• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan U’Budiyah

Banda Aceh

Oleh:

FITRI CUT YANTI NIM: 10010129

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U`BUDIYAH BANDA ACEH DIPLOMA III KEBIDANAN

(2)

ABSTRAK

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

Fitri Cut Yanti1, Mahdinur² xiii + 57 halaman: 12 Tabel, 1 Gambar, 12 Lampiran

Latar Belakang: Rendahnya angka cakupan Imunisasi Hepatitis B0 yang diberikan kurang dari 7 hari pada bayi itu disebabkan karena sebagian masyarakat tidak atau belum tahu manfaat Imunisasi Hepatitis B0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Mereka merasa takut dan kasihan bayi mereka diberi imunisasi pada waktu dini dan berpendapat bayi akan sehat tanpa imunisasi dini.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.

Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross

sectional, dilakukan di puskesmas Meureudu sejak tanggal 22 s/d 26 Agustus 2013.

Pengambilan sampel menggunakan tehknik achidental sampling sebanyak 82 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan 18 pertanyaan.

Hasil Penelitian : dari 82 responden adalah dari 44 responden yang berpengetahuan kurang, 44 diantaranya tidak memberikan imunisasi HB0 (100%), dari 42 responden yang berpendidikan dasar, 42 diantaranya tidak memberikan imunisasi HB0 (100%), dari 8 responden yang berumur dewasa akhir, 8 diantaranya tidak memberikan imunisasi HB0 (100%), dari 65 responden yang tidak bekerja, 58 diantaranya tidak memberikan memberikan imunisasi HB0 pada bayi (89,2%). Sehingga dapat diambil kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, pendidikan, umur, pekerjaan dan pendapatan ibu dengan pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir.

Kesimpulan dan Saran: Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ibu yang tidak memberikan imunisasi HB0 pada bayinya berpengetahuan kurang berpendidikan rendah, berumur muda, Diharapkan pada petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan hubungan komunitasnya dalam memberikan penyuluhan dilapangan dalam upaya pemberian imunisasi tentang imunisasi HB0 pada sehingga program pemerintah dapat tercapai untuk menurunkan angka kesakitan ibu dan anak.

Kata kunci : Pemberian HB0

Sumber : 29 buku (2004-2012) + 4 internet 1

Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah .2Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Proposal Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, Maret 2013

Menyetujui, Pembimbing

(MAHDINUR, SKM, MPH)

MENGETAHUI:

KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U`Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes selaku Ketua STIKes U`budiyah Banda Aceh.

3. Nuzulul Rahmi, SST selaku Ketua Prodi Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh.

4. Bapak H. Muslem, S. Sos selaku Ketua Pengelola Kampus STIKes U`Budiyah Sigli.

5. Kepada Bapak Mahdinur, SKM. MPH selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran terhadap kesempurnaan isi Karya Tulis Ilmiah KTI ini.

6. Seluruh staf Pengajar Akademi Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh yang mendidik dan mengajari peneliti menjadi orang yang berguna bagi Agama dan Bangsa.

(5)

7. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tersayang yang telah banyak menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka peneliti menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Amien Ya Rabbal `Alamin

Sigli, September 2013 Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

DAFTAR ISI…... viii

DAFTAR TABEL….. ... x

DAFTAR GAMBAR….. ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 1. Tujuan Umum ... 5 2. Tujuan Khusus ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Imunisasi ... 8 1. Pengertian ... 8 2. Tujuan Imunisasi ... 9 B. Hepatitis B ... 10 1. Pengertian ... 10 2. Etiologi ... 10 3. Sumber Penularan ... 10 4. Cara Penularan ... 11 5. Masa Inkubasi ... 11

6. Gejala dan Tanda ... 12

7. Kelompok yang Rentan... 12

8. Prognosa ... 12

9. Diagnosa ... 13

10.Pencegahan Hepatitis B ... 13

C. Imunisasi Hepatitis B ... 14

D. Program Imunisasi Hepatitis B ... 15

1. Tujuan Program ... 15

2. Jadwal Imunisasi ... 16

3. Kontraindikasi dan Efek Samping ... 17

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian ... Imunisasi Hb-0 ... 17

1. Pengetahuan ... 18

(7)

3. Umur ... 22

3. Pekerjaan ... 24

4. Pendapatan ... 24

F. Kerangka Teoritis... 27

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 28

B. Definisi Operasional ... 29

BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

D Instrumen Penelitian ... 32

E. Pengumpulan Data ... 32

1. Data Primer ... 32

2. Data Sekunder ... 33

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 33

1. Pengolahan Data ... 33

2. Analisis Data ... 34

G. Penyajian Data ... 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ... 36

B. Hasil Penelitian ... 36 C. Pembahasan... 44 BAB VI PENUTUP ... 53 A. Kesimpulan ... 53 B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... ... 29 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian

Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja

Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ... 37 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu

Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013 ... 37 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013 ... 38 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Dalam

Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013 ... 38 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013 ... 39 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan Ibu

Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013 ... 39 Tabel 5.7. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari

Segi Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ... 40 Tabel 5.8. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari

Segi Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ... 41 Tabel 5.9. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari

Segi Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten

Pidie Jaya Tahun 2013 ... 42 Tabel 6.0. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari

Segi Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ... 43 Tabel 6.1. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari

Segi Pendapatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan upaya efektif untuk menurunkan angka kematian anak yang merupakan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals

(MDGs). Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementrian

Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai MDGs khususnya menurunkan angka kematian pada anak (Kemenkes RI, 2010). Sementara Hidayat (2009) menjelaskan imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada balita dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga balita dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menetapkan 28 Juli sebagai hari peringatan hepatitis Se-Dunia. Sedangkan Pelopor yang menemukan virus hepatitis B dan mengembangkan vaksin hepatitis B adalah Dr. Baruch S. Blumberg. Data WHO menunjukkan bahwa dari berbagai penyebab kanker, 5-10% disebabkan oleh hepatitis B. Dari seluruh carrier hepatitis B di dunia, sekitar 75% terdapat di wilayah Asia-Pasifik. Sebanyak 500 juta manusia di dunia terinfeksi hepatitis B dan lebih dari 600 ribu orang meninggal akibat komplikasi dari hepatitis B setiap tahunnya (Santoso,2007).

Indonesia telah menetapkan target tahun 2012 untuk seluruh (100%) desa/kelurahan harus sudah mencapai UCI (Universal Child Immunization), artinya setiap desa/kelurahan minimal 80% balita telah mendapat imunisasi dasar

(10)

lengkap. Target tersebut dituangkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2012).

Sebagai upaya pencegahan penularan Hepatitis B secara vertikal dari ibu ke bayi maka pemberian Imunisasi Hepatitis B pertama sedini mungkin yaitu usia 0-7 hari. Rendahnya angka cakupan Imunisasi Hepatitis B0 yang diberikan kurang dari 7 hari pada bayi itu disebabkan karena sebagian masyarakat tidak atau belum tahu manfaat Imunisasi Hepatitis B0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Mereka merasa takut dan kasihan bayi mereka diberi imunisasi pada waktu dini dan berpendapat bayi akan sehat tanpa imunisasi dini (Depkes RI, 2008).

Ningsih (2010), mengatakan bahwa mayoritas pengidap Hepatitis B terdapat di negara berkembang. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus Hepatitis B adalah sebesar 34% dan cenderung meningkat karena jumlah pengidapnya terus bertambah terlebih lagi terdapat carrier atau pembawa penyakit dan dapat menjadi penyakit pembunuh diam-diam (Silent Killer) bagi semua orang tanpa kecuali. Di pedesaan penyakit Hepatitis menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular, sedangkan di daerah perkotaan menduduki urutan ketiga.

Masalah minimnya intervensi pemerintah dalam hal ini menjadi kendala utama. Peran utama pemerintah hanya pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B gratis pada bayi baru lahir di Puskesmas dan Posyandu. Pemberian Imunisasi Hepatitis

(11)

B0 sedini mungkin dilakukan setelah lahir, mengingat sekitar 33 % ibu melahirkan di negara berkembang adalah pengidap Hepatitis B positif dengan perkiraan transmisi maternal 40 % (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2006).

Di Indonesia, diperkirakan sekitar 10% merupakan carrier hepatitis B. Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B. Ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Prevalensi pengidap penyakit Hepatitis B di Indonesia sebanyak 2,5 - 25 %, kalangan wanita hamil sebanyak 3,6 – 8,7 %, dan prevalensi penyakit Hepatitis B pada kalangan anak-anak di bawah usia 4 tahun adalah sebesar 6,2 % ( Ditjen PPm & PL Depkes RI 2007 ). Sebesar 50 % dari ibu hamil pengidap Hepatitis B akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Serta persentase populasi yang diserang yaitu dari populasi umum 5 % - 20 %, kalangan donor darah 2,5 % - 25 %, dan dikalangan wanita hamil 3,6 % - 8,7 %. Data epidemiologi menyatakan akan lebih banyak terjadi pada anak-anak balita oleh karena respon imun pada mereka belum sepenuhnya berkembang sempurna (Santoso, 2007).

Persentase cakupan imunisasi HB0 di Indonesia yang diberikan pada bayi dengan usia kurang dari 7 hari sebesar 3 % dan mengalami peningkatan menjadi 10 %, sedangkan cakupan imunisasi Hepatitis B yang diberikan pada bayi dengan usia lebih dari 7 hari sebesar 90% mengalami penurunan menjadi 50 %. Sementara jumlah kasus Hepatitis yang diderita oleh anak dibawah lima tahun pada tahun 2005 sebanyak 20.338 kasus (Insiden Rate 0,9 / 10.000 penduduk) (Depkes RI, 2010).

(12)

Target yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota terdapat 18 indikator, salah satu diantaranya cakupan Universal Child Immunization (UCI) tahun 2010 sebesar 100%. Akan tetapi pencapaian program imunisasi Hepatitis B di Indonesia tahun 2011 dari 4.866.842 bayi, hanya 2.000.355 bayi (41,1%) yang mendapatkan imunisasi Hb-0 dan untuk Provinsi Aceh sampai bulan Desember 2012, cakupan imunisasi Hb-0 hanya 13.686 bayi 2012 (12,5 %). (Dinkes Prov Aceh, 2012).

Kemenkes RI (2010) menjelaskan bahwa cakupan imunisasi terkait erat dengan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap manfaat mendapatkan imunisasi. Semakin tinggi pengetahuan dan sikapnya, semakin tinggi pula angka cakupan. Selain itu dipengaruhi juga oleh budaya, kepercayaan, jangkauan transportasi dan akses informasi tentang imunisasi. Diantaranya rasa takut orang tua terhadap efek simpang imunisasi sehingga enggan membawa anaknya ke Posyandu. Kegagalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan ledakan penyakit/kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam pasal 130 menyatakan bahwa Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak dan pasal 132 bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi.

Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya, jumlah keseluruhan bayi 3.007 bayi dan terdapat 2.007 bayi (66,7%) yang telah mendapatkan imunisasi Hb-0 (Dinkes Pidie Jaya, 2012). Sedangkan menurut

(13)

data Puskesmas Meureudu, untuk tahun 2012 target imunisasi sebanyak 466 bayi, dengan cakupan Hb-0 adalah 322 bayi (69,1%).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang ibu didapatkan hasil bahwa kelima ibu tersebut belum lengkap memberikan imunisasi HB0 pada bayinya dengan berbagai macam alasan. Peran ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena penggunaan sarana kesehatan oleh ibu yang memiliki bayi berkaitan erat dengan faktor ibu. Walaupun imunisasi sudah diberikan gratis oleh pemerintah. Namun dengan berbagai alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran mengenai manfaat imunisasi HB0 yang beranggapan takut anaknya akan manjadi sakit, dan ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya oleh karena bayinya lahir dengan sehat, serta kurangnya informasi/ penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi serta hambatan lainnya termasuk faktor pendidikan dimana pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi pada anak.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013".

(14)

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013?".

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.

b. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.

c. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur ibu memberikan imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.

d. Untuk mengetahui pengaruh faktor pekerjaan ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.

(15)

e. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan ibu memberikan imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013?

D. Manfaat penelitian 1. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang penulis peroleh selama ini, khususnya tentang riset penelitian serta yang menyangkut topik penelitian ini.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan, pemerintah/ pengambil keputusan tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dengan membuat program yang sesuai untuk meningkatkan cakupan imunisasi.

3. Bagi Institusi pendidikan

Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dan sebagai bahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi HB-0 pada bayi baru lahir.

4. Bagi Ibu Bayi

Memberikan informasi kepada ibu bayi khususnya yang menyangkut tentang manfaat yang diperoleh bagi bayi yang diberikan imunisasi Hb-0.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Imunisasi 1. Pengertian

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh sehingga tubuh membentuk zat anti terhadap penyakit yang berbahaya bagi seseorang. Imunisasi merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit penyerang tubuh (Harry, 2012)

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa. Imunisasi menjaga bayi dan anak dari penyakit tertentu sesuai dengan jenis (Sulisetiya, 2010).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meninggalkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Tubuh manusia mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas kemampuan tertentu. Tubuh juga sanggup menghilangkan serangan penyakit dari luar. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,

(17)

sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Sulisetiya, 2010).

Imunisasi merupakan program utama suatu negara, bahkan merupakan salah satu alat pencegah penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur secara universal melalui berbagai kesepakatan yang fasilitasi oleh badan dunia seperti WHO dan UNICEF. Pertemuan menukar pengalaman, evaluasi, perlu tidaknya bantuan dan lain sebagainya (Sulisetiya, 2010).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bukan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Sulisetiya, 2010).

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunitasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bias menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya (Harry, 2012).

Tahun 1997 Depkes telah mencanangkan program pengembangan imunisasi (PPI) yang menunjukkan agar semua anak mendapat imunisasi terhadap tujuh penyakit yaitu : hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, pertusis, dan TBC (Harry, 2012).

(18)

1. Pengertian

Hepatitis B didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati (Liver). Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit kuning, padahal penguningan (kuku, mata, kulit) hanya salah satu gejala dari penyakit Hepatitis itu (Misnadiarly, 2007).

2. Etiologi

Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan terus berkembang biak dalam sel-sel hati

(Hepatocytes). Akibat serangan ini sistem kekebalan tubuh kemudian memberi

reaksi dan melawan. Kalau berhasil maka virus dapat terbasmi habis. Tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan menyebabkan Hepatitis B kronis (si pasien sendiri menjadi carrier atau pembawa virus seumur hidupnya). Dalam seluruh proses ini liver mengalami peradangan (Misnadiarly, 2007).

3. Sumber Penularan

VHB mudah ditularkan kepada semua orang. Penularannya dapat melalui darah atau bahan yang berasal dari darah, cairan semen (sperma), lendir kemaluan wanita (Sekret Vagina), darah menstruasi. Dalam jumlah kecil HBsAg dapat juga ditemukan pada Air Susu Ibu (ASI), air liur, air seni, keringat, tinja, cairan amnion dan cairan lambung (Dalimartha, 2004).

4. Cara Penularan

Ada dua macam cara penularan Hepatitis B, yaitu transmisi vertikal dan transmisi horisontal.

(19)

a. Transmisi vertikal

Penularan terjadi pada masa persalinan (Perinatal). VHB ditularkan dari ibu kepada bayinya yang disebut juga penularan Maternal Neonatal. Penularan cara ini terjadi akibat ibu yang sedang hamil terserang penyakit Hepatitis B akut atau ibu memang pengidap kronis Hepatitis B (Dalimartha, 2004).

b. Transmisi horisontal

Adalah penularan atau penyebaran VHB dalam masyarakat. Penularan terjadi akibat kontak erat dengan pengidap Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut. Misalnya pada orang yang tinggal serumah atau melakukan hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B (Dalimartha, 2004).

Cara penularan paling utama di dunia ialah dari ibu kepada bayinya saat proses melahirkan. Kalau bayinya tidak divaksinasi saat lahir bayi akan menjadi

carrier seumur hidup bahkan nantinya bisa menderita gagal hati dan kanker hati.

Selain itu penularan juga dapat terjadi lewat darah ketika terjadi kontak dengan darah yang terinfeksi virus Hepatitis B (Misnadiarly, 2007).

5. Masa Inkubasi

Masa inkubasi (saat terinfeksi sampai timbul gejala) sekitar 24 - 96 minggu (Misnadiarly, 2007). Menurut Sudoyo (2006), masa inkubasi VHB berkisar dari 15–180 hari (rata-rata 60-90 hari).

(20)

Munculnya gejala ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia pasien saat terinfeksi, kondisi kekebalan tubuh dan pada tingkatan mana penyakit diketahui. Gejala dan tanda antara lain:

a. Mual-mual (Nausea)

b. Muntah – muntah (Vomiting) disebabkan oleh tekanan hebat pada liver sehingga membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga

c. Diare

d. Anorexia yaitu hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual

e. Sakit kepala yang berhubungan dengan demam, peningkatan suhu tubuh f. Penyakit kuning (Jaundice) yaitu terjadi perubahan warna kuku, mata, dan

kulit (Misnadiarly, 2007). 7. Kelompok yang Rentan

Adapun kelompok yang rentan terkena Hepatitis B adalah (Misnadiarly, 2007):

a. Anak yang baru lahir dari ibu yang terkena Hepatitis B

b. Tinggal serumah atau berhubungan seksual dengan penderita Hepatitis B c. Mereka yang tinggal atau sering bepergian ke daerah endemis Hepatitis B 8. Prognosa

Bila seseorang terinfeksi VHB maka proses perjalanan penyakitnya tergantung pada aktivitas sistem pertahanan tubuhnya. Jika sistem pertahanan tubuhnya baik maka infeksi VHB akan diakhiri dengan proses penyembuhan. Namun, bila sistem pertahanan tubuhnya terganggu maka penyakitnya akan menjadi kronik. Penderita Hepatitis B Kronik dapat berakhir menjadi sirosis hati

(21)

atau kanker hati (Karsinoma Hepatoseluler). Sirosis dan kanker hati sering menimbulkan komplikasi berat berupa pendarahan saluran cerna hingga Koma

Hepatik (Dalimartha, 2004).

9. Diagnosa

Diagnosa yang dapat dilakukan yaitu serologi (test darah) dan biopsi liver (pengambilan sampel jaringan liver). Bila HBsAg positif maka orang tersebut telah terinfeksi oleh VHB (Misnadiarly, 2007).

10. Pencegahan Hepatitis B

Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi. Imunisasi adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh yang diharapkan dapat menghasilkan zat antibodi yang pada saatnya nanti digunakan untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hadinegoro, 2008).

Program imunisasi di Indonesia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Imunisasi Wajib

Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG (Bacille Calmette Guerin), Polio, Hepatitis B, DTP (Difteria, Tetanus, Pertusis) dan campak.

2. Imunisasi yang Dianjurkan

Imunisasi yang dianjurkan diberikan kepada bayi/anak mengingat beban penyakit (burden of disease) namun belum masuk ke dalam program imunisasi nasional sesuai prioritas. Imunisasi dianjurkan adalah Hib (Haemophillus

(22)

tifoid, Hepatitis A, varisela, rotavirus, dan HPV (Human Papilloma Virus) (Hadinegoro, 2008).

C. Imunisasi Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat vaksinasi Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Ada dua tipe vaksin Hepatitis B yang mengandung HbsAg, yaitu (1) vaksin yang berasal dari plasma, dan (2) vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibodi anti HBsAg ibu tidak mengganggu respons terhadap vaksin (Wahab, 2002).

Imunisasi Hepatitis B pasif dilakukan dengan memberikan Hepatitis B Imunoglobulin (HBIg) yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. HBIg tidak selalu tersedia di kebanyakan negara berkembang, di samping itu harganya yang relatif mahal. Imunisasi aktif dilakukan dengan vaksinasi Hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita Hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-sama dengan vaksinasi Hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap VHB diberikan secara intra muskular dengan dosis 0,5 ml, selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan (Dalimartha, 2004).

Vaksin Hepatitis B (hepB) diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah persalinan. Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (Dalimartha, 2004).

(23)

Pedoman nasional di Indonesia merekomendasikan agar seluruh bayi diberikan imunisasi Hepatitis B dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada bulan berikutnya. Program Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dimulai sejak tahun 2005 dengan memberikan vaksin hepB-O monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, pada Tahun 2006 dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepB pada umur 2-3-4 bulan (Hadinegoro, 2008).

Tujuan vaksin hepB diberikan dalam kombinasi dengan DTwP (Difteria,

Tetanus, Pertusis Whole cell) untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan

cakupan hepB-3 yang masih rendah (Hadinegoro, 2008). Pada umumnya bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B melalui puskesmas, rumah sakit, praktik dokter dan klinik (Dalimartha, 2004).

1. Tujuan Program Imunisasi Hepatitis B

Tujuan program imunisasi Hepatitis B di Indonesia dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum

Adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B

b. Tujuan khusus

1) Pemberian dosis pertama dari vaksin hepB kepada bayi sedini mungkin sebelum berumur 7 hari

2) Memberikan imunisasi Hepatitis B sampai 3 dosis pada bayi (Dalimartha, 2004).

(24)

2. Jadwal Imunisasi Hepatitis B

Pada dasarnya jadwal imunisasi Hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia berbagai pilihan untuk menyatukannya ke dalam program imunisasi terpadu. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diingat :

a. Minimal diberikan sebanyak 3 kali

b. Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir

c. Jadwal imunisasi dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan karena respons antibodi paling optimal (Hadinegoro, 2008).

(25)

Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu :

a. Imunisasi hepB-0-7 hari diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir.

b. Imunisasi hepB-1 diberikan setelah 2 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepB-0 yaitu saat bayi berumur 0-7 hari. Untuk mendapat respons imun optimal, interval imunisasi hepB-1 dengan hepB-2 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepB-2 diberikan pada umur 3-6 bulan (Hadinegoro, 2008).

Pemberian imunisasi Hepatitis B berdasarkan status HBsAg ibu pada saat melahirkan adalah (Wahab, 2002) :

a. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg-nya mendapatkan 5 mcg (0,5 mL) vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 mL) vaksin asal plasma dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau

kemudian diketahui ibu mengidap HBsAg positif maka segera berikan 0,5 mL HBIg (sebelum anak berusia satu minggu)

b. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif mendapatkan 0,5 mL HBIg dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg (0,5 mL) vaksin rekombinan. Bila digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan 10 mcg (0,5 mL) intramuskular dan disuntikkan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan

c. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg (0,25 mL) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan dosis 10 mcg (0,5 mL) intramuskular pada

(26)

saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga pada umur 6-18 bulan.

d. Ulangan imunisasi Hepatitis B diberikan pada umur 10-12 tahun. 3. Kontraindikasi dan Efek Samping

Vaksin hepB diberikan kepada semua orang termasuk wanita hamil, bayi baru lahir, pasien dengan immunocompromised, yaitu pasien dengan kelainan sistem imunitas seperti penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Dalimartha, 2004).

Efek samping yang mungkin timbul dapat berupa reaksi lokal ringan seperti rasa sakit pada bekas suntikan dan reaksi peradangan. Reaksi sistemik kadang timbul berupa panas ringan, lesu, dan rasa tidak enak pada saluran cerna. Gejala di atas akan hilang spontan dalam beberapa hari (Dalimartha, 2004).

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 Manusia mempunyai berbagai pola perilaku, keyakinan, yang dapat dipengaruhi oleh tradisi, budaya, dan harapan sosial sampai ke suatu tingkat yang dapat menyebabkan kondisi dan kegiatan yang tidak sehat dalam keluarga, kelompok populasi. Penyebaran masalah kesehatan berbeda tiap individu, kelompok/ masyarakat dibedakan atas ciri-ciri manusia/karakteristik, tempat dan waktu (Timmreck, 2004).

Salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik manusia. Yang termasuk dalam unsur karakteristik manusia antara lain : pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, status

(27)

perkawinan, status sosial ekonomi, ras/etnik, agama dan sosial budaya. Begitu juga halnya dalam masalah status imunisasi Hepatitis B juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan lingkungan sosial budaya (Azwar, 1999).

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoamodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior). Tingkat pengetahuan di dalam Domain Kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyebutkan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

(28)

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi juga dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

(29)

Hal ini sesuai dengan pendapat Dedi (2010) Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan mereka tidak berperilaku sesuai dengan nilai kesehatan. Demikian juga hal nya dengan tidak tercapainya target imunisasi hingga mencakup semua bayi, dibeberapa daerah, disebabkan pemahaman masyarakat yang masih terbatas bahkan keliru terhadap imunisasi. Dengan imunisasi, berarti bayi sudah mendapat kekebalan dari penyakit. Untuk itu sebaiknya ibu memberikan imunisasi hepatitis B secepat mungkin untuk menghindari penyakit yang akan timbul dikemudian hari.

Menurut Notoatmodjo (2008) pengukuran pengetahuan di bagi atas tiga kategori, yaitu :

a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100% b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75% c. Rendah : Jika responden menjawab benar <56%. 2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: a) input adalah sasaran pendidikan, b) proses (upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain), c) output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

(30)

dirinya dan masyarakat. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2004, jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, Menengah, Pendidikan Tinggi (Depdiknas, 2005).

a. Pendidikan Dasar : jenjang pendidikan awal selama 9 (Sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

b. Pendidikan Menengah : merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Tinggi : jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, dokter dan spesialis yang di selenggarakan oleh perguruan tinggi.

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Pemahaman tentang program ini amat diperlukan. Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai pengertian dan kesadaran lebih baik tentang pencegahan penyakit, yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah (Ali, 2007).

Menurut Retnaningsih dan Rusmiati (2010) Pendidikan sangat penting bagi seseorang untuk memberikan kemampuan dalam berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan yang rasional. Pendidikan yang baik akan memberikan kemampuan yang baik pula kepada seseorang dalam mengambil keputusan mengenai kesehatan keluarga. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung lebih besar keterlibatannya dalam program pelayanan kesehatan, memiliki pengertian yang lebih baik tentang pencegahan penyakit dan mempunyai kesadaran yang lebih tinggi terhadap masalah

(31)

kesehatan. Kesadaran ini dapat memperkuat motivasi dan memperbesar kemauan untuk ambil bagian dalam program-program kesehatan masyarakat, termasuk imunisasi, dalam hal ini yaitu imunisasi HB0.

3. Umur

Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. Umur berkaitan dengan kedewasaan psikologis yaitu semakin mampu menentukan kematangan jiwa, berfikir normal dan mengendalikan emosi (Hurlock, 2005).

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan epidemiologi, baik angka-angka kesakitan maupun kematian maupun hampir didalam semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoadmojo, 2005).

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Pada umumnya semakin dewasa seseorang, maka tingkat pengetahuan seseorang akan semakin meningkat (Hardiwinoto, 2011).

Menurut Sukidi dkk (2012) peningkatan usia ibu tidak meningkatkan kelengkapan status imunisasi pada anak. Berdasarkan teori, usia akan meningkatkan kematangan seseorang dalam mengambil sebuah tindakan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa peningkatan usia seseorang

(32)

tidak mempengaruhi kelengkapan imunisasi HB0 pada anak. Selain itu juga peningkatan usia ibu tidak meningkatkan kepatuhan dalam memberikan imunisasi. Dimana peningkatan umur tidak meningkatkan partisipasi ibu dalam pemberian imunisasi pada bayi.

Sedangkan Darmawan (2012) menjelaskan bahwa umur ibu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam hal pemberian imunisasi Hepatitis B-0 pada umur bayi 0-7 hari. Untuk ibu yang usia muda cenderung untuk tingkat pendidikannya rendah sehingga belum memahami akan manfaat imunisasi, sedangkan ibu yang lebih tua cenderung lebih banyak pengalaman dan informasi yang didapat mengenai manfaat imunisasi bagi bayinya.

Menurut Depkes RI (2009), kategori umur produktif dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Masa Remaja Akhir = 17 – 25 tahun. b. Masa dewasa Awal = 26 – 35 tahun. c. Masa dewasa Akhir = 36 – 45 tahun. 4. Pekerjaan

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu biasanya bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Pekerjaan adalah sumber penghasilan, sebab itu setiap orang yang

(33)

ingin memperoleh penghasilan yang lebih besar dan tingkat penghidupan yang lebih baik, haruslah siap dan bersedia bekerja keras (Anoraga, 2006).

Menurut Retnoningsih dan Rusmiati (2010) pekerjaan merupakan factor predisposisi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Status dan jenis pekerjaan ibu memberi pengaruh terhadap imunisasi. Ada kecenderungan situasi pekerjaan akan menimbulkan masalah kesehatan bagi seorang ibu dan anggota keluarganya. Situasi kerja akan menimbulkan kesibukan dalam pekerjaan sehingga seorang ibu cenderung memiliki waktu terbatas untuk merawat keluarganya.

