• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kemujan yang secara administratif merupakan sebuah desa di Kecamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kemujan yang secara administratif merupakan sebuah desa di Kecamatan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bulan Oktober 2009 merupakan kali pertama saya menginjakan kaki di Pulau Kemujan yang secara administratif merupakan sebuah desa di Kecamatan Karimunjawa. Hamparan laut biru dan pulau-pulau kecil disekitarnya begitu memikat hati dan selalu berhasil memanggil saya untuk kembali. Setelah beberapa kali datang kembali semenjak kedatangan pertama, saya baru menyadari bahwa kehidupan masyarakat Kemujan tidak seindah alamnya.

Tinggal dirumah keluarga nelayan membuat saya lebih dekat dengan masyarakat sekitar. Seringkali, saya turut dalam kegiatan sosial berupa arisan, pengajian, hajat pernikahan dan menonton pertandingan voli. Ditengah kegiatan tersebut tidak jarang ibu-ibu menceritakan keadaan sulit suaminya yang merantau jauh untuk mencari ikan sampai-sampai untuk ongkos pulang kembali ke Kemujan mereka masih harus mengumpulkan lagi.

Pernah suatu ketika pada tahun 2011, datanglah seorang pemilik kapal saat ibu-ibu sedang berkumpul di sebuah rumah di Dusun Batulawang untuk membuat

bepa hajat pernikahan. Pemilik kapal tersebut memanggil Mbak Dar, salah seorang

ibu muda di Kemujan dan langsung memarahinya dengan suara lantang. Hampir setengah jam peristiwa tersebut berlangsung diambang pintu dapur. Setelah

(2)

pertengkaran selesai, Mbak Dar kembali masuk ke dapur dan langsung bercerita tanpa diminta.

“Lha wong aku gak dikirimi dhuwit kok dijaluki dhuwit kapal. Anggepe mung deknen tok sek gak entuk dhuwit..aku e gak dikirim kirimi. Karepe Kopek kon gage mulih, entuk dhuwit ko ngendi nek wis seminggu gak enek iwak. Entek ngge solar karo rokok tok iku.”

(...Lha orang saya tidak dikirimi uang kok dimintai uang kapal (bagian hasil pemilik kapal). Anggapannya hanya dia (pemilik kapal) saja yang tidak dapat uang...Saya saja tidak dikirim kirim. Maunya (pemilik kapal) Kopek (adik laki-laki Mbak Dar) disuruh segera pulang, dapat uang dari mana kalau sudah satu minggu tidak ada ikan. Habis untuk solar dan rokok saja itu...)

Permasalahan semacam itu seringkali terdengar dalam pembicaraan sehari-hari masyarakat Desa Kemujan yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil mencari ikan. Ketika nelayan tidak mendapatkan ikan, bukan hanya keluarga di rumah saja yang khawatir kemudian memutar otak untuk menyambung hidup. Para pemilik kapal dan juragan pun turut resah karena hasil tangkapan nelayan tersebut menjadi penentu seberapa banyak uang yang akan didapat. Jika tidak ada hasil yang didapat nelayan, pemilik kapal khawatir uang bagian yang seharusnya didapat dari meminjamkan kapal tidak segera diterima. Selain itu, tanpa ikan dari para nelayan juragan tidak memiliki barang untuk diperjual belikan.

Peristiwa-peristiwa dalam keseharian itulah yang pada akhirnya membuat saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembagian hasil bagi para pelaku produksi penangkapan ikan. Tentu saja untuk mendapatkan data tersebut, saya harus mencari tahu pekerjaan apa saja yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing

(3)

pelaku. Untuk itu pada awal tahun 2012 saya mulai mencari kelompok kerja yang bersedia menerima saya untuk menjadi bagian saat melaut.

Fase ini tidak dapat saya lalui dengan mudah. Beberapa nelayan yang saya temui menolak untuk mengikutkan saya pada kelompoknya saat melaut. Larangan-larangan yang muncul tentu saja dilandasi kekhawatiran akan bahaya di laut terlebih karena saya seorang perempuan. Selain itu dalam diri saya muncul kekhawatiran tersendiri saat sedang berkumpul bersama para nelayan-nelayan –yang tentu saja semuanya lelaki- yang belum saya kenal. Bahkan sangkaan bahwa saya adalah selingkuhan dari salah seorang nelayan sempat menjadi kerikil saat akan memulai riset ini. Selain perjalanan selama melakukan riset di lapangan, peristiwa-peristiwa semacam itu menjadi warna tersendiri. Curahan masalah rumah tangga dan gosip seringkali menjadi selingan pengusir penat selama tinggal bersama dengan mereka. Pada akhirnya bulan April 2012 merupakan perjalanan laut pertama saya untuk memulai penelitian ini.

1.2 Permasalahan

Sehubungan dengan latar belakang yang sudah disampaikan di atas, pertanyaan yang akan digunakandalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pembagian hasil dalam setiap kelompok kerja nelayan tersebut? 2. Apa konsekuensi bagi hasil tersebut terhadap kelangsungan usaha produksi penangkapan ikan?

(4)

1.3 Tinjauan Pustaka

Dalam buku yang berjudul “Ketika Nelayan Harus Sandar Dayung”, Pujo Semedi (1998) mengulas tentang kehidupan nelayan miskin di Desa Kirdowono, Kabupaten Merakngigel, Jawa Tengah. Secara ekonomis warga masyarakat Kirdowono terbagi menjadi dua kelompok yaitu juragan (orang kaya) dan wong biasa (orang biasa). Selain latar belakang sosial ekonomi, jenis teknologi kerja yang digunakan juga turut menjadi pembeda dalam dua kelompok ini. Teknologi yang digunakan dalam bekerja ini nantinya akan menentukan seberapa banyak hasil yang didapat. Semakin beragam peralatan yang dimiliki maka semakin besar pula kesempatan para nelayan mencari ikan pada musim yang berbeda. Selain itu peralatan tangkap juga akan mempengaruhi prosedur kerja yang akan digunakan dan jumlah pandega yang dibutuhkan. Jumlah pandega inilah yang akan berpengaruh terhadap organisasi kerja dan pembagian hasil.

Budi Satriawan (1997) menuliskan studi kasus di Dusun Ketro, Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Dalam tulisan yang berjudul “Nelayan Sebagai Alternatif Mata Pencaharian Hidup” mengulas tentang perubahan matapencaharian masyarakat Dusun Ketro yang pada awalnya bekerja sebagai petani, kemudian beralih bekerja sebagai nelayan. Pada awalnya hasil tangkapan hanya mereka gunakan sebagai tambahan lauk pauk saja, bermula dari situlah mereka mengenal dunia kenelayanan. Dari tahun ke tahun penghasilan yang diperoleh tiap nelayan semakin meningkat, ditambah lagi dengan hasil penangkapan

(5)

udang. Pendapatan yang cukup besar membuat mereka berani mengambil kredit untuk membeli perahu Kunthing. Sebelumnya besaran kredit sudah diperhitungkan dengan rata-rata pembagian hasil yang didapat. Dengan pembagian hasil yang cukup besar, mereka masih memiliki setengah bagian untuk melanjutkan hidup meskipun sudah digunakan untuk membayar kredit kapal setiap bulan. Dengan begitu, selain mendapat penghasilan dari bekerja menjadi buruh mereka juga akan mendapat pembagian hasil sebagai juragan pemilik kapal.

Secara berbeda, Mudjijono (2010) dalam tulisannya yang berjudul “Pola Kepemimpinan dan Kerjasama Kelompok Kerja Nelayan Pulau Kemujan Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara” mengulas tentang empat kelompok kerja nelayan Kemujan yang dinahkodai oleh dua etnis yang berbeda, yaitu etnis Bugis dan etnis Jawa. Dalam masing-masing kelompok kerja ini terdapat perbedaan pembagian tugas dan pembagian hasil. Perbedaan karakter nahkoda mempengaruhi semangat kerja masing-masing ABK. Kelompok kerja yang dinahkodai seorang etnis Bugis, ABK-nya sering mendapat motivasi untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sehingga ketika menunggu mengangkat jaring para ABK ini akan memancing. Ikan-ikan hasil pancingan ini akan dijual terpisah dengan hasil tangkapan jaring. Jadi selain mendapatkan uang dari pembagian hasil sebagai ABK, mereka juga mendapat tambahan dari menjual ikan hasil memancing. Ikan hasil dari menjaring akan dijual kepada juragan kemudian hasilnya dibagi menurut kesepakatan. Sedangkan ikan hasil

(6)

pancingan akan dijual perseorangan sehingga akan menjadi penghasilan tambahan untuk pribadi.

