• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Terapeutik Pada Penyakit Kronis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komunikasi Terapeutik Pada Penyakit Kronis"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

 A. SITUASI KONDISI

 A. SITUASI KONDISI KLIEN KRONISKLIEN KRONIS

Ketika orang mengalami penyakit akut terpencil atau masalah kesehatan dan mencari perawatan, Ketika orang mengalami penyakit akut terpencil atau masalah kesehatan dan mencari perawatan, rencana perawatan klien sering fokus pada pemahaman dan persiapan untuk tes diagnostik, medis dan rencana perawatan klien sering fokus pada pemahaman dan persiapan untuk tes diagnostik, medis dan bedah intervensi, dan pemulihan kegiatan. Penyakit akut adalah terbatas dengan serangan, pengobatan, bedah intervensi, dan pemulihan kegiatan. Penyakit akut adalah terbatas dengan serangan, pengobatan, dan penyembuhan tahapan, dan kembali ke klien mereka biasa dengan gaya hidup sederhana, jika ada dan penyembuhan tahapan, dan kembali ke klien mereka biasa dengan gaya hidup sederhana, jika ada perubahan yang diperlukan. ketika orang mengalami penyakit kronis namun, rencana perawatan harus perubahan yang diperlukan. ketika orang mengalami penyakit kronis namun, rencana perawatan harus beralih dari fokus pada obat untuk fokus pada penyakit dan perubahan gaya hidup. tidak ada fase beralih dari fokus pada obat untuk fokus pada penyakit dan perubahan gaya hidup. tidak ada fase

penyembuhan selesai, dan perubahan gaya hidup yang pasti terjadi sebagai penyakit berlangsung. klien penyembuhan selesai, dan perubahan gaya hidup yang pasti terjadi sebagai penyakit berlangsung. klien dengan penyakit kronis dan keluarganya harus belajar untuk beradaptasi terhadap perubahan berbagi dengan penyakit kronis dan keluarganya harus belajar untuk beradaptasi terhadap perubahan berbagi aspek kehidupan, antara lain:

aspek kehidupan, antara lain: 1 .Identitas 1 .Identitas 2. Peran 2. Peran 3. Relationship 3. Relationship 4. Kemampuan 4. Kemampuan 5. Pola prilaku 5. Pola prilaku

Tahap Perjalanan Penyakit Kronis Tahap Perjalanan Penyakit Kronis

Sebagai penyakit yang menuntut perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, Penyakit kronis melalui Sebagai penyakit yang menuntut perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, Penyakit kronis melalui tahapan, sebagai berikut:

tahapan, sebagai berikut: 1. Progresif

1. Progresif

Tingkat kemampuan meningkat dengan perode sembuh yang minimal. Adaptasi terhadap penyakit dan Tingkat kemampuan meningkat dengan perode sembuh yang minimal. Adaptasi terhadap penyakit dan tuntutan perubahan peran sangat dibutuhkan.

tuntutan perubahan peran sangat dibutuhkan.

a. Penyakit yang sangat progresif memerlukan peningkatan adaptasi dengan periode waktu yang singkat a. Penyakit yang sangat progresif memerlukan peningkatan adaptasi dengan periode waktu yang singkat Contoh: Penyakit kanker yang tidak berespon terhadap pengobatan.

Contoh: Penyakit kanker yang tidak berespon terhadap pengobatan.

b. Penyakit progresif yang lamban memerlukan stamina yang lebih besar dalam menghadapi penyakitnya b. Penyakit progresif yang lamban memerlukan stamina yang lebih besar dalam menghadapi penyakitnya yang berkembang secara lambat.

yang berkembang secara lambat. Contoh: Emfisema, Diabetes Mellitus Contoh: Emfisema, Diabetes Mellitus 2. Konstan/ Menetap

2. Konstan/ Menetap

Setelah injuri akut seperti dtroke atau injury spinal cord akan diikuti dengan periode stabilitas fisik dan Setelah injuri akut seperti dtroke atau injury spinal cord akan diikuti dengan periode stabilitas fisik dan adaptasi terhadap penurunan fungsi adaptasi atau keterbatasan. Secara umum periode stabilitas dan adaptasi terhadap penurunan fungsi adaptasi atau keterbatasan. Secara umum periode stabilitas dan kebutuhan akan perawatan dapat diperkirakan.

kebutuhan akan perawatan dapat diperkirakan. 3. Kambuh/ Episodic

3. Kambuh/ Episodic

Periode kambuh tidak dapat dipredikasi, menyebabkan ketegangan pada klien dan keluarga. Seperti Periode kambuh tidak dapat dipredikasi, menyebabkan ketegangan pada klien dan keluarga. Seperti migraine, multiple selerosis mempunyai periode yang bervariasi dengan tanda dan gejala yang minimal migraine, multiple selerosis mempunyai periode yang bervariasi dengan tanda dan gejala yang minimal sampai dengan tidak ada. Gaya hidup normal menjadi terganggu dengan munculnya periode akut sampai dengan tidak ada. Gaya hidup normal menjadi terganggu dengan munculnya periode akut dimana membutuhkan perawatan yang seringkali menyebabkan perubahan peran keluarga. dimana membutuhkan perawatan yang seringkali menyebabkan perubahan peran keluarga.

Prinsip Komunikasi pada Usia Lansia Prinsip Komunikasi pada Usia Lansia

Diperlukan pendekatan individual tentang kemampuan kognitif , tingkat orientasi, dan penurunan sensori. Diperlukan pendekatan individual tentang kemampuan kognitif , tingkat orientasi, dan penurunan sensori. Pengkajian kognitif pada lansia, antara lain:

Pengkajian kognitif pada lansia, antara lain: 1. Pilih waktu yang tepat,

1. Pilih waktu yang tepat,

2. Ruangan cukup penerangan, 2. Ruangan cukup penerangan, 3. Intonasi suara dipertahankan, 3. Intonasi suara dipertahankan,

4. Bilamenggunakan kaca mata atau alat Bantu dengar, anjurkan untuk dipakai, 4. Bilamenggunakan kaca mata atau alat Bantu dengar, anjurkan untuk dipakai, 5. Duduk ditempat yang bias dilihat,

5. Duduk ditempat yang bias dilihat,

6. Tanyakan pertanyaan dengan lambat dan tunggu respon, 6. Tanyakan pertanyaan dengan lambat dan tunggu respon,

7. Tes tidak akurat bila dilaksanakan pada saat neri atau mendapat obat sedative. 7. Tes tidak akurat bila dilaksanakan pada saat neri atau mendapat obat sedative.

(2)

B. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KRONIS  Area intervensi dan peran Kom unikasi antara lain:

1. Mengenal, mengakui dan menerima emosi klien dan keluarga terhadap status fisik dan kebutuhan pengobatan

Cara yang terpenting adalah melalui komunikasi saat mengobservasi dan bekerja dengan klien dan keluarga, perawat harus belajar tentang perasaan dan reaksi mereka merupakan kunci intervensi komunikasi adalah mendengar

Tahapan mendengar yang terapeutik, antara lain:

a. Menyatakan bahwa anda mendengar, seperti pernyataan sederhana bahwa anda mendengar mereka, memberi kesempatan untuk berbicara dan mengemukakan hal yang dipikirkan.

b. Menyatakan isi atau kandungan dari apa yang telah dikatakan, seperti mengulang kembali, memberi kesempatan pada klien untuk klarifikasi, dan melanjutkan atau menggali lebih dalam.

c. Menyatakan kembali emosi yang telah diperlihatkan dengan cara merefleksikan kembali emosi yang telah diekspresikan seperti merespon terhadap tingkat emosional dapat memberikan hasil yang baik dan biasanya memfasilitasi ekspresi perasaan.

d. Menggali informasi lebih banyak dengan cara menunjukan bahwa anda tertarik atau ingin mengetahui lebih jelas tentang hal-hal yang ingin dikatakan atau kebutuhan atau keinginan.

2. Bekerja dengan klien dan keluarga untuk mengidentifikasi pemahaman tentang sakit dan keterlibatan di dalam perwatan serta harapan mereka terhadap petugas kesehatan.

