• Tidak ada hasil yang ditemukan

16 Ajahn Sumedho. 55 Rumah Seribu Cermin. 26 Mandi, Bikin Segar dan Sehat! Hal 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "16 Ajahn Sumedho. 55 Rumah Seribu Cermin. 26 Mandi, Bikin Segar dan Sehat! Hal 1"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Ajaran

Hukum Kamma

Bagaimana cara kerja hukum kamma dan jenis-jenis hukum Kamma.

Ajahn Sumedho

Kisah seorang tenaga medis yang menjadi seorang bhikkhu aliran Thai Forest.

16

2

Dhamma Ketika

Buang Angin

Oleh: Sang Atta

19

Rumah Seribu

Cermin

Menceritakan 2 anjing yang masuk ke sebuah rumah dengan sikap yang berbeda.

55

Mandi, Bikin

Segar dan

Sehat!

Manfaat mandi untuk kesehatan dan bagaimana menyiasatinya!

26

29 Bodhi 31 Nibanna 33 Film Bagus 35 Baksos 37 Pattidana 2008 38 Sakot 2008 40 Lumbini 43 Hukum Kamma 54 Humor & Kata-Kata 56 Anniversary 57 Strip 59 60’ 60 Cinta Kasih 62 Poling 64 Lembar Donatur

(4)

Hukum Kamma adalah hukum universal mengenai sebab akibat. Hukum ini menerangkan bahwa segala sesuatu yang timbul, baik fisik maupun non-fisik, pasti mempunyai sebab-sebab atau dengan kata lain tiada sesuatu yang timbul tanpa sebab sebelumnya. Hukum ini terdoktrin di dalam agama Buddha dan telah ada di India yang kemudian dijelaskan dengan baik dan rinci oleh Sang Buddha.

Apakah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lainnya?

Mengapa ada yang hidup dengan kemewahan sedangkan yang lainnya hidup dengan kesengsaraan?

Mengapa ada seseorang yang cerdas sedangkan yang lainnya bodoh?

Mengapa seseorang lahir dengan suatu karakteristik dan bebeda dengan yang lainnya?

Mengapa ada seseorang yang buta, cacat ataupun tuli sedangkan yang lainnya tidak?

Sebagian ketidaksamaan diatas mempunyai alasan sedangkan hal lainnya ketidaksengajaan. Tidak ada seorang yang bijaksana yang akan mengatakan ketidaksamaan diatas sebagai suatu hal yang benar-benar murni ketidaksengajaan.

Dalam agama Buddha, ketidaksamaan ini tidak hanya terjadi karena faktor lingkungan, alam ataupun keturunan tetapi juga karena faktor Kamma. Dengan kata lain, keanekaragaman ini terjadi karena hasil perbuatan kita pada masa lampau atau pada masa kini. Kita bertanggung jawab pada kebahagiaan dan kesedihan kita sendiri. Kita menciptakan surga ataupun neraka kita sendiri. Kita adalah perancang takdir kita sendiri.

Ajaran

(5)

Dibingungkan oleh perbedaan ini, seorang pencari kebenaran mendekati dan bertanya kepada Sang Buddha sebagai berikut : “Wahai Gotama, mengapa ada manusia yang berusia pendek, dan ada yang berusia panjang, berpenyakit dan sehat, buruk dan rupawan, tak berkuasa dan berkuasa, miskin dan kaya, lahir dari keluarga rendah dan lahir dalam keluarga bangsawan, bodoh dan pandai. Wahai Gotama, apa alasannya, apa sebabnya maka diantara manusa ada yang terlahir hina dan ada yang terlahir mulia?” (Culakammavibhanga Sutta,

Majjhima Nikaya) Sang Buddha kemudian menjawab :

“Semua makhluk adalah pemilik perbuatannya (kamma) sendiri,

pewaris dari perbuatannya sendiri,

lahir dari perbuatannya sendiri, berhubungan dengan

perbuatannya sendiri,

terlindung dari perbuatannya sendiri.

Perbuatan yang menentukan makhluk menjadi hina dan mulia.”

Pastinya kita dilahirkan dengan ciri-ciri sesuai dengan orang tua kita dikarenakan faktor

keturunan. Pada saat yang sama, kita memiliki

kemampuan bawaan yang oleh ilmu pengetahuan tidak dapat menjelaskan. Sang Buddha, sebagai contohnya, reproduksi sel berasal dari orang tua-Nya, tetapi secara fisik, moral dan intelektual tidak dapat ditemukan pada garis

keturunan Beliau. Beliau adalah seorang manusia yang luar biasa. Suatu ciptaan luar biasa dari Kamma-Nya sendiri. Jelas terlihat bahwa terdapat kasus

(6)

unik di dalam hukum Kamma yang tidak hanya memengaruhi fisik seseorang, tetapi juga menghapuskan kemampuan yang diturunkan dari orang tua. Demikianlah berdasarkan sudut pandang Sang Buddha, yang mengatakan bahwa moral dan watak seseorang sebagian besar berkaitan dengan perbuatan kita sendiri, entah perbuatan masa sekarang ataupun masa lampau. Walaupun di dalam agama Buddha ditunjukkan kevariasian dari Kamma, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa segalanya berkaitan dengan Kamma kita dikarenakan Kamma merupakan salah satu

hukum alam yang mengatur segala fenomena di dunia ini. Terdapat empat hukum alam (niyama) selain Hukum Kamma yang mengatur semua

fenomena di dunia ini. Hukum-hukum ini adalah Hukum-hukum universal yang berlaku di 31 alam kehidupan. Keempat hukum tersebut adalah : 1. Utu Niyama

Hukum universal yang

mengatur mengenai energi yang mengatur seperti musim-musim di tiap daerah, karakteristik di tiap-tiap daerah, perubahan musim, penyebab angin, sifat benda seperti gas, cair dan padat, terbentuk dan hancurnya tata surya dan lain-lain.

2. Bija Niyama

Hukum universal yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan (botani) seperti perkembangbiakan tumbuhan, karakteristik tumbuhan, rasa gula dan tebu, beras berasal dari benih padi dan lain-lain. 3. Citta Niyama

Hukum universal mengenai pikiran dan batin seperti: proses kesadaran, kekuatan pikiran (abhinna), kesucian batin, timbul dan tenggelamnya kesadaran dan lain-lain.

(7)

Hukum universal tentang segala sesuatu yang tidak diatur oleh keempat lainnya seperti kejadian yang terjadi pada saat Pangeran Siddharta lahir yaitu: pohon-pohon bermekaran bukan pada musimnya, dan juga gempa bumi yang terjadi ketika Sang Buddha

menentukan kapan Beliau akan parinibanna.

Demikianlah kelima hukum alam yang mengatur alam semesta. Oleh karena itu, segala sesuatu tidak selalu terjadi dikarenakan oleh Hukum Kamma semata tetapi juga diatur oleh keempat hukum lainnya.

Apabila seluruh kehidupan ini dikondisikan oleh tindakan kita pada kehidupan lampau dan kehidupan mendatang

dikondisikan oleh tindakan kita

pada kehidupan ini, maka tidak akan ada yang dapat diubah karena semua telah digariskan. Jika hal ini benar adanya maka keinginan untuk mencapai pembebasan adalah suatu hal yang mustahil. Hidup akan berjalan layaknya suatu mesin. Menurut sudut pandang agama Buddha, Hukum Kamma tidaklah memutuskan 100% apa yang akan terjadi pada kita. Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan lampau turut menentukan kehidupan sekarang, dan perbuatan pada kehidupan sekarang juga turut menentukan kehidupan

mendatang, sehingga masih ada kesempatan untuk melatih diri dan berubah untuk mencapai pembebasan. Hukum Kamma dianggap sebagai sebuah kecenderungan, bukan suatu konsekuensi yang harus ditanggung yang tidak dapat diubah dan dielakkan. Apakah Kamma itu?

Kata kamma (Pali) atau karma (Sansekerta) secara harfiah diartikan sebagai tindakan. Tindakan ini meliputi tindakan yang dilakukan seseorang melalui jasmani (kaya kamma), ucapan (vaci kamma) dan

(8)

pikiran (mano kamma). Semua perbuatan yang didasari oleh kehendak (cetana) adalah kamma. Secara umum, tindakan terdiri dari tindakan baik (kusala kamma) dan tindakan buruk (akusala kamma). Tetapi apabila tindakan tersebut tidak disengaja atau tanpa diikuti oleh kehendak (pikiran yang sekedar pikiran), maka tindakan tersebut tidak termasuk dalam kamma, dikarenakan faktor terpenting dalam kamma adalah kehendak. Contohnya, ketika anda masih sekolah dasar, anda akan merasa sekolah itu tidak enak dan akan dibujuk untuk pergi ke sekolah.

Sedangkan, ketika anda telah SMA dan mengetahui bahwa dengan sekolah menambah pengetahuan maka anda akan giat untuk pergi ke sekolah. Pola pikir ketika anda SMA yang didasari pengertian tersebut adalah gambaran 'perbuatan tanpa kehendak'. Sang Buddha mengatakan : “Para Bhikkhu, kehendak-lah yang kusebut kamma, setelah kehendak muncul, maka

seseorang melakukan perbuatan melalui jasmani, ucapan dan pikiran.” (Anguttara Nikaya) Semua tindakan yang didasari kehendak dari makhluk (manusia, setan, dewa, binatang) disebut sebagai Kamma. Tetapi perbuatan yang dilakukan oleh Samma Sang Buddha, Pacceka Buddha dan

1

Arahat , yang telah

menghancurkan kekotoran batin, tidak lagi disebut sebagai kamma. Artinya, perbuatan yang dilakukan para Arahat tidak akan memberikan akibat lagi bagi mereka. Perbuatan mereka merupakan perbuatan yang tanpa pamrih karena akar untuk menghasilkan suatu akibat telah dilenyapkan, yaitu:

(9)

lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan/kegelapan batin). Kamma tidak selalu diartikan tindakan lampau. Kamma mencakup tindakan yang dilakukan sekarang dan pada masa lampau. Dalam

pemahaman ini, kita adalah hasil dari apa yang telah kita lakukan dan kita akan menjadi dari apa yang kita lakukan. Dalam pemahaman lainnya, kita tidak sepenuhnya berasal dari yang kita lakukan dan kita tidak akan menjadi sepenuhnya dari yang kita lakukan.

