• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Hematoma Septum Nasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Hematoma Septum Nasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hematoma septum nasi adalah akumulasi darah pada kompartemen subperikondrial septum nasi sebagai akibat dari trauma. Ini sering terjadi disebabkan oleh trauma pada hidung dan muka. Hematoma septum nasal harus segera dicurigai pada anak atau dewasa ketika terjadi trauma nasal. Barrs dan Kern melaporkan 50 % dari 100 anak yang datang ke emergensi setelah terjadi trauma nasal mempunyai gambaran radiografi pada hidung sedangkan dengan pemeriksaan fisik intranasal hanya ditemukan 20 anak.

Pada penelitian lainya menyatakan terhadap 57 anak-anak berumur kurang dari 10 tahun yang mengalami fraktur nasal, tidak dilaporkan adanya hematoma septum atau abses septum. Blahova melaporkan hanya didapatkan 2 abses septum dari 241 anak-anak yang mengalami fraktur tulang nasal, dan Chukuezi melaporkan hanya terdapat 4 kasus abses septum dari 46 anak-anak Nigeria yang mengalami hematoma septum dan yang dirujuk ke Rumah sakit setelah orang yang mengalami trauma nasal di daerah desa terpencil. Pada insiden hematoma septum nasi yang terinfeksi dilakukan biakan yang mana Staphylococus aureus merupakan bakteri pathogen primer yang diisolasi dari kebanyakan laporan kasus, tanpa memperhatikan umur; Strains Haemophilus Influenza dan Streptococcus pneumonia juga diisolasi dari beberapa anak-anak dari penelitian tersebut. Absennya kuman anaerobic pada beberapa kasus sangat menyolok. Meskipun hematoma septum nasi dari kartilago nasi merupakan komplikasi yang jarang pada trauma nasal, mekanisme yang persis mengenai mekanisme terbentuknya hematoma akibat trauma nasal belum diketahui, dapat dipikirkan saat trauma terjadi mekanik pada kartilago nasal, menyebabkan ruptur atau kebocoran pada pembuluh darah perikondrial septum nasi.

Hematoma septum unilateral sering sembuh menyebabkan fibrosis yang terjadi antara kartilago septum dan perikondrium. Hematoma septum bilateral yang disebabkan oleh obstruksi aliran darah pada septum nasi menyebabkan nekrosis pada kartilago septal. Adanya kumpulan darah di sub-perikondrium

(2)

2

akan mengancam vitalitas tulang rawan yang hidupnya tergantung dari nutrisi perikondrium.

Hematoma septum nasi ditandai dengan nyeri hidung hebat yang terlokalisasi, nyeri tekan pada ujung hidung, dan pembekakan seperti buah cheri (cherry-like swelling) pada mukosa nasal berasal dari obstruksi total atau sebagian dari aliran darah nasal. Gejala yang sering dirasakan yaitu adanya rasa hidung tersumbat dan nyeri , Pada pemeriksan ditemukan pembengkakan unilateral atau bilateral pada septum bagian depan, berbentuk bulat, licin dan berwarna merah dan bias menyebabkan obstruksi total yang biasanya terjadi saat 24 -27 jam pertama.

Tatalaksana pada hematoma septum nasi segera dapat di lakukan drenase yang mana telah terbukti mengurangi resiko nekrosis kartilago. Penilaian segera kartilago apabila terjadi defek dapat di lakukan tindakan homograft kartilago yang mana efektif mencegah terjadinya deformitas saddle nose. Pemberian antibiotic juga diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dari trauma.

Komplikasi akut yang paling sering pada kasus hematoma septum nasi adalah abses septum nasi. Abses septum nasi merupakan komplikasi yang jarang pada hematoma septum nasi yang diikuti oleh trauma nasal. Abses septum nasi dapat menyebabkan deformitas nasal yang parah terutama pada anak kecil pada umur 3-5 tahun. Hal ini dapat menyebabkan infeksi intracranial yang dapat mengancam jiwa yang disebabkan oleh penyebaran langsung oleh bakteri menuju ke sinus cavernous melalui vena emissary yang memperdarahi septum nasi. Serta komplikasi yang sering terjadi deformitas hidung luar seperti hidung pelana ( saddle nose ).

