TUG
TUGAS
AS IN
INDIV
DIVIDU
IDU
MAKALAH
MAKALAH PEMBENT
PEMBENTUKAN
UKAN MINERAL
MINERAL LOGAM
LOGAM
DI INDONESIA
DI INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sumber Daya Alam ( SDA )
Mata Kuliah Sumber Daya Alam ( SDA )
Dosen Pengampu :
Dosen Pengampu :
Wahyu Setyaningsih,ST,MT.
Wahyu Setyaningsih,ST,MT.
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
M
Maacch
hffu
ud
d A
Allb
baacch
httiiaarr
((3
32
20
01
14
41
13
30
06
67
7))
JURUSAN GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
2014
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Alham
Alhamduliladulilah, puji syh, puji syukur keukur kehadihadiratrat Allah SAllah SWTWT yayang telang telah membeh memberikanrikan ta
taufufikik,h,hididayayahah,d,dan an ininayayahah-N-Nyya a kekepapadada pepenynyususunun sesehihingnggaga pepenynyususunun dadapapatt menyelesaikan
menyelesaikan Makalah berjudul “Makalah berjudul “PEMBPEMBENTUKENTUKANAN MINERMINERAL LOGAAL LOGAM DIM DI INDONESIA
INDONESIA““ dengan tepat waktu tanpa ada suatu halangan yag berarti.dengan tepat waktu tanpa ada suatu halangan yag berarti. Maka
Makalahlah ini disini disusun usun dengdengan tuan tujuan juan untukuntuk memememenuhi nuhi tugatugas mats mata kula kuliahiah Sumber Day
Sumber Daya Alam ( a Alam ( SDA ).SDA ). Makalah Makalah ini berisi paini berisi paparan yparan yang menjelasang menjelaskankan tenta
tentangng jenisjenis-jen-jenis mineis mineral daral dann prosproses terbes terbentukentuknya mnya mineraineral logam sl logam serta jeerta jenis- nis- jenis miineral y
jenis miineral yang ada di Indang ada di Indonesia.onesia. Pe
Penynyususunun jujuga ga memenynyadadarari bai bahwhwaa mamakakalalahh inini mai masisih jah jauh duh darari kai katata semp
sempurnaurna. Untuk . Untuk itu,itu, penypenyusunusun mengmengharapharapkan krikan kritik dan tik dan sarasaran kepan kepada peda pembacmbacaa yan
yang bersifat memg bersifat membangbangun demi tercapaun demi tercapainya keseinya kesempurnmpurnaanaan makamakalahlah ini. Haraini. Harapanpan pe
penynyususunun sesemomogaga mamakakalalahh inini dai dapapat dit diteteririma sma sebebagagai pai penenununjajang dng dalalamam pemb
pembelejaelejaranran mata kumata kuliah Sumliah Sumber Dayber Daya Alam ( SDA )a Alam ( SDA ) dan dadan dapat bermpat bermanfaanfaat bagat bagii yan
yang membag membaca.ca. Amin.Amin.
Sema
Semarangrang,, 23 Mei 2023 Mei 201414
Penulis Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar……….... 2 Daftar isi………... 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang………..………..…………... 4 BAB II PEMBAHASAN 1.1 Pengertian Mineral ………..………..………… 51.2 Penggolongan Mineral Logam………..…………... 9
1.3 Proses Terbentuknya Mineral Logam………..………..……. 11
1.4 Karakteristik Sumberdaya Mineral di Indonesia... 18
1.5 Potensi Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia... 19
BAB III PENUTUP 1.1 Kesimpulan……… 26 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.
Tidak dapat dipungkiri, sumberdaya mineral sebagai salah satu sumberdaya alam, merupakan sumber yang sangat penting dalam menopang perekonomian Indonesia. Bahkan beberapa jenis mineral, yakni minyak dan gas bumi, pernah menjadi soko guru perekonomian Pemerintah. Dalam skala global, mineral – khususnya penghasil energi utama; bahkan berperan strategis dalam menentukan peta perpolitikan dunia. Sementara mineral dalam bentuk logam mulia emas juga memiliki posisi penting dalam perekonomian dunia.
Dalam perkembangan peradaban umat manusia, mineral logam telah membuat manusia selangkah lebih maju melewati peradaban zaman batu. Sejalan dengan kemajuan teknologi, semakin banyak pula mineral yang dieksploitasi demi memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia. Jadi secara singkatnya dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari peranan berbagai macam sumberdaya mineral.