Kehidupan sekarang tidak selalu berasal dari kehidupan lampau, dan kehidupan sekarang bukanlah selalu menjadi patokan untuk

kehidupan mendatang. Dapat kita lihat begitu kompleksnya cara kerja hukum Kamma. Telah disebutkan bahwa terdapat dua jenis perbuatan yaitu perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma). Akar dari kusala Kamma adalah alobha (tidak serakah) atau kasih sayang (karuna), adosa (tidak membenci) atau cinta kasih (metta) dan amoha (tidak bodoh) atau panna

(kebijaksanaan). Alobha adalah akar untuk seseorang berbuat baik agar orang lain berkurang penderitaannya. Adosa adalah akar untuk seseorang membuat orang lain merasa aman dan tenteram serta penuh cinta kasih sehingga orang lain menjadi bahagia. Sedangkan Amoha adalah akar seseorang untuk mengetahui, mengerti dan merealisasikan kebenaran sehingga melenyapkan semua kekotoran batin.

Akar dari perbuatan buruk adalah lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan). Lobha adalah akar dari seseorang untuk memuaskan nafsu inderanya

(10)

dan dikarenakan ia tidak dapat mengekang atau

mengendalikan nafsunya sehingga terjadi perbuatan salah yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dosa adalah akar dari seseorang untung menimbulkan perasaan bosan, iri hati, cemburu, marah dan dikarenakan ia tidak dapat mengekang atau

mengendalikan nafsunya sehingga terjadi perbuatan salah yang merugikan orang lain dengan melakukan fitnahan, pemukulan, penyiksaan maupun pembunuhan. Moha adalah akar seseorang untuk menganut pandangan salah dan pikiran salah.

Kamma yang disebabkan oleh salah satu dari ketiga hal ini dapat kita umpamakan sebagai

benih tumbuhan yang tidak terluka, tidak rusak, tidak terganggu oleh angin atau panas, subur dan tersimpan baik, ditanam pada lahan subur yang telah disiapkan dengan baik, kemudian bila hujan turun tepat pada musimnya, maka benih tersebut pasti akan tumbuh subur dan berkembang dengan segala kemungkinan. Oleh karena itu, perbuatan yang didasari alobha, adosa dan amoha merupakan kamma subur yang akan memberikan hasil sepadan kepada

pelakunya. Begitu juga

perbuatan yang didasari lobha, dosa dan moha.

Kamma dan Vipaka

Kamma adalah perbuatan yang didasari kehendak sedangkan vipaka adalah buah atau hasil yang akan dipetik apabila melakukan perbuatan tersebut. Dalam Samyutta Nikayat, 1.293 diterangkan bahwa :

“Sesuai dengan benih yang telah ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebaikan akan menerima kebaikan, Pembuat kejahatan akan menerima kejahatan.

(11)

Begitu bibit kalian tanam, akan kalian rasakan hasil buah dari padanya.”

Seperti bayang-bayang yang selalu mengikuti seorang manusia, tindakan yang didasari kehendak tidak boleh diremehkan karena tindakan ini dapat menyebabkan buah yang akan dipetik suatu saat. Kamma adalah benih yang sangat baik dan vipaka

adalah buah yang berasal dari pohon. Daun-daun, bunga, dan batang dari pohon diibaratkan sebagai kesehatan, penyakit, kaya, miskin disebut Anisamsa (hal-hal yang menguntungkan) dan Adinaya (hal-hal yang tidak menguntungkan).

Sejalan dengan kamma yang terdiri dari kamma baik dan kamma buruk, vipaka juga terdiri dari vipaka baik dan vipaka buruk. Vipaka direpresentasikan dalam bentuk kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, suatu sifat alami dari benih kamma yang kita tabur. Anisamsa adalah buah yang berupa keuntungan seperti kesehatan dan umur panjang. Adinaya adalah buah yang berupa keburukan seperti kemiskinan, penyakit, dan masa hidup pendek.

Kamma adalah hukum independen yang memerintah dirinya sendiri, tanpa bisa diganggu dari pihak luar. Hukum ini memiliki potensinya sendiri untuk mengeluarkan akibat dari setiap sebab (perbuatan). Sebab mengeluarkan akibat dan akibat menerangkan sebab. Bibit memproduksi buah, dan buah menerangkan bibit. Begitu pula dengan kamma dan vipaka. Bahagia dan sedih telah menjadi bagian umun dari manusia yang merupakan akibat-akibat dari sebab-sebab yang ada.

(12)

Dalam agama Buddha juga tidak dikenal adanya suatu makhluk adikuasa yang memberikan hukuman atau hadiah kepada seorang manusia. Semua yang diperoleh adalah hasil yang dia perbuat pada masa lampau atau masa kini. Juga tidak dikenalnya akibat yang disebabkan oleh para leluhur. Jika seorang ayah berbuat maka ia sendirilah yang menerima akibatnya, bukan keturunannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kamma dan vipaka tidak dapat dipisahkan.

Jenis – jenis kamma

Terdapat empat jenis Kamma berdasarkan waktu munculnya akibat (vipaka), yaitu:

1. Ditthadhamma vedaniya Kamma

Kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak atau disebut dengan Paripakka dittha dhamma vedaniya kamma. Contoh: Seorang miskin bernama Punna yang

memberikan dana makanan kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana.

Kamma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari disebut dengan aparipakka ditha dhamma vedaniya kamma. Contoh: Jika berbuat kebajikan atau kejahatan dalam usia muda, akan dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang.

2. Upajja vedaniya Kamma

Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan sekarang.

3. Aparapariya vedaniya Kamma

(13)

kehidupan berikutnya secara berturut-turut. 4. Ahosi Kamma

Kamma yang tidak lagi atau tidak akan memiliki kekuatan untuk menghasilkan akibat (kadaluwarsa). Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu

perbuatan (kamma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma

terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk kamma itu berbuah, sehingga kamma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka). Terdapat empat jenis Kamma berdasarkan fungsinya:

1. Janaka Kamma

Kamma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk. Kamma ini menimbulkan batin (Nama) dan jasmani (Rupa).

Seseorang dilahirkan ke dalam keluarga yang miskin dan dikeluarga yang kaya ditentukan oleh Janaka Kamma 2. Upatthambhaka Kamma

Kamma yang mendukung terpeliharanya satu akibat dari sebab yang telah timbul (kamma penguat). Kamma ini membantu Janaka Kamma, yaitu:

·Membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.

·Membantu Janaka Kamma yang sedang

mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara

sempurna.

·Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.

(14)

Misalnya: Debby adalah seorang nenek yang

ditetapkan oleh Janaka Kamma hanya hidup selama 70 tahun di dunia, tetapi di dalam kehidupannya sehari-hari, nenek Debby sering melakukan perbuatan baik seperti berdana, melaksanakan sila dan bermeditasi sehingga umur yang ditetapkan oleh Janaka Kamma selama 70 tahun bertambah 20 tahun.

3. Upapilaka Kamma

Kamma yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Kamma ini memperlemah kekuatan Janaka Kamma (kamma pelemah), yaitu :

·Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.

·Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.

·Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma. Misalnya: Budi seorang narapidana yang divonis 10 tahun hukuman penjara, namun dalam kesehariannya, ia sering menunjukan tabiat yang baik, rajin bekerja, maka Budi mendapatkan keringanan hukuman menjadi 7 tahun saja.

4. Upaghataka Kamma

Kamma yang memotong atau menghancurkan kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi. Misalnya: Taufik adalah seorang pemain bulutangkis. Ia sering menjadi juara dalam beberapa pertandingan dan bulutangkis adalah karirnya. Suatu hari, saat Taufik mengendarai mobil, tiba-tiba ia menabrak truk yang ada didepannya. Akibatnya tangan kiri Taufik menjadi patah dan cacat seumur hidup sehingga karirnya

(15)

menjadi hancur.

Terdapat empat jenis Kamma berdasarkan sifat dari akibat yang dihasilkan, yaitu:

1. Garuka Kamma

Kamma berat yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam kehidupan kedua, dan kekuatan kamma lain tidak mampu

mencegahnya. Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:

·Akusala Garuka Kamma adalah perbuatan buruk/jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Kamma (perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Kamma (lima perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu,

membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai Sang Buddha dan memecah-belah Sangha). Akibat dari melakukan Akusala Garuka Kamma adalah tumimbal-lahir ke alam Apaya (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura).

Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini

dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129. Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka avici. Contoh lain adalah Raja

Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala Garuka Kamma.

·Kusala Garuka Kamma adalah perbuatan baik yang berat. Yang disebut Kusala Garuka Kamma

(16)

adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma adalah tumimbal-Iahir di alam Brahma. Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Kamma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma itu, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (kamma membantu).

2. Asanna Kamma adalah kusala kamma (perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukan seseorang sebelum saat ajalnya, yang dapat dilakukan dengan lahir dan batin. Dengan batin misalnya; memikirkan, merasakan, mengingat-ingat semua perbuatan baik atau buruk yang telah dilakukan, atau memikirkan kebaikan atau kejahatan terhadap makhluk lain. Kamma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang jika tidak ada kekuatan kamma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.

Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.

3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Karma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan. Bila seseorang belum saat ajalnya tidak berbuat sesuatu, dan dengan demikian tidak terdapat

(17)

Asanna Kamma, maka yang menentukan keadaan kelahiran yang berikutnya ialah Kamma Kebiasaan (Acinna Kamma) yaitu perbuatan-perbuatan yang merupakan kebiasaan seseorang karena sering

dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru. Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.