1.2 Rumusan Masalah

Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, insidensi, patogenesis, diagnosis, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan dari hematoma septum nasi.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan referat ini yaitu untuk memahami definisi, etiologi, insidensi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan dari hematoma septum nasi.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Hidung Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari tulang hidung (os   nasal),   prosesus   frontalis   os   maksila,   dan   prosesus   nasalis   os   frontal. Kerangka   tulang   rawan   terdiri   dari   sepasang   kartilago   nasalis   lateralis superior,   sepasang   kartilago   nasalis   lateralis   inferior   yang   disebut   juga kartilago alar mayor, beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum .

(4)

4

Gambar 1. Anatomi hidung bagian luar tampak anterolateral dan inferior9 Bagian   hidung   dalam   terdiri   atas   struktur   yang   membentang   dari os.internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga   hidung   dari   nasofaring.   Kavum   nasi   dibagi   oleh   septum,   dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior.

2.2 Anatomi Septum Nasi

Septum nasi merupakan dinding medial rongga hidung. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina perpendikularis os etmoid,   vomer,   krista   nasalis   os   maksila   dan   krista   nasalis   os   palatine. Sedangkan   bagian   tulang   rawan   adalah   kartilago   septum   (lamina kuadrangularis)   dan   kolumela.   Septum   dilapisi   oleh   perikondrium   pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung.

(5)

Gambar 2. Dinding lateral hidung9

Septum nasi adalah bagian paling menonjol pada wajah, paling mudah dan sering terkena trauma. Septum nasi diperdarahi oleh a.etmodalis anterior dan   posterior,   a.sfenopalatina,   a.palatina   mayor   dan   a.labialis   superior. A.sfenopalatina mendarahi bagian posterior septum nasi dan dinding lateral hidung bagian posterior. A.ethmoidalis anterior dan posterior adalah cabang dari a.oftalmika yang berasal dari a.karotis interna. A. ethmoidalis anterior adalah pembuluh darah terbesar kedua yang mendarahi hidung bagian dalam, yang mendarahi kedua bagian antero­superior dari septum dan dinding lateral hidung.   Vena­vena   hidung   mempunyai   nama   yang   sama   dan   berjalan berdampingan dengan arteri. 8,10

(6)

6

Gambar 3. Anatomi Septum Nasi9

Pada   bagian   kaudal   septum   nasi   terdapat   pleksus   Kiesselbach   yang terletak tepat di belakang vestibulum. Pleksus ini merupakan anastomosis dari arteri sfenopalatina, arteri etmoidalis anterior, arteri palatine mayor. Area ini sering menjadi sumber perdarahan atau epitaksis.8

Gambar 4. Vaskularisasi Hidung9

Bagian anterosuperior hidung bagian dalam dipersarafi oleh n.etmoidalis anterior   dan   posterior,   sedangkan   cabang   dari   n.maksilaris   dan   ganglion pterigopalatina   mempersarafi   bagian   posterior   dan   sensasi   pada   bagian anteroinferior   septum   nasi   dan   dinding   lateral.   Rongga   hidung   lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum.Ganglion   sfenopalatinum,   selain   memberikan   persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa

(7)

hidung.   Ganglion   ini   menerima   serabut   sensoris   dari   n.maksila   (n.   V­2), serabut parasimpatis dari n.petrosus profundus. Disamping mensarafi hidung, ganglion sfenopalatina mempersarafi kelenjar lakrimasi dan palatum.8

Gambar 5. Persarafan Hidung9 2.3 Hematoma Septum Nasi

2.3.1 Definisi

Hematoma septum nasi adalah terkumpulnya darah diantara tulang rawan   septum   nasi   (kondrium)   dan   perikondrium   septum   nasi. Hematoma septum nasi dapat terjadi unilateral ataupun bilateral yang biasanya diakibatkan oleh trauma pada daerah hidung.1,4,5,7

Hematoma septum lebih sering terkena pada anak­anak dan dapat terjadi bahkan   pada   trauma   yang   ringan.   Hidung   pada   anak­anak   sebagian   besar merupakan tulang rawan dan memiliki tulang hidung kecil yang lunak dan lebih lentur, dan daya serap terhadap suatu gaya kecil, sehingga anak­anak lebih rentan terjadinya fraktur hidung. Pada orang dewasa, hematoma septum umumnya timbul pada trauma wajah yang signifikan dan pada fraktur nasal. Hematoma septum bisa saja muncul tanpa tanda­tanda trauma eksternal.2,4,6 Hidung memiliki suplai darah yang banyak dari internal maupun eksternal   arteri   karotis.   Plexus   Kisselbach   menyuplai   darah   untuk daerah   anteroinferior   dari   septum   nasi,   yang   merupakan   lokasi terjadinya   epistaksis   paling   sering.  Ketika   hidung   terkena   trauma,

(8)

8 akan terkumpul di rongga antara kartilago dan perikondrium. Jika darah ini terus menerus tertimbun maka suplai darah ke kartilago hidung akan tersumbat. Hal ini menimbulkan nekrosis avaskular kartilago hidung akibat tekanan.1,5,8 Gambar 6. Septum Nasi normal Gambar 7. Hematoma Septum Nasi

2.3.2 Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab utama terjadinya hematoma septum nasi adalah karena trauma   pada   daerah   hidung.   Hematoma   septum   nasi   muncul   secara langsung atau bahkan beberapa hari setelah cedera awal. Dalam sebuah studi, waktu yang dibutuhkan suatu cedera untuk menjadi hematoma septum nasi adalah 1­14 hari (rata­rata 5,9 hari). Cedera yang biasa

(9)

terjadi   dikarenakan   perkelahian,   tejatuh,   terkena   lemparan   bola   di wajah, ataupun benturan dengan objek. Pada anak kecil dengan cedera lebih kompleks, perlu dipikirkan child abuse. 

Penyebab   lainnya   seperti   karena   adanya   gangguan   perdarahan,

violent sneezing (bersin yang kuat sekali) dan dikarenakan obat seperti aspirin dan warfarin.

Penyakit­penyakit   kolagen   vaskular   juga   diperkirakan   dapat menjadi   penyebab   hematoma   septum.   Penyakit   ini   menyebabkan gangguan dimana dinding arteri menjadi lemah sehingga lebih mudah terjadi   perdarahan.   Mengorek   hidung   secara   kasar,   meniup   melalui hidung   secara   keras,   riwayat   penggunaan   obat­obatan   dimana   obat tersebut harus dihirup melalui tumor pada hidung juga dapat menjadi faktor penyebab hematoma septum.10

Hematoma   septum   nasi   terjadi   akibat   trauma   pada   septum   nasi yang merobek pembuluh darah yang berbatasan dengan tulang rawan septum nasi. Darah akan terkumpul pada ruang di antara tulang rawan dan mukoperikondrium. Hematoma ini akan memisahkan tulang rawan dari   mukoperikondrium,   sehingga   aliran   darah   sebagai   nutrisi   bagi jaringan tulang rawan terputus, maka terjadilah nekrosis.4,10,11

Tulang rawan septum nasi yang tidak mendapatkan aliran darah masih dapat bertahan hidup selama 3 hari, setelah itu kondrosit akan mati   dan   resorpsi   tulang   rawan   akan   terjadi.   Bila   tidak   segera ditanggulangi, maka tulang septum nasi dan triangular kartilago dapat ikut   terlibat   dan   perforasi   septum   nasi   dapat   terjadi.   Pada   akhirnya sedikit atau banyak akan terjadi parut dan hilangnya penyangga pada 2/3   kaudal   septum,   ini   akan   menghasilkan   hidung   pelana,   retraksi kolumella, dan pelebaran dasar hidung.2,4,10

Jika ada fraktur tulang rawan, maka darah akan mengalir ke sisi kontralateral dan terjadilah hematom septum bilateral. Hematom yang terjadi   dapat   besar   sehingga   dapat   menyumbat   kedua   nares.   Akibat keadaan yang relatif kurang steril di bagian anterior hidung, hematoma

(10)

10

septum  nasi   dapat  terinfeksi   dan  akan  cepat  berubah   menjadi  abses septum nasi yang mempercepat resorpsi tulang rawan yang nekrotik. 

Staphylococcus aureus  merupakan organisme yang paling sering ditemukan   pada   hasil   kultur   abses   septum   nasi.   Begitu   pula

Streptococcus   pneumoniae,   streptococcus   milleri,   Streptococcus viridians,   Staphylococcus   epidermis,   Haemophillus   influenza  dan kuman anaerob juga ditemukan pada abses septum nasi.2,7,10

Komplikasi   intrakranial   dapat   terjadi   dikarenakan   penyebaran infeksi   secara   langsung   melalui   vena   menuju   ke   sinus   cavernous.4,7

Tidak semua hematom  septum nasi berkembang menjadi abses, bila sembuh dengan terapi antibiotik akan terbentuk jaringan ikat, sehingga akan terjadi penebalan jaringan septum nasi yang dapat menyebabkan obstruksi   saluran   nafas   dan   retraksi   yang   menimbulkan   kontraktur septum   nasi.   Bila   keadaan   ini   terjadi   pada   masa   anak­anak,   akan mempengaruhi pertumbuhan 2/3 bagian wajah.10 2.3.3 Gejala Klinis Hematoma septum memiliki gejala yang khas, seperti adanya nyeri hebat yang terlokalisasi, palpasi pada ujung hidung akan terasa lebih lunak, dan pembengkakan seperti buah ceri pada mukosa hidung di daerah septum yang menyumbat seluruh lubang hidung.4,7,10 Gejala khas pada hematoma  septum ialah hidung tersumbat (95%), nyeri (50%), rhinorrhea  (25%), dan demam (25%). Gejala­gejala ini dapat muncul segera atau umumnya dalam 24­72 jam setelah trauma. Pada anak­anak, gejala yang umum terjadi ialah hidung tersumbat, nyeri dan rhinorrhea. Hiposmia dan demam dengan temperatur yang bervariasi juga dapat muncul.

(11)

  Gambar 8. Hematoma Septum Nasi bilateral

Pada   pemeriksaan   ditemukan   pembengkakan   unilateral   atau bilateral   pada   septum   bagian   depan,   berbentuk   bulat,   licin,   dan berwarna merah,  perubahan letak dari dorsum hidung, nyeri tekan pada ujung hidung, dan akan terlihat gambaran septum nasal yang asimetris dan   berwarna   kebiruan   atau   kemerahan   pada   mukosa   hidung. Pembengkakan dapat meluas sampai ke dinding lateral hidung sehingga menyebabkan obstruksi total. Selanjutnya, fluktuasi yang sangat besar pada bagian yang membengkak harus dicurigai telah terjadi nekrosis dari kartilago septal. Ukuran bengkak tidak berubah dengan pemberian vasokonstriksi topical.4,5,10,12 2.3.4 Diagnosis

Diagnosis   umumnya   ditegakkan   berdasarkan   anamnesis   dan temuan­temuan   klinis.   Otoskop   dapat   digunakan   sebagai   alat   bantu dalam melakukan  pemeriksaan  rinoskopi anterior.  Ketika  melakukan evaluasi terhadap pasien yang mengalami trauma pada hidung, harus selalu   diperhatikan   apakah   adanya   tanda­tanda   hematoma   septum walaupun   tidak   didapati   adanya   pembengkakan   saat   dilakukan pemeriksaan rinoskopi anterior. Septum nasi normalnya memiliki ketebalan 2­4 mm. Jika kartilago fraktur, darah dapat melewati celah tersebut dan membentuk hematoma bilateral, sehingga kedua sisi harus diperiksa. Terkadang dilakukan pemeriksaan radiografi untuk melihat tulang­ tulang hidung dan struktur wajah memastikan tidak adanya fraktur. CT scan kranial dan MRI kranial dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma yang lebih serius.10 2.3.5 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada hematoma septum nasi adalah drainase dan insisi. Alat yang dibutuhkan adalah lampu kepala, spekulum hidung, Frazier tip suction, handscoen, jarum 18­20G, spuit 5 cc, scalpel no.11,

(12)

12

nasal tampon, analgesik topikal, dan  Penrose drain. Untuk analgesik topikal, dapat diberikan Lidokain topikal atau Pontocaine atau lidokain injeksi tanpa epinefrin, tidak melebihi dosis 5 mg / kg atau total 300 mg.

Drainase   yang   segera   dilakukan   dapat   mencegah   terjadinya nekrosis   tulang   rawan.   Dilakukan   pungsi   dan   kemudian   dilanjutkan dengan   insisi   pada   bagian   hematoma   yang   paling   menonjol   tanpa menginsisi   kartilago.Bila   tulang   rawan   masih   utuh   dilakukan   insisi bilateral.  Setelah  insisi,  darah  dapat  di  suction  lalu   diirigasi  dengan normal saline. Irisan kecil dapat dibuat pada mukoperikondrium untuk mencegah   penutupan   prematur   dari   insisi   sebelumnya.   Lalu   pasang Penrose drain untuk mengalirkan darah. Setelahnya, dapat  dipasang tampon untuk menekan perikondrium kearah tulang rawan dibawahnya. Tampon   dan   Penrose   drain   dipertahankan   hingga   24   jam   bebas perdarahan, biasanya dipasang 2­3 hari dan berfungsi  ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya akumulasi darah kembali. Pasien harus di follow­up adanya kemungkinan akumulasi kembali  atau untuk tanda infeksi. 

Pada anak­anak drainase dilakukan dibawah anestesi umum dengan menggunakan intubasi orotrakheal. Pasien dalam posisi supine dengan kepala   sedikit   elevasi   untuk   memudahkan   pengeluaran   darah   dari hidung. Aspirasi dilakukan dengan menggunakan suntik dengan jarum ukuran 18­20 G.4

(13)

Gambar   9.  (A)   Hematoma   septum,   menunjukkan   adanya akumulasi   darah   antar   septum   dan   perikondrium,   (B)   Insisi hematoma, (C ) Drainase hematoma, (D) Inseri kassa steril untuk mencegah reakumulasi darah

Pasien harus di follow­up adanya kemungkinan akumulasi kembali atau  untuk  tanda  infeksi.  Rekonstruksi  dan  perbaikan  struktur  dapat dimulai paling cepat 6 bulan setelah penyakit terkontrol. Pasien juga sebaiknya   di   follow­up   tanda   destruksi   kartilago   ataupun   perubahan struktur   wajah   untuk   12­18   bulan   kedepan.   Pada   pasien   baru   yang mengalami   trauma   hidung   ataupun   trauma   wajah   tapi   belum memberikan gejala klinis, orangtua sebaiknya diedukasi untuk segera membawa anak ke dokter bila terdapat tanda­tanda hematoma septum nasi.

2.3.6 Komplikasi

Jika   pembengkakan   yang   terjadi   tidak   segera   diredakan,   akan terjadi obstruksi jalan nafas di daerah hidung, perforasi septum, dan deformitas   hidung.   Pada   anak­anak,   kartilago   dibutuhkan   dalam pertumbuhan   hidung   dan   wajah.   Kolaps   pada   kartilago   dapat mengakibatkan deformitas seperti   “saddle­nose”. Pada tipe2,3,4 akan mengalami gangguan jalan nafas.

(14)

14

Gambar 10. (1) Hidung normal, (2)Tipe 1, dengan depresi bagian atas puncak

hidung atau dorsum nasi minimal, dan 1/3 hidung bawah normal, (3) depresi dorsum nasi (sedang-berat) dengan 1/3 hidung bawah relatif menonjol, (4) depresi dorsum nasi (sedang-berat) dengan hilangnya puncak hidung dan defisit 1/3 hidung bawah, (5) Catastrophic (berat) hilangnya dorsum nasi dengan kehilangan signifikan dari struktur bagian bawah dan 1/3 atas hidung.

Pasien   juga   berisiko   untuk   mengalami   infeksi.  Staphylococcus aureus,   Streptococcus   pneumoniae,  group   A   beta­hemolytic

Streptococcus, Haemophilus influenzae,  dan bakteri anaerob lain juga menjadi agen patogen potensial terjadinya abses septum. Pembentukan abses   akan   berdampak   menjadi   komplikasi   lain,   seperti   meningitisi, abses serebral, empiema subarakhnoid, dan trombosis sinus kavernosus.

(15)

KESIMPULAN

Hematoma septum nasi adalah terkumpulnya darah diantara tulang rawan septum nasi (kondrium) dan perikondrium septum nasi. Hematoma septum nasi dapat terjadi unilateral ataupun bilateral yang biasanya diakibatkan oleh trauma pada daerah hidung. Hematoma septum lebih sering terkena pada anak­anak dan dapat terjadi bahkan   pada   trauma   yang   ringan.   Hidung   pada   anak­anak   sebagian   besar merupakan tulang rawan dan memiliki tulang hidung kecil yang lunak dan lebih lentur, dan daya serap terhadap suatu gaya kecil, sehingga anak­anak lebih rentan terjadinya   fraktur   hidung.   Pada   orang   dewasa,   hematoma   septum   umumnya timbul  pada trauma wajah yang signifikan dan pada fraktur nasal. Hematoma septum bisa saja muncul tanpa tanda­tanda trauma eksternal.

Penyebab utama terjadinya hematoma septum nasi adalah karena trauma pada   daerah   hidung.   Penyebab   lainnya   seperti   karena   adanya   gangguan perdarahan,  violent   sneezing  (bersin   yang   kuat   sekali)   dan   dikarenakan   obat seperti aspirin dan warfarin.Penyakit­penyakit kolagen vaskular juga diperkirakan dapat menjadi penyebab hematoma septum.

Hematoma septum memiliki gejala yang khas, seperti adanya nyeri hebat yang   terlokalisasi,   palpasi   pada   ujung   hidung   akan   terasa   lebih   lunak,   dan pembengkakan  seperti buah  ceri  pada mukosa hidung  di daerah  septum yang menyumbat seluruh lubang hidung.   Pada anak­anak, gejala yang umum terjadi ialah   hidung   tersumbat,   nyeri   dan  rhinorrhea.   Hiposmia   dan   demam   dengan temperatur yang bervariasi juga dapat muncul.

Diagnosis   umumnya   ditegakkan   berdasarkan   anamnesis   dan   temuan­ temuan  klinis.  Otoskop  dapat   digunakan  sebagai  alat  bantu   dalam  melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior. Ketika melakukan evaluasi terhadap pasien yang mengalami trauma pada hidung, harus selalu diperhatikan apakah adanya tanda­ tanda   hematoma   septum   walaupun   tidak   didapati   adanya   pembengkakan   saat dilakukan   pemeriksaan   rinoskopi   anterior.   Terkadang   dilakukan   pemeriksaan radiografi   untuk   melihat   tulang­tulang   hidung   dan   struktur   wajah   memastikan

(16)

16 tidak adanya fraktur. CT scan kranial dan MRI kranial dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma yang lebih serius. Penatalaksanaan pada hematoma septum nasi adalah drainase dan insisi. Drainase yang segera dilakukan dapat mencegah terjadinya nekrosis tulang rawan. Pasien harus di follow­up adanya kemungkinan akumulasi kembali atau untuk tanda infeksi.  Pasien harus di follow­up adanya kemungkinan akumulasi kembali atau   untuk   tanda   infeksi.   Rekonstruksi   dan   perbaikan   struktur   dapat   dimulai paling cepat 6 bulan setelah penyakit terkontrol. Pasien juga sebaiknya di follow­ up tanda destruksi kartilago ataupun perubahan struktur wajah untuk 12­18 bulan kedepan. Pada pasien baru yang mengalami trauma hidung ataupun trauma wajah tapi belum memberikan gejala klinis, orangtua sebaiknya diedukasi untuk segera membawa anak ke dokter bila terdapat tanda­tanda hematoma septum nasi.

Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk sembuh. Jika   pembengkakan   yang   terjadi   tidak   segera diredakan, akan terjadi obstruksi jalan nafas di daerah hidung, perforasi septum, dan deformitas hidung. Pada anak­anak, kartilago dibutuhkan dalam pertumbuhan hidung dan wajah. Kolaps pada kartilago dapat mengakibatkan deformitas seperti “saddle­nose”.   Pasien   juga   berisiko   untuk   mengalami   infeksi   dan   membentuk abses   septum.   Pembentukan   abses   akan   berdampak   menjadi   komplikasi   lain, seperti meningitisi, abses serebral, empiema subarakhnoid, dan trombosis sinus kavernosus.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Balai penerbit FKUI. Jakarta. Hal 127.

2. Perkins SW, Dayan SH. 2002. Management of nasal trauma. Aesthetic plastic surgery .www.drdayan.com/pdf/.../Management-of-Nasal-Trauma.pdf . (diakses pada tanggal 16 September 2014).

3. Ibrahim SH. Haematoma and abscess of nasal septum, clinical features and surgical treatment outcomes. Department of surgery. www.iasj.net/iasj? func=fulltext&aId=30916. (diakses pada tanggal 16 September 2014).

4. Umana AN, Offiong ME, Francis P, Akpan U, Edethekhe T. Nasal septal hematoma: Using tubular nasal packs to achieve immediate nasal breathing after drainage. International journal of medicine and medical sciences. 2011; Vol. 3(7), pp. 233-235.

5. Savage RR, Valvich C. Haematoma of the nasal septum. American Academy of Pediatrics. 2006; 27; 478.

6. Kucik CJ, Clenney T, Phelan J. Management of acute nasal fractures. American Family Physician. 2004; Volume 70; Number 7.

7. Ginsburg CM. Nasal septal hematoma. American Academy of Pediatrics. 1998;19;142

8. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6. EGC. 2006: 2: Hal 803-805.

9. Netter, Frank H. Athlas of human anatomy. 4th Ed. USA : Elsevier,s health

sciene department. 2006: 37-49.

10. Menger DJ, Tabink IC, Trenite GJN. Nasal septal abscess in children. American Medical Association. Arch otolaryngol head neck surg. 2008; vol 134.

11. Lopez MA, Liu JH, Hartley BEJ, Myer CM. Septal hematoma and abscess after nasal trauma. 2000;39:609-61.

12. Roytesa R. Savage, Christina Valvich and Janet R. Serwint. Hematoma of the Nasal Septum.,Pediatr. Rev. 2006;27;478-479 DOI: 10.1542/pir.27-12-478 13. Vartanian, A. Jhon. Saddle Nose Rhinoplasty, (diakses dari

(18)

18

http://emedicine.medscape.com/article/840910-overview#showall 28 september 2014)

14. Kucik, Corry dkk. Management of Acute Nasal Fractures. Naval Hospital

Jacksonville, Florida (diakses dari

http://www.aafp.org/afp/2004/1001/p1315.html tanggal 28 September 2014) 15. Meyers, Arlen. Nasal Septal Hematoma Drainage, (diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/149280-overview#showall tanggal 28 September 2014)

Gambar

Gambar 1. Anatomi hidung bagian luar tampak anterolateral dan inferior 9 Bagian   hidung   dalam   terdiri   atas   struktur   yang   membentang   dari os.internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga   hidung   dari   naso
Gambar 2. Dinding lateral hidung 9
Gambar 3. Anatomi Septum Nasi 9
Gambar 5. Persarafan Hidung 9 2.3 Hematoma Septum Nasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

pada kasus ini yaitu terdapat hidung pelana dan fraktur os nasal tertutup pasca trauma. Insiden kasus ini biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki

Dapat disimpulkan bahwa tipe deviasi septum nasi menurut klasifikasi Mladina yang terbanyak adalah tipe 5 yaitu dengan orientasi horisontal (38,6%), dan walaupun tidak

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tipe deviasi septum nasi menurut klasifikasi Mladina yang terbanyak adalah tipe 5 yaitu dengan orientasi horisontal (38,6%), dan Walaupun

pada kasus ini yaitu terdapat hidung pelana dan fraktur os nasal tertutup pasca trauma. Insiden kasus ini biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki

3,4 Insiden dari angiofibroma kavum nasi ini sangat jarang ditemui dimana dapat terjadi pada perempuan dan laki-laki tetapi kasus yang banyak dilaporkan perempuan lebih

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kedua kavum nasi sempit, terdapat pembengkakan septum nasi bilateral dengan permukaan licin, berwarna kemerahan serta terdapat nyeri tekan

Dapat disimpulkan bahwa tipe deviasi septum nasi menurut klasifikasi Mladina yang terbanyak adalah tipe 5 yaitu dengan orientasi horisontal (38,6%), dan walaupun tidak

Ruptur septum ventrikel merupakan komplikasi mekanik yang sangat jarang terjadi pada pasien infark miokard akut (IMA) namun memiliki mortalitas yang tinggi.. Sejak dimulainya