• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR ALUR KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA AA. NAVIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR ALUR KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA AA. NAVIS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

62

ANALISIS STRUKTUR ALUR KUMPULAN CERPEN

ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA AA. NAVIS

Rara Marselina Jupon

Prodi Sistem Informasi, STMIK Pringsewu Lampung Jalan Wisma Rini No. 09 Pringsewu, Lampung, Indonesia

Email Corespondenst : rhahafiedz11@gmail.com

Abstrak

Sastra merupakan hasil karya cipta manusia untuk mengungkapkan pengalamannya melalui bahasa, baik secara lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa indah serta dapat menggetarkan hati pembacanya, selain itu sastra juga lahir dari suatu situasi kebudayaan, bukan karena kekosongan budaya, sastra lahir untuk mewujudkan kebudayaan itu sendiri dengan caranya sendiri. Kumpulan Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya AA. Navis berisi sepuluh cerpen. Penelitian ini berguna untuk mengetahui alur apa saja yang digunakan penulis dalam kumpulan cerpen serta mengetahui jenis alur dan struktur alur dalam masing-masing cerpen. Hasil analisis terhadap kumpulan cerpen karya AA. Navis, dapat disimpulkan bahwa kumpulan cerpen karya AA. Navis memiliki empat alur maju, terdiri dari Anak Kebanggan, Nasihat-Nasihat, Topi Helm dan Menanti Kelahiran. Sedangkan cerpen yang menggunakan alur mundur terdiri dari Robohnya Surau Kami, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakkan Terakhir, Angin dari Gunung, Penolong dan Dari Masa ke Masa.

Kata kunci : Cerpen, AA. Navis, Sastra, Alur

Abstrak

Literature is the work of human creations to express their experiences through language, both orally and in writing that can cause a sense of beauty and can thrill the readers, besides that literature is also born of a cultural situation, not because of cultural emptiness, literature was born to realize the culture itself in its own way. A collection of short stories "The Fall of Our Surau" by AA. Navis contains ten short stories. This study is useful to find out what plot is used by the writer in a collection of short stories and determine the type of flow and structure of the grooves in each of the short stories. Results of the analysis of a collection of short stories by AA. Navis, it can be concluded that the collection of short stories by AA. Navis has four fronts, consisting of Pride Children, Advice, Helm Caps and Birth awaits. Whereas the short story that uses a backward flow consists of the collapse of our Surau, the Coming and Departing, the Final Fraction, the Wind from the Mountain, the Helper and From Time to Time.

Keywords: Short stories, AA. Navis, Literature

I. PENDAHULUAN

Alur merupakan cermin atau bahkan berupa perjalanan berupa tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Peristiwa yang ditampilkan dalam cerita tidak lain dari perbuatan tingkah laku para tokoh baik yang bersifat fisik maupun batin. Alur merupakan salah satu unsur intrinsik yang sangat penting dalam membangun cerita. Alur menerangkan urutan peristiwa yang terjadi dalam suatu karya sastra (Rizki dan Kahfie: 2016).

Stanton (2007: 26) misalnya, mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa

▸ Baca selengkapnya: bagaimana alur yang terdapat dalam cerpen sepasang sepatu tua

(2)

63

yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Kenny (dalam Nurgiantoro, 2013: 167) mengemukakan alur sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwaitu berdasarkan kaitan sebab akibat.

Alur yang dimaksud dalam penelitian ini ada 3, yaitu progresif, alur regresif dan alur campuran. Sebagaimana pendapat Nurgiyantoro (2010: 153) yang membedakan alur berdasarkan kriteria urutan waktu, yaitu: a) Alur lurus atau progresif yaitu alur yang menampilkan peristiwa secara kronologis, terjadi jika cerita dimulai dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa; b) Alur sorot-balik atau regresif yaitu alur yang tahap penceritaanya bersifat fashback atau tidak kronologis. Hal ini biasanya ditampilkan dalam dialog, mimpi maupun lamunan tokoh yang mengenang masa lalunya; c) Alur campuran yaitu alur yang tahap penceritaannya bersifat progresif dan regresif. Alur ini terjadi jika dalam cerita dimulai dari akhir cerita atau tengah cerita kemudian menuju awal cerita.

