• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nastonal Peternakan dan Vetertner 1997

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nastonal Peternakan dan Vetertner 1997"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nastonal PeternakandanVetertner1997

USAHATANI BUDIDAYA LORONG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN PETERNAKAN

DI WILAYAH GUNUNG MAS KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH

TATO SUDHARTO1 ,EDY SUNARTO2,AR Y HARTONO3 danROBERT L. WATUNGI Pusat Penelitian Tonah daft Agroklimat, Bogor, 1 Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor

3 Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalteng

RINGKASAN

Penelitian usahatani budidaya lorong sebagai sumber hijauan pakan untuk mendukung pengembangan peternakan di wilayah Gunung Mas Kalimantan Tengah. Penelitian ini telah dilaksanakan pada masa tanam (MT) 1995/1996 dan masa tanam (MT) 1996/1997, merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Penelitian menggunakan acak terpisah dengan 3 (tip) ulangan sebanyak 18 petak. Ukuran petak 6 x 30. Petak utama adalah tingkat kemiringan lereng terdiri dari 0 - 15% clan 15 - 30%. Anak petak adalah tanaman pagar terdiri dari

Pennisetum purpureum, Flemingia congesta danGliricidia sepiunt yang ditanam searah kontur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani budidaya lorong adalah sebagai sumber hijauan pakan, bahan organik dan merupakan bentuk/pola pemeliharaan ternak yang berkelanjutan yang siap akan pakan. Hasil hijauan tertinggi dicapai oleh Penniselunt purpureum sebesar 6,80 ton/ha/thn. atau 18,9 kg/2,8 m/hari . Hijauan Flemingia congesta dan Gliricidia sepium selain sebagai pakan juga bisa sebagai bahan organik yang dapat meningkatkan hasil gabah kering giling padi gogo sebesar 52% sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani.

Kata kunci : Budidaya lorong, hijauan pakan, Kalimantan Tengah PENDAHULUAN

Budidaya lorong adalah sistem konservasi tanah cara vegetatif untuk mengendalikan erosi. Cara ini dianggap paling efektif clan efisien bila dibandingkan dengan cara mekanik (teras-sering clan gulud). Budidaya lorong merupakan sistem usahatani terpadu terdiri dari tanaman tahunan, pangan, legume, pakan dan ternak (SUDHARToet al., 1994).

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pcnanaman legume dan rumput sebagai tanaman pagar dalam sistem budidaya lorong bermanfaat uniuk (1) pakan ternak dan sumber bahan organik, (2) dapat memperkecil clan menekan terjadinya aliran permukaan clan erosi, (3) dapat memperbaiki produktivitas tanah, produksi tanaman sera dapat meningkatkan pendapatan petani (SIDIKet al., 1987; ERFANDIet al., 1989; RACHMANel al., 1996. DARIAIiet al., 1996).

Tetapi pelaksanaan di lapang penerapan teknik budidaya lorong di bhan petani dengan menggunakan tanaman pagar baik legume maupun rumput tanpa dirasakan manfaat langsung oleh petani tidak akan diadopsi karena (1) petani merasa kehilangan than usaha tanpa mendapatkan imbalan hasil, (2) merupakan beban bagi petani karena kesibukan petani sangat padat dan

(2)

SenunarNasional Peternakan don Vetertner 199'

kurangnya tenaga keluarga sehingga petani tidak bisa memangkas tanaman pagar secara periodik setiap 40 hari, (3) memerlukan biaya penanaman dan pemangkasan.

Oleh karena itu penanaman tanaman legume atau rumput sebagai tanaman pagar harus diimbangi dengan pemeliharaan ternak. Hubungan antara budidaya lorong dengan ternak merupakan suatu bentuk atau pola pemeliharaan ternak berkelanjutan, yang selalu siap akan pakan. Dengan tersedianya hijauan pakan dari sistem budidaya lorong berarti sebagian besar sudah bisa mengefisiensikan dari biaya total usalia peternakan(MANURUNG, 1996).

Tujuan dari penelitian adalah untuk (1) mengetahui hasil dan peranan dari hijauan pakan Pennisetum purpureum, Flemingia congests dan Gliricidia sepium, (2) mencari tempat dan bentuk /pola penyediaan hijauan pakan, (3) dapat meningkatkan pendapatan petani ternak melalui hasil penjualan ternak dan kotorannya serta tanaman pangan, (4) mendukung pengembangan ternak di

wilayah Gunung Mas Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini mentpakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Penelitian menggunakan petak terpisah dengan 3 (tiga) ulangan sebanyak 18 petak. Ukuran petak 6 a 30 m. Petak utama adalah tingkat kemiringan lereng terdiri dari 0 - 15% clan 15 - 30%. Anak petak adalah tanaman pagar Pennisetum purpureum, Flemingia congests clan Gliricidia sepium yang ditanam search kontur. Untuk membuat kontur caranya (1) tentukan titik tertinggi di sekitar penelitian, caranya memberi tanda dengan ajir (2) dari ajir tersebut dengan slang plastik tentukan titik vertikal interval (vi) setinggi 125-150 cm dengan cars menggeser-geser permukaan air yang berada dalam slang palstik ke atas dan ke bawah search ajir. Apabila permukaan air sudah diam kemudian diberi tanda dengan ajir (ajir ke-2) sebagai titik kontur. Dari titik kontur dibuat garis kontur dengan memakai slat segi tiga sama kaki (Ondol-ondol) dengan cars memutar alat tersebut sehingga akan terbentuk titik-titik kontur yang ditentukan oleh bantul ondol-ondol apabila dihubungkan satu dengan yang lainnya antara titik-titik kontur maka akan terbentuk garis kontur yang akan ditanami tanaman pagar/hijauan pakan.

Jarak antara tanaman pagar tergantung pada kemiringan lereng, pada kemiringan lereng 0 -15% jarak tanam tanaman pagar 8-10 m sedangkan pads kemiringan lereng 15-30% jarak tanam tanaman pagar 4-6 m. Di antara tanaman pagar/lorong ditanami padi gogo. Parameter yang diamati adalah pemangkasan dan penimbangan bobot hijauan pakan setiap 40 hari sekali serta hasil tanaman padi gogo.

970

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari ketiga jenis tanaman pagar yang ditanam dalam sistem budidaya lorong pada lahan petani kooperator merupakan sumber hijauan pakan untuk mendukung pengembangan ternak sapi khususnya di wilayah Gunung Mas Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.

Hijauan pakan

Pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah (Pennisetum purpureum) lebih cepat dan adaptasi dengan lingkungan cukup baik bila dibandingkan dengan Flemingia congests clan Gliricidia sepium. Hal ini karena penanaman Pennisetum purpureum menggunakan stek batang

(3)

Seminar Nasional Peternakan don lretenner 1997

sedangkan Flemingia congesta dan Gliricidia sepium menggunakan biji. Hasil dari ketiga hijauan tanaman pagar tertera pada Tabel 1 .

Tabef .2: Hasil hijauan dari ketigajenis tanaman pagar pads dua tingkat kemiringan lereng masa tanam 1995 di Kuala Kurun, Kapuas, Kalimantan Tengah

KemiringanL.ereng (%) 0-15

15-30

Pada Tabel 1 terlihat bahwa penanaman tanaman pagar pada lahan yang mempunyai k+encutiugan lereng 0 -15 % hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman pagar yang ditanam pada lahan dengan kemiringan lereng 15 - 30%u. Hal ini karena jumlah baris tanaman pagar pada kemiringan lereng 15 - 30 % lebill banyak (l0-baris) dibandingkan pada kemiringan le=g 0 - 15% (8 baris). Hasil hijauan tertinggi balk pada kemiringan lereng 0 - 15% maupun pada kemiringan lereng 15 - 30 % dicapai oleh tanaman Pennisetum purpureum sebesar 5,57 ton/ha dan 6,80 ton/ha; Flemingia congesta sebesar 4,32 ton/ha clan 5,83 ton/ha sedangkan Gliricidia sepium sebesar 3,68 ton/ha dan 4,73 ton/ha.

Hasil hijaun dari Pennisetum purpureum, Flemingia congesta don Gliricidia sepium yang dipanen pada masa tanam 1995, hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan hasil panen pada wasa tanam. 1996. Hal ini mungkin karena kurangnya pemeliharaan seperti pemupukan clan penyiangan oleh petani kooperator pada baris tanaman pagar. Hasil hijauan dari Pennisetum purpureum, Flemingia congesta dan Gliricidia sepium pads masa tanam 1996 tertera pads Tabel 2 .

Tabe12. Hijauan dari ketiga jenis tanaman pagar pads dua tingkat kemiringan lereng mass tanam 1996 di Kuala Kurun, Kapuas, Kalimantan Tengah

Pada Tabel 2 terlihat bahwa penurunan hasil hijauan yang ditanam pada lahan yang mempunyai kemiringan lereng 0 - 15% adalah sebesar 26,37% sedangkan pada kemiringan lereng 15 - 30% sebesar 31, 41%. Penurunan hasil hijauan yang paling drastis adalah pada tanaman

Jenis tanaman pagar Hasil (ton/ha)

Pennisetum purpureum 5,57 Flemingia congesta 4,32 Gliricidia sepium 3,68 Pennisetum purpureum 6,80 Flemingia congesta 5,83 Gliricidia sepium 4,73

Kemiringan L.ereng (%) Jenis tanaman pagar Hasil (ton/ha)

0 - 15 Pennisetum purpureum 3,95 Flemingia congesta 3,84 Gliricidia sepium 3,09 15-30 Pennisetum purpureum 4,70 Flemingia congesta 4,40 Gliricidia sepium 3,93

(4)

SeminarNasional Peternakon dan Veteriner 1997

Pennisetum purpureum berkisar antara 41,0 - 44,7%; sedangkan Flerningia congesta berkisar antara 12,5 - 24,0% dan Gliricidia sepium berkisar antara 19,1 - 20,4%. Untuk mengatasi adanya penurunan hasil hijaun maka diperlukan pemupukkan (anorganik maupun organik) clan pemelihaman yang intensif

Sumber baban organik

Dari ketigajenis tanaman pagar tersebut mempunyai fungsi ganda sebagai bahan organik dan pakan ternak. Kedua fungsi tersebut tergantung dari kepentingannya atau bisa berjalan sama-sama. Tanaman Flemingia congesta clan Gliricidia sepium bisa sebagai sumber bahan organik atau juga sebagai pakan ternak. Tetapi dalam pelaksanaan ditingkat petani, petani hanya menggunakan pakan untuk ternak sapi dari hijauan Pennisetum purpureum sedangkan Flemingia congesta clan Gliricidia sepium digunakan sebagai bahan organik, yang hijauannya dikembalikan ke tanah sebagai mulsa bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanah clan produksi tanaman.

Alasan petani kooperator tidak memanfaatkan hijauan Flemingia congesta dan Gliricidia sepium untuk pakan ternak adalah bau yang dikeluarkan hijauan Flerningia congesta clan Gliricidia sepium serta unsur keterbiasaan ternak terhadap hijauan tersebut. Keadaan ini dapat diatasi dengan cars menghilangkan bau spesifik yang berhasl dari hijuan tersebut melalui pelayuan di bawah sinar Matahari untuk beberapa jam atau membiasakan hijauan tersebut dilakukan di tempat yang teduh selama satu malam cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan hijauan Flemingia congesta clan Gliricidia sepiunt dengan cara bertahap sehingga ternak dapat menerima hijauan tersebut(MATHIUS, 1991).

Cara tersebut di atas sudah dilakukan tapi saat ini kelihatannya belum berhasil hal ini karena masih tersedia banyak pakan lain di sekitarnya. Pemanfaatan hijauan Flerningia congesta clan Gliricidia sepium oleh petani untuk bahan organik atau diambil dari sisa kebutuhan ternak sapi akan hijauan tersebut. Kebutuhan ternak akan hijauan Flemingia congesta clan Gliricidia sepium relatif sedikit/sebagai makanan pencampur bila dibandingkan dengan hijauan Pennisetum purpureum (RANGKUTI et al., 1984 ; BASYAclanRANGKU-n, 1985).

Hijauan Flerningia congesta clan Gliricidia sepium

Peranan hijauan Flemingia congesta clan Gliricidia sepium sebagai sumber bahan organik berfungsi untuk meningkatkan hasil tanaman pangan (Padi gogo). Hasil survai Sosial Ekonomi menunjukkan bahwa hasil padi gogo di lokasi penelitian berkisar antara 200 - 1500 kg/ha (HENDIANTo dan MUSLIM, 1996). Hasil hijauan Flemingia congesta clan Gliricidia sepium serta padi gogo tertera pads Tabel 3.

972

Tabel 3. Rata-rata hasil hijauan Flemingia congesta dan Gliricidia sepium serta padi

tingkat kemiringan lereng di Kuala Kurun Kabupaten Kapuas, Kalimantantengahgogo, pads dua Kemiringan lereng (%) Jenis tanaman pagar Hasil (ton/ha)

Hijauan Padi gogo

0-15 Flemingia congesta 4,08 2,26

Gliricidia sepium 3,39 2,06

15-30 Flemingia congesta 5,12 2,28

(5)

Seminar Nasional Peternakan don Petenner 1997

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa baik hijauan Flemingia congesta maupun Gliricidia sepium dapat meningkatkan hasil padi gogo sebesar 52% bila dibandingkan dengan hasil padi gogo dari petani sekitamya.

KESIMPULAN

1 . Usahatani budidaya lorong adalah sumber hijauan pakan dan bahan organik.

2. Usahatani budidaya lorong merupakan bentuk/pola pemeliharaan temak berkelanjutan yang selalu siap akan hijauan pakan.

3 . Hasil hijauan pakan tertinggi dicapai oleh Pennisetum purpureum sebesar 6,80 ton/ha/tahun atau 18,9 kg/hari.

4 . Peranan hijauanFlemingia congesta danGliricidia sepium selain sebagai pakan juga sebagai sumber bahan' organik yang dapat meningkatkan hasil gabah kering giling padi gogo sebesar 52%.

DAFTAR PUSTAKA

BASYA, S. dan M. RANGKUTI . 1985. Penggunaan berbagai tingkat daunGliricidia niaculata dalain pemberian rumput Gajah pada sapi peranakan Ongole . Ilmu dan Peten)akan 1(8): 337 - 339.

DARIAH, A., HUSEIN SUGANDA, E. SUJITNO, S.H. TALAbHt1 dan M. SUTRISNO. 1996. Rehabilitasi lahan dengan Alang-alang. Dengan Sistem Budidaya Lorong di Pakenjeng, Kahupaten Garut, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor, 10

-12 Januari 1996. h 31 - 41 .

ERFANDi, D., A. DARIAH dan H. SUwARD1o. 1989. Pengaruh Alley Cropping terhadap Erosi_ dan Produktivitas Tanah Haplorthox Citayam. Dalam Presiding Pertemuan Teknis PenelitianTanah (Bidang Konservasi Tanah dan Air), Puslittanak, Litbang Pertanian Deptan . Bogor. h 59.

HENDIANTO clan CHAIRUL MUSLIM. 1996 Socio Economic Benchmark Survey for Upland Farmers Development Project (UFDP) di Propinsi Kalimantan Tengah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Deptan. Bogor.

MATHIUS, I.W. 1991 . Tanaman Gliricidia sebagai Bank Pakan Hijauan untuk Makanan Kambing dan Domba. Wartazoa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Litbang Pertanian, Deptan. Bogor 2 (2). h

5-9.

RAcI-nmAN, A., A. ABDURAcHMAN dan HARYONO. 1995. Erosi dart Perubahan Sifat Tanah. dan Sistem Pertanaman Lorong pada Tanah Eutropepts Ungaran. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Litbang Pertanan Deptan. Bogor 10 - 12 Januari .lI 17 - 30.

SIDiK, H.T., A. ABDURAcHMAN dan H. SUwARD1o. 1997. Pengaruh Teras Bangku, Teras Gulud, Slot Mulsa

Flemingia congesta dan Strip Rumput terhadap Erosi, Hasil Tanaman dan Ketahanan Tropuduit di Sitiung. Prosiding Peternwan Teknis Penelitian Tanah. Bidang Konservasi Tanall clan Air Puslittanak, Litbang Pertanian Deptan. h 79.

SUDHARTO, P., .IOKO TRIASTONO, ENIANG SUIITNO, AMIRUDDIN SYAM dail Zl1LKIPLI ZAINI. 1995 . Laporan Tahunan Proyek Penelitiau Usahatani Lahan Kering (UFDP) TA. 1994/1995 Pusat Penelitian Tanah

(6)

SeminarNosionalPeternakan don Veteriner 1997

TANYA JAWAB

Elizabeth Wina : Apa Dasar memilih Glirisidia dan Flemingia ? Tadi dikatakan Glirisidia dan Flemingia dapat meningkatkan bahan organik tanah, apakah ada perbedaan dari kedua legum tersebut mengingat bahwa Glirisidia taninnya tinggi sedangkan Flemingia tidak terhadap peningkatan kadar bahan organik tanah ? Pada penelitian ini berapa luas lahan yang digunakan untuk penanaman hijauan pakan ?

Tato Sudharto : Dasar pemilihan Glirisidia dan Flemingia karena : (1) Penghasilan bahan organik yang tinggi, (2) Penyumbangan unsur N yang tinggi, (3) Tahan kekeringan clan adaptasinya lugs, (4) Sebagi penahan erosi yang cukup baik. Belum diteliti mengenai pengaruh tanin terhadap peningkatan bahan organik tanah. Flemingia menyumbang nitrogen ke tanah cukup tinggi sehingga mengurangi pemupukan nitrogen. Luas lahan yang digunakan tergantung dari kemiringan lahan. Semakin lereng lahan, lahan yang digunakan semakin luas, pada lereng 15 - 30, lahan yang digunakan 500 - 600 meter.

Haryono : Seberapa jauh keuntungan petani secara ekonomi dengan adanya sistem penanaman ini? Telah diketahui rumput Gajah mengambil unsur hara dari tanah, bagaimana cara menjaga kesuburan tanahnya ?

Tato Sudharto : Dengan sistem ini petani mendapat keuntungan. Keuntungan petani 3 kali lipat dari petani di sekitarnya (petani yang tidak menanam hijauan pakan) . Dengan cara mengembalikan kotoran ternak ke lapangan (tanah) clan sisa-sisa leguminosa ke tanah.

Gambar

Tabel 3. Rata-rata hasil hijauan Flemingia congesta dan Gliricidia sepium serta padi

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahan ini nampaknya juga menyentuh dunia pendidikan yang dipandang sebagai sektor strategis untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Jaddih bermigrasi ke Papua adalah jumlah keluarga, status kepemilkan rumah, status pekerjaan dan

1.4 Batasan Masalah Dalam pembahasan skripsi ini penulis membatasi masalah bilangan dominasi dan sisi tak sensitif pada dominasi graf lintasan kabur yang dimulai dari graf

Kekurangan visualisasi dari storyboard dan pentingnya proses perancangan layout dalam pembuatan film animasi 3D mendorong penulis untuk membahas tentang topik ini dengan lebih

Setiap hari, dalam melaksanakan pengabdiannya seorang perawat tidak hanya berhubungan dengan pasien, tetapi juga dengan keluarga pasien, teman pasien, rekan kerja

Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selebriti endorser (X 1 ) dan desain produk ( X 2 ) berpengaruh secara simultan dan secar parsial

Kondisi faktor lingkungan sosial seperti tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan kuantil indeks kepemilikan merupakan determinan variabel yang dapat dimodifikasi

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah (i) Mengidentifikasi potensi wisata di Pulau Harapan TNKpS, (ii) Mengidentifikasi kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata