Hasil Penelitian clan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
STUDI WAKTU TINGGAL PARTIKULAT
DALAM AIR LAUT:
KONSENTRASI
234TH DALAM AIR DAN SEDIMEN
LAUT SEMENANJUNG
MURIA.
E. Lubis., Heny Suseno
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN
ABSTRAK
STUDI WAKTU TINGGAL PARTIKULAT DALAM AIR LAUT: Konsentrasi 234Thdalam air dan sedimen laut Semenanjung Muria. Konsentrasi 234Thdalam air laut dan sedimen S. Muria telah dianalisis. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa konsentrasi 234Thdalam air laut sebagai fungsi kedalaman terlihat ada perbedaan nilai, bila diuji secara statistika dengan uji-t menunjukan perbedaan yang nyata pada taraf kepercayaan 90 %. Bertambahnya kedalaman air laut yang disampling terjadi peningkatan konsentrasi 234Th dibandingkan terhadap konsentrasi pada permukaan air laut. Sampling dilakukan hanya sampai pada kedalaman 15 m karena keterbatasan kemampuan, sehingga konsentrasi 234Thpada kedalaman lebih dari 15 m belum dapat diketahui. Konsentrasi 234Thdalam sedimen rerata adalah 69,7 Bq/kg.
ABSTRACT
STUDY THE RESIDENCE TIME OF PARTICLE IN SEA WATER: The concentrations of 234Thin sea water and sediment of S. Muria. The concentrations of 234Th in sea water and sediment of Muria Peninsula was analyzed. The results showed that the concentrations of 234Th as function of the deep sea wtaer is significantly different in 90 % degree of confident. The results indicated that more deep the sea water more high 234Thconcentration compare to the surface concentration. The concentrations of 234Thin sediment is 69.7 Bq/kg.
LA TAR BELAKANG
Teknik nuklir
(isotope)
mempunyai kontribusi yang besar dalam studi lingkungan laut, khususnya dalam pemahaman proses-proses dasar oceanografi, distribusi polutan, rekonstruksi dan prakiraan kondisi laut dimasa yang akan datang. 234Th adalahanak-luruh dari 238U mempunyai waktu-paro (T1/2) 24,1 hari. Sedangkan 238U adalah
radionuklida berumur panjang dengan umur-paro (T1/2)
4,47
x 109 tahun, mudah larut danterdapat relatif konservatif dalam air laut. Defisit radionuklida 234Th dalam air laut sebagai
fungsi kedalaman menggambarkan total pembentukan partikulat biotik dan abiotik,
mineralisasi dan proses eksport yang terjadi dalam laut. Perpindahan 234Th yang terlarut dari dalam air laut melalui adsorpsi menjadi partikulat yang tenggelam merupakan
mekanisme penting untuk mengontrol distribusinya berdasarkan ruang yang dapat
digunakan untuk mempelajari proses scavenging kimia, eksport partikulat dan produksi baru yang terjadi di dalam air laut. Fenomena ini juga dapat digunakan untuk mempelajari ketidak-seimbangan 234Th/ 238U sebagai indikator fluks partikulat di permukaan laut dan eksport karbon organik dan nitrogen ke dasar laut [1,2]. Dalam makalah dilaporkan hasil analisis 234Th dalam air laut dan sedimen S. Muria.
Hasi/ Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006
TEORI
/SSN 0852 - 2979
Konsentrasi 234Th dari permukaan laut ke partikulat yang tenggelam dapat
diperkirakan dengan persamaan,
a234Th
--=[NU238
at
XA)-
(NTh234xA]-P
(1)
a
234Th
--
=
Perubhan aktivitas 234Th terhadap waktu
at
A=
Tetapan peluruhan 234Th,yaitu, 0,693
=0,0288/ hari.
1;./2
(NU238)dan(NTh234)=
adalah total aktivitas uranium dan thorium
P
=
Total fluks thorium yang dipindahkan oleh partikulat.
Waktu tinggal partikulat dihitung dengan persamaan,
T=T m X
R-((l-
R)r
(2)
T
=
Waktu tinggal partikulat 234Th
Tm
=
mean lifedari 234Th yaitu 34,8 hari
R = nisbah konsentrasi
e34Thl238U)
METODOLOGI
[3,4,5,6].
Lokasi Sampling
Sampling air laut permukaan pada kedalaman 0 m, 5 m serta 10m
serta sedimen
dilakukan di daerah S. Muria, koordinat sampling sebagai berikut, lokasi sampling
ditunjukan dalam Gambar 1.
