• Tidak ada hasil yang ditemukan

281970312-Nepa-Rubra-Cybister-Lethocerus-Kelompok-1-B.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "281970312-Nepa-Rubra-Cybister-Lethocerus-Kelompok-1-B.docx"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

Nepa rubra, Cybister sp, Lethocerus

Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan

Disusun oleh : Kelompok 1 Perikanan B Eki Candra N 230110130093 Sofie Saraswati 230110130105 Rika Mustikawati 230110130125 Thesar Maulana 230110130126 Taufik Hidayat 230110130128 Santi Ryanti 230110130145 Rahman Arif F 230110130147 UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR

(2)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpah curahkan rahmat dan hidayat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan ini tepat pada waktunya. Tak lupa salawat beserta salam semoga tetap terlimpah curah kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad Saw, kepada para keluarganya para sahabat semuanya sampai kepada kita semua selaku umatnya yang senantiasa mengarap syafa’atnya diakhir zaman nanti.

Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak, untuk itu kepada semua pihak yang sudah mendukung dalam pembuatan makalah ini baik dukungan moril maupun materil penulis haturkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga Bermanfaat

Jatinangor, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

(3)

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan... 3 II. PEMBAHASAN 2.1 Nepa rubra... 4 2.2 Cybister sp... 10 2.3 Lethoceros ... 14 III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan... 18 3.2 Saran... 20 DAFTAR PUSTAKA... 21

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parasitologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang salah satu cara hidupnya merugikan untuk organisme lain. Organisme yang hidup sebagai parasit selama hidupnya memerlukan organisme lain sebagai tempat hidupnya. Organisme lain itu dapat berupa tuan rumah utama. Ilmu parasitologi juga mempelajari sifat morfologi, klasifikasi dan biologi dari hewan yang hidup berparasit. Parasitisme merupakan salah satu bentuk hubungan antara si penumpang tergantung pada inang dan merugikan kehidupan inang dan tanpa inag organisme ini tidak dapat hidup, artinya inang merupakan habitat dan tempat pemberi makan bagi organisme penumpang.

Pada organisme parasit juga ada yang dikenal dengan istilah predator. Predator adalah hewan yang memangsa hewan lainnya. Seperti yang akan dibahas mengenai Nepa rubra, Cybister sp, dan Lethoceros, mereka semua merupakan predator – predator benih ikan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui mengenai Nepa rubra, Cybister sp, dan Lethoceros 2. Untuk mengetahui klasifikasi Nepa rubra, Cybister sp, dan Lethoceros 3. Untuk mengetahui ciri- ciri Nepa rubra, Cybister sp, dan Lethoceros. 4. Untuk mengetahui cara penyerangan Nepa rubra, Cybister sp, dan

Lethoceros.

5. Untuk mengetahui cara penanggulangan Nepa rubra, Cybister sp, dan Lethoceros.

BAB II PEMBAHASAN

(5)

Nepa rubra merupakan salah satu insekta predator yang yang termasuk ke dalam famili Nepidae. Nepa rubra lebih dikenal dengan nama water scorpion karena kemiripannya dengan kalajengking. Mereka memiliki kaki depan yang berbentuk seperti capit dan ekor yang panjang sebagai alat pernafasan. Tubuh water scorpion berbentuk oval pipih dan berwarna coklat keabuabuan yang panjang tubuhnya dapat mencapai 20 mm.

2.1.1 Klasifikasi Nepa rubra

Berdasarkan klasifikasinya, Nepa rubra merupakan jenis insekta dari ordo Coleoptera dengan famili Dytiscidae, dengan sistematika sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera Famili : Nepidae Genus : Nepa Spesies : Nepa rubra

( Sumber : melvynyeo.deviantart.com) 2.1.2 Habitat

Nepa rubra lebih sering ditemukan di daerah perairan yang dangkal dan alirannya tenang seperti di kolam, danau, dan sungai bahkan dapat ditemukan di perairan tergenang. Kadang-kadang nepa rubra terlihat menempel di gulma air atau tanaman air. Mereka sangat jarang menjelajah ke perairan yang lebih dalam karena mereka perlu mengambil udara dari atas permukaan air.

