• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBALANS RODA/BAN OTO.KR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMBALANS RODA/BAN OTO.KR"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

SEKTOR OTOMOTIF

SUB SEKTOR KENDARAAN RINGAN

MEMBALANS RODA/BAN

OTO.KR04.016.01

BUKU INFORMASI

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi... 1

BAB I PENGANTAR ... 2

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ...3

1.2. Penjelasan Modul ...3

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)...4

1.4. Pengertian-pengertian Istilah...5

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 7

2.1. Peta Paket Pelatihan ...7

2.2. Pengertian Unit Standar ...7

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ...7

2.3.1. Judul Unit ...8

2.3.2. Kode Unit ...8

2.3.3. Deskripsi Unit ...8

2.3.4. Elemen Kompetensi ...8

2.3.5. Kriteria Unjuk Kerja ...8

2.3.6. Batasan Variabel ...9

2.3.7. Panduan Penilaian ...9

2.3.8. Kompetensi Kunci ...10

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 11

3.1. Strategi Pelatihan ...11

3.2. Metode Pelatihan ...12

BAB IV MATERI UNIT KOMPETENSI ... 13

4.1 Pelek dan Ban... ... 13

4.1.1 Pelek Roda... 13

4.1.2 Tipe Pelek... 14

4.1.3 Prosedur melepas roda ... 15

4.1.4 Prosedur melepas roda depan... .15

4.1.5 Lokasi pengengkatan roda ... 15

(3)

4.2 Pemeriksaan Roda ... 18

4.2.1 Batas Pemakaian Ban Luar ... 18

4.2.2 Pemeriksaan Ban Luar ... ... 20

4.2.2.1 Pemeriksaan Keausan Ban ... 20

4.2.2.2 Tekanan Angin ... 21

4.2.2.3 Kerusakan Ban Luar ... 21

4.2.2.4 Keausan Ban ... 22

4.2.2.5 Ban Aus pada Shulder atau di tengah ... 22

4.2.2.6 Keausan Ban sebelah dalam dan luar ... 23

4.2.2.7 Keausan akibat Toe-in atau Toe-out ... 23

4.2.2.8 Keausan Toe-and-heal... 24

4.2.2.9 Keausan spot/Spot wear (cupping) ... 25

4.2.3 BatasPemakaian Ban Luar ... 25

4.2.3.1 Pelek Baja Pres... 26

4.2.3.2 Pelek dari bahan campuran besi tuang ... 26

4.2.3.3 Sistim kode spesifikasi pelek ... 26

4.2.3.4 Ukuran Pelek ... 29

4.2.4 Macam-macam Ban ... 31

4.2.4.1 Ban Bias ... 31

4.2.4.2 Ban Radial ... 31

4.2.4.3 Ban Tubles... 32

4.2.4.4 Kode ukuran ban dan roda ... 33

4.2.4.5 Membaca kode ban ... 33

4.2.4.6 Metode Iso ... 34

4.3 Membalans roda/ ban... 36

4.3.1 Balans (Keseimbangan) roda... 36

4.3.2 Efek Ketidakseimbangan (unbalans) ... 36

4.3.3 Balance Statis ... 37

4.3.4 Unbalans Dinamis ... 38

4.3.5 Memperbaiki unbalans ... 39

4.3.6 Balancing Roda ... 40

4.3.7 Alat Keselamatan ... 41

4.3.8 Balancer pada roda ... 42

4.3.9 Pemuter Roda ... 43

4.3.10 Memasang Balans ... 44

4.4 Memasang roda ... 45

4.4.1 Prosedur Pemasangan Ban ... 45

4.4.2 Metode Pengencangan Baut ... 48

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ... 5.1. Sumber Daya Manusia ... 50

5.2. Sumber-sumber Perpustakaan ... 51

(4)

BAB I

PENGANTAR

1.1. Konsep Dasar Competency Based Training (CBT)

• Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi?

Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar Kompetensi dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.

• Apakah artinya menjadi kompeten ditempat kerja?

Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui.

1.2. Penjelasan Modul

Desain Modul

Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri :

• Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang pelatih.

• Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

Isi Modul

Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.

• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja.

(5)

Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

• Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. • Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.

• Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. • Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

Pelaksanaan Modul

Pada pelatihan klasikal, pelatih akan :

• Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

• Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja.

Pada Pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. • Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku Kerja. • Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

• Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja.

• Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)

• Apakah Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency)

• Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali

Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah :

a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama atau,berbeda

b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau

c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.

(6)

1.4. Pengertian-Pengertian / Istilah

Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standardisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut ditempat kerja untuk mwncapai unjuk kerja yang ditetapkan.

Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilah hasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti.

Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

(7)

Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian / uji kompetensi.

(8)

BAB II

STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan

Untuk mempelajari modul ini perlu membaca dan memahami modul –modul lain yang berkaitan diantaranya :

2.1.1 Prosedur Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan (OTO.KR- 01.016-01

2.1.2. Penggunaan dan perawatan peralatan dan perlengkapan (OTO.KR 04.017.03)

2.2. Pengertian Standar Kompetensi

Apakah Standar Kompetensi?

Setiap Standar Kompetensi menentukan :

a. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. b. Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetensi.

c. Kondisi dimana kompetensi dicapai.

Apa yang akan Anda pelajari dari Unit Kompetensi ini?

Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “Menerapkan prosedur-prosedur mutu”.

Berapa lama Unit Kompetensi ini dapat diselesaikan?

Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu.

Berapa banyak/kesempatan yang Anda miliki untuk mencapai kompetensi?

Jika Anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih Anda akan mengatur rencana pelatihan dengan Anda. Rencana ini akan memberikan Anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi Anda sesuai dengan level yang diperlukan.

(9)

2.3. Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

• mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. • mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. • memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

• menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan criteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

a. Judul Unit : Membalans Roda/Ban b. Kode Unit : OTO.KR 04.016.01 c. Deskripsi Unit

Unit ini mengidentifikasikan kompetensi yang dibutuhkan untuk membalans roda/ban

2.4.Kemampuan Awal

Peserta pelatihan harus telah memiliki kemampuan awal Pengetahuan fundamental pengenalan Melepas, Memasang dan menyetel roda.serta membalans roda/ban

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

01 Membalans roda/Ban 1.1 Roda dibalans tanpa menyebabkan kerusakan terhadap

komponen/sistem.

1.2 Informasi yang benar diakses dari spesifikasi pabrik dan dipahami.

1.3 Balans dilaksanakan sesuai panduan industri yang telah ditetapkan.

1.4 Seluruh kegiatan membalans roda dilaksanakan

berdasarkan SOP (Standard Operation Procedures),

undang-undang K 3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), peraturan perundang-undangan dan prosedur/kebijakan perusahaan.

(10)

Batasan Variabel

1. Batasan konteks:

Standar kompetensi ini digunakan untuk jasa pelayanan pemeliharaan/servis & perbaikan di bidang perbengkelan.

2. Sumber/informasi dan dokumen dapat termasuk: 2.1 spesifikasi pabrik kendaraan.

2.2 spesifikasi pabrik komponen/produk.

2.3 SOP (Standard Operation Procedures) perusahaan. 2.4 persyaratan ditempat kerja/industri.

2.5 kebutuhan pelanggan.