Namun sayangnya sumberdaya mineral adalah sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui lagi, pada suatu saat sumberdaya tersebut tidak akan ada lagi di bumi jika terus – menerus digunakan. Selain itu sumberdaya mineral juga memiliki nilai berbeda diwaktu yang berbeda, serta rentan dipengaruhi oleh isu – isu global dunia. Disinilah pentingnya kebijaksanaan pemerintah dalam mengelola sumberdaya mineral dengan cara memahami seutuhnya karakteristik dan potensi sumberdaya mineral di Indonesia guna kemajuan dan kemakmuran bangsa.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Mineral
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Menurut The International Mineralogical Association tahun 1995 telah mengajukan definisi baru tentang definisi material “Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi “. Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang
perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh
makhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi.
Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada umumnya dikenal dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu.
Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).
Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral, pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat-sifat mineral, yaitu sifat-sifat fisik secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan
mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral-mineral saja. Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :
1. Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
2. Reaksi Terhadap Cahaya
Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran warna.
3. Perawakan Kristal
Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.
4. Sifat Kelistrikan
Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).
5. Sifat Radioaktivitas
Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar- sinar α, β, dan γ. Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv sepertiUranium(U), Radium(Ra),Thorium(Th),Plumbum(Pb),Vanadium(V)
dan Kalium(K).Biasanya, mineral-mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-mineral yang terbetas jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung waktu paruhnya (half time).
6. Gejala Emisi Cahaya
Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses tertentu. Misalnya, proses-proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.
Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
¨ Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S). ¨ Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter
¨ Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
¨ Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).
¨ Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda. ¨ Rasa Witter atau rasa pahit.
B. Penggolongan Mineral
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al).
Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah
mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se.
Mineral makro g/kg Mineral mikro g/kg
Kalsium (Ca) 15 Besi (Fe)
20−80
Fosforus (P) 10 Seng (Zn)
10−50
Kalium (K) 2 Tembaga (Cu)
1−5
Natrium (Na) 1,60 Molibdenum (Mo) 1−4
Klorin (Cl) 1,10 Selenium (Se)
1−2
Sulfur (S) 1,50 Iodin (I)
0,30−0,60
Magnesium (Mg) 0,40 Mangan
(Mn) 0,20−0,60
C. Proses Pembentukan Mineral
Proses Pembentukan Mineral
Dalam proses pembentukan mineral ada beberapa poin yaitu: 1. Konsentrasi magma
2. Sublimasi
3. Kontak metamorfosa 4. Sendimentasi
5. Proses Bakteria
6. Sub Marine extlative dan vulkanik
7. Evaporit (air laut menguap di dalam air laut terkandung mineral unsure logam terjadilah mineral
8. Residual dan mekanik konsentrasi 9. Oksida dan Supergen
10. Metamorfosa (Cont-Dinamo-Regional)
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Early magmatis, yang terbagi atas: ¨ Disseminated , contohnya Intan
¨ Segregasi, contohnya Crhomite ¨ Injeksi, Contohnya Kiruna Kromium
Kromium
2. Late magmatis , yang terbagi atas:
¨ Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg ¨ Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack ¨ Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa ¨ Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600 ˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
1. Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
¨ Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
¨ Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang besar.
¨ Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan Spalerite serta oksida besi.
Timbal
2. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
¨ Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
¨ Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.
¨ Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain berupa “crustification ” dan “banding”.
¨ Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn. ¨ Proses pengayaan sering terjadi.
3. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
¨ Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah. ¨ Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
¨ Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
¨ Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa ( fissure-vein). ¨ Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
¨ Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse),Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer fillings.
5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral-mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan Disseminated.
6. Proses Sedimenter
7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.
8. Konsentrasi Residu dan Mekanik Terdiri atas :
¨ Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain. ¨ Konsentrasi Mekanik (endapan placer ), berupa sungai, pantai, alluvial
dan eolian.
10. Metamorfisme
Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.
D. Karakteristik Sumberdaya Mineral di Indonesia
Penyebaran mineral di Indonesia tidak merata sesuai kondisi geologi di sepanjang bentang kepulauan nusantara. Perkembangan ilmu geologi telah memberikan gambaran tentang cara terjadinya mineral dan berbagai faktor yang mengendalikannya. Dengan mengetahui faktor – faktor geologi, penyebaran mineral itu dapat diperkirakan. Karena itu diperlukan pengetahuan tentang kondisi geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.
Melalui pemetaan geologi, baik secara remote sensing (penginderaan jarak jauh) maupun dari hasil ground truth (kenyataan lapangan), Indonesia telah memiliki peta geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Berdasar peta geologi tersebut para ahli dapat menyusun berbagai teori atau hipotesis dalam tujuan pencarian mineral, sebab pembentukan mineral berkaitan dengan berbagai proses geologis.
Berdasar teori geologi terbaru yang dikenal dengan teori tektonik global dan teori tektonik lempeng, maka jalur – jalur magmatik yang membawa cebakan mineral di kepulauan Indonesia telah dapat diketahui dan diprediksi letaknya. Pemetaan geologi yang selesai pada tahun 1995 memanfaatkan teori tersebut dalam menelusuri penyebaran batuan, menyimpulkan bahwa di Indonesia terdapat 15 jalur mineralisasi logam dasar, sebagai dasar karakteristik sumberdaya mineral di
Indonesia.
Pembentukan mineral logam sangat erat kaitannya dengan proses magmatik. Lingkungan pembentukan mineral logam umumnya dijumpai di dalam batuan vulkanik. Hal ini dapat dipahami karena proses magmatik berlangsung simultan dengan kegiatan gunung api. Sebagai akibat erosi yang intensif, batuan magmatik tersebut dapat muncul ke permukaan dan hanya menyisakan sedikit batuan
vulkanik. Jika permukaan erosi tersebut tepat berada pada zona mineralisasi, maka mineral logam telah tersingkap dan sangat mudah untuk diperoleh.
E. Potensi Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia Potensi dan Sumberdaya Logam di Indonesia
Mineral adalah material anorganik homogen yang terjadi secara alamiah serta mempunyai struktur atom dan komposisi kimia tertentu. Mineral dapat dibedakan menurut karakteristiknya, yaitu berdasarkan : warna, goresan, transparansi, kekerasan, struktur kristal dan tampilan.
Sebagian besar mineral merupakan gabungan beberapa unsur kimia, sebagai contoh mineral Pyrite, yang disusun oleh 2 unsur yaitu unsur besi (Fe) dan sulfur (S). Hanya sedikit sekali mineral yang disusun oleh hanya satu unsur. Contoh mineral yang disusun oleh hanya satu unsur adalah emas (Au), perak (Ag) dan tembaga (Cu). Batuan adalah kumpulan beberapa mineral. Contoh, batuan Granit yang terdiri dari mineral kuarsa, feldsfar, mika dan amphibole dengan rasio kimia yang bervariasi. Dari ribuan jenis mineral yang ada, hanya sekitar 100 jenis mineral yang merupakan komponen utama penyusun batuan.
Beberapa sifat keterdapatan endapan mineral, diantaranya : terdapat dalam jumlah terbatas dan tidak merata di kulit bumi, baik dari segi mutu (kualitas)
maupun jumlah (kuantitas). Oleh karena itu eksplorasi mineral (logam) merupakan kegiatan bersifat padat modal, berisiko tinggi dan saat ini semakin banyak memakai teknologi tinggi (yang sudah tentu relatif memerlukan biaya yang lebih tinggi.
Pembentukan Mineral
Mineral termasuk sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui serta terbentuk melalui proses geologi yang panjang. Ketika mineral habis, maka tidak ada
penggantinya. Karena itu pemanfaatan mineral harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Magma adalah sumber dari berbagai jenis batuan dan mineral. Magma berasal dari mantel bumi atau dari batuan kerak bumi yg meleleh karena mendapat temperatur dan tekanan tinggi. Magma yang cair dan kental mengandung berbagai unsur kimia yang berasal dari mantel bumi ataupun dari batuan kerak bumi yang meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur yang tinggi pada kedalaman tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam dengan tekanan dan temperatur tinggi, maka magma cenderung mengalir naik kepermukaan bumi melalui bagian-bagian bumi yang lemah, misalnya retakan. Atau jika tekanannya cukup, maka magma dapat pula menerobos batuan lain di atasnya. Dalam perjalanannya ke permukaan bumi inilah magma berinteraksi dengan batuan lain yang telah ada, sehingga membentuk berbagai mineral yang berharga bagi manusia.
Mineral dapat terbentuk melalui beberapa proses, seperti: magmatik, sedimentasi, metamorfik, dan hidrotermal. Proses magmatik adalah ketika mineral terbentuk karena pembekuan magma. Proses sedimentasi (pengendapan) adalah pembentukan mineral sebagai akibat pelapukan atau erosi yang terjadi pada batuan induknya. Proses metamorphic adalah pembentukan mineral pada batuan induk yang mengalami perubahan suhu maupun tekanan. Adapun proses hydrothermal adalah pembentukan mineral melalui proses kimia yang terjadi dari interaksi antara batuan dengan aliran air panas di dalam bumi.
Pengelompokan Mineral Logam
Mineral logam dapat dikelompokan dalam 4 (empat) kelompok utama yaitu :
• Kelompok Logam Dasar; logam yang umum terdapat dan secara kimia
lebih aktif, misalnya : Tembaga (Cu), Timbal/Timah Hitam (Pb), Timah (Sn) dan Seng (Zn) dan lain-lain.
• Kelompok Logam Mulia; logam yang secara ekonomis sangat berharga
dan banyak dibutuhkan, terdiri dari : emas (Au), Perak (Ag) dan Platina (Pt).
Dalam kedua kelompok ini satu sama lain selalu berkaitan, bisa dalam bentuk urat maupun dalam bentuk sebaran dalam batuan, khusus untuk emas selain terkemas dalam bentuk urat, biasanya dalam urat kuarsa, juga bisa terdapat sebagai emas alluvial yang tersebar di bekas undak-undak sungai tua atau tersebar di endapan pasir sungai yang masih aktif. Logam Dasar dan Logam Mulia yang terbentuk dalam urat biasanya di Indonesia khususnya terjadi dalam lingkungan batuan gunungapi dan populer disebut Emas Epitermal. Sudah barang tentu disebut demikian setelah memenuhi kriteria-kriteria pembentukkannya.
• Kelompok Logam Jarang adalah logam yang secara relatif, ditemukan dalam
jumlah sedikit dan tersebar di bumi. Unsur-unsur logam ini, jarang ditemukan terkonsentrasi dalam jumlah banyak. Beberapa diantaranya adalah :Lithium (Li), Yurium (Y), Zirconium (Zr), Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements; unsur yang mempunyai Nomor Atom 57 s.d. 71), Indium (In), Cadmium (Cd) dan lain-lain. Kegunaan unsur-unsur logam jarang umumnya untuk teknologi tinggi seperti : barang elektronik,katalis dalam pengolahan minyak bumi, keramik tahan panas dan lain-lain.
• Kelompok Mineral Logam Besi dan Campuran Besi, logam yang lazim
digunakan dalam industri besi dan campurannya, seperti : Besi (Fe), Kobal (Co), Kromit (Cr), Mangan (Mn) dan lain-lain
Logam di Jawa
Keberadaan mineral logam di pulau Jawa secara geologi terkait dengan jalur busur magmatik Sunda-Banda. Menurut Van Bemmelen (1949), pada Jalur Busur Magmatik Sunda-Banda dikenal terdapat suatu endapan yang sangat luas, “favourable” sebagai tempat kedudukan mineralisasi logam dikenal dengan nama endapan “Old Andesite” atau endapan andesit tua dengan kisaran umur antara Oligosen – Miosen (Neogen). Endapan ini memiliki penyebaran yang sangat luas diperkirakan mulai dari Padang hingga Flores. Di Jawa mulai dari Cibaliung, Cikotok, Pongkor, Ciemas, Cikondang, Ciseuti, Ciarinem, Cineam-Salopa, G. Sawal, Bukit Menoreh, Selogiri, Purwantoro, Pacitan, Trenggalek, hingga Turen (Jember) dikenal sebagai jalur andesit tua
Timah di Bangka Belitung
Logam di Kalimantan
Keterdapatan mineral logam di Pulau Kalimantan, secara geologi berkaitan dengan keberadaan 2 sistem busur yaitu : Busur Magmatik Kalimantan Tengah dan Busur Magmatik Sumatra-Meratus (Tim Kajian Sumber Daya Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya Geologi, 2006).
Potensi mineral yang terdapat di Pulau Kalimantan meliputi : Timbal (Timah Hitam) dan tembaga yang ditemukan di Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Emas ditemukan di daerah Kelian, di daerah Sepauk-Kabupaten Sintang, daerah Sekadau-Sepauk-Kabupaten Sanggau dan di Sepauk-Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. , Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Kutai Provinsi Kalimantan Timur dan di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan
Mineral yang dipakai sehari – hari dalam kehidupan umat manusia tidak semuanya terdapat di Indonesia. Diperkirakan hanya 30% atau 30 Macam mineral utama terdapat di Indonesia. Mineral tersebut adalah emas, perak, tembaga, nikel, timah putih, timah hitam, alumunium, besi, mangan, chromit, minyak bumi, gas bumi, batubara, yodium, berbagai garam, berbagai mineral industri (asbes, bentonit, zeolit, belerang, fosfat, batu gamping dll), batu mulia, termasuk intan, dan bahan bangunan. Mineral langka masih belum diketahui di Indonesia, demikian juga uranium, hingga saat ini belum tersedia data yang rinci mengenainya.
