• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bukannya kesombongan yang menghentikan ku untuk menyapanya, hanya sebagai wanita aku tak bisa menahan keinginan ku agar dia menyapa ku duluan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bukannya kesombongan yang menghentikan ku untuk menyapanya, hanya sebagai wanita aku tak bisa menahan keinginan ku agar dia menyapa ku duluan."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

CHAPTER 1

Perjalanan ke kantor yang kutempuh dengan kereta selama 30 menit selalu kunantikan setiap pagi. Kereta seharga 6000 yang penuh dengan para pekerja kantoran di Jakarta. Hari itu aku mengejar kereta yang berangkat jam 7 pagi dari stasiun. Dibutuhkan waktu kira - kira 15 menit untuk berjalan dari rumah kost ku menuju stasiun kereta. Karena terlambat bangun, hari ini aku hanya punya waktu kurang dari 10 menit untuk berlari ke stasiun. Sembari menunggu kereta datang, aku menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari sebuah semangat yang membuat ku tetap berangkat ke kantor setiap pagi. Seorang laki – laki tak ku kenal yang kutemui setiap pagi di stasiun kereta. Naik dari stasiun yang sama, berada di gerbong yang sama dan turun di stasiun yang juga sama. Aku bertemu setiap hari dengannya hampir 1 tahun, tapi tak pernah sekalipun kami saling menyapa apalagi berkenalan, bodoh dan menggelikan memang.

Mataku memandang lurus ke depan, menunggu kereta datang. Angan ku melayang mencari - cari laki - laki itu. Kutolehkan kepalaku ke kanan dan mencari nya. "Mana Dia?" Tanya ku dalam hati. Kucoba menoleh ke kiri. "Dia dimana?" Ucap ku pelan. "Dimana dia?" Aku mulai meracau. Otakku dipenuhi dengan jawaban - jawaban ku sendiri, "Mungkin dia sakit, atau dia berdiri di tempat lain? Atau mungkin....dia tidak masuk kerja hari ini?" Aku mulai frustasi, lalu bunyi kereta sedikit demi sedikit mulai terdengar di telinga ku. Bentuk nya semakin terlihat saat mulai mendekat. Kereta berhenti, seketika aku terkejut, kulihat bayangan pria itu dari pintu kereta. Aku gugup dan bertanya - tanya, "Sejak kapan dia di belakangku? Dan bagaimana aku bisa tidak tahu?" Pintu kereta pun terbuka, seperti sekumpulan hewan yang kelaparan, semua orang berebut dan bergegas ingin masuk. Aku susah bergerak karena laki - laki itu persis di belakang ku. Aku yakin dia sengaja melakukannya, dia sengaja berada di belakang ku, perasaan ku mengatakan demikian.

Aku tak mendapat tempat duduk dan hanya bisa berdiri menghadap ke luar. Laki - laki itu berdiri tepat di depan pintu kereta, badan nya menghadap ke dalam. Alih – alih melihat ke luar, aku berusaha melihat nya. Saat menyadari kehadiran ku di dekatnya, dia menoleh padaku dan aku cepat – cepat memalingkan muka. Seperti nya dia tahu kalau aku sedang menatapnya, dia berpaling muka dan tersenyum. “Bagaimana mungkin dua orang yang berangkat bekerja bersama selama 1 tahun dengan kereta yang sama setiap hari, tapi tak pernah menyapa atau berkenalan?” Tanya ku dalam hati. Situasi ini membuat ku merasa tidak nyaman saat berada dekat dengannya.

