PEMBERIAN Tubifex sp DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA
TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN
LARVA IKAN BUJUK (Channa lucius, Cuvier)
Sepni Ria Ningsih', Yuneidi Basri2, Azrita2
'Department of Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bung Hatta University,
2Lecturer at Faculty of Fisheries and Marine Science, Bung Hatta University Padang 25133 E‐mail: Sepni_08@yahoo.co.id
Abstract
This research aims to analyze the influence of providing Tubifex sp with various frequency toward the survival and growth of larva the Channa lucius, Cuvier. This research was conducted from October 2013 to January 2014 at Integrated Laboratory at Faculty of Fisheries and Marine Science, Bung Hatta University Padang. Method of research used completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 reiterations. Larva was used have age 7 days and used medium of aquarium as much as 9 units with size 40 x 20 x 20cm with water volume capacity as much as 8 liter. The result of research showed that the highest survival rate was on treatment B 63.33 + 7.50a and the lowest survival rate on treatment A that is 20.00 + 5.29a. The highest absolute weight growth from this research result found on treatment B 0.58 + 0.04 gram, and the lowest was found on treatment A 0.35 + 0.03 gram, and then to the highest absolute length growth was found on treatment B 2.64 + 0.23 cm and the lowest was found on treatment C 2.21 + 0.70 cm
Key words: Larva of Channa lucius, Cuvier, Tubifex sp, survival and growth
PENDAHULUAN
Ikan Bujuk (Channa lucius,
Cuvier) merupakan salah satu jenis ikan yang hidup diperairan sungai, danau, rawa banjiran dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Karena mengandung nilai gizi yang tinggi dan banyak digemari oleh masyarakat. Oleh karena itu permintaan
ikan bujuk meningkat, maupun untuk kebutuhan konsumsi bagi masyarakat.
Untuk meningkatkan produksi dan menjaga kelestariannya, maka perlu dilakukan usaha budidaya yang
kegiatannya meliputi pembenihan dan pembesaran. Dalam usaha pembenihan, pemberihan pakan yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha budidaya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan yang dibudidaya, baik dari ukuran tubuh maupun kandungan gizi yang dibutuhkan ikan itu tersebut.
Dalam teknik pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan nutrien dari ikan, baik dari jumlah maupun dalam mutunya, agar dapat mempercepat pertumbuhan. Selain jumlah dan mutu perlu juga diperhatikan frekuensi
pemberian pakan agar penggunaan pakan menjadi efisien sehingga dapat mengurangi jumlah pakan yang tidak dicerna dan dibuang melalui feces. Untuk meningkatkan efisiensi pakan alami yang dimakan oleh ikan yang dibudidayakan, waktu pemberian dan frekuensi pemberian pakan alami perlu diperhatikan.
Menurut Sukaeni (1998)
menyatakan bahwa frekuensi 4 kali sehari adalah yang terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Mas
(Cyprinus carpio L), jumlah pakan yang
diberikan terlalu sedikit akan mempertinggi persaingan dalam memperoleh makan yang akibatnya pertumbuhan ikan menjadi lambat dengan ukuran yang berfariasi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang
Pemberian Tubifex sp dengan Frekuensi yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Bujuk(Channa lucius, Cuvier). 1.2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh pemberian pakan
Tubifex sp dengan frekuensi yang berbeda
terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan larva ikan Bujuk (Channa
lucius, Cuvier).
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai informasi pengembangan dan ilmu pengetahuan khususnya teknologi pembenihan ikan Bujuk, sehingga dapat meningkatkan kualitas dari produksi larva ikan Bujuk yang dihasilkan baik dalam skala kecil maupun skala besar.
MATERI DAN METODA PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dari bulan Oktober 2013 - Januari 2014 yang bertempat di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat.
Materi penelitian Wadah
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium sebanyak 9 unit dangan ukuran 40 x 20 x 20 cm dengan volume air sebanyak 8 liter. Padat
tebar larva 20 ekor pada masing –masing akuarium. Penelitian dilaksanakan selama selama 40 hari.
