan pada bulan Desember 2008, tampaknya sektor perbankan Indonesia telah berhasil melalui titik terberat dari krisis tanpa guncangan yang berarti. Pada awal Agustus, Moody’s menurunkan prospek sektor perbankan Indonesia dari stabil

menjadi negatif. Moody’s menurunkan penilaiannya karena berbagai faktor, termasuk peningkatan pinjaman yang cepat pada beberapa tahun terakhir, meningkatnya biaya dana, dan kelebihan kapasitas pada sistem perbankan. Akan tetapi, Moody’s tetap mempertahankan peringkat kekuatan keuangan bank (BFSR) dari 10 bank Indonesia yang dinilainya pada nilai rata-rata berbobot D. Selain itu, Moody's juga menurunkan peringkat berbagai negara lainnya, dan penurunan itu mungkin lebih banyak disebabkan oleh penyesuaian internal pada model pemeringkatan dari lembaga itu dibanding keadaan Indonesia. Kemudian di bulan itu juga, Fitch menegaskan peringkat stabilnya untuk prospek masa depan sektor perbankan Indonesia.

Gambar 21: Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga kredit perbankan (rata-rata berbobot suku bunga kredit bank umum untuk modal kerja dan suku bunga acuan)

Gambar 22: Rata-rata CAR, ROA dan LDR menunjukkan sektor perbankan yang relatif kokoh

(rata-rata Rasio Kecukupan Modal, Rasio Pinjaman terhadap Tabungan dan Tingkat Pengembalian atas Aktiva untuk seluruh bank umum, dalam persen)

0 3 6 9 12 15 18

Sep-04 Sep-05 Sep-06 Sep-07 Sep-08 Sep-09 0 300 600 900 1,200 1,500 1,800 Working capital lending rate (LHS) BI policy rate (LHS) Lending rate

less policy rate (bps, RHS)

Per cent Basis points

1 1.5 2 2.5 3 3.5 15 30 45 60 75 90

Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Capital Adequacy Ratio

(LHS)

Return on Assets (RHS)

Loan to Deposits Ratio (LHS)

Per cent Per cent

Catatan dan sumber: Suku bunga acuan adalah suku bunga SBI satu bulan untuk kuartal kedua tahun 2008, dan suku bunga overnight. BI lewat CEIC dan Bank Dunia

Sumber: BI dan Bank Dunia

Bank-bank Indonesia membatasi pemberian kredit baru pada paruh awal tahun 2009, berbeda jauh dengan peningkatan pemberian kredit yang

Kredit bank umum adalah satu dari sedikit indikator yang belum meningkat pada beberapa bulan terakhir. Jumlah kredit yang berputar berkisar pada Rp 1,3 triliun pada bulan Juni. Angka ini lebih tinggi 3 persen dari angka pada awal tahun, setelah melalui penurunan tajam dalam persetujuan kredit baru pada akhir tahun 2008, semester dengan pertumbuhan paling lambat pada dekade ini. Beberapa indikator kembali ke posisi yang

(14)

cepat pada periode sebelumnya

lebih normal pada kuartal kedua, dengan peningkatan kredit sebesar 2,3 persen relatif terhadap kuartal pertama. (Gambar 23) Sementara kredit baru sulit mendapat persetujuan pada sebagian besar ekonomi pada wilayah itu sejak dibukanya tahun 2009 (dengan India sebagai pengecualian), di tempat lain telah terjadi peningkatan kredit yang lebih beralasan. (Gambar 24)

Tekanan pada pertumbuhan kredit di Indonesia disebabkan oleh faktor permintaan dan penawaran, yang sulit dipisahkan untuk menentukan faktor mana yang lebih dominan. Pada sisi penawaran, terjadi pengetatan standar kredit karena bank-bank mencoba untuk mengamankan modal mereka terhadap perkiraan kondisi ekonomi yang melemah, ditambah dengan tingginya biaya ketersediaan dana sekunder, sehingga membatasi tersedianya kredit baru. Permintaan juga menyusut karena peningkatan penghindaran risiko oleh perusahaan dan rumah tangga menurunkan keinginannya untuk mendapatkan kredit baru, dan kebutuhan modal kerja yang lebih sedikit dengan lemahnya harga-harga dan penjualan yang lebih lemah lagi, dan penurunan terbatas dalam biaya peminjaman (Gambar 21).

Gambar 23: Rasio kredit macet jatuh di bulan Juni dan tetap berada di bawah angka tahun 2006-2007, sementara kredit pada umumnya stabil sejak akhir tahun 2008

(total kredit dan komposisinya dalam triliun rupiah; total persentase kredit macet)

Gambar 24: Pertumbuhan kredit lebih melambat di Indonesia dibanding tempat lain, relatif terhadap pertumbuhan kredit yang sangat cepat pada tahun sebelumnya

(kredit bank umum, diindeks sampai 100 pada bulan Januari 2006) 0 2 4 6 8 0 400 800 1200 1600

Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Working Capital Loans (LHS) Investment Loans (LHS) Consumption Loans (LHS) Total Loans (LHS) Non-Performing Loans (RHS)

IDR trillions Per cent

90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270

Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 India Indonesia Malaysia Philippines Singapore USA Thailand Index Index

Sumber: BI dan Bank Dunia Sumber: Bank-bank sentral nasional lewat CEIC dan Bank Dunia

Terdapat beberapa keprihatinan bahwa ketidakcocokan antara tabungan dan kredit dapat memicu pengetatan likuiditas pada sistem perbankan pada kemudian hari

Menuju ke depan, terdapat keprihatinan bahwa pembatasan suku bunga tabungan dapat menurunkan tingkat tabungan di bank bersamaan dengan mulai meningkatnya kredit (karena suku bunga kredit yang lebih rendah dan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut), sehingga terjadi bentrokan likuiditas. Tekanan ini mungkin tidak dirasakan sampai awal tahun depan, terutama karena adanya peningkatan belanja anggaran negara dan penjualan obligasi yang lebih rendah sampai akhir tahun.

(15)

6. Pertumbuhan belanja dan pendapatan pemerintah mendapat dukungan di paruh

pertama

a. Stimulus fiskal dan stabilisator otomatis memberi kontribusi pada ketahanan perekonomian Indonesia

Posisi fiskal pemerintah di tahun 2009 membantu pemulihan ekonomi

Berbeda dengan paruh pertama tahun-tahun sebelumnya, stabilisator otomatis berupa tingkat pajak progresif yang dikenakan pada laba ditambah keputusan kebijakan untuk memotong berbagai pajak, dan pencairan dana yang lebih cepat dari biasanya (dibahas di bawah), telah menjadi bantalan yang menahan dampak perlambatan ekonomi. Dalam semester pertama 2009, pendapatan yang melemah dan penurunan terbatas pada pengeluaran secara keseluruhan membuat saldo fiskal menjadi defisit, berbeda dengan surplus di tahun-tahun sebelumnya (Gambar 25). Sebagai tambahan, walaupun pemerintah tetap melanjutkan praktik mengonsentrasikan sebagian besar kebutuhan pembiayaannya di muka, saldo simpanan pemerintah mengalami penurunan di semester pertama 2009 dibandingkan dengan tahun lalu, konsisten dengan sikap ekspansif yang diambil pemerintah.

b. Pemotongan pajak dan perekonomian yang lebih lemah menurunkan pendapatan, tapi sudah ada tanda-tanda mulai pulihnya pertumbuhan pendapatan.

Pendapatan pemerintah turun bersama

pemotongan pajak serta harga komoditas dan laba yang lebih rendah.

Pendapatan pemerintah di akhir Juli 2009 lebih rendah 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk memotong pajak secara bertahap sekaligus memberi stimulus dan lingkungan ekonomi yang melemah. Semua faktor ini menghasilkan penurunan tajam dalam pendapatan pajak dibandingkan PDB nominal. Selaras dengan tanda-tanda pemulihan pertumbuhan ekonomi, indikasi awal pun sudah ada yang menunjukkan bahwa pendapatan pajak sepertinya telah mencapai titik balik di pertengahan tahun. (Gambar 26)

Gambar 25: Saldo fiskal yang lebih memberikan stimulus dan simpanan pemerintah di BI yang lebih rendah menanggapi perlambatan

(dalam triliun rupiah)

Gambar 26: Pendapatan pajak turun lebih cepat daripada perlambatan PDB nominal

(perubahan persentase tahun-ke-tahun)

-20 0 20 40 60 80 S1 2005 S1 2006 S1 2007 S1 2008 S1 2009 -40 0 40 80 120 160

Fiscal Balance Govt. deposits at BI (RHS)

IDR trillion IDR trillion

-20 0 20 40 60

Jun-03 Jun-04 Jun-05 Jun-06 Jun-07 Jun-08 Jun-09 0 10 20 30 40

Per cent Per cent

Total tax revenue (LHS)

Nominal GDP (RHS)

Catatan dan sumber: Depkeu Sumber: BPS dan Depkeu

Harga komoditas yang rendah ditambah permintaan eksternal dan domestik, untuk beberapa sektor, yang lemah mengurangi perputaran dan laba serta kemungkinan memotong upah dan jumlah lapangan kerja sektor formal. Hal ini tercermin pada perlambatan tajam yang dilaporkan PDB nominal dari rekor pertumbuhan tertinggi sebesar 29 persen di KUARTAL KETIGA 2008 menjadi 11 persen di KUARTAL KEDUA 2009. Perlambatan ini biasanya menghasilkan penurunan yang lebih tajam dalam pendapatan pajak, karena pendapatan pajak biasanya jauh lebih bervariasi daripada perubahan dalam pertumbuhan ekonomi karena volatilitas yang lebih besar pada laba dan progresivitas dalam tingkat pajak baik pada saat perekonomian melemah maupun

(16)

pulih. Pendapatan minyak dan gas memberikan contoh yang paling jelas: dalam semester pertama 2009, pemerintah menerima kurang dari separuh pendapatan semester pertama 2008 karena harga minyak mentah Indonesia secara rata-rata lebih rendah 47 persen tanpa ada perubahan besar dalam tingkat produksi.

Program pemotongan pajak pemerintah semakin mengurangi pendapatan pajak. Sebagian pemotongan ini diprogramkan tahun 2008 untuk memperluas jumlah pembayar pajak terdaftar. Nilai teoritis pemotongan ini adalah 43,0 triliun Rupiah atau 17 persen dari penerimaan pajak pendapatan nonminyak dan gas 2008. Program lain diperkenalkan untuk mendukung belanja dan pemberian kerja di sektor yang rentan terhadap jatuhnya harga komoditas dan penurunan ekonomi global, dengan perkiran nilai sebesar 13,3 triliun Rupiah.

Tabel 4: Perkembangan dalam pendapatan dan belanja (pendapatan dan belanja pemerintah pusat)

2006 2007 2008

Tax revenue 17.9 20.4 33.4 Cuts in tax rates, low er profits and formal w ages w ith low er commodity

prices and slow er activity grow th

Non-oil and gas 7.3 7.1 11.0 Low er profits w ith low er commodity prices & demand; cuts in tax rates Oil & Gas 2.3 0.5 6.4 Around a 50% fall in the international oil price; slightly low er production VAT 6.3 7.8 11.1 Less discretionary spending, partic. for goods subject to luxury tax rates

Land and building tax 1.3 0.7 0.4 Slow er investment

Duties on land and

building transfer -0.1 0.7 -0.1 Reduced economic activity

Excise 1.3 1.7 1.3 Slow ing in consumption, offsetting the increase in cigarette excise rate

Other taxes 0.1 0.1 0.1 Slow ing of economic activity

Import duties -0.8 1.1 1.2 Reduced import values w ith low er commodity prices and destocking