2.1.3 Morfologi

Nepa rubra memiliki tubuh yang pipih berwarna coklat kehitaman, sehingga terlihat seperti daun yang sudah mati. Kamuflase ini membantu mereka

(6)

untuk menangkap mangsanya dengan mudah. Ia memiliki tubuh yang dibagi menjadi tiga bagian yakni bagian kepala, bagian thorax dan bagian abdomen.

Nepa rubra mempunyai dua mata faset hitam yang besar dan mulut (proboscis) yang bertipe penusuk-penghisap dan dapat dilipat ke bagian ventral bila beristirahat dan tegak bila sedang menghisap.

Nepa rubra memiliki ekor yang panjangnya dapat mencapai 10 mm yang digunakan sebagai alat pernafasan. Ekor kalajengking memiliki 6 segmen dan memiliki racun. Nepa rubra berenang ke permukaan air sehingga dapat menarik ujung ekornya keluar dari air. Ketika ekornya keluar dari air, Nepa rubra mengambil udara yang kemudian disimpan dalam tabung pernapasan sebelum pergi ke bawah air lagi. Nepa rubra menggunakan ekornya mirip dengan bagaimana manusia menggunakan snorkel. Nepa rubra dapat tinggal di bawah air selama 30 menit.

(7)

(Sumber : www.devianart.com)

Nepa rubra memiliki mempunyai tiga pasang kaki. Pertama sepasang kaki depan yang sangat kuat yang terletak tepat di depan kepala. Nepa rubra menggunakan kaki depan untuk menangkap makanan. Pasangan kaki kedua berada di bagian depan tubuh dan pasangan kaki ketiga adalah ada di tengah-tengah tubuh. Kedua pasang kaki tersebut berkuku dan berambut. Pasangan kaki kedua lebih kecil dari pasangan kaki ketiga. Nepa rubra menggunakan kaki ini untuk merangkak di tanah pada perairan yang sangat dangkal.

Meskipun Nepa rubra hidup di air, mereka termasuk ke dalam jenis perenang yang buruk. Tetapi mereka akan berenang apabila mereka merasa terganggu atau terancam. Ketika berenang, sepasang kaki depan mereka akan bergerak naik turun seperti sedang mendayung. Mereka lebih sering menempel pada tanaman air. Panjang tubuhnya sekitar 25 mm dengan lebar berkisar antara 6-10 mm. Kepala Nepa rubra sangat kecil dan berbentuk segitiga. Rostrum adalah bagian mulut yang menyerupai paruh yang berfungsi untuk menghisap dan menusuk mangsanya. Adanya rostrum ini, membuat kepala Nepa rubra berbentuk segitiga. Nepa rubra juga memiliki antena yang sangat kecil yang berfungsi sebagai pendeteksi untuk merasakan daerah yang gelap di sekitar air berlumpur dan daerah di sekitar tanaman air.

Bagian tengah tubuh Nepa rubra disebut thorax . Thorax ini memiliki dua pasang kaki yang saling terhubung. Thorax juga memiliki dua pasang sayap,

(8)

bagian atas sayap kaku dan keras sedangkan bagian bawah sayapnya tipis dan fleksibel. Sayap bagian bawah dilipat kedalam bagian sayap atas. Meskipun Nepa rubra memiliki sayap, kebanyakan dari mereka tidak bisa terbang karena otot-otot sayapnya tidak berkembang. Tetapi, terkadang mereka dapat terbang rendah untuk mencari habitat yang baru.

(Sumber : www.devianart.com)

Nepa rubra memiliki tiga pasang 'sensor tekanan' pada bagian bawah perutnya. Sensor tekanan terlihat seperti cakram oval berwarna gelap. Sensor tekanan ini digunakan untuk mengukur kedalaman dan mengkompensasi perubahan tekanan air. Hal ini penting untuk Nepa rubra karena Nepa rubra tidak bisa terlalu jauh masuk ke dalam air, Nepa rubra perlu secara teratur pergi ke permukaan untuk menghirup udara.

2.1.4 Sifat Biologis

Nepa rubra memakan berbagai serangga air lainnya. Organisme mangsa utama meliputi larva nyamuk, kumbang air (larva dan dewasa), nimfa capung, ikan kecil, dan krustasea kecil.

Nepa rubra dapat menggantung terbalik pada tanaman air saat menunggu mangsa dating karena Nepa rubra bukan merupakan pemangsa yang aktif. Sementara mereka menunggu, mereka tetap bersembunyi sehingga mangsa tidak mengetahui keberadaan mereka.

Nepa rubra menempel pada gulma atau tanaman air lain dengan menggunakan kaki tengah dan kaki belakang. Ketika serangga, berudu atau cacing lewat, Nepa rubra mendorong kaki belakangnya sehingga bagian depan tubuhnya terdorong ke depan. Nepa rubra kemudian menggunakan kaki depannya yang kuat untuk menangkap mangsa.

(9)

Setelah mencengkeram mangsa kemudian Nepa rubra akan menusuk mangsa tersebut dengan menggunakan rostrum. Nepa rubra memasukkan rostrum ke tubuh mangsa dan kemudian melepaskan cairan pencernaan ke dalam tubuh mangsa. Cairan ini merupakan cairan dari tubuh Nepa rubra yang membantunya dalam menghisap bagian dalam tubuh mangsa. Nepa rubra menghisap cairan tubuh mangsanya hingga tubuh mangsanya kosong. Cairan tubuh mangsa akan bergerak dari mulut ke usus dengan bantuan kelenjar ludah kemudian menuju rektum dan dikeluarkan melalui anus.

2.1.5 Reproduksi dan Siklus Hidup

Musim kawin untuk Nepa rubra adalah sekitar bulan April hingga akhir Mei. Nepa rubra jantan mencoba untuk menarik perhatian betina dengan membuat suara yang sangat tenang. Suara yang dikeluarkan oleh jantan diperoleh dengan cara menggosok kaki depan dengan bagian depan dada nya yaitu pada bagian thorax.

Tidak lama setelah jantan dan betina kawin, betina akan meletakkan telur di sekitar tiga puluh batang tanaman air atau di antara ganggang di bawah permukaan air. Dibutuhkan sekitar 2 menit untuk mengeluarkan satu telur. Nepa rubra betina biasanya meletakkan telur-telurnya di malam hari. Telur memiliki tujuh rambut panjang yang mengambang bebas di permukaan air. Rambut ini seperti pipa pernapasan kecil yang memasok udara untuk telurnya. Larva muncul dari telur setelah sekitar empat minggu dan disebut 'nimfa'. Nimfa terlihat seperti Nepa rubra dewasa bersayap tak sempurna ketika mereka pertama kali muncul, meskipun mereka memiliki tubuh yang sangat berbulu.

Tipe metamorphosis Nepa rubra adalah metamorphosis hemimetabola. Metamorphisis hemimetabola adalah pertumbuhan bertahap dari nimfa dalam ukuran, tetapi memiliki bentuk yang masih sama. Ketika nimfa tumbuh, kadang-kadang tampak seperti tidak memiliki ekor karena ekornya tumbuh pada tingkat yang berbeda.

(10)

( Sumber : www.arkive.org)

Untuk mencapai tahap dewasa nimfa harus melalui beberapa kali pergantian kulit atau yang disebut dengan tahap instar. Nepa rubra melewati lima instar sebelum berubah menjadi Nepa rubra dewasa. Nepa rubra membutuhkan sekitar 6-8 minggu untuk berubah menjadi dewasa sepenuhnya. Ketika Nepa rubra semakin tua, Nepa rubra juga mungkin memiliki nimfa mereka sendiri sehingga siklus kehidupan dimulai lagi.

2.1.6 Tindakan Pencegahan

Kehadiran Nepa rubra dapat dihidari dengan upaya pencegahan dengan cara memasang saringan pada pintu masuk air. Saringan bisa berupa saringan/filter dari bahan kawat halus atau kain kassa halus. Selain itu juga dapat menggunakan ijuk. Caranya, pintu air masuk dipasang saringan yang diikat kuat. Kemudian secara periodic saringan dibersihkan agar aliran air tetap lancar. Pembersihan saringan dilakukan dengan mencuci bersih dengan air mengalir.

