• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konservasi Wilayah Pesisir. Achmad Sofian NIM PSLP PPSUB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konservasi Wilayah Pesisir. Achmad Sofian NIM PSLP PPSUB"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Achmad Sofian NIM 106150101111001 PSLP PPSUB

(2)

Wilayah ini memiliki peranan yang sangat

penting. Sumberdaya di wilayah ini selain

menyediakan barang dan jasa, juga menjadi

tulang punggung (

backbone

) dari

pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir dan

sumber penghasilan masyarakat serta sebagai

asset

bangsa yang penting. Wilayah ini juga

memiliki peranan penting dilihat dari segi

ekologis, diantaranya sebagai penyeimbang

ekosistem dan penyedia berbagai kebutuhan

hidup bagi hewan dan sebagainya (Fauzi

(3)

Interaksi manusia yang tak seimbang

terhadap wilayah pesisir ini, jika terjadi

terus-menerus akan menyebabkan penurunan

potensi sumberdaya alam seperti mencegah

banjir, akibat pasang laut, penurunan stok

produksi ikan, dan penurunan produksi udang

yang pada akhirnya merugikan masyarakat

(4)

aingkumaha.blogspot.com

burung-nusantara.org

(5)

konservasi adalah pengelolaan

sumber daya alam untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana

serta kesinambungan

ketersediaannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan

kualitas nilai serta

keanekaragamannya

(6)

konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil adalah upaya perlindungan,

pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta

ekosistemnya untuk menjamin

keberadaan, ketersediaan, dan

kesinambungan Sumber Daya Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas

nilai dan keanekaragamannya.

(7)

Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan

pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang

dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil secara

berkelanjutan.

Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang

tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk

dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus)

meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Rehabilitasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil adalah proses pemulihan dan perbaikan

kondisi Ekosistem atau populasi yang telah rusak

walaupun hasilnya berbeda dari kondisi semula.

(8)

konservasi mengandung 2 hal :

Konservasi berarti menjamin kelestarian

pemanfaatan untuk generasi kini maupun

generasi mendatang

Konservasi berarti memelihara potensi

agar kebutuhan dan aspirasi generasi

mendatang dapat tercukupi

(9)

CONTOH DAERAH YANG CUKUP BERHASIL DALAM

KONSERVASI DI WILAYAH PESISIR

(10)

orang dari luar desa diizinkan menangkap ikan di perairan

desa ini jika membayar kepada pemerintah desa sejumlah

tertentu setiap kali operasi penangkapan atau setiap trip.

Jika nelayan pendatang menetap selama beberapa lama di

desa ini dengan tujuan untuk menangkap ikan, mereka

harus membayar kepada pemerintah desa sejumlah uang

setiap bulan.

Bahan peledak dan racun ikan tidak boleh digunakan

siapapun.

kayu kokor (mangrove) boleh ditebang untuk keperluan

rumah tangga sendiri.

Untuk keperluan komersial dalam bentuk usaha bersama

dengan orang dari luar desa, aturannya untuk setiap

penebangan satu kubik kayu harus membayar kepada

pemerintah desa sejumlah yang ditentukan. Separuh dari

pembayaran itu harus ditanggung orang desa yang

mengadakan kerjasama tersebut yang tidak lain adalah

pemegang hak ulayat terhadap hutan mangrove itu.

Separuhnya lagi dibayar mitranya yang berasal dari luar

desa.

(11)

Jika ada pelanggaran penangkapan ikan oleh

orang luar desa, tindakan awal masyarakat

dan pemerintah desa terhadap pelanggar

adalah teguran yang disertai dengan surat

pemberitahuan tentang pelanggaran itu

kepada pemerintah desa asal yang

bersangkutan, camat, dan polisi kecamatan.

Jika pelangggaran terjadi lagi untuk kedua

kalinya, alat tangkap ikan yang digunakan

akan disita untuk desa. Jika terjadi

pelanggaran yang ketiga kalinya,

penyelesaian melalui pengadilan sipil.

Nikijuluw, 2002

(12)

 Hutan Mangrove Desa Penunggul Kecamatan Nguling Kabupaten

Pasuruan merupakan wilayah Kecamatan di sebelah timur Kabupaten Pasuruan yang berbatasan Langsung dengan Kabupaten Probolinggo.

 Wilayah pesisir Kecamatan Nguling sebelumnya merupakan areal

pertambakan hasil konversi kawasan mangrove dan jarang sekali ditumbuhi tanaman, bahkan terjadi abrasi yang tiap tahun

semakin mendekati pemukiman.