3. Pelaksanaan K 3 harus memenuhi:

3.1 undang-undang tentang K 3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). 3.2 ketentuan di bidang industri.

4. Sumber– sumber dapat termasuk: Peralatan tangan/hand tools, balans roda/ban 5. Kegiatan:

Kegiatan harus dilaksanakan dibawah kondisi kerja normal dan harus termasuk penilaian, visual, balans statis, dinamis dan kombinasi

Panduan Penilaian 1. Konteks:

1.1 Pengetahuan dan ketrampilan dasar dapat dinilai melalui pekerjaan dan tidak melalui pekerjaan.

1.2 Penilaian ketrampilan dapat dilakukan setelah periode pelatihan yang diawasi dan pengalaman melakukan sendiri pada tipe yang sama. Jika kondisi tempat kerja tidak memungkinkan, penilaian dapat dilakukan melalui simulasi.

1.3 Hasil yang telah ditentukan harus dapat tercapai tanpa pengawasan langsung.

2. Aspek-aspek penting:

Kompetensi penting diamati secara menyeluruh agar mampu menerapkan kompetensi pada keadaan yang berubah-ubah dan merespon situasi yang berbeda pada beberapa aspek-aspek berikut:

2.1 pemahaman dan komunikasi informasi kerja. 2.2 penggunaan perlengkapan balans.

2.3 pelaksanaan keselamatan kerja. 2.4 balans roda.

(11)

3. Pengetahuan dasar:

3.1 informasi teknik yang sesuai

3.2 persyaratan keamanan perlengkapan 3.3 persyaratan keamanan kendaraan

3.4 kebijakan perusahaan/pabrik yang sesuai 3.5 prinsip balans secara dinamis dan statis 3.6 prosedur balans roda secara statis

3.7 prosedur kombinasi balans secara statis dan dinamis 4. Penilaian praktek:

4.1 mengakses, memahami dan menerapkan informasi teknik. 4.2 menggunakan peralatan dan perlengkapan yang sesuai. 4.3 melaksanakan balans roda.

5. Unjuk Kerja dari ketrampilan yang diperlukan:

5.1 melaksanakan tugas rutin dengan prosedur yang ditetapkan dimana kemajuan ketrampilan seseorang di awasi secara berkala oleh pengawas. 5.2 melaksanakan tugas yang lebih luas dan sulit dengan peningkatan

kemandirian dan tanggung jawab individu. Hasil pekerjaan diperiksa oleh pengawas.

5.3 melaksanakan kegiatan yang kompleks dan tidak rutin; menjadi mandiri dan bertanggung jawab untuk pekerjaan yang lainnya.

Kompetensi Kunci

No Kompetensi Kunci Dalam Unit ini Tingkat 1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1

2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1

3 Merencanakan dan mengorganisir aktivitas-aktivitas -

4 Bekerja dengan orang lain dan kelompok 1

5 Menggunakan ide-ide dan tehnik matematika -

6 Memecahkan masalah 1

(12)

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan

Pelatiahn dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang “diajarkan” di kelas oleh Pelatih. Pada sistem ini Anda akan bertanggung jawab terhadap belajar Anda sendiri, artinya bahwa Anda perlu merencanakan belajar Anda dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Persiapan / perencanaan

a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap pelatihan dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses pelatihan Anda.

b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki.

d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Anda.

Permulaan dari proses pembelajaran

a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar.

b. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan Anda.

Pengamatan terhadap tugas praktik

a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh Pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

b. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih tentang konsep sulit yang Anda temukan.

Implementasi

a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

b. Mengamati indicator kemajuan personal melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah Anda peroleh.

Penilaian

(13)

3.2. Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode pelatihan mungkin dapat digunakan.

Belajar secara mandiri

Pelatihan secara mandiri membolehkan Anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses pelatihan dilaksanakan secara bebas, Anda disarankan untuk menemui Pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan berlatih.

Belajar Berkelompok

Pelatihan berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses pelatihan memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, Pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

Belajar terstruktur

Pelatihan terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh Pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

(14)

BAB IV

MATERI UNIT KOMPETENSI Uraian Materi 1:

4.1 PELEK DAN BAN

Pada umumnya roda yang digunakan pada mobil seperti terlihat pada gambar 1. Roda dapat dibagi menjadi pelek dan ban. Pelek roda dan ban ini pada manusia dapat diumpamakan sebagai kaki dan sepatu. Roda meluncur disepanjang jalan sambil memikul berat kendaraan. Ban berfungsi meredam kejutan-kejutan yang ditimbulkan oleh keadaan permukaan jalan dan mencegah kejutan ini berpindah ke body.

Gambar 1. Pelek dan Ban

4.1.1 PELEK RODA (DISC WHEEL)

Ban tidak dapat dipasang langsung pada mobil, tetapi dipasang pada roda-roda, biasanya pelek (disc wheel). Karena roda merupakan bagian penting yang menyangkut keselamatan mengemudi, maka harus cukup kuat untuk menahan beban vertikal dan horisontal, beban pengendaraan dan pengereman dan berbagai macam tenaga yang tertumpu pada ban.

Disamping itu roda harus seringan mungkin. Tambahan pula ban harus dibalance dengan baik, dengan demikian dapat berputar lembut pada putaran tinggi, dan pelek harus dibuat akurat agar dapat mengikat ban dengan baik.

(15)

Gambar 2. Penampang pelek roda 4.1.2 TIPE PELEK RODA

Pada gambar 2. memperlihatkan sebuah model roda yang banyak digunakan pada mobil penumpang. Beberapa roda ada yang menggunakan ruji-ruji, dan disc wheel yang banyak digunakan ini terbuat dari baja plat yang dipres dalam bentuk tertentu. Rim dilaskan menjadi satu dibagian luar disekeliling roda untuk memungkinkan pemasangan ban.

Roda dipasangkan pada hub atau poros (axle shaft) dengan menggunakan empat atau enam buah baut tanam (hub bolt). Mur roda dibuat sedemikian rupa sehingga pelek dapat menempatkan posisinya dengan tepat dan center secara otomatis pada axle hub saat pemasangan. Berat pembalans (balance weight) kadang-kadang ada terpasang diluar disekeliling rim untuk membalance roda. Baut-baut yang dipasangkan pada roda disebut baut-baut hub, dan tutup yang menutupi baut-baut ini disebut tutup roda (wheel drop).

Pelek roda dapat dibedakan menurut metode pembuatan dan bahannya. Ada dua tipe yang umumnya digunakan sekarang : yaitu baja press dan campuran besi tuang (cast light alloy).

(16)

New Tread Worn Tread

TREAD WEAR INCICATOR Location marks

Uraian 2 :

4.2 Pemeriksaan Roda

4.2.1 BATAS PEMAKAIAN BAN LUAR

Indikator Keausan Ban (T.W.I = Tread Wear Indicator). Indikator keausan ban adalah tonjolan di dalam tread yang jumlahnya empat sampai enam di sekeliling ban. Tingginya 1,6 sampai 1,8 mm dari dasar tread. Apabila keausan tread mencapai indikator, hal ini menunjukkan batas keausan ban dan saatnya ban harus diganti. Berikut ini merupakan alasan mengapa ban yang keausannya sudah mencapai TWI harus diganti.

Gambar 3. Indikator Keausan Ban (T.W.I)

Hydroplanning

Genangan air di jalan yang menjadi penyekat antara ban dengan permukaan jalan, sehingga mengurangi daya cengkeram ban (road holding).

Faktor yang mempengaruhi hydroplanning :

Aman Berbahaya

1). Kecepatan : Rendah Tinggi 2). Tekanan Angin : Tinggi Rendah 3). Alur Telapak Ban : Ada alur Gundul

(17)

Pengendaraan di Jalan Basah

Ban yang baik harus dapat mengalirkan air minimal sebanyak 4 s/d 5 liter per detik, ketika kendaraan berkecepatan 60 km/jam. Bila ketentuan tersebut tidak terpenuhi, maka kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi ialah :

1). Terjadi peningkatan permukaan air di depan ban,

2). Bila kecepatan kendaraan meningkat, ban/kendaraan akan berjalan di atas air (terjadi Aquaplane / Hydroplane),

3). Daya cengkeram kurang, kendaraan tidak dapat dikendalikan dengan baik (ada resiko slip), mengurangi kemampuan pengereman.

Pengendalian di Jalan Basah

Alur telapak ban dirancang sedemikian rupa untuk dapat membuang / mengalirkan air dengan baik, agar terjadi kontak area antara telapak ban dengan permukaan jalan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuangan air : 1). Kedalaman alur telapak

2). Kelebaran alur telapak 3). Jumlah alur telapak 4). Jenis pola telapak 5). Kecepatan kendaraan

Pemakaian pelek yang tidak sempurna akan mengakibatkan : 1). Posisi kedudukan bead kurang sempurna (tidak melekat dengan baik). 2). Ketika menikung, ban mungkin lepas dari pelek.

3). Tidak dapat menjaga tekanan angin ban tubeless dengan sempurna.

4). Ban dalam mungkin koyak karena terjepit bead pada pelek yang lebih sempit. 5). Pada pelek yang lebih lebar, dinding samping ban terlalu tegang (tidak lentur),

sehingga pengendaraan menjadi keras.

PEMAKAIAN PELEK YANG TIDAK SEMPURNA

Pelek Standar Pelek Sempit Pelek Lebar Gambar 4. Posisi Ban Terhadap Pelek

(18)

PENGGUNAAN BAN DAN PELEK YANG SESUAI 1). Ban luar radial harus memakai ban dalam radial. 2). Gunakan ban dengan spesifikasi teknis yang seragam. 3). Gunakan pelek ukuran standar, sesuai dengan ukuran ban. 4). Gunakan pelek Hump Rim untuk ban tubeless.

5). Mengemudi dengan cara yang wajar. 4.2.2 PEMERIKSAAN BAN LUAR

Kesesuaian ban terhadap pelek yang digunakan. Ukuran ban harus sesuai dengan pelek yang digunakan. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan melihat ukuran ban yang tertera pada sidewall dan dibandingkan dengan ukuran pelek yang digunakan. Ukuran pelek biasanya tertera pada pelek tersebut. Pemakaian pelek yang tidak sempurna akan mengakibatkan akibat seperti telah diuraikan di atas. Penting juga memeriksa run out pelek roda, yaitu seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5. Memeriksa Run Out Pelek 4.2.2.1 Pemeriksaan keausan ban.

Keausan ban dapat dilihat dengan melihat indikator keausan ban pada tread. Apabila keausan tread mencapai indikator, hal ini menunjukkan batas keausan ban dan saatnya ban harus diganti.

Gambar 6. Pemeriksaan Keausan Ban

New Tread Worn Tread

TREAD WEAR INCICATOR Location marks

(19)

4.2.2.2 Tekanan angin.

Tekanan angin ban yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan pada ban dan memperpendek umur ban, diantaranya : keausan tread tidak rata, lepasnya ikatan ply-cord dari karet ban, dan keretakan pada daerah sidewall. Oleh karena itu penting juga dilakukan memeriksa keolengan roda, seperti gambar dibawah ini. (keolengan roda : 1,0 mm)

Gambar 7. Pemeriksaan run-out ban 4.2.2.3 Kerusakan ban luar.

Kerusakan luar dari ban merupakan kerusakan yang dapat diamati secara visual.

Gambar 8. Pemeriksaan Kerusakan Luar Ban Rib Tear

Ada bagian alur Rib yang robek dan terlepas dari telapak ban. Tear Rib disebabkan posisi telapak ban tidak menapak ke permukaan jalan dengan sempurna, sehingga konsentrasi berat hanya bertumpu pada sebagian kecil telapak. Karena beban tidak sesuai dengan kekuatan bagian ban yang memikul, maka terjadi kerusakan.

Separation

Pada bagian luar ban terjadi benjolan (bagian yang menggelembung) terutama pada shoulder, atau pada sidewall. Ini disebabkan terlepasnya ikatan ply-cord dari karet ban yang disebabkan beban berat, tekanan angin kurang dan kecepatan tinggi.

Gantilah ban Anda

(20)

C.B.U

Terputusnya ply-cord pada sidewall, kerusakan dapat dilihat dari sisi dalam ban. Penyebab kerusakan ini adalah tekanan ban sangat kurang, sehingga terjadi defleksi (pergerakan-pergerakan) yang besar pada sidewall. Gaya regang tarik yang berulang-ulang menyebabkan ply-cord putus.

Macam dan Golongan Kerusakan Ban Luar Tabel 2. macam dan Golongan Kerusakan Ban Luar

Macam dan Kondisi kerusakan Penggolongan Ply-cord putus ( C.B.U ) Berbahaya

Mencapai benang / kanvas Berbahaya Retak alur Belum mencapai benang Hati-hati Mencapai benang / kanvas Berbahaya

Rusak luar telapak

Belum mencapai benang Hati-hati Mencapai benang / kanvas Berbahaya Retak dinding samping Belum mencapai benang Hati-hati

Kerusakan bead (Bead broken) Berbahaya

Lapisan ban terpisah (separation) Berbahaya Kebocoran/perbaikan yang tidak sempurna

pada ban tubeless Berbahaya

4.2.2.4 Keausan ban. Digolongkan menjadi dua, yaitu keausan karena umur pemakaian dan keausan yang tidak wajar. Tread yang aus secara merata merupakan keausan yang wajar yang terjadi karena umur pemakaian ban. Apabila tanda indikator keausan pada tread sudah terlihat, ban perlu diganti baru.

Berikut ini merupakan keausan yang tidak wajar yang terjadi pada ban.

4.2.2.5 Ban Aus Pada Shoulder Atau Di Tengah

Penyebab utama keausan ban yang terpusat pada shoulder atau di tengah adalah kesalahan tekanan ban. Kalau tekanan ban terlalu rendah, maka bagian tengah akan cekung, dan beban akan tertumpu pada shoulder sehingga akan aus lebih cepat daripada bagian tengah. Beban yang berlebihan juga akan berakibat sama.

(21)

Kalau tekanan ban terlalu tinggi, bagian tengah ban menjadi cembung, dan sebagian besar beban akan tertumpu di tengah sehingga keausannya lebih cepat daripada bagian shoulder.

Gambar 9. Aus Pada Tengah Tread dan Pada Shoulder 4.2.2.6 Keausan Ban Sebelah Dalam Atau Sebelah Luar

(1) Keausan karena menikung, seperti terlihat di bawah adalah yang disebabkan karena berbelok dengan kecepatan yang berlebihan. Ban tergelincir dan mengakibatkan jenis keausan diagonal. Ini adalah masalah yang paling sering terjadi. Satu-satunya cara pencegahannya adalah pengemudi harus memperlambat kendaraan pada saat membelok.

(2) Deformasi atau kelonggaran yang berlebihan pada bagian suspensi akan mempengaruhi front wheel alignment, dan mengakibatkan keausan ban tidak normal.

(3) Kalau sebelah tread keausannya lebih cepat dari yang lain, penyebab utamanya adalah mungkin camber tidak tepat. Karena besarnya bidang singgung ban dengan jalan tergantung pada besarnya beban, ban dengan camber positip, diameter sebelah luarnya lebih kecil daripada sebelah dalam. Akibatnya, tread bagian luar akan slip pada jalan untuk mengejar jarak tempuh yang sama untuk tread bagian dalam. Kejadian slip ini mengakibatkan keausan yang berlebihan di sebelah luar tread. Untuk ban dengan camber negatip, keausan tread di sebelah dalam akan lebih cepat.

Gambar10. Aus Sebelah Dalam dan Luar 4.2.2.7 Keausan Akibat Toe-In Atau Toe-Out (Aus Berbulu)

Penyebab utama aus berbulu pada tread ban adalah penyetelan toe-in yang tidak tepat. Toe-in yang terlalu besar akan memaksa roda slip keluar dan menggesek bidang singgung tread bagian dalam pada permukaan jalan, ini menyebabkan terjadinya keausan toe-in.

Keausan

Keausan Keausan

(22)

permukaan tread akan membentuk susunan seperti bulu seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Ini dapat diketahui dengan jalan mengusapkan tangan pada tread dari bagian dalam ke bagian luar ban.

Gambar 11. Keausan Ban Akibat Toe – in

Dalam hal lain, toe-out yang berlebihan akan menarik ban ke dalam dan menggesek bidang singgung tread bagian luar pada permukaan jalan. Keausan toe-out yang terjadi bentuknya seperti gambar di bawah.

Gambar 12. Keausan Ban Akibat Toe – out

4.2.2.8 Keausan Toe-and-Heel

Keausan toe-and-heel adalah aus sebagian yang sering terjadi pada ban dengan pola tread block dan lug. Ban dengan tread berpola rib keausannya membentuk pola seperti gelombang.

Karena ban yang bukan penggerak roda tidak memperoleh gaya penggerak, tetapi hanya gaya pengereman, keausannya cenderung membentuk pola toe-and-heel. Keausan seperti ini juga akan terjadi jika rem secara berulang-ulang diinjak dan dilepaskan, yang mengakibatkan ban tergelincir pada jarak yang pendek berkali-kali.

Keausan Keausan

Keausan Keausan

PENTING !

Kalau kedua ban menunjukkan keausan seperti ini, berarti penyetelan front end tidak tepat. Kalau hanya sebelah ban yang mengalami keausan seperti itu, kemungkinan penyebabnya adalah steering knuckle arm bengkok. Ini mengakibatkan toe-in atau toe-out sebelah ban lebih besar dari lainnya.

(23)

Gambar 13. Keausan Toe – and – Heel 4.2.2.9 Keausan Spot/Spot Wear (Cupping)

Keausan spot membentuk lekukan seperti mangkok pada beberapa bagian tread roda dan terjadi jika kendaraan berjalan pada kecepatan tinggi. Keausan semacam ini terjadi karena tread roda mengalami slip pada interval yang teratur, seperti diterangkan di bawah. Kalau bearing roda, ball joint, tie rod end, dan lain-lain mengalami keausan yang berlebihan, atau kalau spindle bengkok, ban akan bergoyang pada titik tertentu di saat berputar dengan kecepatan tinggi, sehingga mengakibatkan gesekan yang kuat dan menyebabkan terjadinya keausan spot. Teromol rem yang telah berubah bentuk atau aus tidak merata menyebabkan terjadinya pengereman pada interval yang teratur, dan ini mengakibatkan terjadinya keausan spot dengan ukuran yang cukup besar melingkar pada ban.

Gambar 14. Keausan Spot

4.2.3 BATAS PEMAKAIAN BAN LUAR

Indikator Keausan Ban (T.W.I = Tread Wear Indicator). Indikator keausan ban adalah tonjolan di dalam tread yang jumlahnya empat sampai enam di sekeliling ban. Tingginya 1,6 sampai 1,8 mm dari dasar tread. Apabila keausan tread mencapai indikator, hal ini menunjukkan batas keausan ban dan saatnya ban harus diganti.

PENTING !

• Kanvas yang dipasang pada tread ban untuk menambal kebocoran atau tonjolan akan menyebabkan terjadinya keausan spot.

• Start, pengereman dan belokan tajam yang mendadak juga menyebabkan keausan spot.

• Roda yang tidak balance berlebihan juga menyebabkan terjadinya keausan spot.

(24)

New Worn

TREAD WEAR INCICATOR Location marks

4.2.3.1 PELEK BAJA PRESS

Pelek tipe (pressed-steel disc wheel) ini terdiri dari rim yang dilas. Disc dibuat dari lembaran baja yang dipres. Konstruksi seperti ini mudah untuk diproduksi dalam jumlah yang banyak. Pada umumnya mobil menggunakan tipe ini karena tahan lama dan kualitasnya merata.

4.2.3.2 PELEK DARI BAHAN CAMPURAN BESI TUANG

Pelek (cast light-alloy disc wheel) ini terbuat dari bahan campuran biasanya dari aluminium atau magnesium. Pada umumnya digunakan untuk mengurangi berat dan menambah penampilan kendaraan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menangani pelek aluminium adalah

• Pada kendaraan yang menggunakan pelek aluminium, bila melepasnya untuk sementara, umpamanya untuk rotasi ban, perbaikan, atau bila memasang pelek yang baru pada kendaraan, maka setelah 1500 km roda dipasang periksalah kekerasan mur rodanya.

• Bila menggunakan rantai ban, berhati-hatilah memasangnya agar tidak merusak pelek aluminium.

• Gunakanlah khusus untuk pelek aluminium.

• Bila perlu membalance roda, gunakanlah balance weight khusus untuk pelek aluminium. Gunakanlah palu plastik atau karet dan bukan logam untuk memasangnya.

• Seperti halnya pelek jenis lainnya, periksalah pelek aluminium secara teratur.

(25)

4.2.3.3 SISTEM KODE SPESIFIKASI PELEK

Ukuran pelek tercetak pada permukaan pelek itu sendiri. Biasanya meliputi lebar, bentuk dan diameter pelek.