4. Kattata Kamma adalah Kamma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Karma ini yang paling lemah di antara semua karma. Kamma ini merupakan

perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Kamma ini berproses apabila ketiga kamma diatas tidak pernah dilakukan. Kattata kamma dimisanya tanpa sadar menggaruk kepala walau kepala tidak gatal.

sumber:

- The Theory of Kamma in Buddhism oleh Ven. Mahasi Sayadaw

- Buku pelajaran Agama Buddha SLTA Kelas III penerbit C.V. Felita Nursatama Lestari, Jkt

- Dasar Pandangan Agama Buddha oleh S. Dhammika - http://members.tripod.com/~mitta/kamma.htm

1. Samma Sambuddha (Samyak Sambodhi) adalah arahat yang mencapai kesucian dengan usahanya sendiri dan memiliki pengetahuan sempurna (dapat mengarjakan kepada makhluk lain. Pacceka (Pratyeka) Buddha adalah arahat yang mencapai kesucian dengan usahanya sendiri namun tidak memiliki pengetahuan sempurna seperti Samma Sambuddha. Savaka Buddha adalah arahat yang mencapai kesucian dengan bantuan dari seorang Samma Sambuddha. Semua hal tersebut hanya terjadi dalam tataran “samsara”. Setelah Parinibanna, tidak terdapat lagi perbedaan Nibbana Samma Sambuddha, ataupun Nibanna Pacceka/Savaka Buddha.

(18)

Seorang bhikkhu kelahiran Amerika, Ajahn Sumedho (Robert Jackman) lahir pada 25 Juli 1934 di Seattle, Washington. Beliau adalah seorang bhikkhu tradisi Thai Forest mazbah Theravada. Kata Ajahn bukanlah nama, tetapi berarti “Guru”. Beliau bekerja selama 4 tahun di US Navy selama perang Korea sebagai tenaga medis. Setelah menyelesaikan tugasnya di angkatan laut, beliau

menyelesaikan sarjananya mengenai studi Timur Jauh di Universitas Washington dan menyelesaikan gelar masternya mengenai studi Asia di University of California, Berkeley. Setelah itu beliau bekerja selama setahun di Palang Merah. Setelah itu, beliau bekerja di Peace Corps sebagai guru bahasa Inggris.

Pada saat pertama kali ke Bangkok, beliau berlatih meditasi sebagai orang awam. Di pagi hari beliau mengajar bahasa Inggris di Universitas Tammasat dan di sore hari beliau berlatih meditasi. Beliau kemudian memutuskan untuk menjadi

bhikkhu, tetapi beliau tidak ingin menetap di Bangkok. Sewaktu beliau berlibur di Laos, beliau berjumpa dengan bhikkhu asala Kanada dan menyarankan beliau untuk diumpasampada di suatu kota di wilayah Thailand di seberang sungai Mekong. Beliau mengikuti nasihatnya dan menerima umpasampada di kota Nong Khai, timur laut Thailand pada Juni 1966. Di tahun tersebut beliau lebih banyak berlatih sendiri, tanpa adanya bimbingan guru. Meskipun berhasil melakukannya, beliau merasa bahwa ia

Ajahn Sumedho

Orang Bijak

(19)

memerlukan seorang guru yang bisa memandu ia. Tahun berikutnya, beliau bertemu dengan seorang murid Ajahn Chah. Dia adalah seorang bhikkhu Thai yang dapat berbahasa inggris. Dia kemudian mengajak Ajahn Sumedho untuk bertemu seorang guru yang luar biasa, Ajahn Chah. Akhirnya Ajahn Sumedho menetap di vihara Ajahn Chah selama sepuluh tahun.

Pada tahun 1975, beliau dibantu untuk mendirikan Wat Pah Nanachat, International Forest Monastery di timur laut Thailand. Pada tahun 1977, Ajahn Sumedho bersama Ajahn Chah berkunjung ke Inggris. Setelah mengamati minat terhadap agama Buddha di Barat, Ajahn Chah mendukung Ajahn

Sumedho untuk tinggal di Inggris dengan maksud membuka cabang monastery di UK. English Sangha Trust mengundang Ajahn Sumedho untuk menetap di Vihara Hampstead. Pada tahun 1979 English Sangha Trust menjual vihara dan membeli Cithurst House yang sekarang menjadi Cittaviveka Forest Monastery di West Sussex. Cittaviveka tumbuh dengan pesat terutama setelah dibangunnya sima yang dibangun tahun 1981 dan Ajahn Sumedho diberikan otoritas untuk melakukan pentahbisan. Sejak saat itu, Monastery telah dibuka di

Switzerland, Italy, New Zealand, California, dan Devon. Pada tahun 1984 dibangunlah Amaravati Buddhist Monastery, dekat Hemel Hempstead, Inggris. Ajahn Sumedho kemudian menjadi kepala vihara di sana.

(20)

Tradisi Thai Forest

Tradisi Hutan Thai adalah gerakan dari mazbah Theravada Thailand yang menekankan pada meditasi dan kepatuhan terhadap vinaya sebagai dasar dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan namanya, tradisi ini berasal dari Thailand terutama bagian timur laut Thailand. Pengikut tradisi ini percaya bahwa gaya hidup seperti ini adalah gaya hidup yang paling mendekati dengan gaya hidup di India pada jaman Sang Buddha.

Asal usul

Tradisi Thai Forest ini didirikan pada awal tahun 1900an oleh seorang bhikkhu hutan terkenal yaitu Ajahn Sao Kantasilo Mahathera dan muridnya yaitu Ajahn Mun Bhuridatta. Kemudian tradisi ini disebarluaskan oleh Ajahn Chah dengan muridnya yaitu Ajahn Sumedho.

Sumber :

http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Thai_Forest_Tradition http://en.wikipedia.org/wiki/Ajahn_Sumedho.htm

(21)

Do You Know

Dhamma ketika buang angin

( Perilaku dalam melakukan perbuatan )

Kita semua tentunya sudah tahu bahwa dalam

kehidupan ini ada yang disebut sebagai hukum kamma. Hukum yang berlaku sebagaimana adanya. Hukum yang berproses secara alami. Sebuah hukum tentang perbuatan yang berproses sesuai hukum sebab akibat. Apabila kita berbuat sesuatu dalam kehidupan kita saat ini, maka secara alamiah perbuatan itu akan membuahkan hasil sebagai akibatnya. Bukan berarti apa yang kita perbuat ini nantinya berhenti sampai saat ini saja.

Terkadang kita merasakan bahwa yang kita perbuat ini telah selesai. Tetapi terkadang kita merasa apa yang kita perbuat ini belumlah selesai. Bahkan suatu kali kita seperti terdorong oleh kekutaan dalam diri untuk berbuat sesuatu yang tidak kita inginkan dan semua akibat dari perbuatan kita ini nantinya secara wajar pasti akan kembali berproses menjadi kondisi-kondisi yang menjadi atmosfir kehidupan kita.

Ibarat buang angin melalui kentut, maka bau yang ada diudara akan berbau busuk dan akan terhirup kedalam hidung kita. Ketika udara tersimpan dalam perut, kita tidak mengetahui kalau baunya busuk. Tetapi ketika kentut itu sudah dikeluarkan, kita baru menyadari kalau baunya tidak menyenangkan.

Perbuatan tidak baik yang kita lakukan ibarat seperti itu, pada saat perbuatan itu masih dalam pikiran kita dalam bentuk niatan, kita tidak menyadari kalau niatan itu tidak baik. Tetapi pada saat perbuatan itu sudah dilaksanakan, kita baru

menyadari ketika atmosfir kehidupan kita menjadi cenderung tidak baik. Ketika angin busuk dalam perut akan keluar, maka akan terasa sekali dorongan kuat yang membuat kita kepingin kentut. Semakin kita tahan, semakin menjadi keinginan untuk buang angin. Kita seringkali tersiksa karenanya. Sebagian orang cuek akan hal ini dan bisa saja buang angin di depan orang lain tanpa peduli. Sebagian lainnya akan menahan kentut ini sekuat

(22)

mungkin agar tidak keluar di depan orang lain. Apabila angin yang keluar semakin banyak, lalu dengan seluruh kekuatan kita upayakan keluar, maka bunyi yang merdu akan terdengar mengikuti

keluarnya angin busuk tersebut. Nah bila sudah begitu, kita akan merasakan kepuasan yang menyenangkan. Kelegaan karena dorongan keinginan yang tadinya menekan bisa dikeluarkan. Apalagi bunyi nyaring yang terdengar terkadang

mendukung kepuasan tersebut. Begitu juga dengan kamma yang kita lakukan. Terkadang sebelum melakukan sebuah perbuatan, kita akan merasakan dorongan keinginan untuk melakukan perbuatan tersebut. Semakin kita tahan keinginan itu, semakin kuat dorongan itu mendesak kita untuk

melakukannya. Semakin lama kita tahan, semakin tersiksa diri kita. Terkadang ketika dorongan untuk berbuat ini didasari oleh niat yang tidak baik, maka sebagian orang akan merasa malu melakukannya secara terang-terangan. Tetapi sebagian orang dengan perasaan tidak bersalah melakukannya secara terang-terangan dan bila perbuatannya itu diketahui orang, maka dia merasa bangga dan tidak merasa menyesal. Terlepas dari sikap yang dilakukan orang yang berbeda-beda, bau kentut tetap harus dibaui oleh hidungnya sendiri, bahkan orang disekitar mereka juga nantinya akan membauinya. Tentunya ini tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Begitu juga perbuatan buruk yang kita lakukan akan berakibat tidak baik pada diri kita dan orang lain. Beberapa orang sudah kebal dengan penderitaan yang terjadi oleh perbuatannya sendiri, tetapi sebagian orang yang masih memiliki kebijaksanaan akan

(23)

merasa bahwa perbuatan ini tidak selayaknya dilakukan.