Selain itu alur juga memiliki beberapa struktur. Struktur alur adalah tahapan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita yang saling berkaitan. Struktur alur dalam karya sastra disusun dengan urutan yaitu pengenalan situasi cerita (exsposition), pengungkapan peristiwa (complication), menuju pada adanya konflik (rising action), puncak konflik (turning point), dan penyelesaian (ending).

Buku Robohnya Surau Kami karya AA. Navis terdiri dari 10 cerpen: Robohnya

Surau Kami, Anak Kebanggan, Nasihat-nasihat, Topi Helm, Datangnya dan perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dan Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong, dan Dari Masa ke Masa. Buku ini menampilkan wajah Indonesia pada zamannya dengan cerita

penuh kegetiran. Ditulis dengan kata-kata satir dan cemoohan akan kekolotan pemikiran manusia Indonesia saat itu, yang juga masih terdapat pada masa sekarang.

Penelitian mengenai struktur alur pada buku ini dikarenakan begitu pentingnya alur dalam sebuah cerita. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah penulis menggunakan alur yang sama pada 10 cerpen yang ditulisnya atau memiliki alur yang berbeda-beda, serta untuk mengetahui struktur alur dari masing-masing cerpen.

II. METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dikarenakan metode deskriptif tidak hanya menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada tetapi juga menganalisis subjek atau objek penelitian (Jauhari, 2010: 34). Metode ini memberikan gambaran dengan memaparkan kutipan-kutipan cerpen untuk menentukan jenis alur dan struktur alur.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara mendeskripsikannya dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2015: 6).

Tahap analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode struktural. Metode struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur yang membentuk keutuhan karya sastra, dalam hal ini adalah unsur intrinsik. Selanjutnya untuk mempertajam analisis digunakan analisis naratif. Analisis naratif adalah analisis yang melihat teks dari sebuah cerita atau film yang di dalamnya terdapat alur, adegan, tokoh serta karakter (Alfathoni, Minawati, dan Zebua, 2018: 141). Menurut Barker dalam Kustanto (2015 :114), naratif adalah penjelasan yang bertata urut yang mengklaim sebagai rekaman peristiwa, dengan analisis naratif, makna serta nilai-nilai yang terkandung pada sebuah film dapat dipahami. Melalui analisis naratif, struktur cerita dari narasi fiksi seperti novel dan film dapat dikaji (Eriyanto, 2013 :9).

(3)

64

Sumber data penelitian ini yaitu Buku Robohnya Surau Kami karya A.A Navis yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di Jakarta pada Tahun 2009 cetakan kelima belas dan terdiri dari 142 halaman..

Data dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, frasa ataupun kalimat yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu kutipan yang menggambarkan jenis alur dan struktur alur.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini berupa analisis tentang jenis alur dan juga struktur alur dalam kumpulan cerpen karya AA. Navis,. Hasil analisis tersebutdisajikansebagai berikut :

A. Alur Maju/ Progresif

Alur maju dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya AA. Navis sebagai berikut:

1. Anak Kebanggaan a. Jenis Alur

Cerpen ini beralur maju karena Ompi menceritakan kisah anak kebanggaannya yang bernama Indra Budiman yang suatu saat pasti akan mendapatkan gelar. Seperti terdapat pada kutipan berikut ini :

“Ompi yakin, masa itu akan datang. Dan ia menunggu dengan hati yang disabar-sabarkan. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti merupa jadi kenyataan. Dia yakin itu bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya sekarang. Atau salah satu titel yang mentereng lainnya. (Anak Kebanggaan : 16 )

Dari kutipan diatas sangat jelas sekali bahwa Ompi mengharap kan Indra Budiman menjadi seorang yang berguna bagi semua orang di kampungnya. b. Struktur Alur

1) Tahap Situasi adalah Rumah Ompi yang cukup besar. Ompi hanya tinggal berdua dengan Indra Budiman putra semata wayangnya.