1.4 Kerangka Pemikiran

Sebagaimana didefinisikan oleh Dirjen Perikanan, Departemen Perikanan (1998), yang disebut nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan binatang atau tanaman air dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual (Kusnadi, 1998:1). Pekerjaan sebagai nelayan dijalani karena sebetulnya sudah tidak ada lagi peluang untuk bekerja di daratan. Tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan agar perut dapat selalu terisi.

Pada bagian lain (Kusnadi, 1998:2) menyampaikan bahwa pada dasarnya, penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga sudut pandang. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring, dan perlengkapan yang lain), struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan dalam kegiatan produksi sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas.

Dalam kesempatan lain, (Masyhuri, 1996:6) menyampaikan bahwa hubungan antara pemilik perahu dan pekerja dalam perahu tidak hanya masalah hubungan antara pemberi kerja dan penerima kerja, tetapi juga mencakup norma-norma kultural yang mempengaruhi pembagian pendapatan dan akses untuk pekerjaan.

(7)

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menyoroti kehidupan nelayan di Desa Kemujan. Desa ini merupakan salah satu bagian dari gugusan pulau yang membentuk Kepulauan Karimunjawa. Untuk mengetahui apa saja aktivitas para nelayan selama melaut maka saya juga mengikuti mereka pada saat melaut di wilayah Laut Jawa. Meski berada pada wilayah perairan laut Jawa, lokasi penelitian terbagi menjadi empat bagian.

Penelitian pertama dilakukan pada April 2012 di Laut Jawa seputar Pulau Karamian1. Secara administratif Pulau Karamian termasuk dalam wilayah Madura, Jawa Timur. Meskipun termasuk dalam daerah Madura, letak pulau ini lebih dekat dengan daerah Kalimantan Selatan. Untuk menuju daratan Kalimantan Selatan hanya membutuhkan waktu satu hari perjalanan laut, sedangkan untuk menuju Madura membutuhkan waktu selama dua hari satu malam. Sedangkan dari Pulau Kemujan menuju Pulau Karamian biasanya membutuhkan waktu selama dua hari dua malam. Sedikit berbeda pada saat penelitian berlangsung, perjalanan dari Pulau Karamian menuju Pulau Kemujan membutuhkan waktu tiga hari dua malam karena terkendala gelombang yang mendadak tinggi dan kapal yang saya tumpangi menggandeng satu kapal kecil.

      

1

(8)

Pada November 2013 saya kembali melakukan penelitian guna melengkapi data yang sudah didapatkan sebelumnya. Penelitian kali ini dilakukan di dua lokasi berbeda yang jaraknya tidak terlalu jauh yaitu di perairan sekitar Kemujan dan Jepara. Dua daerah sekitar Kemujan yang digunakan sebagai lokasi penelitian adalah perairan Pulau Nyamuk dengan jarak tempuh satu jam dan Pulau Bengkoang2 dengan jarak tempuh 15 menit dari Pulau Kemujan. Selain daerah tersebut, masih terdapat satu lokasi yaitu perairan sekitar Jepara dengan jarak tempuh dari Kemujan selama empat jam perjalanan laut.

1.5.2 Informan

Data mengenai sejarah, kepemilikan faktor produksi, proses melaut hingga pembagian hasil nelayan Kemujan saya peroleh dari beberapa informan kunci. Pemilihan informan ini merupakan hasil identifikasi selama melakukan penelitian. Dalam tulisannya, Spradley memberikan kriteria tentang informan yang baik dalam penelitian, yaitu : informan harus berasal dari kebudayaan yang menjadi fokus; pada saat penelitian informan harus sedang terlibat langsung dalam kebudayaan yang sedang diteliti; informan sebaiknya mempunyai latar belakang budaya yang berbeda dengan peneliti; dan informan mempunyai waktu yang cukup untuk wawancara (Spradley

      

2

(9)

1979 dalam Satriawan 1990:20). Informan tersebut dibagi kedalam beberapa kategori sesuai dengan keahlian masing-masing:

a. Pak Udin mewakili nelayan nyerok yang bekerja sendiri pada saat melaut di Pulau Nyamuk.

b. Mas Anto mewakili nelayan nonda yang bekerja sendiri saat melaut di Jepara.

c. Kelompok kerja dengan nahkoda Pak Ahmad mewakili nelayan

mabranjangdi Pulau Bengkoang. Kelompok tersebut terdiri dari

empat orang, yaitu Pak Ahmad sebagai nahkoda kemudian Pak Badrun, Pak Kirno dan Pak Musmiri sebagai anak buah kapal (ABK).

d. Kelompok kerja dengan nahkoda Pak Thoyib mewakili nelayan

mapukak di Pulau Karamian. Kelompok tersebut terdiri dari empat

orang, yaitu Pak Thoyib sebagai nahkoda kemudian Mas Upik, Pak Ramli dan Pak Manik sebagai anak buah kapal (ABK).

1.5.3 Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi partisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Melalui observasi partisipasi data yang didapat akan lebih mendalam karena peneliti dapat terlibat secara langsung dalam aktivitas sehari-hari para nelayan baik saat sedang di darat maupun saat sedang melaut. Jika diposisikan sebagai satu

(10)

bagian dari spektrum metodologis yang mencakup teknik dan strategi pengumpulan data seperti teknik wawancara mendalam (depth-interview) dan observasi partisipan, maka metode observasi memiliki dasar validasi yang sangat kuat (Adler dan Adler, 2009:540).

Selama melakukan observasi partisipasi di lapangan, juga dilakukan pengumpulan informasi dengan mengajukan pertanyaan melalui wawancara baik itu wawancara terstruktur maupun wawancara secara bebas. Diharapkan dengan penerapan kombinasi metode penelitian tersebut akan menghasilkan data yang cukup mendalam.

1.5.4 Analisa Data

Setelah mengumpulkan data melalui penelitian lapangan dan kepustakaan, data yang sudah didapat kemudian diklasifikasikan menurut permasalahan yang ada. Setelah melakukan pengklasifikasian data kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan dari hal yang masih umum menuju pembahasan yang lebih khusus. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah proses menjawab pertanyaan.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I latar belakang, tinjauan pustaka, permasalahan, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan. Tulisan ini memiliki lima pokok bahasan yang terbagi menjadi lima bab. Bab I memaparkan mengenai latar belakang, tinjauan pustaka, permasalahan, kerangka pemikiran, metode penelitian

(11)

dan sistematika penulisan. Pada bab ini pemaparan masih diberikan secara umum karena pembahasan yang lebih mendalam akan diberikan pada bab-bab selanjutnya.

Bab II akan memberi gambaran mengenai Desa Kemujan dan masyarakatnya yang bekerja sebagai nelayan. Melalui bab ini diharapkan para pembaca mampu membayangkan kondisi lapangan dimana penelitian ini dilaksanakan beserta kehidupan masyarakat yang tinggal disana.

Bab III pemaparan mengenai kepemilikian faktor produksi dan proses penangkapan ikan. Pada awal bab ini akan menjelaskan apa saja faktor produksi yang dibutuhkan dan kelompok mana yang memilikinya. Kemudian akan diceritakan juga mengenai proses penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan dengan menggunakan beberapa metode mulai dari berangkat melaut, saat mencari ikan hingga kembali pulang ke daratan.

Pada Bab IV akan memberikan penjelasan mengenai penjualan dan pendistribusian hasil produksi dari nelayan. Setelah itu akan dijelaskan pula pembagian hasil dari masing-masing pendapatan kelompok kerja. Kemudian akan ditarik kesimpulan pada Bab V. 

Referensi

Dokumen terkait

ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk

Dalam penelitian ini penulis akan membuat perangkat lunak simulasi perhitungan kebutuhan penerangan ruangan dalam menentukan jumlah titik lampu dan luas penampang kabel untuk

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika Ibu Rosmiati, S.Pd 02 April 2018 beliau mengatakan kemampuan literasi matematis peserta

PT Petrokimia Gresik memberikan bantuan berupa pipa PVC sebanyak 120 lonjor type NS1 S-12,5 RR diameter 3” panjang 6 meter untuk warga korban erupsi Gunung Kelud di

Hasil Penelitian mengenai pengaruh dari variabel jumlah kunjungan wisatawan terhadap tingkat hunian hotel di Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa jumlah kunjungan

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

Informasi dari kordinator P2TB mengemukakan bahwa sarana dan prasarana pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan TB paru di Puskesmas Pabentengang

Untuk mencegah angin dingin berhembus dalam mode Panas, kipas indoor tidak akan beroperasi jika penukar panas indoor belum mencapai suhu yang tepat dalam waktu 2 menit..