(2)

Bukannya kesombongan yang menghentikan ku untuk menyapanya, hanya sebagai wanita aku tak bisa menahan keinginan ku agar dia menyapa ku duluan. Ekspresi wajah nya serius tapi terkesan menyimpan senyuman yang tak mau dia tunjukkan. Cara berdiri nya tegap, mata nya menunjukkan kepintaran, pendirian yang teguh dan keinginan untuk melindungi hal yang dia yakini. Dia tak banyak memperhatikan sekeliling nya saat di kereta, kecuai Black Berry hitam nya. Secara tak sengaja dia telah menunjukkan kesetiannya pada ku untuk tak memperhatikan wanita lain di kereta itu selain aku, atau mungkin saja aku yang terlalu buta, entahlah! Tiba – tiba dering telepon membuyarkan lamunan ku.

“Hallo!” Lena teman kantor ku menelepon. “Aruna, kau dimana?” Tanya nya.

“Aku di kereta, ada apa?”

“Kau jangan lupa membawa pesanan ku, ya! Bubur ayam untuk sarapan,” kata Lena.

“Iya, iya, aku tahu,” jawab ku. Tiba – tiba laki – laki itu menoleh padaku, aku pun membalas dengan menoleh padanya. Selama beberapa detik kami bertatap muka.

“Aruna? Aruna… Lena memanggil – manggil ku di telepon, aku tetap tak berkutik dan tetap memandangi laki – laki itu.

“Hah? Iya, iya!” Jawab ku sedikit tersentak.

“Jangan lupa sambal nya yang banyak….kau dengar tidak?” Lena sukses membuat ku kesal pagi ini.

“Iya, iya. Aku dengar. Kau ini ya, merepotkan ku pagi – pagi!” Tukas ku.

“Maaf…tolong, ya. Aku benar – benar ingin makan itu. Terima kasih, Aruna,” rayu Lena. “Iya sama – sama,” kata ku. “Nanti kubelikan untuk mu.”

“Baiklah, sampai bertemu di kantor, ya!” Kata Lena “Sampai nanti,” jawab ku.

“Sampai nanti!” Lena menutup teleponnya.

Pagi itu Lena meminta ku membelikan bubur ayam untuk nya. Laki – laki itu pasti mendengar ku berbicara cukup keras di telepon, sehingga dia memperhatikanku. Aku bingung arti tatapan nya beberapa detik yang lalu. Mata nya seolah – olah ingin memanggil nama ku yang tak dia ketahui. Mimik muka nya menyiratkan makna keingintahuan nya tentang diri ku. Aku rasa dia sedang mencoba mendengarkan pembicaraan ku di telepon. Meskipun aku kesal karena diam – diam menyukai laki – laki yang tak pernah mengajakku berkenalan, tapi tak adil jika aku

(3)

menyalahkannya, nyata nya aku juga tak berani berkenalan dengan nya. Setiap kali menatap nya, aku merasa seperti orang bodoh, hanya mengagumi nya, tanpa bisa melakukan lebih. Dia sering memainkan blackberry nya saat di kereta, seperti nya dia tipe pria sibuk yang tak banyak memiliki waktu untuk diri nya sendiri. Aku tak bisa menilai dia pendiam atau banyak bicara, karena dia selalu berangkat dan pulang sendiri.

Laki – laki itu selalu menggunakan tas yang sama setiap hari nya. Tak ransel berwarna hitam yang kuduga berisi laptop. Pikiran ku mulai menebak - nebak apa pekerjaan nya. Rambutnya pendek, hitam dan lurus. Selalu menggunakan kemeja berlengan panjang, celana panjang dan sepatu berwarna hitam. Kulit nya kuning langsat, wajah nya bersih terawat namun tidak berlebihan atau terkesan metroseksual. Alisnya tebal, bibir nya merah dan semua bagian yang ada pada wajah nya terlihat sempurna, tapi dia tak pernah menyadari hal itu. Laki – laki itu tak pernah merasa bahwa diri nya tampan dan menarik. Dan itu yang membuatnya tampak semakin menarik di mata ku. Dia tenang, tak banyak merubah posisi duduknya. Tak terkesan ramah, namun tidak angkuh. Tidak pernah sekalipun aku mendengar suaranya, tapi aku tahu dia tersenyum kecil saat melihat aku ada di gerbong yang sama dengan nya. Pernah suatu saat dia berdiri tepat di hadapanku dan aku duduk tepat di depannya. Aku bisa melihat jelas postur nya yang tinggi, tangan dan lengan kokohnya serta dada nya yang bidang. Pasti saat itu dia sama gugup nya dengan ku, dia terus melihat ke depan, aku tetap melihat ke bawah, ke arah sekumpulan kaki – kaki manusia di kereta KRL.

