PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
Identitas Pasien Identitas Pasien Nama
Nama : Ny. S: Ny. S Jenis
Jenis Kelamin Kelamin : : PerempuanPerempuan Umur
Umur : : 57 57 tahuntahun Agama
Agama : : IslamIslam Pekerjaan
Pekerjaan : : ibu ibu rumah rumah tanggatangga Alamat
Alamat : : jl. jl. I I Rawasari Rawasari Rt. Rt. 7/7 7/7 no. no. 13A 13A JakpusJakpus Tanggal
Tanggal masuk masuk RS RS : : 17 17 Juni Juni 20132013 Tanggal pemeriksaan
Tanggal pemeriksaan : 17 Juni : 17 Juni 20132013
Anamnesis Anamnesis Alloanamnesis Alloanamnesis
Keluhan
Keluhan utama utama :: benjolan di kepala belakang benjolan di kepala belakang
Keluhan
Keluhan tambahan tambahan :: pusing, mual pusing, mual
Riwayat penyakit sekar Riwayat penyakit sekarang ang ::
Pasien datang ke poliklinik bedah umum RS MRM dengan keluhan benjolan Pasien datang ke poliklinik bedah umum RS MRM dengan keluhan benjolan sebesar buah apel di kepala bagian belakang sebelah kanan sejak 2 tahun yang sebesar buah apel di kepala bagian belakang sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluhkan pusing dan mual sejak 2 minggu terakhir. lalu. Selain itu pasien juga mengeluhkan pusing dan mual sejak 2 minggu terakhir. Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat demam disangkal, keluar nanah Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat demam disangkal, keluar nanah disangkal, keluar darah disangkal, nyeri pada benjolan disangkal, riwayat muntah disangkal, keluar darah disangkal, nyeri pada benjolan disangkal, riwayat muntah menyembur disangkal, benjolan di bagian tubuh lain disangkal.
menyembur disangkal, benjolan di bagian tubuh lain disangkal.
Riwayat
Riwayat penyakit penyakit dahulu dahulu :: Keluhan serupa disangkal Keluhan serupa disangkal
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Keluarga :Keluarga :
Keluhan serupa di keluarga disangkal Keluhan serupa di keluarga disangkal
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Kompos mentis Tanda vital : Tekanan darah : 140/90 mmHg Nadi : 92 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36,6 °C Status generalis Kepala
Bentuk : Oval, benjolam dipelipis kanan ,ukuran 4 x 4,5 cm, warna kulit kemerahan pada benjolan, nyeri tekan (-), mobile, konsistensi kenyal, dan batas tegas.
Rambut : Hitam beruban, lurus
Mata : tidak terdapat edema palpebra kanan dan kiri konjungtiva tidak anemis kanan dan kiri sklera tidak ikterik kanan dan kiri
Hidung : tidak terdapat pernapasan cuping hidung Mulut : perioral tidak sianosis
Leher
KGB : tidak teraba pembesaran
Trakea : berada di tengah dan tidak deviasi
Thoraks
Paru-Paru: Inspeksi:
- Bentuk dan gerak simetris Palpasi:
- Sela iga simetris kanan dan kiri
- Nyeri tekan pada dada (-) Perkusi:
- sonor pada kedua hemithoraks Auskultasi:
- Vesikuler di seluruh lapang paru - Wheezing
-/-- Ronchi -/-Jantung : Inspeksi
- Ictus cordis tidak terlihat Palpasi
- Ictus cordis tidak teraba Perkusi
- Batas kanan : linea sternalis dextra
- Batas kiri : linea mid clavikular sinistra
- Batas atas : linea parasternalis sinistra ICS III Auskultasi:
- Bunyi jantung S1, S2, normal, S3 (-), S4 (-), murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi:
- Abdomen datar, jaringan sikatrik (-) Auskultasi:
- Bising usus (+) normal Palpasi:
- Supel
- Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas - Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi:
Ekstremitas
Ekstremitas atas - Akral hangat
- Tidak terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri - Tidak sianosis
Ekstremitas bawah - Akral hangat
- Tidak terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri - Tidak sianosis
Status lokalis
Regio parietal-occipital
Inspeksi: terlihat benjolan sebesar buah jeruk medan, pus (-), darah (-), hiperemis (-)
Palpasi: teraba benjolan ukuran buah jeruk medan, nyeri tekan (-), konsistensi lunak, fluktuasi (+), kalor (-)
Perkusi: Auskultasi: -Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Darah : Hb : 13,9 mg/dL Ht : 41% Trombosit : 240.000 /ul Leukosit : 7.700 /ul BT : 3’ CT : 12’ Ureum : 40 Kreatinin : 0,86 SGOT : 24 SGPT : 21 Urin : Warna : kuning Kejernihan : jernih pH : asam Eritrosit : 0-2 /lpb Leukosit : 8-10 /lpb