2.1.7 Tindakan Pemberantasan

Paya pemberantasan tidak disarankan menggunakan insektisida karena berisiko terhadap benih ikan. Pemberantasan dianjurkan menggunakan minyak tanah dengan cara memercikan minyak tanah ke permukaan air sebanyak 500 cc (0,5 liter)/100 m2 luas permukaan air kolam. Nepa rubra akan segera mati karena alat pernafasannya kemasukan minyak tanah, pintu air masuk dan keluar ditutup. Setelah semua serangga air diperkirakan mati, pintu air keluar dibuka dan aliran air baru dimasukkan sehingga terjadi peggantian air kolam

(11)

2.2 Cybister

Sebelum menjadi dewasa fase larva Cybister disebut ucrit. Ucrit merupakan larva kumbang air. Di beberapa daerah, serangga ini populer disebut ucrit (Jawa Barat), disebagian daerah lain dinamakan kelabang air karena bentuknya mirip kelabang. Di Sumatera Barat disebut sapik – sapik atau limpatiak. Sedangkan nama umumnya adalah water beetles larvae atau kumbang air (larva Cybister).

2.2.1 Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasinya, ucrit merupakan jenis insekta dari ordo Coleoptera dan famili Dytiscidae, dengan sistematika sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Invertebrata Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Dytiscidae Spesies : Cybister sp. (Sumber : www.microcosmos.nl ) Tidak ada laporan yang khusus menyebutkan bahwa kumbang air dewasa merupakan predator benih ikan. Yang menjadi predator adalah kumbang air ketika masih stadia larva. Larva kumbang air atau ucrit ini merupakan pemangsa serangga air terutama pemangsa benih ikan yang sangat ganas. Banih yang menjadi sasarannya adalah benih berukuran 1 – 3cm. Cara memangsanya pertama-tama benih ikan ditangkap dengan jalan menjepit dengan taringnya. Kemudian benih ikan dilumpuhkan dengan menggunakan ujung ekor yang bercabang dua, sementara taringnya merobek-robek tubuh ikan. Selanjutnya benih ikan mas dimakan dengan cara digigit sedikit demi sedikit. Oleh karena sangat ganas, di luar negeri dijuluki sebagai predaceous water beetles (kumbang air sang perampok) atau malah ada yang menyebutnya water tiger (http://www.earthforce.org).

(12)

Larva Cybister sp / Ucrit (Sumber : www.microcosmos.nl )

(Sumber : https://books.google.co.id ) 2.2.3 Ciri Morfologis

Tubuhnya memanjang sepintas mirip lipan/kelabang (badan terdiri dari 9 ruas dan ekor 2 ruas). Panjang tubuh kurang lebih 1,3 – 2, 5 cm (yang dewasa kadang bisa mencapai 3 cm). Perbandingan panjang total badan dengan lebar total

(13)

bagian perutnya sekitar 7 : 1. Warna tubuh kuning kecokelatan dan ada juga yang kehijauan. Memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas. Memiliki 1 pasang gigi taring yang sangat beracun tepat di bagian ujung kepala. Memiliki 2 pasang antena di kepala. Memiliki satu pasang mata tepat di kiri-kanan kepala.

2.2.4 Sifat Biologis

Jika berenang di dalam air, bagian ujung ekornya sering muncul ke permukaan. Berenang perlahan secara naik-turun dan akan menyelam ke dasar apabila ada hewan pengganggu. Berenang lambat dengan kaki dan bagian ujung ekornya. Mengisap cairan tubuh benih ikan dengan terlebih dahulu menggigit bagian perut. Menempel pada dinding kolam atau kayu-kayu tegak sambil mengintai benih ikan yang mendekat. Memiliki sifat kanibal: membunuh, berkelahi dan mengisap cairan tubuh sesamanya.

2.2.5 Reproduksi dan Daur Hidup

Cybistar melakukan perkembang biakan dengan cara seksual. Daur hidup Cybistar biasa disebut paurometabola (bertipe sederhana). Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago.

2.2.6 Cara Pengendalian

Banyak yang mengatakan bahwa pemberantasan ucrit sulit dilakukan. Namun demikian bukan berarti tidak ada teknik pengendaliannya.