Misalnya:

5.50 F x 15 SDC

Keterangan 5.50 : Lebar pelek (dalam inchi) F : Bentuk flens pelek

15 : Diameter pelek (dalam inchi) SDC : Tipe rim

a). Pelek (Rim)

Penggunaan pelek (atau rim) yang betul akan bermanfaat bagi kemampuan ban yang dipakai dan keamanan dalam mengendarai mobil. Menurut standard industri Jepang (JIS), pelek dibagi menjadi enam kategori sebagai berikut :

Nama Singkatan Divided Type Rim D.T.

Drop Center Rim D.C. Wide Drop Center Rim W.D.C. Semi Drop Center Rim S.D.C. Flat Base Rim I.R. • Divide Type Rim

Gambar 16. Divide Type Rim

Pelek jenis ini digunakan untuk mobil kecil, mesin pertanian, dan kendaraan industri (forklift dan sebagainya). Devide Type Rim paling cocok untuk keperluan buka dan pasang ban secara mudah.

(26)

Tempat kedudukan bead tidak datar, tetapi miring pada kedua sisi, menurun kearah pusat dan membentuk apa yang dinamakan “taper”. Bead yang miring mencegah penggeseran dan akan menghasilkan pegangan yang kuat dari bead dan pelek.

• Drop Center Rim

Pelek ini digunakan terutama untuk mobil sedan dan truk kecil. Terdiri dari satu bagian saja (Devide type terdiri dari dua bagian). Bentuk bagian tengah yang cekung dimaksudkan untuk memudahkan pemasangan bead. Disini juga ada “taper” untukmencegah pergeseran diantara ban dan pelek.

Gambar 17. Drop Center Rim

• Wide Drop Center Rim

Gambar 18 Wide Drop Center Rim

Belakangan ini ban dengan tekanan angin rendah telah digunakan untuk menambahkan kenyamanan dalam mengendarai mobil. Ban-ban tersebut lebih lebar daripada jenis yang biasa dan oleh karena itu, memerlukan suatu Wide Drop Center Rim (lebih lebar). Kebanyakan ban ini digunakan untuk mobil sedan dan truk kecil.

• Semi Drop Center Rim

Gambar 19. Semi Drop Center Rim

Semi Drop Center Rim digunakan terutama untuk ban truk kecil. Bentuk bagian tengah yang sedikit cekung memudahkan penggantian ban. Kontak antara ban dan pelek diperbesar dengan adanya “taper”.

(27)

Hasilnya lebih baik daripada yang diberikan oleh jenis Flat Base biasa. Semi Drop Center Rim terdiri dari 3 bagian untuk memudahkan penggantian ban. Cincin yang dipasang diantara flens dan pelek induk disebut Cincin Pengunci (Lock Ring).Tetapii dewasa ini, pelek dengan 2 bagian (tanpa cincin pengunci) lebih sering digunakan, bagian yang dapat dilepas disebut Cincin Samping (Side Ring).

• Flat Base Rim

Gambar 20. Flat Base Rim

Flat Base Rim dig Flat Base Rim digunakan untuk truk dan bus. Struktur pelek rata dan kuat dan oleh karena itu, dapat menahan beban yang lebih berat. Seperti pada semi drop center rim, pelepasan dari cincin samping adalah untuk pemasangan dan pelepasan ban. Pelek jenis ini sekarang dibuat lebih lebar. Tempat kedudukan bead sebelah kiri pada gambar 8, tidak begitu jelas kelihatan tetapi ada “taper“ sedikit. Pada sisi dimana cincin samping berada, tidak ada taper. Jadi disini pasangan bead tidak begitu baik, karena itu tidak direkomendasikan pemakaian pelek jenis ini.

• Interim Rim

Gambar 21. Interim Rim

Interim Rim mempunyai konstruksi yang sama dengan Flat Base Rim

yang lebar (Wide Base Rim) dan merupakan model yang telah disempurnakan dari Flat Base Rim. Dari hasil eksperimen yang bertahun-tahun ditemukan bahwa perbandingan (ratio) yang terbaik antara lebar pelek dan ban adalah sekitar 70%. Penggunaan pelek yang lebih lebar memberikan pencegahan yang baik terhadap pembangkitan panas dalam ban, umur ban yang pendek (dibandingkan dengan pelek yang lebih tua dengan lebar kira-kira 57 % dari lebar ban).

(28)

4.2.3.4. Ukuran Pelek

Contoh :

5.00 S x 20 F.B.

Keterangan :

5.0 = Lebar pelek (=lebar dasar ban) dalam inchi. S = bentuk flens dari pelek.

Ada 20 macam,dari A sampai V. 20 = diameter pelek dalam inchi. F.B. = Flat Base Rim.

NAMA BENTUK DASAR PENGGUNAAN

D.T.

(Divided Type Rim)

D.C.

(Drop Center Rim)

S.D.C.

(Semi Drop Center Rim)

F.B. (Flat Base Rim)

(29)

4.2.4 Macam-Macam Ban

Ban kendaraan dapat dibagi menjadi : ban bias, radial dan tubeless (tanpa ban dalam).

4.2.4.1 Ban Bias

Ban ini dibuat dengan lapisan serat arah miring. Memiliki tapak (tread) dengan daya serap benturan yang baik sehingga memberikan kenyamanan berkendaraan. Adapun ketahanan terhadap keausan dan guncangan (rol) tidak sebaik ban radial.

4.2.4.2. Ban Radial

Lapisan serat pada ban ini menyilang lingkar ban, ditambah lapisan sabuk searah lingkar ban. Tipe ban ini, sabuk terbuat dari serat baja. Ban ini disebut ban radial baja. Tapaknya lebih kaku, lebih tahan terhadap guncangan dan keausan daripada tipe bias, namun kurang nyaman pada jalan tidak rata.

RADIAL CORD BELT BIAS CORD BREAKER LINER CHAMFER BEAD TIRE RIM VALVE

(30)

4.2.4.3. Ban Tubeless

Tipe ini dirancang untuk menahan udara langsung didalamnya tanpa menggunakan ban dalam. Dilengkapi dengan lapisan dalam untuk menghindari kebocoran udara serta berfungsi untuk menghambat udara bocor dengan cepat saat ban tertusuk, sehingga tingkat keamanannya cukup baik. Keuntungan Ban Tubeles yaitu saat ban terkena paku atau benda tajam lainnya, tread dan liner mencengkeram kuat pada paku, sehingga dapat mencegah kebocoran udara sehingga ban tidak cepat kempis. Karena udara dalam ban berhubungan langsung dengan rim, transfer radiasi panas akan lebih baik. Dengan dihilangkannya ban dalam, flap dan side ring ban menjadi lebih ringan.

TIRE

TUBE FLAP

WHEEL SIDE RING

Gambar 24. Roda Dengan Ban Dalam

TREAD BEAD SIDEWALL SHOULDER CARCASS (CORD) BEAD WIRE LINER CHAMFER BEAD WIRE

(31)

4.2.4.4. Kode ukuran ban dan roda

Umumnya ukuran ban dan roda berdasar lebar, kekerasan, ketebalan, serta sifat lainnya.

Tabel 1. Kode ukuran ban dan roda

Jenis ban Contoh nominasi ban Ban bias 10.00 – 20 – 14PR Dengan

Ban Dalam Ban radial 10.00 – 20 – 14PR Ban bias 11-22.5 – 14PR Tubeless

Ban radial 11R22.5 – 14PR

Ban radial ultra flat 225 / 70 R22.5 – 14 0 / 137J

4.2.4.5 Membaca Kode Ban

a). Ban dengan ban dalam 10.0 – R – 20 – 14PR Keterangan :

10.0 : Lebar ban (inchi) R : Konstruksi radial 20 : Diameter rim (inchi) 14PR : Kekuatan ban (PR) b). Ban tubeless

11 – R – 22.5 – 14PR Keterangan : 11 : Lebar ban (inchi) R : Konstruksi radial 22.5 : Diameter Rim (Inchi) 14PR : Kekuatan ban (PR)

Gambar 25. Roda Dengan Ban Tubeless

RIM VALVE

+

WHEEL DISK TIRE

BEAD BASE

Gambar 26 . Kode Ban

OUTER DIAMETER

RIM DIAMETER

TIRE WIDTH

TIRE

(32)

4.2.4.6 Metode ISO

a). Ban radial ultra flat

225 / 70 – R – 22.5 – 140 – 137 – J Keterangan :

225 : Lebar ban (inchi) 70 : Rasio Ketebalan R : Konstruksi radial 22.5 : Diameter Rim (Inchi)

140 : Indek muatan (roda tunggal) 137 : Indek muatan (roda ganda)

J : Simbol kecepatan

1). PR (Play Rating)

Rating merupakan satu istilah yang dipakai untuk menyatakan kekuatan ban, berdasarkan pada kekuatan serat katun yang ditentukan oleh JIS. Semakin banyak jumlah lapisan, semakin tinggi kekuatan ban. Dengan kata lain, jumlah ini menyatakan berapa banyak lapisan benang katun (carcass) yang membentuk kerangka ban yang sama. 14PR tidak berarti bahwa ban mempunyai 14 lapisan serat katun.

2). Rasio Ketebalan dan Tingkat Ketebalan

Gambar 27. Ratio Ketebalan dan Tingkat Kerataan

TIRE WIDTH (W) TIRE HEIGHT (H) W Ratio Ketebalan : _____ H W Tingkat Kerataan : _____ x 100 H

(33)

3). Pola tapak ban (Tread pattern)

Jenis, ukuran dan play rating ban ditentukan pada tahap desain kendaraan, tetapi pola tapak dapat ditentukan menurut kondisi pelayanan. Menurut tapaknya secara umum ban diklasifikasikan menjadi 5 pola dasar sebagai berikut.

LUG LURUS LUG MIRING

COMPOSITE / KOMBINASI BLOC

K RIB

(34)

Uraian Materi 3.

4.3 Membalans Roda / Ban

4.3.1 Balance (keseimbangan) Roda

Roda dan ban harus balance (seimbang) agar tidak terjadi getaran atau untuk meminimalkan penggunaan ban, komponen suspensi dan stir.

Saat roda berputar, terjadi gaya sentrifugal pada tiap bagian roda dan ban dimana sejumlah gaya tertarik keluar dari ban. Gaya ini semakin menguat saat rotasi roda semakin cepat

Saat massa sudah merata ke seluruh roda dan ban (tidak ada titik berat), gaya akan seimbang maka gaya sentrifugal tidak akan memiliki efek hambatan (gambar 29). Jika ban memiliki titik berat maka ban akan tidak seimbang (unbalance) dimana gaya sentrifugal lebih besar pada salah satu titik ban yang akan menarik gaya yang kuat saat ban berputar. Ini akan membuat roda dan ban bergerak ke atas dan ke bawah atau dari sisi satu ke sisi yang lainnya (oblak).

Gambar 29 : Keseimbangan dan ketidak seimbangan roda (Balance & Unbalance)

4.3.2 Efek ketidakseimbangan (unbalance)

Ada dua jenis balance dan unbalance; statis dan dinamis. Efek keseimbangan dan ketidakseimbangan tersebut sperti pada gambar 30 di bawah dimana unbalance disebabkan oleh adanya titik berat pada ban dimana posisi titik berat akan menentukan jenisnya, statis atau dinamis.

(35)

Titik berat di tengah tapak ban akan membuat unbalance/ ketidakseimbangan statis, roda akan bergerak ke atas dan ke bawah, sedangkan titik berat pada salah satu sisi ban akan membuat unbalance /ketidakseimbangan dinamis dimana ban akan bergerak dari satu sisi ke sisi yang lainnya (oblak). Perbedaan keduanya dijelaskan pada gambar 31

Gambar 31: Unbalance Dynamic/ Ketidakseimbangan Dinamis Roda

4.3.3 Balance Statis

Roda dan ban dengan balance statis, dapat bebas bergerak pada porosnya, posisinya tetap saat diputar. Jika tidak seimbang, titik berat akan selalu berada dibawah.

Gambar 32 menunjukkan sebuah ban dengan titik berat di tengah tapak ban. Ini memiliki unbalance statis atau dapat dibalancekan dengan memasang pemberat di pelek tepat di sisi yang berlawanan dengan titik berat. Dua pemberat diperlukan, masing-masing setengah massa titik berat. Jika hanya satu pemberat maka dapat dibuat menjadi balance dinamis.

Tanpa pemberat, roda akan tampak bergerak ke atas dan ke bawah saat berputar ini biasanya disebut tramp. Gaya yang berputar dengan roda akan berusaha menarik roda ke depan dan ke belakang namun hal itu dapat dicegah dengan adanya suspensi.

(36)

4.3.4 Unbalance dinamis

Gambar 34 di atas menjelaskan ban dengan titik berat pada salah satu sisinya. Pada diagram, gaya akan menarik bagian depan ban dan berusaha berputar pada poros stir. Saat roda berputar, ia akan menarik dari sisi satu ke sisi yang lainnya karena gaya tersebut mengubah arahnya pada tiap setengah putaran roda. Ini biasanya disebut ban goyang atau oblak.

Efek dari gaya ini dilihat hanya pada saat gaya tersebut berada di roda depan atau roda belakang dimana stir memungkinkan roda untuk

pivot dari satu sisi ke sisi yang lainnya. Saat gaya itu berada di atas atau di bawah, roda tertahan dan tidak oleng meskipun ada tramp.

Ban pada gambar 32 memiliki dua titik berat yang terletak secara diagonal. Ban berada tersebut pada balance statis dan akan tetap pada posisi porosnya. Ini karena titik berat yang ada saling mengimbangi. Namun demikian, roda yang memiliki balance statis akan memiliki unbalance dinamis. Ketika roda ini (tanpa pemberat) berputar, gaya sentrifugal akan bergerak pada kedua titik berat. Gaya akan menarik bagian depan dan belakang ban secara bersamaan. Pemberat yang tampak pada gambar menjelaskan balance dinamis.

(37)

4.3.5 Memperbaiki unbalance

Pemberat balance dipasang pada tapak ban untuk mengimbangi titik berat.

Gambar 33 menunjukkan ban dengan unbalance statis, dua pemberat balance dipakai untuk memperbaikinya hingga massa-nya merata pada seluruh ban.

Gambar 33: Ban dengan unbalance statis, dua pemberat balance

Gambar 34 menunjukkan roda dengan unbalance dinamis dimana dua pemberat diperlukan untuk memperbaikinya dan ketika sudah balance dinamis, massanya merata pada tiap-tiap bagian roda.

Pada kebanyakan hal, kasusnya tidak terbatas pada balance statis atau dinamis.kebanyakan roda dan ban dibuat agar dapat dibalance baik statis maupun dinamis saat roda itu sudah tidak balance lagi.

(38)

4.3.6 Balancing roda

Mesin balancing roda digunakan untuk ketepatan balancing. Ada dua jenis,yaitu

1). Memutar roda ketika roda tidak berada di kendaraan. 2). Memutar roda saat masih menyatu dengan kendaraan.

Keduanya menggunakan vibrasi yang terjadi saat roda berputar untuk mengetahui posisi unbalance (baik statis maupun dinamis) diroda dan ban.

Balancer (balancing roda) di luar kendaraan

Ini merupakan mesin yang membalance roda di luar kendaraannya. Roda di pasang di kumparan mesin yang kemudian digerakkan oleh Motor elektrik.

Balancer seperti ini ada pada gambar 35.yang ada alat pendeteksi langsung. Dengan satu putaran pada mesin, mesin dapat mengetahui apakah ban mengalami balance statis atau dinamis. Instrument ini menunjukan berat balance yang diperlukan, letaknya dan apakah unbalance/Ketidakseimbangan berada di dalam atau di luar lingkaran roda

Pada dasarnya, mesin seperti ini terdiri dari kumparan yang terpasang untuk roda dan sensor elektronik untuk mengukur vibrasi kumparan saat roda berputar. Kemudian sensor akan mengukur tingkat balance yang ada. Roda yang balance tidak menghasilkan vibrasi. Mesin balancing roda ini, memiliki komponen elektronik dan sirkuit yang memudahkannya beroperasi.pada kebanyakan kasus, ukuran ban dipilih oleh operator dan mesin secara otomatis menjelaskan kesesuaian ukuran roda yang sedang dibalance.

(39)

4.3.7.

ALAT KESELAMATAN

Mesin balancing roda memiliki kap pengaman yang menutupi roda saat berputar. Roda dapat berputar dalam kecepatan tinggi, kap penutup ini akan melindungi operator dari roda yang bisa saja terlepas dari kumparan. Pemberat yang ada harus dilepas dari pelek sebelum memutar agar tidak terlepas dan mengenai operator dan untuk lebih memperoleh balance yang tepat

Gambar 36: Nama Komponen-komponen Balans

1. Operational Panel 9. Clamping nut 2. Wheel safety cover 10. Fixing template

3. Housing 11. Brake Pedal

4. Wheel fixing cup 12. Body

5. Large cone 13. Scale Bar

6. Medium cone 14. Work table

7. Small cone 15. Cone hanger

(40)

Gambar 37: Tombol pengoperasian Balans

4.3.8 Balancer (balancing roda) pada kendaraan

Balancer jenis ini, membalance roda, ban dan hub yang terpasang pada kendaraan. Balancer memiliki motor elektrik dengan logam pengendali roda yang bekerja pada bahu ban (gambar 38).

Pickup head di bawah suspensi digunakan untuk mengetahui vibrasi dari unbalance sedangkan instrumennya mencatat unbalance dan menunjukkan dimana letak pemberat diperlukan

Untuk membalance sebuah roda, roda diletakkan di atas tanah kemudian kapur penanda diletakkan di atas ban. Biasanya pickup head

merupakan bagian dari dongkrak atau stand, maka letaknya di bawah suspensi untuk mengetahui vibrasi.

Mesin berputar ke sisi-sisi roda untuk dibalance dan pengendali roda berfungsi untuk memutar roda pada kecepatan tinggi. Vibrasi yang diterima kemudian diubah kegetaran elektrik yang ditransmisikan ke mesin. Instrument mesin menunjukkan jumlah

unbalance dan perbaikan yang diperlukan.

Setelah memasang pembalance, roda diputar lagi untuk mengetahui apakah roda sudah balance atau belum.

(41)

Gambar 38: Membalan pada roda yang masih terpasang

4.3.9 Pemutar Roda

Ada balancer yang menggunakan pemutar roda secara terpisah (gambar 39), khususnya untuk memutar roda yang berat pemutar jenis ini digunakan pada tapak roda.

(42)

o PERHATIAN

Untuk balancing roda pada on-vehicle balancing, dapat menggunakan mesin kendaraan tersebut untuk memutar roda. Ini dapat dilakukan pada roda depan dan belakang

Pemutaran roda harus dibatasi pada kecepatan 55 km/jam pada speedometer, ini penting karena dengan satu roda di jalan, speedometer hanya akan membaca ½ kecepatan roda sebenarnya. Jika perhatian ini tidak diindahkan, akan menyebabkan roda melaju pada kecepatan yang berbahaya, bahaya cedar bagi operator, disintegrasi ban bahkan rusaknya kendaraan.

Saat batas slip-differential sudah diperoleh, kendaraan harus dinaikkan dari lantai saat memutar roda depan dan belakang. Jangan sampai masih ada satu roda yang masih menyentuh lantai agar kendaran tidak lari dari dongkrak atau stand..

4.3.10 Memasang pembalance

Pemberat balance dijelaskan gambar 40. Pembalance memiliki kawat penjepit yang mengait pada pelek roda, dipasang dengan menancapkannya dengan palu. Sesudah terpasang dengan baik, kemudian dengan rapi dimasukkan ke dalam pelek.

Berat yang berbeda digunakan pada roda alumunium dan roda baja, karena keduanya memiliki bentuk yang berbeda begitu juga pembalancenya.

Pembalance yang lebih ringan digunakan pada roda alumunium memiliki sifat adhesif yang menempel pada bagian datar pelek.

Pembalance dibuat dalam berbagai ukuran; dalam massa, gram ditunjukan dalam berat pembalance.

(43)

Ban dan pelek

Ban dengan pelek runout dapat dalam keadaan balance statis atau unbalance dinamis. Untuk roda yang sulit untuk dibalance, roda dan ban harus dicek lebih lama lagi. Runout diperiksa dengan menggunakan alat ukur (Dial gauge) yang diletakan di bagian bawah (gambar 41). Umumnya runout tidak lebih dari 2 mm.

Sedangkan ban diperiksa di bagian tengah tapaknya untuk diameter ban dan di bagian pinggirnya pada bagian sampingnya.untuk memastikan bahwa semua bagian ban sudah teperiksa. Untuk pemeriksan yang lebih akurat, ban dilepas dari peleknya.

Sebelum memeriksa ban runout kendaraan harus dipanaskan agar ban juga ikut panas.

Ban runout dan unbalance kadang dapat dikurangi dengan melepas ban dari roda dan memutarnya 180 derajat sebelum memasangnya lagi.

Gambar 41 : Membalans dengan menggunakan Dial Gauge).

(44)

Gambar 43. Menambah Tekanan Ban

4. 4 Memasang Roda

4.4.1. Prosedur Pemasangan Ban

a). Pastikan bahwa kendaraan berada pada tempat yang rata dan roda diganjal.

b). Pompa ban dengan kompresor dengan tekanan yang sesuai dengan peruntukan ban. Peralatan yang perlu disiapkan antara lain: Tire gauge (alat ukur tekanan ban), Chuck udara untuk ban, udara bertekanan, kunci roda dan jack stand.

Tabel 5. Standar Tekanan Ban

Ukuran ban Tekanan udara (kg/cm2) (depan

& belakang) 10.0-20-14PR 6.75 10.0R20-14PR 7.25 11R22.5-14PR 7.00 11/70R22.5-14PR 8.00 11.1-20-16PR 7.00 Gambar 42. Kondisi rata dan terganjal

(45)

c). Tempatkan roda pada lubang baut-baut roda sehingga posisinya tepat dan benar sesuai dengan tanda pemasangannya.

d). Dongkraklah kendaraan dan kemudian ambil stand dari bawah kendaraan.

e).Mengencangkan mur roda

Mur dan baut roda harus dikencangkan pada kecepatan tertentu. Untuk memastikannya, roda didudukkan dengan benar dan tidak didistorsi, kemudian dikencangkan dengan ketentuan yang sudah ada seperti pada gambar 45.

Keraskan mur roda dengan urutan seperti pada gambar dibawah ini, Torsi : 600 kgf-cm (59 N.m; 43 lbf.ft).

Gambar 44. Tanda Pemasangan

Gambar 45. Mendongkrak kendaraan

1 2 3 4 5 Hub Mur 1 4 3 2

FOUR WHEEL NUTS

1 4 3

2 5

FIVE WHEEL NUTS

(46)

Gambar 47. Pengencangan mur roda

• Kencangkan setiap mur roda dengan kunci mur roda dan periksa jika ada yang kendor.

¾ Jika ada yang longgar, kencangkan sampai putaran yang ditentukan. ¾ Putaran untuk mengencangkan: 4.000 - 4.800 kg.cm

4.4.2 Metode pengencangan baut

Metode pengencangan baut ada dua, yaitu: metode elastic region

(konvensional) dan metode plastic region (angle torque). a). Metode elastic region

Pada metode ini momen pengencangan bertambah sesuai dengan putaran sudut baut, bila baut dikeraskan melebihi elastic region hanya sudut putaran yang bertambah tetapi momennya tetap.

b). Metode plastic region

Pada tipe mesin tertentu, baut cylinder head dan main cap bearing dikencangkan dengan metode plastic region. Pada metode ini, pertama baut dikencangkan pada momen yang mendekati yield point (titik getas), kemudian diputar lagi sampai melewati yield point. Baut tipe ini menghalangi tegangan aksial di daerah plastic region.

(47)

Grafik 1. Metode Pengencangan Baut DAERAH ELASTIS DAERAH PLASTIS

TITIK GETAS VARIASI KECIL

VARIASI BESAR

TEKANAN AKSIAL BAUT

PATAH

(48)

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETE NSI

5.1. Sumber Daya Manusia

Pelatih

Pelatih Anda dipilih karena dia telah berpengalaman.Peran Pelatih adalah untuk : a. Membantu Anda untuk merencanakan proses belajar.

b. Membimbing Anda melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.

c. Membantu Anda untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab pertanyaan Anda mengenai proses belajar Anda.

d. Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang Anda perlukan untuk belajar Anda.

e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

f. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

Penilai

Penilai Anda melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan :

a. Melaksanakan penilaian apabila Anda telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan Anda.

b. Menjelaskan kepada Anda mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan Anda.

c. Mencatat pencapaian / perolehan Anda.

Teman kerja / sesama peserta pelatihan

Teman kerja Anda/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Anda juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja Anda dan dapat meningkatkan pengalaman belajar Anda.

(49)

5.2. Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi )

Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan Pedoman Belajar ini.

Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :

1. Buku referensi (text book)/ buku manual servis 2. Lembar kerja

3. Diagram-diagram, gambar 4. Contoh tugas kerja

5. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.

Prinsip-prinsip dalam CBT mendorong kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternative lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada.

(50)

Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Brigestone Tire Maintenance Tire Maintenance Bogor

PT. Brigestone Tire Indonesia 1992

New Step 1 Training Manual Team Toyota Astra Motor PT. TOYOTA ASTRA MOTOR 1995

Dasar-Dasar Automotive. Team Toyota Astra Motor PT. TOYOTA ASTRA MOTOR 1987

Materi Pelajaran Chassis Group Step 2 Team Astra Motor Jakarta

PT. TOYOTA ASTRA MOTOR 1995

Service Manual Tyre Changer Pontecchio Marconi

Pontecchio Marconi Bologna Italia 2003

Automotive Encyyclopedia

William K. Tobolt & Larry Johnson

The Good Heart- Wilcox Copany Inc Publisher 1977

(51)

5.3 Bahan Dan Alat Yang Digunakan

5.3.1 Bahan :

1). Ban mobil Luar 13 „ 2). Pelk Mobil Ring 13“ 3). Timah atau pembalans 4). Kain Lap/majun 5). Sabun Colek (Omo)

5.3.2. Alat :

1). Mesin Pelepas Ban (Tire changer) 2). Mesin pembalans

3). Palu

4). Gunting besar 5). Tang potong

Gambar

Gambar  5. Memeriksa Run Out Pelek  4.2.2.1  Pemeriksaan keausan ban.
Gambar 8. Pemeriksaan Kerusakan Luar Ban  Rib Tear
Gambar 9. Aus Pada Tengah Tread dan Pada Shoulder  4.2.2.6  Keausan Ban Sebelah Dalam Atau Sebelah Luar
Gambar 11. Keausan Ban Akibat Toe – in
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis kelompok kami bangunan Gama Book Plaza memenuhi kriteria secara fisik namun tidak memenuhi kriteria secara legal, karena tidak sesuai dengan

Modal manusia dipengaruhi oleh indeks pembangunan manusia dimana terdapat tiga indikator komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam

Setelah ditetapkan wilayah yang akan digunakan sebagai lokasi penerapan silvopastura, kemudian komunikasi awal dilakukan oleh pihak Dinas Peternakan dan Perikanan serta

Apa saja faktor yang mendukung terlaksananya program kerja OSIS yang membantu meningkatkan kedisiplinan salat berjamaah siswa.. Apa saja faktor yang menghambat program

Penelitian ini membahas tentang pengaruh penerapan ice breaking yang signifikan terhadapa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD

Pemilihan kelas VIII yang akan diberikan informasi studi lanjut tambahan karena kelas VIII merupakan jenjang menuju kelas IX dimana saat kelas IX nanti siswa sudah

Dinamo sepeda adalah perangkat yang mengubah energi gerak menjadi listrik yang bersumber dari perputaran ban depan sepeda .Dikarenakan sumber dari putaran roda ban sepeda ,

Dalam proses pembelajaran, guru biasanya memulai kelas dengan berdoa dan menyiapkan sumber belajar bagi peserta didik dalam bentuk audio (rekaman hafalan atau penjelasan