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax : kesan tidak tampak adanya kelainan
Pemeriksaan EKG Normal
Diagnosis Kerja
Soft Tissue Tumor et Regio Parietal-occipital dextra
Diagnosis Banding - Kista Aterom - Lipoma Penatalaksanaan Pro operatif Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam Quo ad functionam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Berdasarkan ATLS (2004), anatomi kepala antara lain: 1. Kulit Kepala (Scalp)
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP yaitu : a. Skin atau kulit.
b. Connective Tissue atau jaringan penyambung.
c. Aponeurosis atau galea aponeurotika atau jaringan ikat berhubungan langsung dengan tengkorak
d. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar. e. Perikranium.
Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari perikranium dan merupakan tempat tertimbunnya darah (hematoma subgaleal ).
Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan
darah, terutama pada bayi dan anak-anak.
Lapisan Kranium
2. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Kalvaria khususnya di bagian temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporal. Basis kranii berbentuk tidak rata sehinga dapat melukai bagian dasar
otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu: fosa anterior, fosa media, dan fosa posterior. Fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media adalah tempat lobus temporalis, dan fosa posterior adalah ruang bagian bawah batang otak dan serebelum.
3. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu: duramater, araknoid dan piamater.
Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdural) yang terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan
hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat menyebabkan
perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan tembus pandang disebut lapisan araknoid. Lapisan ketiga adalah piamater yang melekat erat pada permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi dalam ruang subaraknoid.
4. Otak
Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak.
Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri yaitu lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara manusia. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut sebagai hemisfer dominan.
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fiungsi motorik, dan pada sisi dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori. Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan.
Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid brain), pons, dan medula oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai medulla spinalis dibawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat menyebabkan defisit neurologis yang berat.
Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan, terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medula spinalis, batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri.
5. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aquaductus sylvii menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan masuk ke dalam ruang subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak dan medula spinalis. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui vili araknoid.
Tekanan Intra kranial meningkat karena produksi cairan serebrospinal melebihi jumlah yang diabsorpsi. Ini terjadi apabila terdapat produksi cairan serebrospinal yang berlebihan, peningkatan hambatan aliran atau peningkatan tekanan dari venous sinus. Mekanisme kompensasi yang terjadi adalah transventricular absorption, dural absorption, nerve root sleeves absorption dan unrepaired meningocoeles. Pelebaran ventrikel pertama biasanya terjadi pada frontal dan temporal horns, seringkali asimetris, keadaan ini
menyebabkan elevasi dari corpus callosum, penegangan atau perforasi dari septum pellucidum, penipisan dari cerebral mantle dan pelebaran ventrikel III ke arah bawah hingga fossa pituitary (menyebabkan pituitary disfunction).
6. Tentorium
Tentorium serebelli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial (terdiri atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
Mesensefalon (midbrain) menghubungkan hemisfer serebri dan batang otak (pons dan medulla oblongata) berjalan melalui celah tentorium serebeli disebut insisura tentorial. Nervus okulomotorius (N.VII) berjalan sepanjang tentorium, bila tertekan oleh masa atau edema otak akan menimbulkan herniasi. Serabut-serabut parasimpatik untuk kontraksi pupil mata berada pada permukaan Nervus okulomotorius. Paralisis serabut ini disebabkan penekanan mengakibatkan dilatasi pupil. Bila penekanan berlanjut menimbulkan deviasi bola mata kelateral dan bawah.
Dilatasi pupil ipsilateral disertai hemiplegi kontralateral dikenal sindrom klasik herniasi tentorium. Umumnya perdarahan intrakranial terdapat pada sisi yang sama dengan sisi pupil yang berdilatasi meskipun tidak selalu.
SOFT TISSUE TUMOR
Pendahuluan
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker, karsinoma, atau sarkoma tumbuh menyusup (infiltratif) ke jaringan sekitarnya sambil merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak, tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif), dan umumnya tidak bermetastasis, misalnya lipoma.
Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik pada jaringan dan sel tumor. Dari pemeriksaan mikroskopik ini tampak gambaran keganasan yang sangat bervariasi, mulai dari yang relatif jinak sampai ke yang paling ganas. Pada satu organ dapat timbul satu atau lebih neoplasma yang sifatnya berlainan.
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya penyimpangan dalam pertumbuhan, dan kemampuannya
mengadakan infiltrasi danmenyebabkan metastasis.
Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh pertumbuhan sel baru.
Etiologi
Etiologi Soft Tissue Tumor, antara lain: 1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan karsinogenik
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Dalam tahap awal, tumor jaringan lunak biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. Dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan penekanan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa sakit abdominal, umumnya menyebabkan sembelit.
Tumor dan Kanker Jaringan Lunak
Bila kulit diatas benjolan masih baik dan tidak ada luka berupa borok, kemungkinan benjolan tersebut berasal dari bawah kulit yaitu dari jaringan lunak yang ada dibawah kulit atau bisa juga dari tulang iga, namun kemungkinan paling besar adalah dari jaringan lunak bila pembesarannya relatif cepat dalam waktu
yang singkat.
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian). Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi bergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan jaringan yang lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil. Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut simpai yang
berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis. Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan serabut elastik.
Tumor jaringan lunak dapat terjadi diseluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas.
Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS), yang berasal dari jaringan
mesenchym extraskeletal, terletak antara epidermis dan jaringan parenchym organ. Tumor yang berasal dari sistem lymphoid dan jaringan spesifik organ tidak termasuk Soft Tissue Tumor. STS terdiri dari berbagai jenis kelompok tumor.
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15 % dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada
semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.
Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-paru (paling sering), ke liver, tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening.
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Kanker jaringan lunak umumnya pertumbuhannya relatif cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, bila digerakkan agak sukar bergerak
dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis, adalah dengan pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh dokter patologi anatomi, dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak yang jinak atau ganas. Bila ganas, dapat
juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung pada jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya benjolannnya
saja yang diangkat dan tidak ada tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan lunak hasilnya ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakan pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas.
Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap, namun responsnya kurang begitu baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak yang berasal dari otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi. Pada kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan
setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang.
Berikut adalah salah satu contoh tumor jaringan lunak (Soft Tissue Tumor):
LIPOMA 1. Definisi
Lipoma merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors) yang berasal dari jaringan lemak (adipocytes).
2. Variant Lipoma
a. Adenolipoma, variasi lipoma di payudara. Seringkali memiliki komponen marked fibrotic. Biasanya dianggap sebagai hamartoma.
b. Angiolipoma mengandung banyak pembuluh darah kecil.
c. Lipoma jantung (cardiac lipomas) dapat mengapur mengikuti nekrosis lemak.
2. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors [STTs]) adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal
tubuh, tidak termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan dan retroperitoneum. Parameter-parameter yang penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:
a. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
b. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading) yang akurat (terutama di dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang didasarkan pada mitosis dan perluasaan nekrosis.
c. Staging.
d. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik. 3. Manifestasi Klinis
Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic). Gejala yang muncul tergantung dari lokasi, misalnya:
a. Pasien dengan lipoma kerongkongan (esophageal lipoma) dapat disertai obstruction, nyeri saat menelan (dysphagia), regurgitation, muntah (vomiting), dan reflux. Esophageal lipomas dapat berhubungan dengan aspiration dan infeksi saluran pernapasan yang berturutan (consecutive respiratory infections).
b. Lipoma di saluran napas utama (major airways) dapat menyebabkan gagal napas (respiratory distress) yang berhubungan dengan gangguan bronkus (bronchial obstruction). Pasien datang dengan lesi parenkim (parenchymal lesions) atau endobronchial.
c. Lipoma juga sering terjadi pada payudara, namun tak sesering yang diharapkan mengingat luasnya jaringan lemak.
d. Lipoma di usus (intestines), misalnya: duodenum, jejunum, colon dapat menyebabkan nyeri perut (abdominal pain) dari obstruksi atau intussusception, atau dapat menjadi jelas melalui perdarahan (hemorrhage).
e. Lipoma jantung (cardiac lipomas) terutama berlokasi di subendocardial, jarang intramural, dan normalnya tidak berkapsul (unencapsulated). Terlihat sebagai suatu massa kuning di kamar/bilik jantung (cardiac chamber).
f. Lipoma juga dapat muncul di jaringan subkutan vulva. Biasanya pedunculated dan dependent.
4. Indikasi
Lipoma dihilangkan dengan alasan sebagai berikut: a. Kosmetika (jenis subcutaneous lipomas).
b. Untuk evaluasi jaringan (histology). c. Bila disertai gejala.
d. Saat tumbuh, membesar, lebih dari 5 cm. 5. Terapi Medis
Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal bagian atas (misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum) atau colon. 6. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)
Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah penting untuk mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya.
a. Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma di dekat saluran nafas utama (major airways). Lipoma paru-paru memerlukan resection parenkim paru-paru atau saluran pernafasan yang terlibat (the involved airway). b. Pemindahan setempat (Local removal) diindikasikan pada lipoma usus
(intestinal lipomas) yang menyebabkan obstruction.
c. Jika lipoma esophagus tidak dapat dipindahkan dengan endoskopi, maka diperlukan pembedahan (surgical excision).
d. Lipoma pada payudara (breast lipomas) dihilangkan jika pada dasarnya meragukan.
e. Lipoma usus, khususnya duodenum, sebaiknya dihilangkan baik secara endoskopi maupun pembedahan karena dapat menyebabkan obstruction, jaundice, atau perdarahan (hemorrhage).
f. Lipoma pada vulva dapat dihilangkan di tempat (locally excised). 7. Catatan
a. Lipoma terjadi pada 1% populasi.
b. Lipoma merupakan tumor jaringan lunak (soft tissue tumor) yang paling umum dijumpai.
c. Liposuction dapat dikerjakan pada lipoma kecil di wajah (small facial lipomas) karena alasan estetika.
d. Liposuction diindikasikan untuk perawatan lipoma sedang atau medium (misalnya, 4-10 cm) dan besar (large) (misalnya, >10 cm). Pada lipoma yang kecil, tidak ada keuntungan yang dilaporkan karena tumor dapat diekstraksi (extracted) melalui irisan kecil (small incisions).
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Soft Tissue Sarcoma. Makassar: Sub Bagian Bedah Tumor, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2007, Hal. 2. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone. 2007,
Hal. 301-303.
3. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995, Hal. 331-340.
4. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC. 2005, Hal. 933-934. 5. http://emedicine.medscape.com 6. http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_tissue_tumor 7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21501/4/Chapter%20II.pdf 8. http://www.dinkes.kalbar.go.id/ 9. http://www.iditangerang.or.id/artikel/detail_artikel.php?recordid=39