LO
LO
LO
LO
LAUT
LO
LO
L01: 110° 45' 00" ST, 06° 25' 48,30" LS
L02: 110° 46' 00" ST, 06° 23' 37,26" LS
L03: 110° 47' 00" ST, 06° 23' 06,48" LS
L04: 110° 48' 00" ST, 06° 23' 01,62" LS
L05: 110° 49' 00" ST, 06° 23' 19,44" LS
L06 : 110° 45' 00" BT, 06° 24' 13,36" LS
Gambar 1. Lokasi sampling air laut dan sedimen di Pesisir S. Muria
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
Bahan dan Peralatan
Bahan penelitian meliputi wadah sampel berupa jerigen plastik volume
20
liter dan
kantong plastik untuk sedimen volume 5 kg. Bahan kimia berupa NaOH, HCI, indikator
thymol blue,
NH40H, HN03dan Aceton semua dalam derajat pro-analysyis
(p.a).
Peralatan yang digunakan adalah alat sampling air laut (pompa peristaltik), sampling
sedimen Genis piston), Centrifuce, Elektroplating yang dilengkapi power supply pemberi
arus, dan alat a-Spektrometer yang dilengkapi dengan detektor silicon surface barrier.
Tata Kerja
a.
Jumlah sam pel dan deteksi limit
Untuk
memperoleh
jumlah
sampel
yang
dibutuhkan
pertama-tama
harus
dipertimbangkan
kemampuan
deteksi
a-Spektrometer.
Hal
ini
karena
program
pemantauan radionuklida pada lingkungan harus didukung oleh: kemampuan pengukuran
sampel, sistem pencacahan, ketidakpastian pengukuran, waktu pencacahan dan ukuran
sampel. Kapasitas potensial ini yang dinamakan
MDA(minimum detectable amount or
activity),
merupakan fungsi yang berkaitan dengan kapabilitas mengkaji radionuklida
yang diuji dan ukuran sam pel secara teoritis.
MDAmerupakan salah satu harga yang
dapat melegitimasi suatu pengukuran dengan jaminan kualitas yang memadai, dihitung
dengan persamaan,
MDA=(
Std(~X;~:X:X;)nd)+
2,71
(3)
Std. Dev. of Background
=standard deviasi cacah latar;
T
=waktu pencacahan (dalam detik) per sample
Y
=yield radiasi per peluruhan
E
=Efesiensi detektor
M
=berat sam pel (gram)
K
= unit konversi (dari cacahan per detik ke Bq)
MDA
untuk analisis U dan Th, ditunjukkan pada Tabel1.
Tabel1. Nilai
MDAuntuk analisis U dan Th pada berbagai kompartemen lingkungan
.Radionuklida
Metoda
Jenis sam el
MDA
B
Th
a-S ektrometer
Tanah/sedimen
0,2
Th
a-S ektrometer
Air
0,02
Th
a-S ektrometer
Biota
0,02
U
a-S ektrometer
Air
0,02
Hasil Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
Berdasarkan hal tersebut maka harus dipertimbangkan jumlah sampel air laut
minimal sebanyak 50 liter.
b. Sampling air laut dan sedimen
Sebanyak 50 liter air laut diambil dan ditempatkan pada jerigen volume 20 liter dan
ditambahkan 1 ml asam nitrat pekat. Sedimen diambil menggunakan
grapdan hasil
sampling dipotong-potong per 3 em untuk memperoleh profil konsentrasi per kedalaman
sedimen.
c. Preparasi di lapangan
(in-situ)
Sebanyak
50 liter air laut di tambahakan
30 ml FeCh
1
%,
diaduk dan
ditambahakan
NH40Hpekat hingga pH sampel menjadi 9. Pengadukan selanjutnya
dilakukan selama 1 jam dan setelah itu dibiarkan selama 12 jam. Endapan yang diperoleh
mengandung U dan Th yang selanjutnya dibawa ke laboratorium PTLR
d. Preparasi sam pel di laboratorium
Preparasi sam pel sedimen dilakukan dengan mendetruksi
sebanyak 5 gram
sampel kering menggunakan HN03 pekat sehingga diperoleh U dan Th dalam fase air.
Untuk hasil preparasi air laut
in situditambahkan 10 ml asam klorida 5M dan dipanaskan
sampai dengan seluruh endapan larut. Selanjutnya kedua hasil preparasi laboratorium
siap diekstraksi. Proses ekstraski dilakukan menggunakan TBP sehingga U dan Th
berada dalam fase organik. Uranium dan thorium yang berada dalam fase organik
dijadikan senyawa anorganik dengan menambahkan 10 ml
H2S0410M dan dididihkan
sampai
kering selanjutnya ditambahkan H2S04 eneer. Setelah menjadi fase anorganik
uranium dan thorium dilakukan elektroplating pada
diskberukuran 1 em dengan rapat
arus
0,2
AJem2selama
5 jam.
Hasil elektroplating
siap
dianalisis
menggunakan
a-Spektrometer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis 234Th dalam air laut dan sedimen S. Muria ditampilkan dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Konsentrasi 234Th dalam air taut dan sedimen S. Muria
Lokasi
Dalam air laut, mBQ/L.
Dalam sedimen,
Sampling
Om
5m
10 m
15 m
Bq/kg.
L1
191
21,4
22,565,6
20,6
L2
198
21,7
22,370,1
21,0
L3
187
21,5
22,068,4
20,9
L4
205
22,0
22,773,6
21,2
L5
194
21,9
22,571,3
20,7
L6
195
21,0
22,469,8
20,4
Rerata
195,3
20,8
21,6
22,469,7
Oeviasi
6,2
2,8
3,6
2,4 2,7
12Hasil Pene/itian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 /SSN 0852 -2979
Berdasarkan data yang ditampilkan dalam Tabel
2
terlihat bahwa konsentrasi 234Th dalam air laut sebagai fungsi kedalaman terlihat ada perbedaan nilai, bila diuji secara statistika dengan uji-t menunjukan perbedaan yang nyata pad a taraf kepercayaan90
%.
Hal ini memberikan informasi bahwa bertambahnya kedalaman air laut yangdisampling terjadi peningkatan konsentrasi 234Th.Sampling yang dilakukan hanya sampai kedalaman 15 m karena keterbatasan kemampuan secara teknis, sehingga konsentrasi 234Th pada kedalaman lebih dari 15 m belum dapat diketahui, namun secara teoritis konsentrasi 234Th pada kedalaman tertentu akan sam a dengan konsentrasi radionuklida induk 238U.Sementara konsentras rerata 234Thdalam sedimen adalah 69,7 Bq/kg.
Radionuklida 234Th adalah anak luruh dari 238U, mempunyai waktu-paro pendek
selama
24
hari. Sementara radionuklida induk 238U mempunyai waktu-paro panjangdan konsentrasinya relatif konstan sebagai fungsi kedalaman. Radionuklida 234Th reltif reaktif dan sangat mudah melekat (adsorpsi) ke partikulat yang ada di sekitarnya, termasuk ke partikulat organik yang terlibat dalam proses daur biogeokimia di laut. Hal-hal ni yang menyebabkan 234Th aktivitasnya akan jauh lebih rendah dibandingkan dengan
induknya 238U dekat permukaan laut. Radionklida 234Thyang tenggelam bersamaan
dengan partikulat yang ada di dalam air laut mengakibatkan radionuklida ini akan
mengalami penumpukan sebagai fungsi kedalaman, konsentrasinya akan terus
meningkat. Hal ini seprti ditunjukan dalam Tabel
2
bahwa konsentrasi 234Thbertambah tinggi pada kedalaman yang lebih tinggi, yang pad a kedalaman tertentu konsentrasinya dapat mendekati konsentrasi radionuklida induknya.KESIMPULAN
Radionuklida 234Th bersifat reaktif terhadap partikulat-partikulat yang ada di sekitarnya. Radionuklida 234Th yang teradsorpsi dalam partikulat akhirnya ikut tenggelam (scavenging) bersama partikulat tersebut ke air yang lebih dalam, sehingga terjadi penumpukan (build-up) sebagai fungsi kedalaman. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi
234Th sebagi fungsi kedalaman mengalami peningkatan. Pad a kedalaman tertentu
konsentrasi 234Th akan menyamai konsentrasi radionuklida induknya, 238U. Konsentrasi rerata 234Th dalam sedimen adalah 69,7 ±2,7 Bq/kg.
DAFT AR PUST AKA
1. STAN EVA J., BUESSELER K., LIVINGSTON H., Application of Isotope Tracers to Study Ocean Circulation. Validation of Numeric Simulations Against Observed Chernobyl 137Cs and 90Sr data. Department of Meteorology and Geophysics, University of Sofia, Sofia Bulgaria National science Foundation, Ocean Sciences Division, Arlington USA.
Hasil Penelitian don Kegialan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
2. 'NNW,
elsevier.comllocate/epsl., The Influence of Particle Composition on Thorium Scavenging in the NE Atlantic Ocean.3. HODGE V. L., GURNEY M. E., Analytical Chemistry, 47,1866 - 68,1975.
4. IAEA, Collection and Preparation of Bottom Sediment Samples for Analysis of
Radionuclides and Trace Elements, IAEA-TECDOC-1360.
5. JOHN GRIGGS, The Radionuclides Rule Analytical Issues and Considerations, U.S. EPA, Office of Radiation and Indoor Air National Air and Radiation Environmental Laboratory. 6. U.S. Environmental Protection Agency Eastern Environmental Radiation Facility
(EPA-EERF), Department of Energy Environmental Measurements Laboratory (DOE-EML), and commercial laboratories.