Pertama, hindari bahan organik menumpuk disekitar kolam. Sudah terbukti bahwa kolam-kolam yang mengandung bahan organik banyak ditemukan ucrit. Pencegahan dapat dilakukan dengan jalan memasang saringan pada pintu air masuk kolam. Tujuannya agar ucrit dan induk kumbang air tidak ikut masuk ke kolam aliran air. Selain itu, usahakan penebaran ikan di kolam tidak terlalu banyak dan disesuaikan dengan yang disarankan.

Meskipun sulit dan merepotkan, upaya penangkapan ucrit secara mekanis sebaiknya dilakukan. Penangkapan dalam jumlah besar dapat dilakukan menggunakan alat tangkap berupa seser. Selain itu, menangkap menggunakan seser cukup efektif karena jika ditangkap dengan tangan, ucrit mudah meloloskan diri. Gunakan baskom penampung untuk mengumpulkannya. Perlu diingat bahwa

(14)

ucrit dapat menggigit tangan kita dan bila itu terjadi, gigitannya akan terasa sangat sakit. Ucrit yang berhasil ditangkap langsung dibunuh dan dibuang ke tempat lain. Beberapa langkah berikut juga dapat dilakukan sebagai upaya menyelamatkan dari serangan ucrit:

a. Memerhatikan ukuran dan usia benih

Pada dasarnya semakin besar ukuran benih ikan, semakin besar peluangnya terhindar dari gangguan ucrit. Namun terkadang keterbatasan tempat pemeliharaan atau minimnya biaya produksi yang dimiliki memaksa pembenih ikan untuk segera menebar larva ikan ke kolam lebih cepat dari yang seharusnya. Padahal semakin kecil ukuran benih, semakin lemah kondisinya serta semakin mudah dimangsa predator.

b. Mengurangi konsentrasi pupuk kandang

Untuk menyelematkan benih dari serangan ucrit perlu dilakukan pengurangan konsentrasi pupuk kandang. Caranya dengan penggantian air atau memasukan air baru dalam jumlah yang banyak. Selain itu, pemupukan dengan pupuk organik (kotoran ayam dll) harus dengan dosis yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan disebar secara merata sehingga tidak terjadi penumpukan di salah satu bagian kolam. Cara lain yang saat ini berkembang adalah penggunaan pupuk organik cair yang aplikasinya lebih mudah dan praktis.

c. Penyemprotan dengan minyak tanah

Penyemprotan dengan bahan kimia merupakan solusi air untuk memberantas gangguan ucrit. Langkah ini diambil jika populasi ucrit sudah sulit dikendalikan dengan cara mekanis. Bahan kimia yang digunakan untuk memberantas ucrit adalah minyak tanah. Penggunaan minyak tanah didasarkan pada sifat minyak tanah yang mengapung di permukaaan air.

Banyak pembenih ikan yang menggunakan minyak tanah dengan cara menyiramkannya ke permukaan air dan hasilnya dapat mematikan ucrit. Para ahli budidaya ikan pun merekomendasikan hal ini. Minyak tanah menutupi permukaan air, sehingga ucrit tidak dapat mengambil oksigen dari udara bebas dan tidak berapa lama kemudian akan mati. Tertutupnya permukaan air oleh minyak tanah sejauh ini tidak membahayakan bagi benih ikan. Apalagi benih ikan umumnya di

(15)

dalam air, bukan di permukaan, kecuali ikan lele yang sering muncul ke permukaan. Penggunaan minyak tanah pada pemeliharaan lele sebaiknya dihindari.

Belum ada acuan baku mengenai dosis penggunaan minyak tanah. Ussahakan tidak terlalu banyak namun seluruh permukaan kolam dapat tertutup lapisan tipis minyak tanah. Pemberian minyak tanah bisa dengan cara dituang di pintu masuk agar menyebar bersama aliran air dan kemudian aliran air ditutup, atau bisa juga menggunakan handsprayer jika air kolam memang sama sekali tidak mengalir. Jika seluruh ucrit sudah mati, masukkan aliran air baru dan pintu keluar dibuka. Dengan demikian, ucrit yang mati akan hanyut bersama aliran air dan lapisan minyak tanah juga akan hilang dari permukaan kolam sehingga kolam menjadi bersih kembali.

2.3 Lethocerus

Lethocerus adalah genus dari ordo Hemipteran dan famili Belostomatidae, yang dikenal sehari – hari sebagai serangga air raksasa, tersebar di daerah tropis, subtropis dan beriklim dunia. Hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran (sayap hemilitron). Keragaman spesies terbesar terdapat di Amerika, hanya satu spesies di Eropa, dua di Afrika, dua di Australia dan tiga di Asia. Lethocerus termasuk serangga yang benar terbesar dengan spesies yang mampu mencapai panjang lebih dari 12 cm (4,7 inci). Di Amerika Selatan L. grandis dan L. maximus adalah satu-satunya untuk umum melebihi 9 cm (3,5 inci), dengan panjang lebih khas untuk spesies yang tersisa menjadi antara 4,5 dan 9 cm (1,8 dan 3,5 inci) . Lethocerus sp. dibedakan dari genus lain di Lethocerinae (Benacus dan Kirkaldyia) oleh dua alur-alur simetris di lihat pada bagian dalam setae pada femur kedepan, perbatasan eksternal parasternites II dan III menyempit dan hampir lurus, dan dengan setae dari tarsomeres mengikuti garis setae tibialis.

(16)

Lethocerus americanus (Sumber : http://en.wikipedia.org)

Pada tahun 2006, telah diketahui species dari Lethocerus sebagai berikut :

Lethocerus americanus Lethocerus insulanusLethocerus jimenezasuaiLethocerus maximusLethocerus mazzaiLethocerus mediusLethocerus melloleitaoiLethocerus oculatusLethocerus patruelisLethocerus truxaliLethocerus uhleriLethocerus angustipeLethocerus annulipesLethocerus bruchiLethocerus camposiLethocerus collosicusLethocerus cordofanusLethocerus delponteiLethocerus dilatusLethocerus distinctifemurLethocerus grandis Klasifikasi Kingdom: Animalia Phylum: Arthropoda Class: Insecta Order: Hemiptera Family: Belostomatidae Subfamily: Lethocerinae Genus: Lethocerus Mayr, 1853

(17)

2.3.2 Habitat

Lethocerus tersebar di daerah tropis, subtropis dan beriklim dunia. Lethocerus ini habitatnya dapar berkembang baik di darat maupun di air. Lethocerus biasa ditemukan di kolam, rawa – rawa,tepi danau, dan sungai yang tenang. Tidak seperti serangga air raksasa di subfamili Belostomatinae, pada betina tidak meletakkan telur di punggung laki-laki. Sebaliknya, setelah kopulasi (sering beberapa sesi telur) diletakkan pada vegetasi muncul (jarang pada struktur buatan manusia ) cukup tinggi di atas permukaan air bahwa telur tidak akan terendam secara permanen. Laki-laki itu akan menjaga telur dari predator dan secara berkala membawa air ke telur untuk mencegah pengeringan mereka.

Seperti anggota lain dari keluarga serangga air, Lethocerus adalah predator yang mengalahkan mangsa dengan menusuk dengan mimbar dan menyuntikkan air liur berbisa. Mimbar juga dapat digunakan untuk membela diri dan sengatan sangat menyakitkan bagi manusia, tetapi biasanya sembuh dalam beberapa jam di sebagian besar.

2.3.3 Siklus Hidup

 Selama musim semi dan awal musim panas, telur diletakan di dekat air atau menempel pada tanaman air, batu, daun, atau cabang membusuk. Telur berwarna coklat keabu-abuan, panjangnya 4 – 5 mm, dan diletakan berbaris. Biasanya 100 telur ditemukan menetas dalam waktu sekitar 2 minggu. Siklus hidup Lethocerus biasa disebut paurometabola. Paurometabola (bertipe sederhana) merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago. Larva terlihat seperti kepiding dewasa tetapi sayapnya tidak ada dan jauh lebih kecil. Setelah musim dingin biasanya kepiding air dewasa tinggal dalam lumpur dan pinggir danau.

2.3.4 Morfologi

 Ciri umum ordo hemiptera yaitu ukuran tubuh kecil sampai besar dan hampir semuanya bersayap. Sayap depan pangkalnya menebal dan sayap belakang berbentuk membrane. Hidup diberbagai habitat baik darat maupun air. Ordo ini apabila diganggu akan mengeluarkan bau yang tidak enak dan tahan

(18)

hidup cukup lama tanpa makan. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap (Pracaya, 2004). Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli (Endah, 2002).

2.3.5 Reproduksi

Lethocerus americanus berkembang biak secara seksual, telurnya diletakan di tepi air dan dijaga oleh kepiding dewasa.perkembang biakan seksual dilakukan dengan cara kepiding jantan menggunakan organ seksual ( yang berbentuk sepeti pedang) untuk menusuk tubuh kepiding betina dan memasukan spermanya. Biasanya telur akan menetas selama 2 minggu.

2.3.6 Penyerangan

 Cara penyerangan yang dilakukannya yaitu dengan cara mereka sering bersembunyi dibagian bawah badan air, melekat pada berbagai objek, dimana mereka menunggu mangsanya mendekati. Mereka kemudian menyerang, menyuntikan air liur yang kuat dengan rahang mereka, dan menghisap cairan. Gigitan mereka dianggap salah satu yang paling menyakitkan yang dapat ditimbulkan oleh serangga.

2.3.7 Penanggulangan dan Pencegahan

 Penanggulangan hewan ini pada fase dewasa dengan cara menyemprotkan insektisida atau dengan cara dimatikan dengan cara manual dengan ditindas atau menggunakan alat lainnya.

 Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan filter pada kolam budidaya agar serangga air tidak dapat masuk. Dapat juga dilakukan pencegahan pada saat persiapan lahan kolam dilakukan pengeringan dan pengapuran dasar kolam. Pengeringan dan pengapuran dasar kolam ini dapat membunuh telur – telur Lethocerus.

(19)

         BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan

Nepa rubra merupakan salah satu insekta predator yang yang termasuk ke dalam famili Nepidae. Memiliki kaki depan yang berbentuk seperti capit dan ekor yang panjang sebagai alat pernafasan. Tubuh berbentuk oval pipih dan berwarna coklat keabu-abuan yang panjang tubuhnya dapat mencapai 20 mm.

Nepa rubra lebih sering ditemukan di daerah perairan yang dangkal dan alirannya tenang seperti di kolam, danau, dan sungai bahkan dapat ditemukan di perairan tergenang.

Nepa rubra mempunyai dua mata faset hitam yang besar dan mulut (proboscis) yang bertipe penusuk-penghisap dan dapat dilipat ke bagian ventral bila beristirahat dan tegak bila sedang menghisap.

Reproduksi Nepa rubra secara seksual. Tipe metamorphosis Nepa rubra adalah metamorphosis hemimetabola. Metamorphisis hemimetabola adalah pertumbuhan bertahap dari nimfa dalam ukuran, tetapi memiliki bentuk yang masih sama.

 Cara pencegahan dan penanggulangannya dengan cara memasang saringan sebagai filter serangga serta memberikan insektisida.

Berdasarkan klasifikasinya, Cybistar merupakan jenis insekta dari ordo Coleoptera dan famili Dytiscidae

(20)

Cara penyerangan Cybister,mula-mula ikan ditangkap dan dilumpuhkan dengan ujung ekor yang bercabang dua dan tajam. Ikan digenggam erat, mangsanya dimakan bagian demi bagian dengan cara digigit.

 Badan terdiri dari 9 ruas dan ekor 2 ruas. Panjang tubuh kurang lebih 1,3 – 2, 5 cm (yang dewasa kadang bisa mencapai 3 cm). Perbandingan panjang total badan dengan lebar total bagian perutnya sekitar 7 : 1. Warna tubuh kuning kecokelatan dan ada juga yang kehijauan. Memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas. Memiliki 1 pasang gigi taring yang sangat beracun tepat di bagian ujung kepala. Memiliki 2 pasang antena di kepala. Memiliki satu pasang mata tepat di kiri-kanan kepala.

 Jika berenang di dalam air, bagian ujung ekornya sering muncul ke permukaan. Berenang perlahan secara naik-turun dan akan menyelam ke dasar apabila ada hewan pengganggu. Berenang lambat dengan kaki dan bagian ujung ekornya. Mengisap cairan tubuh benih ikan dengan terlebih dahulu menggigit bagian perut. Menempel pada dinding kolam atau kayu-kayu tegak sambil mengintai benih ikan yang mendekat. Memiliki sifat kanibal: membunuh, berkelahi dan mengisap cairan tubuh sesamanya.

 Cybistar melakukan perkembang biakan dengan cara seksual. Daur hidup Cybistar biasa disebut paurometabola (bertipe sederhana). Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago.

 Cara pengendalian dapat dilakukan dengan cara memperhatikan ukuran dan usia benih, mengurangi konsentrasi pupuk kandang, penyemprotan dengan minyak tanah.

Lethocerus adalah genus dari ordo Hemipteran. Hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran (sayap hemilitron).

 Lethocerus biasa ditemukan di kolam, rawa – rawa,tepi danau, dan sungai yang tenang.

 Siklus hidup Lethocerus biasa disebut paurometabola. Paurometabola (bertipe sederhana) merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago.

(21)

Lethocerus americanus berkembang biak secara seksual, dengan cara kepiding jantan menggunakan organ seksual ( yang berbentuk sepeti pedang) untuk menusuk tubuh kepiding betina dan memasukan spermanya.

 Cara penyerangan yang dilakukannya yaitu dengan cara mereka sering bersembunyi dibagian bawah badan air, melekat pada berbagai objek, kemudian menyerang, menyuntikan air liur yang kuat dengan rahang mereka, dan menghisap cairan.

 Penanggulangan hewan ini pada fase dewasa dengan cara menyemprotkan insektisida atau dengan cara dimatikan dengan cara manual dengan ditindas atau menggunakan alat lainnya.

 Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan filter pada kolam budidaya agar serangga air tidak dapat masuk. Dapat juga dilakukan pencegahan pada saat persiapan lahan kolam dilakukan pengeringan dan pengapuran dasar kolam.

3.2 Saran

 Lebih baik lagi bila pembaca tidak hanya mempelajari dari satu sumber saja namun bisa mempelajari dari sumber lain agar dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap lagi, sehingga dapat mengetahui mengenai parasit ini lebih baik lagi.

           

(22)

     

DAFTAR PUSTAKA

A. Khairul dan Sihombing T. 2008. Mengenal dan Mengendalikan Predator Benih

 Ikan. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Rioardi. 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com. (Diakses

 pada 01 Maret 2015)

Endah, Joesi dkk. 2002. Pengantar Hama dan Penyakit Tanaman. PT. Agro

 Media Pustaka. Tangerang

Kusumah, H. 1985. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluh Pertanian. SUPM Bogor

 http://en.wikipedia.org/wiki/Lethocerus (Diakses pada 01 Maret 2015)

 http://bugguide.net/node/view/331814/bgimage (Diakses pada 01 Maret 2015)

 https://www.scribd.com/doc/220680328/Nepa-Rubra (Diakses pada 01 Maret

 2015)

 https://books.google.com/books?isbn=9792236503(Diakses pada 01 Maret 2015)

 https://www.scribd.com/doc/218921377/Parasit (Diakses pada 01 Maret 2015)

  

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dibuatkan sebuah sistem pendukung keputusan budidaya ikan air tawar menggunakan metode weighted product (WP) hasil dari Sistem Penunjang Keputusan budidaya ikan air

Cara memproduksi minyak dan gas bumi dengan menggunakan tenaga dorong alamiah dari reservoir untuk mendorong fluida (minyak dan atau gas bumi) sampai ke

masuknya air permukaan tanah yang tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan

penyuluhan tentang budidaya ikan air tawar yang sesuai dengan cara dan teknik yang benar 3. Mengembangkan dan membuktikan dari pengetahuan yang telah didapatkan

Perlu dibuatkan sebuah sistem pendukung keputusan budidaya ikan air tawar menggunakan metode weighted product (WP) hasil dari Sistem Penunjang Keputusan budidaya ikan air

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen pada Ikan Patin ( Pangasius sp) di Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Kota Beling Tanah Air

(2009) bobot kering biomas padi pada budidaya jenuh air dengan ketinggian muka air parit 15 cm di bawah permukaan tanah lebih tinggi dibandingkan budidaya kering dan padi sawah

Masalah kelebihan air dibawah lapisan tanah atau di bawah permukaan tanah dapat ditangani dengan menggunakan sistem drainase bawah permukaan karena mampu menurunkan muka air tanah yang