• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN PINUS (Pinus merkusii Jungh et De Vries) DARI BANJARBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN PINUS (Pinus merkusii Jungh et De Vries) DARI BANJARBARU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN PINUS (Pinus merkusii Jungh et De Vries) DARI BANJARBARU

Volatile oil of pine leafs is oil which obtained from distillation of pine leaf (Pinus merkusii Jungh et De Vries) From Banjarbaru

Oleh/by BUDI SUTIYA1

ABSTRACT

Leaf of pine for this research was taken away from Banjarbaru Pine Crop Forest, South Kalimantan, that aim to know influence of depository old treatment to result which got. The result was obtained that is volatile oil with lemon colored and smell typically looks like terpentine which useful as anti mushroom or antiseptic and also very potential to massage muscle with depressed. The conclusion from this research is in fresh leaf more amounts contain oil compared by wilt leaf, and henceforth can be research about level of volatile oil result that found in root and pine stick.

Key Word : Volatile oil, pine leafs, terpentine I. PENDAHULUAN

Minyak atsiri sudah dikenal sejak dahulu, baik digunakan sebagai bahan wewangian, penyedap masakan, bahan baku kosmetika dan obat-obatan. Minyak atsiri dihasilkan dari proses penyulingan kulit, daun, bunga dan akar yang merupakan hasil hutan bukan kayu.

Pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vries) sebagai salah satu tumbuhan yang mampu menghasilkan minyak atsiri secara alami tumbuh berkelompok pada beberapa daerah, salah satunya adalah Kalimantan Selatan. Minyak atsiri dari pinus didapat melalui destilat daun maupun ranting. Selama ini daun dan ranting pinus hanya dianggap sebagai limbah yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, namun teknologi telah menemukan usaha baru berupa penyulingan untuk memanfaatkan daun, ranting, kulit, buah, biji, bunga dan akar tumbuhan yang mampu menghasilkan minyak atsiri.

Penetilian ini mencoba mengarah ke pengaruh lama penyimpanan daun pinus selama 18 hari terhadap rendemen minyak atsiri daun pinus dengan alasan bahwa bahan olah seperti daun, bunga dan herbs tidak dapat disimpan lama karena akan terjadi proses penguapan pada daun yang menyebabkan minyak yang terkandung didalamnya berkurang. Komponen kimia utama yang dikandung minyak atsiri daun pinus adalah α-pinena yang bersifat sebagai anti jamur dan antiseptik serta potensial

untuk mengurut otot dan persendian yang mengalami depresi. Uraian ini menjadi motivasi bagi penulis untuk mencoba meneliti dan mengetahui tentang rendemen minyak atsiri daun pinus yang tumbuh di hutan tanaman pinus Banjarbaru dengan proses penyulingan metode pengukusan (water and steam destillation).

1)

(2)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006 136 II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai rendemen minyak atsiri dan kadar sineol dari daun Pinus merkusii dengan penyulingan metode pengukusan (water and steam destillation), dengan berbagai lama penyimpanan daun.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang besarnya nilai rendemen minyak atsiri dan kadar sineol daun pinus bagi pihak-pihak yang memerlukannya sekaligus menjadi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratarium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Lama Penelitian sampai dengan pengolahan data dilaksanakan selama ± 3 bulan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2005.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Daun pinus yang diambil dari pohon pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vries) b. Larutan Resolsinol, untuk menentukan kadar sineol.

c. Seperangkat alat penyulingan dan kompor d. Botol kaca untuk menampung minyak

e. Labu florentina, tempat untuk menampung minyak dan air hasil sulingan

f. Timbangan, untuk menimbang berat daun pinus yang digunakan sebagai sample g. Pipet dan suntikan, untuk memindahkan minyak dari labu florentina ke botol kaca

