• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Stasiun Klimatologi Mlati i

KATA PENGANTAR

Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2018 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Mlati. Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2018 D. I. Yogyakarta disusun berdasarkan hasil pengolahan data curah hujan dengan beberapa model, data curah hujan diperoleh dari Stasiun Kerjasama BMKG D. I. Yogyakarta dengan memperhatikan dinamika atmosfer skala global/regional.

Prakiraan Musim Kemarau 2018 merupakan informasi Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018, Perbandingan Awal Musim Kemarau 2018 terhadap Rata-ratanya atau Normalnya selama 30 tahun (1981-2010), Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Kemarau 2018 dan Prakiraan Puncak Musim Kemarau 2018. Berdasarkan pengelompokan pola distribusi curah hujan rata-rata bulanan periode 30 tahun (1981-2010), maka secara klimatologis di wilayah D. I. Yogyakarta terdiri atas 8 Zona Musim (ZOM / daerah yang mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau)

Awal Musim Kemarau 2018 D. I. Yogyakarta, diprakirakan 4 ZOM (50 %) terjadi pada bulan Mei 2018 ( Mei I – Mei II), 3 ZOM (37.5 %) diprakirakan pada bulan April 2018 (April III), dan 1 ZOM (12.5 %) diprakirakan pada bulan Juni 2018 (Juni I). Sifat Hujan Musim Kemarau 2018 D. I Yogyakarta diprakirakan 5 ZOM (62.5 %) bersifat Normal (N) dan 3 ZOM (37.5 %) bersifat Atas Normal (AN). Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010) diprakirakan 6 ZOM (75.0 %) Mundur 1 dasarian, 1 ZOM (12.5 %) sama dengan rata - ratanya dan 1 ZOM (12,5 %) Maju 1 dasarian dari rata-ratanya.

Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2018 D. I. Yogyakarta ini dikirimkan ke Gubernur, Walikota, Bupati, Instansi Pemerintah dan Swasta yang terkait di D. I. Yogyakarta guna kepentingan daerah dalam menentukan kebijakan perencanaan pembangunan pertanian dan pembangunan lainnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu penyusunan publikasi dan segala kritik serta saran kami terima dengan terbuka.

Yogyakarta, Maret 2018

KEPALA

STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

AGUS SUDARYATNO, S.Kom, MM NIP. 196101201980031001

(3)

Stasiun Klimatologi Mlati ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PENGERTIAN DAN ISTILAH... I. PENDAHULUAN... II. RINGKASAN...

A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut... B. Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim D. I. Yogyakarta... III. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU PADA ZONA MUSIM D. I. YOGYAKARTA

A. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018... B. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2018

terhadap Rata-ratanya... C. Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2018...

D. Prakiraan Puncak Musim Kemarau 2018... DAFTAR TABEL

Tabel 1. Prakiraan Musim Kemarau 2018 D. I. Yogyakarta... DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018

Zona Musim D. I. Yogyakarta... Gambar 2. Peta Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2018

Terhadap Rata-ratanya Zona Musim D. I. Yogyakarta... Gambar 3. Peta Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2018 Zona Musim D. I.

Yogyakarta... Gambar 4. Peta Prakiraan Puncak Musim Kemarau 2018 Zona Musim D. I

Yogyakarta... Gambar 5. Peta Normal Awal Musim Kemarau 2018 Zona Musim D. I.

Yogyakarta... i ii iii 1 4 4 6 8 8 9 10 11 13 16 17 18 19 20

(4)

Stasiun Klimatologi Mlati iii PENGERTIAN DAN ISTILAH YANG DIPERGUNAKAN

DALAM PRAKIRAAN MUSIM

i. Awal Musim Hujan, ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya. Permulaan awal musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (1981-2010).

ii. Awal Musim Kemarau, ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya. Permulaan awal musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (1981-2010).

iii. Dasarian

a. Dasarian adalah masa selama 10 hari.

b. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 kategori dasarian yaitu : 1. Dasarian I : Masa dari tanggal 1 s/d 10.

2. Dasarian II : Masa dari tanggal 11 s/d 20.

3. Dasarian III : Masa dari tanggal 21 hingga akhir bulan.

iv. Sifat hujan, merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim) dengan curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode).

Sifat hujan di kategorikan :

a. Atas Normal (AN) : jika curah hujan > 115% terhadap rata- ratanya.

b. Normal (N) : jika curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya. c. Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan < 85% terhadap rata-ratanya.

v. Zona Musim (ZOM) adalah daerah-daerah yang mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau (umumnya pola Monsun).

vi. Non ZOM adalah daerah-daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, dalam hal ini daerah yang sepanjang tahun curah hujan.

vii. Puncak Musim Kemarau adalah waktu dimana terdapat jumlah curah hujan terendah selama 3 dasarian berturut-turut.

(5)

Stasiun Klimatologi Mlati 1

I. PENDAHULUAN

Posisi geografis Indonesia yang strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua

Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia

rentan terhadap fenomena perubahan cuaca / iklim. Kondisi iklim Indonesia dipengaruhi fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang bersumber dari wilayah timur Indonesia (Ekuator Pasifik Tengah) dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang bersumber dari wilayah barat Indonesia (Samudera Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika), disamping dipengaruhi oleh fenomena regional, seperti

sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau

Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia.

Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang memiliki daerah pegunungan, daerah berlembah, serta banyak pantai, merupakan topografi lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia memiliki 407 pola iklim, dimana

342 pola merupakan Zona Musim (ZOM) terdapat perbedaan yang jelas antara

periode musim hujan dan periode musim kemarau (umumnya pola Monsun), sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki 2 maksimum curah hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) atau daerah dimana sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah.

Fenomena yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia

1. El Nino Southern Oscillation (ENSO)

El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya) maka disebut El Nino, namun jika anomali suhu permukaan laut Negatif disebut La Nina. Sementara

(6)

Stasiun Klimatologi Mlati 2

itu dampak pengaruh El Nino di Indonesia, sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. El Nino yang berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara drastis, baru akan terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat, El Nino tidak menyebabkan berkurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia. Disamping itu, mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh El Nino. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Seperti halnya El Nino, dampak La Nina tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia.

2. Indian Ocean Dipole (IOD)

Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI).

Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

3. Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya membentuk pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Pola angin timuran/ tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.

(7)

Stasiun Klimatologi Mlati 3 4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone/

ITCZ)

ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) merupakan daerah tekanan rendah

yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.

5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu permukaan laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer.

(8)

Stasiun Klimatologi Mlati 4

II. RINGKASAN

A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut

Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena alam meliputi : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Sirkulasi Monsun Asia - Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan Laut Indonesia.

Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut dimaksud yang akan terjadi pada Musim Kemarau 2018, adalah :

1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena ENSO dan IOD

a. El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Sejak bulan September 2017, kondisi di Ekuator Pasifik Tengah (region Nino3.4) berada pada kondisi yang cenderung dingin, kondisi ini diprediksi terus berlanjut hingga Mei 2018 kemudian meluruh menuju Netral pada Juni-Juli 2018. Pada akhir Februari 2018 indeks Nino3.4 berada pada kondisi La

Nina Lemah dengan indeksnya bernilai -0.87.

Beberapa prediksi menunjukkan bahwa kondisi La Nina Lemah akan meluruh pada pertengahan 2018. Dalam kaitan ini memberikan indikasi

bahwa awal Musim Kemarau 2018 di wilayah Indonesia tidak signifikan terpengaruh kondisi El Nino seiring meluruhnya ke kondisi Netral.

b. Indian Ocean Dipole (IOD)

Nilai Dipole Mode Index (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : -0.38 (Desember 2017); -0.33 (Januari 2018) dan +0.53 (Februari 2018). Sementara, prediksi Dipole Mode Indeks (DMI) pada bulan Maret hingga Juli 2018 berkisar pada nilai -0.20 s/d +0.38. Nilai ini berada pada kondisi normal. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2018, uap

air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia dalam kondisi Normal.

(9)

Stasiun Klimatologi Mlati 5 2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Sirkulasi Monsun Asia - Australia,

ITCZ dan Suhu Permukaan Laut Indonesia

a. Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Hingga akhir Februari 2018 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya masih dalam kisaran normalnya. Sirkulasi angin pada lapisan 850mb untuk wilayah Indonesia bagian selatan bertiup dari arah barat, sedangkan di wilayah Indonesia bagian utara angin berbelok dari arah timur laut ke tenggara. Diprakirakan bahwa monsun Asia diprediksi masih normal hingga Maret 2018.

b. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)

Posisi Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) pada akhir Februari 2018 dominan masih berada di selatan ekuator dan akan bergerak ke arah utara menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya. Jika dibandingkan terhadap posisi rata-ratanya, posisi tersebut cukup sesuai dengan kisaran rata-rata, sehingga potensi sifat musim kemarau di beberapa wilayah diprakirakan akan cenderung normal sesuai kondisi rata-rata wilayah masing-masing.

c. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Hingga akhir Februari 2018, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi netral dengan anomali suhu berkisar -1°C s/d +1°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih hangat berada di perairan utara Sulawesi dan sekitar kepulauan Maluku yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai +1°C. Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Kemarau 2018 diprakirakan sebagai berikut :

1) Umumnya wilayah perairan Indonesia diprakirakan akan hangat hingga Juli 2018 dengan anomali suhu berkisar 0.5°C s/d +2°C.

(10)

Stasiun Klimatologi Mlati 6

2) Wilayah perairan Indonesia lainnya seperti Sumatera bagian utara diprakirakan akan cenderung normal dengan anomali suhu permukaan laut berkisar antara -0.5oC s/d 0.5°C.

B. Prakiraan Musim Kemarau 2018 Pada 8 Zona Musim (ZOM) di Daerah

Istimewa Yogyakarta

1. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018

- April III 2018 : 3 ZOM (37.5 % dari 8 ZOM) - Mei I 2018 : 3 ZOM (37.5 % dari 8 ZOM)

- Mei II 2018 : 1 ZOM (12.5 % dari 8 ZOM)

- Juni I 2018 : 1 ZOM (12.5 % dari 8 ZOM)

2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 Terhadap Rata-Ratanya (Periode 1981-2010)

- Maju dari rata-ratanya : 1 ZOM (12.5 % dari 8 ZOM) - Sama dengan rata-ratanya : 1 ZOM (12.5 % dari 8 ZOM) - Mundur dari rata-ratanya : 6 ZOM (75.0 % dari 8 ZOM)

3. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2018

- Atas Normal (AN) : 3 ZOM (37.5 % dari 8 ZOM)

- Normal (N) : 5 ZOM (62.5 % dari 8 ZOM)

- Bawah Normal (BN) : -

4. Prakiraan Puncak Musim Kemarau 2018

- Agustus I – Agustus III : 5 ZOM (62.5 % dari 8 ZOM) - Agustus II – September I : 2 ZOM (25.0 % dari 8 ZOM) - Agustus III – September II : 1 ZOM (12.5 % dari 8 ZOM)

Prakiraan Musim Kemarau 2018 di wilayah D. I. Yogyakarta secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Awal Musim Kemarau 2018 di 8 Zona Musim (ZOM) diprakirakan sebagian besar berkisar pada bulan Mei 2018, tepatnya Mei I sebesar 37.5 % dan Mei II sebesar 12.5 % serta pada bulan April 2018 tepatnya pada April III sebesar 37.5 %.

2) Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010), Awal Musim Kemarau 2018 sebagian besar mundur 1 dasarian dari rata-ratanya berkisar 75 %

(11)

Stasiun Klimatologi Mlati 7

dan sebagian kecil sama dengan rata-ratanya serta maju 1 dasarian dari rata – ratanya masing – masing berkisar 12.5 %.

3) Sifat Hujan selama Musim Kemarau 2018 di sebagian besar Zona Musim (ZOM) diprakirakan sebagian besar bersifat Normal (N) sebesar 62.5 % dan sebagian kecil

Atas Normal (AN) berkisar 37.5 %.

4) Puncak musim kemarau 2018 diprakirakan sebagian besar terjadi di Agustus I – Agustus III sebesar 62.5 %, Agustus II – September I sebesar 25.0 % dan Agustus III – September II sebesar 12.5 %

(12)

Stasiun Klimatologi Mlati 8

III. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2018 PADA ZONA MUSIM (ZOM)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

A. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018.

Prakiraan awal musim kemarau tahun 2018 Daerah Istimewa Yogyakarta diprakirakan sebagai berikut :

AWAL MUSIM KEMARAU

KABUPATEN

KECAMATAN

Kulon Progo Wates, Sentolo, Panjatan, Kokap, sebagian Galur, Lendah, besar Pengasih dan Girimulyo bagian selatan

Sleman Sebagian Gamping dan Moyudan bagian selatan

April Dasarian III Kota Yogyakarta Umbulharjo bagian selatan.

Bantul

Srandakan, Sanden, sebagian besar Kretek, Bambang Lipuro, Pandak, Jetis, Bantul, Pajangan, Sedayu, Kasihan, Sewon, Pleret, Imogiri bagian utara, Pundong bagian utara, Sebagian besar Banguntapan dan Piyungan bagian barat.

Gunungkidul

Panggang, Saptosari, Tepus, Romgkop, Semanu, Paliyan, Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong, Semin, Nglipar, Patuk, sebagian besar Gedangsari, dan Ngawen.

Kulon Progo

Nanggulan bagian Utara, Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo bagian utara, Kokap bagian barat dan Pengasih bagian utara

Sleman Sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Sleman bagian Selatan.

Mei Dasarian I Kota Yogyakarta Sebagian besar Kecamatan di kKta Yogyakarta bagian utara.

Bantul Sebagian kecil Kecamatan Sedayu, Banguntapan, dan Piyungan.

Gunungkidul Sebagian kecil Kecamatan Gedangsari dan Ngawen.

Kulon Progo -

Mei Dasarian II Sleman Sebagian kecil kecamatan Tempel, dan Sebagian besar kecamatan Turi, Pakem,

(13)

Stasiun Klimatologi Mlati 9 AWAL MUSIM KEMARAU KABUPATEN KECAMATAN dan Cangkringan. Kota Yogyakarta - Bantul - Gunungkidul - Kulon Progo -

Sleman Pakem bagian utara dan Cangkringan bagian utara

Juni Dasarian I Kota Yogyakarta -

Bantul -

Gunungkidul -

B. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2018 Terhadap Rata - Ratanya PERBANDINGAN AWAL MUSIM KEMARAU KABUPATEN KECAMATAN Kulon Progo - Maju Sleman -

(I – III Dasarian) Kota Yogyakarta -

Bantul Sebagian kecil Piyungan dan sebagian besar Dlingo.

Gunungkidul

Sebagian kecil Kecamatan Semanu. Sebagian besar Kecamatan

Gedangsari, Ngawen, Ponjong, Wonosari, dan Playen.

Seluruh Kecamatan Patuk, Nglipar, Karangmojo, dan Semin.

Kulon Progo Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Nanggulan, Kokap, Pengasih dan Temon.

Sleman Gamping dan sebagian kecil Moyudan.

(14)

Stasiun Klimatologi Mlati 10 PERBANDINGAN AWAL MUSIM KEMARAU KABUPATEN KECAMATAN

Bantul Sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Bantul.

Gunungkidul -

Kulon Progo -

Mundur Sleman -

(I – III Dasarian) Kota Yogyakarta -

Bantul Sebagian kecil Piyungan dan sebagian besar Dlingo.

Gunungkidul

Sebagian kecil kecamatan Wonosari, Semanu.

Sebagian besar Kecamatan

Gedangsari, Ngawen, Ponjong dan Playen.

Seluruh Kecamatan Patuk, Nglipar, Semin, dan Karangmojo.

C. Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2018

SIFAT

MUSIM KEMARAU KABUPATEN KECAMATAN

Kulon Progo Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Nanggulan, Kokap, Pengasih dan Temon.

Atas Normal

(AN) Sleman

Sebagian kecil Kecamatan Moyudan dan Gamping.

Kota Yogyakarta Sebagian kecil Kota Yogyakarta.

Bantul Sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Bantul.

Gunungkidul

Sebagian kecil Playen, Wonosari, dan Ponjong.

Sebagian besar Semanu.

Seluruh Kecamatan Panggang, Saptosari, Paliyan, Tepus, dan Rongkop.

Kulon Progo Sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo bagian utara.

Sleman Sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Sleman.

(15)

Stasiun Klimatologi Mlati 11

SIFAT

MUSIM KEMARAU KABUPATEN KECAMATAN

Normal Kota Yogyakarta Sebagian besar Kota Yogyakarta.

(N) Bantul Sebagian kecil Kecamatan Sedayu, Banguntapan, dan Piyungan.

Gunungkidul Sebagian besar Kecamatan di Gunungkidul bagian utara.

Kulon Progo -

Bawah Normal Sleman -

(BN) Kota Yogyakarta -

Bantul -

Gunungkidul -

D. Prakiraan Puncak Musim Kemarau 2018

PUNCAK MUSIM

KEMARAU KABUPATEN KECAMATAN

Kulon Progo Seluruh Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo.

Agustus I - III Sleman

Sebagian kecil Mlati dan Ngemplak. Sebagian besar Gamping, Ngaglik, dan Cangkringan.

Seluruh Moyudan, Godean, Minggir, Seyegan, Sleman, Tempel, Turi, dan Pakem.

Kota Yogyakarta Sebagian kecil Kota Yogyakarta.

Bantul Sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Bantul.

Gunungkidul -

Kulon Progo -

Sleman

Sebagian kecil Cangkringan, Ngaglik, Mlati, dan Gamping.

Sebagian besar Kecamatan Ngemplak dan Depok.

Seluruh Berbah, Prambanan, dan Kalasan.

Agustus II - Kota Yogyakarta Sebagian besar Kota Yogyakarta.

September I Bantul Sebagian kecil Kecamatan Kretek, Pundong, Imogiri, Dlingo, dan

(16)

Stasiun Klimatologi Mlati 12

PUNCAK MUSIM

KEMARAU KABUPATEN KECAMATAN

Piyungan.

Gunungkidul

Sebagian kecil Kecamatan Gedangsari, Ngawen, Playen, Wonosari, dan Ponjong.

Sebagian besar Kecamatan Semanu. Seluruh Kecamatan Panggang, Paliyan, Saptosari, Tepus, dan Rongkop.

Kulon Progo -

Agustus III - Sleman Sebagian kecil Kecamatan Prambanan.

September II Kota Yogyakarta Sebagian besar Kota Yogyakarta.

Bantul Sebagian kecil Kecamatan Piyungan, dan sebagian besar Dlingo.

Gunungkidul

Sebagian kecil Kecamatan Wonosari dan Semanu.

Sebagian besar Kecamatan Playen, Wonosari, Ponjong, Gedangsari, dan Ngawen.

Seluruh Kecamatan Patuk, Nglipar, Karangmojo, dan Semin.

(17)

Stasiun Klimatologi Mlati 13 T A B E L 1 . P R A K IR A A N M U S IM K E M A R A U T A H U N 2 0 1 8 D A E R A H IS T IM E W A Y O G Y A K A R T A N O M O R Z O M D A E R A H / K A B U P A T E N K E C A M A T A N R A T A -R A T A A W A L M U S IM K E M A R A U P R A K IR A A N A W A L M U S IM K E M A R A U 2 0 1 8 P E R B A N D IN G A N P R A K IR A A N A W A L M U S IM K E M A R A U 2 0 1 8 T E R H A D A P R A T A -R A T A N Y A N O R M A L P A N J A N G M U S IM ( D A S A R IA N ) N O R M A L C U R A H H U J A N ( M M ) P R A K IR A A N C U R A H H U J A N M U S IM K E M A R A U 2018 P R A K IR A A N S IF A T H U J A N M U S IM K E M A R A U 2018 117 K ul o n P ro g o K o ka p b ag ia n b ar at d an T e m o n b ag ia n b ar at A P R I II A P R I II M E I II +1 17 3 1 1 4 2 0 > 4 2 0 AN 121 K ab up at e n S le m an P ak e m b ag ia n ut ar a d an C an g kr in g an b ag ia n ut ar a M E I II I M E I II I - JU N I I +1 14 3 0 4 4 1 1 3 0 4 4 1 1 N K ab up at e n G un un g K id ul G e d an g sa ri b ag ia n ut ar a d an N g aw e n b ag ia n ut ar a K ab up at e n B an tu l P iy un g an b ag ia n ut ar a, B an g un ta p an b ag ia n ut ar a. 136 +2 N +1 N 18 M E I I - M E I II I A P R I II M E I II K ab up at e n S le m an K ab up at e n S le m an K o ta Y o g ya ka rt a 138 2 6 7 3 6 2 2 6 7 3 6 2 18 3 6 8 4 9 8 3 0 4 4 1 1 A P R I II A P R I II T ur i b ag ia n ut ar a, P ak e m b ag ia n te ng ah , C an g kr in g an b ag ia n te ng ah d an T e m p e l b ag ia n ut ar a N g e m p la k, C an g kr in g an b ag ia n se la ta n, N g ag lik b ag ia n tim ur , K al as an , D e p o k, B e rb ah d an P ra m b an an T e g al re jo , J e tis , G o nd o ku su m an d an U m b ul ha rjo b ag ia n ut ar a

(18)

Stasiun Klimatologi Mlati 14 N O M O R Z O M D A E R A H / K A B U P A T E N K E C A M A T A N R A T A -R A T A A W A L M U S IM K E M A R A U P R A K IR A A N A W A L M U S IM K E M A R A U 2 0 1 8 P E R B A N D IN G A N P R A K IR A A N A W A L M U S IM K E M A R A U 2 0 1 8 T E R H A D A P R A T A -R A T A N Y A P A N J A N G M U S IM ( D A S A R IA N ) N O R M A L C U R A H H U J A N ( M M ) P R A K IR A A N C U R A H H U J A N M U S IM K E M A R A U 2018 P R A K IR A A N S IF A T H U J A N M U S IM K E M A R A U 2018 K a b u p a te n K u lo n P ro g o N A P R I II M E I II A P R I I - M E I I K a b u p a te n K u lo n P ro g o 139 140 K a b u p a te n S le m a n 2 7 9 3 7 8 2 7 9 3 7 8 0 AN 18 2 4 0 3 2 5 > 3 2 5 16 +1 A P R I II A P R I II N a n g g u la n , K a lib a w a n g , S a m ig a lu h , G ir im u ly o b a g ia n u ta ra , K o ka p b a g ia n u ta ra d a n P e n g a s ih b a g ia n u ta ra M in g g ir , s e b a g ia n b e s a r M o yu d a n , G o d e a n , S e ye g a n , M la ti, S le m a n , T e m p e l b a g ia n s e la ta n , T u ri b a g ia n s e la ta n , P a ke m b a g ia n s e la ta n d a n s e b a g ia n b e s a r N g a g lik . W a te s , P a n ja ta n , G a lu r, L e n d a h , S e n to lo , K o ka p , s e b a g ia n b e s a r P e n g a s ih d a n G ir im u ly o b a g a ia n s e la ta n S ra n d a ka n , S a n d e n , s e b a g ia n b e s a r K re te k, B a m b a n g L ip u ro , P a n d a k, J e tis , B a n tu l, P a ja n g a n , S e d a yu , K a s ih a n , S e w o n , P le re t, I m o g ir i b a g ia n u ta ra , P u n d o n g b a g ia n u ta ra , S e b a g ia n b e s a r B a n g u n ta p a n d a n P iy u n g a n b a g ia n b a ra t. K a b u p a te n S le m a n G a m p in g d a n M o yu d a n b a g ia n s e la ta n K o ta Y o g ya ka rt a U m b u lh a rj o b a g ia n s e la ta n K a b u p a te n B a n tu l

(19)

Stasiun Klimatologi Mlati 15 Ke te ra n g a n : a. I, II ,I II : M e n u n ju k k a n d a sa ri a n p a d a b u la n y a n g b e rsa n g k u ta n . b. ( - ) : Pe rm u la a n Mu si m Ke ma ra u M a ju T e rh a d a p R a ta – ra ta n y a . c. ( 0 ) : Pe rm u la a n Mu si m Ke ma ra u Sa ma d e n g a n R a ta – ra ta n y a . d. ( + ) : Pe rm u la a n Mu si m Ke ma ra u M u n d u r T e rh a d a p R a ta – ra ta n ya N O M O R Z O M D A E R A H / K A B U P A T E N K E C A M A T A N R A T A -R A T A A W A L M U S IM K E M A R A U P R A K IR A A N A W A L M U S IM K E M A R A U 2 0 1 8 P E R B A N D IN G A N P R A K IR A A N A W A L M U S IM K E M A R A U 2 0 1 8 T E R H A D A P R A T A -R A T A N Y A P A N J A N G M U S IM ( D A S A R IA N ) N O R M A L C U R A H H U J A N ( M M ) P R A K IR A A N C U R A H H U J A N M U S IM K E M A R A U 2018 P R A K IR A A N S IF A T H U J A N M U S IM K E M A R A U 2018 K a b u p a te n B a n tu l S e b a g ia n b e s a r D lin g o d a n P iy u n g a n b a g ia n b a g ia n tim u r. K a b u p a te n B a n tu l K re te k b a g ia n t im u r, P u n d o n g b a g ia n s e la ta n , Im o g ir i b a g ia n s e la ta n d a n D lin g o b a g ia n s e la ta n 142 A P R I I - M E I I A P R I I - M E I I K a b u p a te n G u n u n g K id u l 141 A P R I I -1 N +1 AN 20 2 7 8 3 7 6 > 3 7 6 2 7 0 3 6 5 2 7 0 3 6 5 17 M E I I P u rw o s a ri , P a n g g a n g , S a p to s a ri , P a liy a n ,T a n ju n g s a ri , T e p u s , R o n g ko p , G ir is u b o , P o n jo n g b a a g ia n s e la ta n , P la ye n b a g ia n s e la ta n , W o n o s a ri b a g ia n s e la ta n d a n s e b a g ia n b e s a r S e m a n u . S e lu ru h P a tu k, N g lip a r, K a ra n g m o jo , S e m in , s e b a g ia n b e s a r ( P o n jo n g , P la ye n , W o n o s a ri , G e d a n g s a ri , N g a w e n ) d a n S e m a n u b a g ia n u ta ra . K a b u p a te n G u n u n g K id u l

(20)

Stasiun Klimatologi Mlati 16 G A M B A R 1. P E T A P R A K IR A A N A W A L M U S IM K E M A R A U T A H U N 2018 Z O N A M U S IM D A E R A H IS T IM E W A Y O G Y A K A R T A

(21)

Stasiun Klimatologi Mlati 17 P E T A P E R B A N D IN G A N A W A L M U S IM K E M A R A U T A H U N 20 18 G A M B A R 2. T E R H A D A P R A T A R A T A N Y A Z O N A M U S IM D A E R A H IS T IM E W A Y O G Y A K A R T A

(22)

Stasiun Klimatologi Mlati 18 G A M B A R 3. P E T A P R A K IR A A N S IF A T M U S IM K E M A R A U T A H U N 2018 Z O N A M U S IM D A E R A H IS T IM E W A Y O G Y A K A R T A

(23)

Stasiun Klimatologi Mlati 19 Z O N A M U S IM D A E R A H IS T IM E W A Y O G Y A K A R T A G A M B A R 4. P E T A P R A K IR A A N P U N C A K M U S IM K E M A R A U T A H U N 2018

(24)

Stasiun Klimatologi Mlati 20 G A M B A R 5. P E T A N O R M A L A W A L M U S IM K E M A R A U Z O N A M U S IM D A E R A H IS T IM E W A Y O G Y A K A R T A

(25)

Gambar

GAMBAR 4. PETA PRAKIRAAN PUNCAK MUSIM KEMARAU TAHUN 2018

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai pelengkap pembahasan, pengamat juga membahas terkait dengan cara untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan administrasi bongkar dan muat

Dengan memanjat puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan skripsi yang berjudul : IMPLEMENTASI SAK-EMKM (Standart

oleh search engines (Google, Live Search/Bing), jumlah eksternal link yang unik atau tautan link (backlink) yang diterima oleh domain web perguruan tinggi (inlinks) yang tertangkap

Pada  Bendungan  Manggar  terpasang  14  buah  sumur  observasi,  4  buah  di  antaranya  merupakan  sumur  observasi  lama  dan  10  buah  lainnya  adalah 

Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang

Model yang kedua adalah &#34; daur bahan bakar tertutup&#34; ( closed fuel cycle) dimana pada model Ini uranium dan plutonium dipungut dari bahan bakar bekas melalui proses olah

Alterasi transisi ini merupakan bentuk terluar yang luas dan berasosiasi dengan klorit-actinolit-biotit-magnetit Karakteristik dari alterasi transisi ditandai dengan hadirnya

Dalam ketentuan Pasal 2A Ayat (3) dan (4) PP 72 Th 2016 tentang Perubahan Atas PP Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan Dan Penatausahaan Modal Negara Pada