Keinginan ku untuk mencari tahu tentang pria itu mungkin sebesar ketakutan nya untuk mencari tahu tenang diriku. Kami memilih bertahan dalam ketidaktahuan dan hanya menciptakan prasangka. Menghindar karena kekecewaan yang mungkin timbul. Saling mengagumi dalam kebisuan yang bisa membebaskan penafsiran. Karena aku turun di stasiun terakhir dan sebagian penumpang telah turun, aku selalu berkesempatan untuk duduk meskipun hanya 10 menit. Laki – laki itu duduk agak jauh, tapi aku masih bisa melihat badan nya yang tinggi dan tegap saat dia duduk. Dia renggangkan kaki nya yang panjang dan melipat kedua tangannya. Aku melihat nya menguap. Dia pasti sibuk bekerja hingga jam tidurnya tak pernah cukup. Kepala nya disandarkan di kursi dan mata nya ditutup. Di saat – saat ini lah aku bisa dengan bebas memandangi nya. Semoga dia melakukan hal yang sama pada ku saat aku tertidur, memandangi ku sama seperti yang saat ini sedang kulakukan pada nya. Laki – laki tampan itu terlihat kelelahan. “Kira – kira apa pekerjaanya?” Tanya ku lirih. Saat dia tiba- tiba membuka mata, aku kaget dan cepat - cepat

(4)

berpaling dari nya. Dia tersenyum, “apa mungkin dia tahu kalau aku sedang menatap nya?” Tanya ku. Aku lalu mengalihkan pandangan ku pada pepohonan di luar, dia menoleh ke arah ku. Aku tahu itu, tapi tak berani membalasnya. Aku membiarkan nya. Dia terus saja menatap ku, membuat ku tak nyaman. Sepert inilah yang terjadi pada kami setiap pagi.

Kereta sampai di stasiun 30 menit seperti biasanya. Aku tersadar dari angan ku tentang laki - laki itu. Dia berjalan ke arah yang berlawanan dengan ku. Tiga puluh menit ku telah berlalu, kutunggu pagi yang sama, pagi dengan laki – laki misterius ku. Aku membelikan bubur ayam untuk Lena dan berjalan menuju kantor tempat ku bekerja. Membutuhkan setidak nya 10 menit bagiku untuk berjalan kaki sampai ke kantor. Aku bekerja sebagai Recruitment Manager di sebuah perusahaan pembuatan air mineral dalam kemasan. “Freshness for health” itulah tag line produk nya, tapi aku rasa sebentar lagi kata – kata itu akan dirubah. Selama bekerja di sana hampir dua tahun, aku telah santer mendengar gosip tentang akan diambil – alih nya perusahaan ku oleh perusahaan minuman bersoda dari luar negeri. Sebuah perusahaan multinasional yang besar dan terkenal. Persaingan cukup keras yang terjadi pada produk - produk air mineral, membuat perusahaan tempat ku bekerja tidak bisa bertahan. Karena mengalami penurunan drastis dalam penjualan produk nya dan menderita kerugiaan yang cukup besar, sebuah perusahaan asing telah membeli sebagian besar saham nya. Sudah bisa dipastikan bahwa dalam beberapa bulan lagi aku akan kehilangan pekerjaan ku. Aku akan bertahan selama 3 bulan di perusahaan ini untuk mendelegasikan semua pekerjaan ku pada orang baru yang akan menggantikanku, kecuali jika aku sudah mendapatkan pekerjaan baru sebelum 3 bulan dan bisa pergi tanpa harus berlama – lama dengan orang baru itu. Semua karyawan lama akan digantikan oleh karyawan baru dan karyawan lama bertugas untuk membantu karyawan baru dalam hal pengambil alihan pekerjaan. Namun aku tak pernah menyesal sudah bekerja di sini, karena di sini lah aku banyak mendapatkan pembelajaran dan pengalaman di bidang recruitment. Dan di tempat ini lah aku bertemu dengan Lena, teman kantor ku yang impulsif tapi penuh semangat. “Ini!” Aku menaruh bubur ayam pesanan Lena di meja nya dan langsung duduk di meja ku. Tapi dia sama sekali tak menghiraukan ku. Saat kulihat, dia sedang mengamati foto seorang wanita di blackberry nya. Aku penasaran dan ikut melihat foto itu dari belakang.

“Dia orang nya,” kata Lena pelan. Sambil menyentuh kaca mata nya yang berwarna maroon dan sesekali memainkan ekor kuda mungil di rambut nya, Lena terus memandangi foto itu.

(5)

“Dia orangnya, wanita yang akan menggantikan ku.” “Kau serius? Kau tahu dari mana?” Tanya ku.

“Aku punya teman yang bekerja di sana. Dia memberikan ku informasi mengenai wanita ini,” kata nya.

“Kau kesal, ya?” ledekku.

“Tidak! Siapa yang kesal,” ucap nya sedikit gagap. “Lagi pula, aku hanya mau melihat – lihat saja, memang nya ada yang salah?” Tukas nya sambil menoleh pada ku.

“Hahaha…kau mengelak, jelas – jelas kau kesal,” ejek ku sembari menyentuh pipi nya dengan jari ku. Akui saja kalau kau kesal. Kau kesal juga tidak apa – apa.”

“Sudah kubilang, aku tidak kesal!” Lena marah dan aku tertawa melihat nya.

“Sudah jangan marah – marah, makan bubur ayam mu! Nanti dingin,” kata ku sambil melirik ke bubur ayam yang kubelikan untuk nya.

“Wah, terima kasih ya Aruna,” ucap nya ramah seketika. “Aku seringkali tak sempat makan di pagi hari, padahal aku selalu membuat kan sarapan untuk suami dan anak – anak ku.” Selesai mengeluh dia mulai menyantap bubur itu. “Kau sudah mulai mencari – cari pekerjaan baru?” Tanya nya sambil mengunyah bubur ayam di mulut nya.

“Baru beberapa yang sudah kulamar, tapi belum ada jawaban,” jawab ku datar. Aku mengobrol sambil membaca beberapa email yang masuk di komputer ku. Sebagian besar email itu berisi mengenai laporan dan data – data karyawan dari masing – masing departemen. Karena sebagian besar dari mereka akan dipecat, maka aku harus mendata berapa banyak karyawan baru yang harus kurekrut untuk perusahaan asing itu. “Kau sendiri bagaimana? Sudah mencari – cari pekerjaan baru?” Tanya ku

“Sudah, tapi baru satu yang kulamar,” jawab nya.

“Oh, ya?! Kau melamar pekerjaan dimana?” Aku menoleh ke arah nya.

“Ke sebuah perusahaan farmasi yang sedang membutuhkan Training Manager,” jawab nya. Lena bekerja sebagai Training Manager di kantor ini. Dia bekerja lebih lama dari ku.

“Lalu? Apa sudah ada jawaban?” Tanya ku

“Belum,” jawab nya sambil memegang sendok. “Berdoa saja, seandainya sampai aku keluar tapi belum juga mendapatkan pekerjaan baru, akan kugunakan waktu ku untuk mengurus kedua anak ku dan memulangkan kedua pembantu ku untuk sementara.” Lena adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai dua anak, satu berusia 10 tahun dan satu lagi 7 tahun. Penghasilan

(6)

suami nya yang lebih kecil dari nya membuat dia harus bekerja lebih keras. “Lena, dia tadi melihat ku,” kata ku.

“Siapa?” Tanya nya sambil menelan bubur ayam.

“Pria yang berangkat bersama ku setiap hari di kereta,” jawab ku malu.

“Astaga, dia lagi?!” Tukas nya sambil mengangkat kedua telapak tangan nya ke atas. Lena tahu tentang laki - laki di kereta itu dan sepertinya dia sudah bosan mendengar cerita ku tentang nya. Aku hanya tersipu malu di depan komputer saat melihat eskpresi kesal Lena. Setelah menyantap sarapan nya dalam waktu kurang dari 15 menit, Lena kembali bekerja dan aku menyelesaikan membaca email - email yang masuk.

Pekerjaan ini memungkinkan ku untuk bisa bertemu dengan berbagai macam karakter manusia. Aku belajar menilai kepribadian, kemampuan, kelemahan dan sisi lain dari seseorang lewat pekerjaan ku. Secara tidak sengaja aku banyak menyerap ilmu saat mewawancarai karyawan baru yang akan masuk. Kemampuan ku menganalisa karakter manusia dan pengetahuan ku mengenai berbagai jenis pekerjaan menjadi bertambah. Tapi aku merasa belum mendapatkan semua yang aku butuhkan di kantor ini, tanpa bisa melakukan apa – apa aku harus menerima kenyataan bahwa akan ada orang lain yang akan menggantikan posisi ku. Sebelumnya aku bekerja sebagai staff personalia di sebuah perusahaan otomotif yang membawahi banyak dealer mobil. Karena perkotaan semakin macet dengan dijual nya mobil – mobil itu, ditambah juga dengan karir ku yang juga macet alias tidak berkembang, aku memutuskan untuk hengkang dan menerima pekerjaan ini setelah melihat nya dari internet. Perusahaan asing yang mengambil alih perusahaan ku berencana untuk mengembangkan produk lain selain minuman bersoda. Mereka mulai menyadari bahwa konsumen Indonesia tidak terlalu menyukai minuman bersoda, sehingga mereka memakan perusahaan lokal untuk membuat produk baru yang lebih bisa diterima. Mereka berencana membuat air mineral, minuman berkarbonasi dan teh dalam botol. Hanya karyawan di bagian Research and Development saja yang tidak akan dipecat, karena mereka – mereka inilah yang masih bisa dimanfaatkan untuk meracik produk – produk baru itu. Meskipun orang – orang ini hanya membuat produk air mineral saja selama ini, tapi mereka dianggap akan bisa membantu pengembangan produk – produk baru itu. Jika diibaratkan seperti sebuah restoran, orang – orang ini adalah tulang punggung di restoran itu, alias para koki yang tahu bagaimana membuat makanan enak sehingga membuat tamu selalu datang. Keputusan pemecatan karyawan ini terkesan jahat memang, tapi inilah yang terjadi saat bisnis berbicara.

(7)

Setelah makan siang, kami melakukan rapat dengan semua karyawan di bagian Human Resources. Rapat itu dipimpin oleh Pak Subrata, bos ku yang juga akan dipecat. Rapat ini menjadi rapat terakhir dengan bos ku sebelum perusahaan ini resmi diambil alih minggu depan. Mulai minggu depan, aku hanya punya waktu 3 bulan untuk bekerja sekaligus bertemu dengan laki – laki yang kutaksir di kereta setiap pagi. Poin kedua lebih membuat ku kesal daripada yang pertama. Bisa saja kantor baru ku nanti akan membuat ku harus berpindah tempat tinggal dan aku tidak akan menaiki kereta yang sama lagi. Ruangan rapat itu terasa hening sampai akhirnya Pak Brata berbicara di depan semua orang. Aku tak bisa menyembunyikan kesedihan ku karena harus kehilangan sosok atasan seperti dia.

“Selamat Siang, Semua,” sapa nya sambik berdiri di tengah ruangan. “Siang, Pakk…” jawab semua orang.

“Seperti yang kalian sudah ketahui, minggu depan orang – orang yang akan mengambil alih perusahaan ini akan datang. Dari departemen kita, akan ada tiga orang yang datang pada hari Senin,” kata nya. Tiba – tiba aku malas untuk mendengarkan lebih lanjut. Dari tak bersandar, sekarang aku menyandarkan diri ku di kursi. Rambut panjang ku yang tergerai ke belakang, kuibaskan ke depan sambil menghela nafas. “Aku mengerti ini tidak akan mudah bagi kalian semua, tapi aku harap kalian bisa menghadapi situasi ini. Di kesempatan ini aku juga ingin mengumumkan satu hal untuk kalian semua. Karena kalian akan bertemu dengan manajer kalian yang baru, aku ingin memberitahukan bahwa minggu depan akan sekaligus menjadi hari terakhir ku bekerja di sini.” Aku senang karena Pak Brata telah mendapatkan pekerjaan baru sebelum dia dipecat. Meskipun hanya bekerja pada perusahaan kecil yang sedang berkembang, tapi setidak – tidak satu orang baik di kantor ini telah terselamatkan. “Aku sangat senang bekerja dengan kalian semua, aku harap untuk 3 bulan ke depan kalian bisa membantu orang – orang itu dalam proses pendelegasian kerja. Aku sangat menghargai kerja keras kalian selama ini. Terima kasih sudah membantu ku selama ini, aku tak akan bisa sampai sejauh ini tanpa bantuan kalian.” Ucap nya.

Meskipun semua orang sudah tahu tentang kepergian Pak Brata, tapi tetap saja hal itu sangat mengharukan bagi semua orang. Mereka tak akan pernah tahu orang seperti apa yang akan menggantikannya. Tak banyak yang dibicarakan di rapat itu selain pertanyaan tentang orang – orang baru yang akan menggantikan pekerjaan kami. Rapat itu lebih mirip seperti sesi mengobrol dibandingkan rapat – rapat yang biasa kami lakukan. Aku akan bertahan selama 3 bulan ke depan

(8)

dan bekerja bersama dengan orang yang akan menggantikan ku. Banyak karyawan yang lebih memilih untuk mengundurkan diri daripada melakukannya, meskipun belum mendapatkan pekerjaan baru. Aku hanya penasaran seperti apa orang baru itu dan sehebat apa dia.

Mood ku tidak terlalu baik hari ini, tapi itu sedikit terobati saat aku ingat bahwa ini hari Jumat, setidak nya besok akhir pekan dan setidak nya aku bisa santai sebelum kehilangan pekerjaan ku pada hari Senin. Saat dalam perjalanan pulang di kereta, aku menelepon Cempaka, sahabat ku yang memiliki kelincahan berlebih dari wanita – wanita lain seusianya. Laki – laki misterius ku juga terlihat kelelahan karena bekerja, sepanjang perjalanan pulang aku hanya melihat nya tidur di kereta, melihatnya saja bisa menenangkan ku dan membuat ku terlepas dari kepenatan sehabis bekerja.

“Hai, Aruna!” Sapa Cempaka di telepon.

“Hai, Cempaka! Apa kabar mu hari ini?” Tanya ku

“Baik,” jawab nya. “Berisik sekali, kau dimana?” Tanya nya. Suara kereta yang sedang berjalan sedikit mengganggu pembicaraan ku dan Cempaka di telelpon.

“Aku di kereta,” kata ku. “Kau sedang sibuk tidak?” Tanya ku. “Tidak, ada apa?”

“Hari Sabtu besok apa yang akan kau lakukan?” Tanya ku.