Sering diasumsikan bahwa seseorang dengan sakit kronik dan keluarganya. Mengerti akan proses penyakit dan pengobatan karena mereka telah hidup lama dengan kondisi tersebut menjadi asumsi yang tidak dibenarkan sehingga tujuan yang diharapkan perawat tidak sesuai dengan tujuan klien dan

keluarga. Pada perencanaan harus dibuat bersama dan didiskusikan sehingga didapat gambaran tentang pemahaman klien, kemampuan untuk menerima proses penyakit, dampak penyakit serta kemampuan yang diharapkan untuk berfungsi

Jika klien dan keluarga mengalami shock atau denial perlu dilakukan pendekatan dengan fokus, antara lain:

a. Support terhadap emosi mereka

b. Sharing dan menguatkan informasi mendasar tentang sakit dan perawatan rutin, seperti: 1) Mengulang informasi

2) Menulis informasi

3) Secara bertahap menambah detail dan kedalaman penjelasan

Biasanya mereka akan memperlihatkan kesiapannya melalui pertanyaan-pertanyaan dan

keingintahuannya tentang apa saja yang telah dilakukan dengan melihat terhadap kemungkinan adanya kesempatan untuk menolong mereka lebih memahami apa yang terjadi dan tujuan intevensi yang

dilakukan, seperti:

a) Marah terhadap apa yang terjadi mungkin diarahkan kepada staff

Yang harus dilakukan perawat adalah menerima keluhan dan klarifikasi apa yang menyebabkan klien dan keluarga marah dan hindari perilaku nonverbal yang konfrontasi.

b) Bagaimana interprestasi dan reaksi klien terhadap tanda dan gejala yang dialaminya dapat menjadi petunjuk terhadap pemahaman dan reaksi terhadap penyakit. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat adalah:

(3)

• Hati-hati melakukan pemeriksan fisik • Observasi terhadap respon fisik klien

Contoh: Pucat, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, berkeringat, meringis, kesulitan tidur. • Observasi respon emosional klien

Contoh: Menarik diri, Perlakuan iritabel.

• Gali bagimana biasanya mereka mengekspresikan bila rasa nyeri dan stress timbul. Contoh: Apakah cenderung menahan diri atau hanya dirinya yang tahu, apakah mereka mengekspresikan emosinya ketika nyeri dan stress terjadi.

• Jika pengobatan dan perawatan tidak dapat mengurangi keluhan mungkin nyeri merupakan bagian dari masalah

• Ketika klien mengalami kehilangan fungsi fisik atau peran keluarga, kehilanga n tersebut dapat diekspresikan sebagai nyeri

• Jika nyeri menjadi kronik dan merupakan fokus utama klien maka masalah dapat berkembang menyangkut keluarga dan sosial, pekerjaan, farmakologik dan dimensi interpersonal

• Keberhasilan penanganan memerlukan pengkajian yang lengkap dari multidisiplin untuk tiap dimensi, diikuti oleh intervensi multidisiplin yang tepat dan konsisten. Dalam hl ini membutuhkan komunikasi yang  jelas, konsisten dan terkoordinasi dengan klien dan keluarga.

3. Bekerja untuk menyamakan harapan klien dan professional

Hal-hal yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi harapan klien adalah:

a. Sharing informasi tentang proses penyakit dan penjelasan mengenai penanganan terapi, medikasi dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi

b. Menetapkan keperawatan rutin yang tepat dimana klien dapat melaksanakannya

c. Dorong klien dan keluarga untuk bertanya dan berpartisipasi dalam membuat keputusan

4. Koordinasi kebutuhan perawatan dan pengobatan dengan kemampuan dan tingkat energi serta keluarga

Penyakit kronis dapat menurunkan energi klien secara fisik, mental dan emosional. Kekhawatiran financial dapat menjadi stressor utama yang dapat mempengaruhi mental dan emosi. Jika kelelahan menjadi kronik dan berdampak pada kesehatan dan kemampuan secara umum untuk melakukan aktifitas yang diharapkan. Dengan mengetahui bahwa perawat memperhatikan kebutuhan mereka akan

mengajarkan mereka untuk mengevaluasi secara periodic.

5. Suport strategi koping yang positif dan penggunaan sumber-sumber multidisiplin yang dibutuhkan. Peran kunci perawat bekerja dengan klien dan keluarga adalah membantu mereka dapat mengatasi stress dengan sukses dengan strategi yang difokuskan pada:

a. Pencegahan atau menurunan stress

b. Meningkatkan kemapuan untuk menghadapi stress

Cara Berkomunikasi pada Lansia

Berikut ini cara-cara berkomunikas pada lansia, antara lain: 1. Perkenalkan diri dan ulangi setiap waktu,

2. Bicara pelan dan jelas dan beri waktu berespon, 3. Gunakan bahasa yang sederhana,

(4)

C. . INTERVENSI PADA PENDERITA KRONIS

Bantuan yang diberikan kepada klien dan keluarga ditekankan pada kebutuhan fisik dan psikososial dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Kebutuhan dan perubahan kemampuan selalu berubah dipengaruhi oleh usia dan rasa berduka yang disebabkan oleh penyakit yang dihubungkan dengan beberapa hal, antara lain:

1. Kehilangan, 2. Pola keyakinan, 3. Tujuan personal, 4. Perubahan peran, 5. Faktor financial, 6. Metoda koping, 7. Tingkat pengetahuan, 8. Support system.