C. Prosedur Penelitian

1. Tahap Pengambilan bahan dan Perlakuan

Daun pinus yang diambil sebagai bahan penelitian adalah daun pinus yang berasal dari hutan tanaman pinus Banjarbaru Kalimantan Selatan, yang diambil dari 10 pohon secara purposive sampling. Dasar pengambilan sampel ini adalah keseragaman tempat tumbuh dan umur pohon. Jumlah sampel daun pinus yang diperlukan seluruhnya adalah sebanyak 72 kg, setiap sekali penyulingan digunakan sampel seberat 4 kg dengan masing-masing 3 kali ulangan, dimana perlakuan bahan ini adalah berdasarkan lama hari penyimpanan yang dibiarkan di tempat terbuka dengan selang waktu yang ditentukan yaitu 0 – 3 hari, 3 – 6 hari, 6 – 9 hari, 9 – 12 hari, 12 – 15 hari, 15 – 18 hari.

2. Tahap Proses Penyulingan

Metode penyulingan yang digunakan adalah metode penyulingan uap dan air (water and steam destillation), dengan tahapan-tahapan sebagai berikut

a) Memasukkan daun pinus yang telah dibersihkan dari kotoran ke dalam ketel suling yang berisi air mendidih sebanyak 4 kg (pengisian tidak boleh dipadatkan/tidak terlalu penuh) dengan lama waktu penyulingan adalah 12 jam, karena pada rentang waktu ini diperkirakan minyak atsiri yang dihasilkan sudah habis.

b) Daun pinus yang ada dalam ketel suling akan dipanasi oleh uap panas yang basah. Uap yang telah memasuki seluruh daun akan keluar melalui leher ketel suling menuju kondensor. Komponen yang terdapat di dalam uap yang telah melewati daun dan menuju kondensor tersebut berisi air dan mengandung minyak.

(3)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006 137

c) Selanjutnya di dalam kondensor, uap yang terdiri dari minyak dan air akan diembunkan menjadi fase cair. Hal ini dapat diketahui dengan keluarnya destilat yang berupa cairan dari dalam kondensor. Destilat yang keluar tersebut tertampung dalam wadah pemisah air dan minyak. Minyak akan berada dilapisan atas yang selanjutnya diambil dan ditampung dalam boto.

Nilai rendemen minyak atsiri daun pinus, ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

1. Menentukan rendemen minyak atsiri Rendemen =

input

output

X 100%

Keterangan :

- Output = Berat minyak atsiri yang dihasilkan (gr)

- Input = Berat daun pinus sebelum dilakukan proses penyulingan (gr). 2. Menentukan Kadar Sineol

Kadar sineol adalah suatu praksi yang terdapat pada minyak atsiri dan mudah menguap karena memiliki titik didih yang rendah. Sumadiwangsa (1978) yang dikutip oleh Muslim, A.A (2002) menyatakan bahwa kadar sineol dalam fraksi hasil penyulingan yang lebih lama pada proses pemasakan memiliki kecenderungan menurun, hal ini sesuai dengan teori penyulingan bahwa fraksi yang mudah menguap lebih dulu tersuling, disini sineol adalah salah satu komponen minyak atsiri yang bertitik didih rendah 74 – 770 C.

Hasil minyak yang didapat dari proses penyulingan kemudian diuji kadar sineolnya. Ke dalam labu cassia 50 ml dipipetkan 5 ml minyak, kemudian ditambahkan larutan Resolsinol 50 % hingga labu cassia terisi sampai 4/5 nya. Labu yang telah terisi larutan digoyang-goyangkan selama 20 menit hingga larutan menjadi dua lapisan. Ke dalam larutan tersebut diberikan lagi larutan resolsinol hingga batas lapisannya naik sampai ke titik nol pada skala pembacaan (botol/labu tersebut bagian atasnya terdapat skala). Setelah dibiarkan selama 24 jam larutan dilihat, apakah masih ada bagian minyak yang belum larut (masih terpisah). Bila masih ada kemungkinan dibaca, misalnya adalah a ml, dengan demikian kadar sineol dapat dihitung dengan rumus :

Kadar sineol =

ml

5

ml)

a

ml

(5

x 100 % Dimana :

5 ml = Banyaknya minyak yang diuji

(4)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006 138 D. Analisis Data

Analisis Data menggunakan model Rancangan Acak Langkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah penyimpanan di tempat terbuka dengan selang waktu tertentu, perlakuan tersebut yaitu :

A1 = 0 – 3 hari; A2 = 3 – 6 hari; A3 = 6 – 9 hari; A4 = 9 – 12 hari; A5 = 12 – 15 hari; A6 = 15 – 18 hari

Analisis Keragaman dilakukan \untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap rendemen minyak atsiri daun pinus, selanjutnya untuk mengetahui perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan, maka dilakukan uji beda nilai rata-rata.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rendemen Minyak

Hasil yang didapat pada penelitian minyak atsiri daun pinus (Pinus merkusii Jung et De Vries) ini seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Rendemen Minyak Atsiri Daun Pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vries).

Ulangan Perlakuan (Lama Hari)

A1 (%) A2 (%) A3 (%) A4 (%) A5 (%) A6 (%) Total (%) Rata-rata (%) 1 0,628 0,618 0,601 0,578 0,518 0,456 3,399 0,5665 2 0,623 0,602 0,591 0,552 0,482 0,476 3,326 0,5543 3 0,627 0,605 0,583 0,539 0,476 0,459 3,289 0,5482 Total 1,878 1,825 1,775 1,669 1,476 1,391 10,014 Rata-rata 0,626 0,608 0,592 0,556 0,492 0,464 0,5564 Keterangan :

A1 = 0 – 3 hari; A2 = 3 – 6 hari ; A3 = 6 – 9 hari; A4 = 9 – 12 hari; A5 = 12 – 15 hari; A6 = 15 – 18 hari

Nilai rendemen minyak atsiri daun pinus pada Tabel 1 tersebut selanjutnya dianalisis. Namun sebelum data tersebut dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan uji kenormalan prosedur Liliefors. Hasil uji kenormalan menunjukkan data menyebar normal, dengan Li max < Li tabel dimana nilai Li max 0,1588 sedangkan nilai Li tabel pada taraf 5 % adalah 2,000. Selanjutnya dilakukan uji Homogenitas keragaman, uji homogenitas yang dilakukan adalah menurut ragam Bartlet, yang menunjukkan data bersifat homogen, dimana nilai x2 hit < x2 rabel, yaitu x2 hit = 6,900 sedang x2 tabel = 11,10.

Perbedaan jumlah rendemen yang diperoleh dari output hasil penyulingan terlihat jelas pada Tabel 1, yakni A1 memiliki jumlah rendemen tertinggi dibanding dengan rendemen yang lain yaitu 1,878 % dengan rata-rata rendemen 0,626 %, kemudian diikuti dengan A2 = 1,825 % dengan rata-rata rendemen 0,608 %, A3 = 1,775 % dengan rata-rata rendemen 0,592 %, A4 = 1,669 % dengan rata-rata rendemen 0,556 %, A5 = 1,476 % dengan rata-rata rendemen 0,492 % dan terakhir adalah A6 yaitu rendemen yang terendah dengan total rendemen 1,391 % dengan rata-rata rendemen sebesar 0,464 % dari masing-masing 3 kali pengulangan untuk

(5)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006 139

setiap perlakuan yang diberikan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap nilai rendemen minyak atsiri daun pinus yang dibiarkan beberpa hari, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Keragaman Rendemen Minyak Atsiri Daun Pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vries) Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel 5 % 1 % Perlakuan 5 0,064595 0.012919 65.285** 3.11 5.06 Galat 12 0,002375 0.000198 Total 17 0,066970

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata KK = 2,53 %

Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan terhadap daun pinus memberikan pengaruh yang sangat nyata. Pengaruh yang sangat nyata (dilihat dari uji F diatas) dari keenam perlakuan disebabkan karena adanya perlakuan penyimpanan/dibiarkan beberapa hari ditempat terbuka sehingga mengakibatkan banyak minyak yang menguap. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kasmudjo (1982) yang dikutip oleh Muslim, A.A bahwa rendemem minyak atsiri dipengaruh oleh berbagai perlakuan yang didukung oleh pernyataan Guenther dkk (1987) bahwa penyusutan minyak atsiri selama penyimpanan dalam udara kering (terjadi sirkulasi udara) tergantung dari beberapa faktor yaitu : kondisi bahan metode penyimpanan, lama penyimpanan dan komposisi kimia dalam bahan.

Hasil penelitian ini selanjutnya dilakukan uji lanjutan yaitu uji beda nyata jujur sesuai dengan koefisien keragaman yaitu 2,53 %. Untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji Beda Nyata Jujur Rendemen Minyak Daun Pinus Perlakuan

Nilai

tengah Nilai beda

A1 0.6260 A2 0.6083 0.0177ns A3 0.5917 0.0343* 0.0166ns A4 0.5563 0.0697** 0.0520** 0.0354* A5 0.4920 0.1340** 0.1163** 0.0997** 0.0643** A6 0.4637 0.1623** 0.1446** 0.1280** 0.0926** 0.0283ns BNJ 5% 0.0250 0.0306 0.0341 0.0366 0.0386 1% 0.0351 0.0409 0.0447 0.0474 0.0496 Keterangan :

** = Berbeda sangat nyata pada taraf 1 % * = Berbeda nyata pada taraf 5 %

ns = Tidak berbeda nyata

Hasil uji beda nyata jujur dari penelitian ini menunjukkan bahwa selisih nilai tengah pada masing-masing perlakuan terlihat jelas pada Tabel 3. Perlakuan A1 dengan A2 tidak memberikan nilai beda yang nyata, artinya daun pinus yang dibiarkan selama 3 hari sampai 6 hari tidak memberikan nilai nyata terhadap output penyulingan yang dihasilkan (nilai rendemennya), hal ini dapat dijadikan masukkan bagi industri

(6)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006 140

yang mempunyai keterbatasan alat penyulingan sehingga harus menunda proses penyulingan untuk beberapa saat dan limbah daun pinus pada kegiatan penebangan yang terkadang dibuang begitu saja ternyata masih berpotensi untuk disuling guna menghasilkan minyak atsiri. Begitu juga dengan perlakuan A2 dengan A3 dan perlakuan A5 dengan A6 pada taraf 1 % semuanya tidak berbeda nyata / nilai bedanya tidak signifikan namun nilai rata-rata rendemen terlihat lebih rendah dibanding dengan perlakuan A1 seperti pada Tabel 3. Sedangkan pada perlakuan A1 dengan A3 dan perlakuan A3 dengan A4 berbeda nyata artinya lama hari penyimpanan ditempat terbuka pengaruhnya terhadap output penyulingan terlihat signifikan. Perlakuan yang mempunyai nilai beda sangat nyata / signifikan terlihat pada perlakuan A1 denga A4, A2 dengan A4 dan perlakuan A1 dengan A5, A2 dengan A5, A3 dengan A5, A4 dengan A5 serta pada perlakuan A1 dengan A6, A2 dengan A6, A3 dengan A6, A4 dengan A6, A5 dengan A6.

Guenther dkk (1987) menyatakan bahwa jenis bahan olah tertentu seperti bunga, daun dan herba tidak dapat disimpan lama sebab bahan olah tersebut akan banyak kehilangan minyak dan air karena mengalami proses penguapan. Hasil penelitian yang didapat mengacu pada pernyataan tersebut dan memberikan gambaran bahwa batas maksimal penyimpanan daun pinus untuk mendapatkan nilai rendemen yang diharapkan adalah 3 sampai 6 hari karena waktu penyimpanan yang lebih lama dari batas toleransi membuat rendemen yang akan dihasilkan lebih rendah dan hal ini sangat mempengaruhi kualitas dan nilai jual minyak atsiri tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan daun pinus yang disuling pada kondisi masih segar memberikan nilai rendemen yang tertinggi sesuai dengan pernyataan dan hipotesa yang dikemukakan oleh Lutony dan Rahmayati (2002) bahwa bahan yang akan disuling sebaiknya pada waktu masih segar atau baru dipetik karena akan memberikan nilai rendemen yang tinggi, untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan rendemen yang dihasilkan pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :

A1 = 0 – 3 hari; A4 = 9 – 12 hari ; A2 = 3 – 6 hari; A5 = 12 – 15 hari; A3 = 6 – 9 hari; A6 = 15 – 18 hari

Gambar 1. Rendemen Minyak atsiri daun pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vries)Berdasarkan lama penyimpanan.