Sekarang apa bedanya orang kentut yang dipaksakan keluar dengan cepat dengan orang yang menahan diri dan berusaha dikeluarkan dengan tanpa bunyi? Atau orang yang kentut di depan orang yang sedang makan dengan orang yang kentut dengan

menghindar dari orang lain? Orang yang kentut di depan orang dengan bunyi yang sangat keras adalah orang yang menyalurkan keinginannya tanpa memperhatikan norma-norma kebaikan disekitarnya. Orang seperti ini lama kelamaan akan merasakan bahwa perbuatan yang dilakukan itu adalah sebuah kewajaran. Bahkan mungkin dia akan menganggap bau kentut busuk ini adalah bau yang menyenangkan. Dia tidak akan peduli apakah orang lain terganggu atau tidak. Orang seperti ini akan dijauhi oleh orang yang tidak suka bau kentut. Demikian juga dengan orang yang melakukan

perbuatan tidak baik, apabila dia tidak merasa malu melakukannya secara

terang-terangan, maka dia tidak akan mengindahkan norma-norma kebaikan disekitarnya. Orang seperti ini biasanya tidak memiliki rasa malu melakukan perbuatannya. Dia tidak peduli akibat dari perbuatannya akan membuat orang lain dan diri sendiri menderita. Bahkan mungkin dia menganggap penderitaan inilah kebahagiaan. Dia akan terus menghancurkan orang lain. Semua orang yang tidak suka dihancurkan akan menghindarinya. Tanpa disadarinya semua

perbuatannya itu juga akan berakibat pada dirinya dan secara pasti akan

menghancurkan dirinya sendiri. Pada umumnya setelah melakukan dorongan keinginan yang menggebu, akan muncul kepuasan dalam diri kita ketika keinginan itu terlepas dan keluar dari dalam diri. Inilah yang disebut nafsu –nafsu keinginan yang seperti angin busuk dalam pikiran kita. Apabila angin-angin ini terus memberikan kontribusi pada pikiran kita, maka apabila pikiran kita sudah tidak lagi menampung gelembung nafsu keinginan, maka kita secara

(24)

naluri akan mengeksekusinya dalam perbuatan dan ucapan kita. Tahukah kamu apa yang membuat pikiran ini terus menciptakan dorongan nafsu-nafsu keinginan yang terus menggelembung? Dan kenapa kita tidak mampu menahan nafsu keinginan itu untuk tidak keluar? Mengapa semakin ditahan kita semakin

menderita? Bukankah kalau kita ingin kentut lalu anginnya tidak dikeluarkan akan menjadi penyakit?

Tahukah kamu bahwa kentut timbul karena produksi gas dari dalam lambung kita karena adanya produksi asam lambung yang berlebihan? Bila kita tidak ingin kentut terus menerus, maka kita harus menjaga pola makan kita agar

tidak merangsang asam lambung dalam tubuh berproduksi berlebihan. Demikian juga dengan pikiran kita. Gelembung nafsu

keinginan ini dikarenakan oleh intensitas keserakahan , kebencian dan kekurang-kebijaksanaan dalam diri. Apabila ketiga hal ini dibiarkan terus berkembang dalam diri kita, maka gelembung nafsu keinginan akan terus muncul dalam pikiran kita setiap saat. Semakin banyak intensitas ketiga hal diatas, semakin sering pikiran kita terdorong oleh nafsu-nafsu keinginan tersebut. Tahukah kamu mengapa keserakahan, kebencian dan kurangnya kebijaksanaan ini bisa menggelembung dalam pikiran kita? Inilah yang dikatakan oleh Sang Buddha sebagai kebenaran tentang Dukkha , bahwa memiliki pancakhanda (batin jasmani) adalah dukkha . Tetapi ini adalah kewajaran kehidupan (bukan kewajaran nibanna). Sama halnya dengan asam lambung dalam perut kita, terkadang perut memang membutuhkan produksi asam lambung, tetapi hanya cukup untuk kebutuhan proses

(25)

pencernaan saja. Demikian juga dengan nafsu keinginan dalam kehidupan manusia. Terkadang kita masih membutuhkan keinginan-keinginan ketika kita hidup sebagai manusia, karena kehidupan ini adalah kumpulan hasil kamma yang juga

bermuatan keinginan-keinginan. Jadi untuk hidup sebagai manusia kita masih membutuhkan keinginan-keinginan tersebut, tetapi jagalah agar keinginan itu tidak menggelembung menjadi nafsu yang tidak terkendali. Jagalah agar keinginan itu menjadi hal-hal yang positif dan

bermanfaat. Jadi bagaimana sebenarnya mencegah agar nafsu keinginan kita tidak terpengaruh oleh keserakahan, kebencian dan

ketidak-bijaksanaan? Jawabannya adalah

pelaksaaan sila dan kemoralan dalam kehidupan. Dengan menjalankan sila / kemoralan ibarat seseorang yang menjaga pola makan agar tidak banyak memasukkan barang-barang yang bisa memancing produksi asam lambung berlebihan. Demikian juga dengan

pelaksanaan sila dan kemoralan adalah cara untuk mencegah keserakahan, kebencian dan ketidak pedulian yang membuat kita tidak bijaksana kedalam pikiran kita. Dengan

menjalankan sila dan kemoralan kita akan selalu waspada

terhadap apa yang akan kita rasakan, lihat dan dengar. Sehingga kita juga tidak menciptakan hal-hal negatif dalam pikiran dan perbuatan kita. Berhati-hatilah dalam segala hal, jangan melihat dari sisi yang tidak baik, jangan mendengar hal-hal yang tidak baik, jangan selalu merasakan hal-hal yang tidak baik. Berusahalah menjaga kemoralan dan sila agar konsumsi indera kita juga hal-hal yang positif. Dengan demikian maka kita bisa menjaga konsumsi keinginan secara seimbang hanya untuk hal-hal yang bernanfaat saja.

(26)

Selain mencegah munculnya tekanan nafsu keinginan, lalu bagaimana bila pikiran sudah terlanjut berisi gelembung nafsu keinginan yang berlebihan dan terus mendorong kita untuk melampiaskan semua tekanan tersebut? Ibarat kentut yang tidak bisa keluar, maka akan membuat kita menderita dan sakit. Demikian juga dengan gelembung nafsu keinginan yang sudah memuncak. Apabila kita tekan dalam diri maka akan menimbulkan penderitaan dan pergolakan batin yang sangat hebat. Begitu juga dengan angin busuk dalam perut, harus dikeluarkan dari dalam perut agar kita tidak sakit.

Gelembung nafsu keinginan yang menekan seseorang akan membuat seseorang sakit apabila tidak bisa dikeluarkan. Namun masalahnya adalah secara bagaimana agar nafsu keinginan tersebut bisa tersalurkan dengan benar? Misalnya kita kentut di tempat yang tidak ada orang agar orang lain tidak menerima bau busuk yang kita keluarkan. Atau berusaha mengeluarkan angin busuk tersebut tanpa suara.

Dan masih banyak cara-cara lain mengatasi hal-hal yang sudah terlanjur saat ini. Demikian juga dengan nafsu keinginan yang terlanjur ada dalam pikiran kita dan mendesak kita untuk segera dieksekusi. Kita tidak perlu menahannya, juga tidak perlu mengikutinya. Cobalah

lepaskan semuanya dengan cara yang lepas dan rileks. Biarkan semua hal itu berproses dalam pikiran, tetapi usahakan kesadaran kita tidak terpaku pada nafsu-nafsu keinginan tersebut. Bila kita bisa bertahan untuk tidak mengikutinya, maka ketika prosesnya berakhir, semuanya akan menjadi reda karena dorongan itu sudah terselesaikan. Beda dengan ketika kita menekan nafsu-nafsu tersebut dalam diri. Kita bukan melepaskan tekanan tetapi kita malah menambah tekanan dengan semakin fokus pada nafsu-nafsu tersebut, kita semakin terikat oleh mereka. Jadi bila ini terjadi berusahalah lepas dan biarkan berproses secara wajar. Jangan diikuti jangan ditolak. Bila kita mengikuti berarti kita ibarat makan keserakahan yang berbuah nafsu keinginan, bila

(27)

kita menolak ibarat makan kebencian yang berbuah nafsu keinginan . Semua hal ini akan semakin menggelembungkan nafsu keinginan kita. Ini tidak menyelesaikan masalah. Apalagi kalau kita kemudian berpandangan bahwa dengan menolak dan mengikuti maka semua tekanan menjadi hilang. Pandangan salah seperti inilah yang membuat kita semakin jauh terperosok kedalam buaian nafsu keinginan. Biasanya diawali dengan hal-hal yang kecil lalu menggulung secara terus menerus menjadi semakin besar. Hal inilah yang membuat kita semakin menderita.

Kehidupan seperti apakah yang anda inginkan? Apabila anda memilih hidup dalam lingkungan udara berbau busuk sepanjang hari, maka biarkanlah mulut anda terus makan makanan enak yang menyebabkan asam lambung kita berproduksi berlebihan dan lama kelamaan lambung akan mengalami kegagalan karena ketidakseimbangan. Ataukah anda memilih hidup dalam atmosfir yang bersih sepanjang hari dengan bau harum bunga-bunga Dhamma, sementara lambung kita sehat dan terhindar dari iritasi asam lambung.

Demikian juga dengan kehidupan ini. Apabila kita memilih kehidupan dengan penuh kamma baik, mulailah mewaspadai apa yang kita rasa, apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar sehingga kita bisa menjaga pikiran dan perbuatan kita untuk tidak berbuat tidak baik. Dengan demikian maka pikiran kita akan semakin seimbang dan sehat untuk bisa melihat dukkha dalam kehidupan ini.