Beberapa mineral telah menjadi andalan sektor pertambangan di Indonesia. Produksi dan cadangannya juga cukup besar. Timah, misalnya, memproduksi sekitar 15% produksi dunia, sementara cadangannya lebih kurang 8% cadangan dunia. Cadangan nikel mencapai 15% cadangan dunia, tetapi produksinya baru mencapai 10% produksi dunia. Berikut ini disampaikan beberapa angka mengenai mineral andalan Indonesia, disertai pula beserta cadangan potensinya. Klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi Mckelvey (1973). Angka – angka tersebut disampaikan dalam bentuk tabel berikut :
Nama Mineral Taksiran cadangan Perbandingan Indonesia Dunia
1. Timah 865 ton 11.100.000 ton 8% 2. Nikel 15 juta ton 100 juta ton 14% 3. Tembaga 6 juta ton 126 juta ton 5% 4. Batubara 32 milyar ton 663 milyar ton 2% 5. Alumunium 934 juta ton 139.000 juta ton 0,7% 6. Minyak bumi 9,1 milyar barrel 916,6 milyar barrel 1% 7. Gas bumi 0,138 juta BSCF 6,9 juta BSCF 2%
Potensi minyak dan gas bumi terkandung dalam 60 cekungan dan baru 25% yang dieksploitasi. Menurut perkiraan, sumberdaya minyak bumi mencapai lebih kurang 70 – 72 milyar barrel, sedangkan yang sudah diteliti dan sudah dapat digolongkan sebagai cadangan baru kurang lebih 9 – 10 milyar barrel. Sumberdaya dan cadangan minyak bumi Indonesia akan bertambah terus bila eksplorasi terus dilakukan. Belum lagi potensi yang mungkin ada di dalam batuan yang lebih tua (batuan Pra-Tersier), karena sejauh ini minyak dan gas bumi baru diproduksi dari batuan berumur Tersier karena lebih dangkal letaknya. Demikian pula potensi sumberdaya mineral lainnya yang masih bisa untuk dikembangkan.
BAB III KESIMPULAN
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al).
Karakteristik sumberdaya mineral di Indonesia telah banyak tersingkap melalui aplikasi teori tektonik global dan teori tektonik lempeng. Melalui penerapan teori tersebut dapat ditelusuri jalur – jalur magmatik yang membawa cebakan mineral bahkan ke tempat yang belum disentuh sama sekali, umpamanya di dasar laut. Sebagai contoh, pembentukan mineral logam sangat erat kaitannya dengan proses magmatik, sehingga mineral logam umumnya dijumpai di dalam batuan vulkanik. Dengan mengetahui karakteristik tersebut, pengelolaan dan eksplorasi mineral dapat direncanakan dengan pertimbangan yang lebih baik.
Masih banyak potensi kekayaan sumberdaya mineral indonesia yang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan sumberdaya dan cadangan mineral yang ada masih dapat bertambah jika eksplorasi terus dilakukan. Potensi
tersebut antara lain terdapat pada batuan yang lebih tua atau Pra – Tersier. Sejauh ini minyak dan gas bumi baru diproduksi dari batuan berumur Tersier, karena lebih dangkal letaknya. Demikian pula halnya dengan potensi sumberdaya mineral lainnya yang ada di bentang kepulauan Indonesia.
Daftar Pustaka
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia Press
http://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/sumberdaya-mineral-di-indonesia-karakteristik-dan-potensinya/ http://jhem90.blogspot.com/2013/06/proses-pembentukan-mineral.html http://bahangaliantambang.blogspot.com/2011/12/proses-pembentukan-mineral.html http://3.bp.blogspot.com/-O9udkNEdWLI/UWa1RwxnH_I/AAAAAAAAAEY/BNCvZ97w_y4/s1600/peta _barang_tambang_ri.jpg http://limpopo-mining.com/wp-content/uploads/Contoh-Mineral-Bijih-Besi.jpg