Rencana keperawatan efektif diperlukan kebebasan, terbuka, komunikasi tanpa henti dengan klien dan keluarga sebagai pusat kesehatan dalam keperawatan (Weaver dan Wilson, 1994).

Intervensi pada klien dan keluarga dihubungkan dengan issue yang pada pengkajiannya perlu

mengidentifikasi Kemampuan fungsional dan psikososial, serta kekuatan dan kelemahan. Hal penting yang harus diketahui oleh klien dan keluarga sebagai dampak dari perubahan penyakit pada masa transisi. Adapun faktor-faktor yang harus diidentifikasi adalah

1. Apakah arti transisi bagi klien dan keluarga?

2. Apa harapan klien dan keluarga terhadap adanya perubahan? 3. Bagaimana status fisik dan emosional klien dan keluarga?

4. Apakah klien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melewati masa transisi?

5. Apakah lingkungan mendukung?

6. Bagaimana kebenaran perancanaan yang dibuat untuk membantu pasien dan keluarga dalam bekerja melewati masa transisi?

(5)

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PENDAHULUAN

Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat

komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain: berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan lain sebagainya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi.

Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan dan

mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan, yaitu: mempengaruhi orang lain dan untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak memiliki kegunaan atau tidak berguna (menghambat/blok penyampaian informasi atau perasaan). Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimiliki oleh seseorang

menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai dan tidak sukai. Melalui

komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan. Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam komunikasi yaitu;

komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator (pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media kepada komunikan (penerima pesan) sehingga timbul efek atau akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikan juga dapat memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu komunikasi yang lebih lanjut.

Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan-mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi

pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.

Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan hubungan antara perawat dan klien.  Addalati (1983), Bucaille (1 979) dan Amsyari (1995) menegaskan bahwa seorang pera wat yang

beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli terhadap pasien, seseorang (perawat) yang tidak care dengan orang lain (pasien) adalah berdosa. Seorang perawat yang tidak menjalankan

profesinya secara profesional akan merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga dirinya sendiri. Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/kelompok. Demikian pula ditegaskan dalam Poter dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam tiga tahapan yakni komunikasi intrapersonal (terjadi dalam diri individu sendiri), interpersonal (interaksi antara dua orang atau kelompok kecil) dan publik (interaksi dalam kelompok besar).

Referensi

Dokumen terkait

KESATU : Mengangkat Pembimbing Tesis Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semester Gasal Tahun Akademik

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif yang sifatnya induktif (kesimpulan khusus menjadi umum), yaitu usaha untuk memperoleh kesimpulan

Pembelajaran PKn pada parakteknya masih mengalami banyak kendala-kendala seperti guru pengampu mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk trlibat langsung dalam

Dengan demikian, karakteristik pengetahuan pekerja diarahkan pada ketiga hal tersebut yakni memberikan pengetahuan dan wawasan terkait dunia tempat mereka hidup,

Organisasi kemahasiswaan di lingkungan Unesa untuk selanjutnya disebut ormawa adalah organisasi mahasiswa yang dibentuk dari, oleh, dan untuk mahasiswa pada

Di Indonesia sendiri telah terdapat banyak perusahaan Leasing yang tersebar di wilayah Indonesia salah satunya PT BFI Finance Indonesia Tbk , ketika masyarakat tidak bisa

Roth (1993) mengartikan arsitektur sebagai wadah fisik untuk kegiatan manusia; Pevsner (1943) menyatakan bahwa sejarah arsitektur merupakan sejarah manusia dalam membentuk

Gambar penting yang terdapat pada tubuh anak yang teraniaya adalah berbekasnya akibat tindakan yang terjadi berulang kali. Terlihat bekas trauma yang sering diikuti dengan