• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN WONOGIRI

NOMOR : 14 TAHUN 2008

SERI : B NOMOR : 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

NOMOR 13 TAHUN 2008

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN WONOGIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI,

Menimbang :

a.

bahwa dengan bertambahnya fasilitas dan sarana pada Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Wonogiri, maka dipandang perlu ditunjang

dengan sistim pembiayaan guna pemeliharaan yang memadai dengan

tidak meninggalkan fungsi-fungsi sosial sebagai Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Wonogiri;

b.

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 2 Tahun 2002

tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Wonogiri dipandang sudah tidak sesuai dengan perkembangan

pelayanan kesehatan dewasa ini;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan

huruf b, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi

Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Wonogiri.

Mengingat :

1.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

2.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3490 );

4.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3679) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34

(2)

Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia nomor 4048);

5.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355 );

7.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389 );

8.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggungjawab Keuangan Negara ( Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4400);

9.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4844);

10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun Nomor 4438);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 );

12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 119,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 ) ;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578 ) ;

14. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri Nomor 3 Tahun

1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah

Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri ( Lembaran Daerah Kabupaten

Daerah Tingkat II Wonogiri Tahun 1988 Nomor 7).

(3)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN WONOGIRI

dan

BUPATI WONOGIRI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

KESEHATAN

PADA

RUMAH

SAKIT

UMUM

DAERAH

KABUPATEN WONOGIRI .

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1.

Daerah adalah Kabupaten Wonogiri.

2.

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

3.

Bupati adalah Bupati Wonogiri.

4.

Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD atau sebutan lainnya,

adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata

dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk

pendidikan tenaga dan penelitian.

5.

Kepala Rumah Sakit adalah Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Wonogiri.

6.

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana

pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,

atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

7.

Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan atau pelayanan kesehatan

lainnya.

8.

Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis,

pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di rawat

inap.

9.

Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya

untuk mencegah/ menanggulangi resiko kematian atau cacat.

10. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan,

diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan

menempati tempat tidur.

(4)

11. Pelayanan Rawat Inap Sehari adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,

perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lain

dan menempati tempat tidur kurang dari 1 (satu) hari.

12. Pelayanan Rawat Inap Intensif adalah pelayanan tingkat lanjut kepada pasien, dimana

situasi dan keadan penyakitnya harus ditangani secara tepat dengan pengawasan ketat

yang memerlukan ruang perawatan khusus, agar pasien tidak bertambah buruk/ jelek/

parah.

13. Pelayanan Medik adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh tenaga

medik.

14. Tindakan Kedaruratan Medik adalah tindakan yang dilakukan dalam upaya memberikan

pertolongan kepada pasien yang mengalami kedaruratan medik.

15. Tindakan Keperawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan.

16. Tindakan Rawat Jalan adalah tindakan medik yang dilakukan bagi pasien yang menjalani

perawatan rawat jalan

17. Tindakan Medik Operatip adalah tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan

umum, pembiusan lokal atau tanpa pembiusan.

18. Tindakan Medik Non Operatip adalah tindakan tanpa pembedahan.

19. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan untuk menunjang penegakan diagnosis

dan terapi.

20. Pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan yang diberikan oleh Unit Rehabilitasi

Medik dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara

ortotik/prostetik, bimbingan sosial Medik dan psikologis serta rehabilitasi lainnya.

21. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut adalah pelayanan paripurna meliputi upaya

penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan

mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di rumah sakit.

22. Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang mencakup pengkajian,

diagnosis keperawatan, identifikasi tujuan, perencanaan, implementasi dan evaluasi

pelayanan perawatan bagi setiap pasien.

23. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan di rumah sakit secara

tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik.

24. Pelayanan Konsultasi Khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi

psikologi, gizi dan kosultasi lainnya

25. Pelayanan Mediko Legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan

hukum.

26. Pemulasaran/Perawatan Jenasah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenasah,

konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk kepentingan pelayanan

kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses peradilan.

27. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan langsung

maupun tidak langsung atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi,

diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau pelayanan lainnya.

28. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima rumah sakit atas pemakaian sarana dan

fasilitas rumah sakit, bahan, obat-obatan, bahan kimia dan alat kesehatan habis pakai

yang digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan

rehabilitasi.

29. Tempat Tidur di Rumah Sakit adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang

Rawat Inap.

30. Penerimaan Fungsional Rumah Sakit adalah penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan

atas pelayanan baik berupa barang dan atau jasa yang diberikan oleh Rumah Sakit dalam

menjalankan fungsinya melayani kepentingan masyarakat.

(5)

31. Unit Cost adalah hasil perhitungan total biaya operasional pelayanan yang diberikan

Rumah Sakit.

32. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

orang/pribadi atau Badan.

33. Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah retribusi atas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

Umum Daerah sebagai imbalan dari jasa pelayanan yang diterima oleh wajib retribusi.

34. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut Peraturan

Perundang-undangan Retribusi Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi.

35. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk

melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda.

36. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat

ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

37. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Wonogiri.

38. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah Pejabat

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang dan kewajiban untuk

melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri

yang memuat ketentuan pidana.

39. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah

data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan

kewajiban retribusi berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan Retribusi

Daerah.

40. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang

dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik untuk

mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana

di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut biaya yang selanjutnya disebut tarip

sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan pada RSUD.

Pasal 3

(1)

Obyek Retribusi adalah Jasa Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh RSUD.

(2)

Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a.

rawat jalan poliklinik umum;

b.

rawat jalan poliklinik khusus;

c.

gawat darurat;

d.

rawat inap;

e.

pelayanan medik;

f.

persalinan;

g.

pemeriksaan laboratorium klinik;

h.

pemeriksaan radiologi;

i.

pemeriksaan diagnostik elektromedik;

j.

farmasi;

(6)

k.

rehabilitasi medik;

l.

kesehatan gigi dan mulut;

m.

rekam medik;

n.

konsultasi khusus dan mediko legal;

o.

pemulasaran/perawatan jenazah;

p.

ambulans;

q.

pengelolaan limbah;

r.

bimbingan kerja praktek/bimbingan/penelitian.

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan

dari RSUD.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD digolongan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekwensi dan jenis pelayanan jasa.

BAB V

KEBIJAKSANAAN TARIP

Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah dan Masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

(2) Biaya Penyelenggaraan RSUD ditanggung bersama oleh Pemerintah Daerah dan

Masyarakat dengan memperhatikan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah dan

keadaan sosial ekonomi masyarakat.

(3) Tarip RSUD tidak dimaksudkan untuk mencari laba dan ditetapkan berdasarkan azas

gotong royong, adil dan mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah.

(7)

Pasal 8

(1) Tarip RSUD untuk golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak

penjamin ditetapkan melalui ikatan perjanjian antara Kepala RSUD dengan Penjamin.

(2) Penderita peserta PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero) dan anggota keluarga yang

tertanggung diberlakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan dapat dikenakan iur biaya (Cost Sharing).

(3) Penderita Tahanan dirawat di kelas sesuai dengan permintaan penderita/ penanggung

dengan tarip sesuai kelas perawatan yang ditempatinya.

(4) Penderita tidak dikenal dirawat di Kelas III atas tanggungan RSUD sepanjang belum ada

penanggung jawab penderita.

(5) Penderita tidak mampu dirawat di ruang perawatan Kelas III.

BAB VI

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIP

Pasal 9

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi pelayanan

kesehatan pada RSUD dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan

kesehatan

yang

besarnya

diperhitungkan

atas

dasar

Unit

Cost

dengan

mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit setempat

lainnya, kebijaksanaan subsidi silang dan aspek keadilan yang dijabarkan dalam

komponen retribusi.

(2) Besarnya Unit Cost sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar penerapan

tarip retribusi pelayanan kesehatan pada RSUD.

(3) Komponen retribusi terdiri dari:

a.

jasa sarana;

b.

jasa pelayanan.

BAB VII

KELAS PERAWATAN

Pasal 10

(1) Kelas perawatan pada RSUD ditetapkan sebagai berikut :

a.

Kelas III;

b.

Kelas II;

c.

Kelas I;

d.

Kelas Utama;

e.

Paviliun.

(8)

(2) Standar fasilitas masing-masing kelas perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB VIII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIP

Bagian Pertama

Umum

Pasal 11

(1) Struktur dan Besarnya Tarip digolongkan berdasarkan Jenis, Klasifikasi Pelayanan

Kesehatan dan Kelas Perawatan.

(2) Tarip Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan.

(3) Struktur tarip retribusi ditetapkan untuk setiap jenis pelayanan sebagai berikut:

a.

rawat jalan poliklinik umum;

b.

rawat jalan poliklinik khusus;

c.

gawat darurat;

d.

rawat inap;

e.

pelayanan medik;

f.

persalinan;

g.

pemeriksaan laboratorium klinik;

h.

pemeriksaan radiologi;

i.

pemeriksaan diagnostik elektromedik;

j.

farmasi;

k.

rehabilitasi Medik;

l.

kesehatan gigi dan mulut;

m.

rekam Medik;

n.

konsultasi khusus dan mediko legal;

o.

pemulasaran/perawatan jenasah;

p.

ambulans;

q.

pengelolaan limbah;

r.

bimbingan kerja praktek/bimbingan/penelitian.

(4) Besarnya Pelayanan Kesehatan Cito ditetapkan sebesar 1,25 X ( satu koma dua puluh

lima dikalikan ) tarip jenis pelayanan yang dikerjakan.

(5) Besarnya Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh dokter spesialis/ subspesialis dari

rumah sakit setingkat RSUD atau lebih tinggi, ditetapkan sebesar 1,50 ( satu koma dua

puluh lima ) X tarip jenis pelayanan yang dikerjakan.

(9)

Bagian Kedua

Khusus

Tarip Poliklinik Umum

Pasal 12

(1) Besarnya Tarip Rawat Jalan poliklinik Umum ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit

Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit

setempat lainnya serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Besarnya Tarip Rawat Jalan poliklinik Umum sebagaimana tersebut pada lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga

Tarip Pelayanan Rawat Jalan Poliklinik Khusus

Pasal 13

(1) Besarnya Tarip Rawat Jalan Poliklinik Khusus ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit

Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit

setempat lainnya serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Besarnya Tarip Rawat Jalan Poliklinik Khusus sebagaimana tersebut pada lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat

Tarip Pelayanan Gawat Darurat

Pasal 14

(1) Besarnya Tarip Gawat darurat diterbitkan berdasarkan perhitungan Unit Cost dengan

memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit setempat lainnya

serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Besarnya Tarip gawat darurat sebagaimana tersebut pada Lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Tarip Pelayanan Rawat Inap

Pasal 15

(1) Besarnya Tarip perawatan didasarkan atas perhitungan Unit Cost rata-rata Rawat Inap,

serta memperhatikan kemampuan dan keadilan sosial ekonomi masyarakat, tarip rumah

sakit setempat lainnya dan kebijaksanaan subsidi silang.

(10)

(2) Tarip Rawat Inap Kelas II dijadikan dasar perhitungan untuk penetapan tarip kelas

perawatan lainnya dengan pengaturan sebagai berikut :

a.

Kelas III

= 0,5 X ( nol koma lima dikalikan ) Unit Cost Kelas II;

b.

Kelas II

= 1 X ( satu dikalikan ) Unit Cost kelas II;

c.

Kelas I

= 1,5 X ( satu koma lima dikalikan ) Unit Cost Kelas II;

d.

Kelas Utama = 2 X ( dua dikalikan ) Unit Cost kelas II;

e.

Paviliun

= 2,5 X ( dua koma lima dikalikan ) Unit Cost Kelas II.

(3) Tarip Rawat Inap di Ruang Perawatan Khusus ditetapkan atas dasar perhitungan Unit

Cost rata-rata Rawat Inap dengan memperhatikan kemampuan dan keadilan sosial

ekonomi masyarakat, rumah sakit setempat lainnya, dan kebijaksanaan subsidi silang.

(4) Tarip Visite, Konsul, Tindakan Keperawatan, Pelayanan Gizi dan Linen pada Ruang

Perawatan Khusus ditetapkan sesuai dengan tarip Kelas I.

(5) Tarip Visite Rawat Bersama ditetapkan sebagai berikut :

a.

Dokter I : 80% ( delapan puluh per seratus ) dari besaran tarip pada kelas perawatan

yang ditempati;

b.

Dokter II : 70% ( tujuh puluh per seratus ) dari besaran tarip kelas perawatan yang

ditempati;

c.

Dokter III dan seterusnya masing-masing 50% ( lima puluh per seratus ) dari besaran

tarip pada kelas perawatan yang ditempati.

(6) Besarnya tarip Rawat Inap sebagaimana tersebut dalam lampiran yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam

Tarip Pelayanan Medik

Pasal 16

(1) Besarnya tarip Pelayanan Medik didasarkan atas perhitungan Unit Cost serta

memperhatikan kemampuan dan keadilan sosial ekonomi masyarakat dan rumah sakit

setempat lainnya.

(2) Tarip Tindakan Medik Operatip dan Non Operatip pasien Rawat Jalan ditetapkan sama

dengan tarip sejenis tindakan pasien rawat inap Kelas II.

(3) Tarip tindakan Medik Operatip dan Non Operatip pasien gawat darurat ditetapkan sama

dengan tarip Kelas I.

(4) Tarip tindakan Medik Operatip dan Non Operatip pasien yang dirawat di ruang

perawatan khusus ditetapkan sama dengan tarip Kelas I.

(5) Jasa Pelayanan Tindakan Medik Operatip terdiri dari Jasa Medik Operatip, Jasa Medik

Anesthesi dan Jasa Asisten Operator dan Anesthesi.

(11)

a. Anasthesi Resiko rendah ditetapkan sebesar 1/3 ( satu per tiga ) dari Jasa Tindakan

Medik Operatip sesuai dengan kelas perawatan dan jenis tindakan Medik operatip;

b.

Anasthesi Resiko Tinggi sebesar 2/5 ( dua per lima ) dari Jasa Tindakan Medik

Operatip sesuai dengan kelas perawatan dan jenis tindakan Medik operatip.

c. Anasthesi Resiko Sangat Tinggi ditetapkan sebesar ½ ( satu per dua ) dari Jasa

Tindakan Medik Operatip sesuai dengan kelas perawatan dan jenis tindakan Medik

operatip.

(7) Besarnya tarip Pelayanan Medik sebagaimana tersebut dalam lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketujuh

Tarip Persalinan

Pasal 17

(1) Besarnya jasa sarana dan jasa pelayanan ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit Cost

dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit setempat

lainnya serta kebijaksanaan subsidi silang.

.

(2) Bayi yang dilahirkan dari persalinan normal ditempatkan seruang dengan ibunya, yang

selanjutnya disebut sebagai rawat inap gabung. Sedangkan bayi yang dilahirkan dari

persalinan dengan penyulit dirawat pada ruang perawatan intensif untuk bayi baru lahir.

(3) Tarip Rawat Inap Gabung bayi baru lahir normal ditetapkan sebesar 50 % ( lima puluh

per seratus ) tarip Pelayanan Rawat Inap Ibu sedangkan tarip rawat inap untuk bayi baru

lahir dari persalinan dengan penyulit sebesar yang dirawat diruang perawatan intensif.

(4) Besarnya tarip Pelayanan Persalinan sebagaimana tersebut dalam lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedelapan

Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium Klinik

Pasal 18

(1) Besarnya jasa sarana dan jasa pelayanan ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit Cost

dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit setempat

lainnya serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Tarip Pelayanan Laboratorium klinik pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarip

pemeriksaan sejenis Kelas II.

(3) Tarip Pelayanan Laboratorium klinik pasien rawat inap yang dirawat pada ruang

perawatan khusus ditetapkan sama dengan tarip pemeriksaan sejenis Kelas I.

(4) Besarnya tarip Pelayanan Laboratorium klinik sebagaimana tersebut dalam lampiran

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(12)

Bagian Kesembilan

Tarip Pemeriksaan Radiodiagnostik

Pasal 19

(1) Besarnya Tarip Pemeriksaan Radiodiagnostik ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit

Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit sekitar

serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Tarip Pemeriksaan Radiodiagnostik pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarip

pemeriksaan sejenis Kelas II.

(3) Tarip Pemeriksaan Radiodiagnostik pasien rawat inap yang dirawat pada ruang

perawatan khusus ditetapkan sama dengan tarip pemeriksaan sejenis Kelas I.

(4) Besarnya tarip Pemeriksaan Radiodiagnostik sebagaimana tersebut dalam lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Bagian Kesepuluh

Tarip Pemeriksaan Diagnostik Elektromedik

Pasal 20

(1) Besarnya Tarip Pemeriksaan Diagnostik Elektromedik ditetapkan berdasarkan

perhitungan Unit Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip

rumah sakit sekitar serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Tarip Pemeriksaan Radiodiagnostik pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarip

pemeriksaan sejenis Kelas II.

(3) Tarip Pemeriksaan Radiodiagnostik pasien rawat inap yang dirawat pada ruang

perawatan khusus ditetapkan sama dengan tarip pemeriksaan sejenis Kelas I.

(4) Besarnya tarip Pemeriksaan Pemeriksaan Diagnostik Elektromedik sebagaimana tersebut

dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kesebelas

Tarip Pelayanan Farmasi

Pasal 21

(1) Besarnya tarip obat dan alat kesehatan ditetapkan sebesar 120% (seratus dua puluh per

seratus) dari harga beli obat.

(13)

(2) Besarnya tarip gas medik ditetapkan sebesar 150% ( seratus lima puluh per seratus ) dari

harga beli.

(3) Besarnya tarip pelayanan Unit Dose Dispensing ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit

Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit sekitar

serta kebijaksanaan subsidi silang.

(4) Besarnya tarip pemeriksaan pelayanan Unit Dose Dispensing sebagaimana tersebut

dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keduabelas

Tarip Pelayanan Rehabilitasi Medik

Pasal 22

(1) Besarnya Tarip Pelayanan Rehabilitasi Medik ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit

Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit sekitar

serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Tarip Pelayanan Rehabilitasi Medik pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarip

Kelas II.

(3) Tarip Pelayanan Rehabilitasi Medik pasien rawat inap di ruang perawatan khusus

ditetapkan sama dengan tarip Kelas I.

(4) Besarnya Tarip Pemeriksaan Pelayanan Rehabilitasi Medik sebagaimana tersebut dalam

lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketigabelas

Tarip Pelayanan Medik Gigi Dan Mulut

Pasal 23

(1) Besarnya Tarip Pelayanan Medik Gigi dan Mulut ditetapkan berdasarkan Unit Cost

dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit sekitar serta

kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Tarip Pelayanan Medik Gigi dan Mulut pasien rawat inap yang dirawat di ruang

perawatan khusus ditetapkan sebesar tarip Kelas I.

(3) Besarnya Tarip Pelayanan Medik Gigi dan Mulut sebagaimana tersebut dalam lampiran

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(14)

Bagian Keempatbelas

Tarip Pelayanan Rekam Medik

Pasal 24

(1) Besarnya Tarip Pelayanan Pelayanan Rekam Medik ditetapkan berdasarkan perhitungan

Unit Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit

sekitar serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Tarip Pelayanan Rekam Medik pasien rawat inap diruang perawatan khusus ditetapkan

sama dengan tarip Kelas I.

(3) Besarnya tarip Pemeriksaan Pelayanan Rekam Medik sebagaimana tersebut dalam

lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelimabelas

Tarip Konsultasi Khusus Dan Mediko Legal

Pasal 25

(1) Besarnya Tarip Pelayanan Konsultasi Khusus dan Mediko Legal ditetapkan berdasarkan

perhitungan Unit Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip

rumah sakit sekitar serta kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Tarip Konsultasi Khusus dan Mediko Legal pasien rawat inap yang dirawat diruang

perawatan khusus ditetapkan sama dengan tarip Kelas I.

(3) Besarnya tarip Pemeriksaan Pelayanan Konsultasi Khusus dan Mediko Legal

sebagaimana tersebut dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenambelas

Tarip Perawatan Jenazah

Pasal 26

(1) Besarnya Tarip Pemulasaran/ Perawatan Jenazah ditetapkan berdasarkan perhitungan

Unit Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit

sekitar serta kebijaksaan subsidi silang.

(2) Besarnya tarip Pemulasaran/ Perawatan Jenazah sebagaimana tersebut dalam lampiran

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketujuhbelas

Tarip Ambulance

Pasal 27

Besarnya Tarip Pelayanan Ambulance ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit Cost dengan

memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit sekitar serta

kebijaksanaan subsidi silang.

(15)

Besarnya tarip Pemeriksaan Pelayanan Ambulance sebagaimana tersebut dalam lampiran

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedelapanbelas

Tarip Pengolahan Limbah

Pasal 28

(1) Besarnya Tarip Pengolahan Limbah ditetapkan berdasarkan perhitungan Unit Cost

dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat tarip rumah sakit sekitar serta

kebijaksanaan subsidi silang.

(2) Besarnya Pengolahan Limbah sebagaimana tersebut dalam lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.

Bagian Kesembilanbelas

Tarip Kerja Praktek/ Bimbingan/ Penelitian

Pasal 29

(1) Besarnya Tarip Kerja Praktek/ Bimbingan/ Penelitian ditetapkan berdasarkan

perhitungan Unit Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip

rumah sakit sekitar serta kebijaksaan subsidi silang.

(2) Besarnya Tarip Kerja Praktik/ Bimbingan/ Penelitian sebagaimana tersebut dalam

lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.

BAB IX

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 30

Retribusi terutang dipungut ditempat pelayanan kesehatan.

BAB X

SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 31

Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau

dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XI

TATA CARA PEMUNGUTAN DAN

PENGELOLAAN HASIL RETRIBUSI

Pasal 32

(1) Penerimaan Fungsional RSUD terdiri Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan.

(2) Penerimaan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluruhnya disetor ke Kas

Daerah dalam waktu 1 (satu) hari kerja.

(16)

(3) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan seluruhnya ke RSUD

untuk pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, tempat Pembayaran

Retribusi diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB XII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN

PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 33

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diberikan kepada penderita kurang mampu, dengan memperhatikan

kemampuan wajib retribusi antara lain dengan mengurangi sebagian dari jumlah retribusi

yang harus dibayar atau membebaskannya.

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada

masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan serta penderita tidak mampu.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 34

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua per seratus ) setiap bulan dari retribusi

terutang.

BAB XIV

PENYIDIKAN

Pasal 35

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang

khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi

daerah.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a.

Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan

dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan dan laporan tersebut

menjadi lengkap dan jelas;

b.

Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan

tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana

dibidang retribusi daerah;

(17)

c.

Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan

dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

d.

Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan

dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

e.

Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan

dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti

tersebut;

f.

Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana dibidang retribusi daerah;

g.

Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat

pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau

dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf c;

h.

Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

i.

Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

j.

Menghentikan penyidikan;

k.

Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 36

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan

Daerah diancam kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4

(empat) kali jumlah retribusi yang terutang.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37

(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten

Wonogiri Nomor 2 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Wonogiri ( Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri

Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 19 )

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(2) Apabila ada penambahan jenis pelayanan dan / atau alat kedokteran baru yang belum

diatur dalam Peraturan Daerah ini, besarnya tarip ditentukan berdasarkan pada tarip

tertinggi

jenis pelayanan dan / atau alat kedokteran pada Instalasi yang bersangkutan

sambil menunggu ditetapkannya dalam Peraturan Daerah.

(18)

(3) Kerja sama RSUD dengan Institusi Pendidikan/ Rumah Sakit setingkat atau lebih tinggi

yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama

yang ditandatangani oleh Kepala RSUD dengan Pihak ketiga.

Pasal 38

Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Bupati

sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya.

Pasal 39

Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatnnya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri.

Ditetapkan di Wonogiri

pada tanggal 16 September 2008

BUPATI WONOGIRI

Cap ttd.

BEGUG POERNOMOSIDI

Diundangkan di Wonogiri

pada tanggal 4 Desember 2008

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Cap ttd.

(19)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2008

NOMOR 14.

(20)

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

NOMOR 13 TAHUN 2008

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

I.

UMUM

Banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh Rumah Sakit dalam

perjalanannya guna memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada

masyarakat. Tantangan tersebut antara lain dengan hadirnya rumah sakit-rumah sakit

swasta di Kabupaten Wonogiri yang menjadi pendorong bagi RSUD Kabupaten

Wonogiri untuk berbenah. Permasalahan yang dihadapi antara lain pada

aturan-aturan hukum yang tidak selaras dengan perkembangan ilmu kedokteran dan

perkembangan pelayanan kesehatan dewasa ini. Untuk mengatasi hal tersebut perlu

ditunjang dengan pembiayaan guna pemeliharaan dan operasional yang relatif cukup

tinggi yang diperoleh antara lain dengan merubah tarip yang berlaku selama ini di

RSUD Kabupaten Wonogiri.

Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD

Kabupaten Wonogiri ini tetap mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang - Undang

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Untuk keperluan meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat maka

Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 2 Tahun 2002 perlu dicabut dan

disesuaikan dengan perkembangan perekonomian dan pelayanan kesehatan dewasa

ini.

Pasal 1

Pasal 2

Pasal 3 ayat (1)

Pasal 3 ayat (2)

Huruf a dan

huruf b

:

:

:

:

Cukup jelas.

Cukup jelas.

Cukup jelas.

Yang termasuk dalam Jenis Pelayanan Rawat Jalan

poliklinik umum dan poliklinik khusus adalah sebagai

berikut:

A Pemeriksaan

1 Pemeriksaan Medik Umum 2 Pemeriksaan Medik Spesialis 3 Pemeriksaan Gynecologis 4 Kir Dokter

(21)

5 Pemeriksaan Fisik Guna General Check Up

B Konsul C Tindakan TINDAKAN BEDAH

1 Perawatan Luka Bersih/ Post OP 2 Perawatan Abses/ Luka Kotor 3 Medikasi Combutio (Ringan/

Sedang/ Luas)

4 Hecting Up (>5/5 - 15/ > 15) 5 Debridement

TINDAKAN KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

1 Apusan Cervix/ Pengambilan Secret 2 Medikasi/ Perawatan Luka Post OP 3 Pasang IUD

4 Up IUD Posisi Normal

TINDAKAN THT 1 Indirect Laryngoscope 2 Direct Laryngoscope 3 Endoscopi Nasal 4 Nasofaringoscope 5 Provokasi Test 6 Evakuasi Cerumen Prof 7 Evakuasi Cholesteatome Canal 8 Evakuasi Corpal Hidung 9 Evakuasi Corpal Telinga 10 Evakuasi Corpal Tenggorok 11 Evakuasi Otomikosit 12 Evakuasi Granuloma Canal 13 Irigasi Telinga

14 Irigasi Hidung 15 Coustik Tenggorok 16 Coustik Hidung 17 Aspirasi Othhematoma 18 Aspirasi Discharge telinga 19 Fungsi Sinus Maksilaris 20 Biopsi Nasopharyng 21 Biopsi Tumor Lidah 22 Biopsi Tumor Hidung 23 Incisi Abscess Mastoid 24 Incisi Abscess Septum Nasi 25 Incisi Abscess Peritonsiler 26 Incisi Abscess Leher 27 Tampon Hidung Anterior 28 Tampon Hidung Posterior 29 Tampon Adrenalain Hidung 30 Ambil Tampon Hidung 31 Ambil Tampon Telinga 32 Ambil Jahitan 33 Fess Lokal 34 Lobuloplasti

(22)

Pasal 3 ayat (2)

huruf c

:

35 Tindik

36 Parasentesa Telinga

37 Reposisi Trauma Hidung Sederhana 38 Cryosurgery TINDAKAN MATA 1 Refraksi 2 Tonometri Digit 3 Tonometri Schiotz 4 Campus Visi 5 Funduscopy 6 Slit Lamp 7 Anel Test 8 Test Buta Warna 9 Epilasi

10 Irigasi

11 Medikasi (ganti Balut)

12 Pengeluaran Benda Asing Ekstra Okuler

13 Extirpasi Lithiasis 14 Hecting Off Palpebra 15 Hecting Off Conjunctiva

TINDAKAN KULIT DAN KELAMIN

1 Skin Test/ Prick Test/ Pacth Test 2 Injeksi Intradermal 3 Enucleasi Ringan 4 Enucleasi Berat 5 Chemical peeling 6 Ekstraksi Komedo 7 Kauterisasi Ringan 8 Kauterisasi Berat 9 Kaustik 10 Mikro Dermabrasi

TINDAKAN PENYAKIT DALAM/ ANAK/ SARAF

1 Mantoux Test 2 Injeksi Intra Articulir 3 Aspirasi Sendi

4 Aspirasi Sumsum Tulang 5 Sitologi Aspirasi Jarum 6 Punksi Pleura/Ascites 7 Lumbal Punksi

Yang termasuk jenis pelayanan gawat darurat

adalah sebagai berikut:

A Pemeriksaan Medik B Konsul

C Tindakan Kedaruratan Medik

1 Pemeriksaan ECG 2 Pasang Infus Dewasa 3 Pasang Infus Bayi/Anak 4 Infus umbilicus

5 Pemberian Obat Injeksi/ Kunjungan 6 Menjahit Luka < 5 jahitan 7 Menjahit Luka 5 - 15

(23)

Pasal 3 ayat (2)

huruf d

:

8 Menjahit Luka > 15 Jahitan 9 Pasang Spalk

10 Pasang Ransel Verban 11 Pasang servical colar 12 Blast Punctie 13 Gastric Lavage 14 Hemlich Manuver 15 Pembebasan Jalan Nafas 16 Memasang Oropharyngeal tube 17 Pasang ET/ Intubasi

18 Pasang NGT 19 Pasang Catheter 20 Pemakaian Nebulizer

21 Resusitasi Jantung Paru dewasa 22 Resusitasi Jantung Paru Anak 23 Resusitasi JP Bayi Bayi Baru Lahir 24 Pemakaian Bedsite Monitor 25 Pemakaian Ventilator/ hari 26 Penggunaan DC Shock 27 Monitoring Vital Sign 28 Infus Pump 29 Syringe Pump

30 Resusitasi/ Monitor Cairan 31 Mengukur CVP

32 Vena Sectie

33 Eksplorasi Placenta Manual

D Rawat Inap Sehari

Yang termasuk jenis pelayanan rawat inap adalah

perawatan di ruang perawatan biasa/khusus, visite, konsul,

tindakan keperawatan, laundry dan gizi.

Yang termasuk jenis pelayanan tindakan keperawatan

meliputi:

1 Injeksi IM, IV, SC, IC/ perhari 2 Memasukkan / memberikan obat

kemoterapi 3 Tranfusi

4 Memasang Darm Slang 5 Spooling DC/ Irigasi VU

6 Pemberian nutrisi personde/ perhari 7 Fisioterapi dada aktif

8 Sonde Fooding Bayi/ Anak 9 Gastric suction Bayi/ Anak 10 Perawatan bola mata 11 Perawatan gigi palsu 12 Blader Trainning 13 Kompres hangat/dingin 14 Lavement

15 Perawatan Tali Pusat 16 Perawatan Combustio 17 Perawatan luka bersih

(24)

Pasal 3 ayat (2)

huruf e

:

18 Perawatan luka kotor 19 Perawatan luka decubitus 20 Perawatan luka perineum 21 Perawatan Colostomy 22 Perawatan Post Op BPH 23 Perawatan WSD

24 Breast Care/ Perawatan Payu Dara 25 Melepas Tampon Vagina

26 Memonitor DJJ 27 Vulva Hygiene 28 Irigasi Vagina 29 Personal Hygiene

30 Personal Hygiene Bayi/ Anak 31 Mobilisasi pasien

32 Persiapan Op 33 Perawatan Post OP 34 Fototherapi

35 Perawatan pasien dengan penyakit menular 36 Perawatan jenazah 37 Perawatan Jenazah

Khusus/Menular 38 Perawatan luka decubitus

Yang termasuk dalam pelayanan medik meliputi:

a. Tindakan Medik Operatip adalah:

BEDAH

A.

OPERASI KECIL

1

Naegel ekstraksi

2

Dilatasi Phimosis

3

Incisi superficial

4

Excisi superficial

5

Debridement ringan

6

Vena Sectie

7

Sirkumsisi

8

Pengambilan benda asing superficial

9

Gips sirkuler

10

Pasang Gibs

11

Traksi kulit

12

Traksi skeletal

13

Biopsi (Pengambilan Jaringan)

14

Eksisi Clavus

15

Eksisi Keloid < 5 cm

16

Ekstirpasi Kista Aterome/

Lipoma/Ganglion <2 cm

17

Businasi

(25)

18

Ekstirpasi Kista Aterome/

Lipoma/Ganglion >2 cm

19

Incisi Abses Glute/ Mammae Besar

20

Ekstirpasi Fibroma

21

Enukleasi Kista D 42

22

Amputasi Jari

23

Injeksi Hemorhoid

24

Injeksi Varices

25

Pemasangan WSD

26

Punksi/ Irigasi Pleura

27

Reposisi dengan anasthesi Lokal

28

Vasektomi

C

OPERASI SEDANG

1

Debridement luas

2

Pengambilan benda asing dalam

jaringan

3

Sirkumsisi dengan GA

4

Fistelektomi dengan GA

5

Biopsi Jaringan/ Tumor dengan GA

6

Proof Laparatomy Tumor Abdomen

7

Seksio Alta

8

Hidrokolektomi

9

Varikokelektomi

10

Appendiktomi kronis/ akut tanpa penyulit

11

Kelainan tangan bawaan polidaktili

syndaktili

12

Cabut Implant Nail, plate, multiple screw

13

Osteosynthesa tunggal sederhana pada

fraktur phalax, metacarpal dan maleolus

14

Amputasi transmedullair

15

Disartikulasi

16

Fiksasi Interna komplek

17

Reposisi Fraktur/ Dislokasi dengan Narkose

18

Debridement Luka Bakar

19

Fraktur Rahang Sederhana

20

Kontraktur

21

Operasi mikrotia

22

Repair Luka pada Wajah Komplek

23

Repair Tendon Jari

24

Orchidectomi Subcapsular

25

Spermatocele

26

Open Renal Biopsi

27

Ureterolysis

28

Ureterostomi

29

Drainage Periureter

30

Torsio Testis

31

Koreksi Priapismus

32

Vasografi

33

Panektomi

34

Eksisi Chordae

35

Varicocele

(26)

36

Hernia Tanpa Komplikasi/ Herniotomi

37

Hydrokel

38

Apendektomi Akut

39

Fistulektomi

40

Biopsi dengan GA

41

Fibroadenoma Mammae

42

Angkat Pen/ Screw

43

Debridement Farktur terbuka

44

Ganglion Poplitea

45

Fraktur sederhana os nasal

46

Kelainan Jari/ekstremitas (polidaktili,

sindaktili, construksion Hand) Sederhana

47

Repair luka robek sederhana pada wajah

48

Terapi sklerosing

49

Biopsi Prostat

50

Biopsi Testis

51

Meatotomi

52

Sirkumsisi dengan Phymosis

53

Sitoskopi

54

Sistostomi

D

OPERASI BESAR

1

Hemoroidectomi

2

Kolostomi

3

Fiksasi Ekterna sederhana

4

Fiksasi Interna sederhana

5

Labioplasti Unilateral

6

Repair Fistel urethra pascaurotroplasti

7

Rekonstruksi plastik bibir sumbing

8

Hernia dengan Komplikasi

9

Hypospadia

10

Appedektomi perforata

11

Hernia Incarcerata

12

Mastektomi

13

Labioplasti Bilateral

14

Eksplorasi Kista Tiroid

15

Vesicolithotomi (Seksio Alta)

16

Atresia Ani

17

Eksplorasi Koledokus

18

Kolekistektomi

19

Herniotomi Bilateral

20

Laparatomi Eksplorasi

21

Transeksi Esophagus

22

Amputasi Eksisi Kista Brachiogenik

23

Hemiglosektomi

24

Isthobektomi

25

Mandibulektomi Marginalis

26

Masilektomi Partialis

27

Mastektomi Simplek

28

Pembedahan Kompartmental

29

Eksisi Hemangioma Komplek

30

Fraktur Maxilla/ Zygoma

31

Kontraktur Komplek

32

Ureteroplasti

(27)

33

Hernioraphi/ herniotomi dengan penyulit

34

Laparatomy Eksplorasi

35

Laparatomi pada appendicities dengan

penyulit

36

Laparatomi pada tumor dalam rongga

abdomen

37

Laparatomi pada luka tembus rongga

abdomen

38

Laparatomi pada kolostomi

39

Pengangkatan Tumor Payudara (simple

mastektomi)

40

Eksisi Mammae Aberran

41

Rekonstruksi plastik besar

42

Tindakan terhadap batu ureter, batu uretra,

striktura urethra

43

Rekonstruksi dengan osteotomi, Orthoplasi,

amputasi besar

44

Diverticulektomi

45

Enukleasi Kista Ginjal

46

Fistula Uterovesica

47

Internal Urethomi

48

Litotripsi

49

Nefropexie

50

Nefrostomi Open

51

Operasi Peyronie

52

Orchidectomi Ligasi Tinggi

53

Orchidopexie

54

Psoas Hiscth/ Boari Flap

55

Rekonstruksi Blassemeck

56

Rekonstruksi Vesica

57

Reparasi Fistula Vesiko Vaginal

58

Reseksi Partial Vesika

59

Reseksi Urachus

60

Sitoplasti Reduksi

61

Uterosigmoidoskopi

62

Ureterostomi

63

Urtercutaneostomi

64

Ureterolithotomi

65

Uretrektomi

E

OPERASI KHUSUS

1

Palatoplasti

2

Reseksi Anastomose

3

Parotidektomi

4

Tiroidektomi

5

Laparatomi pada ileus obstruksi

(Perleketanan, volvulus, invaginasi,

sumbatan)

6

Operasi Tumor Kelenjar Thyroid

7

Labiopalatoplasti Bilateral

8

Osteosynthesis besar terhadap tulang

panjang seperti femur, cruris, humerus,

radius, ulna

9

Prostatektomi Retropubik

10

Pyelolythotomi

(28)

11

Pyeloplasti

12

Atresia Esophagus

13

Gastrectomi (Bilroth 1 & 2)

14

Coledoko Jejenostomy

15

Megacolon Hierchprung

16

Mile's Operasi gastrectomy

17

Cholecystectomy

18

Cyste Jejenum

19

Rhoe and Y - Anastomose

20

Anastomose usus perforasi

21

Splenectomi

22

Radikal Neck Desection

23

Radikal Mastectomy

24

Prostatectomi

25

Nephrectomi

26

Cystectomi

27

Diverticulectomi Vesica

28

Bladder Neck Incision

29

Operasi vasculair

30

Operasi sendi besar

31

Operasi total replacement

32

Operasi cerai sendi (luksasi) lama

33

Operasi Malunion/ Non Union

34

Tranplantasi tulang

35

Hemicolectomy

36

Resectie Anterior

KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

A

OPERASI KECIL

1

Perineum repair derajat II

2

Pemasangan tampon vaginal

3

Tindakan gynecologis

4

Pengangkatan tampon vagina

5

Pengangkatan tampon uterus

6

Perawatan luka operasi

7

Pengangkatan IUD Dislokasi

8

Punksi Dauglasi

9

Digital Placenta

10

Melepas tampon uterus

11

Laparatomy Percobaan

12

Laparoskopi

B

OPERASI SEDANG

1

Ruptur Fornix

2

Minilaparatomy pada tubektomi,

fimbriektomi.

3

Laparoskopi IUD

4

Pemuntiran Myoma Geburt

5

Pengangkatan Polyp Cervix

6

Operasi Hymen

7

Marsupialisasi

8

Perineum repair derajat III

9

Curretage

(29)

11

Placenta Manual

12

Biopsi Karsinoma

13

Tampon Uterovaginal

14

Adenolisis

15

Exflorasi Vagina

16

Kolpodeksis

17

Manchaster Fortegil

18

Curretage Placenta Restan

19

Konisasi

C

OPERASI BESAR

1

Vagina Repair

2

Currretage mola hydatidosa

3

Hysterctomy

4

Salpingo Oophorectomy

5

Repair Fistula

6

Operasi Tumor Jinak Ovarium

7

Reseksi Adenomiolisis

8

Myomectomy

9

Embryotomy

10

Laparatom explorasi IUD

11

Kistektomi

12

Laparatomy pada biopsi tumor ganas

13

Sectio Caesaria

D

OPERASI KHUSUS

1

Re – SC

2

Hamil diluar kandungan (HET)

3

Ruptura Uteri dan Laparatomy Abdominal

4

Penyambungan tuba

5

Laparatomy pada endometriosis

6

Laparatomy Tumor indung telur dengan

perlengketan/ multiple cysta ovarii

7

Laparatomy pada kanker indung telur (Ca

ovarii)

8

Kolphoraphi

9

Laparatomy cysta ovarii permagna

10

Bilateral cystoma ovarii

11

Hysterectomy Radikal

12

Operasi Tumor Ganas Ovarium

13

Surgical Staging

14

Vulvectomy

THT

A

OPERASI KECIL

1

Polipektomi telinga dengan GA

2

Angkat Kanal cholesteatoma dengan GA

3

Kaakspoeling dengan penyulit

4

Incisi Peritonsiler abses dengan GA

5

Insisi retropharyngeal abses dengan GA

6

Displacement Lavage

7

Belooque tampon

8

Biopsi Nasopharyng dengan GA

B

OPERASI SEDANG

(30)

1

Adenoidectomi

2

Tonsilektomi

3

Partial Conchotomi

4

Luxatio Mandibulla

5

Reposisi - Fixatie Hidung

6

Polipectomi Hidung

7

Ethmoidectomi

8

Oesophgoskopi biopsi esophagus

9

Angkat Corpus alienum di esophagus

10

Tracheostomi

11

Incisi Perichondritis (pemasangan drain/

fixatie)

12

Coloboma, Kelloid telinga/ pengangkatan

fistulae auriculair

13

Antrostomi & Adenoidektomi

14

Bronchoscopy Rigid/ Biopsi

15

Explorasi Abses Paraparyngel

16

Explorasi Kista Brachial

17

Eksplorasi Kista Duktus Tiroglosus

18

Eksplorasi Kista Tiroid

19

Ethmoidectomi Intra nasal

20

Pemasangan Pipa Shepard

21

Pemasangan Tracheal Tube

22

Regional Flap

23

Septum Reseksi

C

OPERASI BESAR

1

Septum Koreksi

2

CWL/Denker

3

Bronchoscopy/ Angkat Corpus Alienum

bronchus

4

Transplantasi pada ozena (Endonasi

microscopy)

5

Eksisi Kista tiroglosus

6

Angiofibroma Nasopharynx

7

Dekompresi Fasialis

8

Fare Head Flap

9

Faringotomi

10

Laringo Fissure/ Eksplorasi Larinx

11

Mastoidectomi Radikal

12

Myringoplasti

13

Neurektomi Saraf Vidian

14

Parotidektomi

15

Pharyngeal Flap

16

Pronto Etmoidectomi (Ekstranasal)