“Aku harus mengajar sampai siang.” Aku lupa kalau dia mengajar tari di hari Sabtu. “Memangnya kenapa? Mau mengajak ku keluar?” Tanya nya.

“Iya, tapi aku lupa kau harus mengajar di akhir pekan,” jawab ku sedikit kecewa. “Setelah selesai mengajar kau ada waktu?” Tanya ku.

“Aku rasa ada. Bagaimana kalau kita makan siang?” Tanya nya.

“Tentu, tentu!” Jawab ku semangat. “Ehm…kita makan siang jam satu, di mall biasa tempat kita bertemu, bagaimana?”

“Baiklah, aku setuju!” Jawab nya. “Besok kau hubungi aku lagi, ya! Mungkin aku akan sedikit terlambat,” kata nya.

“Tidak masalah!” Respon ku cepat. “Kalau begitu, sampai besok, ya!” “Sampai besok Kau hati – hati di jalan, ya!” Kata nya.

“Kau juga,” jawab ku mengakhiri pembicaraan. Aku menoleh pada laki – laki itu, ternyata dia masih tertidur. “Haruskah aku membangunkannya saat sampai nanti?” Tanya ku dalam hati. “Bagaimana kalau dia masih tertidur saat harus turun nanti?” Aku berbicara sendiri sambil

(9)

berusaha mencari akal untuk membangunkannya. Jahat sekali kalau aku membiarkannya tertidur padahal aku tahu tempat dimana dia turun. Tak mungkin dia turun di stasiun berikutnya. “Tapi bagaimana kalau iya?” Tanya ku sendiri. Aku pasti akan malu karena telah lancang membangunkannya. Aku berdoa semoga dia terbangun sebelum turun. Beruntung orang yang mengecek tiket datang dan membangunkannya. Dia terlihat kaget dan bingung. Melihat keluar berusaha mencari tahu dimana dia sekarang, kalau – kalau dia melewatkan stasiun nya. Tiba – tiba dia melihat ke arah ku, dia terlihat lega karena aku ada di sana. Aku masih menemani nya di dalam kereta itu dan sekaligus menemani nya saat turun nanti. Aku akan tetap terjaga untuk menjaganya dan aku yakin dia akan melakukan hal yang sama jika ini terjadi pada ku.

Aku tak ingat bagaimana pertama kali aku jatuh cinta padanya. Ketika aku melihat 2 orang pasangan di kereta dimana si wanita menyandarkan kepala nya dan tidur di pundak si pria, aku selalu membayangkan dan mengganti wajah pasangan itu dengan wajah ku dan wajah nya. Tak ada yang lebih indah di dunia ini selain capek bekerja, tapi masih bisa bersandar pada orang yang kita cintai ketika pulang.

Referensi

Dokumen terkait

dan asam fosfat , asam fitat merupakan senyawa yang selalu terdapat pada bahan pakan yang berasal dari tanaman serealia dan merupakan senyawa yang tidak dapat

Hal ini tidak bisa disalahkan, karena pada salah satu fungsi gosip yang diajukan oleh Foster (2004) adalah sebagai pengaruh yang dalam pengejawantahannya adalah

(1) Ekosistem perairan tawar yang akan dipulihkan melalui mekanisme alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, merupakan ekosistem yang mengalami kerusakan ringan

Berdasarkan hasil penelitian di atasa, maka saran penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Hendaknya apresiasi sastra akhir pekan berbasis paguyuban kelas ini

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran mentorship terhadap keterampilan pemeriksaan Leopold pada mahasiswa DIII

tertarik pada sebuah tugas atau aktivitas.” Seseorang yang benar -benar berminat terhadap suatu obyek maka akan berpengaruh terhadap segala sikap dan perilakunya misalnya

Pada bab ini akan diuraikan hasil telaah terkait persoalan dalam penelitian, yakni menelaah proses penyusunan rencana keruangan dan pembangunan, telaah terkait

Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata 1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik