• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL FENOMENA KESEHATAN Artikel Penelitian Volume 03 Nomor 02 Oktober 2020 Halaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL FENOMENA KESEHATAN Artikel Penelitian Volume 03 Nomor 02 Oktober 2020 Halaman"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL FENOMENA KESEHATAN

Artikel Penelitian

Volume 03 Nomor 02 Oktober 2020 Halaman 384-391

STUDI LITERATUR PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP

PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS

Sri Devi Syamsuddin, Samsiani HN

Prodi DIII Kebidanan, STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo sridevisyamsuddin300@gmail.com

ABSTRAK

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh Pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas Tahun 2020. Desain peneltian yang digunakan adalah metode studi literatur dengan jenis penelitian review sistematik. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh jurnal yang bertemakan Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap produksi Asi pada ibu nifas dan sampel yang digunakan sebanyak 7 jurnal sesuai dengan kriteria inklusi. Analisa data melalui metode analisis yang menggunakan PICOT.

Berdasarkan hasil analsis dari ketujuh artikel penelitian didapatkan bahwa adanya peningkatan produksi ASI pada ibu nifas yang dilakukan intervensi pijat oksitosin.

Saran kepada petugas kesehatan untuk melakukan pijat oksitosin terhadap ibu nifas yang menyusui diruang nifas atau pada saat kunjungan nifas dirumah.

Kata Kunci : Pijat Oksitosin, Produksi ASI, Ibu Nifas ABSTRACT

Breast milk is grease emulsion in protein liquid, lactose and an organic mineral salt that is secretion by mammary gland, it is useful for baby. The purpose of this research is identifying the influence of oxytocin massage toward ASI production to postpartum in 2020. Research design is literature study method with systematic review research. The research population is all of jurnals those have as a theme Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap produksi Asi pada ibu nifas and the samples are 7 jurnals that is suitable for inclusive criteria. The data was analysed by PICOT analysis method.

Based on analysis method from seven jurnals was found the increse of ASI production to postpartum that has oxytocin massage treatment.

Suggestion for the health care worker is do oxytocin massage to postpartum that breastfeed in postpartum room or when visit her in house.

Key Words : Oxytocin Massage, Production ASI, Postpartum. PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Pengertian ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI

merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. (Wahyuningsih, 2018 : 152)

Hamil dan melahirkan adalah hak bagi ibu, namun mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) adalah hak bayi. Oleh karena itu, setelah melahirkan seorang ibu tidak mempunyai pilihan lain kecuali harus menyusui bayinya. ASI merupakan makanan terbaik bayi dan diberikan selama 6 bulan penuh tanpa makanan tambahan lain. (Astutik., 2015 : 9 )

(2)

masih sangat rendah. Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi di bawah usia 6 bulan yang mendapatkan ASI secara ekslusif di seluruh dunia, angka tersebut juga tidak mengalami kenaikan pada tahun 2015 yaitu sebesar 40% keberhasilan pemberian ASI ekslusif di seluruh dunia. (Kholisotin, 2018)

Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018 yaitu sebesar 68,74%. (Depkes, 2018) sedangkan target indonesia dari target nasional sebesar 80%. Dari capaian ASI ekslusif diatas Indonesia masih belum mencapai target yang ditetapkan.

Dari 34 provinsi, Provinsi Sulawesi Selatan tergolong rendah yaitu 40,0% sedangkan target nasional yaitu 80,0%. Berdasarkan data yang didapatkan pada tahun 2016 cakupan pemberian ASI ekslusif terendah di kabupaten/kota Gowa (24,07%), Palopo (33,17%) dan Jeneponto (50,20%). (Lestari dan Soewondo, 2017)

ASI yang kurang akan

mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk menyusui, sehingga menyebabkan terjadinya persepsi ketidakcukupan ASI yang selanjutnya memengaruhi pikiran ibu dan pengeluaran oksitosin. Sebagaimana penelitian WHO pernah menyampaikan bahwa alasan terbanyak ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif karena merasa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi (Susanto, 2018)

Persiapan payudara untuk menyusui dimulai sejak kehamilan yang ditandai dengan payudara menjadi lebih besar seiring dengan meningkatnya jumlah dan ukuran kelenjar alveoli sebagai hasil dari peningkatan kadar hormon estrogen. Hal ini terjadi sampai seorang bayi telah disusui untuk beberapa hari dimana produksi susu yang sebenarnya dimulai. Dalam beberapa hari pertama payudara mengeluarkan kolostrum yang sangat

penting bagi kesehatan bayi. Payudara menghasilkan ASI dimulai ketika bayi mulai menyusu pada puting susu dan hasil rangsangan fisik menyebabkan impuls pada ujung saraf yang selanjutnya dikirim ke hypothalamus di otak yang secara bergantian memberitahu kelenjar pituitary di otak untuk menghasilkan hormon oksitosin dan prolaktin. Prolaktin menyebabkan air susu diproduksi dan oksitosin menyebabkan serat otot yang mengelilingi kelenjar alveoli mengerut seperti pada otot rahim. Saat serat otot di sekeliling kelenjar alveoli mengkerut menyebabkan air susu keluar yang disebut aliran, kejadian ini dapat menimbulkan sensasi pada payudara dan menyemprotkan susu dari puting susu (Astutik, 2015).

Banyak hal yang dapat

mempengaruhi produksi ASI. Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang dihasilkan juga banyak. Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih sayang. Sebab, kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan dan relaks. ( Rukiyah, dkk 2018 : 99)

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan Air Susu Ibu (ASI) bisa mencegah kematian bayi dan kematian ibu. Dengan menyusui, banyak hormon yang dikeluarkan salah satunya oksitosin. (Kemenkes, 2019)

Menurut hasil peneltian yang dilakukan oleh Emy Suryani bahwa ada

(3)

pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI hal ini dibuktikan dengan adanya bayi yang sering BAK menunjukan bahwa bayi mendapatkan ASI yang cukup.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik, untuk melakukan penelitian studi literatur tentang “Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu Nifas Tahun 2020”.

METODE Rancangan

Desain penelitian Studi Literatur dengan jenis pelitian Review Sistematik.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online.

Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis PICOT

HASIL

Karena tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, setelah skirining lebih lanjut sesuai dengan desain dalam penelitian studi literatur, total hasil penelusuran artikel dengan kata kunci yang telah ditentukan adalah 611 jurnal, dengan rincian Google Schoolar 587 jurnal, Media Neliti 9 jurnal dan Researchgate 15 jurnal. Didapatkan 25 jurnal melalui pemilihan judul. Sebanyak 18 jurnal dieksklusikan dan keterkaitan dengan implikasi kebidanan maka terpilih 7 jurnal.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari 7 jurnal penelitian yang berkaitan dengan tema pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas, terdapat 6 jurnal penelitian yang menggunakan desain one grup pretest protest dan 1 artikel penelitian menggunakan kelompok kontrol. Masing-masing jurnal penelitian mengukur produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin untuk melihat perbedaan antara sebelum dan sesudah pijat oksitosin.

Dalam penelitian Magdalena, dkk (2019) Rata-rata frekuensi menyusu bayi pretest adalah 5.75 kali sehari dan rata-rata frekuensi menyusu bayi posttest adalah 7.94 kali sehari. Angka ini menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 2.19 kali sehari setelah dilakukan intervensi pijat oksitosin. Sebelum dilakukan intervensi pijat oksitosin didapatkan hasil wawancara bahwa responden mengeluh produksi ASI yang sedikit sehingga menghambat pemberian ASI pada bayi, beberapa responden melakukan penanganan

dengan cara kompres hangat pada payudara. Setelah dilakukan pijat oksitosin mayoritas responden mengatakan merasa nyaman dan rileks. Hasil penelitiannya, dari 16 responden terdapat 9 responden yang produksi ASI nya lancar setelah dilakukan pijat oksitosin sedangkan 7 responden produksi ASI nya tidak lancar, setelah dilakukan wawancara terhadap 9 responden yang mengalami kelancaran produksi ASI, responden mengatakan adanya dukungan keluarga terutama suami yang ikut membantu pelaksanaan pijat oksitosin terhadap responden dirumah. Untuk penelitian ini kekurangannya adalah kriteria inklusi dan ekslusi tidak dijelaskan.

Hal ini sejalan dengan teori

Rukiyah, dkk (2018) untuk

memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.

Dalam penelitian Nur, dkk (2019) menunjukan hasil penelitian dengan rata-rata produksi ASI sebelum

(4)

dilakukan pijat oksitosin adalah sebesar 0,00 dengan jumlah rata-rata 0,00. Sedangkan rata-rata produksi ASI sesudah pijat oksitosin adalah sebesar 5,00 dengan jumlah rata-rata 45,00 sehingga dapat terlihat adanya peningkatan rata-rata produksi ASI sesudah pijat oksitosin. tetapi terdapat 1 orang ibu post partum yang tidak mengalami peningkatan produksi ASI, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti umur, nutrisi dan kondisi psikologis ibu yang tidak percaya diri untuk memproduksi ASI sebagaimana ibu masih berusia lebih muda. Berdasarkan hasil wawancara kembali yang dilakukan oleh Nur, dkk (2019) bahwa dari ibu post partum, diperoleh ibu berusia diatas 35 tahun dan merupakan ibu multipara dan juga didaptkan informasi bahwa ibu mengeluh dan merasa tidak percaya diri bahwa ia akan memproduksi ASI dengan bai terutama karena umurnya yang sudah tidak muda lagi karena itu ia selalu memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya. Kekurangan dalam penelitian ini adalah sampel yang digunakan hanya berjumlah 10 responden.

Hal ini sejalan dengan pendapat Devita (2018) bahwa rasa tidak nyaman, gelisah atau perasaan tidak percaya diri ketika menyusui yang dialami ibu berdampak pada kondisi psikologis. Stress psikologis mempengaruhi kerja hormon-hormon menyusui untuk memproduksi dan mengalirkan ASI.

Hasil penelitian yang dilakukan Delima, dkk (2016) didapatkan rata-rata sebelum pijat oksitosin sebesar 7,05 dan setelah dilakukan pijat oksitosin didapatkan rata-rata 9,00. Artinya ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI. akan tetapi terdapat 4

orang ibu menyusui yang tidak mengalami peningkatan produksi ASI. ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti umur, nutrisi dan psikologi ibu. Pada penelitiannya terdapat ibu berusia 42 tahun dan 39 tahun. Kekurangan dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi dan eksklusi tidak dijelaskan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Albertina (2014) bahwa kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, gizi, emosional, psikis fisiologis ibu dan lain-lain.

Dalam penelitian Ridawati, dkk (2018) yang dilakukan pada 30

responden menunjukan bahwa

pengeluaran ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin sebanyak 30 responden dengan kategori kurang. Penurunan produksi ASI dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI. Setelah dilakukan pijat oksitosin sebagian besar responden masuk kedalam kategori cukup dengan rata-rata 4,25 kali lebih besar daripada sebelum dilakukan intervensi pijat oksitosin. Kekurangan dalam penelitian ini adalah tidak mencantumkan intrument penelitian yang digunakan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Suciawati (2017) bersamaan dengan terbentuknya hormon oksitosin, hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin yang berfungsi untuk membuat air susu sehingga proses laktasi lancar dan bayi mendapatkan ASI yang cukup.

Dalam penelitian Indrayani, dkk (2018) yang meniliti pengaruh pijat oksitosin dan pijat payudara pada ibu post partum. Dari hasil penelitiannya menunjukan sebanyak 10 orang pada kelompok pijat oksitosin sebelum

(5)

dilakukan pijat oksitosin sebagian responden mengalami produksi ASI kurang yaitu sebanyak 6 orang (60%) dengan nilai mean 3,40 dan produksi ASI setelah dilakukan pijat oksitosin sebagian besar responden mengalami produksi ASI banyak yaitu sebanyak 8 orang (80%) dengan nilai mean 4,50. Lebih lanjut dijelaskan indrayani bahwa produksi ASI pada ibu post partum sebelum dilakukan pijat oksitosin mengalami masalah ASI yaitu tidak keluar ataupun tidak lancar, setelah dilakukan pijat oksitosin produksi ASI ibu bertambah dan ASI dapat keluar sehingga bayi dapat menyusu dengan baik dan ibu yang diberikan pijat payudara sebelum dilakukan pijat payudara produksi ASI kurang dan seteleh dilakukan piat payudara produksi ASI bertambah sedikit dan masih dalam kategori kurang. Kekurangan dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi dan eksklusi tidak dijelaskan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saribu, dkk (2014) hasil penelitiannya menunjukan ada perbedaan analisa nilai pretest pada masing-masing kelompok pijat oksitosin dan perawatan payudara. Dapat disimpulkan pijat oksitosin lebih efektif terhadap kelancaran pengeluaran ASI. penelitian ini sesuai dengan teori Vita (2018) pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf simpatis dalam merangsang hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin.

Dalam penelitian Italia, dkk (2018) hasil penelitiannya bahwa rata-rata sebelum dilakukan pijat oksitosin sebesar 1,83 dan rata-rata setelah dilakukan pijat oksitosin sebesar 2,13. Oleh karena nilai rata-rata produksi ASI setelah pijat oksitosin lebih besar dari

pada rata-rata produksi ASI sebelum pijat oksitosin sehingga dapat dinyatakan bahwa pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi Asi ibu post partum. Kekurangan dalam penelitian ini adalah sampel yang digunakan hanya berjumlah 13 responden.

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Isnaini (2015) bahwa ada hubungan pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI. hal ini dikarenakan pijat oksitosin merupakan tindakaan yang dilakukan pada ibu menyusui yang berupa pemijatan atau massage pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin.

Dalam penelitian Agustina (2015) Berdasarkan hasil penelitiannya didapatkan bahwa rata- rata produksi ASI sebelum diberikan pijatan adalah 93,18 ml dan rata- rata sesudah diberikan pijatan adalah 172,18 ml, perbedaan rata- rata post dan pre adalah -79 ml dan nilai p value = 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pijat memberikan pengaruh terhadap produksi ASI pada ibu nifas. Kekurangan dalam penelitian ini adalah intervensinya hanya diberikan sebanyak 2 kali.

Penelitian ini sesuai dengan teori Wahyungsih (2018) Pijat oksitosin adalah tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 – 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar yang dapat mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta, mencegah perdarahan, serta memperbanyak produksi ASI.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan dari ketujuh artikel penelitian yang dikaji, terdapat bahwa produksi ASI responden sebelum

(6)

dilakukan pijat oksitosin berada dalam kategori kurang, hal ini disebabkan karena faktor umur dan psikis ibu yang tidak percaya diri untuk menyusui bayinya. Setelah dilakukan pijat oksitosin pada responden yang dijadikan kelompok intervensi didapatkan peningkatan produksi ASI yang signifikan. Bahkan ada penelitian yang membandingkan pengaruh pijat oksitosin dan pijat payudara dengan hasil pijat oksitosin lebih efektif dalam meningkatkan produksi ASI.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan hasil review dari ketujuh jurnal didapatkan adanya peningkatan produksi ASI pada ibu nifas yang dilakukan intervensi pijat oksitosin. Saran

Saran yang diberikan yaitu diharapkan kepada petugas kesehatan untuk melakukan pijat oksitosin terhadap ibu nifas yang menyusui diruang nifas atau pada saat kunjungan nifas dirumah UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini, terutama kepada teman yang telah banyak memberikan sarannya kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Alamako F, (2019) Menkes Nila:

Menyusui Bisa Cegah

Perdarahan pada Ibu (Online). https://www.liputan6.com/healt h/read/4033266/ diakses 16 juni 2020.

Albertina M, dkk, (2014) Hubungan Pijat Oksitosin Dengan

Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Seksio Sesarea ke 2-3. Poltekkes Kemenkes Kaltim. Volume III

No. 9

http://scholar.google.co.id/scho lar_url?url=http://husadamahak am.poltekkes-kaltim.ac.id diakses 02 juli 2020

Astuti Sri, dkk, (2015) Asuhan

Kebidanan Nifas dan

Menyusui. Bandung : Penerbit Erlangga

Astutik Yuli, (2015) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Trans Info Media

Catur A. dan Nurul M. (2015) Pengaruh Pijat Terhadap Produksi ASI

Pada Ibu Postpartum

Primipara. Politeknik

Kesehatan Kemenkes

Semarang. Vol. 8 No. 1 http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/ article/ diakses 25 juni 2020 Delima M dan Arni Z, (2016) Pengaruh

Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui. STIKes Perintis Padang. Vol. 9 No. 4 http://ejournal.lldikti10.id/inde x.php/ diakses 25 juni 2020 Devita A. dan Dewi C, (2018)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Produksi ASI. STIK Bina Husada Palembang. Volume 4 Nomor 1 diakses 02 juli 2020

(7)

Ea Sulami, Sulistiangsih, (2018) Teknologi Laboratorium Medik Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber daya Manusia Kesehatan.http://bppsdmk.kem kes.go.id/pusdiksdmk/wpconte nt/uploads/2018/09/Karya-Tulis-Ilmiah_SC-1.pdf diakses 20 juni 2020 http://scholar.google.co.id/schol ar_url?url=http://ejurnalmalahay ati.ac.id/index. diakses 02 juli 2020

Indrayani T dan PH Anggita, (2018) Pengaruh Pijat Oksitosin dan Pijat Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum. Universitas Nasional. Vol. 2

No. 1

https://www.jqwh.org/index.ph p/JQWH/ diakses 25 juni 2020 Isnaini N. dan Diyanti R. (2015)

Hubungan Pijat Oksitosin Pada

Ibu Nifas Terhadap

Pengeluaran ASI. Universitas Malahayati B. Lampung. Vol. 1 No. 2

Italia dan Yanti (2018) Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum.

STIKES Mitra Adiguna

Palembang. Vol. 9, No.17

http://e-jurnal.stikesmitraadiguna.ac.id/ index.php/jkp/article diakses 25 juni 2020

Kholisotin, dkk, (2018) Pengaruh Pijat

Oksitosin Terhadap

Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Primipara Di RSIA Srikandi IBI. Universitas Nurul

Jadid. Voume 7 Nomor 2. https://ejournal.unuja.ac.id/inde x.php/jkp/article/download/598 /405

Lestari dan Soewondo, (2017) Analisis Sosiodemografi terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Sulawesi Selatan : Analisis Data Susenas 2017.

Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. Vol. 15 No. 1.

https://journal.unhas.ac.id/inde x.php/mkmi/article/view/5866/ pdf

Magdalena, (2019) Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Menyusui. Poltekkes Kemenkes Riau. Vol. 20 No. 2 http://ji.unbari.ac.id/index.php/i lmiah/article/view/939 diakses 25 juni 2020

Nur I,dkk, (2019) Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum. Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam. Vol.2 No.1 https://ejournal.medistra.ac.id/i ndex.php/JKK/article/view/ diakses 25 juli 2020

Rukiyah dan Lia, (2018) Buku Saku Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Trans Info Media

Saribu D.J.H. dan Pujiati W. (2014) Pengaruh Pijat Oksitosin dan Perawatan Payudara Terhadap

Pengeluaran ASI Pada

Primigravida Trimester III. STIKES Hang Tuah Tanjung

(8)

Pinang. Vol. 7 No. 2 http://scholar.google.co.id/citati ons?user diakses 05 juli 2020 Siswanto, (2010) Systematic Review

Sebagai Metode Penelitian Untuk Mensintesis Hasil-Hasil Penelitian. Surabaya : Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Suciawati A, (2017) Efektifitas Pijat

Oksitosin terhadap

Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas.Universitas Nasional.

Vol. 07 No. 04

http://journals.stikim.ac.id/inde x.php/jikm/article/view/169 diakses 02 juli 2020

Sulaeman R, (2018) Pengaruh Pijat Terhadap Pengeluaran ASI

Pada Ibu Postpartum

Primipara. Poltekkes

Kemenkes Mataram. Volume 13 No. 1 http://jkp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/ article/

Suryani E, dkk, (2013) Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum. Poltekkes Solo. Vol. 2 No. 2.

http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index. diakses 15 juni 2020

Sutanto Vita, (2018) Asuhan Kebidanan

Nifas dan Menyusui.

Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Wahyuningsih Puji, (2018) Asuhan

Kebidanan Nifas dan

Menyusui. Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber daya

Manusia Kesehatan. http://bppsdmk.kemkes.go.id/p usdiksdmk/wpcontent/uploads/ 2018/09/Asuhan-Kebidanan-Nifas-dan-Menyusui_SC.pdf diakses 18 juni 2020

Referensi

Dokumen terkait

Dari pertanyaan 14, dapat dilihat prilaku responden dalam mengevaluasi informasi terhadap informasi yang telah diperoleh, 88,89% pada umumnya responden menjawab mendiskusikannya

Untuk mengkonversi motor tegangan terminal dari menyusahkan menjadi berguna 5V logika tegangan, papan driver motor menyediakan rangkaian regulator tegangan yang diaktifkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non

20 hingga 25 tahun yang dibahagikan kepada 3 kumpulan. Faktor yang dikaji adalah 1) kesan penggunaan anestetik Alcaine 0.5%, 2) variasi pengukuran pada waktu pagi dan petang dan

Oleh karena itu, untuk menyusun rekomendasi pupuk pada tanaman manggis perlu didapatkan daun yang tepat sebagai daun sampel, sehingga daun tersebut dapat digunakan sebagai alat

Praktik seperti ini sangat bertentangan dengan prinsip non diskriminasi yang diatur dalam WTO yang telah diratifikasi Negara Indonesia melalui Undang-Undang Nomor

bahwa dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan iklim investasi dan pelayanan publik di bidang perizinan serta untuk menjamin kepastian hukum

Usia 6 bulan merupakan usia bayi memasuki tahap perkembangan, dimana bayi akan lebih banyak menggunakan aktifitas fisiknya, selain itu meningkatnya kemampuan bayi