2) Tahap Pemunculan Konflik adalah Indra Budiman pergi merantau ke Jakarta untuk mendapat gelar Dokter.

3) Tahap Peningkatan Konflik adalah pada saat Ompi tidak pernah mendapat surat balasan dari Indra Budiman sampai akhirnya Ompi jatuh sakit.

4) Tahap Konflik adalah Indra Budiman anak kebanggaan Ompi ternyata telah meninggal dunia tanpa sebab yang pasti dan Ompi tidak mengetahui hal itu.

5) Tahap Penyelesaian adalah Pada saat surat Indra Budiman datang Ompi hanya memeluk dan mencium surat itu tanpa ingin membacanya.

2. Nasihat-nasihat a. Jenis Alur

Cerpen ini menggunakan alur maju karena cerpen ini mengisahkan Hasibuan yang terkena musibah karena bertemu dengan gadis desa dari kampung Minangkabau. Gadis desa itu sudah tidak ingin lagi tinggal bersama keluarganya karena ibu tirinya jahat. Lalu Hasibuan mencerikatakan kemalangannya kepada orang tua yang selalu memberikannya nasihat.

Hal tersebut digambarkan saat Hasibuan menceritakan masalahnya kepada orang tua. Seperti pada kutipan berikut :

“Ketika Hasibuan, anak muda yang menumpang di kamar depam menceritakan kesulitannya, dengan penuh perhatian ia mendengarkan. Memang selamanya wajahnya kelihatan sungguh-sungguh, bila setiap

(4)

65

orang mengemukakan kesulitannya untuk sekedar meminta nasihat yang berharga. Sikapnya ini menyenangkan hati orang. Nasihat orang tua itu selamanya berharga. Karena itu, setiap orang tak berani memulai sesuatu sebelum diminta nasihatnya. ( Nasihat-nasihat : 27 )

b. Struktur Alur

1) Tahap Situasi adalah rumah kontrakan pada saat malam hari dan Hasibuan menceritakan tentang masalahnya kepada Orang Tua.

2) Tahap pemunculan konflik pada saat Hasibuan bertemu dengan wanita. 3) Tahap konflik adalah Hasibuan dituduh melarikan anak gadis itu. Dan

Hasibuan dilaporkan ke Polisi.

4) Tahap penyelesaian wanita itu akhirnya mau kembali lagi ke kampungnya karena nasihat orang tua itu.

3. Topi Helm a. Jenis Alur

Cerpen ini menggunakan alur maju. Karena cerita dimulai dengan berpindahnya “Si Topi Helm” ke tangan Pak Kari. Setelah Tuan OM pindah ke kota baru di Bandung.

Seperti pada kutipan berikut ini :

“Namun setahun kemudian topi helm itu tidak punya wibawa benar-benar lagi. Yaitu semenjak kepala Pak Kari yang menjunjungnya. Di waktu topi helm itu berpindah kepala, sebenrnya terjadilah penting atas keluarga Tuan OM. Dan julukan “Si Topi Helm” masih juga lengket pada Tuan OM sampai ia dipindahkan ke Bandung. ( Topi Helm : 44 ) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa berharganya topi helm itu bagi Tuan OM. Dengan topi helm itu wibawa yang dipancarkan Tuan OM sangat terpancar dan itu membuat Tuan OM disegani di stasiun tempat Tuan OM bekerja.

b. Struktur Alur

1) Tahap situasi adalah di stasiun kereta api batu bara pada jam kerja

2) Tahap pemunculan konflik tuan OM pindah ke Bandung dan Topi Helm dipindahkan kepada pak Kari

3) Tahap peningkatan konflik pak Kari selalu mendapat ejekan dari teman-teman kerja karena topi helm milik tuan OM sekarang ada diatas kepalanya.

4) Tahap klimaks satu gerbong kereta api tergelincir keluar dari lintasan rel kereta dan masinis menyalahkan pak Kari dan ingin memecatnya.

5) Tahap penyelesaian adalah semenjak pak Kari memakai topi helm itu sifat sabar dan bijaksana tuan OM berpindah padanya.

4. Menanti Kelahiran a. Jenis Alur

Cerita ini menggunakan alur maju. Karena tokoh dalam cerita ini sedang menunggu kelahiran anak pertama. Digambarkan pada saat sore hari saat Lena dan Haris tengah bersantai di teras rumah. Seperti pada kutipan berikut : “Pada bulan Maret itu malam lambat datangnya. Sinar matahari sore melantuni bayangan hitam panjang-panjang arah ke timur. Seorang perempuan muda terlindung oleh palem di pot dari sinar yang cerah itu.

(5)

66

Dari tadi ia duduk bersama suaminya di teras, sebagaimana dilakukannya bila sore indah. ( Menanti Kelahiran : 97 )

b. Struktur Alur

1) Tahap situasi sore hari yang cerah di teras rumah Haris dan Lena

2) Tahap pemunculan konflik Lena bertemu dengan wanita yang menyamar sebagai pembantu rumah tangga.

3) Tahap peningkatan konflik adalah Lena mengizinkan wanita itu untuk bekerja di rumahnya sebagai pembantu rumah tangga.

4) Tahap klimaks wanita itu hanya berkedok sebagai pembantu rumah tangga yang berniat menguras habis harta Haris dan Lena.

5) Tahap penyelesaiannya akhirnya wanita itu dilaporkan pihak yang berwajib.

B. Alur Mundur

Cerpen-cerpen yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami karya AA. Navis yang beralur mundur adalah sebagai berikut :

1. Robohnya Surau Kami a. Jenis Alur

Cerpen ini menggunakan alur mundur karena aku menceritakan kembali kejadian pada masa lalunya di kampung. Kampung yang dulu mempunyai surau yang dijaga oleh Kakek yang dikenal dengan Garin. Seperti pada kutipan berikut ini :

“Kalau beberapa tahun lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-lkira sekilometer dari pasar sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. ( Robohnya Surau Kami : 1 )

Tahap situasi cerpen ini adalah bagaimana aku menceritakan keadaan surau itu yang dulu tetap terjaga dan terawat karena ada Kakek yang menjaga surau itu. Kakek yang hidup sebatang kara dan hidup karena sedekah yang dipungutnya sekali setiap jumat. Seperti pada kutipan berikut :

“Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temuin seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai

garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.Ia hidup

dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. ( Robohnya Surau Kami : 1 )

Berdasarkan kutipan di atas bahwa Kakek sangat menjaga keadaan surau itu. b. Struktur Alur

1) Tahap situasi menceritakan keadaan lingkungan sekitar surau.

2) Tahap pemunculan konfliks, pada waktu Kakek bertemu dengan Ajo Sidi.

(6)

67

3) Tahap peningkatan konfliks adalah pada saat Ajo Sidi menceritakan seorang ahli ulama yang matinya tetap masuk neraka.

4) Tahap klimaks, Kakek tidak tahap akan cerita Ajo Sidi dan kemudian Kakek memutuskan untuk menggorok lehernya dengan pisau cukurnya sendiri.

5) Tahap penyelesaian, Aku diberitahukan oleh istriku bahwa Kakek telah meninggal dengan cara yang tragis gara-gara mendengar cerita dari Ajo Sidi.

2. Datangnya dan Perginya a. Jenis Alur

Cerpen ini menggunakan alur mundur, karena Ayah Masri bertemu dengan mantan istrinya yang menceritakan kisahnya. Ternyata menjadi menantu dan sekaligus anak kandungnya.Masri dan istrinya adalah saudara kandung. Seperti pada kutipan berikut :

“Pahit kau menerima kenyataan ini? Demikian juga aku. Ketika aku tahu mereka bersaudara kandung, sejak itu sampai sekarang, aku sediakan diriku dipukuli kutukan. Rela aku menderita segala dosa-dosa ini, asal mereka tetap bahagia. ( Datangnya dan Perginya : 69 ) b. Struktur Alur

1) Tahap situasi adalah ayah Masri ingin sekali menjenguk Masri dan keluarganya.

2) Tahap pemunculan konflik adalah ayah masri nekat pergi untuk menebus semua dosa-dosanya dimasa lalu.

3) Tahap peningkatan konflik adalah ayah masri bertemu dengan mantan istrinya yaitu iyah.

4) Tahap konflik adalah iyah menceritakan bahwa masri dan arni adalah saudara kandung hasil pernikahan iyah dan ayah Masri.

5) Tahap penyelesaian akhirnya ayah masri pulang lagi tanpa sempat bertemu dengan masri dan arni

3. Pada Pembotakan Terakhir a. Jenis Alur

Cerpen ini menggunakan alur mundur karena aku menceritakan kehidupannya di masa ia kecil.

Seperti pada kutipan berikut :

“Sudah lama peristiwa ini berlalu. Tapi apalah arti waktu. Waktu hanya suatu ukuran yang tak mampu memisahkan ingatan dan kenangan yang telah terjadi. Dan dalam waktu yang berlalu, semua cerita yang terjadi dalam jaraknya banyak yang tumbuh dan hidup sepanjang masa, meski antara pelakunya tiada lagi kini. Kejadian itu sudah dua puluh lima tahun berlalu. ( Pada Pembotakan Terakhir : 75 )

Berdasarkan kutipan di atas, aku menceritakan kembali masa-masa kecilnya dulu.

b. Struktur Alur

1) Tahap Situasi disebuah kampung di tanah minang

2) Tahap pemunculan konflik aku bermain dengan Maria sampai sore. Dan ketika Maria pulang ia langsung dipukuli oleh mak pasah.

(7)

68

3) Tahap peningkatan konflik dengan tidak sengaja aku menjatuhkan bubur dagangannya Maria

4) Tahap klimaks adalah ketika mak pasah mengetahui hal itu, Maria dipukuli sampai tewas.

5) Tahap penyelesaian setelah maria meninggal dunia, mak pasah tidak lagi berjualan kue melainkan berdagang emas dan menikah lagi.

4. Angin dari Gunung a. Jenis Alur

Cerpen ini menggunakan alur mundur. Karena aku bertemu kembali dengan mantan kekasihnya dan mengulang kembali kisah masa lalunya yang menjadi seorang pejuang.

Seperti pada kutipan berikut :

”Ya. Sudah lama. Aku tak pernah mau mengingatnya. Tapi kini aku ingat lagi. “Dia diam lagi. Dan memandang jauh kea rah gunung itu. “Ketika itu seperti macam sekarang. Kita duduk seperti ini juga. Tapi tempatnya bukan disini. Aku masih ingat, sekali kau menggenggam jariku erat sekali. Aku biarkan dia tergenggam. Dan dalam tekanan genggamanmu, aku tahu kau bicara. ( Angin dari Gunung : 88 )

Dari penjelasan di atas, menjelaskan bahwa ingatan aku masih sangat baik tentang masa lalu.

b. Struktur Alur

1) Tahap situasi adalah angin dari gunung yang dulu sangat membuat hati nyaman

2) Tahap kemunculan konflik adalah sang prajurit bertemu kembali dengan gadis yang dulu ia cintai.

3) Tahap peningkatan konflik wanita itu terkejut saat melihat kalau jari-jarinya sudah buntung semua akibat peperangan.

4) Tahap klimaks adalah wanita itu ingin berniat baik dengan membawanya ke panti rehabilitasi yang ada di Solo tapi ia menolaknya.

5) Tahap penyelesaian dengan rasa yang penuh kecewa, akhirnya ia pergi dan menolak ajakan wanita itu untuk masuk panti rehabilitasi.

5. Penolong a. Jenis Alur

Cerpen ini menggunakan alur muncur. Karena Sidin kembali teringat pada kecelakaan kereta api yang dulu pernah terjadi pada masa penjajahan Jepang. Dan kecelakaan itu sangat tragis. Menelan banyak korban.

Seperti pada kutipan berikut :

”Sama seperti dulu, ketika peristiwa yang sama terjadi. Ketika itu zaman pendudukan Jepang. ( Penolong : 114 )

Pada masa itu, hanya kereta api angkutan yang bisa diandalkan oleh masyarakat kita. Penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk, berani duduk di atas atap kereta api. Semua barang-barang dagangan mereka dimasukkan ke kereta api. Mereka tidak menyadari kalau yang mereka lakukan itu membahayakan diri sendiri. Sehingga terjadilah kecelakaan yang tragis itu.

(8)

69 b. Struktur Alur

1) Tahap situasi : tengah malam yang disertai rintik-rintik hujan

2) Tahap pemunculan konflik adalah sidin menolong korban kecelakaan kereta api

3) Tahap peningkatan konflik adalah sidin mendengar ada gadis kecil yang terhimpit salah satu gerbong dan sulit untuk diselamatkan.

4) Tahap konflik untuk menyelamatkan gadis kecil itu, seorang pemuda tidak waras memotong kaki gadis kecil itu.

5) Tahap penyelesaian adalah pemuda tidak waras itu akhirnya diamankan oleh petugas rumah sakit. Dan gadis kecil itu tidak mengalami apa-apa. 6. Dari Masa ke Masa

a. Jenis Alur

Cerpen ini menggunakan alur mundur. Cerpen ini menceritakan kejadian masa lalu seorang pejuang yang selalu harus meminta nasihat kepada orang tua.

Seperti pada kutipan berikut :

“waktu saya muda dulu, sekitar usia dua puluh tahun, saya sering dongkol pada orang tua-tua. Bayangkanlah, setiap apa pun yang akan kami lakukan selalu kena tuntut agar minta nasihat dulu, minta restu dulu ada orang tua-tua. Memang tidak ada paksaan. Tapi selalu saja ada pesan-pesan agar kami mulai melaksanakan kegiatan kami. ( Dari Masa ke Masa : 131 )

b. Struktur Alur

1) Tahap situasi adalah aku menceritakan kejadian masa lalu yang selalu harus meminta nasehat dalam setiap kegiatan

2) Tahap pemunculan konflik adalah ia sangat heran dengan anak muda zaman sekarang yang tidak perlu nasehat

3) Tahap peningkatan konflik adalah pada saat ia dan teman-teman ingin berangkat ke medan perang, harus terlebih dahulu meminta nasehat 4) Tahap klimaks ia bertemu sahabatnya yang diplomat dan menceritakan

segala yang dialaminya.

5) Tahap penyelesaian bila nanti ia sudah tua ia tidak akan mengikuti sifat orang tua terdahulu karena ia tidak ingin dibenci oleh orang banyak khususnya anak muda

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis alur yang penulis lakukan dalam buku kumpulan cerpen

Robohnya Surau Kami Karya AA. Navis maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari 10

cerpen yang terdapat dalam buku tersebut memiliki 2 alur, yaitu menggunakan alur maju/ progresif dan alur mundur/ regresif. Cerpen yang memiliki alur maju ada empat cerpen, yaitu Anak Kebanggan, Nasihat-nasihat, Topi Helm, dan Menanti Kelahiran. Sedangkan cerpen yang memiliki alur mundur ada enam cerpen, yaitu Robohnya Surau Kami,

Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dan Gunung, Penolong.

Sedangkan struktur alur, kesepuluh cerpen memiliki struktur alur yang lengkap dari proses tahap situasi, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks dan tahap penyelesaian.

(9)

70 DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, Rosta Minawati, Edward Zebua. 2018. “Analisis Unsur Intrinsik pada

Film Karma Karya Bullah Lubis”. Dalam Jurnal Proporsi. Volume 3, No 2.

Eriyanto. 2013. Analisis Naratif: Dasar-dasar Penerapan dalam Analisis Teks Berita

Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Kustanto, Lilik. 2015. “Analisis Naratif: Kemiskinan dalam Program Reality TV

“Pemberian Misterius” di Stasiun SCTV”. Dalam Jurnal Rekam, Vol 11, No 2.

Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber

Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Moleong, Lexy J. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Navis, AA. 2009. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wellek, Renne dan Austin Warren. 1990. Teori Kesustraan (Diterjemahkan Oleh Melani

Referensi

Dokumen terkait