Alat yang digunakan dalam penelitian lihat seperti tabel 1 di bawah ini
Alat
Tabel 1. Peralatan yang di gunakan pada penelitian
No Nama Alat Kegunaan Ket
1 Akuarium Tempat pemeliharaan ikan uji 9 unit
2 Timbangan (gr) Menimbang berat ikan uji 1 unit
3 Petridish Tempat ikan uji sebelum di timbang 1 unit
4 Kertas mm Mengukur panjang ikan uji 1 unit
5 Serokan Menangkap ikan 2 unit
6 Ember Wadah tempat pemindahan ikan uji 1 unit
7 Kertas pH Mengukur keasaman air 1 unit
8 Thermometer Mengukur suhu air 1 unit
9 Do meter Mengukur oksigen terlarut 1 unit
Ikan uji
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan Bujuk
(Channa lucius, Cuvier) yang berumur 7
hari dengan jumlah total 180 ekor, setiap akuarium diisi dengan 20 ekor larva. Larva ikan Bujuk berasal dari pemijahan alami induk bujuk yang dilakukan di kolam pemijahan induk di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat.
Metode Penelitian
Perlakuan dan Rancangan Percobaan
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan tiga ulangan. Adapun perlakuan yang diuji adalah :
Perlakuan A : Frekuensi pemberian pakan
alami Tubifex sp sebanyak
3x sehari
pukul (10.00, 14.00, dan
18.00 WIB)
Perlakuan B : Frekunesi pemberian pakan
alami Tubifex sp sebanyak
5x sehari
pukul (10.00, 13.00, 16.00, 19.00, dan 22.00 WIB)
Perlakuan C : Frekuensi pemberian pakan alami Tubifex sp sebanyak 7x sehari
pukul (07.00, 10.00, 13.00, 16.00, 19.00, 22.00, dan
01.00 WIB)
Analisa Data
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Apabila data homogen selanjutnya di analisa dengan uji statistik F (Anava). Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa F hitung < F tabel pada taraf 95% berarti tidak ada pengaruh pemberian tubifek dengan frekuensi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan larva ikan Bujuk (Channa
lucius, Cuvier), H0 diterima dan H1
ditolak. Jika F hitung > F tabel pada taraf 95% berarti ada pengaruh pemberian
Tubifex sp dengan frekuensi yang berbeda
terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan Bujuk (Channa
lucius, Cuvier), H0 ditolak dan H1
diterima.Untuk melihat adanya perbedaan
antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan (DMNRT). Dengan menggunakan Spingram SPSS versi 14.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Larva
Ikan Bujuk
Data hasil pengamatan tingkat
kelangsungan hidup (%) larva ikan bujuk selama penelitian 40 hari disajikan pada lampiran (5) dan rata-rata tingkat kelangsugan hidup larva ikan bujuk disajikan pada tabel (2). Berdasarkan uji statistik dapat dilihat pada yang menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup .F hitung 1,91 < F tabel 5,14 berarti H0 diterima Hi ditolak.
Tabel 2. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup larva ikan bujuk (%).
Perlakuan Jumlah Awal (ekor) Jumlah Akhir (ekor) Kelangsungan Hidup (%)
A 20 12 20.00 ± 5.29a
B 20 38 63.33 ± 7.50a
C 20 14 23.33 ± 5.03a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf superscript yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji one way anova (p > 0,05)
A = Pemberian cacing Tubifex sp 3 kali sehari.
B = Pemberian cacing Tubifex sp 5 kali sehari.
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata persentase tingkat kelangsungan hidup larva ikan bujuk tertinggi dapat dilihat pada perlakuan B pemberian
Tubifex sp 5 kali sehari yaitu 63.33 ± 7.50
% di ikuti oleh perlakuan C pemberian
Tubifex sp 7 kali sehari yaitu 23.33 ± 5.03
% dan perlakuan terendah pada perlakuan
A pemberian Tubifex sp 3 kali sehari
sebesar 20.00 ± 5.29 %.
Tingkat kelangsungan hidup tertiggi terdapat pada perlakuan B Dan di susul dengan perlakuan A dan perlakuan C. Rendanya tingkat kelangsugan hidup (sintasan) pada perlakuan C disebabkan karena terjadinya penumpukan pakan di dalam wadah pengamatan, maka akan terjadi penurunan oksigen oleh karena itu larva sulit untuk bernapas dan kemudian larva akan mati secara berlahan. Sedangkan pada perlakuan A paling rendah ini disebabkan sedikitnya pemberian pakan dalam satu hari, maka larva akan bersaing dalam mendapatkan makanan maka akan menghambat sintasan dan pertumbuhan
Yustina (2003), menyatakan kematian larva yang tinggi disebabkan
larva sudah kehabisan cadangan makanan berupa kuning telur, sedangkan pakan alami yang terdapat didalam media hidupnya tidak sesuai dengan kebutuhan serta makanan tidak sesuai dengan jenis, ukuran dan jumlah. Umur dan ukuran larva ikan juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan larva untuk mengkonsumsi jenis pakan alami yang diberikan
(Djangkaru, 1995).
Pertumbuhan Berat Mutlak
Data lengkap pertumbuhan berat mutlak larva ikan bujuk selama penelitian 40 hari disajikan pada lampiran (6) dan rata-rata pertumbuhan berat mutlak larva ikan bujuk pada tabel (3). Berdasarkan uji statistik menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertambahan bobot. F hitung 0.57 < F tabel 5,14 berarti H0 diterima Hi ditolak.
Tabel 3. Pertambahan berat mutlak larva ikan bujuk (g)
Perlakuan Awal Akhir Berat mutlak
A 0.04 1.18 0.31 ± 0.17 a
C 0.04 1.26 0.33 ± 0.29 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata
berdasarkan uji one way anova (p > 0,05) Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat
bahwa larva ikan bujuk (Channa lucius,
Cuvier) mengalami pertambahan lebih cepat dalam perlakuan B yaitu 0.54 ± 0.16 disusul dengan perlakuan C yaitu 0.33 ± 0.29 dan yang terendah adalah perlakuan A yaitu 0.31 ± 0.17.
Dari hasil pertumbuhan berat rata-rata larva ikan uji selama pengamatan, pemberian pakan dengan 5 frekuensi memberikan hasil yang terbaik. Semakin sering ikan diberi maka pertumbuhan akan semakin cepat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Crus (1987), bahwa pemberian
pakan yang sering dengan jumlah pakan yang sedikit untuk setiap kali pemberian lebih menguntungkan untuk pertumbuhan ikan dari pada pemberian pakan dalam jumlah yang banyak, tetapi jarang pemberian atau dengan kata lain pakan dengan jumlah yang sama, apabilah sedikit-sedikit tetapi sering, lebih baik di berikan pada waktu yang lama.
Pendapat ini diperkuat oleh Adres
dalam Fadli, (2006). Yang meyatakan
bahwa adanya hubungan positif antara pertumbuhan dengan frekuensi pemberian pakan yaitu pertumbuhan akan semagkin meningkat dengan semagkin banyaknya frekuensi pemberian pakan, jadi semagkin sering pakan diberikan hasilnya semakin
baik bagi pertumbuhan ikan, dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang dalam jumlah yang sama. Hal ini sebabkan karena pakan yang relatif besar jumlahnya hanya tersedia waktu yang relatif singkat untuk proses penyerapan dan perserapan nutrien yang dibutuhkan ikan sehingga proses pencernaan relatif kurang sempurna akibat pertumbuhan akan kecil dan lambat.
Watanabe (1988). menyatakan bahwa pertumbuhan hanya dapat terjadi jika kebutuhan energi untuk pemeliharaan proses-proses hidup dan fungsi-fungsi lain
sudah terpenuhi dan menurut Gwither
dkk. (1981), makin kecil kapasitas lambung maka makin cepat waktu pengosongan lambumg sehingga frekuensi pemberian pakan yang di butuhkan lebih sering.
Hasil penelitian Aggraeni dan
Abdulgani (2013), rata-rata laju pertumbuhan berat mutlak terbaik terdapat pada perlakuan B lima kali sehari
pemberian cacing sutra (Tubifex sp)
sebesar 9,245%/hari. Selanjutnya perlakuan pemberian pakan alami cacing
sutra (Tubifex sp) tidak berbeda nyata
(p<0,05) dengan perlakuan pemberian pakan alami cacing darah (larva
Chironemus sp.) sebesar 1,420%/hari dan
mas (Cyprinus carpio) 1,316%/hari. Lebih lanjut Hartati dalam Fadli (1982), yang menyatakan bahwa faktor yang nyata mempengaruhi pertumbuhan bobot ikan adalah ruang gerak dan suplai pakan,dimana ikan akan dapat tumbuh baik jika hal tersebut dapat dipenuhi. Pendapat ini diperkuat oleh Huet (1972), yang menyatakan bahwa pertumbuhan bobot akan terjadi jika jumlah pakan yang dimakan ikan melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mmepertahankan hidup,sebab pakan diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
Hickling (1971), laju pertumbuhan harian dipengaruhi oleh pakan,suhu,umur dan kandungan zat hara dalam perairan.
Selanjutnya Mudjiman (1984)
menyatakan bahwa kebutuhan pakan untuk ikan bervariasi menurut spesies, ukuran laju pertumbuhan, lingkungan dan fungsi metabolisme.
Laju pertumbuhan berat mutlak menjelaskan bahwa ikan mampu memanfaatkan nutrien pakan untuk disimpan dalam tubuh dan mengkonversinya menjadi energi.
Evi Tahapari (2009), menyatakan bahwa penentuan frekuensi pemberian
pakan untuk mendukung pertumbuhan benih ikan patin pasupati dengan frekuensi pemberian 5 kali sehari menghasilkan nilai tertinggi pada laju pertumbuhan spesifik yaitu (7,03 ± 0,34) dan pertambahan bobot yaitu (34,97 ± 0,58).
Pemberian pakan 5 kali sehari memberikan laju pertumbuhan bobot benih ikan lele yang baik yaitu sebesar 18,97 %
(Hastuti, 1984). Demikan pula hasil
penelitian Samsudin (2008) pada benih
baung, laju pertumbuhan bobot harian tertinggi (18,22%) diperoleh pada Frekuensi pakan 5 kali sehari.
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Data lengkap laju Pertumbahan
panjang mutlak larva ikan bujuk selama penelitian 40 hari disajikan pada lampiran (7) dan rata-rata laju pertumbuhan panjang mutlak disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pertambahan panjang mutlak larva ikan bujuk (cm).
Perlakuan Awal Akhir Panjang mutlak
B 1.1 3.74 2.64 ± 0.23 a
C 1.1 3.31 2.21 ± 0.70 a
Keterangan : Angka yang di ikuti huruf Superscript yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji one way anova. (p >0,05)
Dari tabel 4 ini dapat di lihat bahwa pertumbuhan panjang mutlak yang tertinggi terdapat pada perlakuan B 2.64 ± 0.23 dan perlakuan A 2.26 ± 0.11 dan yang terendah pada perlakuan C yaitu 2.21
± 0.70 , Menurut Evi Tapahari (2009)
dalam penelitiannya, penentuan frekuensi pemberian pakan untuk mendukung pertumbuhan benih ikan patin pasupati mengatakan bahwa, frekuensi pemberian pakan 5 kali sehari memberikan pengaruh terbaik untuk mendukung pertumbuhan benih ikan patin pasupati.
Ikan akan tumbuh apabila nutrisi pakan yang dicerna dan diserap oleh tubuh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk memelihara tubuhnya
(Lvell, 1989 dalam Setiawati, dkk, 2013).
Hal ini akan terjadi apabila faktor pendukungnya dalam keadaan optimal, berbeda halnya apabila faktor pendukung misalnya suhu dibawah batas yang dapat ditolerir oleh ikan maka pakan yang di makan hanya digunakan untuk mepertahankan diri untuk hidup, tumbuh dan berkembang.