Sedangkan Darmawan (2012) menjelaskan bahwa status dan pekerjaan ibu memberi pengaruh terhadap status imunisasi. Ibu yang bekerja di luar rumah lebih sering memberikan imunisasi pada anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

5. Pendapatan

Pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi seseorang untuk memelihara kesehatan dan pencegahan penyakit misalnya pemberian imunisasi. Hal ini dapat memengaruhi status kesehatan masyarakat (Loedin, 2005).

Status penghasilan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahannya. Seseorang dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak ada cukup uang untuk membeli obat, membayar transport dan sebagainya (Notoatmodjo, 2009).

(34)

Menurut Faizal Noor (2007) hampir semua aktifitas manusia terkait dengan ekonomi, karena pada umumnya semua aktifitas manusia berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) dalam kehidupannya. Di sisi lain juga terlihat bahwa apapun profesi dan pekerjaan yang dilakukan seseorang tujuannya tidak terlepas dari pemenuhan keperluan hidup baik sekarang maupun masa depan, baik untuk keperluan sendiri atau generasi berikutnya.

Kehidupan seorang sangat ditunjang oleh kemampuan ekonomi keluarga,sebuah keluarga yang berada digaris kemiskinan akan sangat mustahil untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pada keluarga. Orientasi keluaraga adalah kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan sehari-hari sedangkan kesehatan baru mendapat perhatian apabila telah mengganggu aktifitas mereka sehari-hari (Notoatmodjo, 2009).

Di setiap daerah untuk upah minimum mempunyai standar yang berbeda-beda, sehingga Pemerintah menetapkan Undang-undang mengenai pengaturan Upah Minimum Regional yang biasa disebut UMR. Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Aceh Nomor 65 tahun 2012 ditetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah Rp. 1.550.000,-

Prayogo dkk (2009) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemenuhan imunisasi dasar telah diteliti sebelumnya menyebutkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan imunisasi, terbatasnya akses ke pelayanan imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan status, keluarga atau budaya, keterbatasan ekonomi dan

(35)

kondisi yang berhubungan dengan perilaku petugas kesehatan akan mempengaruhi pelaksanaan imunisasi.

E. Kerangka Teoritis

Secara skematis teori Lauren Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) dan menurut Azwar (2009) dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Teoritis Faktor Predisposisi (Notoatmodjo, 2003) :

• Pengetahuan • Sikap • Pendidikan • Ekonomi

• Nilai Kepercayaan

Ciri/ Karakteristik (Azwar, 2009) : • Pengetahuan

• Pendidikan • Status Perkawinan • Status Sosial Ekonomi • Ras/etnik • Agama • Sosial Budaya Prilaku Masyarakat Mendapatkan Pelayanan Kesehatan (termasuk Imunisasi Hb-0)

(36)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) tentang prilaku masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan dan Menurut Azwar (1999), salah satu faktor yang menentukan status kesehatan (termasuk status imunisasi Hb-0) adalah ciri/karakteristik manusia seperti pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status sosial ekonomi, ras/etnik, agama dan sosial budaya sehingga secara skematis dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian B. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Variabel Dependen 1. Pemberian Imunisasi Hb-0 Pelaksanaan imunisasi Hepatitis B (Hb) dosis pertama pada bayi berusia

Wawancara, dengan kriteria : a.Memberikan, jika ibu memberikan imunisasi Hb pada Kuesioner a. Memberikan b. Tidak Memberikan Nominal Pengetahuan Pemberian Imunisasi Hb-0 Pendidikan Umur Pekerjaan Pendapatan

(37)

antara 0 sampai 7 hari setelah kelahirannya oleh petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Meureudu

bayinya saat usia 0-7 hari kelahiran b.Tidak Memberikan, jika ibu memberikan imunisasi Hb pada bayi >7 hari kelahiran atau bahkan tak memberikannya Variabel Independen

2. Pengetahuan Segala sesuatu yang ibu tahu tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir

Wawancara, dengan kriteria :

a.Baik, jika jawaban benar >75% b.Cukup, jika jawaban benar 56% – 75% c.Kurang, jika jawaban benar <56% Kuesioner a. Baik b. Cukup c. Kurang Ordinal 3. Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan ditamatkan ibu serta memiliki ijazah

Wawancara, dengan kriteria :(Depdiknas, 2000)

a.Tinggi, jika ibu tamat jejang perguruan tinggi b.Menengah, jika ibu

tamat

SMA/sederajat c.Rendah, jika ibu

tamat SD/SMP sederajat Kuesioner a. Tinggi b. Menengah c. Rendah Ordinal

4. Umur Usia ibu dalam tahun yang dihitung menurut tanggal lahir berdasarkan KTP Wawancara, dengan kriteria : (Depkes Ri, 2009)

a.Dewasa Akhir, jika usia ≥36 – 45 tahun b.Dewasa Awal, jika

usia 26 – 35 tahun c.Remaja Akhir, jika

usia 17 – 25 tahun Kuesioner a. Dewasa Akhir b. Dewasa Awal c. Remaja Akhir Ordinal

No. Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 5. Pekerjaan Kegiatan yang

dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan uang ataupun barang untuk pemenuhan kebutuhan sehari-Wawancara, dengan kriteria :

a.Bekerja, jika ada rutinitas tetap, seperti PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Pedagang, Petani, dll) Kuesioner a. Bekerja b. Tidak Bekerja Nominal

(38)

hari b.Tidak Bekerja, jika ibu rumah tangga dan tidak ada pekerjaan tetap 6. Pendapatan Jumlah

penghasilan rata-rata keluarga baik ibu maupun kepala keluarga yang dihitung dalam sebulan Wawancara, dengan kriteria :

a.Di atas UMP, jika penghasilan rata2

≥ Rp.1.650.000,- per bulan

b.Dibawah UMP, jika penghasilan rata2 < Rp. 1.6500.000,-

Kuesioner a. Diatas UMP b. Dibawah

UMP

(39)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan crosssectional, untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berumur 0-28 hari yang menjadi target imunisasi pada tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya yang berjumlah 466 orang.

