White paper
”Solusi teknologi untuk mengatasi
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
di Indonesia”
Sumbangsih pemikiran
Para Insinyur di PT Rekayasa Industri
Diedit dan ditulis oleh
Triharyo Soesilo
Beberapa solusi dan karya putra-putri indonesia
Kami adalah kumpulan putra-putri bangsa yang membangun seluruh pabrik pupuk di Indonesia, 60% pabrik pupuk di Malaysia dan 70% dari pabrik Semen di Indonesia.
Saat ini kami adalah satu-satunya perusahaan nasional yang sedang membangun pabrik Methanol di Brunei dan juga kilang pengumpul minyak di Serawak. Sebuah terobosan luar biasa bagi perusahaan nasional memasuki pasar luar negeri.
elain membangun industri pupuk dan juga semen,
arya pembangunan kilang miyak tersebut, yang lebih
ilang Balongan ini sedang terus kami kembangkan
urah.
ada pertengahan tahun 2007, kami atasi kelangkaan
BM) di Pulau Jawa. S
kami juga telah berhasil membangun kilang minyak pertama di dunia yang sepenuhnya dilaksanakan oleh putra-putri Indonesia.
K
dikenal dengan nama Proyek Blue Sky Balongan, telah mendapatkan penghargaan ”Rintisan Teknologi” dari bapak Presiden pada tahun 2006.
K
dengan membangun kilang Propylene di lokasi yang sama. Sebuah terobosan bagi PT Pertamina untuk
menghasilkan produk Petrokimia yang lebih mahal, dengan memanfaatkan gas buang yang selama ini dibakar dengan harga yang sangat m
Selain karya-karya diatas, kami juga telah mempersembahkan beberapa karya mutakhir antara lain pembangunan pembangkit-pembangkit listrik dengan energi panas bumi.
Para insinyur di perusahaan kami bersatu-padu membangun 4 (empat) pembangkit listrik panas bumi, yaitu di Lahendong, Sulawesi utara (2 pembangkit), di Kamojang, Garut dan juga di Pengalengan, Jawa Barat. P
pasokan gas alam, bahu-membahu dengan jajaran PT Perusahaan Gas Negara, untuk memasang pipa dibawah laut, sepanjang 168 km pada kedalaman 80 meter, menyeberang Selat Sunda. Inilah karya pertama putra-putri Indonesia menyeberangkan pipa dibawah laut.
Syukur Alhamdulilah gas alam saat ini telah mengalir dari Sumatra Selatan ke Jawa barat dan juga daerah sekitar Jakarta, untuk mengurangi tekanan permintaan Bahan Bakar Minyak (B
Pemikiran-pemikiran untuk atasi krisis Bahan Bakar Minyak
Pemerintah telah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Jika pemerintah hanya mengandalkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai solusi untuk mengatasi kenaikan harga BBM, maka terkesan Pemerintah tidak mempunyai solusi teknologi jangka menengah dan panjang dalam mengatasi krisis BBM. Oleh sebab itu, kami sangat menyarankan agar Pemerintah melakukan beberapa ”program akselerasi industri” secara simultan setelah penyampaian kenaikan harga BBM dan pelakanaan program pemberian BLT.
Berikut ini beberapa pemikiran-pemikiran kami untuk menunjukan kemampuan Pemerintah dalam memberikan solusi alternatif dalam kurun waktu 2 (dua) s/d 3 (tiga) tahun mendatang :
A. PERCEPATAN PRODUKSI LADANG MINYAK CEPU – PALING LAMBAT 2010
Salah satu andalan peluang Indonesia menjadi eksportir minyak bumi adalah exploitasi ladang minyak di Banyu Urip, Cepu. Akuisisi ladang minyak ini penuh dengan kontroversi di tahun 2004-2005. Akhirnya kontrak dengan Pertamina & Exxon-Mobil diperpanjang sejak tahun 2005.
Pengembangan ladang Cepu (Banyu urip) akan menelan investasi sebesar Rp 35 Triliun (US $ 3.8 Milyard). Proyek ini terdiri dari 2(dua) tahap :
1. Tahap pertama (Early processing f
Tahap kedua (Main processing facilities) – target produacilities) – target produksi max 20.000 barrel per day
2. ksi menjadi max 165.000 barrel per day eberapa hal baik yang telah
B dilakukan oleh Pemerintah di Ladang Cepu
Cepu. Kegiatan ini berupa
amun yang paling menentukan
Saat ini kegiatan Tahap pertama (Early Processing Facilities) sudah dimulai di
pemasangan fasilitas pengumpulan minyak bumi, pemasangan pipa dan pemompaan. Menurut rencana pada akhir tahun 2008 atau awal 2009, ditargetkan 20.000 barrel dapat dialirkan dengan memakai fasilitas JOB Petrochina sebanyak 10.000 barrel dan sisanya 10.000 barrel akan diolah di kilang kecil setempat.
N terhadap pasokan minyak bumi di Indonesia adalah pelaksanaan Tahap
minyak di daerah Banyu urip
ngai Bengawan solo yimpan (Floating storage)
emampuan putra-putri bangsa hari ini untuk percepatan produksi ladang minyak Cepu
n fasilitas kedua (main processing facilities) yang ditargetkan ”baru bisa selesai” tahun 2011 (kemungkinan tahun 2012). Seperti pada gambar, proyek raksasa ini akan terdiri dari 5(lima) bagian yang akan dilaksanakan secara simultan sebagai berikut :
1. Fasilitas pengumpulan
2. Infrastruktur jalan dan juga penampungan air dari Su 3. Pipeline dari Banyu urip ke pantai utara Jawa Timur 4. Pipeline dibawah laut dari sekitar Tuban ke kapal pen
5. Kapal penyimpan di tengah laut (Floating Storage Offshore – FSO) K
Saat ini secara teknologi, para insinyur Indonesia telah sangat mampu untuk membangu
pengumpulan minyak, instrastruktur jalan serta penampungan air, pembuatan dan pemasangan pipeline baik di darat maupun di laut. Satu-satunya pekerjaan yang mungkin memerlukan keterlibatan pihak asing dari sisi teknologi adalah pembangunan Floating storage di tengah laut. Apa lagi untuk proyek Cepu ini, floating storage yang direncanakan adalah mengkonversi kapal yang telah ada.
Beberapa hal yang tidak atau belum dilakukan Pemerintah di pengembangan Ladang Cepu
ll-out”)
amun karena pengembangan ladang Cepu ini berjalan sangat lambat
Pemerintah tidak mengkoordinasi dan tidak mengejar dengan seluruh kemampuan (”a
pengembangan dan pembangunan ladang minyak Cepu. Dari sisi teknis dan investasi, sebenarnya proyek Cepu seharusnya ”hanya” memerlukan waktu 3 tahun untuk memproduksi 165.000 barrel. Artinya paling lambat tahun 2008, sebenarnya produksi minyak Indonesia bisa bertambah dengan mendekati 165.000 barrel per hari.
N maka produksi minyak Cepu baru
ntuk itu kami mengusulkan ditunjuknya ”Team akselerasi pembangunan proyek minyak Cepu”
B. PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK BER-ENERGI PANAS BUMI
ampir sebagian besar para praktisi energi di Indonesia
kan tetapi banyak yang tidak mengetahui bahwa mencapai maksimum kapasitas sekitar tahun 2012. Jika Cepu telah menghasilkan minyak di tahun 2008 atau 2009, Indonesia justru akan surplus minyak bumi dan tetap menjadi anggota OPEC. Ketiadaan koordinasi dari Pemerintah, menyebabkan proyek ini menjadi terhambat dan terlambat karena terbentur, misalnya masalah pembebasan tanah.
U
sebagaimana team akselerasi percepatan 10.000 MW. Team melakukan koordinasi langsung ke jajaran Menteri bila perlu.
H
mengetahui bahwa Indonesia adalah ”Saudi arabia-nya Panas bumi dunia”. Cadangan panas bumi Indonesia mencapai 27.000 MW dan tersedia di hampir seluruh propinsi di Indonesia.
A
27.000 MW ini ekuivalen dengan 1.080.000 barrel oil per day atau ekivalen dengan seluruh produksi minyak bumi Indonesia hari ini.
Pemerintah saat ini terlihat mengejar ”target lifting minyak bumi” yang terus menurun untuk menutup
emampuan putra-putri bangsa hari ini untuk percepatan pembangunan energi panas bumi
untuk
eberapa hal baik yang telah
APBN. Akan tetapi disisi lain Pemerintah lupa bahwa di bumi Indonesia tersedia energi ekivalen, yang ”cheap, renewable, and environmental friendly” yaitu energi panas bumi. Jika lifting minyak bumi cenderung menurun. Produksi energi panas bumi dapat terus meningkat karena sifatnya yang terbarukan.
K
Secara teknologi dan kemampuan, para insinyur Indonesia telah mampu melakukan survey menentukan cadangan kandungan energi panas bumi di suatu lokasi. Juga jajaran PT Pertamina telah mampu melakukan pengeboran sumur energi panas bumi sejak belasan tahun yang lalu. Di sisi perancangan sistem perpipaan uap dan juga perancangan serta pembangunan pembangkit listrik dengan energi panas bumi (PLTP), PT Rekayasa Industri telah mampu melaksanakannya secara mandiri. Beberapa proyek-proyek PLTP yang karya putra-putri Indonesia baru saja diresmikan oleh Presiden pada akhir tahun 2007. Selain itu pengoperasian PLTP telah lama dilakukan sepenuhnya oleh putra-putri Indonesia. Satu-satunya keterlibatan pihak asing adalah pada sisi pasokan peralatan turbin dan generator.
B dilakukan oleh Pemerintah di bidang Energi panas bumi
erintah pada
• bolis telah menawarkan & menyerahkan pengolahan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) kepada Pemerintah daerah (Pemda) seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali.
• Setelah 4 tahun ditunggu-tunggu dan setelah dipaksa oleh berbagai pihak, akhirnya pem
bulan November 2007 mengeluarkan Peraturan Pemerintah No:57 tentang kepemilikan ladang panas bumi. Dalam Peraturan Pemerintah ini dituangkan tata-cara kepemilikan Wilayah Kerja Pertambangan untuk Panas bumi. Namun sangat disayangkan sistem kepemilikannya mirip dengan tata-cara kepemilikan tambang batu bara.
• Pemerintah juga telah memberikan fasilitas bebas bea masuk untuk pengembangan pembangkit listrik dengan energi panas bumi di awal tahun 2008.
• Pemerintah juga telah menetapkan harga jual listrik yang dihasilkan dari energi panas bumi secara regional dan lebih tinggi dari harga jual listrik yang dihasilkan misalnya dari batu bara.
belikan di bursa
Beb
• Selain itu Pemerintah juga sudah meratifikasi perjanjian Kyoto, dimana saat ini carbon credit untuk pembangunan pembangkit listrik panas bumi di Indonesia sudah dapat diperjual
internasional. Kebijakan ini dapat mengurangi biaya investasi pembangunan pembangkit. erapa hal yang tidak atau belum dilakukan oleh Pemerintah
Sebagaimana di pengembangan ladang minyak Cepu, Pemerintah tidak mengkoordinasi dan mengerahkan umi. Pemerintah masih beranggapan
al untuk melakukan urvey seismik dan pengeboran sumur panas bumi. Jika cadangan panas bumi dapat dikonfirmasi setelah
BBM, maka dibarengi engan terobosan penunjukan ”Team akselerasi pembangunan industri dengan energi panas bumi”. Selain
C.
sangat baik menginisiasi dan
n, peneliti dan ga masyarakat sangat bersemangat
Bakar Nabati (BBN), menyampaikan
0 Ha (lihat chart).
seluruh kemampuan (”all out”) untuk mengembangkan energi panas b
bahwa dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah, memberikan keringanan bea masuk, memberikan harga khusus dan membuat berbagai aturan maka pengembangan industri panas bumi akan berjalan dan berkembang dengan sendirinya. Fakta di lapangan membuktikan bahwa upaya-upaya seperti ini tetap tidak menghasilkan akselerasi percepatan pembangunan industri dengan energi panas bumi.
Sebenarnya kendala utama pengembangan energi panas bumi terletak pada investasi aw s
pelakanaan survey dan pengeboran, maka cadangan tersebut dapat di-agunkan ke institusi pendanaan. Inilah titik ”bottleneck”(hambatan) pengembangan industri dengan energi panas bumi. Banyak perusahaan nasional yang tidak mampu untuk mengambil resiko biaya awal ini. Namun disisi lain, banyak APBD Pemerintah daerah yang digunakan untuk pengeluaran yang kurang bermanfaat. Perusahaan asing merasa sulit untuk masuk ke kabupaten dan propinsi untuk mengurus seluruh perizinannya.
Untuk itu kami mengusulkan agar disaat pemerintah mengumumkan kenaikan harga d
itu Presiden perlu juga menginstruksikan kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Penilitian Non Departemen (LPND) untuk bekerja sama dengan Pemerintah daerah (Pemda) melakukan survey serta pengeboran untuk mengkonfirmasi cadangan energi panas bumi di masing-masing daerah. Dana survey dan pengeboran ini diperoleh dari APBD Pemda setempat. Perlu ditargetkan bahwa dalam jangka waktu 1 tahun seluruh propinsi di Indonesia telah dilakukan survey seismik.
PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS JARAK PAGAR
Presiden dan jajaran Pemerintah sudah mendorong pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN).
Kalangan industriawa ju
untuk mengembangkan BBN. Salah satunya adalah pengembangan tanaman dan industri berbasis Jarak Pagar. Berikut beberapa informasi terakhir tentang industri ini :
1. Team Nasional Bahan
bahwa lahan Jarak pagar pada akhir Desember 2007 mencapai 130.00
2. Institusi penelitian di Indonesia seperti IPB, dan Puslitbangbun telah kembangkan bibit jarak pagar yang relatif cukup baik produktivitasnya. Bahkan bibit yang mampu untuk tumbuh dan tahan di daerah kering (langka air) juga telah berhasil dikembangkan.
3. Banyak perusahaan besar yang telah membina perusahaan pembibitan maupun pengembangan ladang jarak pagar. Sebagai contoh perusahaan PT Indocement Tunggal Perkasa di lahan ex-batu kapur atau perusahaan PT Berau coal di lahan ex-tambang batu bara,
4. Harga jarak pagar sekarang terus meningkat dan mencapai harga Rp 1.200 s/d Rp 2.000 per kg (3 s/d 4 kali lipat beberapa tahun lalu) sehingga produk jarak pagar menjadi ekonomis.
Kemampuan putra-putri bangsa hari ini untuk percepatan pembangunan Industri Jarak pagar 1. Jajaran Puslitbangbun dan IPB telah mampu mengembangkan bibit jarak pagar bersertifikat yang relatif
baik yaitu dengan produktivitas sekita 5 ton per Ha
2. Jajaran produsen peralatan di Indonesia seperti Pura group, PT Pindad, PT Rekayasa Industri dan banyak lagi telah mampu membuat mesin expeller (mesin press) biji jarak pagar
3. Para teknolog dan peneliti di BPPT, ITB dan juga PT Rekayasa Industri telah mampu untuk mengkonversi minyak jarak pagar menjadi Biodiesel dengan efisiensi yang relatif baik.
Beberapa hal baik yang telah dilakukan oleh Pemerintah di bidang Bahan Bakar Nabati 1. Mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Bahan Bakar Nabati
2. Membentuk Tim Nasional yang membidangi Bahan Bakar Nabati 3. Menyusun road map untuk pengembangan Bahan Bakar Nabati 4. Telah mencanangkan pelaksanaan program Desa Mandiri Energi
Beberapa hal yang belum dilakukan oleh Pemerintah di bidang Bahan Bakar Nabati
Bersamaan dengan pengumuman kenaikan BBM, kami sangat mengusulkan agar pemerintah melakukan inisiasi berikut :
1. Pemerintah menginstruksikan penghijauan kembali lahan-lahan ex-lahan tambang Batu bara, Nickel, Semen dan Tembaga dengan tanaman industri BBN, misalnya tanaman Jarak pagar. Lihat model reboisasi yang telah dilakukan oleh PT Berau coal.
2. Dengan dana reboisasi perusahaan-perusahaan tambang, maka pengembangan industri BBN sebenarnya tidak memerlukan dana investasi ataupun pinjaman dari perbankan.
3. Pemerintah juga dapat meminta dan menghimbau kepada para industriawan tambang untuk menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk penciptaan lapangan pekerjaan di bidang BBN dengan membeli mesin-mesin pengolahan minyak jarak pagar untuk menjadikan pengganti minyak tanah dan juga kompor-kompor dengan memakai minyak jarak.
4. Timnas BBN memfokuskan diri pada industri Jarak pagar dengan berkonsentrasi pada pengembangan perkebunan di lahan-lahan ex-lahan tambang. Tujuan utamanya adalah untuk mereboisasi lahan. Dengan hasil samping adalah produksi jarak pagar dan minyak jarak pagar yang setingkat dengan minyak tanah. Sebagai ilustrasi setiap Ha lahan jarak pagar, secara teoretis bisa menghasilkan 3 ton s/d 5 ton per ha biji jarak atau sekitar 750 s/d 1250 liter minyak jarak per Ha. Jadi dengan luas lahan jarak pagar yang saat ini sudah ada yaitu sekitar 130.000 Ha, maka Indonesia seharusnya hari ini bisa menghasilkan 97,5 juta liter s/d 162,5 juta liter minyak jarak yang ekivalen dengan minyak tanah
4. PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI GASIFIKASI BATU BARA
Strategi industri ini pernah diterapkan oleh Afrika selatan saat di-embargo oleh negara-negara barat karena melaksanakan politik apartheid. Strategi industri ini juga digunakan oleh negara China yang tidak mempunyai sumber gas alam, namun memerlukan industri pupuk dalam jumlah yang sangat besar.
Saat ini di Sumatra Selatan terdapat kandungan batu bara dalam jumlah yang sangat banyak. PT Bukit Asam saja memiliki 6 milyard ton cadangan batu bara. Namun sampai saat ini, batu bara ini tidak dapat termanfaatkan karena sulitnya membangun infrastruktur rel kereta api ataupun pelabuhan.
Namun dengan teknologi gasifikasi, yang saat ini relatif semakin murah, maka batu bara yang ada di Sumatra selatan dapat di-jadikan gas alam sintetis dan dikirimkan melalui pipa ke pulau Jawa.
Sebagai ilustrasi, cadangan batu bara yang dimiliki oleh PT Bukit asam saja (6 milyard ton), dapat digasifikasi dan memproduksi gas alam sintetis digunakan untuk bahan baku gas alam yang mampu menghidupi 100 pabrik pupuk berproduksi selama 100 tahun. Selain cadangan milik PT Bukit Asam, di Sumatra selatan masih sangat banyak kandungan batu bara milik perusahaan-perusahaan lain.
Kemampuan putra-putri bangsa hari ini untuk percepatan pembangunan Industri Gasifikasi batu bara
1. Para teknolog di Tekmira telah memiliki proses lisensi untuk pengembangan gasifikasi batubara
2. Jajaran PT Rekayasa industri sangat sanggup memakai proses lisensi yang sangat banyak tersedia di dunia seperti dari Shell, GE, Lurgi, dan banyak lagi untuk mengkonversi batu bara menjadi gas alam sintetis. Proyek pertama akan diterapkan di Lhokseumawe, Aceh.
Beberapa hal baik yang telah dilakukan oleh pemerintah di Industri gasifikasi batu bara 1. Memberikan insentif pajak pph untuk industri gasifikasi
2. Melakukan penelitian pengembangan teknologi gasifikasi oleh Tekmira
Beberapa hal yang belum dan dapat dilakukan oleh pemerintah di bidang Industri gasifikasi
Setelah pengumuman kenaikan BBM, Pemerintah perlu mencanangkan percepatan pengembangan industri gasifikasi dengan misalnya melalui Departemen Perindustrian meng-akselerasi pembangunan industri gasifikasi. Team ini terdiri dari Pemerintah daerah, Industri pertambangan batu bara dan juga Industri penyaluran gas alam melalui perpipaan.
PERTIMBANGAN TERHADAP SUMBER ENERGI LAINNYA
Tulisan ini telah mempertimbangkan dan melakukan studi energi alternatif lainnya secara rinci. Berikut ini studi energi lainnya yang telah dipertimbangkan :
1. Biodiesel dari minyak sawit (CPO) – bahan baku terlalu mahal karena bersaing karena bersaing dengan produk makanan dan industri lainnya
2. Biodiesel dari micro-algae – bahan baku belum mampu diproduksi dalam jumlah yang besar.
3. Bioethanol dari ketela atau Mollasses – bahan baku terlalu mahal karena bersaing dengan produk makanan dan industri lainnya
4. Energi surya (Photo voltaic) – Saat ini biaya investasi penangkap energi matahari masih terlalu tinggi 5. Energi biomassa seperti dari sekam padi – teknologi ini dapat diimplementasi namun bahan baku terlalu
sedikit dan sulit mengumpulkannya. Namun dapat diimplementasi untuk skala yang relatif kecil
6. Energi biomassa seperti dari cangkang kelapa sawit – bahan baku energi ini terlalu sulit dan mahal untuk mengumpulkannya. Namun dapat diimplementasi untuk skala yang relatif kecil
7. Energi angin – bahan baku sedikit. Namun dapat diimplementasi untuk skala yang relatif kecil 8. Energi nuklir – Saat ini biaya investasi masih terlalu tinggi dan adanya problematika sosial 9. Energi ombak – biaya investasi terlalu tinggi untuk diterapkan secara massal.