Lebih lengkap Fujuya (2004)
menambahkan tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk
pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk metebolisme basal (pemeliharaan), sisanya digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari semua perlakuan, pertumbuhan panjang mutlak ikan tertinggi terdapat pada perlakuan B 3,740 ± 24062% karena
kebutuhan tubuhnya tercukupi. Pada
perlakuan A pertumbuhan panjang mutlak adalah 3,360 ± 11533% dengan perlakuan pemberian 3 kali sehari selama penelitian menunjukan hasil tidak jauh berbeda dengan perlakuan C yaitu 3,316 ± 71059% . Hal ini dikarenakan pakan yang diberikan dapat dapat di konsumsi dan digunakan oleh benih sebagai sumber energi untuk metabolisme basal.
Hasil pengukuran panjang mutlak pada perlakuan A 3,360 ± 11533% rendahnya angka pertumbuhan panjang selama penelitian disebabkan karena sedikitnya pemberian pakan alami, sedangkan benih ikan bujuk tidak bisa terlalu lama kelaparan karena ikan bujuk bersifat karnivora (pemakan daging).
Pertumbuhan panjang yang tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu
untuk benih yang diberikan pakan alami seperti Tubifex sp selama 40 hari, tidak kekurangan pakan dan tidak kelebihan pakan Menurut Sumarni (1998) larva ikan bilih dengan pemberian pakan tubifex sp selama 15 hari mengalami tingkat
pertumbuhan sebesar 7,70 mm,Yulianti
(2006) menyatakan bahwa pemberian
pakan tubifex sp 30 hari yaitu 11,3 mm
dapat meningkatkan laju sintasan benih ikan bujuk sebesar 78,66%.
Kualitas Air
Effendie (1979) mengungkapkan bahwa pertumbuhan merupakan parameter penting, dimana laju pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi keturunan, umur dan ketahanan terhadap penyakit. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu perairan, oksigen terlarut, ukuran ikan, padat tebar serta jumlah mutu pakan. Parameter kualitas air yang diamati tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Parameter kualitas air media pemeliharaan larva ikan Bujuk (Channa
lucius, Cuvier) selama penelitian.
Parameter Kualitas Air
Awal Penelitian Akhir Penelitian
A B C A B C Suhu oC DO (ppm) pH 27 5,4 7,2 27 5,4 7,2 27 5,4 7,2 28 6 7 28 6 7 28 6 7
Dari hasil pengukuran suhu air media pemeliharaan larva ikan Bujuk
diperoleh data berkisar 27 – 28 0C.
Selanjutnya dengan yang dikemukakan Soetomo (1987) bahwa suhu yang
dikehendaki lele antara 24 -300C,
Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan suhu berkisar antara 26 – 300C. Sementara pada pengukuran konsentrasi oksigen terlarut (Disolved Oxygen) diperoleh kosentrasi 5,4 – 6 ppm. Kandungan oksigen terlarut yang optimal
adalah 5 ppm namun lebih baik jika 7 ppm. Nilai pH pada saat pemeliharaan larva masih berada pada kisaran nilai yang baik untuk kegiatan budidaya. pH yang cocok untuk semua jenis ikan berkisar 6,5
– 8 ppm (Sutamihardja,1978 dalam
Aska,2012)
Secara keseluruhan dari parameter kualitas air media pemeliharaan masih dalam batas toleransi larva ikan uji. Hal ini yang mendukung larva ikan Bujuk tetap bertahan hidup karena nilai amoniak tidak
di ikuti oleh nilai suhu dan pH yang tinggi,sebab apabila suhu dan pH tinggi maka amoniak akan beracun bagi larva ikan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada pengaruh perbedaan
frekuensi pemberian pakan tubifex sp terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak dan pertumbuhan berat mutlak larva ikan bujuk (p 0,05).
2. Tingkat kelangsungan hidup dan
pertumbuhan panjang yang paling baik untuk larva ikan bujuk adalah perlakuan B yaitu pemberian pakan
tubifex sebanyak lima kali sehari yaitu
dengan pemberian cacing tubifex sp
dengan nilai rata- rata 63.33±7.50%.
3. sedangkan pertumbahan berat mutlak
yang paling baik untuk larva ikan bujuk adalah pada perlakuan B dengan
pemberian pakan tubifex sebanyak 5
kali sehari.
Saran
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat menghasilkan laju sintasan, laju pertumbuhan berat mutlak,
seterusnya pada laju pertumbuhan panjang mutlak larva ikan bujuk agar memberikan respon yang sama pada perlakuan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Adrews dalam fadli, (2006). Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Jelawat
(Leptobarbus hoeveni Biklr)
Universitas bung hatta, Padang Aska O.V. 2012. Pemberian vitazym
dalam pakan terhadap dalam kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan lele
(Clarias batrackus). Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta. Padang.
Anggraeni , S, Abdulgani (2013) . Model Perlakuan Biologi Umum
Berbasis Inkuiri Bagi Calon Guru Biologi . Disertai SPS UPI . Bandung
Crusz, E.M. 1987. Buku Pegangan Latihan Makanan Ikan Proyek Pengembangan Perikanan Skala Kecil. USAID Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan.
Djangkaru, Z. 1995. Pemeliharaan Ikan
Mas (Cyprinus carpio) Secara
Intensif Dalam Kolam Air Deras Lembaga Penelitian Perairan Darat (LPPD). Bogor .2012.
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, 102 hal
Efendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Dwi Sri Bogor.
Evi Tapahari.2009. Penentuan Frekuensi Pemberian Pakan untuk mendukung pertumbuhan benih ikan patin pasupati, Balai riset Perikanan Budidaya Air tawar,jln sempur No.1,bogor,berita Biologi 9(6).
Fujuya, Y. 2004 Fisiologi ikan dasar pengembagan teknik perikanan. Penerbit rineka cipta. Jakarta. Gwither D and DJ Groves. 1981. Gastric
emptying in Limanda L. And
retum of appetite. J. FishBiol. 18 (3), 245-259.
Hartati, Y. Fadli 1982. Peningkatan Padat
Penebaran Ikan Nila (Tilapia
nilatica) Dalam Sangkar Di
Waduk Lido dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan. Institut pertanian Bogor.
Hastuti MS.1984. Jumlah makanan yang di konsumsi burayak ikan lele
(Clarias batrachus). Karya ilmia.
Fakultas perikana IPB.
Hickling, C. F. 1971. Fish Culture Faber and Faber. London.
Huet, M. 1972. Text Book Of Fish Culture, Breeding And Cultivation Of Fish. Fishing News Book, Ltd. London.
Mudjiman. 1984. Makanan Ikan. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Samsudin . 2008 . Virus Patogen Serangga
: Bio-Lnsektisida Ramah Lingkungan. Diunduh dari Pertanian Sehat / Derelop Useful Innovation for farmes Rubrik (20 desember 2010)
Setiawati 2013 Analisis Literasi Sains Guru Biologi SMA Dan Penerapan Dalam Proses Menggembangkan Lks Inkuiri
Universitas Pendiddikan Indonesia Repository, UPI.
Sukaeni. 1998. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus
carpio L). Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.
Tahapari E, Sularto, W Hadi, S Pramono dan M Syukron. 2008. Pembesaran ikan patin Pasupati di perairan bersalinitas rendah. Prosiding Teknologi perikanan Budidaya, 67-68 Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Watanabe, T., 1988. Fish Nutrition and
Mariculture. Departmet of Aquatic Biosciences. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233P.
Yustina, 2003. Kultur jaringan Cara Menmperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Yulianti, V. 2006. Pergantian pakan alami yang berbeda Artemia Salina dengan Tubifek sp terhadap laju sintasan dan pertumbuhan larva
ikan baung (Mystus nemurus
C.V.) Skripsi Fakultas Perikana dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta . Padang.