 Pelestarian ini dilatarbelakangi adanya kepedulian masyarakat

dengan tokohnya Pak Mukarim dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya hutan mangrove.

 Pada tahun 1982 Pak Mukarim berinisiatif menanam, pohon bakau

di sepanjang bibir pantai desanya. Berkat kerja keras, saat ini hutan mangrove yang ada sudah mencapai 105 ha dan panjang kurang lebih 2 Km di bibir pantai Desa Penunggul,

 ada 4 jenis tanaman bakau yang terdapat di hutan mangrove ini,

diantaranya Rhyzophora mucronata, Rhyzaphora apiculata,

(13)
(14)

Susanto dan murwani, 2006

Sumber daya alam hutan bakau merupakan potensi

yang sangat besar jika dikelola dengan baik dan

benar.

kenyataannya akibat adanya alih lahan dari sebagian

besar kawasan bakau tersebut untuk lahan tambak,

berdampak pada menurunnya produktivitas perairan

pada kawasan bakau tersebut baik secara kualitas

maupun kuantitas.

dapat dilihat dengan semakin menurunnya hasil usaha

perikanan dari para petambak dan semakin

menurunnya kualitas perairan secara ekologis pada

kawasan tersebut.

Banyak sekali tambak-tambak yang menjadi tidak

produktif dan dibiarkan terbengkelai tanpa bisa

dimanfaatkan kembali.

(15)

nilai tambah ekonomis dapat diperoleh apabila

dapat memanfaatkan kembali lahan tambak yang

rusak tersebut dengan perbaikan secara ekologis.

Perbaikan perlu dilakukan untuk mengembalikan

fungsi utama dari lahan tambak sebagai habitat

bagi kehidupan berbagai biota didalamnya.

Melalui perbaikan secara fisik, kimia dan biologis

diharapkan lahan tambak yang rusak akan

berfungsi kembali dan menjadi ekosistem

perairan yang berguna.

tambak-tambak dari hasil konversi/ alih lahan

kawasan bakau ini semakin luas dan banyak yang

tidak berfungsi, sehingga perlu usaha rehabilitasi

untuk mengembalikan fungsinya.

untuk mengembalikan kawasan bakau ini

memerlukan biaya yang sangat besar dan waktu

yang lama

(16)

Pendekatan terpadu terhadap konservasi dan

pemanfaatan sumbedaya hutan bakau memberikan

kesempatan untuk mempertahankan kondisi kawasan

hutan bakau tetap bagus sementara budidaya perairan

payau dapat menghasilkan keuntungan ekonomis.

Silvofishery adalah suatu bentuk usaha terpadu antara

budidaya pohon bakau dan budidaya perikanan air

payau. Sistem ini merupakan budidaya perairan yang

biayanya relatif rendah. Pendekatan terpadu terhadap

konservasi dan pemanfaatan sumbedaya hutan bakau

memberikan kesempatan untuk mempertahankan kondisi

kawasan hutan bakau tetap bagus sementara budidaya

perairan payau dapat menghasilkan keuntungan

ekonomis.

Faktor penting lainnya adalah teknologi ini menawarkan

alternatif yang praktis untuk tambak yang lain dari yang

ada, yang seringkali tidak berkelanjutan (

un

sustainable

). Silvofishery menganekaragaman produk

dari daratan dan perairan dalam kerangka kerja yang

ramah lingkungan dalam ekosistem hutan bakau

(17)

Pemanfaatan mangrove secara lestari melalui pola

silvofishery

memberikan dampak ekologis yang baik:

Kesuburan substrat (kandungan N, P, K) tambak s

ilvofishery

model empang parit (masih ada mangrove) yang relatif

lebih tinggi dibandingkan tambak biasa (tanpa mangrove)

Dalam substrat tambak biasa mengandung bahan pencemar

berbahaya merkuri 16 kali lebih besar dibandingkan

substrat mangrove dan 14 kali lebih besar dari tambak

empang parit

Dari aspek keanekaragaman makhluk hidupnya, tambak

empang parit

(silvofishery)

memiliki kemiripan komunitas

phytoplankton dan benthos yang lebih tinggi dengan

mangrove asli dibandingkan tambak biasa

(non

silvofishery)

Dengan demikian pemanfaatan mangrove dengan pola

silvofishery

menampakkan keragaan (performa) ekologis

yang lebih baik.

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

Perencanaan Tata Ruang Kawasan pantai

(garis pantai) merupakan batas di daratan

yang berbatasan langsung dengan kawasan

perairan. Pemanfaatan ruang diutamakan

bagi kegiatan yang berhubungan dengan

kawasan perairan. Pemanfatan ruang

diutamakan bagi kegiatan yang berhubungan

dengan aktivitas di perairan, seperti

pertambakan, pelabuhan, industri kelautan

dan lain-lainnya.

(23)

 Kemampuan daya dukung ruang, kemampuan daya dukung yang

dimaksud adalah seberapa besar ruang tersebut dapat

berproduksi secara optimal dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga kelestarian produksi tetap terjamin.

 Lokasi pertambakan sebaiknya jauh dari pengaruh limbah indutri,

pertanian, pelabuhan, pertambangan dan sebagainya.

 Terletak pada kawasan yang mudah memperoleh air bersih dan

arus yang kuat untuk memperlancar/pengenceran pembuangan limbah.

 Faktor-faktor fisik dan hidro-oceanografi sangat mempengaruhi

terhadap budidaya tambak, antara lain : topografi, kualitas tanah, subtrat, klimatologi, faktor hidro oceanografi

(temperatur, salinitas, kadar oksigen terlarut, kadar nitrat dan nitrit. pola arus, arus pasang surut, derajat keasaman,

kecerahan). Pemilihan lokasi pada kawasan mangrove dapat

ditempatklan sebagai kawasan jalur hijau (green belt) dan harus

diapit oleh aliran air yang masuk (river inflow) dan aliran air

yang keluar (river outflow). Dengan demikian kawasan mangrove

(24)

Penetapan kawasan pertambakan harus

mempertimbangkan perbedaan pasang surut air laut

yang ideal.

Kawasan pantai yang memiliki stok kekayaan ikan

yang tinggi hendaknya dijaga dan dipertahankan

sehingga fungsinya sebagai areal perikanan dapat

dikembangkan secara penuh.

Perencanaan areal pertambakan hendaknya tidak

mengganggu saluran drainase dan tidak menimbulkan

dampak yang merugikan seperti perembesan air asin

kearah pedalaman.

Pelaksanaan pembangunan pertambakan harus

mampu mencegah terbentuknya sarang penyakit

seperti malaria dan filariasis.

Perencanaan areal pertambakan diarahkan pada

lokasi yang hanya mengalami sedikit tekanan

perubahan lingkungan dan harus diproteksi dari

usaha-usaha lain selain pertambakan.

(25)

Kelas Daya Dukung Definisi dan Rekomendasi

Daya Dukung Tinggi (Skor 734 ≥ n ≥ 510)

Yaitu apabila lahan tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk mempertahankan tingkat pemanfaatan yang harus diterapkan, juga tidak berarti terhadap produksinya. Arahan teknologi yang dianjurkan : a. Teknologi sederhana harus diprioritaskan dengan besar prosentase tidak kurang dari 50 % dari areal pertambakan yang tercover

b. 50 % areal lebihnya adalah pembagian secara bebas antara teknologi maju dan madya

Daya Dukung Sedang (Skor 509 ≥ n ≥ 393)

Yaitu apabila lahan mempunyai pembatas yang agak berarti untuk

mempertahankan tingkat pemanfaatan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan meningkatkan masukan yang diperlukan. Arahan teknologi yang dianjurkan :

a. 20 – 75 % dari areal pertambakan menggunakan teknologi sederhana b.25 – 80 % dari areal pertambakan menggunakan teknologi madya, dan c. 0 % dari areal pertambakan menggunakan teknologi maju.

Daya Dukung Rendah (Skor 392 ≥ n ≥ 285)

Yaitu apabila lahan mempunyai pembatas yang berarti atau serius untuk mempertahankan tingkat pemanfaatan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan lebih meningkatkan masukan yang

diperlukan.

Arahan teknologi yang dianjurkan :

Upaya pengembangan sebagai daerah penyangga ataupun upaya konservasi.

(26)

Pengelolaan konservasi wilayah pesisir tidak terlepas dari

pengelolaan sumberdaya pesisir secara keseluruhan.

Konservasi sumberdaya wilayah pesisir adalah upaya

melindungi melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya

untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan

kesinambungan bagi generasi sekarang maupun yang akan

datang.

Dukungan kebijakan kebijakan nasional dalam

pengembangan kawasan konservasi pesisir dibuat secara

menyeluruh dan terpadu serta mempertimbangkan

desentralisasi dalam pelaksanaannya

a.

undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

(27)

Implikasi UU No. 32 Tahun 2004

implikasi UU No.32 Tahun 2004 terhadap

pengelolaan sumberdaya pesisir secara

berkelanjutan yaitu :

1.

Implikasi sinergis, apabila setiap pemerintah dan

masyarakat di wilayah otonomi menyadari arti

penting dari pengelolaan suberdaya pesisir secara

berkelanjutan, sehingga pemanfaatan sumberdaya

pesisir dilakukan secara bijaksana dengan

menerapkan kaidah-kaidah pembangunan

berkelanjutan.

2.

Implikasi negatif akan muncul apabila setiap

daerah berlomba mengeksploitasi sumberdaya

pesisir tanpa memperhatikan kaidah-kaidah

pembangunan berkelanjutan.

(28)

 Pelestarian dan Perlindungan Sumberdaya Pesisir seperti hutan

mangrove

 Perencanaan dan Pelaksanaan Program Sabuk Hijau Mangrove di

wilayah pesisir termasuk mengembalikan lahan-lahan pesisir yang rusak

 Mengokohkan aturan-aturan di masyarakat yang mendukung

pelestarian sumberdaya pesisir

 Mengembangkan dan menyebarluaskan keberhasilan

daerah-daerah yang telah berhasil menyelamatkan lingkungan pesisir ke daerah lainnya

 Mensupport para tokoh penyelamat lingkungan di wilayah-wilayah

pesisir bukan hanya penghargaan tetapi juga bantuan riil baik kepada pribadinya maupun dukungan terhadap kekontinyuan kegiatan lingkungan selanjutnya

 Rehabilitasi lahan tambak dengan sistem silvofishery dan

pendampingan secara berkesinambungan

 Pengendalian Alih Fungsi Lahan di Wilayah Pesisir

 Harmonisasi semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan

(29)

upaya-upaya pengembangan pengelolaan yaitu

melalui kolaborasi antara masyarakat dengan

pemerintah atau

co-management

sehingga

kelemahan yang ada bisa diatasi dan

pengelolaan bisa lebih efektif.

Memberi pengakuan dan revitalisasi

(penghidupan kembali) praktik-praktik

pengelolaan sumberdaya pesisir yang sangat

mendukung kelestarian sumberdaya alam yang

selama ini dilakukan oleh masyarakat

Penguatan kelembagaan baik lembaga

adat maupun kelompok masyarakat untuk

memperkuat pengawasan

(30)

 Biasane, 2004. Konstruksi Kearifan Tradisional Dalam Pengelolaan

Perikanan Berkelanjutan

 Dahuri, et.al, 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2008

 Fandeli, dkk. 2006. Audit Lingkungan. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta

 Gunawan,H, Chairil Anwar, Reny Sawitri, dan Endang Karlina. 2007. Status

Ekologis Silvofishery Pola Empang Parit Di Bagian Pemangkuan Hutan Ciasem-Pamanukan, Kesatuan Pemangkuan Hutan Purwakarta. Jurnal Penelitian Hutan Konservasi Alam Vol. IV No. 4 : 429-439, 2007

 Harahab, N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan

Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir.Graha Ilmu.Yogyakarta

 Nikijuluw, 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. PT Pustaka

Cidesindo. Jakarta

 Saparinto, C.2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Penerbit Dahara

Prize. Semarang

 Susanto dan Sri Murwani. 2006. Analisis Secara Ekologis Tambak Alih

Lahan Pada Kawasan Potensial Untuk Habitat Kepiting Bakau (Scylla sp). Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006

 UU No.27 tahun 2007  UU No.32 Tahun 2009

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan kompetensi guru produktif dalam meningkatkan sikap kewirausahaan siswa melalui MGMP, (2) Pelaksanaan

Fisioterapis dapat membantu pasien stroke dalam rangka penyembuhan, seperti meningkatkan keseimbangan berjalan, mengurangi spasme (ketegangan) otot, mengurangi resiko

Kinerja link yang efektif menyerap gempa ditunjukkan dengan kelelehan yang mampu membentuk sudut rotasi inelastik yang cukup besar pada link, dimana hal ini direncanakan terjadi

a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi

Sosialisasi pada ibu-ibu sekitar RPTRA dilakukan dengan sedikit penjelasan mengenai hidroponik dan dilanjutkan dengan aktivitas pembuatan media tanam, menyemai benih,

PT Greenspan Packaging System sudah baik, hal ini dapat dilihat dari pembagian tanggung jawab fung- sional diantaranya fungsi penjualan terpisah dengan fungsi gudang untuk

"Saya bersumpah,he4anji, bahwa saya akan melakukan pekeq'aan Ilmu Kedokteran, Ilmu Bedah dan Ilmu Kebidanan dengan pengetahuan dan tenaga saya yang

Jika dilakukan observasi di lokasi kejadian kecelakaan, pemasangan rambu rambu sementara yang dilakukan petugas layanan jalan tol belum sesuai dengan aturan SK DIREKSI