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa semakin lama perlakuan penyimpanan daun pinus maka rendemen minyak atsiri yang dihasilkan juga semakin

0.626 0.608 0.592 0.556 0.492 0.464 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 A1 A2 A3 A4 A5 A6 Perlakuan

(7)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006 141

kecil. Nilai total rendemen rata-rata untuk minyak atsiri daun pinus pada penelitian ini adalah 0,5564 % seperti yang tertera pada tabel 1. Menurut Guenther dkk (1987) untuk mendapatkan rendemen yang paling tinggi dan mutu minyak atsiri yang baik maka perlu diperhatikan beberapa hal seperti musim pada saat melakukan pemungutan bahan baku, peralatan penyulingan yang dipakai, metode penyulingan, suhu penyulingan dan lama waktu penyulingan.

Musim yang sedang berlangsung pada saat pemungutan bahan baku juga menjadi faktor dalam besarnya nilai rendemen yang didapat. Saat pengambilan bahan baku dan pelaksanaan penelitian ini musim yang sedang berlangsung yaitu musim kemarau. Umumnya jika pemungutan bahan baku pada saat musim kemarau maka rendemen yang didapatpun akan lebih tinggi dibanding dengan pengambilan bahan baku pada saat musim hujan.

Metode penyulingan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengukusan (penyulingan dengan menggunakan uap dan air), metode ini dikatakan sangat sederhana karena bahan olah diletakkan secara manual diatas rak-rak atau saringan berlubang kemudian ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dibawah saringan yang selanjutnya dimasak seperti proses pengukusan biasa. Menurut Guenther dkk (1987) metode penyulingan dengan uap dan air lebih baik dari metode penyulingan dengan air saja (perebusan) karena metode ini mampu menghasilkan rendemen minyak yang tinggi dan kualitas yang lebih baik serta proses penyulingan yang lebih cepat sehingga waktu penyulingan lebih singkat. Selain itu keuntungan dari penyulingan metode pengukusan adalah peralatannya yang mudah dioperasikan karena sesuai dengan standar skala industri, sederhana dan harganya murah sehingga mudah diusahakan oleh siapapun.

Lama waktu penyulingan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 12 jam (batas maksimal waktu penyulingan), dipakai rentang waktu 12 jam karena dianggap minyak atsiri yang terkandung dalam daun pinus sudah habis keluar semua. Sebenarnya pada tanaman yang mempunyai minyak atsiri bertitik didih rendah setelah disuling selama 2 jam minyak yang ada pada jaringan tanaman sudah keluar namun untuk tanaman yang mempunyai minyak atsiri bertitik didih tinggi agak sulit keluar sehingga memerlukan waktu penyulingan yang lebih lama untuk mengeluarkan semua minyak yang ada pada jaringan tanaman. Berat sampel untuk setiap perlakuan adalah 4 kg dengan 3 kali ulangan didapat hasil minyak atsiri yang berwarna kuning muda dengan baunya yang khas yaitu mirip dengan gondorukem.

Output dari penyulingan ini selain diketahui berat minyak atsiri (dalam gr) untuk perhitungan rendemen, juga diketahui volume minyak dalam satuan ml. Dari berat minyak (gr) dan volume (ml) yang sudah dapat, maka dapat dicari berapa nilai berat jenis minyak, yaitu perbandingan antara berat minyak dengan volume minyak (gr/ml). Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. (Agusta, 2000) menyatakan jika mutu minyak atsiri rendah maka untuk bersaing merebut harga pasar kemungkinan berhasilnya sangat kecil, sebagai contoh harga minyak atsiri kayu manis yang memiliki berat jenis tinggi antara 0.90 – 1,05 mampu dijual dengan harga yang sangat menggiurkan yaitu ± Rp 250.000 per seratus ml, sebaliknya jika mutu dan kwalitas minyak kurang baik maka nilai jualpun akan lebih rendah. Pada penelitian ini kisaran berat jenis untuk minyak atsiri daun pinus adalah 0,803 – 0,872 dapat dilihat pada lampiran 7. Menurut Guenther dkk (1987) nilai berat jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696 – 1,188 dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1,00. Untuk tiap jenis batas nilai atau kisaran tersebut lebih sempit dan hal itu telah diteliti selama bertahun-tahun.

(8)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006 142 B. Kadar Sineol

Hasil pengujian kadar sineol daun pinus adalah 16 % untuk daun yang disimpan 0 – 3 hari dan 14 % untuk daun yang disimpan 15 – 18 hari.

Menurut Kasmudjo (1982) sineol minyak atsiri yang tinggi adalah berkisar antara 80 – 90 %. Nilai kadar sineol yang didapat pada penelitian ini yaitu 14 – 16 % yang tergolong tinggi bila dibandingkan dengan pernyataan Agusta (2000) bahwa kadar sineol daun pinus dan getah yang disadap dari batang pinus adalah 14,2 %. Perbedaan nilai kadar sineol terkadang memang dapat terjadi bila ada faktor-faktor yang bersifat ekstrim mempengaruhinya, misalnya saja seperti tempat tumbuh atau daerah yang berbeda dari jenis tanaman yang sama, cara pembudidayaan tanaman, perlakuan minyak setelah disuling dan faktor lainnya. Kadar sineol dari daun pinus berkisar antara 14 – 16 % artinya minyak atsiri daun pinus yang murni tidak tercampur dengan bahan lain hanya 14 – 16 % dari jumlah minyak yang didapat.

Daun pinus yang simpan selama 0 – 3 hari memiliki kadar sineol 16 % sedang daun yang disimpan 15 – 18 hari kadar sineolnya adalah 14 %. Penurunan nilai kadar sineol dari 16 % menjadi 14 % dapat terjadi karena beberapa faktor baik sebelum proses penyulingan maupun setelah proses penyulingan berlangsung, seperti adanya perlakuan lama hari penyimpanan terhadap daun sehingga sineol sempat menguap dan sineol yang ada menjadi berkurang. Lama waktu penyulingan yang digunakan juga dapat mempengaruhi kadar sineol yang didapat karena menurut Sumadiwangsa (1978) yang dikutip oleh Muslim, A.A (2002) menyatakan bahwa kadar sineol dalam fraksi hasil penyulingan yang lebih lama pada proses pemasakan memiliki kecendrungan yang menurun, hal ini juga sesuai dengan teori penyulingan bahwa fraksi yang mudah menguap akan lebih dulu tersuling dan disini sineol adalah salah satu komponen minyak atsiri yang bertitik didih rendah yaitu 74 – 77 oC.

Minyak atsiri sebagai output dari hasil penyulingan selanjutnya akan dilakukan pengujian dimana minyak akan banyak yang mengalami penguapan sebagai akibat selama proses analisis memerlukan beberapa kali pemindahan minyak dari tabung yang satu ke tabung lainnya, juga karena adanya faktor kebocoran ketel pemasak saat proses penyulingan berlangsung sehingga sineol banyak yang menguap. Selain itu juga pada waktu output penyulingan didapat, minyak atsiri tidak langsung dianalisis kadar sineolnya melainkan sempat disimpan dalam botol kaca menunggu sampai semua perlakuan dalam proses penyulingan selesai secara keseluruhan. Jika minyak dalam botol tersebut tidak betul-betul tertutup rapat atau terkadang sengaja dibuka untuk test aroma minyak atsirinya, sehingga kadar sineol minyak atsiri akan mudah teroksidasi dengan udara dan hal ini tentu saja menyebabkan kadar sineolnya rendah. Uji sineol ini penting karena dapat mempengaruhi nilai jual dari minyak atsiri, karena semakin tinggi kadar sineolnya maka akan lebih baik kualitas dan semakin tinggi nilai jualnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Minyak atsiri daun pinus mempunyai nilai rata-rata rendemen 0,5564 %

2. Perlakuan lama penyimpanan memberikan nilai yang berbeda terhadap rendemen minyak atsiri daun pinus, semakin lama daun disimpan maka rendemennya semakin rendah dan sebaliknya. Batas maksimum lama penyimpanan berdasarkan penelitian ini adalah 3 – 6 hari (A2) sebesar 0,608 % karena nilainya tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0 – 3 hari (A1) sebesar 0,626%.

(9)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19, September 2006 143

3. Kadar sineol yang dimiliki oleh minyak atsiri daun pinus pada perlakuan lama hari penyimpanan mempunyai nilai yang berbeda yaitu 16 % (awal perlakuan) dan 14 % (akhir perlakuan)

4. Minyak atsiri daun pinus berwarna kuning muda dan berbau mirip terpentin dimana Berat Jenisnya berkisar antara 0,803 – 0,872.

B. Saran

1. Untuk memperoleh nilai rendemnen yang tinggi sebaiknya daun pinus disuling pada waktu masih segar karena rendemennya akan lebih baik dari daun yang disimpan terlalu lama (kondisi kurang segar).

2. Perlu diteliti lebih lanjut bagian lain dari pinus seperti ranting dan akar pinus sehingga dapat dibandingkan nilai rendemennya terhadap rendemen daun pinus.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Penerbit ITB. Bandung.

Faridawati, D. 2003. Stratifikasi Areal Tegakan Pinus merkusii Jungh et De Vries

Umur 43 Tahun Berdasarkan Indeks Kerapatan Tegakan Reineke Di Hutan Tanaman Pinus Banjarbaru Kalimantan Selatan. Skripsi Fakultas Kehutanan

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Tidak dipublikasikan

Guenther, Ernest, J. A, Haagen and Smith. 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia. Terjemahan Ketaren. Jakarta.

Kasmudjo. 1992. Hasil Minyak Kayu Putih Harus Diambil Secara Bertahap. Duta

Rimba. Yogyakarta.

Lutony, T. L & Rahmayati, Y. 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penerbit Penebar Swadaya, Cetakan IV. Jakarta.

Muslim, A.A. 2002. Rendemen Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga odorata)

Pada Beberapa Kelas Umur Tanaman dengan Metode Penyulingan Uap dan Air (Water and steam destillation). Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas

Lambung Mangkurat Banjarbaru. Tidak dipublikasikan.

Noviyanti, R. S. 2002. Rendemen Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga odorata)

Pada Beberapa Kelas Umur Tanaman Dengan Metode Penyulingan Uap dan Air (Water and Steam Destillation). Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas

Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Tidak dipublikasikan.

Soekotjo, 1975. Pinus merkusii. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Gajdah Mada. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Rendemen Minyak Atsiri Daun Pinus (Pinus merkusii    Jungh et De Vries)
Tabel 3.  Uji Beda Nyata Jujur  Rendemen Minyak Daun Pinus  Perlakuan
Gambar 1.  Rendemen Minyak atsiri daun pinus (Pinus merkusii Jungh et De  Vries)Berdasarkan lama penyimpanan

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Demikian Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) pekerjaan ini dibuat dengan penuh rasa tanggung jawab dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Unit Layanan

[r]

Peserta Lomba Desain Media Pembelajaran adalah guru-guru dari semua jenjang pendidikan dasar dan menengah (dari SD sampai SMA sederajat) se-Indonesia (dibuktikan dengan scan

Selain itu bagi laporan pengguna keuangan, khusunya investor dan kreditor, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melihat bahwa antara perusahaan yang dikelola

Berdasarkan hasil penelitian pada model regresi diketahui bahwa variabel struktur modal berpengaruh negatif dan secara statistik signifikan terhadap nilai

sasaran sebaliknya, cara rasional bisa saja tidak efektif bila perilaku anak justru hams didekati dengan pemaksaan. Dan agar pengasuhan anak dalam keluarga mencapai

Dengan demikian, ada pengaruh model pembelajaran IDEAL problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMPN 2 Balongbendo pada materi persegi dan