2. Sampel

Karena populasi sebanyak 466 orang, maka untuk pengambilan sampel di dasarkan pada pendapat Notoatmodjo (2005) dengan rumus sebagai berikut:

) ( 1 N d2 N n + = Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (10%) Perhitungannya sebagai berikut:

, 33 , 82 66 , 5 466 66 , 4 1 466 ) 01 , 0 ( 466 1 466 ) 1 , 0 ( 466 1 466 ) ( 1 2 2 = = + = + = + = + = n d N N n

(40)

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 83 orang, dengan kriteria bersedia menjadi responden, bisa baca tulis, dan memiliki bayi yang merupakan target imunisasi Hb 0.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya, pada tanggal 22 sampai 26 Agustus 2013.

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang menyediakan jawaban alternative dan responden hanya memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Kuesioner terdiri dari 23 buah pertanyaan dalam bentuk tertutup, yang meliputi data umum/ karakteristik ada 5 pertanyaan, data penelitian tentang Pemberian Imunisasi Hb-0 ada 2 pertanyaan, Pendapatan 1 pertanyaan, dan Pengetahuan 15 pertanyaan.

E. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para responden, dan bukan berasal dari pengumpulan data yang pernah dilakukan sebelumnya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan peninjauan langsung ke lapangan dengan menggunakan kuesioner yang telah peneliti persiapkan sebelumnya, seperti membagikan langsung kuesioner kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder penelitian ini diperoleh

(41)

dari Puskesmas Meureudu serta referensi buku-buku perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya, misalnya berbentuk data penduduk, maupun teori-teori yang mendukung penelitian ini.

F. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data penulis melakukan secara manual dengan mengikuti langkah-langkah (Budiarto, 2002).

a. Editing, kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali atau

melakukan pengecekan pada setiap jawaban yang masuk. Apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan pencocokan segera pada responden.

b. Coding, setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data yakni

untuk pertanyaan tertutup melalui simbol setiap jawaban.

c. Transferring, kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah diberi

kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.

d. Tabulating, kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden yang

telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi

2. Analisa Data

(42)

Analisa dilakukan untuk masing-masing veriabel yaitu dengan melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus (Budiarto, 2002) sebagai berikut:

 = 

  100%

Keterangan : P = Presentase

f = Frekuensi teramati

n = Jumlah responden yang menjadi sampel b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X2) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program computer SPSS for windows versi 16,0. Melalui perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.

(43)

Data yang telah dikumpulkan akan diolah secara manual, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang dan dibahas dalam bentuk narasi.

(44)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Mereudu berada di Kecamatan Mereudu Kabupaten Pidie Jaya. Luas Kecamatan Mereudu 43,01 Km² yang terdiri dari 4 Mukim dan 12 Desa dengan jumlah keluarga 545 KK dan jumlah penduduk 18.567 jiwa dengan batas wilayah meliputi:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bandar Baru 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Trienggadeng 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudra Hindia.

4. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Bandar Baru

PKM Mereudu mnempunyai 89 tenaga kerja termasuk Bidan Desa 46 orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. 1 orang dokter umum, 27 orang perawat, 8 orang AKL, 2 orang analis, 3 orang farmasi dan 2 orang perawat gigi.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mulai tanggal 22 Juli sampai dengan 26 Agustus terhadap 82 responden di wilayah kerja puskesmas Mereudeu diperoleh hasil adalah sebagai berikut :

1. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

(45)

No Pemberian imunisasi HB0 Frekuensi (f) % 1 2 Memberikan Tidak memberikan 16 66 19,5% 80,5% Total 82 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 82 jumlah respoden, lebih dominan dimana bayi yang tidak memberikan imunisasi HB0 adalah 66 orang bayi (80,5%).

2. Pendidikan ibu

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Pendidikan Ibu Frekuensi (f) %

1 2 3 Tinggi Menengah Dasar 16 24 42 19,5% 29,3% 51,2% Total 82 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari responden 82 orang, mayoritas 42 orang berpendidikan dasar (51,2%).

3. Pengetahuan Ibu

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

(46)

No Pengetahuan Ibu Frekuensi (f) %

1 2 3 Baik Cukup Kurang 24 14 44 29,3% 17,1% 53,7% Total 82 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa dari responden 82 orang, mayoritas 44 orang ibu berpengetahuan kurang (53,7%).

4. Umur

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Umur Ibu Frekuensi (f) %

1 2 3 Dewasa akhir Dewasa Awal Remaja akhir 24 50 8 29,3% 61,0% 9,8% Total 82 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkuan bahwa dari 82 responden, mayoritas ibu yang berada dalam kategori umur dewasa awal sebanyak 50 orang (61,0%).

5. Pekerjaan

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

(47)

No Pekerjaan Frekuensi (f) % 1 2 Bekerja Tidak bekerja 17 65 20,7% 79,3% Total 82 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkuan bahwa dari 82 responden, lebih dominan ibu yang berada dalam kategori tidak bekerja sebanyak 65 orang (79,3%).

6. Pendapatan

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Pendapatan Frekuensi (f) % 1 2 Diatas UMP Dibawah UMP 30 52 36,3% 63,4% Total 82 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkuan bahwa dari 82 responden, lebih dominan ibu yang berada dalam kategori pendapatan di bawah UMP sebanyak 52 orang (63,4%).

7. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 ditinjau dari Pengetahuan Ibu

Tabel 5.7 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir dari segi pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

(48)

Pengetahuan Memberikan Tidak memberikan Jlh f % f % F % Baik Cukup Kurang 16 0 0 66,7 0 0 8 14 44 33,3 100 100 24 14 44 100 100 100 Jlh 16 66 82 100%

signifikan nilai p value 0,000 Sumber : Data primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden ibu yang berpengetahuan baik, mayoritas memberikan imunisasi HB0 pada bayi yakni sebanyak (66,7%). Sedangkan dari 44 responden yang berpengetahuan kurang, kecendrungan tidak memberikan imunisasi HB0 yakni sebanyak 44 orang (100%). Selanjutnya dianalisa menggunakan chi

square (X2) dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,000. Sehingga dapat diambil kesimpulan adanya

pengaruh yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir.

8. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 ditinjau dari Pendidikan Ibu

Tabel 5.8 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir dari segi pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

Pendidikan

Pemberian imunisasi

Jlh Memberikan Tidak memberikan

(49)

Pemberian imunisasi f % f % f % Tinggi Menengah Dasar 11 5 0 68,8 20,8 0 5 19 42 31,2 79,2 100 16 24 42 100 100 100 Jlh 16 66 82 100%

signifikan nilai p value 0,000

Sumber : Data primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa dari 16 responden berpendidikan tinggi, mayoritas memberikan imunisasi HB0 pada bayiny yakni sebanyak 11 orang (68,8%). Sedangkan dari 42 responden yang berpendidikan dasar, kecenrungan semuanya tidak memberikan imunisasi HB0 yakni sebanyak 42 orang (100%). Selanjutnya dianalisa menggunakan

chi square (X2) dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,000. Sehingga dapat diambil kesimpulan adanya

pengaruh yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir.

9. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 ditinjau dari Umur Ibu

Tabel 5.9 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir dari Segi Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

Umur

Pemberian imunisasi

Jlh Memberikan Tidak memberikan

(50)

Pemberian imunisasi f % f % F % Dewasa Akhir Dewasa Awal Remaja Akhir 5 11 0 20,8 22,0 0 19 39 8 79,2 78,0 100 24 50 8 100 100 100 Jlh 16 66 82 100%

signifikan nilai p value 0,339 Sumber : Data primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden ibu yang berumur dewasa akhir, 5 diantaranya memberikan imunisasi HB0 pada bayi (20,8%). Sedangkan dari 8 responden yang berumur dewasa akhir, 8 diantaranya tidak memberikan imunisasi HB0 (100%).

Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

kemaknaan (α) adalah > 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,339. Sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada pengaruh yang signifikan antara umur ibu dengan pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir.

10. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 ditinjau dari pekerjaan Ibu

Tabel 6.0 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir dari Segi Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

(51)

Pekerjaan Memberikan Tidak memberikan Jlh f % f % f % Bekerja Tidak Bekerja 9 7 52,9 10,8 8 58 47,1 89,2 17 65 100 100 Jlh 16 66 82 100%

signifikan nilai p value 0,000 Sumber : Data primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 6.0 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang responden yang berkerja, 9 diantaranya memberikan imunisasi HB0 pada bayi (52,9%). Sedangkan 65 responden yang tidak bekerja, 58 diantaranya tidak memberikan memberikan imunisasi HB0 pada bayi (89,2%). Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,000. Sehingga dapat diambil kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir.

11. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 ditinjau dari pendapatan Ibu

Tabel 6.1 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 pada Bayi Baru Lahir dari Segi Pendapatan di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

(52)

Pendapatan Memberikan Tidak memberikan Jlh f % f % f % ˃ UMP < UMP 13 3 43,3 5,8 17 49 56,7 94,2 30 52 100 100 Jlh 16 66 82 100%

signifikan nilai p value 0,000 Sumber : Data primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 6.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden yang memiliki pendapatan diatas UMP, 13 diantaranya memberikan imunisasi HB0 pada bayi (43,3%). Sedangkan 52 responden yang memiliki pendapatan dibawah UMP, 49 diantaranya tidak memberikan memberikan imunisasi HB0 pada bayi (94,2%). Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05

didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,000. Sehingga dapat diambil kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara pendapatan ibu dengan pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir.

C. Pembahasan

1.Pemberian Imunisasi Hepatiotis B0 ditinjau dari Pengetahuan Ibu

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden ibu yang berpengetahuan baik, 16 diantaranya memberikan imunisasi HB0 pada bayi (66,7%). Sedangkan dari 44 responden yang berpengetahuan kurang, 44 diantaranya tidak memberikan imunisasi HB0 (100%). Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat kemaknaan (α) adalah

Gambar

Tabel  3.1.  Definisi Operasional ....................................................................
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian  B.  Definisi Operasional
Tabel  5.2  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Pendidikan    Ibu  Dalam  Pemberian  Imunisasi  Hepatitis  B0  pada  Bayi  Baru  Lahir  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Meureudu  Kabupaten  Pidie  Jaya  Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bale J.S., 2008, “ Pengaruh pembebanan dan kecepatan gesekan terhadap sifat keausan die draw GUR 1120 UHMPE dan ion implantasi berbasis nitrogen pada cobalt chrome

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatuc. bagian, ikhtisar,

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti sampai sejauh mana pengaruh penerapan sistem reward dan punishment terhadap kedisiplinan kerja karyawan dengan

Pada musim timur hingga musim peralihan timur-barat, nilai rata-rata SPL cenderung lebih tinggi dan sebaliknya pada musim barat hingga musim peralihan barat-timur rata-rata

Damata Arta Nugraha Lamongan sebagai salah satu bank yang sampai sekarang masih eksis di dunia perbankan Indonesia perlu melakukan penyesuaian diri dan

Pusat Anak Tunanetra ini juga dapat menjadi wadah bagi para orangtua yang memiliki anak tunanetra untuk belajar membuat tempat yang accsesible untuk anak tunanetra dan

membuat soal evaluasi tematik muatan IPS yang sesuai dengan kriteria HOTS di kelas V SD Badran Yogyakarta ialah : materi IPS yang luas dan banyak dan serta

Penilaian gejala depresi seperti perasaan sedih atau kekecewaan yang kuat dan terus menerus yang mempengaruhi aktivitas normal, menunjukan prevalensi seumur hidup