• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN BERBASIS MADU UNTUK KONSUMEN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN BERBASIS MADU UNTUK KONSUMEN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Skripsi"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN BERBASIS MADU

UNTUK KONSUMEN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

HONEY BASED DRINKS PRODUCT DEVELOPMENT FOR TEENAGERS

USING QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) METHOD

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat – syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pangan

Oleh:

Nama : ERLIN

NIM : 02.70.0074

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2006

(2)

PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN BERBASIS MADU

UNTUK KONSUMEN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

HONEY BASED DRINKS PRODUCT DEVELOPMENT FOR TEENAGERS

USING QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) METHOD

Oleh:

ERLIN

02.70.0074

Laporan ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan sidang penguji pada tanggal 20 Oktober 2006

Semarang, 20 Oktober 2006 Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Mengetahui,

Dosen Pembimbing 1 Dekan

Prof. Dr. Ir. Budi Widiarnarko, MSc V. Kristina Ananingsih, ST, MSc Dosen Pembimbing 2

Dipl-Ing Fifi Sutanto-Darmadi

(3)

RINGKASAN

Madu adalah bahan makanan alami yang memiliki manfaat yang banyak bagi kesehatan Madu adalah cairan kental berasa manis, berwarna kuning yang dihasilkan oleh lebah. Sekarang ini, kebanyakan produk minuman berbasis madu yang sudah ada di pasaran masih sangat sederhana. Pengembangan produk baru dari produk madu sangatlah prospektif dan menantang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan produk minuman berbasis madu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen (siswa-siswi SLTP dan SMU) dengan menggunakan metode Quality Function

Deployment (QFD). QFD adalah metode pengembangan produk terstruktur yang

diakomodasikan untuk menspesifikasikan keinginan dan kebutuhan konsumen dan menterjemahkan karakteristik produk. Studi ini terdiri dari beberapa komponen meliputi (1) pemetaan dari produk yang eksis (2) survei keinginan dan kebutuhan konsumen (3) konstruksi matrik interaksi berdasarkan metode Delphi (4) konstruksi Rumah Mutu fase 1. Menurut hasil survei dan Delphi, kandidat produk minuman berbasis madu yang akan dikembangkan adalah : (a) produk madu murni dengan suplemen, cair, kuning muda, jenih, tidak berbau, kemasan botol plastik, 250 ml, kuning keemasan, sarang lebah, harga Rp 1.000 – Rp 5.000. (b) produk madu murni dengan buah, kuning kecoklatan, keruh, kemasan tetrapack, 100 ml, kuning lebah, harga Rp 6.000 – Rp 10.000. (c) produk madu murni dengan produk lebah lain, kuning, kemasan sachet, 500 ml, putih, cairan madu, harga Rp 21.000 – Rp 25.000. (d) produk madu murni dengan perasa, kemasan gelas, 50 ml, biru dan harga Rp 11.000 – Rp 15.000. Dari kandidat tersebut produk yang lebih potensial adalah produk madu murni dengan tambahan suplemen (jahe), bentuk cair, jernih dan tidak berbau dengan volume 250 ml (botol plastik), gambar kemasan cairan madu (kuning keemasan) yang dilengkapi dengan informasi nutrisi dan harga Rp 1.000 – Rp 5.000 ini merupakan karakteristik yang disukai oleh panelis. Dalam Rumah Mutu fase 1 yang memiliki hubungan kuat adalah (1) jenis madu dan bahan baku, kekentalan, warna, kejernihan, rasa dan bau. (2) bentuk cair dan bahan baku, kekentalan. (3) warna kuning muda dan bahan baku, warna. (4) penampilan jernih dan bahan baku, kejernihan. (5) rasa manis dan rasa. (6) aroma tidak berbau dan bau. (7) suplemen dan kejernihan, rasa, bau. (8) Ukuran kemasan dan ukuran. (9) warna kemasan dan desain, penampilan kemasan. (10) gambar berhubungan dan desain. (11) informasi dan labeling. (12) harga dan bahan baku. Sedangkan yang memiliki hubungan lemah adalah (1) bentuk cair dan warna, rasa. (2) kuning muda dan rasa. (3) rasa manis dan kekentalan. (4) suplemen dan harga. (5) botol plastik dan labeling. (6) ukuran kemasan dan labelling, eye cathing. (7) warna, gambar dan eye cathing.

(4)

SUMMARY

Honey is a natural food stuff with has many benefit for you health. Honey is a sweet and thick liquid with yellowes color produces by bees. At present, several honey based drinks product are already in the market still simple in term of product variation. New product development of honey product is there for very prospective and yet challenges. The aim of this research is to develop honey based drink product that suit consumers needs and want (junior and senior high school students) using Quality Function Deployment (QFD) method. QFD is a structured product development methods which accomodateds wants and needs of consumers and translate them into product characteristic. This study was composed of for component including (1) mapping of the exesting product, (2) survey of consumers need and wants, (3)construction of interaction matric based on a Delphi session, (4) construction of House of Quality phase 1. According to the survey and a Delphi session for candidates of honey based drinks to be developed are (a) pure honey product with supplement, liquid, yellow,clear, odorless,the package is plastic bottle, 250 ml, golden yellow, bees, and price Rp 1,000 to Rp 5,000; (b) pure honey product with fruit, brown yellow, clearless, the package is a tetrapack, 100ml, yellow, bees and price Rp 6,000 to Rp 10,000; (c) pure honey product with bees product, yellow, the package is sachet, 500 ml, white, liquid honey and price Rp 21,000 to Rp 25,000; (d) pure honey product with essens, white, glass package, 50 ml, blue and price Rp 11,000 to Rp 15,000. From this candidates the most potential product can be purposed ie. pure honey product with supplement (ginger, etc), liquid, clear, and odorless with surving volume of 250 ml (plastic bottle) on the packaging image of liquid honey (golden yellow) was purposed completed with nutrition information and price of Rp 1,000 – Rp 5,000 are characteristic favored by panelist. In the House of Quality phase 1 there are strong relation between (1) type of honey and raw material, thickness, color, clearness, taste odor. (2) liquid form and raw material, viscosity. (3) light yellow color and raw material, color. (4) clearness looks and raw material, clearness. (5) sweet taste and taste. (6) odorless and odor. (7) suplement and learness, taste, odor (8) package size and size. (9) color of design and design, packages looks. (10) packages picture and design. (11) information and labeling. (12) price and with raw material. While weak relationship between (1) liquid form and color, taste. (2) light yellow and taste. (3) sweet taste and viscosity. (4) suplement and price. (5) bottle plastic and labelling. (6) package size and labelling, eye cathing. (7) color, picture and eye cathing.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih, karunia, dan penyertaanNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan skripsi ini dengan judul: PENGEMBANGAN PRODUK MINUMAN MADU UNTUK KONSUMEN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD).

Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknologi pangan. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Namun berkat bimbingan, nasehat, dan dorongan dari beberapa pihak, akhirnya penulis mampu menyelesaikan laporan hingga selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. V. Kristina Ananingsih, ST, Msc selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian 2. Prof. Dr. Ir. Budi Widiarnarko, MSc selaku Dosen Pembimbing 1.

3. Dipl-Ing Fifi Sutanto-Darmadi selaku Dosen Pembimbing 2.

4. Semua Dosen Fakultas Teknologi Pertanian yang selama ini telah memberikan ilmu kepada penulis.

5. Keluarga tercinta yang selama ini telah memberikan dukungan baik secara moral dan materi kepada penulis dalam menempuh pendidikan.

6. Yenny, Yoab, Sofa, Mei, Winny, Anita, Pamelia, Nova, dan Wulan yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua teman – teman angkatan 2002 yang selama ini telah banyak membantu penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Tuhan membalas kebaikan seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan bagi penulis dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi adik – adik kelas yang akan datang.

Semarang, Oktober 2006

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak... i

Summary... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel... v

Daftar Gambar... vi

Daftar Lampiran... vii

1. Pendahuluan... 1

2. Materi dan Metoda... 8

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian……… 8

2.2. Sampel atau Responden………. 8

2.3. Proses Penelitian……… 9

2.3.1. Survey Pendahuluan... 10

2.3.2. Identifikasi Keinginan Konsumen... 10

2.3.3. Pemilihan Kandidat Produk Minuman Madu... 10

2.3.4. Metode Delphi Untuk Matrik Interaksi... 10

2.3.5. Metode Delphi Untuk Rumah Mutu fase 1... 11

2.4. Analisa Data... 12

3. Hasil Penelitian……… 13

3.1. Peta Produk Minuman Madu ……….……...……...……… 13

3.2. Karakteristik Produk yang Diinginkan Konsumen...……..……….. 15

3.2.1. Analisa Fisik Produk Minuman Madu……… 15

3.2.2. Analisa Sensoris Produk Minuman Madu………... 17

3.2.3. Analisa Kemasan Produk Minuman Madu………. 19

3.2.4. Harga Produk Minuman Madu………... 24

3.3. Empat Kandidat Karakteristik Produk Minuman Madu ………..…... 24

3.4. Matrik Interaksi………...….. 27

3.5. Rumah Mutu fase 1………..…………... 30

4. Pembahasan……….. 35

5. Kesimpulan dan Saran……….. 46

6. Daftar Pustaka……… 48

7. Lampiran……… 50

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Produk – produk Minuman Madu di Pasaran………. 13

Tabel 2. Empat Peringkat Teratas Karakteristik Produk Minuman Madu yang Diinginkan Konsumen……… 25

Tabel 3. Kandidat Produk yang Diinginkan Oleh Konsumen………. 27 Tabel 4. Matrik Interaksi Produk Minuman Madu……….. 28

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Matrik Interaksi……….…..………... 5

Gambar 2. Rumah Mutu……..……… 6

Gambar 3. Diagram Alir Proses Penelitian…….………. 9

Gambar 4. Jenis Produk yang Disukai Konsumen……….. 15

Gambar 5. Betuk Produk yang Disukai Konsumen………. 16

Gambar 6. Warna Produk yang Disukai Konsumen……… 16

Gambar 7. Penampilan Produk yang Disukai Konsumen……… 17

Gambar 8. Rasa Produk yang Disukai Konsumen……….. 17

Gambar 9. Aroma Produk yang Disukai Konsumen ……… 18

Gambar 10. Variasi Produk yang Disukai Konsumen……… 18

Gambar 11. Grafik Suplemen Produk yang Disukai Konsumen….……… 19

Gambar 12. Bentuk Kemasan yang Disukai Kosumen………..………… …………. 19

Gambar 13. Bahan Kemasan Botol yang Disukai Konsumen……… 20

Gambar 14. Bahan Kemasan Gelas yang Disukai Konsumen……… 20

Gambar 15. Bahan Kemasan Sachet yang Disukai Konsumen………... 21

Gambar 16. Bahan Kemasan Tetrapack yang Disukai Konsumen……….. 21

Gambar 17. Ukuran Kemasan yang Disukai Konsumen………... 22

Gambar 18. Warna Kemasan yang Disukai Konsumen……….. 22

Gambar 19. Gambar Kemasan yang Disukai Konsumen………... 23

Gambar 20. Informasi Kemasan yang Disukai Konsumen……… 23

Gambar 21. Harga Produk……….. 24

Gambar 22. Rumah Mutu fase 1………. 31

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Produk

Lampiran 2. Kuesioner Pengembangan Produk Madu Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Responden

Lampiran 4. Hasil Kuesioner Lampiran 5. Matrik Interaksi Lampiran 6. Rumah Mutu fase 1

(10)

1. PENDAHULUAN

Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula (Suranto, 2004). Madu merupakan produk perlebahan, karena sifatnya alamiah dan memang telah diciptakan untuk manusia sebagai perawatan kesehatan, namun banyak orang yang tidak yakin akan khasiat produk perlebahan sebagai makanan kesehatan yang mampu merawat dan mencegah penyakit (Djaja, 2003). Madu sangat banyak manfaatnya, madu alami sangat bernilai dalam menghasilkan energi, juga merupakan satu-satunya gula yang mudah dicerna, hanya dalam waktu singkat madu alami dapat diserap dalam tubuh untuk memulihkan tenaga. Madu bisa digunakan sebagai bahan makanan atau minuman, obat-obatan dan keperluan industri (Purbaya, 2002).

Empat Macam Produk Perlebahan yaitu :

1. Madu adalah suatu cairan kental berasa manis dan lezat, berwarna kuning terang atau kuning keemasan yang dihasilkan oleh lebah.

2. Pollen / tepung sari adalah alat reproduksi jantan pada tumbuhan atau serbuk sari bunga yang dikumpulkan oleh lebah sebagai cadangan makanan.

3. Royal jelly adalah cairan pekat berwarna putih susu dan berbau tajam, rasanya agak asam dan agak pahit. Cairan ini merupakan makanan yang diproduksi melalui proses metabolisme dari bahan baku madu yang selanjutnya dikeluarkan lewat kelenjar kerongkongan lebah.

4. Propolis adalah getah yang berwarna coklat yang digunakan untuk menempelkan sel-sel pembentuk sarang lebah, propolis masih jarang atau sulit ditemukan. (Purbaya, 2002 & Suranto, 2004).

Tahapan untuk menghasilkan madu adalah mengumpulkan nektar dari mahkota bunga, ematangkan madu di dalam sarang lebah, mengupas madu dari sarang lebah, menyortir madu, pemanasan, ekstraksi madu, menyaring madu dan mengisi madu dalam kemasan (Purbaya, 2002 ; Suranto, 2004). Bahan baku madu disebut dengan nektar. Nektar adalah cairan manis di mahkota bunga atau bagian lain dari suatu tumbuhan tertentu seperti pucuk daun. Nektar kemudian diubah menjadi cairan kental sebagai bahan

(11)

makanan utama lebah atau tawon. Bahan makanan utama inilah yang diambil manusia untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan bergizi. Madu mengandung 17% air, 40 % fruktosa, 34 % dekstrosa, 2 % sukrosa, 2 % dekstrin, silika, tembaga, mangan, klorin, kalsium, kalium, fosfor, sulfur, magnesium, ferum, vitamin B1, vitamin B2 dan niasin (Purbaya, 2002).

Kualitas madu ditentukan oleh warna madu, citarasa madu, jenis madu, komposisi madu dan jumlah kadar air. Madu yang baik adalah yang mengandung kadar air 17,5%. Citarasa ditentukan oleh glukosa, gula, alkaloid. Madu alami umumnya memiliki citarasa dan aroma yang khas (tersendiri). Aroma khas madu umumnya tajam atau kuat. Warna madu bervariasi dari hitam, coklat gelap hingga putih. Warna ditentukan oleh kandungan mineral, jenis tanaman asal, cara pengolahan seperti ekstraksi madu dan pemanasan. Semakin gelap warna maka aroma akan semakin tajam. (Suranto, 2004). Kebanyakan konsumen (terlebih Indonesia) lebih menitikberatkan pada kejernihan dan kemurnian sebagai tingkat atau tolok ukur mutu madu sehingga warna madu yang lebih terang, jernih, bening akan lebih disenangi. Madu sebaiknya dikonsumsi dalam bentuk larutan dalam air supaya komponen lebih mudah diserap ke dalam pembuluh darah (Purbaya, 2002).

Faktor lain yang menentukan kualitas madu adalah jenis lebah, jenis bunga, iklim dan musim (Suranto, 2004). Kualitas produk menentukan harga madu, madu yang berkualitas tinggi harganya mahal. Harga perkilogram bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Harga madu ditentukan oleh sumber nektar, madu yang berasal dari sumber nektar yang sulit dijumpai harganya akan lebih tinggi. Madu memiliki harga yang cukup mahal, satu botol besar yang berisi madu cair sudah mencapai Rp 28.500,- atau Rp 30.000,- (Purbaya, 2002).

Madu harus disimpan di tempat kering (tidak lembab) dan tertutup agar tidak bereaksi dengan lingkungan sekitarnya. Madu sebaiknya disimpan pada suhu 20°C- 24°C atau suhu kamar (White & Doner, 1980 ; Sumoprastowo & Suprapto, 1980). Penyimpanan madu tidak boleh menggunakan wadah yang terbuat dari besi atau logam. Penyimpanan madu dalam wadah yang terbuat dari besi akan menyebabkan reaksi kimia antara wadah

(12)

dan asam – asam organik yang dapat menghasilkan senyawa yang bersifat racun. Penyimpanan yang paling bagus adalah dalam wadah yang terbuat dari kaca seperti gelas atau botol selain itu juga dapat disimpan dalam wadah yang dilapisi stainlesstell atau wadah yang terbuat dari plastik (Suranto, 2004).

Pada umumnya madu yang asli berwarna kuning tua / agak kecoklatan dan warnanya terang (tidak keruh) atau nyata kebeningannya, cairannya kental dan citarasanya manis, tidak ada rasa asam sama sekali. Produk madu yang ada di pasaran sekarang ini sudah banyak jenisnya dari bentuknya yang kental hingga cair, dengan tambahan esen buah, dengan tambahan produk lebah lain. Untuk membedakan jenisnya, biasanya akan disebutkan berdasarkan nama jenis bunga yang dihisap oleh lebah, misalnya madu bunga kelengkeng (dari putik bunga kelengkeng) (Purbaya, 2002).

Madu umumnya memiliki rasa manis, nilai gizinya tinggi, dan sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Setiap orang dapat mengkonsumsi madu dari anak-anak, dewasa sampai manula, tapi kebanyakan anak-remaja sulit mengkonsumsi madu (Anonim, 2004). Di Indonesia, penggunaan madu untuk pengobatan telah ada sejak lama tetapi penelitian tentang madu masih sangat sedikit. Di luar negeri madu sudah banyak diteliti dan dikembangkan secara intensif. Sebagai komoditas, madu dan produk turunannya telah diproduksi dan dipasarkan dengan sentuhan baik. Di Indonesia, kebanyakan produk madu yang beredar di pasaran dikemas dengan penampilan yang kurang menarik. Beberapa negara mempunyai ciri yang unik dalam memproduksi madu dan bahan makanan berbahan dasar madu (Suranto, 2004). Sampai saat ini konsumsi madu penduduk Indonesia hanya 15 gram/kapita/tahun. Angka ini jauh di bawah konsumsi madu masyarakat di negara-negara berkembang yang mencapai 70 gram/kapita/tahun, sedangkan masyarakat di negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, Inggris, Perancis, dan AS tingkat konsumsi madu mencapai 1000 – 1600 gram/kapita/tahun (Rusfrida, 2006).

Di Indonesia, kebanyakan madu hanya digunakan untuk pengobatan, penambah suplemen pada produk minuman atau makanan seperti Hemaviton, Fit Up, Exta Joss, Kratingdaeng, sedangkan di luar negeri pemanfaatan madu sudah melebar pada jenis

(13)

produk konsumsi lainnya seperti madu dicampur dengan bawang puith (Sri Lanka), madu dicampur dengan jamur lingzhi (Cina), madu dicampur dengan jahe (Australia), madu dicampur dengan kacang-kacangan (Yunani) (Suranto, 2004). Di Indonesia, produk madu itu sendiri masih kurang bervariasi, belum ada nilai tambahan (herbal) yang memiliki manfaat sangat banyak bagi kesehatan dan kebanyakan produk madu dikemas dalam kemasan yang kurang menarik sehingga peminat pembeli kurang, karena produk madu masih sangat sederhana maka terbuka peluang untuk mengembangkan suatu produk minuman berbasis madu yang memiliki nilai tambah bagi kesehatan.

Faktor yang menentukan pengembangan suatu produk adalah tingkat kecocokan antara produk dengan kebutuhan konsumen, karena itu memerlukan suatu pendekatan yang berorientasi kepada konsumen dalam proses pengembangan produk. (Benner et al., 2003). Salah satu metode yang dapat membantu suatu industri pangan dalam melakukan pendekatan kepada konsumen adalah metode QFD. Quality Function Deployment (QFD) adalah penterjemahan secara sistematik suara konsumen (voice of customer) oleh perusahaan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen, berdasarkan matriks dengan membandingkan apa (what) yang diinginkan konsumen dengan bagaimana (how) perencanaan perusahaan untuk menciptakan produk tersebut. Matriks dasar ini dapat diperluas untuk menyediakan informasi kepada produsen, dan dapat diurutkan untuk mengidentifikasi parameter-parameter proses yang harus dikontrol untuk menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen (Anonim, 2005).

QFD merupakan suatu metode pengembangan produk terstruktur yang dikembangkan oleh tim pengembang untuk menspesifikasi keinginan atau kebutuhan konsumen, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi sistem produksi dalam menentukan dampak dan realisasi dari kebutuhan tersebut. QFD dapat menurunkan waktu desain produk sampai dengan 40% dan menurunkan biaya desain produk sampai dengan 60%. Hal ini dapat terwujud karena QFD dapat meningkatkan komunikasi lebih awal diantara tim yang terlibat dalam proses pengembangan (Benner et al, 2003). QFD yaitu mengidentifikasi keinginan atau kebutuhan konsumen, menentukan derajat kepentingan dari keinginan

(14)

konsumen, menterjemahkan keinginan konsumen menjadi karakteristik pengembangan mutu, menentukan nilai hubungan antara keinginan konsumen dengan karakteristik mutu, menentukan target dari tiap karakteristik pengembangan mutu. QFD hanya merupakan sebuah tahap dalam proses pendefinisian produk yang dapat mengatasi kekurangan pada produk yang sudah ada saat ini (Poerwanto & Zabidi, 2006).

Matrik dasar dari metode QFD adalah Matrik Interaksi dan matrik utama dari metode QFD adalah Rumah Mutu. Matrik interaksi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik produk yang diinginkan konsumen dengan aspek teknis produksi. Aspek teknis produksi meliputi bahan baku, bahan tambahan makanan, proses produksi, mesin dan peralatan produksi, bahan kemasan, pengemas primer dan sekunder, distribusi, display dan harga. Matrik ini dilakukan dengan cara membandingkan antara keinginan konsumen dengan aspek teknis produksi dengan pemberian angka antara 1-4. Angka 1 diartikan bahwa karakteristik produk sulit diterapkan, angka 2 diartikan bahwa karakteristik produk agak mudah diterapkan, angka 3 diartikan bahwa mudah diterapkan dan angka 4 sangat mudah diterapkan (Benner et al., 2003).

Gambar 1. Matrik Interaksi

Dari Matrik Interkasi dapat dilanjutkan dengan Rumah Mutu, dinamakan rumah mutu karena penampilannya menggunakan struktur seperti atap yang menyerupai rumah. Rumah Mutu terdiri dari beberapa bagian dan setiap bagian berisi informasi mengenai suatu produk. Tujuan dari rumah mutu adalah menterjemahkan permintaan konsumen sampai dengan kriteria-kriteria suatu produk. (Benner et al., 2003).

Karakteristik Produk Aspek Teknis Produksi Interaction Matrix Perpustakaan Unika

(15)

Correlation Matrix

Gambar 2. Rumah mutu

Konstruksi Rumah Mutu dimulai dengan penentuan Customer Wants, sering disebut dengan What, Bagian ini digunakan untuk mendengarkan suara konsumen atau karakteristik mutu dari suatu produk. Bagian ini biasanya diambil dari survey pasar.

Importance Rating dapat membantu dalam mengatur prioritas untuk proses pengembangan produk dan memberikan pedoman untuk mengalokasikan sumber yang penting. Bagian yang atas dari Rumah Mutu adalah Product Requirement, Product

Requirement sering disebut dengan How, dimana memberikan gambaran teknis tentang bagaimana cara untuk mewujudkan permintaan konsumen dalam menghasilkan suatu produk atau mensubtitusi karakteristik mutu dan mengartikan dari bahasa konsumen menjadi bahasa teknis (Benner et al., 2003).

Bagian tengah dari Rumah Mutu menggambarkan hubungan dan kekuatan antara setiap

What dan How, hubungan itu digambarkan dengan sebuah angka. Semakin besar angka yang diberikan maka semakin kuat hubungannya. Angka 1 adalah hubungan antara

What dan How lemah, angka 2 adalah hubungan antara What dan How sedang, angka 3 adalah hubungan antara What dan How kuat. Correlation Matrix diletakkan di atap Rumah Mutu, Correlation Matrix menggambarkan korelasi antar How dan menunjukkan pengaruh dari setiap How. Korelasi ini digambarkan dengan memberikan angka pada interaksi antara How dengan How yang lain. Korelasi positif adalah satu

Relationship Matrix Im po rt an ce R at ing Customer Wants (What)

Product Requirements (HOW)

(16)

How mendukung How yang lain. Korelasi negatif adalah satu How memberikan

pengaruh yang merugikan bagi How yang lain (Benner et al, 2003; Graf & Sam, 1991).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk minuman berbasis madu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode QFD (Quality Function Deplyoment). Konsumen yang digunakan adalah anak remaja berumur 13-17 tahun (SLTP dan SMU).

(17)

2. MATERI DAN METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei, yang bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen (siswa SLTP dan SMU) terhadap produk minuman berbasis madu berdasarkan jenis produk, bentuk produk, rasa produk, penampilan produk, aroma produk, variasi produk, suplemen produk dan kemasan produk. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari 1 populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Adriyani et al, 2000).

2.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan ada 2 yaitu survey pendahuluan dan indentifikasi keinginan konsumen. Survey pendahuluan bertujuan untuk membuat peta produk minuman berbasis madu yang ada di beberapa pasar swalayan meliputi SriRatu Pemuda, Ada Siliwangi, Hero Puri Anjasmoro, Makro dan Gelael, survey ini dilakukan pada bulan Januari 2006. Sedangkan identifikasi keinginan konsumen bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap produk minuman berbasis madu, identifikasi ini dilakukan di Gereja GBT Kristus Alfa Omega Jalan Gajah Mada 114-118 Semarang. Penelitian dilakukan selama bulan Febuari 2006 terhadap anak remaja yang bersekolah di SLTP dan SMU Semarang.

2.2. Sampel atau Responden

Responden dipilih menggunakan teknik Snowball sampling yaitu pengambilan sampel secara berantai. Dalam pelaksanaannya, pertama-tama dilakukan wawancara terhadap suatu kelompok responden yang relevan dan untuk selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menunjukkan calon responden yang berikutnya (Bowling, 1997). Responden yang dipakai adalah anak remaja yang berusia 13-17 tahun sebanyak 135 orang. Untuk mengetahui berapa jumlah responden yang digunakan, sebelumnya dilakukan wawancara kepada 20 responden kemudian dihitung dan akan diketahui jumlah responden yang seharusnya dipilih.

Perhitungan :

p = jumlah responden yang menyatakan setuju terhadap produk jumlah responden keseluruhan (20 orang)

(18)

q = jumlah responden yang menyatakan tidak setuju terhadap produk jumlah responden keseluruhan (20 orang)

4 2 B D=

(

) ( )

pxq D N Nxpxq n + − = 1

B : Batas tertinggi kesalahan sampling D : Tingkat kepercayaan

N : Jumlah responden dalam populasi n : Jumlah responden yang digunakan (Supranto, 2000)

2.3. Proses Penelitian

Tahapan proses penelitian yaitu survey pendahuluan, identifikasi keinginan konsumen, pemilihan empat kandidat karakteristik produk, metode delphi untuk matrik interaksi dan metode Delphi untuk rumah mutu fase 1.

