• Tidak ada hasil yang ditemukan

HERNIA VENTRALIS PADA KUCING LOKAL BETINA. Oleh I Wayan Gorda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HERNIA VENTRALIS PADA KUCING LOKAL BETINA. Oleh I Wayan Gorda"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

HERNIA VENTRALIS PADA KUCING LOKAL BETINA

Oleh I Wayan Gorda

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kucing merupakan salah satu hewan mamalia yang dijadikan sebagai hewan peliharaan atau hewan kesayangan. Pemeliharan kucing sebagai hewan kesayangan tidaklah mudah. Perlu diperhatikan status kesehatan, asupan gizi yang diperlukan, perawatan terhadap kucing serta kebersihan kandang dan lingkungan sekitar. Kucing yang dipelihara di dalam rumah perlu disiapkan kotak yang berisi pasir sebagai tempat pembuangan feses dan urin. Kucing termasuk hewan yang bersih karena sering merawat diri dengan cara menjilati rambut. Melakukan vaksinasi secara teratur dapat membuat kucing kebal terhadap penyakit infeksius. Namun demikian, kucing dapat terserang penyakit lain yang bukan disebabkan oleh agen infeksius seperti hernia. Hernia adalah persembulan organ visceral abdominal melalui suatu lubang, masuk ke dalam suatu kantong yang terdiri dari peritoneum, tunica flava dan kulit. Penyebab terjadinya hernia biasanya adalah secara kongenital yaitu hernia yang didapat sejak lahir dan hernia perolehan yang didapat akibat atropi otot, proses traumatik serta proses peradangan pada muskulus di bagian perut (Sudisma dkk, 2006).

Pada kasus ini, kucing yang digunakan sebagai kasus memiliki persembulan di daerah abdominal bagian ventral. Kasus ini didiagnosis sebagai hernia ventralis karena lokasinya yang berada di daerah ventral. Kucing kasus memiliki riwayat sudah pernah dilakukan sterilisasi (ovariohysterectomy) sekitar 8 bulan sebelumnya, dan hernia muncul pada bagian bekas site operasi tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena kesalahan operator sebelumnya ataupun kelalaian owner pada saat proses penyembuhan sehingga jahitan pada kucing kasus terlepas dan akhirnya munculah bentukan hernia ini.

(5)

1.2 Tujuan

Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengetahui cara mendiagnosis, prosedur operasi dan terapi untuk kasus hernia ventralis, khususnya dalam kasus ini yaitu pada kucing lokal betina.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dalam penulisan laporan ini yaitu memberikan informasi serta menambah keterampilan bagi mahasiswa dalam melakukan diagnosis dan prosedur operasi hernia ventralis pada kucing lokal betina.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hernia

Hernia adalah pembukaan atau kelemahan dalam struktur otot dinding perut. Cacat ini menyebabkan peninjolan dari dinding perut. Hal ini lebih terlihat ketika otot-otot perut dikencangkan, sehingga meningkatkan tekanan dalam perut.

Hernia insisional merupakan hernia yang terjadi pada daerah yang mengalami kelemahan yang disebabkan oleh luka operasi yang belum sembuh secara sempurna. Dengan kata lain, telah terjadi gap abdominal baik dengan atau tanpa adanya penonjolan pada area postoperatif yang dapat dipersepsikan atau dipalpasi dengan pemeriksaan klinis maupun pencitraan. Karena insisi median pada abdomen sering dilakuakan dalam operasi eksplorasi abdomen, hernia insisional ventral disebut hernia ventralis (LeBlanc, 2005).

Menurut Sudisma dkk (2006) Penyebab hernia biasanya adalah secara kongenital yaitu hernia terjadi sejak lahir. Contohnya hernia umbilikalis. Umbilikalis tidak menutup setelah lahir sehingga menjadi lubang hernia dan bisa juga secara perolehan (aquisite) yang disebabkan karena atropi otot atau fascia, karena proses traumatik, proses peradangan pada musculus dibagian perut. Secara umum hernia dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:

a) Hernia sejati yaitu hernia yang penonjolanya terlihat dari luar dan memenuhi beberapa kriteria yaitu adanya lubang hernia, cincin hernia, kantong hernia dan adanya isi hernia (organ visceral/abdominal), contohnya adalah hernia umbilikalis, hernia ventralis, hernia scrotalis, dan hernia inguinalis.

b) Hernia semu apabila penonjolan hernia tidak tampak dari luar dan lubang hernia terletak didalam rogga perut, contohnya adalah hernia diafragmatika, hernia nucleus pulposus, hernia mentalis dan hernia enterocele funiculi spermatica. Apabila dilihat dari kedudukanya hernia

(7)

dapat dibedakan menjadi hernia umbilkalis, hernia inguinalis, hernia scrotalis, hernia ventralis, hernia femoralis dan hernia perinealis. Sedangkan menurut reposisinya hernia dibagi atas hernia reducible apabila isi hernia bisa direposisi ketempat asalnya dan hernia irreducible apabila isi hernia tidak bisa direposisi.

Sedangkan menurut kemungkinan reposisinya, hernia dibedakan atas : a) Hernia reducible yaitu bila isi hernia dapat direposisi ke tempat asal

b) Hernia irreducible jika isi hernia tidak dapat direposisi. Penyebabnya yaitu isi hernia besar sedangkan gerbang/cincinnya sempit (Hernia incarcerata), isi hernia terjepit oleh lubang hernia (Hernia strangulata), dan isi hernia mengalami adhesi dengan kantong hernia (Hernia adhesi). Berdasarkan isinya, hernia terdiri atas hernia intercele (berisi usus), epiplocele (berisi omentum), histerocele (berisi uterus), gastrocele (berisi lambung), cystocele (berisi vesica urinaria), dan hernia mesenterocele (berisi mesenterium) (Sudisma dkk, 2006).

2.2. Hernia Ventralis

Merupakan keadaan dimana penutupan peritoneum daerah para median abdomen yang tidak sempurna dan menimbulkan saluran atau lorong. hernia bisa bersifat kongenital tetapi banyak terjadi karena trauma seperti kecelakaan dan luka gigitan. Hernia ventralis merupakan hernia palsu, karena hernia ini tidak memiliki kantong peritoneum. Berkaitan dengan hernia akibat benda tumpul, hernia ini muncul sebagai akibat dari rupturnya dinding perut bagian dalam karena tekanan intra abdomen yang meningkat sementara otot abdomen berkontraksi (Fossum, 2007).

2.3 Etiologi

Hernia ventralis merupakan hernia yang bisa terjadi akibat kongenital maupun secara dapatan. Kongenital biasanya sudah terjadi sejak lahir sedangkan dapatan dapat terjadi sebagai akibat trauma . Hernia jenis ini terjadi selain karena lemahnya dinding abdominal juga dapat terjadi karena penyembuhan insisi bedah yang buruk.

(8)

2.4 Tanda Klinis

Kucing tersebut memiliki tanda klinis yaitu terdapat benjolan pada daerah abdomen tepat pada bagian ventral dan diduga benjolan ini muncul akibat adanya benturan sehingga bekas jahitan operasi yang telah dilakukan pada rongga abdomen sebelumnya terlepas. Terbukti dari adanya bentukan massa yang saat dipalpasi terasa lembut kenyal seperti organ dalam yang keluar dari rongga yang seharusnya.

2.5 Diagnosis

Diagnosis hernia ventralis dapat dilakukan melalui palpasi dengan menemukan cincin hernia pada kucing dimana isi hernia dari dalam rongga abdominal akan keluar karena terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang keluar dari rongga.

Bila diinspeksi, terlihat adanya benjolan akibat adanya lemak. Tingkat keparahan dari suatu hernia tergantung pada isi hernia, ada tidaknya perlekatan antara isi dan cincin hernia serta besar kecilnya cincin hernia. Masalah akan muncul apabila pembuluh darah dari organ visceral abdomen yang keluar, terjepit pada cincin hernia. Kemudian darah tidak dapat mengalir kembali dan bagian tersebut akan kehilangan suplai darah sehingga jaringan tersebut mengalami kematian (Smith and Foster, 2007).

2.6 Prognosis

Prognosis dari penanganan kasus hernia ventralis ini adalah fausta.

2.7 Terapi

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus ini adalah pembedahan untuk mengembalikan (reposisi) isi hernia tersebut kedalam rongga abdomen. Prosedur tindakan pembedahan meliputi: Herniorafi (pergerakan kantong hernia), Hernio plasti (penjahitan penguatan untuk memperbaiki hernia yang meluas), dan Reseksi usus (perbaikan usus yang iskemik).

(9)

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Hewan kasus

Hewan kasus yang digunakan yaitu kucing lokal betina berumur 4 tahun, berwarna belang tiga, dengan berat 3,4 kg. Hewan memiliki benjolan di daerah abdomen bagian ventral sinistra.

3.1.2 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam pembedahan ini adalah scalpel, mata pisau, allice forceps, artery clamps, drape clamps, gunting operasi lurus dan bengkok, pinset bergerigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum, intravena catheter, infus set, jarum suntik 3 ml dan 10 ml, urine catheter, endotracheal tube, stomach tube.

3.1.3 Bahan dan obat

Bahan yang dipersiapkan adalah tampon, plester, alkohol 70%, iodine, ringer laktat, Nacl 0,9%, gloves dan masker. Sedangkan obat yang digunakan adalah atropine sulfat sebagai premedikasi, xylasin dan ketamine yang dikombinasikan sebagai anestesi, penicillin-streptomicin injeksi, amoxicillin sirup 3 ml per pemberian, dexamethasone 0,5 mg 1 tab per pemberian (dosis terlampir).

3.2 Metode 3.2.1 Praoperasi

a. Persiapan ruang operasi

Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.

(10)

b. Preparasi alat

 Sterilisasi alat-alat bedah

Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah dan kain drip, agar jaringan yang steril atau pembuluh darah pada kucing yang akan dibedah tidak terkontaminasi.

c. Persiapan hewan kasus  Pemeriksaan hewan

Persiapan hewan, hewan yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan meliputi signalemen, anamnesa, dan status present. Hewan yang akan dioperasi dilakukan pencatatan signalemen, anamnesa, dan pemeriksaan klinik. Sebelum dilakukan operasi, hewan dipuasakan selama 12 jam agar hewan tidak muntah pada waktu teranaesthesia;

Hewan diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropine sulphate sebanyak 0,5 ml secara subkutan (dosis terlampir);

 Hewan disiapkan secara aseptik, kemudian dilakukan pemasangan intravena kateter untuk infus lactat ringer;

 Setelah 10 menit, kemudian di anestesi menggunakan kombinasi xylazine dan ketamine dengan jumlah pemberian masing-masing 0,2 ml xylazine dan 0,8 ml ketamine secara intra vena (dosis terlampir);

Setelah teranestesi, hewan kasus ditempatkan pada posisi dorsal recumbency dan dilakukan pemasangan ETT;

 Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptik. d. Persiapan perlengkapan operator dan asisten operator

Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten adalah masker, penutup kepala, dan sarung tangan serta menggunakan pakaian khusus operasi. Perlengkapan-perlengkapan tersebut sebelumnya telah disterilisasi.

(11)

3.2.2 Teknik operasi

1. Kucing diletakkan dalam posisi dorsal recumbency. 2. Lakukan incisi pada daerah hernia.

3. Sebagian isi hernia yang berupa lemak dihilangkan dan sebagian direposisi.

4. Buat luka baru pada cincin hernia.

5. Lakukan jahitan pada peritoneum menggunakan benang vicryl dengan pola sederhana terputus.

6. Muskulus ditutup dengan pola jahitan sederhana terputus menggunakan benang chromic catgut 3/0.

7. Subkutikuler ditutup dengan pola jahitan sederhana menerus menggunakan benang chromic catgut 3/0.

8. Kulit ditutup dengan pola jahitan sederhana terputus menggunakan benang silk.

9. Bekas jahitan diberikan iodine kemudian ditutup dengan hypafix.

*sebelum dilakukan penjahitan, teteskan dengan suspensi penicillin-streptomicin yang dicampur dengan NaCl dengan perbandingan 1 ml : 9 ml.

3.2.3 Pascaoperasi

Setelah dilakukan pembedahan, diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi dengan menginjeksikan suspensi penicillin-streptomicin sebanyak 0,3 ml secara intramuskular. Setelah itu diberikan amoxicillin sirup 125 mg yang diberikan peroral 3 kali sehari sebanyak 3 ml tiap pemberian dan dexamethasone 0,5 mg secara oral 2 kali sehari sebanyak 1 tablet tiap pemberian. Serta ditaburkan bubuk enbatic dengan kandungan bacitracin zinc 250 IU dan neomycin sulfate 5 mg 2 kali sehari.

(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Pemeriksaan fisik sebelum operasi

Hari/tanggal : Jumat, 17 Juni 2016 Denyut jantung :132 x/menit Jenis hewan/Breed : Kucing/Lokal Respirasi : 30 x/menit

Nama hewan : Oming Suhu (ºC) : 39,4

Jenis kelamin : Betina Pulsus : 120 x/menit Umur/BB hewan : 4 tahun/3,4 kg CRT : 2 detik

4.1.2 Pemeriksaan status present hewan saat operasi Tabel 4.1 Pemeriksaan status present hewan saat operasi

(menit ke-) Waktu (WITA) Denyut jantung (x/menit) Respirasi (x/menit) CRT (detik) Suhu rektal (ºC) Pulsus (x/menit) 0 10.15 132 30 2 39.4 120 10 10.25 124 28 2 39.1 120 20 10.35 128 20 2 38.9 112 30 10.45 120 12 2 38.7 88 40 10.55 128 16 2 38.2 120 50 11.05 132 12 2 37.9 128 60 11.15 124 20 2 37.5 116 70 11.25 132 16 2 37.1 128 80 11.35 128 12 2 37.2 120 90 11.45 120 12 2 37.6 128

(13)

4.1.3 Pengamatan pasca operasi

Tabel 4.2 Hasil pengamatan pasca operasi Pengamatan

(hari ke-) Hasil pengamatan

1 Hewan masih terlihat lemas dan kesakitan. Tidak ada nafsu makan dan luka bekas jahitan masih basah sehingga perawatan lanjutan diberikan enbatic tabur dan dipakaikan hipafix.

2 Hewan masih terlihat lemah dan kesakitan. Mulai ada nafsu makan dan luka jahitan masih basah. Terlihat adanya reaksi radang

disekitar bekas jahitan.

3 Hewan masih terlihat pasif bergerak. Luka bekas jahitan masih terlihat basah.

4-5 Nafsu makan hewan semakin meningkat dan peradangan mulai berkurang.

6-7 Nafsu makan kembali normal, hewan sudah aktif bergerak. Bekas luka jahitan mulai mengering. Peradangan sudah sembuh.

8-9 Bekas jahitan sudah terlihat kering dan hipafix dilepaskan. 10 Luka operasi sudah tertutup rapat dan tidak ada peradangan.

Jahitan dengan benang silk juga sudah bisa dilepaskan.

4.2 Pembahasan

Pemeriksaan fisik hewan sebelum operasi menunjukkan bahwa frekuensi denyut jantung, respirasi dan pulsus hewan tergolong sedikit abnormal yaitu 132 x/menit untuk denyut jantung dari rentang normal 120 x/menit, 30 x/menit untuk respirasi masih tergolong normal, dan 120 x/menit untuk pulsus juga tergolong normal. Suhu tubuh pra operasi 39.4 ºC sedangkan rentang normal suhu tubuh kucing sekitar 37.8 - 39.2 ºC. Mukosa juga tidak pucat ditandai dengan waktu CRT selama 2 detik. Kelainan yang terlihat hanyalah bentukan massa pada abdomen di bagian ventral sinistra, pada bekas jahitan pasca operasi ovariohisterektomi sekitar 8 bulan sebelumnya.

(14)

Sekitar pukul 10.00 dilakukan pemberian atropin sebagai premedikasi guna bekerja menghambat acetylcholine atau stimulan cholinergic lain pada postganglion parasymphatetic neuroeffector. Pada dosis yang rendah, pemberian atropin dapat mencegah hipersalivasi, sekresi bronchial dan sweating.

Dilanjutkan pada pukul 10.15 dilakukan pemberian anastesi umum menggunakan kombinasi ketamine dengan xylazin. Kombinasi kedua anatesi tersebut akan mampu memberikan efek anastesi yang baik dengan induksi yang cepat, durasi yang lama serta recovery yang cepat. Setelah hewan terbius sepenuhnya, dilakukan pemasangan endotracheal tube (ETT) untuk pemberian anastesi inhalasi yaitu isoflurane untuk menjaga hewan tetap teranastesi.

Tindakan operasi dimulai dengan menginsisi abdomen di satu sisi letak site hernia. Karena begitu kulit dibuka sudah terlihat usus yang mulai menempel satu sama lainnya, maka dilakukan pelepasan satu persatu baru kemudian direposisi. Setelah ditemukan cincin hernianya atau bekas operasi 8 bulan sebelumnya, sisa-sisa benang yang terdapat pada cincin hernia tersebut dibersihkan kemudian dibuat luka baru. Reposisi dilakukan dengan dua tangan, yaitu tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongngnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Sebelum dilakukan penjahitan bekas luka diteteskan suspensi campuran penicillin-streptomicin dan Nacl dengan perbandingan 1 ml : 9 ml. Operasi selesai sekitar pukul 11.45 WITA dan hewan sadar atau berusaha untuk bangun seketika setelah selesai penutupan luka.

Kondisi hewan pasca operasi sudah mengalami peningkatan kondisi sekitar hari ketiga, nafsu makan dan minum normal dan sudah dapat beraktifitas seperti biasa. Obat diberikan sampai hari kelima pasca operasi, persis setelah habis pemberian obat luka sudah mulai mengering. Hari ketujuh sampai hari kesepuluh di bagian luka diberikan antibiotik tabur satu kali sehari setiap pembersihan luka.

(15)

Perawatan pasca operasi dilakukan dengan pemberian obat peroral yaitu amoxicillin sirup 125 mg 3 kali sehari sebanyak 3 ml atau setengah sendok makan tiap pemberian dan dexamethasone 0,5 mg 2 kali sehari sebanyak 1 tablet tiap pemberian (dosis terlampir). Kesembuhan pasca operasi sangat didukung oleh cara kerja yang aseptis pada saat operasi dan mempergunakan alat-alat yang steril. Selain tindakan operasi yang aseptis, kesembuhan luka pasca operasi juga sangat didukung oleh kondisi dari tubuh pasien (Sudisma, dkk, 2006). Hal lain yang mendukung kesembuhan luka pasca operasi adalah kebersihan luka (luka yang bersih lebih cepat sembuh dari pada luka kotor), faktor hewan itu sendiri meliputi umur (hewan dengan umur muda lebih cepat sembuh di bandingkan hewan tua), dan keadaan gizi, hewan dengan gangguan gizi akan memperlambat kesembuhan luka. Selain itu kucing perlu diistirahatkan dan tidak boleh terlalu banyak bergerak agar luka hasil jahitan tidak terbuka. Pengobatan secara per oral juga dilakukan dengan memberikan amoxicillin untuk mencegah infeksi bakteri. Kebersihan luka harus dijaga, untuk mempercepat proses kesembuhan.

(16)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik adalah :

1. Berdasarkan hasil anamnesis dan tanda klinis hewan kasus menunjukkan hernia ventralis.

2. Tindakan pembedahan dilakukan untuk mereposisi isi hernia yang berupa usus.

3. Kasus hernia ventralis pada kucing lokal betina berprognosa fausta, hal tersebut dibuktikan dengan tanda-tanda kesembuhan yang muncul setelah habisnya waktu pemberian obat.

5.2 Saran

Kucing penderita hernia ventralis sebaiknya langsung ditangani sehingga mencegah semakin melebarnya cincin hernia dan mencegah ada efek yang membahayakan bagi kesehatan kucing. Operasi reposisi hernia ventralis dilakukan secepatnya dan tetap memperhatikan sterilisasi pada saat operasi berlangsung dan pasien pasca operasi sebaiknya dikandangkan agar mencegah terjadinya infeksi sehingga kesembuhan luka berlangsung dengan baik selain itu status gizi dari pasien juga harus diperhatikan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Bingener, J; Buck, L; Richards, M; Michalek, J; Schwesinger, W; Sirinek, K (2007). Long term Outcomes in Laparoscopic vs Open Ventral Hernia Repair. Arch Surg 142 (6): 562–7.

Fossum TW. 2007. Small Animal Surgery, 3rd edition. China: Mosby, Inc. Hal. 324.

LeBlanc, KA. (2005). Incisional Hernia Repair: Laparoscopic Techniques. World Journal of Surgery 29 (8): 1073–9

Nguyen, SQ; Divino, CM; Buch, KE; Schnur, J; Weber, KJ; Katz, LB; Reiner, MA; Aldoroty, RA et al. (2008). Postoperative pain after laparoscopic ventral hernia repair: a prospective comparison of sutures versus tacks. Journal of Society of Laparoendoscopic Surgery. 12 (2): 113–6.

Novriansyah, R. 2008. Perbedaan Kepadatan Kolagen di Sekitar Luka Insisi Tikus Wistar yang Dibalut Kasa Konvensional dan Penutup Oklusif Hidrokoloid Selama 2 dan 14 Hari. Tesis. Dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro

Smith, M. and Foster, S. 2007. Hernia: Umbilical-Inguinal and Diaphragmatic. peteducation.com [Diakses tanggal: 25 Juni 2016].

Sudisma, I.G.N., I.G.A.G.Pemayun., A.A.G.J.Wardhita., dan I.W.Gorda. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi Edisi I. Pelawa Sari. Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis GMCR dapat disimpulkan bahwa pada fase satu, terlihat bahwa kondisi win-win, dimana skenario tersebut stabil dan dapat diterima oleh semua pihak ada di skenario

Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa itik Tegal Kerinci yang ada di Kecamatan Hamparan Rawang dan Pesisir Bukit Kota Sungai Penuh, memiliki

Analisa Bsntuk Regresi SAKK dan Konsep diri.. Analisa Eentuk Regresi OOT dan

Hal tersebut berarti hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini diterima, atau dengan kata lain Degree of operating leverage (DOL) dan degree of financial leverage (DFL) secara

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS for Windows 16.00 serta bantuan Microsoft Excel didapatkan penggunaan

• Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita • Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hami. hamil l samp sampai ai

Penanggungjawab Ketua Pelaksana Administrasi Sekretaris Anggota Sekretaris Anggota Staf Administrasi Pengarah Penanggungjawab Koordinator Umum Koordinator Tim Ketua Tim Pelaksana

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran