• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA SISTEM KOMUNIKASI ANTAR KENDARAAN MENGGUNAKAN WAVE (WIRELESS ACCESS VEHICULAR ENVIRONMENT) DENGAN MODULASI QAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA SISTEM KOMUNIKASI ANTAR KENDARAAN MENGGUNAKAN WAVE (WIRELESS ACCESS VEHICULAR ENVIRONMENT) DENGAN MODULASI QAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA SISTEM KOMUNIKASI ANTAR KENDARAAN MENGGUNAKAN

WAVE (WIRELESS ACCESS VEHICULAR ENVIRONMENT) DENGAN

MODULASI QAM

Richa Hanik, Hani ah Mahmudah, M. Zen Samsono H., Jurusan Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus PENS –ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya Telp : +62+031+5947280; Fax. +62+031+5946011

Email :icha_1618@yahoo.co.id

Abstrak - Komunikasi wireless saat ini sedang berkembang pesat, salah satunya adalah komunikasi wireless untuk kendaraan. Pada masa yang akan datang akan ada kendaraan yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi bukan hanya sebagai alat transportasi.Sehingga pada proyek akhir ini, akan dirancang sebuah simulasi untuk sistem komunikasi antar kendaraan dengan berbagai perubahan kombinasi parameter yang menggunakan Wireless access in Vehicular Environment (WAVE) dengan sistem Dedicated Short Range Communication (DSRC) dengan standart 802.11p yang dimodulasikan dengan QAM. Untuk mengimplementasikan simulasi ini diperlukan simulasi NS2.Hasil dari pembuatan tugas akhir ini diharapkan dapat mengetahui kombinasi terbaik dari parameter-parameter yang memiliki performansi terbaik, dan menjadikan sistem tersebut menjadi sistem WAVE yang dapat mengirimlan paket data pada kendaraan yang bergerak..

Kata kunci : WAVE, DSRC, Standar 802.11p, Modulasi QAM, NS2 .

1. Pendahuluan

Sistem komunikasi wireless antar kendaraan pada saat ini mengalami perkembangan yang begitu pesat. Vehicular to vehicular berfokus pada infrastuktur dan sistem komunikasi antar kendaraan. Rancangan mobil masa depan telah dikembangkan pada saat ini yaitu berupa Intelligent transportation Systems (ITSdimana mobil yang awalnya hanya berfungsi untuk alat transportasi, kini dirancang untuk bisa menjadi alat komunikasi mobile

Pada proyek akhir ini berfokus pada komunikasi antar kendaraan dengan menganalisa performansi packet error rate (PER) melalui modulasi QAM, dengan kondisi jika kendaraan diberikan paket data untuk ditransmisikam ke kendaraan lain begitu pula sebaliknya, sehingga terjadi komunikasi antar kendaraan tersebut (v2v).

Sistem ini menggunakan wireless access in vehicular environment dengan standar 802.11p dimodulasikan dengan QAM. Perubahan 802.11p (saat ini dalam draft) memodifikasi standar 802.11 untuk menambahkan dukungan untuk jaringan area lokal nirkabel (WLAN) di lingkungan kendaraan. Aplikasi utama 802.11p adalah untuk komunikasi kendaraan-ke-kendaraan. Dengan kata lain sistem komunikasinya merupakan komunikasi Dedicated Short Range Communication (DSRC). WAVE dan DSRC didasarkan pada standar 802.11p. Kendala utama bagi standar 802.11p adalah ketersediaan spektrum frekuensi dan pelemahan (fading). WAVE menggunakan Orthogonal Frequency

Division Multiplexing (OFDM), dan dimodulasikan dengan BPSK/QPSK atau QAM. Pada proyek akhir ini menganalisa sistem komunikasi antar kendaraan menggunakan wireless access in vehicular environment dengan modulasi QAM dan disimulasikan dengan menggunakan NS2 simulator.

2. Teori Penunjang

2.1 Penelitian yang pernah dilakukan Menurut Miguel Sepulcre, investigasi pada pendimensian dari sistem ini dapat dianalisa melelui dampak dari kondisi dari perubahan parameter pada performansinya [1]. Dalam paper ini dilakukan sebuah penelitian terhadap kinerja sistem komunikasi antar kendaraan berdasarkan IEEE 802.11p / WAVE dimana hanya berfokus pada parameter – parameter, seperti kecepatan kendaraan, power transmisi wireless dan vehicular traffic density.

American Society for Testing and Materials (ASTM) telah menggembangkan Dedicated Short Range Communications (DSRC) berdasarkan standar IEEE 802.11 untuk untuk aplikasi meningkatkan keselamatan di jalan. Sistem komunikasi ini menggunakan WAVE, dimana komunikasi wireless antar kendaraan ini adalah teknologi untuk sistem transportasi yang handal untuk berbagai aplikasi yang awalnya dilakukan melalui alat komunikasi, kini dirancang dapat dilakukan oleh alat transportasi [2].

Perkembangan komunikasi wireless pada kendaraan yang begitu pesat, maka IEEE mengembangkan amandemen/perubahan IEEE

(2)

standar 802.11 (IEEE 802.11p) sebagai wireless in acces vehicular environment (WAVE) [3].

2.2 Wireless Access in Vehicular Environment

Sistem komunikasi antar-kendaraan secara wireless saat ini sedang dikembangkan sebagai teknologi menjanjikan untuk berbagai aplikasi. Sehingga diperlukan sistem yang menjamin efisiensi dan dapat diandalkan untuk broadcast pengiriman pesan. Maka diperlukan dimensioning sistem tersebut dengan menganalisis dampak dari kondisi operasional utama pada kinerjanya [4].

WAVE adalah komunikasi standar yang digunakan dalam komunikasi antar-kendaraan. WAVE adalah salah satu bagian dari kelompok standar protokol untuk DSRC. Penelitian yang dilakukan oleh IEEE menjelaskan bahwa fitur-fitur yang dikenal dengan WAVE adalah standar 802,11p.

WAVE menggunakan konsep multiple channel, di U.S dan Eropa teknologi WAVE menggunakan frekuensi 5.8GHz/5.9 GHz dengan guard band dari 5.850-5.855 GHz.

2.3 Standar 802.11p

Standar 802,11-2.007 ditetapkan melalui tiga modus yang berbeda pada PHY Layer. Yaitu mode 20 MHz, 10 MHz dan 5 MHz. Cara yang berbeda dapat dicapai dengan menggunakan mengurangi clock / sampling rate. 802.11a biasanya menggunakan modus clock penuh dengan bandwidth 20 MHz, sedangkan 802.11p biasanya menggunakan setengah mode clock bandwidth 10 MHz.

Tabel-1. Perbandingan Implementasi Physical layer 802.11a dengan 802.11p [5]

2.4 DSRC

Dedicated short range communication adalah protokol pada sistem komunikasi yang ditujukan untuk komunikasi antar kendaraan untuk publik yang terdapat pada jalur kendaraan. Dirancang untuk melengkapi komunikasi selular pada kendaraan dengan tingkat transfer data sangat tinggi, minimum latency dan jaringan komunikasi yang handal. Berdasarkan Federal Communication Commision (FCC) lisensi operasi dengan prioritas untuk komunikasi kendaraan 5,9 GHz dialokasikan pada Channel plan (5,850-5,925 GHz) DSRC spektrum dibagi menjadi tujuh 10 saluran MHz seperti ditunjukkan pada dibawah. Data rate

publik dan 172 saluran untuk komunikasi menggunakan High Availability and Low Latency (HALL).

2.5 Modulasi QAM

Salah satu analisa yang akan dilakukan pada sistem komunikasi ini adalah dengan menggunakan Modulasi QAM. Quadrature amplitude modulation (QAM) merupakan sebuah kombinasi dari amplitude modulation (AM) dan phase shift keying (PSK). QAM digunakan pada asymmetric digital subscriber line (ADSL) dan komunikasi nirkabel. QAM Mengirimkan dua sinyal pembawa secara bersamaan yang saling berbeda berbeda phasa 90°, tetapi frekuensinya sama.

2.6 NS2 Simulator

Simulasi yang digunakan adalah NS2. Kelebihan dari NS2 adalah sebagai perangkat lunak simulasi pembantu analisis dalam riset atau penelitian. NS2 dilengkapi dengan tool validasi. Tool validasi digunakan untuk menguji validitas pemodelan yang ada pada NS2. Pembuatan simulasi dengan menggunakan NS2 jauh lebih mudah daripada menggunakan software developer lainnya. Pada software NS2 ini user tinggal membuat topologi dan skenario simulasi yang sesuai dengan riset yang ada. Pemodelan media, protokol dan network component lengkap dengan perilaku trafiknya sudah tersedia pada library NS2.

3. Perancangan Sistem

Berikut rancangan sistem dapat dilihat pada flowchart di bawah ini :

Gambar 1. Flowchart Perancangan system

a. Menentukan WAVE rate parameter untuk sistem komunikasi V2V, parameter-parameter tersebut dijadikan input untuk kemudian diolah b. WAVE rate parameter tersebut diolah pada

sistem komunikasi dengan proses modulasi, yaitu modulasi BPSK dengan menggunakan software Matlab.

(3)

kemudian akan dikombinasikan dengan parameter sistem.

d. Setelah mendapatkan PER dari matlab, maka parameter sistem simulasi untuk NS2 dijadikan inputan untuk NS2.

e. Proses simulasi dilakukan pada NS2 Simulator dengan merubah nilai-nilai parameter sistem yang terlibat.

Dari hasil simulasi tersebut akan dianalisa performansi dari masing-masing kombinasi parameter-parameternya.

3.1 Penentuan Parameter WAVE untuk Sistem Komunikasi V2V pada Matlab

Tabel-2.Kondisi LOS

Parameter Units Nilai Ket. Ref Daya Transmit dBm 20 - 33 [6] Frequensi GHz 5.9 [7] Kecepatan Sinyal radio m/s 3x10^8 Panjang gelombang m 0.050847 Koefisien Path Loss 2.7 [8] Tinggi Mobil m 1.6 Jarak m 1-1000 Daya Terima dBm Noise Floor dBm 95 [8] ∑ I dBm

Tabel-3.Kondisi Non LOS Parameter Units Nilai Ket.

Reff Daya Transmit dBm 20 - 33 [6] Frequensi GHz 5.9 [7] Kecepatan Sinyal radio m/s 3x10^8 Panjang gelombang m 0.050847 Koefisien Path Loss 2.7 [8] Tinggi Mobil m 1.6 Jarak m 1-1000 Daya Terima dBm Noise Floor dBm 95 [7] ∑ I dBm Gain Antena Transmit dBi 10 [6] Gain natena Receive dBi 10 [6]

3.2 Penentuan Parameter pada Simulator NS2 Tabel-4. WAVE rate parameter [1] Data Rate (Mbps) 802.11 Data rate (Mbps) WAVE Modulation Coding rate 24 12 16-QAM ½ 36 18 16-QAM ¾ 48 24 64-QAM 2/3 54 27 64-QAM ¾

Tabel-5. Parameter Simulasi [1] Parameter Value Speed [km/h] 40, 70, 100 Transmission Power

[dBm]

20 - 33

Rx threshold (dBm) Berdasarkan jarak diperoleh dari perhitungan Matlab Inter-Vehicle Spacing (IVS) [m] 1000, 700, 500, 300 100 Packet Size [bytes] 39 , 275. 2304 Path-loss Exponent 2.7

Floor Noise [dBm] -95

4. Hasil dan Analisa

Pembahasan paper ini dititik beratkan pada perancangan WAVE vehicle to vehicle dan perancangan simulasi menggunakan software NS2 dengan memformulasikan parameter-parameter WAVE pada NS2.

Pada bagian ini akan dibahas tentang pengaruh perubahan jarak terhadap level daya terima (power receive). Berikut gambar grafik yang menunjukkan perbandingan jarak terhadap daya terima pada kondisi LOS

Gambar 2 Grafik Jarak terhadap Daya Terima Kondisi LOS Pt= 20 dBm 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 Jarak (m) D a y a Y a n g D it e ri m a ( d B m )

Grafik Power Receiver terhadap Jarak Pada Kondisi Los Pt= 20 dBm Daya Terima Rentang Dinamis

(4)

Gambar 3 Grafik Jarak terhadap Daya Terima Kondisi LOS Pt= 33 dBm

Dari grafik diperoleh nilai dari daya terima terendah terletak pada daya pancar 20 dBm pada jarak 1000 m yaitu yang bernilai -87.17 dBm, sedangkan untuk daya pancar terbesar yaitu 33 dBm daya terima terkecil pada jarak 1000m bernilai -74.17 dBm. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika daya pancar semakin kecil maka daya terima di sisi Rx akan semakin rendah, Daya terima pada daya terendah maupun teringgi merupakan daya yang mampu diterima, karena range dari daya terima tersebut masih berada pada range dari daya rentang dinamis kondisi LOS untul masing-masing daya pancar yang digunakan. Untuk daya terima pada kondisi jarak 1000m masih berada diatas level noise floor dari system yang bernilai -95 dBm, sehingga daya terendah pada jarak 1000m tidak selevel dengan noise floor.

Gambar 4. Grafik Jarak terhadap Daya Terima Kondisi Non LOS Pt= 33 dBm dengan

Pathloss Eksponent 2.7

Pada simulasi dilakukan perubahan terhadap daya pancar yaitu 20 dBm, 23 dBm, 26 dBm, 28.8 dBm, 30 dBm, dan 33 dBm. Perubahan dari daya pancar berpengaruh terhadap level daya terima pada sisi Rx. Untuk daya pancar terendah yautu 20 dBm diketahui bahwa daya terima terendah terletak pada jarak 1000m yang bernilai -88.86 dBm dan untuk daya pancar sebesar 33 dBm daya terima untuk jarak 1000m daya terimanya bernilai -75.86 dBm. Daya terima untuk jarak 1000m pada masing-masing penggunaan daya pancar merupakan daya

Gambar 5.Grafik target BER 10-6 untuk Pt= 20 dBm kondisi LOS

Untuk daya pancar 20 dBm, maka modulasi 16 QAM memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 5.4 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 4.3% terhadap level daya terima.

Gambar 6.Grafik target BER 10-6 untuk Pt= 20 dBm Non LOS pathloss eksponent 2.7

Untuk daya pancar 20 dBm, maka modulasi 16 QAM memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 6.1 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 4.9% terhadap level daya terima.

Gambar 7.Grafik Nilap BER saat kondisi target PER 10-5 untuk Pt= 20 dBm LOS pathloss

eksponent 2 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 Jarak (m) D a y a Y a n g D it e ri m a ( d B m )

Grafik Power Receiver terhadap Jarak Pada Kondisi Los Pt= 33 dBm Daya Terima Rentang Dinamis 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 Jarak (m) D a y a Y a n g D it e ri m a ( d B m )

Grafik Power Receiver terhadap Jarak Pada Kondisi NLos Pt= 33 dBm Daya Terima Rentang Dinamis 0 5 10 15 20 25 30 10-7 10-6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100 Eav/N0[dB] B E R

Kurva BER Pada Kondisi LOS Pt= 20 dBm 4-QAM 16-QAM 64-QAM 0 5 10 15 20 25 30 10-7 10-6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100 Eav/N0[dBm] B E R

Kurva BER Pada Kondisi NLos Pt= 20 dBm 4-QAM 16-QAM 64-QAM 5 10 15 20 25 30 10-12 10-10 10-8 10-6 10-4 10-2 100 Eav/N0[dB] B E R

Kurva BER Pada Kondisi LOS Pt= 20 dBm 4-QAM 16-QAM 64-QAM

(5)

Gambar 8.Grafik target PER 10-5 untuk Pt= 20 dBm LOS pathloss eksponent 2

Untuk daya pancar 20 dBm LOS, maka modulasi 16 QAM memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 4.9 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 3.9% terhadap level daya terima. Mak target PER untuk masing-masing packet size 39 bytes, 275 bytes, dan 2304 bytes akan mencapai target PER 10-5, sedangakan target BER memnuhi 10-10.

Gambar 9.Grafik Perbandingan PDF kondisi Packet size 275 bytes kecepatan 40 km/h pada jarak

100m

Nilai PDF untuk perubahan paket size 275 bytes tidak memilki perbedaan yang terlalu besar, yang berbeda adalah banyak paket yang dikirim. Pada packet size 275 bytes jumlah paket yang dikirim ebih sedikit daripada pada pengiriman dengan packet size 39 bytes. Nilai PDF optimum saat jarak kurang dari sama denagn 500 m karena PDF bernilai hampir 100%.

Gambar 10.Grafik Perbandingan PDF kondisi Packet size 2304 bytes kecepatan 40 km/h pada

jarak 100m

Nilai PDF untuk perubahan paket size 2304 bytes tidak memilki perbedaan yang terlalu besar, yang berbeda adalah banyak paket yang

dikirim. Pada packet size 2304 bytes jumlah paket yang dikirim ebih sedikit daripada pada pengiriman dengan packet size 39 dan 275 bytes. Nilai PDF optimum saat jarak kurang dari sama denagn 500 m karena PDF bernilai hamper 99.29% namun lebih rendah dari PDF data packet size 275 yaitu 99.6%.

Gambar 11.Grafik Perbandingan Throughput kondisi Packet size 275 bytes kecepatan 40 km/h

pada jarak 100m

Nilai throughput pada jarak maksimal terjadinya komunikasi yaitu dibawah 500m, nilai throughput akan semakin besar apabila orde modulasi ditingkatkan yaitu bertambahnya nilai data rate. Penambahan nilai dari daya pancar juga akan meningkatkan throughput. NIlai throughput terbesar terjadi saat jarak 100 m pada data rate 12 Mbps sebesar 124 paket/s, 18 Mbps sebesar 163 paket/s. pada 24 Mbps sebesar 188 paket/s dan 27 Mbps sebesar 206 paket/s. Nilai throughput pada kecepatan dan daya pancar yang sama namun pada packet size 275 bytes nilainya akan lebih rendah daripada pada packet size 39 bytes, hal ini disebabkan pada pengiriman packet size 275, jumlah paket yang dikirim lebih sedikit daripada saat mengirim packet size 39 bytes.

Gambar 12.Grafik Perbandingan Delay kondisi Packet size 275 bytes kecepatan 70 km/h pada jarak

100m

Delay akan bernilai semakin rendah apabila data rate bertambah dan jarak komunikasi diperpendek. Saat kecepatan 70 km/h dan range transmite 100 m memiliki delay yaitu untuk 12 Mbps sebesar 0.44 ms, 18 Mbps sebesar 0.37ms, 24 Mbps 0.34 ms, dan 27 Mbps sebesar 0.33 ms. Sedangkan pada kecepatan 40 km/h yaitu12 Mbps sebesar 8.06 ms, 18 Mbps sebesar 6.12 ms, 24 Mbps 5.3 ms, dan 27 Mbps sebesar 4.85. hal ini

5 10 15 20 25 30 10-8 10-7 10-6 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100 Eav/N0[dB] P E R

Grafik Eav/N0 vs PER untuk packet size 39,275,2304 (byte) Kondisi LOS Pt= 20 dBm

4-QAM 16-QAM 64-QAM 97.7 97.8 97.9 98 0 20 40 % Daya Pancar (dBm) Perbandingan PDF 16 QAM 1/2 16 QAM 3/4 64 QAM 2/3 0 100 200 0 20 40 % Daya Pancar (dBm) Perbandingan PDF 16 QAM 1/2 16 QAM 3/4 0 100 200 300 0 20 40 Th ro u gh p u t (P a ke t/ s) Daya Pancar (dBm) Perbandingan Throughput 16 QAM 1/2 16 QAM 3/4 64 QAM 2/3 0 0.2 0.4 0.6 0 20 40 m se c Daya Pancar (dBm) Perbandingan Delay 16 QAM 1/2 16 QAM 3/4 64 QAM 2/3

(6)

menunjukkan bahwa jika kecepatan node diubah menjadi 70 km/h maka delay akan relative lebih kecil.

5. Kesimpulan :

1. Pada kondisi LOS diperoleh nilai dari daya terima terendah terletak pada daya pancar 20 dBm pada jarak 1000 m yaitu yang bernilai -87.17 dBm, sedangkan untuk daya pancar terbesar yaitu 33 dBm daya terima terkecil pada jarak 1000m bernilai -74.17 dBm. 2. Jika daya pancar semakin kecil maka daya

terima di sisi Rx akan semakin rendah, 3. Untuk daya terima pada kondisi jarak

1000m masih berada diatas level noise floor dari system yang bernilai -95 dBm, sehingga daya terendah pada jarak 1000m tidak selevel dengan noise floor.

4. Untuk NLOS Untuk daya pancar terendah yautu 20 dBm diketahui bahwa daya terima terendah terletak pada jarak 1000m yang bernilai -88.86 dBm dan untuk daya pancar sebesar 33 dBm daya terima untuk jarak 1000m daya terimanya bernilai -75.86 dBm 5. Untuk daya pancar kondisi Non LOS 33

dBm, maka modulasi 16 QAM memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 6.6 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 5.4% terhadap level daya terima.

6. Pada kondisi LOS untuk daya pancar 33 dBm, maka modulasi 16 QAM memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 5.7 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 4.69% terhadap level daya terima.

7. Daya pancar 33 dbm memiliki range jangkau yang lebih besar daripada daya yang lebih rendah Semakin besar nilai daya transmit yang digunakan maka nilai PDF akan semakin optimal atau semakin besar dan akan konstan pada daya transmit tertentu.

8. Nilai throughput akan semakin besar apabila orde modulasi ditingkatkan yaitu bertambahnya nilai data rate. Penambahan nilai dari daya pancar juga akan meningkatkan throughput. NIlai throughput terbesar terjadi saat jarak 300 m pada kec 100 km/h dan packet size 39 bytes,data rate 12 Mbps sebesar 116 paket/s, 18 Mbps sebesar 123 paket/s. pada 24 Mbps sebesar 130 paket/s dan 27 Mbps sebesar 132 paket/s.

Daftar Pustaka :

[1]. Sepulcre, Miguel, “Dimensioning Wave Based Inter Vehicle Communication Systems for Vehicular Safety Applications”, Elche Spain, 2006.

[2]. ASTM,“Standard Specification for Telecommunications and Information Exchange Betwen Roadside and Vehicle system 5 GHz Band DSRC Mediumaccrss Control (MAC) and physical layer Specifications”, 2002

[3]. IEEE P802.11p/D0.21, “Draft Part 11 : WLAN MAC and PHY Specifivations Wireless Access in Vehicular Environment (WAVE)”, IEEE Standards Association, June 2005

[4]. M. Torrent-Moreno, M. Killat and H. Hartenstein,”The challenges of robust inter vehicle communication”, Procedings of the IEEE Vehicular Technology Conference, pp. 319-323, September 2005

[5]. Rohde&schwarz, “WLAN 802.11p Measurements for Vehicle to Vehicle DSRC”,

[6]. T. M. Kurihara,”Dedicataed Short Range Communication (DSRC) Standards- IEEE 1609 Wireless Access in Vehicular Environment (WAVE) Standard- IEEE 802.11p”, September 30, 2007

[7]. Mangold, Stefan,”An Error for Radio Transmissions of Wireless Lan at 5 GHz” [8]. Belanovic, Pavle, “On Wireless Links for

Gambar

Gambar 1. Flowchart Perancangan  system
Grafik Power Receiver terhadap Jarak Pada Kondisi Los Pt= 20 dBm Daya Terima Rentang Dinamis
Gambar 8.Grafik target PER 10 -5  untuk Pt= 20  dBm LOS pathloss eksponent 2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Dengan nilai R² sebesar 0.193134 yang berarti variasi dari model terikat pada model – kinerja perusahaan dan imbal hasil saham – cukup dapat dijelaskan oleh

Disamping itu, digunakan untuk menguraikan akuntansi pertanggungjawaban ditinjau dari at tijarah tafsir Al Mishbah yang mencakup material, sosial, dan spiritual agar sesuai dengan

Hal ini kemudian membentuk pola ketergantungan Negara Indonesia terhadap arus distribusi capital Negara maju yang kemudian berimplikasi pada pengendalian sisitem ekonomi politik,

Tujuan dari pembuatan website ini menghasilkan penjualan yang mampu memperkenalkan dan memasarkan produk secara online yang dapat masuk ke pasar Internasional,

fraksi-fraksi di DPRD tentang peningkatan mutu lembaga pendidikan swasta di lingkungan NU. Taufiq Djalil LP

a) Untuk mendapatkan Sertifikat CKIB, pemilik UUPI mengajukan permohonan penilaian kepada Kepala UPT KIPM setempat dengan melampirkan Dokumen Mutu CKIB. b) Kepala

Puji syukur penulis utarakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena bimbingannya penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Bingkai Pemberitaan Tentang