Keterangan : : Proses Penelitian : Informasi

: Hasil Penelitian Gambar 3. Diagram Alir Proses Penelitian

Survey pendahuluan Identifikasi keinginan konsumen Pemilihan kandidat karakteristik produk Metode Delphi Metode Delphi Peta produk

Karakteristik produk yang diharapkan konsumen

Empat kandidat karakteristik produk

Matrik Interaksi

Rumah Mutu fase 1

(19)

2.3.1. Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan dengan cara memetakan produk yang ada di pasaran. Pemetaan bertujuan untuk mengetahui peluang pengembangan produk minuman madu. Pemetaan peluang pengembangan produk ini didasarkan pada jenis produk, bentuk produk, jumlah produk dan tingkatan umur konsumen.

2.3.2. Identifikasi Keinginan Konsumen

Identifikasi keinginan konsumen dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang memuat beberapa kelompok pertanyaan yaitu analisa fisik meliputi jenis produk, bentuk produk, warna produk, penampilan produk; analisa sensoris meliputi rasa produk, aroma produk, variasi produk, suplemen produk; analisa kemasan meliputi ukuran kemasan, jenis kemasan, warna kemasan, gambar kemasan, informasi kemasan; dan harga produk.

2.3.3. Pemilihan Kandidat Produk Minuman Berbasis Madu

Hasil dari identifikasi keinginan konsumen selanjutnya digunakan untuk menentukan empat kandidat peringkat teratas karakteristik produk yang diharapkan konsumen yang di dalam penjelasan QFD dikenal dengan Consumers Demands. Jumlah yang didapat dari masing-masing pertanyaan kemudian dipersentasekan dan dari hasil persentase kemudian diambil empat nilai persentase yang paling tinggi.

2.3.4 Metode Delphi untuk Matrik Interaksi

Hasil dari empat peringkat teratas karakteristik produk yang diharapkan konsumen kemudian diseleksi untuk menentukan satu produk dengan menggunakan metode Delphi, yaitu suatu prosedur untuk memperoleh dan menyaring opini-opini dari sebuah kelompok panel ahli (Ulfa, 2004). Matrik Interaksi dilakukan dengan menginteraksikan karakteristik produk yang diharapkan konsumen (What) dengan aspek teknis produksi yang relevan. Metode ini dilakukan dengan pemberian angka dari 1 sampai dengan 4. Angka 1 diartikan bahwa interaksi tersebut sangat sulit diterapkan, angka 2 diartikan bahwa interaksi tersebut sulit untuk diterapkan, angka 3 diartikan bahwa interaksi tersebut mudah untuk diterapkan dan angka 4 diartikan bahwa interaksi tersebut sangat mudah untuk diterapkan. Dari angka-angka tersebut kemudian dirata-rata dan diambil yang nilainya paling tinggi.

(20)

2.3.5 Metode Delphi untuk Rumah Mutu fase 1

Metode yang digunakan dalam Rumah Mutu fase 1 adalah metode Delphi. Satu kandidat produk yang dihasilkan dari matrik interaksi kemudian dimasukkan ke dalam rumah mutu dan diinteraksikan dengan Product Requirement (How). Tujuan dilakukan Rumah mutu ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara setiap What dan How, hubungan itu digambarkan dengan sebuah angka. Semakin besar angka yang diberikan maka semakin kuat hubungannya. Angka 1 adalah hubungan antara What dan

How lemah, angka 2 adalah hubungan antara What dan How sedang, angka 3 adalah

hubungan antara What dan How kuat (Benner et al., 2003; Graf, 1991).

Bagian atap dari Rumah mutu Correlation Matrix, Correlation Matrix menggambarkan korelasi antar How dan menunjukkan pengaruh dari setiap How. Korelasi ini digambarkan dengan angka 1 - 4 pada interaksi antara How dengan How yang lain.Angka 4 adalah korelasi kuat positif , satu How sangat kuat mendukung How yang lain. Angka 3 adalah korelasi positif, satu How tidak terlalu kuat mendukung How yang lain. Angka 2 adalah korelasi negatif, satu How memberikan pengaruh yang merugikan bagi How yang lain. Angka 1 adalah korelasi kuat negatif, satu HOW sangat merugikan bagi How yang lain (Benner et al, 2003; Graf, 1991).

Langkah Metode Delphi adalah pembagian kuesioner, penjelasan mengenai produk yang akan dikembangkan, penjelasan mengenai karakteristik produk yang diharapkan konsumen, penjelasan mengenai aspek-aspek teknis produksi atau product requirement, mendiskusikan hubungan antara karakteristik produk yang diharapkan dengan aspek teknis produksi atau product requirement, pemberian nilai pada tabel dan alasannya, hasil dari diskusi dibuat kesimpulan dan dibagikan kembali kepada panelis, jika ada kesalahan atau tidak setuju dengan hasil kesimpulan maka kesimpulan tersebut langsung direvisi (Anonim, 2006).

(21)

2.4. Analisa Data

Data yang dihasilkan dari survey pendahuluan dianalisa dengan menggunakan tabel dan grafik pemetaan, untuk data identifikasi keinginan konsumen dianalisa dengan menggunakan pie chart, untuk data pemilihan kandidat produk dianalisa dengan menggunakan tabel, untuk data Metode Delphi (Matrik Interaksi) dianalisa dengan menggunakan tabel matrik interaksi, sedangkan untuk data Metode Delphi (Rumah Mutu fase 1) dianalisa dengan menggunakan tabel rumah mutu (House of Quality).

(22)

3. HASIL PENELITIAN

3.1. Peta Produk Minuman Berbasis Madu yang ada di Pasaran

Hasil survey di pasar menunjukkan bahwa produk minuman berbasis madu dapat digolongkan menjadi empat yaitu produk madu murni (tidak ada tambahan), madu murni dengan tambahan produk lebah lain (royal jelly atau bee polen), madu murni dengan tambahan perasa seperti flavor buah. Hasil pemetaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1. Produk – produk Minuman Berbasis Madu di Pasaran

Jenis produk Bentuk produk Konsumen

A. Madu murni - Nusantara - Bunga Kelengkeng - Randu Flora - Hutan Tropis - Putih Sumbawa - Multi Sari - Ternakan - Lengkeng A & M - 555

- Jus Madu Lengkeng

B. Madu murni + royal jelly + bee polen - Premium

- Super Nusantara - Pure Honey

- Royal Jelly Multi Sari - Super A&M

- Royal Jelly A& M - Madu Lansa +gingseng - Madu V-gra

- Madu Gingseng + royal jelly + bee pollen - Royal Jelly + gingseng

- Bee Jelly

C. Madu murni + perasa - Madurasa Stick - Madurasa Jeruk - Joy Bee Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Cair Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Cair Kental Kental Cair Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Anak-remaja, dewasa, lansia

Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Dewasa, lansia Anak-remaja, dewasa, lansia

Anak-remaja Anak-remaja Anak-remaja

(23)

Pemetaan dilakukan tidak hanya untuk mengetahui jenis produk, bentuk produk tetapi juga untuk mengetahui jumlah produk berdasarkan kategori usia. Anak-remaja ada 4 jenis produk yaitu madu murni dalam bentuk cair (1 produk), madu murni dengan tambahan royal jelly atau bee polen dalam bentuk cair (1 produk), madu dengan tambahan rasa dalam bentuk cair (1 produk), madu dengan tambahan rasa dalam bentuk kental (2 produk). Dewasa dan lansia ada 5 jenis produk yaitu madu murni bentuk cair (1 produk), madu murni dalam bentuk kental (9 produk), madu murni dengan tambahan royal jelly/ bee polen dalam cair (1 produk) dalam bentuk kental (10 produk), madu dengan perasa bentuk kental (1 produk), madu murni dengan tambahan herbal dalam bentuk kental (4 produk). Hasil pemetaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Madu + perasa kental •

Madu + perasa cair •

Madu + royal jelly + • •

Bee pollen kental

Madu + royal jelly + • • •

Bee pollen cair

Madu murni kental • •

Madu murni cair • • •

anak-remaja dewasa lansia keterangan : • : jumlah produk 1; • : jumlah produk 2;

• : jumlah produk 9; • : jumlah produk 10;

Gambar 3. Pemetaan Produk Minuman Berbasis Madu Berdasarkan Jumlah Produk dan Tingkatan Umur

(24)

3.1 Karakteristik Produk yang Diinginkan Oleh Konsumen

Karakteristik produk dibagi menjadi 4 yaitu analisa fisik, analisa sensoris, analisa kemasan dan harga. Analisa fisik meliputi jenis, bentuk, warna dan penampilan. Analisa sensori meliputi rasa, aroma, variasi, dan suplemen. Analisa kemasan meliputi bentuk, bahan, ukuran, warna, gambar dan informasi. Analisa terakhir adalah harga produk. Hasil karakteristik produk yang diinginkan oleh konsumen dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.1.1 Analisa Fisik Produk Minuman Berbasis Madu

Gambar 4 menunjukkan bahwa ada 3 jenis produk madu yang disukai konsumen yaitu madu murni, madu murni dengan tambahan produk lebah lain seperti royal jelly dan bee polen dan madu murni dengan tambahan perasa. Produk madu murni yang paling disukai oleh konsumen sebanyak 77 orang (57%), madu dengan tambahan rasa sebanyak 39 orang (29%), dan yang tidak begitu disukai adalah madu murni dengan tambahan produk lebah sebanyak 19 orang (14%).

Madu + rasa 29% Madu + Produk lebah 14% Murni 57%

Gambar 4. Jenis Produk yang Disukai Konsumen

(25)

Gambar 5 menunjukkan bahwa bentuk produk cair lebih disukai oleh konsumen sebanyak 74 orang (55%) dibandingkan dengan bentuk produk kental 61 orang (45%).

Cair 55% Kental

45%

Gambar 5. Bentuk Produk yang Disukai Konsumen

Gambar 6 menunjukkan bahwa warna produk kuning muda yang paling disukai konsumen yaitu sebanyak 44 orang (33%), kuning kecoklatan sebanyak 40 orang (30%), kuning tua sebanyak 32 orang (24%), putih sebanyak 10 orang (7%), warna buah sebanyak 7 orang (5%), sedangkan yang paling tidak disukai konsumen adalah warna coklat agak kehitaman sebanyak 2 orang (1%).

Kuning tua 24% Kuning kecoklatan 30% Putih 7% Kuning muda 33% Warna buah 5% Coklat agak kehitaman 1%

Gambar 6. Warna Produk yang Disukai konsumen

(26)

Gambar 7 menunjukkan bahwa penampilan produk yang bening atau jernih lebih disukai konsumen yaitu sebanyak 128 orang (95%) daripada penampilan produk yang keruh hanya 7 orang (5%).

Je rn ih / b e n in g

9 5 % K e ru h

5 %

Gambar 7. Penampilan Produk yang Disukai Konsumen 3.2.2. Analisa Sensori Produk Minuman Berbasis Madu

Gambar 8 menunjukkan bahwa rasa manis yang paling disukai oleh konsumen sebesar 83 orang (61%) sedangkan rasa buah 52 orang (39%).

Manis 61% Buah

39%

Gambar 8. Rasa Produk yang Disukai Konsumen

(27)

Gambar 9 menunjukkan bahwa aroma yang tidak berbau lebih disukai konsumen sebanyak 75 orang (56%) dan aroma yang sangat tajam tidak terlalu disukai oleh konsumen dimana hanya ada 2 orang (1%) saja yang menyukainya.

Tidak berbau 56% Tajam / harum 43% Sangat tajam 1%

Gambar 9. Aroma Produk yang Disukai Konsumen

Gambar 10 menunjukkan bahwa variasi produk yang disukai konsumen adalah variasi buah sebanyak 85 orang (62%),variasi produk lebah sebanyak 35 orang (26%), sedangkan variasi tambahan vitamin dan susu hanya 1 orang (1%) yang menyukainya.

Buah 62% Vitamin 1% Produk lebah 26% Susu 1% Tidak ada 10%

Gambar10. Variasi Produk yang Disukai Konsumen

(28)

Gambar 11 menunjukkan bahwa suplemen tanaman obat-obatan seperti jahe dan temulawak lebih disukai konsumen sebanyak 73 orang (54%), tanaman sayuran 25 orang (19%), sedangkan yang lain tidak menyukai adanya tambahan suplemen sebanyak 37 orang (27%). Tanaman Sayuran 19% Tidak ada 27% Tanaman Obat 54%

Gambar 11. Suplemen Produk yang Disukai Konsumen 3.2.3. Analisa Kemasan

Gambar 12 menunjukkan bahwa bentuk kemasan botol lebih banyak disukai konsumen yaitu sebesar 56 orang (42%), tetrapack sebanyak 29 orang (21%), sachet sebanyak 27 orang (20%), sedangkan kemasan gelas kurang disukai konsumen hanya 23 orang (17%). Botol 42% Gelas 17% Sachet 20% Tetrapack 21%

Gambar 12. Bentuk Kemasan yang Disukai Konsumen

(29)

Gambar 13 menunjukkan bahwa kemasan botol berbahan plastik lebih disukai konsumen sebanyak 31 orang (55%) dibandingkan dengan kemasan botol berbahan kaca sebanyak 25 orang (45%).

K a ca 4 5 % P la s tik

5 5 %

Gambar 13. Bahan Kemasan Botol yang Disukai Konsumen

Gambar 14 menunjukkan bahwa kemasan gelas berbahan plastik transparan lebih disukai konsumen sebanyak 15 orang (65%) dibandingkan dengan kemasan gelas berbahan plastik tidak transparan sebanyak 8 orang (35%).

Plastik transparan 65% Plastik tidak transparan 35%

Gambar 14. Bahan Kemasan Gelas yang Disukai Konsumen

(30)

Gambar 15 menunjukkan bahwa kemasan sachet berbahan plastik transparan lebih disukai konsumen sebanyak 16 orang (57%) dibandingkan plastik tidak transparan sebanyak 12 orang (43%). Plastik Transparan 57% Plastik tidak transparan 43%

Gambar 15. Bahan Kemasan Sachet yang Disukai

Gambar 16 menunjukkan bahwa kemasan tetrapack berbahan dus biasa lebih disukai konsumen sebanyak 23 orang (79%) daripada bahan dus yang mengkilap sebanyak 6 orang (21%).

Mengkilap 21%

Biasa 79%

Gambar 16. Bahan Kemasan Tetrapack yang Disukai Konsumen

(31)

Gambar 17 menunjukkan bahwa ukuran kemasan 250 ml adalah ukuran yang paling disukai konsumen sebanyak 63 orang (47%), sedangkan ukuran kemasan 150 ml dan 1000 ml tidak disukai konsumen, konsumen yang memilih ukuran tersebut hanya 1 orang (1%). 250 ml 47% 200 ml 4% 150 ml 1% 100 ml 28% 50 ml 5% 1000 ml 1% 500 ml 14%

Gambar 17. Ukuran Kemasan yang Disukai Konsumen

Gambar 18 menunjukkan bahwa warna kemasan kuning keemasan lebih disukai konsumen sebanyak 50 orang (38%), sedangkan warna kemasan hitam, hijau, sesuai warna, kombinasi, ungu, merah muda, dan kuning kecoklatan hanya ada 1 orang (1%) yang menyukainya. Putih 15% Merah 7% Ungu 1% Merah muda 1% Hijau 1% Biru 11% Hitam 1% Kuning keemasan 38% Kuning kecoklatan 1% Kombinasi 1% Kuning 22% Sesuai warna buah 1%

Gambar 18. Warna Kemasan yang Disukai Konsumen

(32)

Gambar 19 menunjukkan bahwa gambar sarang lebah lebih banyak disukai oleh konsumen sebanyak 33 orang (24%), sedangkan gambar kemasan lebah dan buah tidak terlalu disukai hanya 3 orang (2%) yang menyukai kedua gambar tersebut bila dicampur

Lebah + madu + sarang lebah 8% Lebah + bunga 2% Bunga + madu + sarang lebah 4% Semua6% Lebah + sarang lebah 2% Madu + sarang lebah 3% Buah 9% Bunga 7% Sarang lebah 24% Madu 14% Lebah 21%

Gambar 19. Gambar Kemasan yang Disukai Konsumen

Gambar 20 menunjukkan bahwa informasi tentang manfaat madu yang paling penting yaitu sebanyak 43 orang (31%), dibandingkan dengan nilai gizi maupun komposisi produk hanya 2 orang (2%).

Manfaat madu 31% Komposisi 9% Niali gizi 11% Tanggal kadaluarsa 17% Manfaat + tanggal + gizi 1% Tanggal + cara penyajian 29% Manfaat + komposisi 2%

Gambar 20. Informasi Kemasan yang Disukai Konsumen

(33)

3.2.4 Harga Produk

Gambar 21 menunjukkan bahwa harga yang diinginkan konsumen adalah Rp 1000,- – Rp 5000,- sebanyak 89 orang (66%). Sedangkan harga Rp 16.000,- - Rp 20.000,- kurang diinginkan oleh konsumen hanya 8 orang (6%).

1000 - 5000 66% 16000 - 20000 6% 6000 - 10000 13% 11000 - 15000 7% 21000 - 25000 8%

Gambar 21. Harga Produk

3.3. Empat Kandidat Karakteristik Produk Minuman Berbasis Madu

Pemilihan kandidat karakteristik produk berdasarkan hasil identifikasi keinginan konsumen. Setiap kandidat karakteristik produk diurutkan atau diranking untuk menentukan empat peringkat teratas karakteristik produk. Kandidat karakteristik produk meliputi jenis produk, bentuk produk, warna produk, penampilan produk, aroma produk, suplemen, variasi, jenis kemasan, bahan kemasan, ukuran kemasan, gambar kemasan, warna kemasan dan informasi kemasan.

(34)

Tabel 2. Empat Peringkat Teratas Karakteristik Produk Minuman Madu yang diinginkan konsumen

Karakteristik Produk Jumlah (orang) Persentase (%) Ranking

1. Jenis produk

- madu murni 77 57 1

- madu + produk lebah 19 14 3

- madu + rasa 39 29 2 2. Bentuk produk - cair 74 55 1 - kental 61 45 2 3. Warna produk - kuning muda 44 33 1 - kuning tua 32 24 3 - kuning kecoklatan 40 30 2 - coklat kehitaman 2 1 - putih 10 7 4 - warna buah 7 5 4. Penampilan produk

- bening atau jernih 128 95 1

- keruh 7 5 2 5. Rasa produk - manis 83 61 1 - buah 52 39 2 6. Aroma produk - tidak berbau 75 56 1

- tajam atau harum 58 43 2

- sangat tajam 2 1 3 7. Variasi produk - buah 85 62 1 - produk lebah 35 26 2 - vitamin 1 1 4 - susu 1 1 - tidak ada 13 10 3 8. Suplemen produk - jahe, temulawak 73 54 1 - wortel 25 19 2 - tidak ada 37 27 3 9. Jenis kemasan - botol 56 42 1 - gelas 23 17 4 - sachet 27 20 3 - tetrapack 29 21 2 10. Kemasan botol - bahan kaca 25 45 2 - bahan plastik 31 55 1 11. Kemasan gelas

- bahan plastik transparan 15 65 1

- bahan plastik tidak transparan 8 35 2

12. Kemasan sachet

- bahan platik transparan 16 57 1

- bahan plastik tidak transparan 8 43 2

(35)

Tabel 2. Lanjutan 13. Kemasan tetrapack

- bahan dus mengkilap 6 21 2

- bahan dus biasa 23 79 1

14. Ukuran kemasan - 50 ml 7 5 4 - 100 ml 38 28 2 - 150 ml 1 1 - 200 ml 5 3 - 250 ml 63 47 1 - 500 ml 19 14 3 - 1000 ml 2 2 15. Warna kemasan - merah 10 7 - kuning 30 22 2 - hijau 1 1 - biru 15 11 4 - hitam 1 1 - kuning keemasan 50 38 1 - kuning kecoklatan 1 1 - putih 20 15 3 - merah muda 1 1 - ungu 2 2 - kombinasi 2 2 - warna buah 2 2 16. Gambar kemasan - lebah 29 21 2 - madu 20 14 3 - sarang lebah 33 24 1 - bunga 10 7 - buah 12 9 4

- madu + sarang lebah 4 3

- lebah + madu + sarang lebah 11 8

- lebah + sarang lebah 3 2

- lebah + bunga 3 2

- bunga + madu + sarang lebah 5 4

- semua 9 6 17. Informasi kemasan - manfaat madu 43 31 1 - komposisi madu 12 9 - nilai gizi 14 11 4 - tanggal kadaluarsa 23 17 3

- manfaat + tanggal + nilai gizi 1 1

- manfaat + komposisi 2 2

- tanggal + cara penyajian 38 29 2

18. Harga - Rp 1.000,- – Rp 5.000,- 89 66 1 - Rp 6.000,- - Rp 10.000,- 18 13 2 - Rp 11.000,- - Rp 15.000,- 9 7 4 - Rp 16.000,- - Rp 20.000,- 8 6 - Rp 21.000,- - Rp 25.000,- 11 8 3 Perpustakaan Unika

(36)

Tabel 3. Kandidat Produk yang Diinginkan Oleh Konsumen Kandidat produk 1 2 3 4 Jenis Bentuk Warna Penampilan Rasa Aroma Kemasan Ukuran Warna Gambar Informasi Harga Madu Murni + jahe /temulawak Cair Kuning muda Bening Manis Tidak berbau Botol plastik 250 ml Kuning keemasan Sarang lebah Lengkap 1.000 – 5.000 Madu murni + variasi buah Kental Kuning kecoklatan Keruh Buah Tajam Tetrapack 100 ml Kuning Lebah Lengkap 6.000 – 10.000 Madu murni + produk lebah Kuning tua Sangat tajam Sachet 500 ml Putih Cairan madu Lengkap 21.000-25.000 Madu murni + perasa Putih Gelas 50 ml Biru Buah Lengkap 11.000 - 15.000

Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa empat kandidat karakteristik produk yang diinginkan konsumen adalah jenis produk madu murni, madu dengan tambahan rasa, madu dengan tambahan produk lebah. Bentuk produk yang diinginkan adalah cair dan kental. Warna produk yang diinginkan adalah kuning muda, kuning kecoklatan, kuning tua, dan putih. Rasa produk yang diinginkan adalah manis dan buah. Penampilan madu yang diinginkan adalah bening atau jernih dan keruh. Aroma madu adalah tidak berbau, tajam dan sangat tajam. Variasi produk adalah buah. Suplemen produk adalah herbal dan tanaman sayuran. Ukuran kemasan adalah 250 ml, 100 ml, 50 ml dan 500 ml. Jenis kemasan adalah botol, sachet,tetrapack dan gelas. Warna kemasan adalah kuning keemasan, kuning, biru dan putih. Gambar kemasan adalah sarang lebah, madu, buah dan bunga. Informasi pada kemasan adalah manfaat madu, tanggal kadaluarsa, cara penyajian dan nilai gizi. Untuk harga Rp 1000,- - Rp 5000,-; Rp 6.000,- - Rp 10.000,-; Rp 21.000,- - Rp 25.000,-; - Rp 11.000,- - Rp 15.000,-

3.4. Matrik Interaksi

Matrik interaksi dilakukan berdasarkan hasil empat kandidat karakteristik produk minuman berbasis madu. Dari keempat kandidat tersebut diinteraksikan dengan aspek teknis produksi meliputi bahan baku, bahan tambahan makanan, proses produksi, mesin dan peralatan produksi, bahan kemasan, desain kemasan, pengemas primer, pengemas sekunder, distribusi, display dan harga. Hasil matrik interaksi dapat dilihat pada Lampiran5.

(37)

Tabel 4. Matrik Interaksi Produk Minuman Berbasis Madu

Tab el 3 . M atrik Interak si P rod uk M inuman Berb asis M ad u

P rim er S ek under

m urni 3.8 4 4 3.8 15.6

m urni + produk lebah 3 4 2.8 2.6 12.4

m urni + peras a 3.4 3 2.8 3 12.2 c air 3.8 2.8 3 3.8 13.4 k ental 2.8 4 4 2.6 13.4 k uning m uda 4 4 4 12 k uning k ec ok latan 4 4 4 12 k uning tua 4 4 4 12 putih 1.6 2.8 1.6 6 m anis 4 4 8 buah 2.8 2.8 5.6 bening / jernih 3.8 3.8 7.6 k eruh 2.4 2.4 4.8 tidak berbau 1.2 1.2 2.4 tajam 3.6 3.6 7.2 s angat tajam 2.8 2.8 5.6 buah 3.6 3.4 7 produk lebah 3.2 2.8 6

jahe, tem ulawak 4 4 8

wortel 4 4 8

B ahan K em asan

Des ign K em asan

P engem as Dis tribus i Dis play Harga Total s c ore Jenis P roduk

K arak teris tik produk y ang diharapk an A s pek Tek nis P roduk s i B ahan bak u B TM P ros es P roduks i M es in dan A rom a P roduk V ariasi P roduk S uplem en P roduk B entuk P roduk W arna P roduk Ras a P roduk P enam pilan P roduk Perpustakaan Unika

(38)

Tabel 4. Lanjutan 250 m l 3.2 3.6 3.6 3.2 3.2 3.6 3.6 24 100 m l 3.6 3.2 3.6 3.6 3.8 3.8 4 21.6 500 m l 1.8 4 3.8 3 2.2 2.2 2 19 50 m l 4 2 3 3.8 4 3.2 3.8 23.8 botol 4 4 s ac het 4 4 tetrapac k 4 4 gelas 4 4 plas tik 4 3.8 3.6 3 4 18.4 k ac a 2.2 4 2.6 4 1.6 14.4

plas tik trans paran 3.2 3.6 3.4 4 4 18.2

plas tik tidak trans paran 3.4 3.4 2.6 3.2 3 15.6

dus bias a 4 3.6 3.4 3.4 4 18.4

dus m engk ilap 3 3.6 3.8 4 3 17.4

plas tik trans paran 3.8 3.8 4 4 4 19.6

plas tik tidak trans paran 3.6 3.4 3.4 2.6 2.8 15.8

k uning k eem as an 4 4 8 k uning 3.6 3.6 7.2 putih 2.2 2.2 4.4 biru 2 2 4 s arang lebah 3.6 4 7.6 lebah 3.8 3.8 7.6 m adu 4 3.8 7.8 buah 3.6 3.6 7.2 Inform as i lengk ap

K eterangan 1 : s angat s ulit diterapk an 2 : s ulit diterapk an 3 : m udah diterapk an 4 : s angat m udah diterapk an Uk uran K em as an B ahan G elas W arna K em as an G am bar K em as an Jenis K em as an B ahan B otol B ahan S ac het B ahan Tetrapac k Perpustakaan Unika

(39)

Tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik produk yang diinginkan oleh konsumen adalah jenis produk murni, bentuk produk cair, warna produk kuning muda, penampilan produk bening atau jernih, rasa produk manis, aroma tajam, suplemen jahe atau temulawak, bentuk kemasan botol plastik ukuran 250 ml, gambar cairan madu dan warna kemasan kuning keemasan, informasi lengkap

3.5. Rumah Mutu fase 1

Rumah mutu fase 1 dilakukan berdasarkan hasil dari matrik interaksi. Satu kandidat karakteristik produk diinteraksikan dengan product requirements yang meliputi use of raw material, viscosity of

product, colour of product, clearance of product, taste of product, odor of product, other ingredients, volume, design, labeling, eye cathing dan price. Hasil dari rumah mutu dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Gambar Rumah Mutu ini dilakukan dengan pemberian angka dari 1-4, dari angka tersebut kemudian diganti dalam bentuk simbol untuk memudahkan dalam pembacaan. Pada relationship, angka 1-1,7 diartikan bahwa hubungan tersebut lemah dengan simbol ⊗; angka 1,8 – 2,4 diartikan bahwa hubungan tersebut sedang dengan simbol °; angka 2,6 – 3 diartikan bahwa hubungan tersebut kuat dengan simbol •. Pada correlation, angka 1-1,9 diartikan bahwa korelasi tersebut kuat negatif dengan simbol *; angka 2 – 2,9 diartikan bahwa korelasi tersebut negatif dengan simbol x; angka 3 – 3,9 diartikan bahwa korelasi tersebut positif dengan simbol ≠; angka 4 diartikan bahwa korelasi tersebut kuat positif dengan simbol ≈.

(40)

2 Relationship : Correlation : 2,6-3 : Strong 4 : Strong + 1,8-2,4 : Medium 3 : Positive 1-1,7 : Weak 2 : Negative 1 : Strong - 2.2 2 2.2 2.6 2.8 1.4 2 2 2.8 2.4 3 2.2 2.4 2.8 3 3 2.6 3 3 2.2 3 3.2 3 PRODUCT REQUIREMENTS (HOW) CONSUMER REQUIREMENTS (WHAT)

Gambar cairan madu 8 8 5

Bentuk cair

Warna kuning muda

Penampilan jernih Rasa manis Aroma tajam Suplemen jahe/temulawak Bentuk botol Bahan plastik Ukuran 250 ml 2.6 2 2 2 2 2 3 7 3 1 7 5 6 6 4 8 2.6 2 2 2 5 8 7 9 2 52 5 555584577 96776433s 2 5e r 2 2 2 2 2 5 5 8 8 7 4 4 2 Warna kuning keemasan

Physical of product Packagingt Price 2.6 2.8 1.6 2 1.6 2.6 2.6 3 2.4 1.2 2.6 2.2 2.8 2.4 1 1.2 3 2 2.8 2 3 3 2.6 2.4 1.8 2.4 1.6 2.2 2 2.2 1.6 2.4 2.2 3 1.8 1.6 1 2.4 2.6 2.2 2.8 1 2.6 2.4 2.4 1 2.4 2.8 2 2 3 33 C O N SU M ER D E M A N D S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 11 12 13 14

Jenis madu murni

U se of ra w m at er ia l Informasi 1000-5000 P hy si ca l C ha ra ct er is tic 3 P ac kag ing P ri c e e V is co si ty of p ro du ct C ol or of pr od uc t C le ar an ce of pr od uc t Ta st e of pr od uc t O do r of pr od uc t O th er in gr ed ie nt V ol um e D es ig n La be lin g E ye c at ch in g P ri ce Sensory of product 2.8 2.8 2.8 2.6 2.6 2.6 2.4 2 Importance Se ns or y ch ar ac te ri st ic 2.4 2.4 3

Gambar 22. Rumah Mutu fase 1 (dalam bentuk angka)

3 8

(41)

Relationship : Correlation : x • : Strong (2,6-3) ≈: Strong + (4) ° : Medium (1,8-2,4) ≠ : Positive (3) ⊗ : Weak (1-1,7) x : Negative (2) * : Strong – (1) x x x x x * x x ≠ x ≠ x x x ≠ ≠ x ≠ ≠ x ≠ ≠ ≠ PRODUCT REQUIREMENTS (HOW) CONSUMER REQUIREMENTS (WHAT)

Gambar cairan madu 8 8

Bentuk cair

Warna kuning muda

Penampilan jernih Rasa manis Aroma tajam Suplemen jahe/temulawak Bentuk botol Bahan plastik Ukuran 250 ml 2.6 2 2 2 2 2 3 7 3 1 7 5 6 6 4 8 2.6 2 2 2 5 8 7 9 2 52 5 555584577 96776433s 2 5e r 2 2 2 2 2 5 5 8 8 7 4 4 2 Warna kuning keemasan

Physical of product Price

• • ⊗ ° ⊗ • • • ° ⊗ • ° • ° ⊗ ⊗ • ° • ° • • • ° ⊗ ° ⊗ ° ° ° ⊗ ° ° • ° ⊗ ⊗ ° • ° • ⊗ • ° ° ⊗ ° • ° ° • ° ° ° • C O N SU M ER D E M A N D S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 11 12 13 14

Jenis madu murni

U se of ra w m at er ia l Informasi 1000-5000 P hy si ca l C ha ra ct er is tic 3 P ac kag ing P ri c e e V is co si ty of p ro du ct C ol ou r of pr od uc t C le ar an ce of pr od uc t Ta st e of pr od uc t O do r of pr od uc t O th er in gr ed ie nt V ol um e D es ig n La be lin g E ye c at ch in g P ri ce

Sensory of product Packaging

• • • • • • ° 5 2 Importance Se ns or y ch ar ac te ri st ic

Gambar 23. Rumah Mutu Fase 1 (dalam bentuk simbol)

(42)

Gambar 22 menunjukkan bahwa yang memiliki hubungan kuat adalah jenis madu murni dengan use of raw material, viscosity of product, colour of product, clearance of

product, taste of product, odor of product ; bentuk cair dengan use of raw material, viscosity of product ; warna kuning muda dengan use of raw material, colour of product; penampilan jernih dengan use of raw material, clearance of product ; rasa

manis dengan taste of product ; aroma tajam dengan odor of product; suplemen jahe atau temulawak dengan taste of product, clearance of product, odor of product ; warna kuning keemasan dengan design, eye catching ; gambar cairan madu dengan design; informasi berhubungan dengan labelling. Hubungan sedang meliputi jenis madu dengan

price; bentuk cair dengan colour of product, taste of product, clearance of product;

warna kuning madu dengan taste of product, clearance of product; penampilan jernih dengan colour of product; rasa manis dengan use of raw material, aroma tajam dengan

use of raw material, odor of product; suplemen jahe atau temulawak dengan colour of product, , other ingredient, price, bentuk botol dengan design, eye catching, price;

bahan plastik dengan design, eye catching, price; ukuran 250 ml dengan design, price; warna kuning keemasan dengan labelling; gambar cairan madu dengan labelling, eye

catching; informasi dengan design, eye catching. Hubungan lemah meliputi bentuk cair

dengan colour of product, taste of product; warna kuning muda dengan taste of product; rasa manis dengan viscosity of product, colour of product; variasi dengan price; suplemen dengan price; bentuk botol dengan labeling; bahan plastik dengan labeling; ukuran 250 ml dengan design, labeling, eye catching; warna dengan price, gambar dengan price

Matrik korelasi positif adalah use raw material dengan viscosity of product, colour of

product; viscosity of product dengan colour of product; volume dengan design, labelling ; design berkorelasi labelling; yang menunjukkan negatif adalah use raw material

dengan taste of product, clearance of product, odor of product dan price; viscosity of

product dengan taste of product, clearance of product, odor of product; colour of product dengan taste of product, clearance of product, other ingredient; taste of product dengan other ingredient; volume dengan eye catching ; design dengan price; labelling dengan price.

(43)

4. PEMBAHASAN

Pemetaan dilakukan dengan cara survei ke pasaran, semua produk yang ada dicatat. Produk madu dipetakan berdasarkan jenis produk, bentuk produk, jumlah produk dan berdasarkan tingkatan umur dari anak, remaja, dewasa dan lansia. Dari hasil pemetaan didapatkan 3 jenis produk minuman berbasis madu yaitu madu murni (tidak ada tambahan produk lain), madu murni dengan tambahan royal jelly atau bee polen, madu murni dengan tambahan perasa (flavor). Bentuk produk ada 2 macam yaitu bentuk kental dan cair (Tabel 1). Dari tingkatan umur, semua umur sudah ada produknya hanya jumlahnya saja yang berbeda. Pada produk minuman berbasis madu dengan perasa dalam bentuk cair belum ada untuk dewasa dan lansia karena pada produk itu dikhususkan untuk anak-remaja, dewasa dan lansia tidak mementingkan rasa tapi hanya mementingkan manfaat bagi kesehatan (Suranto, 2004). Dari hasil survey kebanyakan produk yang ada di pasaran belum ada nilai tambahan (suplemen) atau variasi produk karena itu terbuka peluang untuk mengembangkan produk minuman berbasis madu dengan nilai tambahan (suplemen herbal) atau variasi produk (buah).

Dari peta produk yang ada di pasar, dipilih satu jenis produk yang akan dikembangkan yaitu jenis produk madu murni dalam bentuk cair dengan nilai tambahan (suplemen) untuk remaja (13-17 tahun), dipilih remaja karena remaja lebih sulit untuk mengkonsumsi madu dibandingkan dengan orang dewasa dan lansia, maka dari itu perlu dilakukan suatu pengembangan produk madu yang disukai oleh remaja (Anonim, 2006). Jenis produk yang dipilih adalah madu murni dengan nilai tambahan (suplemen herbal) bukan variasi buah, karena suplemen herbal (jahe / temulawak) lebih memiliki manfaat yang lebih baik bagi kesehatan, walaupun buah juga memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan tetapi variasi buah sudah ada di pasaran dengan menggunakan flavor. Bentuk produk yang dipilih adalah cair, dipilih cair karena remaja lebih menyukai produk yang praktis (dari hasil wawancara anak-remaja lebih menyukai produk cair) dan jumlah produk masih sangat sedikit. Selain itu madu lebih baik dikonsumsi dalam bentuk larutan, karena dalam bentuk larutan madu lebih mudah diserap langsung oleh saluran pencernaan (Suranto, 2004).

(44)

Identifikasi keinginan konsumen meliputi analisa fisik (jenis, bentuk, warna dan penampilan), analisa sensoris (rasa, aroma, variasi dan suplemen), analisa kemasan (bentuk, bahan, ukuran, warna, gambar, informasi) dan harga. Dari hasil analisa fisik diketahui bahwa jenis produk murni lebih disukai konsumen (Gambar 4), karena produk madu murni lebih bermutu tinggi dibandingkan dengan produk yang lain walaupun produk madu murni dengan tambahan royal jelly juga lebih bermanfaat, tetapi kurang disukai remaja karena royal jelly memiliki rasa asam yang kurang disukai oleh remaja, untuk produk madu murni dengan tambahan perasa juga disukai tetapi tidak sebanyak yang hanya murni karena perasa disini hanya menggunakan flavor buah (flavor jeruk atau anggur), sedangkan yang diharapkan oleh konsumen adalah rasa buah yang bukan flavor tetapi yang murni buah (hasil wawancara) seperti yang sudah ada yaitu jus kelengkeng dimana produk tersebut diambil dari nektar buah kelengkeng (Suranto, 2004). Bentuk produk madu yang disukai adalah cair (Gambar 5), karena bentuk cair lebih praktis dikonsumsi dibandingkan dengan bentuk kental, bentuk kental biasanya harus dicampur dengan air terlebih dahulu. Madu lebih baik dikonsumsi dalam bentuk larutan supaya komponen lebih mudah diserap ke dalam pembuluh darah (Purbaya, 2002).

Warna produk yang disukai oleh konsumen adalah warna kuning muda karena warna kuning muda memberikan kesan bahwa madu tersebut murni, dibandingkan dengan warna yang kehitaman (Gambar 6). Warna kuning kecoklatan dan kuning tua juga disukai karena produk yang ada di pasaran warnanya seperti itu. Untuk warna putih, warna buah dan coklat agak kehitaman kurang disukai karena warna tersebut menandakan mutu yang rendah pada produk madu. Penampilan produk yang disukai konsumen adalah produk yang jernih atau terang (Gambar 7), karena produk madu yang bagus adalah jernih jika produk tersebut keruh berarti produk tersebut sudah tercampur dengan bahan lain/tidak murni. Kebanyakan konsumen (terutama Indonesia) lebih menitikberatkan pada kejernihan yang digunakan sebagai tolok ukur mutu madu, sehingga warna madu yang lebih terang, jernih, bening akan lebih disenangi (Purbaya, 2002)

(45)

Dari hasil analisa sensoris diketahui bahwa rasa produk yang disukai adalah rasa manis bukan rasa buah (flavor) (Gambar 8), karena memang madu berasal dari nektar yaitu cairan manis yang berada di mahkota bunga, rasa buah disini adalah tambahan flavor jadi tidak begitu disukai (hasil wawancara). Aroma produk yang disukai adalah tidak berbau, karena anak-remaja tidak menyukai produk yang menyengat (Gambar 9), tetapi akan sulit diterapkan karena produk madu kebanyakan memiliki aroma yang tajam walaupun ada produk madu yang memiliki aroma tidak tajam jadi untuk menghilangkan aroma yang tajam tersebut kemungkinan harus melakukan perlakuan khusus (Purbaya, 2002).

Variasi produk yang disukai adalah variasi buah (Gambar 10), variasi buah ini bukan tambahan flavor melainkan nektar yang diambil berasal dari pohon berbuah, misalnya madu rambutan, nektar yang digunakan sebagai bahan baku madu diambil dari mahkota bunga rambutan, variasi buah lebih disukai karena remaja lebih mudah mengkonsumsi produk dengan rasa buah. Produk lebah kurang disukai karena rasanya yang asam (Suranto, 2004). Untuk tambahan suplemen yang disukai adalah herbal seperti jahe atau temulawak (Gambar 11) tidak sayuran, ini karena herbal lebih memiliki khasiat tertentu bagi kesehatan dibandingkan sayuran walaupun sayuran juga bermanfaat, anak remaja beranggapan bahwa sayuran bisa dikonsumsi begitu saja jadi tidak perlu dicampur dengan madu sedangkan herbal bila dikonsumsi secara langsung rasanya kurang enak jadi perlu ditambah madu supaya rasa pahit atau asam bisa hilang (hasil wawancara).

Analisa kemasan produk meliputi bentuk, bahan, gambar, warna dan informasi. Kemasan yang disukai konsumen adalah botol dengan bahan plastik (Gambar 12), karena sekarang ini kemasan harus semakin praktis, ekonomis dan bermutu tinggi. Perpaduan antara daya tahan, mutu, nilai ekonomis, kepraktisan dan estetika menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh kemasan modern. Kemasan botol merupakan kemasan yang cukup praktis, botol bisa ditutup kembali jika produk belum habis, dibandingkan sachet, gelas dan tetrapack agak susah karena bisa saja tumpah jika sudah dibuka. Bahan yang dipilih plastik karena plastik sangat fleksibel, lebih praktis, ringan, bisa dibawa kemana-mana dibandingkan kaca yang berat, dan tahan lama (tidak mudah rusak) hanya plastik tidak tahan panas (Insa, 2001 & Tadinur, 2004).

(46)

Ukuran kemasan yang disukai adalah 250 ml, karena ukuran ini adalah ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil (Gambar 17), anak remaja lebih menyukai kemasan yang praktis karena akan memudahkan dalam penyimpanan dan distribusi. Warna kemasan yang disukai adalah kuning keemasan (Gambar 18), karena warna kuning keemasan menunjukkan produk madu, dibandingkan warna lain seperti merah, hijau, biru, ungu, hitam dan merah muda yang tidak menunjukkan identitas produk. Gambar untuk kemasan adalah sarang lebah (Gambar 19), gambar tersebut sudah mencerminkan produk. Produk yang didesain dengan warna dan gambar yang sesuai dengan produk akan lebih mudah diterima konsumen. Desain kemasan berperan dalam menyampaikan daya tarik produk dalam waktu yang singkat (Wisnu, 1998).

Informasi yang dibutuhkan adalah manfaat madu, tanggal kadaluarsa, komposisi, cara penyajian (Gambar 20). Selain desain kemasan labeling juga penting, informasi yang dicantumkan pada kemasan akan membantu konsumen dalam memilih produk, konsumen akan mendapatkan jaminan kualitas dan kuantitas (Wisnu, 1998). Harga produk yang disukai konsumen berkisar Rp 1000,- sampai Rp 5000,- (Gambar 21), karena konsumen akan lebih menyukai produk yang murah dibandingkan yang mahal tetapi belum tentu harga tersebut bisa diterapkan karena harga produk ditentukan oleh kualitas madu. Madu berkualitas tinggi harganya mahal. Harga madu juga ditentukan oleh sumber nektar, madu yang berasal dari sumber nektar yang sulit dijumpai harganya akan tinggi (Suranto, 2004).

Hasil dari identifikasi keinginan konsumen kemudian dipilih empat nilai tertinggi untuk dimasukkan ke dalam matrik interaksi, matrik interaksi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keinginan konsumen dengan aspek teknis produksi. Aspek teknis produksi terdiri dari pengolahan bahan pangan, distribusi dan pemasaran. Pengolahan bahan pangan meliputi bahan mentah sampai produk akhir dan dikemas (bahan baku, bahan tambahan makanan, proses produksi, mesin dan peralatan produksi, bahan kemasan, desain kemasan, pengemas primer, pengemas sekunder). Distribusi meliputi bentuk produk, berat produk, transportasi, dan penyimpanan. Pemasaran meliputi penjualan produk, harga produk dan tempat penjualan atau display (Parker, 2003).

Gambar

Gambar 1. Matrik Interaksi
Gambar 2. Rumah mutu
Tabel 1. Produk – produk Minuman Berbasis Madu di Pasaran
Gambar 3. Pemetaan Produk Minuman Berbasis Madu Berdasarkan Jumlah Produk dan  Tingkatan Umur
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

saja yang diinginkan konsumen serta mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas produk kursi makan, selain itu juga untuk mengetahui upaya apa saja yang perlu

Model Kano yang dapat mengkuantifikasikan kepuasan konsumen menjadi suatu persamaan matematis dapat diintegrasikan dengan QFD untuk mengoptimalkan desain produk pada

Jika produk yang kembali berasal dari konsumen itu mungkin akibat adanya kecacatan pada produk (defective product)atau ketidaksesuaian antara produk yang diinginkan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa konsumen memiliki 24 atribut kebutuhan yang diinginkan pada

Pada rumah mutu tahap I memuat hubungan kuat antara atribut produk dengan aspek produksi sebagai berikut: antara ukuran 100-150 ml dan harga Rp 2500,00 - Rp 5000,00 dengan volume

Untuk dapat melakukan perancangan dan pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuan dan keinginan konsumen yang efektif dan efisien harus disertai tools dan metode yang tepat,

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Kebutuhan konsumen terhadap produk helm adalah helm berbentuk half face, helm berbentuk full face, helm berbentuk flip up,

Dari gambaran target karakteristik teknik produk charger portable yang di dapatkan dari hasil analisa menggunakan Quality Function Deployment (QFD) adalah produk charger