Untuk dapat melaksanakan Skema Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Reducing Emission from Deforestastion and Forest Degradation/REDD+) di tingkat tapak, disusun sebuah strategi Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) untuk REDD+ yang berfokus pada masyarakat sekitar kawasan hutan. Untuk merealisasikan rancangan PJL untuk REDD+ tersebut, tahap awal yang perlu ditempuh adalah membangun sistem hak atas sumberdaya hutan melalui Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM). Dalam hal ini, biaya pembangunan PHBM perlu dimasukkan sebagai bagian dari biaya pelaksanaan REDD+. Ketika PHBM sudah dapat diJl.kan dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah tahap PJL murni selama 10 tahun dimana masyarakat pemegang hak/izin PHBM dapat secara sukarela menentukan untuk ikut program REDD+ atau tidak.
In order to implement the Scheme for Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) at the site level, a Strategy of Payment for Environmental Services (PES) for REDD+ that focuses on communities around forest areas was developed. To realise the design of PES for REDD+, the fi rst stage is building a property right system over forest resources through the Community-Based Forest Management (CBFM). In this case, the cost of construction of CBFM needs to be included as part of the cost of implementing REDD+. When the CBFM has been able to run, then the next stage is the stage of community PES for 10 years where the holder of the rights/ permits for CBFM can voluntarily determine whether they need to participate in the REDD+ program or not.
Perspektif
Mekanisme PJL memiliki kriteria transparansi, tambahan manfaat, persyaratan dan kesukarelaan yang merupakan
A Strategy to Involve Local Communities in Reducing Emissions from Deforestation
and Forest Degradation
Strategi Pelibatan Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan
Degradasi Hutan
Strategi pelibatan masyarakat dalam upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, hak atas lahan (property rights), dan efektivitas biaya (cost effectiveness) merupakan penentu efi siensi
dan keadilan dalam PJL yang harus dipertimbangkan
The strategy of community involvement in reducing emissions from deforestation and forest degradation, property rights, and cost effectiveness are determinants of effi ciency and fairness of PES that should be considered
D.19
150 Inovasi Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
293
Perspective
PES mechanisms have transparency, additional benefi ts, conditionality and voluntariness criteria required to share benefi ts from REDD+.
Melibatkan masyarakat tanpa membebani biaya terlalu tinggi Memperkokoh hak-hak kelola masyarakat atas sumberdaya hutan Mekanisme distribusi manfaat yang efektif dan efi sien
Innovation Excellence
Involving the community without burdening them with high cost Strengthening community’s management rights over forest resources An effective and effi cient mechanism for sharing benefi ts
Potensi Aplikasi
Inovasi ini dapat diaplikasikan pada beragam program kehutanan masyarakat (social forestry) yang mengedepankan masyarakat sebagai pemilik/pengelola hutan.
Potential Application
This innovation can be applied to varous types of community forestry program that puts the community as the owner/manager of the forest.
Inovator (Innovators)
Muhammad Zahrul Muttaqin
Unit Kerja : Puslitbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim
Alamat : Jl. Gunung Batu No. 5, Po.Box. 272, Bogor 16110, Telepon 0251 - 8633944, Fax. 0251 - 8634924 E-mail : zahrul2005@yahoo.com.au Status HAKI :
Keunggulan Inovasi
baru-buku_150_inovasi_final_rev_5.indd 293 baru-buku_150_inovasi_final_rev_5.indd 293 14/12/2016 17:30:5714/12/2016 17:30:57Bambu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu yang mempunyai nilai ekonomi tinggi namun masih belum optimal pemanfaatannya. Hingga saat ini masih sangat sedikit hutan tanaman bambu yang dikelola secara intensif dan monokultur karena kurangnya insentif untuk mengembangkannya. Pengembangan kemitraan antara perusahaan pengolah bambu dengan masyarakat lokal dalam skala desa merupakan sebuah terobosan untuk mengembangkan bambu sebagai bahan baku yang dapat menghasilkan beragam produk komersial. Di samping itu, karena bambu juga dikenal sebagai tanaman yang menghasilkan produk ramah lingkungan, maka pengembangan bambu juga dapat dijadikan pendukung untuk mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan.
Bamboo is one of valuable non-timber forest products which has not been optimally utilized. Currently, there are limited bamboo plantations that are intensively managed due to lack of incentives. Developing a partnership between bamboo processing companies and local communities at the village level is a breakthrough to develop bamboo as raw material to produce a variety of commercial products. In addition, a bamboo is also known as a plant that produces environmentally friendly products, then the development of bamboo could also be designed to support climate change mitigation in the forestry sector.
Perspektif
Partisipasi masyarakat dalam penanaman bambu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pengelolaan hutan lestari.
Perspective
Community participation in planting bamboo will improve communities’ prosperity and to support sustainable forest management.
Bamboo Village: A Partnership between Villagers and Private Companies
Desa Bambu: Sebuah Kemitraan antara Masyarakat dengan Perusahaan
Pengembangan Industri Bambu Berbasis Masyarakat The Development of Community-based Bamboo Industries
D.20
150 Inovasi Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
295
Memanfatkan potensi tanaman bambu yangcukup besar
Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan bambu
Mendukung program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan
Innovation Excellence
It utilizes bamboo plant sources potential It encourages communities to participate in
bamboo utilization
It supports in emission reduction program from deforestation and forest degradation
Potensi Aplikasi
Inovasi ini dapat diterapkan di berbagai desa yang memiliki potensi pengembangan bambu.
Potential Application
This innovation can be applied in various type of villages with bamboo potential.
Inovator (Innovators)
Desy Ekawati
Unit Kerja : Puslitbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim
Alamat : Jl. Gunung Batu No. 5, Po.Box. 272, Bogor 16110, Telepon 0251 - 8633944, Fax. 0251 - 8634924 E-mail : desyahputra@yahoo.com Status HAKI :
Keunggulan Inovasi
baru-buku_150_inovasi_final_rev_5.indd 295 baru-buku_150_inovasi_final_rev_5.indd 295 14/12/2016 17:30:5714/12/2016 17:30:57Faktor eksploitasi memproyeksikan volume produksi kayu setelah kegiatan pemanenan yang dihitung dari
berbagai faktor yaitu: konfi gurasi lapangan, tujuan pemanfaatan kayu, keadaan lapangan, dan ketrampilan tenaga kerja. Faktor ini menggambarkan efi siensi pemanenan kayu dan upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan efi siensinya. Besaran nilai FE diperoleh dari perbandingan antara volume produksi kayu aktual yang dimanfaatkan dengan volume batang bebas cabang. Semakin besar nilai FE, semakin besar Jatah Tebangan Tahunan (JPT). Secara ekonomi, FE berperan untuk memperkirakan besarnya penerimaan provisi sumber daya hutan (PSDH), sedangkan dari aspek ekologis, semakin besar FE akan mengurangi terjadinya kerusakan hutan.
An exploitation factor projects production volume of timber after harvesting which is calculated from a various factors, namely: the confi guration of the fi eld, the purpose of the use of wood, a condition of fi els, and the skills of the workforce. Timber exploitation factors illustrate the effi ciency of timber harvesting and efforts that should be made to improve effi ciency. The value of FE is obtained from the comparison between the actual production volumes of timber exploited with branch-free trunk volume. The greater the value of FE, the greater the annual allowable cut (AAC). The economic role of FE is to estimate the amount of revenue from the provision of forest resources (PSDH), while from the ecological aspect, the greater the FE the more reduction on deforestation.
Perspektif
Keterkaitan berbagai pihak dalam penetapan FE akan meningkatkan kinerja pemanenan hutan dan mengurangi kerusakan sumber daya hutan.
Determining Exploitation Factor (EF) to Optimalise Timber Harvesting
Penetapan Faktor Eksploitasi (FE) untuk Optimasi Pemanenan Hutan
Penetapan Faktor Eksploitasi (FE) untuk meningkatkan kinerja pemanenan hutan dan mengurangi kerusakan ekosistem hutan
The determination of Exploitation Factor (FE) is to increase forest harvesting performance and reduce damage to forest ecosystems
150 Inovasi Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
297
PerspectiveThe linkage of various parties in determining the FE will increase forest harvesting performance and reduce damage to forest resources.
Parameter tunggal dalam menentukan efektivitas dan efi siensi pemanenan hutan
Sebagai dasar dalam perencanaan pemanenan hutan yang efektif dan efi sien
Innovation Excellence
It is a single parameter in determining the effectiveness and effi ciency of forest harvesting
It is a basis for planning effective and effi cient forest harvesting Potensi Aplikasi
Faktor Eksploitasi sebagai rujukan resmi dalam mewujudkan pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL).
Potential Application
Exploitation factors as an offi cial reference in achieving sustainable forest management (SFM). Inovator (Innovators)
Maman Mansyur Idris, Dulsalam, Soenarno & Sukanda Unit Kerja : Puslitbang Hutan
Alamat : Jl. Gunung Batu No. 5, Po. Box. 165, Bogor 16610, Telepon 0251- 8633234, 520067,
Fax. 0251 - 8638111
E-mail : dul.salam@gmail.com dan aan_sukanda@yahoo.co.id Status HAKI :
Keunggulan Inovasi
baru-buku_150_inovasi_final_rev_5.indd 297