Export duties 0.2 0.8 1.9 Low er commodity prices and w eak export volumes

Non-tax 54.5 -5.2 49.1 Significant falls in oil prices

Oil 35.6 -13.9 35.0 Around a 50 per cent fall in international oil prices

Gas 1.4 -0.8 5.3 Gas production remains steady

Mining 2.4 -0.4 1.4 Low er prices and some w eakening in volume demand reducing profits

Forestry -0.6 -0.1 0.2 Slow ing demand for w oods and related products

Fishery 0.0 0.0 0.0 A small item w here contributions to grow th remain low

SOE transfer 6.9 0.1 2.7 Reduced domestic demand reducing activity

Other 8.8 9.9 4.6 Low er fee collection through the slow ing of domestic activity

Central gov't

expenditure 21.8 14.7 37.3 Grow th in programmatic spending offset by a sharp decline in subsidies

Salaries 5.3 3.9 4.4 Grow th in line w ith previous years' and streamlined 13th month salary Goods and services 5.0 1.7 0.5 Increase in government consumption and early procurement

Capital 6.1 2.1 1.6 Planned government investment being spent earlier in the year

Social assistance 4.4 2.1 1.4 Grow th in social expenditure and the BLT program

Others 1.0 -5.0 2.9 Election spending and increased 'planned expenditure'

Interest payments 3.8 0.2 1.7 In line w ith projections, w ith appreciation in IDR offsetting higher interest costs on new debt

Subsidies -3.7 9.7 24.8 Refined fuel prices have halved and the government continues to encourage less consumption of higher cost-energy

Explanation -0.6 -2.7 -1.4 0.0 0.9 0.0 -5.9 -0.9 2.0 -3.2 Annual percent change and

percentage point contributions

YoY percentage point contrib's To July 2009* -35.9 -47.4 8.9 0.4 -7.2 3.3 3.3 -0.2 0.0 -2.2 4.5 -23.6 1.2 3.7 2.8 2.0

Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan sampai Juli 2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Depkeu, Bank Dunia

c. Pencairan dana untuk program inti pemerintah meningkat di paruh pertama 2009, walaupun hanya sekitar 10 persen paket stimulus yang telah dibelanjakan. Belanja pemerintah untuk

program naik

dibandingkan tahun 2008, sementara belanja subsidi yang lebih rendah menurunkan total pengeluaran.

Penurunan belanja sekitar dua pertiga untuk subsidi energi mengurangi pengeluaran pemerintah pusat secara keseluruhan sekitar 7 persen dalam tujuh bulan sampai Juli 2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Harga energi internasional yang lebih rendah, penyesuaian tarif dan program konversi minyak tanah ke LPG yang sedang berjalan merupakan alasan penurunan ini.

(17)

Sebagai pembanding, belanja program inti pemerintah lebih tinggi daripada tahun 2008. (Gambar 29) Alokasi yang lebih tinggi untuk gaji, karena pemerintah merampingkan program pembayaran 'bulan ketigabelasnya', memberi kontribusi positif terbesar kepada belanja pemerintah pusat. Belanja modal naik sekitar seperlima dan pembelian barang dan jasa naik separuh, yang didukung oleh pengenalan proses di bulan Oktober 2008 yang memampukan pengadaan dimulai sebelum awal tahun fiskal. Realisasi program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan belanja pemilihan umum mendorong bantuan sosial dan kategori pengeluaran 'lain' hampir sebesar dua pertiga.

Gambar 27: Penerimaan pajak biasanya lebih lemah yang mencerminkan harga komoditas yang rendah, permintaan yang lemah ditambah pemotongan pemerintah atas tingkat pajak

(perubahan persentase tahunan)

Gambar 28: Jatuhnya harga minyak di akhir tahun 2008 dan awal 2009 memberi kontribusi signifikan kepada

pemotongan pendapatan nonpajak (perubahan persentase tahunan)

-10 0 10 20 30 40 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* -10 0 10 20 30 40

Oil & gas Non-oil & gas VAT Property & Land Excise & Other Trade

Per cent Per cent

-60 -40 -20 0 20 40 60 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* -60 -40 -20 0 20 40 60

Oil Gas Mining

Forestry & fishery Transf. from SOEs Other

Per cent Per cent

Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan sampai Juli 2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Depkeu, Bank Dunia

Gambar 29: Penurunan belanja subsidi lebih dari sekadar menyeimbangkan peningkatan belanja program pemerintah pusat

(perubahan persen tahunan dan kontribusi poin persentase dalam belanja pemerintah pusat)

Sekitar sepertiga belanja anggaran pemerintah pusat Indonesia untuk 2009 dicairkan di paruh pertama tahun itu, jumlah yang serupa dengan tingkat pencairan 2008. Namun, ada perbedaan komposisi penting antara kedua tahun tersebut. Di tahun 2008, subsidi energi besar yang tidak terduga mendominasi belanja dan mengangkat tingkat pencairan secara keseluruhan. Sejauh ini, sekitar 27 persen subsidi, modal dan anggaran bantuan sosial, dan sekitar separuh alokasi untuk gaji dan bunga, telah dibelanjakan. Sementara itu, 9,7 persen dari belanja stimulus senilai 12 triliun Rupiah telah dicairkan pada akhir Juli, belanja ini meningkat dengan sekitar 5 persen dibelanjankan pada bulan Juli.

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 2006 2007 2008 2009* -30 -20 -10 0 10 20 30 40

Salaries Goods & services Capital

Social assistance Interest & other Subsidies

Per cent Per cent

Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap pertumbuhan terkait dengan data sampai Juli 2009 dibandingkan dengan Juli 2008. Depkeu dan Bank Dunia

(18)

7. Lapangan kerja meningkat walaupun terjadi perlambatan, sementara

kemiskinan terus turun

Pasar tenaga kerja lebih kuat bulan Februari ini dibandingkan setahun lalu

Lapangan kerja tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh perlambatan ekonomi pada saat pergantian tahun. (Survei angkatan kerja Indonesia dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus.) Laporan mengenai pemutusan hubungan kerja tidak pernah mencapai skala besar dan semakin jarang terdengar di kuartal kedua, walaupun ada wilayah dan sektor yang memang terkena dampak yang lebih besar dibandingkan rata-rata nasional. Lapangan kerja naik 2,4 persen atau 2,44 juta pekerja sampai Februari menjadi 104,5 juta, lebih cepat 1,6 persen dibandingkan pertumbuhan dalam populasi berusia 15 tahun ke atas. (Gambar 30) Jumlah pekerja perempuan meningkat 3,3 persen, hampir dua kali lebih cepat dibandingkan pekerja laki-laki, dan tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat untuk kedua jender menjadi rata-rata 68,5 persen secara keseluruhan. Perdagangan memberi kontribusi terbesar kepada peningkatan lapangan kerja dengan 21,8 juta orang Indonesia bekerja di sektor ini di bulan Februari 2009, sementara 43,0 juta bekerja di sektor pertanian, naik 0,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Semua peningkatan ini lebih dari cukup untuk menyerap pertumbuhan angkatan kerja dan peningkatan partisipasi, sehingga tingkat pengangguran turun 0,3 poin persentase menjadi 8,14 persen. (Gambar 32)

Pertumbuhan lapangan kerja ini hanya sedikit berpengaruh pada 'karyawan' atau 'pemberi kerja'. (Gambar 31) Angkatan kerja nonpertanian lepas meningkat 7,3 persen, dan buruh tanpa bayaran naik 4,0 persen menjadi 18,7 juta; sementara jumlah 'pemberi kerja' hampir tidak mengalami perubahan. Lapangan kerja lepas secara khusus berpengaruh pada pekerja perempuan: hanya 39 persen pekerja perempuan melaporkan diri sebagai 'pemberi kerja' atau 'karyawan', sementara hampir 60 persen pekerja laki-laki berada dalam kategori ini, dan tren ini semakin kuat sampai bulan Februari lalu.

Gambar 30: Lapangan kerja terus meningkat, walaupun terjadi penurunan secara global, dengan jumlah pekerja di sektor perdagangan dan industri jasa lain mencatatkan peningkatan terbesar

(juta pekerja, Februari)

Gambar 31: ...tapi sebagian besar pertumbuhan ini terjadi dalam jenis lapangan kerja yang kurang formal

(juta pekerja, Februari)

0 22 44 66 88 110 2006 2007 2008 2009 0 22 44 66 88 110

Agriculture Manufacturing Construction Trade Transport. Finance Comm. services Others

Millions Millions 0 22 44 66 88 110 2006 2007 2008 2009 0 22 44 66 88 110

Employer Employee Unpaid Casual Ow n account

Millions Millions

Sumber: BPS dan Bank Dunia …dan tingkat kemiskinan menurun

Proporsi penduduk Indonesia yang tinggal dalam kemiskinan juga menurun sampai dengan bulan Maret, dari 15,4 persen menjadi 14,2 persen. (Gambar 32) Penurunan ini terjadi walaupun ada peningkatan biaya hidup, terutama di kalangan rumah tangga miskin, sampai kuartal ketiga 2008, dan penurunan dalam pendapatan dan lapangan kerja yang kemungkinan telah terjadi sekitar pergantian ke tahun 2009 saat harga komoditas anjlok dan kegiatan ekonomi tidak bergerak. Model ekonomi menunjukkan bahwa sebagian penurunan dalam tingkat kemiskinan adalah hasil dari tambahan pendapatan rumah tangga miskin yang berasal dari program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pemberian terakhir BLT dilakukan di bulan Februari, dan survei yang dilakukan di kuartal kedua 2009 kemungkinan akan melaporkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi.

(19)

Gambar 32: Kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka turun dari awal 2008 sampai awal 2009, walaupun ekonomi melemah di sekitar pergantian tahun

(persen keseluruhan dan populasi usia kerja secara berurutan)

0 5 10 15 20 25 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 0 5 10 15 20 25

Poverty rate Open unemployment rate

Per cent Per cent

Gambar

Gambar 1: Ekonomi Indonesia mengalami depresi di kuartal  akhir 2008, namun kembali naik mendekati rata-rata  terakhirnya
Gambar 3: Pemulihan dalam ekspor terhadap impor dan  konsumsi pemerintah yang terus naik mendukung  pengeluaran
Gambar 5: Tiga versi pertumbuhan PDB Indonesia  (persen pertumbuhan)
Gambar 6: Indikator sentimen konsumen sangat kuat  (indeks)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara keseluruhan, ikan nila yang diinjeksi dengan ECP dengan waktu inkubasi yang berbeda mengalami patologi anatomi organ luar lebih cepat dibandingkan dengan penginjeksian

Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel

Berdasarkan uraian dan informasi di atas, penulis berkeinginan untuk membuat satu unit mesin pencuci biji kakao yang dapat mencuci (menghilangkan) zat lendir (  pulp) yang

Hasil Pengabdian kepada masyarakat di Desa Ifia-ifia Distrik Arso Barat Kabupaten Keerom, menjadikan para lansia memperoleh edukasi tentang pentingnya mengetahui

Dari berbagai catatan sejarah yang ditemukan oleh para sarjana dapat ditarik benang merah bahwa kedatangan al-Raniry ke istana Aceh dan keluar dari istana Aceh

Kenaikan persentase nilai pada kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol, dapat dilihat dari perbedaan kenaikan hasil belajar kognitif sebesar 28,3%.Dalam artian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesulitan/ bentuk kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyelesaian skripsi di Program Studi Pendidikan

This study presents a simulation of spray drying from a mathematical model was developed to determine the effect of drying air inlet temperature on moisture content,