17

Rinotomi Lateralis

18

Tonsilo Adenoidektomi

19

Rhinoplasty

D

OPERASI KHUSUS

1

CWL dengan penyulit

2

Mastoidectomi (Modifikasi)

3

Angiofibroma

4

Tympanoplasty Tipe 2 + 3

(31)

6

Fungsional Endoscopy Sinus Surgery (FESS)

7

Glosektomi Total

8

Laringektomi

9

Masilektomi

10

Myocutaneus Flap/ Pectoral Mayor

11

Radikal Neck Resection

12

Stapedektomi

13

Temporal Bone Resection

14

Timpanoplasti

15

Septorhinoplasty

MATA

A

OPERASI KECIL

1

Jahit Luka Palpebra

2

Ekstirpasi chalazion

3

Incisi abses Palpebra

4 Ekstirpasi Hordeolum/Granulom

5

Ekstirpasi Tumor Palpebra (kecil)

6

Pterigium (kecil)

B

OPERASI SEDANG

1

Rekonstruksi Palpebra

2

Ekstirpasi Pterygium (besar)

3

Ektirpasi tumor conjunctiva

4

Simblepharon

5

Jahit Kornea

6

Iridektomi Optis

7

Koreksi intropion/ Ekstropion

8

Operasi strabismus

9

Argon Laser/ Kenon

10

Congenital Fornix Plastik

11

Cyclodia Termi

12

Rekanalisasi Ruptura/ Transkanal

C

OPERASI BESAR

1

Operasi Katarak Non IOL

2

Enukleasi Bulbi

3

Evicerasi Bulbi

4

Ekesenterasi Orbita pada Ablasio retina

5

Ekstraksi Corpus Alienum Besar

6

Rekanalisasi rupture/transkanal

7

Jahit Kornea

8

Iridektomi Optis

9

Koreksi intropion

10

Operasi strabismus

11

Trabekulektomi

12

Anterior/ Posterior Sklerektomi

13

Cyclodialisa

14

Extraksi Linear

15

Goniotomi

16

Keratoplasti Lamelar

17

Operasi Strabismus

18

Iridosiklisis

19

Fornix palsti

(32)

rekonstruksi

D

OPERASI KHUSUS

1

Operasi Katarak IOL

2

Operasi Anti Glaukoma

3

Ablatio Retinae

4

Dekompresi

5

Orbitomi Lateral

6

Rekonstruksi Palpebra Berat

7

Rekonstruksi Orbita Congenital

8

Rekonstruksi Soket Berat

PENYAKIT DALAM/ ANAK/ SARAF/

KULIT DAN KELAMIN

A

OPERASI KECIL

1

Incisi Abses

2

Biopsi Kulit

3

Ekstraksi Kuku

4

Ekstirpasi Kecil

B

OPERASI SEDANG

1

Pleura Punksi

2

Bone morrow punksi

3

Biopsi Pleura

4

Biopsi Hati

5

Punksi Ascites

6

Lumbal Punksi

7

Infus Umbilicalis

8

Aspirasi Sumsum Tulang

9

Aspirasi Sendi

10

Sitology Aspirasi

11

Foto Therapy

b. Tindakan Medik Non Operatip adalah:

BEDAH

1

Debridement Gangrem

2

Pasang Spalk

3

Pasang Ransel Verban

4

Pasang servical colar

5

Blast Punctie

6

Pasang ET/ Intubasi

7

Vena Sectie

8

Naegel Ekstraksi

9

Dilatasi Phimosis

10

Ganula Pyogenikum

KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

1

Pasang IUD

2

Up IUD Posisi Normal

3

Perineum Repair derajat I

4

Pap Smear

5

Implantasi Hormon

6

Kuldosintesis

THT

(33)

Pasal 3 ayat (2)

huruf f

:

2

Evakuasi Cholesteatome Canal

3

Evakuasi Corpal Hidung

4

Evakuasi Corpal Telinga

5

Evakuasi Corpal Tenggorok

6

Evakuasi Otomikosit

7

Evakuasi Granuloma Canal

8

Irigasi Telinga

9

Irigasi Hidung

10

Coustik Tenggorok

11

Coustik Hidung

12

Aspirasi Othhematoma

13

Aspirasi Discharge telinga

14

Fungsi Sinus Maksilaris

15

Incisi Abscess Mastoid

16

Incisi Abscess Septum Nasi

17

Incisi Abscess Peritonsiler

18

Incisi Abscess Leher

19

Tampon Hidung Anterior

20

Tampon Hidung Posterior

21

Tampon Adrenalain Hidung

MATA

1

Epilasi

2

Irigasi

3

Pengeluaran Benda Asing

Ekstra Okuler

4

Extirpasi Lithiasis

5

Hecting Off Palpebra

6

Hecting Off Conjunctiva

KULIT DAN KELAMIN

1

Chemical peeling

2

Ekstraksi Komedo

3

Kauterisasi Ringan

4

Kauterisasi Berat

5

Kaustik

6

Mikro Dermabrasi

PENYAKIT DALAM/ ANAK/

SARAF

1

Aspirasi Sumsum Tulang

2

Aspirasi Sendi

3

Sitologi Aspirasi Jarum

4

Punksi Pleura/ Ascites

5

Infus Pump

6

Syringe Pump

7

Mengukur CVP

8

Bronchial washing

9

Defibrilasi.

Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah khususnya di Kantor Komunikasi dan Informasi Kabupaten Maros bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

Setelah itu para imigran gelap yang diidentifikasi sebagai orang yang diselundupkan akan ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) sambil menunggu proses kepastian

Perancangan sistem indoor positioning berbasis invisible light dengan menggunakan dua kamera dengan metode image processing vision blob analysis dapat digunakan sebagai IPS

8703.40 - Other vehicles, with both spark-ignition internal combustion reciprocating piston engine and electric motor as motors for propulsion, other than those capable of

Unlock full access with a free trial.. Download With

Kecenderungan terakhir adalah bahwa suatu kegiatan bersifat kepentingan umum jika hal itu berkaitan dengan kesehatan, keamanan, atau kesejahteraan masyarakat

Untuk mengetahui perkembangan pencapaian IPM beserta indikator pembentuk dan indikator yang terkait, permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian IPM,

Koh dan Koh (dalam Wijaya &amp; Amah, 2012) menambahkan bahwa penelitian tentang prestasi akademik mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar mengetahui faktor