Demikianlah sedikit perumpamaan tentang kamma dalam kehidupan. Semoga mereka yang waspada dan menjalankan sila dengan benar dapat terbebas dari tekanan nafsu keinginan yang tidak baik dalam kehidupannya. Semoga semua makhluk berbahagia.

(28)

Menurut penelitian terbaru mandi ternyata tidak hanya baik untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan menjauhkan stress, tetapi mandi juga memiliki peranan penting meningkatkan sistem kekebalan, membantu kulit terhindar dari penyakit seperti eksema dan bahkan menyembuhkan masalah medis serius.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam

New England Journal of Medicine menunjukkan penderita diabetes yang menghabiskan hanya setengah jam berendam dalam bak air hangat dapat menurunkan tingkat gula darah sekitar 13 persen.

Penelitian terpisah di Jepang menunjukkan 10 menit berendam dalam air hangat dapat memperbaiki kesehatan jantung baik pria maupun wanita, membantu mereka menjalani test olahraga lebih baik dan mengurangi rasa sakit.

Apa manfaat mandi dan berapa lama anda sebaiknya mandi? Berikut beberapa petunjuk mandi asyik dan

menyehatkan: Mengeluarkan racun

Mandi air hangat sekitar 32-35 derajat Celsius membuka pori-pori yang dapat membantu mengeluarkan toksin. Mandi air hangat juga dapat membantu menurunkan tingkat gula darah, menyembuhkan sakit otot dan membantu menjaga usus besar bekerja dengan baik. Waktu yang dianjurkan selama 10-20 menit.

(29)

Stress

Jika anda benar-benar mengalami stress, mandi air dingin akan menjadi jawaban yang tepat. Temperatur yang dianjurkan sekitar 12-18 derajat Celsius. Mandi air dingin sangat baik meredakan ketegangan, sebaliknya dari air hangat karena mandi air dingin dapat mempersempit darah dan meningkatkan tingkat gula darah. Eksema

Penyakit kulit tertentu seperti eksema, ruam atau gatal-gatal dengan menambahkan baking soda (sodium bicarbonate) ke dalam bak mandi dapat membuat perbedaan besar. Sodium bicarbonate bertindak sebagai antiseptik. Isi air dengan air hangat, tambahkan kira-kira satu pound baking soda dan aduk sampai rata. Dianjurkan berendam selama 10-20 menit. Infeksi

Infeksi jamur (yeast) seperti sariawan dapat dibantu dengan menambahkan tiga atau empat cuka dari sari buah apel ke dalam bak mandi. Ini juga baik untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh karena cuka dapat menyeimbangkan kembali asam. Tambahkan pada air hangat dan berendam selama 15-20 menit.

Flu dan Sakit Kepala

Merendam kaki dalam air hangat dapat membantu

menyembuhkan flu dan sakit kepala dan juga menyegarkan kembali kaki yang lelah. Masukan air hangat secukupnya dalam bak sampai menutupi kaki dan pergelangan kaki tambahkan beberapa tetes minyak seperti lavender, peppermint atau

(30)

lemon. Setelah selesai basuh dengan air dingin. Lakukan selama 10-20 menit.

Insomnia

Merendam kaki dalam air dingin sangat baik bagi anda yang memiliki masalah insomnia atau mereka yang memiliki masalah tidur. Masukan kaki sampai kaki merasa dingin. Pengobatan ini juga berguna bagi kaki lelah, pendarahan hidung, flu dan sembelit.

Sirkulasi

Cobalah merendam kaki secara bergantian antara air hangat dan air dingin jika anda mengalami masalah sirkulasi. Mulai dengan merendam kaki selama satu atau dua menit dalam air hangat, kemudian 30 menit dalam air dingin. Cobalah lakukan selama 15 menit kemudian diselesaikan dengan air dingin.(mdp)

(31)

Buku Bagus

Ehipassiko foundation tidak henti – hentinya membuat terobosan di dalam Dhamma. Proyek terbarunya adalah pembuatan komik berjudul Bodhi. Ehipassiko bertekad untuk memproduksi komik ini dalam 20 judul. Komik ini menyajikan nilai - nilai moral dan spritual melalui kisah hidup Buddha dan para

Siswa-Nya. Bodhi edisi perdana berjudul “Buddha - Mukjizat semesta” yang menceritakan mukjizat-mukjizat yang dapat dilakukan oleh para arahanta dan terutama yang hanya dapat dilakukan oleh Sang Buddha. Komik Bodhi mempunyai alur cerita yang otentik berdasarkan Kitab Suci Tripitaka dan kitab – kitab Komentar.

Komik ini dimulai dengan cerita seorang kaya yang akan mengabdi kepada orang yang dapat mengambil mangkuk yang diletakan di atas bambu dengan cara terbang. Enam orang guru dengan pandangan salah (Purana Kassapa, Makkhali Gosala, Ajita Kesakambala, Pakudha Kaccayana, Sanjaya Belatthaputta, Nigantha Nataputta) yang mengaku sebagai arahanta pergi ke rumah orang kaya tersebut. Tetapi satu-persatupun gagal untuk mengambil mangkuk. Bhikkhu Pindolla mendengar berita tersebut dan datang ke rumah orang kaya tersebut. Kemudian ia mengambil mangkuk tersebut dengan kesaktiannya. Hal

tersebut membuat Bhikkhu Pindolla disorak-sorakan untuk dapat memperlihatkan kesaktiannya lagi. Sejak saat itu, Sang Buddha menetapkan peraturan bahwa bhikkhu tidak boleh mempertontonkan kesaktiannya.

(32)

Komik ini juga menceritakan kesaktian yang hanya dapat dilakukan oleh Sang Buddha, antara lain: api berkobar dibagian atas tubuh sedangkan bagian bawah memancarkan air, kesaktian mengetahui kesiapan hati seseorang, mahawelas asih kepada semua makhluk dan lain sebagainya. Dibagian akhir juga diberikan sketsa mengenai Sang Buddha dari Beliau lahir sampai parinibanna. Juga diceritakan tentang kebijaksanaan Sang Buddha. Komik ini diisi dengan kata-kata yang humoris dengan gambar-gambar yang lucu sehingga cocok untuk semua umur.

Komik ini dibuat setiap 3 bulan sekali. Demi kelancaran proyek ini kami mengajak pembaca untuk berbuat baik dengan cara berdana. Anda juga dapat memperoleh Komik ini dengan cara berdana berapapun melalui BCA KCP Fatmawati Jaksel, 0710004404 a.n. Surja Handaka. Konfirmasi dapat dikirimkan melalui sms ke 085888503388: nama, alamat, kota, kodepos, tgl transfer,jumlah dana, eksemplar.

(33)

surga, seperti dalam arti kedua Nirvana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Melalui buku ini, seorang ahli bahasa Pali (bahasa India Kuno) dan intelektual buddhis, Lily de Silva, menjelaskan apa itu Nibanna sesuai dengan Teks Kanon Pali. Disebutkan bahwa Nibanna merupakan suatu tingkatan yang dapat dicapai di manapun, kapanpun pada setiap kehidupan, dan bukan hanya dapat dicapai setelah kematian terjadi. Nibanna dapat dikategorikan dalam empat kondisi-kondisi khusus, pada kaitannya dengan pengalaman hidup yakni: Kebahagiaan, Kesempurnaan Moral, Realisasi, dan Kebebasan. Dalam konteks kebahagiaan, kebahagiaan ini diartikan sebagai keadaan mental atau fisik yang berbahagia. Pengalaman kebahagiaan fisik dan mental dijelaskan didalam buku ini dengan rinci.

Yang dimaksud dengan nibanna merupakan kesempurnaan moral adalah seseorang yang telah mencapai Nibanna, semua

Nibanna

Sebagai Suatu Pengalaman Hidup

KAMADHIS UGM (Kelompok Mahasiswa Buddhis Universitas Gadjah Mada) akhirnya

menerbitkan buku keduanya yang berjudul Nibanna : Sebagai Suatu Pengalaman Hidup. Buku ini membahas mengenai Nibanna (bahasa Pali) atau Nirvana (diserap dari bahasa Sansekerta) yang sering disalahpahami sebagai

(34)

akar-akar motivasi yang tidak baik seperti keserakahan, kebencian dan kebodohan batin telah dihilangkan dan tidak akan ada kemungkinan untuk muncul kembali.

Sang Buddha menjelaskan tentang realisasi dari empat

kebenaran mulia sebagai munculnya kesadaran, kebijaksanaan, pengertian, pengetahuan dan penerangan atau ungkapan lainnya adalah “tiga pengetahuan telah dicapai” (tisso vijja

anuppata). Tiga pengetahuan terdiri dari pengamatan kembali

(dapat melihat kembali apa yang telah terjadi)

(pubbenivasanussatinana), penglihatan terang (dibbacakkhu) dan

pengetahuan dari pemusnahan kotoran-kotoran batin

(asavakkhayanana).

Semua ikatan yang mengikat kita pada penderitaan menjadi putus, hancur berkeping-keping. Seorang Arahat memiliki kemampuan sempurna untuk mengendalikan pikirannya. Emosi-emosi negatif membatasi kebebasan psikologis seseorang, yang membelenggu seseorang di dalam samsara. Di dalam buku ini, juga membahas aspek-aspek lain yang berhubungan dengan Nibanna yaitu: kreatifitas, fisiologi dan spritualitas dan masih banyak aspek lainnya. Buku ini

dibawakan dengan bahasa yang simple dan mudah dimengerti. Kami juga mengajak para pembaca untuk berdana dalam penerbitan buku Dharma. Dana anda dapat dikirim ke Rek BCA KCU YOGYAKARTA acc. 0372551648 a.n. Effendi SU Ir. Keterangan lebih lanjut, dapat menghubngi: Kamadhis UGM, HP:081.804359456. Email: kamadhis_ugm@yahoo.com.

(35)

Ini adalah sebuah film yang sangat indah yang

menceritakan seorang pria yang hanya dapat bergerak dengan sebelah matanya.

Jean-Dominique Bauby adalah editor sebuah majalah kenamaan yang mengalami kecelakaan hebat yang mengakibatkan seluruh fisiknya menjadi lumpuh total, termasuk kemampuannya untuk berbicara. Bauby hanya mampu mendengar dan melihat dengan sebelah matanya.

Setelah 20 hari masa koma, Bauby diajarkan berkomunikasi dengan menggunakan kedipan mata oleh perawat di rumah sakit tempat Bauby dirawat. Caranya, si perawat membacakan huruf satu persatu dengan urutan tertentu, dan jika ada huruf yang pas dengan pikiran Bauby, maka Bauby cukup mengedipkan sebelah matanya hingga terangkai sebua kata, dan kemudian menjadi kalimat demi kalimat. Dibutuhkan perawat yang super sabar untuk merangkai kata-kata yang ingin diucapkan Bauby. Berkat kesabaran

perawatnya pula, Bauby perlahan-lahan mampu berkomunikasi dengan orang-orang yang ditemuinya, dan malah mampu menuliskan segala pengalaman dan perasaannya selama terkurung dalam kelumpuhan.

Bauby kemudian merasakan letupan-letupan emosi yang kuat saat harus bertemu dengan mantan istri dan ketiga anaknya yang masih kecil, dan pada saat mendengar ayahnya berbicara di telepon, perasaan yang mungkin tidak pernah

The Diving Bell and The Butterfly

(36)

didapatnya sebelum lumpuh. Satu-satunya yang Bauby miliki kini hanyalah memori dan imajinasi, yang membuat semangat hidupnya tetap menyala, yang membuat Bauby menjadi sosok yang berhasil di mata orang-orang yang bertemu dengannya. Bauby berhasil melewati dan mengatasi kesulitan dan kesusahan yang dia temui hampir setiap waktu dalam sisa hidupnya, dan dalam dunianya, Bauby merasakan sebuah keindahan hidup, tidak menjadi masalah walau pada kenyataannya dia akan tetap lumpuh. Bauby berhasil menggapai kesuksesan dalam

(37)

Pada tanggal 16 – 18 Agustus 2008, Wihara Dhammadipa dan Wihara Eka Dharma Loka mengadakan bakti sosial (baksos). Baksos ini diadakan untuk umat – umat wihara di kabupaten Blitar. Tanggal 16 pukul 19.30, rombongan berangkat dari Surabaya ke kota Boro dan sampai pada pukul 23.30. Rombongan ini berjumlah 56 orang. Rombongan yang sebagian besar adalah para pemuda ini membawa 339 paket dan 7 perlengkapan wihara. 1 paket berisi 5 kg beras, 2 kg gula pasir, 5 bungkus mie instan, dan 1 liter minyak goreng. Untuk perlengkapan wihara terdiri dari sapu, tong sampah, dupa, kotak P3K dan juga diberikan buku Parita suci. Juga tidak ketinggalan diberikannya tas sekolah dan baju bekas layak pakai.

Esoknya, diadakan peringatan hari Asadha. Peringatan ini diisi dengan Dhammadesana, acara ramah tamah dan pemberian paket kepada umat di Wihara Buddha Sasana, Boro. Pada kesempatan ini, juga diberikan kepada 3 Wihara lainnya yang berada di sekitar Boro yaitu Wihara Buddha Metta Loka Sidorejo, Wihara Buddha Nugraha Sidomulyo, dan Wihara Buddha Bumika Jedeng. Setelah memberikan paket,

rombongan berangkat pada pukul 14.00 ke Wihara Dhamma Sasana Salamrejo. Total paket yang diberikan berjumlah 125 paket. Setelah dari Wihara Dhamma Sasana, rombongan berangkat ke Panti Semedhi Balerejo, Wlingi.

Bakti Sosial

Wihara Dhammadipa & Wihara Eka Dharma Loka

(38)

Pukul 18.00, rombongan sampai di Panti Semedhi Balerejo dan

membagikan sisa paketan yang masih tersedia. Paketan ini diberikan kepada 3 kelompok umat yaitu umat Panti Semedhi Balerejo, Wihara Dhamma Triguna, dan kelompok Sanggrahan. Setelah membagikan paketan, acara dilanjutkan dengan games, jurit malam dan pada besoknya kembali ke Surabaya pada pukul 15.00.

Acara ini adalah acara rutin tiap tahun Wihara Dhammadipa dan diadakan setelah diadakannya Patidana. Tujuan acara ini adalah meningkatkan keakraban, juga menumbuhkan rasa memberi kepada sesama. Semoga dengan makin seringnya diadakan kegiatan - kegiatan sosial seperti ini, terjalin kerja sama yang baik juga antar wihara.

(39)

Pattidana 2008 yang diakan oleh Wihara Dhammadipa, dimulai pada tanggal 3 agustus dan berakhir pada 9 agustus 2008. Acara ini berlangsung selama satu minggu dan diadakan penyalakan pelita, dupa dan memberikan persembahan kepada mendiang leluhur. Dallam acara ini, juga diadakan Dhammadesana yang antara lain diisi oleh: YM Dhammavijayo Mahathera, YM Viriyadharo Thera, YM Dhammiko, Romo Widya Kusuma, Upa. Yudha Wibisono, dan Upa. Suryo Haryono.

Pattidana adalah kegiatan pelimpahan jasa yang ditujukan bagi para keluarga yang telah meninggal. Kegiatan ini telah dimulai semenjak jaman Sang Buddha, yaitu pada saat raja Bimbisara yang terkenal sebagai penyantun Sang Buddha dan mempunyai jasa besar dalam menyantui Sangha, yang pada suatu malam raja Bimbisara mendapat mimpi, dimana pada mimpi tersebut beliau menyaksikan keluarganya yang telah meninggal menangis kelaparan. Oleh Sang Buddha, beliau disarankan untuk melimpahkan jasa kebaikan yang telah beliau lakukan kepada sanak keluarga yang telah meningal. Sejak saat itulah perayaan pattidana diadakan sampai saat ini. Oleh karena itu kita sebagai murid Sang Buddha sebaiknya meneruskan kebiasaan yang baik ini demi kebahagiaan para sanak saudara yang telah meninggal agar mereka bisa terlahir di alam yang lebih baik. Untuk masyarakat keturunan tionghoa yang melakukan upacara cheng beng, dan mengerti maksud dari upacara tersebut, juga akan mengerti tujuan dari diadakannya pattidana karena tujuan dari kedua acara tersebut adalah sama yaitu untuk mengenang dan melimpahkan jasa kepada leluhur.

Acara ini adalah acara tahunan yang diadakan sekitar bulan agustus. Bagi umat yang ingin berpartisipasi dalam acara ini dapat mengikutinya pada tahun depan dengan menghubungi pihak vihara. Telp: 031-5320688.

(40)

Liputan

Kegiatan ini menjadi sangat membekas dalam benak para peserta Saddha Luar Kota walaupun hingga penulisan artikel ini dimuat. Berlatarkan suasana yang indah nan sejuk di Panti Semedhi Balerejo, Wlingi – Blitar, kegiatan 3 hari 2 malam ini dilaksanakan.

Saddha Luar Kota yang sering disingkat Sakot ini diadakan sehari setelah Asadha, yaitu tanggal 18-20 Juli 2008, dan hal ini bertepatan dengan masa liburan bagi sebagian anak – anak yang sedang berjuang untuk kuliah di Surabaya. Tak kurang 29 orang dari kalangan SMU hingga Kuliah antusias mendaftar hingga detik – detik terakhir pendaftaran. Tidak ketinggalan beberapa mahasiswa baru yang datang dari luar pulaupun ikut terjaring pada pendaftaran Sakot ini.

Kata – kata Semangat Memberi menjadi hal yang sangat ditekankan dari setiap kegiatan yang berakar dari Saddha. Saddha merupakan salah satu bagian dari DPC Patria Surabaya. Sakot yang merupakan akhir dari rangkaian acara Saddha rutinnya yang juga menjadi moment awal untuk Saddha periode berikutnya. Tema Sakot tahun ini di'ibaratkan sebagai Semangat Memberi yang tiada habisnya. Last..but not least...

Acara Sakot 2008 ini diisi oleh YM Uttamo Mahathera, Ir.Silakumaro Tonny Coason (mantan Ketua DPP Patria Indonesia), serta Aditya S.Si, CH, CHt (Phoenix Trainer & consultant).”Nafas dhamma dalam Organisasi” merupakan topik yang dijabarkan oleh Bhante Uttamo. Adapun YM bhante

Sakot 2008

(41)

membimbing meditasi secara khusus di Dhammasala terbuka. Juga diadakan tanya jawab dengan beliau mengenai meditasi, organisasi dan umum. Ada pula pengenalan dan penjelasan Panti Semedhi Balerejo secara multimedia / melihat video yang akan di launch oleh beliau sendiri.

Sdr. Tonny menjelaskan tentang Patria, Leadership, dan Motivasi sedangkan Sdr. Aditya menjelaskan pada sisi

personality dan teamwork untuk para peserta. Juga diadakannya jurit malam, outbond, pergantian posisi panitia-peserta, dan perenungan. Dengan adanya para pembicara dan komposisi acara yg sedemikian rupa, panitia optimis dapat memberikan 'sesuatu' bagi setiap peserta yang mengikuti Sakot 2008 ini. Semoga demikian adanya.

Kebersamaan, kerjasama, saling berbagi, motivasi, latihan kepemimpinan, perenungan, berorganisasi yang keseluruhannya bernafaskan Dhamma, semua itu yang dirasakan oleh hampir seluruh peserta Sakot setelah ditanyakan kesan – kesan mereka selama mengikuti kegiatan ini, walaupun dengan masih adanya kekurangan - kekurangan yang dirasakan oleh peserta tetapi keseluruhan peserta merasa sangat senang bisa mengikuti kegiatan Saddha Luar Kota 2008 ini dan berharap dapat mengikuti Sakot di tahun – tahun berikutnya. Selamat untuk team panitia Sakot 2008. Semoga maju selalu dalam dhamma..!! (rg)

(42)

berubah-ubah, tidak kekal (impermanence).

Tempat kelahiran Buddha Gautama, Lumbini, adalah seperti Mekah-nya umat Buddha, menjadi salah satu dari empat tempat suci spiritual umat Buddha di seluruh dunia. Hal itu disebutkan dalam Parinibbana Sutta bahwa Sang Buddha sendiri telah mengidentifikasi empat tempat ziarah, yakni tempat yang menandai peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha – tempat kelahiran, tempat pencapaian penerangan sempurna, tempat membabarkan Dhamma pertama kali, dan tempat parinibbana (wafat/mangkat). Semua peristiwa ini terjadinya di luar di alam terbuka, di bawah pohon di dalam hutan-hutan. Walaupun tidak ada kepastian posisi dalam hal ini, hal itu mungkin menerangkan bahwa mengapa umat Buddha dimana pun selalu menghargai lingkungan dan hukum alam.

Lumbini

Lumbini adalah tempat kelahiran Sang Buddha Gotama, yang dikenal dengan sebutan Sang Tathagata – orang yang menemukan kebenaran (Dhamma). Tempat ini adalah tempat yang seharusnya dikunjungi oleh orang-orang yang teguh keyakinannya; yang mana seharusnya menimbulkan kesadaran dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi karena sifat alami yang selalu

(43)

Lokasi Lumbini

Lumbini terletak di kaki Gunung Himalaya di negara Nepal modern. Pada jaman Sang Buddha, Lumbini adalah sebuah taman yang sangat indah, hijau, dan pohon-pohon Sala yang rindang. Taman itu dan lingkungan yang hening dimiliki oleh kedua suku, Sakya dan Koliya. Raja Suddhodana, ayahanda dari Pangeran Siddharta sebagai pemegang dinasti Sakya termasuk kasta Ksatria atau prajurit. Maya Devi, ibundanya, melahirkan putranya dalam perjalanannya menuju ke rumah ayahnya di Devadaha, ketika sedang beristirahat di Taman Lumbini di bawah pohon Sala di bulan Mei tahun 642 SM. Keindahan Taman Lumbini dideskripsikan dalam literatur Pali dan

Sansekerta. Ratu Maya Devi terpesona melihat keindahan alam Taman Lumbini. Ketika dia berdiri, dia kemudian merasakan rasa sakit yang tidak wajar dan berpegangan pada salah satu dahan pohon Sala, bayinya, yang kelak menjadi Buddha, lahir. Maya Devi Temple

Bekas Lumbini telah ditelantarkan selama berabad-abad. Pada tahun 1895, Feuhrer, seorang ahli arkeologi yang terkenal, menemukan pilar besar saat berkeliling di sekitar bukit di kaki gunung di daerah Churia. Penjelajahan dan penggalian lebih jauh di sekitar area mengungkapkan keberadaan bangunan kuil dan arca batu pasir dalam kuil yang menggambarkan masa-masa kelahiran Sang Buddha.

Hal itu ditunjukkan oleh para sarjana bahwa kuil Ratu Maya Devi telah dibangun setelah penemuan lebih dari satu kuil atauu stupa yang sebelumnya, dan bahwa kuil ini mungkin dibangun pada seorang penduduk Ashoka itu sendiri. Di sebelah selatan kuil Ratu Maya, terdapat sebuah kolam pemandian suci yang dikenal sebagai Puskarni. Tempat itu dipercaya sebagai tempat pemandian Ratu Maya sebelum melahirkan. Di sisi samping pilar Ashoka terdapat sungai yang mengalir ke tenggara dan disebut sungai 'Ol'. Pada tahun 1996, seorang ahli arkeologi menemukan dengan penggalian sebuah

(44)

“batu yang sempurna” ditempatkan disana oleh Raja India, Ashoka, pada 249 SM, untuk menandai lokasi persisnya dimana Sang Buddha dilahirkan lebih dari 2600 tahun yang lalu, jika dicari buktinya, penemuan itu akan menempatkan Lumbini di urutan paling pertama sebagai tempat ziarah religius diantara berjuta-juta tempat ziarah lainnya.

Sekarang, beberapa tempat suci/keramat telah dibangun oleh para relawan dari negara-negara Buddhis. Mengunjungi Taman Lumbini, tempat kelahiran Sang Buddha, tidak hanya untuk tujuan pencerahan spiritual saja tapi juga untuk meneguhkan keyakinan kita bahwa terdapat jalan untuk menuju pembebasan sejati, menuju pada kedamaian yang abadi.

(45)

Parenting Guide in Dhamma

Dalam jalan mulia berunsur delapan, salah satu pengertian benar yang harus diketahui seorang manusia adalah tentang hukum kamma. Sang Buddha telah menjelaskan dengan sangat terang kepada kita semua bahwa ada sebuah hukum alami dari sebuah perbuatan. Sebuah hukum sebab akibat yang merupakan kealamian proses dalam dunia ini. Sebuah proses alami yang tidak dikendalikan oleh apapun. Yang tidak diputuskan oleh siapapun. Yang akan berlaku bagi siapapun, apapun statusnya, apakah dia tahu atau tidak, apakah dia percaya atau tidak, apakah dia pandai atau bodoh. Sebuah kenyataan hidup tentang perbuatan dimana apabila kita melakukan sebuah perbuatan pasti akan menyebabkan sebuah akibat dari perbuatan tersebut. Sang Buddha mengatakan bahwa sebuah perbuatan (kamma) akan berbuah bukan hanya 1 buah akibat, tetapi banyak akibat yang sebagian mungkin akan terjadi saat ini dan sebagian besar mungkin akan terjadi dimasa kehidupan yang akan datang. Berarti bahwa kehidupan kita saat ini adalah kumpulan akibat dari kumpulan perbuatan yang kita lakukan dimasa lampau, masa kehidupan lampau kita yang tidak pernah kita ingat.

Sebagai orang tua kita seharusnya mengerti dengan benar apa esensi yang sebenarnya dari maksud Sang Buddha mengajarkan dan menyampaikan kebenaran ini. Bahwa kebenaran ini perlu dimengerti agar kita mampu menerima kehidupan yang menurut pandangan Sang Buddha adalah DUKKHA. Bila kita bisa mengerti dengan benar tentang hal ini maka kita bisa menerima kewajaran dari sebuah

“Kehidupan adalah hasil dari kumpulan perbuatan Belajar tentang perbuatan yang benar,

berarti

Belajar tentang kehidupan yang benar”

(46)

kebenaran alamiah sebuah kehidupan sehingga kita bisa menerima kehidupan kita sebagai tanggungjawab pribadi masing-masing individu. Dengan kedewasaan berpikir seperti ini kita akan mampu menghadapi kehidupan ini dengan lebih ringan karena ini semua adalah sebuah kewajaran. Kita akan mengerti mengapa kehidupan masing-masing orang bisa berbeda? Ini bukan sebuah masalah keadilan yang MAHA KUASA tetapi adalah sebuah tanggung

jawab dari sebuah perbuatan yang telah kita lakukan sebelumnya. Kita tidak mengerti

penderitaan hidup yang kita lakukan sebagai sebuah hukuman atau kutukan

atau takdir. Tetapi hanya sebagai sebuah kumpulan akibat dari kumpulan perbuatan masa lampau. Lalu apabila demikian pengertian yang kita ketahui, berarti kita juga mengerti bahwa apa yang kita alami dalam kehidupan ini juga bukannya tidak bisa dirubah karena apa yang kita lakukan saat ini adalah menjadi kontribusi terhadap apa yang akan kita terima dimasa depan. Meskipun tidak mampu menghapuskan semua yang telah kita lakukan dimasa lampau, tetapi kita bisa menambahkan akibat-akibat baru yang lebih baik untuk mengisi kehidupan masa depan. Selain itu apa yang terjadi dengan kehidupan ini bisa menjadi sebuah perpustakaan bagi kita untuk mempelajari kesalahan-kesalahan masa lampau dari akibat yang kita terima saat ini. Dalam artian, kita bisa belajar dari penderitaan hidup ini untuk bisa berbuat lebih baik. Inilah hal-hal yang bisa kita ajarkan pada anak-anak kita.

Kamma sebagai orang tua adalah akibat dari hubungan kita dimasa lampau dengan anak-anak kita, demikian juga

(47)

sebaliknya. Sementara tanggung jawab sebagai orang tua adalah mengajarkan anak-anaknya agar bisa menghadapi kehidupan ini sebelum mereka bisa menjalani kehidupan mereka secara mandiri. Bagaimana kondisi kehidupan kita saat ini dalam keluarga kita adalah sebuah tanggung jawab bersama dari sebab – sebab perbuatan kita dimasa lampau. Bagaimana hubungan kita sebagai anak dan orang tua juga ditentukan oleh bagaimana kita menjalin hubungan kita dimasa lampau dengan anak-anak kita. Mungkin dimasa lampau kita bukan sebagai anak dan orang tua tetapi sebagai teman atau bahkan musuh. Oleh sebab itulah apapun yang hadir dalam kehidupan rumah tangga bisa dikatakan sebagai tugas yang belum kita selesaikan pada masa lampau. Jadi pengertian bahwa bunuh diri atau

kematian akan memisahkan kita dari semua masalah adalah salah. Kenyataannya, kita masih akan melanjutkannya dimasa kehidupan yang akan datang. Jadi dalam kehidupan manusia sebenarnya tidak ada yang disebut kehidupan yang tidak ada pengharapan.

Tidak ada jalan buntu dalam kehidupan manusia menurut hukum kamma . Karena semuanya akan terus berproses apakah keatas atau kebawah. Inilah essensi penderitaan yang

sebenarnya. Tetapi sebagai orang yang belum mampu menyadari ini sebagai sebuah penderitaan maka kita hanya perlu mengerti bahwa semua perbuatan yang dilakukan akan berakibat, apakah itu baik atau tidak baik.

Lalu bagaimana kita bisa menerapkan dan

mengajarkan hukum kamma ini dalam kehidupan anak kita? Sebelum kita berpikir

bagaimana mengajarkan hukum kamma kepada anak kita, kita

(48)

juga harus memahami dengan benar bahwa kita bukanlah orang yang menetukan apa yang menjadi sebab dan apa yang akan menjadi akibat bagi anak kita. Kita sebagai orang tua juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan anak-anak kita untuk saling belajar dari kehidupan ini .

Menyelesaikan apa yang belum diselesaikan.

Tanggung jawab sebagai orang tua yang memiliki anak seperti apapun sifat dan karakternya adalah sebuah akibat dari hubungan dimasa lampau. Juga sebaliknya. Sebagai orang yang lebih dahulu belajar, maka kita wajib memberikan pengertian yang benar, juga selain kita sendiri harus belajar. Dalam menjalin sebuah hubungan yang baik harus memilki dasar

cinta kasih. Bagaimana cinta kasih bisa diterapkan dalam sebuah hubungan? Terkadang seseorang mengatakan “saya sudah mencintai anak saya dengan memberikan semua yang diinginkannya, tetapi anak saya tidak bisa melihat cinta kasih saya.” “Saya sangat mencintai anak saya, jadi saya sangat sakit apabila anak saya tidak mau mendengarkan nasihat saya.” Cinta kasih bukan berkaitan dengan perasaan dan pikiran kita, tetapi lebih banyak

berkaitan dengan perhatian kita. Bila kita mencintai anak kita, maka yang perlu kita lakukan adalah memperhatikan semua hal yang berkaitan dengan mereka. Dengan memperhatikan secara obyektif, maka kita akan mulai bisa mempelajari sifat dan kebutuhan anak-anak kita secara lebih dalam. Kita akan bisa melihat apa yang

dibutuhkan mereka lebih dari apa yang mereka tahu tentang diri mereka sendiri. Dengan demikian kita akan tahu apa yang harus kita lakukan dalam mengarahkan anak-anak kita. Dengan demikian, kita akan tahu bagaimana

(49)

memperlakukan anak-anak kita secara bagaiman sesuai apa yang mereka butuhkan masing - masing. Kita akan mampu menentukan dengan bijak mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak.

Bagaimana

memperhatikan dengan benar (mencintai dengan benar ?) sehingga kita bisa memiliki pengertian benar akan kondisi anak kita. Misalnya bagaimana seorang ibu bisa tahu kalau bayinya menangis

membutuhkan minum susu atau karena bajunya basah kena air kencingnya sendiri? Padahal bayi belum bisa menyampaikan maksudnya dengan kata-kata. Lalu pernahkan kita melihat seorang ibu yang telah dengan begitu mengenali jam makan seorang bayinya, sehingga

sebelum sang anak meminta dengan tangisan dia telah menyediakan susu pada saat yang dibutuhkan. Inilah salah satu contoh bagaimana seorang ibu mengetahui kebutuhan anaknya meskipun tidak diminta atau diutarakan. Bagaimana dia bisa tahu? Sementara ibu lainnya yang memakai suster dan tidak peduli kapan anaknya lapar, kapan anaknya kencing, ia tidak bisa mengenali hal - hal ini? Ini adalah dasar latihan yang harus dilakukan seorang ibu dalam belajar memperhatikan kebutuhan dan sifat serta pola karakter anak-anaknya. Seringkali hal kecil seperti ini telah kita remehkan. Kita anggap tidak penting. Padahal dalam hal mengurus bayi banyak interaksi yang bisa dipelajari dari bayinya. Karakter seorang anak lebih mudah dipelajari pada saat masih bayi. Seorang bayi masih belum bisa menyembunyikan karakter alamiahnya. Sementara seorang anak kecil sekalipun mampu menyembunyikan perasaannya sehingga orang tuanya sendiri tidak akan pernah tahu apa yang ada dalam perasaannya. Anak yang seperti ini pada

(50)

umumnya mengalami kekecewaan karena apa yang dibutuhkannya tidak pernah didengarkan, apa yang dia lakukan tidak pernah

diperhatikan oleh orang lain. Belum lagi anak-anak yang menutup diri karena kesalahan orang tua yang tidak sabar dan selalu menghakimi anaknya tanpa mau tahu apa sebenarnya yang dibutuhkan anaknya. Orang tua hanya tahu bahwa anakanya adalah biang kerok bikin pusing saja. Inilah kesalahan besar yang dilakukan orang tua saat ini. Setiap tahapan dalam kehidupan ini adalah sebuah tahapan dari kumpulan akibat kamma lampau yang bisa dikatakan bahwa masalah hari ini adalah akibat kesalahan yang kita lakukan pada masa sebelumnya yang harus kita mulai perbaiki hari ini. Jadi dalam tahapan kehidupan kita hendaknya kita mulai perhatikan dan perbaiki semuanya. Bagaimana

seseorang mengalami kesulitan dengan anaknya adalah bagian dari tanggung jawab perbuatan dimasa lampau. Bagian dari pengulangan dari bagaimana dia menjalin hubungan dengan anaknya dimasa lampau, apakah

sebagai anak dan orang tua, musuh, sepasang kekasih atau bahkan bawahan dan atasan. Bila kita tidak mau

menerimanya saat ini dan memperbaikinya, maka dapat dipastikan kita akan mengalami hubungan yang sama

dikehidupan yang akan datang. Jadi tidak ada jalan melarikan diri dari tanggung jawab. Juga tidak ada keharusan bagi kita untuk memperbaikinya. Tetapi bila kita mau sebuah hubungan yang lebih baik, maka kita harus mulai memperbaikinya saat ini, dalam kehidupan ini.

Baiklah apa sebenarnya yang bisa kita ajarkan dalam menanamkan pengertian hukum kamma pada anak-anak kita? Secara garis besar

sebenarnya Sang Buddha ingin kita semua membuka wawasan berpikir kita akan apa yang terjadi dalam kehidupan ini. Karena kehidupan ini essensinya adalah perbuatan yang terus menerus. Misalnya seekor ikan yang hidup di air, dia harus mengenali lingkungan dia tinggal dengan benar, dia harus bisa berenang dengan benar dan harus tahu semuanya dengan benar agar bisa

(51)

menjalani kehidupan dengan benar. Begitu juga dengan manusia, apabila essensi kehidupan adalah sebuah perbuatan yang terus menerus, maka kita juga harus bisa melihat GRAND DESIGN kehidupan dengan benar dan secara luas. Kita harus tahu masa lalu, masa depan dan masa sekarang. Dengan demikian kita bisa menentukan perbuatan apa yang benar harus dilakukan saat ini. Jadi Inilah warisan penting yang harus kita berikan kepada anak-anak kita apapun kondisinya. Dengan mengenali gambaran besar kehidupan, maka

diharapkan seseorang akan mampu menjalani

kehidupan dengan benar. Bukankah ini hal paling penting dalam sebuah kehidupan manusia? Lalu bagaimana caranya?

Mengajak anak untuk mengerti dirinya sendiri adalah hal yang paling penting dalam mengenali masa lampaunya. Dalam artian kita mengajarkan anak menerima akibat masa lampau dan mengajarkan dia untuk bagaimana

mengendalikan hal-hal yang

tidak benar. Misalnya bagaimana untuk mengatasi kebencian, kemarahan dan kesedihan dengan cara yang benar. Bagaimana orang tua dapat mengajarkan anaknya bagaimana cara mengendalikan keinginan–keinginan yang tidak seharusnya dengan

memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang akibat-akibat perbuatan. Bagaimana orang tua mengajarkan bagaimana menyikapi dorongan-dorongan negatif dan positif dalam diri anak dan mengarahkannya. Terkadang seorang anak dengan polos mengeluarkan kemarahannya, kebenciannya terhadap sesuatu. Dalam hal ini orang tua harus mulai memperhatikan kenapa anak ini marah? Kenapa dia jengkel, dll. Dari

memperhatikan perilakunya, maka kita akan bisa mengukur sampai mana kedewasaan emosi seorang anak, apa yang menjadi penyebab dia marah dll. Terkadang hanya karena dia tidak mampu mengemukakan kemauannya sehingga orang lain tidak tahu apa yang dimaksud olehnya, dia lalu marah dan membanting apapun dihadapannya. Ini adalah

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis kadar kalsium pada susu segar secara titrasi kompleksometri mempunyai nilai akurasi yang baik, yaitu 99,29% pada konsentrasi spiking 60 mg/100 mL

Berdasarkan hasil analisis secara statistik pada perlakuan insektisida nabati (ekstrak daun pepaya) dan Insektisida Kimia (Alika) dalam mengendalikan hama penggerek polong

Penempatan pintu keluar masuk jalan kerja proyek tidak boleh mengganggu arus lalu lintas dan prasarana kota. Apabila jalan masuk proyek tersebut melintasi trotoar dan saluran

Komponen LKPD dapat mengarahkan peserta didik untuk membangun konsep, memiliki nilai kelayakan 83.33%.Validator II dan II memberikan nilai 3 pada komponen ini karena

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah mencurahkan kasih, kemurahan dan karuniaNya, se- hingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan tesis

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur antara bayi yang

Report HasilPerhitunganEoq berfungsi untuk memanggil data yang disimpan pada database ADempiere yaitu besarnya nilai daripada EOQ dan besarnya biaya persediaan ( inventory cost )

mengkombinasikan variabel persepsi kualitas dengan variabel lain di luar variabel dalam penelitian ini, karena variabel persepsi kualitas adalah variabel dominan