• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTUSAN NOMOR HK.2010/04/I/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUTUSAN NOMOR HK.2010/04/I/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG

KECELAKAAN KAPAL KANDASNYA KM. LABALANO DI DERMAGA UTARA PELABUHAN BATU AMPAR, BATAM

Pada tanggal 24 Januari 2013, pukul 23.25 WIB, KM. Labalano,GT. 1721, bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Pelabuhan Batam, telah kandas di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar Batam, pada tanggal 09 Februari 2013, pukul 10.00 WIB.

Akibat peristiwa kecelakaan tersebut, tidak terdapat korban jiwa maupun luka dari Awak Kapal, namun terdapat kerugian harta benda berupa kapal kandas dan seluruh muatan yang ada terendam air.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan suratnya nomor KL.205/1/12/DN-14, tanggal 23 Januari 2014, telah melimpahkan berkas kecelakaan kapal tersebut kepada Mahkamah Pelayaran untuk dilakukan Pemeriksaan Lanjutan.

Berdasarkan Pasal 253 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran juncto Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2004 dan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Mahkamah Pelayaran telah mengadakan penelitian dan pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal, untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal tersebut, dan menentukan ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian dalam penerapan standar profesi kepelautan serta menjatuhkan sanksi administratif kepada Tersangkut yang terbukti bersalah atau lalai.

Berkas-berkas yang diterima oleh Mahkamah Pelayaran, antara lain berupa :

1. Laporan Kecelakaan Kapal (LKK), nomor KL.205/1/2/Kpl-Btn.2013, dibuat di Batam, tanggal 09 Februari 2013, oleh Nakhoda KM. Labalano dan diketahui oleh Kepala Bidang Kesyahbandaran Kantor Pelabuhan Batam;

2. Laporan Awal Kecelakaan Kapal, nomor KL.205/1/2/Kpl.Btm-13, dibuat di Batam, tanggal 09 Februari 2013, oleh Kepala Bidang Kesyahbandaran Kantor Pelabuhan Batam;

3. Surat Pemberitahuan Kapal Kandas, nomor 037/BSP-PB/II/2013, dibuat di Batam, tanggal 09 Februari 2013, oleh PT. Bahari Sandi Pratama;

4. Laporan Kecelakaan Kapal, dibuat di Batam, oleh Mualim I dan KKM KM. Labalano, tanggal 11 Februari 2013 dan diketahui Nakhoda KM. Labalano;

(2)

5. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP), Nakhoda dan Anak Buah Kapal, dibuat di Batam, oleh Perwira KPLP selaku Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kantor Pelabuhan Batam terhadap :

a. Nakhoda, Mursing; b. Mualim I, Kamaruddin; c. KKM, Nurohman;

d. Agen PT. Bahari Sandi Pratama, Hadi Sofyan.

6. Berita Acara Pendapat (Resume), nomor KL.205/1/1/Kpl.Btm13, dibuat di Batam, tanggal 25 Februari 2013, oleh Perwira KPLP selaku Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kantor Pelabuhan Batam, dan diketahui oleh Kepala Bidang Kesyahbandaran Kantor Pelabuhan Batam;

7. Dokumen Kapal, terdiri dari :

a. Surat Laut, nomor urut 1818, diberikan di Jakarta, tanggal 06 September 2005, oleh PH. Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

b. Surat Ukur Internasional (1969) nomor 682/LLa, dikeluarkan di Makassar, tanggal 31 Maret 2005, oleh Kepala Bidang Kelaiklautan Kapal, Kantor Administrator Pelabuhan Makassar;

c. Sertifikat Perpanjangan Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang, nomor B.150/PK.001/64/SYB.TPK-13, diterbitkan di Tanjung Priok, tanggal 23 Januari 2013, berlaku sampai dengan tanggal 22 Juli 2013, oleh Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok;

d. Sertifikat Perpanjangan Keselamatan Konstruksi Kapal Barang, nomor

PK.005/11/12/KSOP.TG.EMAS-2012, diterbitkan di Semarang, tanggal 25 Oktober 2012, berlaku sampai dengan tanggal 03 Oktober 2013, oleh Kepala

Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung Emas, Semarang;

e. Sertifikat Perpanjangan Keselamatan Radio Kapal Barang, nomor B.132/PK.002/66/SYB.TPK-13, diterbitkan di Tanjung Priok, tanggal 21 Januari 2013, berlaku sampai dengan tanggal 23 Mei 2013, oleh Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok;

f. Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak, nomor PK.402/1895/IOPP/DK-12, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 14 Nopember 2012, berlaku sampai dengan tanggal 19 Oktober 2015, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

(3)

g. Sertifikat Garis Muat, nomor 004817, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 24 November 2011, berlaku sampai dengan tanggal 24 Mei 2016, oleh Biro

Klasifikasi Indonesia (BKI);

h. Sertifikat Klasifikasi Lambung, nomor Register 01888, nomor IMO 7608746, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 24 Nopember 2011, berlaku sampai dengan tanggal 24 Mei 2016, oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI);

i. Sertifikat Klasifikasi Mesin, nomor Register 01888, nomor IMO 7608746, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 24 November 2013, berlaku sampai dengan tanggal 24 Mei 2016, oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI);

j. Sertifikat Sementara Manajemen Keselamatan, nomor

PK.401/04/10/KSOP.TG.EMAS-2012, diterbitkan di Semarang, tanggal 30 Oktober 2012, berlaku sampai dengan tanggal 29 Januari 2013, oleh Kepala

Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung Emas, Semarang;

k. Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan, nomor PK.690/852/DOC/DK-10, diterbitkan di Jakarta, tanggal 04 Mei 20PK.690/852/DOC/DK-10, berlaku sampai dengan tanggal 19 Agustus 2014, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

l. Surat Pengoperasian Kapal Tramper di Dalam Negeri, nomor AT.551/798/20/321/12, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 20 Desember 2012, masa berlaku trayek tanggal 14 Januari 2013 s/d 13 April 2013, oleh Direktur Lalu Lintas Dan Angkutan Laut, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

m. Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL), nomor BXXV-1404/AL.58, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 26 Maret 2002, oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut;

n. Surat Penggantian Nama KM. Simarito, nomor PY.674/3/1/DII-05, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 25 Januari 2005, oleh PH. Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

o. Surat Nomor Identitas KM. Labalano, nomor NV.105/63/11/D.V-12, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 21 Desember 2012, oleh Direktur Kenavigasian, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

p. Daftar Anak Buah Kapal (Crew List), dibuat di Jakarta, tanggal 23 Januari 2013, oleh Nakhoda KM. Labalano, dan diketahui oleh Kepala Bidang Keselamatan Berlayar Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok;

q. Surat Keterangan Susunan Perwira, nomor PK.304/306/I/SYB.TPK-2013, dikeluarkan di Tanjung Priok, tanggal 22 Januari 2013, oleh Kepala Bidang Keselamatan Berlayar Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok;

(4)

r. Surat Persetujuan Berlayar (SPB), nomor JL/SYB.U/983/01/2013, diterbitkan di Tanjung Priok, tanggal 23 Januari 2013, oleh Syahbandar Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok.

8. Sertifkat Keahlian Pelaut, terdiri dari :

a. ANT IV, nomor 6201012475N40212, tahun 2012, atas nama Mursing; b. ANT IV, nomor 6201028559N40212, tahun 2012, atas nama Kamaruddin; c. ANT V, nomor 6201035318N50604, tahun 2004, atas nama Hasan Saing; d. ATT IV, nomor 6200407193T40212, tahun 2012, atas nama Nurohman; e. ATT V, nomor 6200197330T50207, tahun 2007, atas nama Ambosius Lukas; f. ATT V, nomor 6200194192T50209, tahun 2009, atas nama Sumardin.

Dari berkas dan keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) serta keterangan lainnya, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

A. Berkas dan keterangan yang diberikan dalam pemeriksaan pendahuluan:

1. Data Kapal

Nama : LABALANO eks SIMARITO

Jenis : Kapal Barang Bendera/Tanda Panggilan : Indonesia/PLXT

Pembuatan/Konstruksi : Tahun 1977, di Norway/Baja Isi kotor/Isi bersih : GT. 1721/NT. 677

Tanda selar : GT. 1721 No.682/LLa

Tenaga Penggerak Utama : 1 (satu) buah Mesin Diesel Stork Werkspoor, 9 FDHD 240, 4 Tak Kerja Tunggal 1600 HP,

pada putaran 900 Rpm Ukuran Pokok

Panjang : 66.60 meter Lebar : 12.70 meter

Dalam : 7.10 meter

Pemilik : PT. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Juli Rahayu

Nakhoda : Mursing

Awak Kapal : 17 (tujuh belas) orang

2. Jalannya Peristiwa.

a. Pada tanggal 24 Januari 2013, pukul 23.25 WIB, KM. Labalano, diawaki 17 (tujuh belas) orang, bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Pelabuhan Batu Ampar Batam dengan muatan 44.000 zak semen / 2200 ton semen;

(5)

b. Tanggal 28 Januari 2013, pukul 16.40 WIB, kapal tiba di Batam dan langsung berlabuh jangkar menunggu giliran sandar untuk melakukan kegiatan bongkar muat di Dermaga Batu Ampar Batam;

c. Tanggal 08 Februari 2013, pukul 08.00 WIB, KM.Labalano telah sandar kiri di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar Batam dan setelah sandar para awak kapal bagian dek mempersiapkan ruang palkah untuk dilakukan kegiatan pembongkaran semen sampai dengan pukul ± 10.20 WIB dihentikan mengingat cuaca hujan dan pada saat kapal sandar air laut dalam kondisi pasang;

d. Pukul 12.00 WIB, air laut sudah mulai surut (di pasut air 0,8) yang mengakibatkan KM. Labalano mulai kandas dan kapal mengalami miring lebih kurang 5º ke kanan dan Nakhoda memerintahkan Awak Kapal lainnya untuk memeriksa tanki-tanki sekaligus melakukan

sounding kedalaman

keliling kapal;

e. Tanggal 08 Februari 2013, pukul 16.25 WIB ternyata ditemukan genangan air di dalam palkah I dan palkah II, selanjutnya Nakhoda memerintahkan kepada para awak kapal untuk dilakukan Pemompaan dan ini dilakukan dengan menggunakan pompa alkon 4 (empat) buah dan pompa celup 2 (dua) buah;

f. Pukul 22.10 WIB, Nakhoda memerintahkan untuk menambah 1 (satu) buah pompa celup ukuran besar karena air yang masuk ke kapal lebih cepat dari pada air yang dipompa keluar;

g. Tanggal 9 Februari 2013, pukul 07.00 WIB, air yang masuk kedalam palkah I dan palkah II semakin deras, sehingga Nakhoda segera menghubungi pihak agent dengan menggunakan hand phone agar menambah jumlah alat pompa dan pukul 09.40 WIB, pompa dikirim 2 (dua) buah, tetapi tidak sempat digunakan, karena air sudah banyak masuk di palkah 1 dan palka 2; h. Pukul 10.00 WIB, air yang masuk kedalam palkah tidak dapat diatasi lagi,

Nakhoda segera memerintahkan semua awak kapal agar segera

meninggalkan kapal dengan menggunakan jaket penolong (life jacket) dan tidak lama kemudian akhirnya kapal kandas di Dermaga

Utara Pelabuhan Batu Ampar Batam;

i. Dalam kecelakaan ini, tidak terdapat korban jiwa maupun luka dari Awak Kapal, namun terdapat kerugian harta benda berupa kapal kandas dan muatan terendam air.

3. Dalam peristiwa kecelakaan ini, Mahkamah Pelayaran menetapkan Tersangkut dan para Saksi sebagai berikut :

(6)

a. Tersangkut : Nakhoda, Mursing;

b. Saksi-saksi : 1) Mualim I, Kamaruddin; 2) KKM, Nurohman;

3) Operasional Agen Pelayaran PT. Bahari Sandi Pratama, Hadi Sofyan

4) Penanggungjawab Dermaga Batu Ampar, Firdaus Afwindra;

5) Pandu, PT. Pelindo I Cabang Batam, Jacksen Marpaung. B. Dalam upaya untuk memperoleh keterangan lebih lanjut sehubungan dengan

Kecelakaan Kapal, Mahkamah Pelayaran telah memanggil secara patut kepada Tersangkut dan para Saksi guna didengar keterangannya di hadapan Sidang

Pemeriksaan Lanjutan ke 1, di Kantor Pelabuhan Batam, pada tanggal 13 November 2014, dan Sidang Pemeriksaan Lanjutan ke 2, di Kantor Mahkamah

Pelayaran, Jakarta, pada tanggal 01 Desember 2014. Keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) dan dihadapan Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal Mahkamah Pelayaran adalah sebagai berkut :

1. Tersangkut Nakhoda, Mursing, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, keterangan yang diambil dari BAPP, adalah sebagai berikut :

a. Tanggal lahir : 10 Oktober 1972 Agama : Islam

Alamat : KM. 18 No. 34 Sudiang, Makassar Pendidikan

Kepelautan : ATT IV, tahun 2012.

Pengalaman berlayar :

Nakhoda, KM. Labalano, bulan Juni 2012 s/d kejadian.

b. Pada tanggal 28 Januari 2013, pukul 16.40 WIB, KM. Labalano tiba di Pelabuhan Batam dengan jumlah awak kapal 17 (tujuh belas) orang dari

Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dengan membawa muatan semen sebanyak 44.000 Zaks / 2200 Ton dan kapal langsung berlabuh jangkar

menunggu giliran sandar untuk melakukan kegiatan bongkar muat di Dermaga Batu Ampar;

c. Setelah 11 (sebelas) hari KM. Labalano berlabuh jangkar maka pada tanggal 07 Februari 2013 pukul 15.50 WIB, Tersangkut Nakhoda mendapat berita dari

agent, bahwa tanggal 08 Februari 2013 pagi hari kapal harus

sandar di Demaga Utara Pelabuhan Batu Ampar;

d. Tanggal 08 Februari 2013, pukul 07.05 WIB, Pandu sudah siap diatas kapal (pilot on board ) dan sebelum kapal berolah gerak sempat ada komunikasi dengan Pandu yaitu menanyakan tentang panjang kapal dan draft kapal;

(7)

e. Pukul 08.00 WIB, KM. Labalano sandar kiri di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar Batam dan pada saat itu cuaca cerah dan air laut dalam kondisi pasang dan selanjutnya pukul 09.15 WIB para awak kapal menyiapkan palkah I dan palkah II selanjutnya dilakukan kegiatan pembongkaran muatan;

f. Pukul 10.20 WIB, kegiatan pembongkaran semen dihentikan karena tiba-tiba cuaca hujan dan kapal

stand by menunggu hujan berhenti, pukul

12.00 WIB air laut mulai surut dan Tersangkut Nakhoda mendapatkan laporan dari Mualim I yang menyatakan bahwa KM. Labalano mengalami kemiringan ± 5° kanan;

g. Memperhatikan kondisi kapal tersebut, Tersangkut Nakhoda berkomunikasi dengan pihak DPA (Designated Person Ashore) dan

agent tentang kondisi

kemiringan kapalnya dan sekaligus memerintahkan kepada Mualim I untuk melakukan pengukuran kedalaman air laut (sounding) keliling kapal dan semua ruang-ruang kapal;

h. Dari hasil kegiatan sounding dan pemeriksaan ruang-ruang kapal, ternyata KM. Labalano kandas dan hasil pemeriksaan kedalaman adalah bahwa haluan kanan 3,5 meter, haluan kiri 3,5 meter, tengah kanan 3,7 meter, tengah kiri 3,5 meter, buritan kanan 4,2 meter dan buritan kiri 4 meter sedangkan draft kapal pada saat itu masih 5,20 meter;

i. Dengan kondisi tersebut, Tersangkut Nakhoda memerintahkan kepada perwira dinas jaga untuk melakukan sounding terhadap tanki-tanki termasuk

tanki ballast after peak dan

fore peak setiap 15 (lima belas)

menit sekali untuk mengetahui adanya kebocoran;

j. Tanggal 08 Februari 2013, pukul 16.25 WIB, Tersangkut Nakhoda mendapatkan laporan dari perwira jaga bahwa palkah I dan palkah II telah kemasukan air dan segera dilakukan pemompaan dengan menggunakan 6 (enam) buah pompa alkon serta dibantu pula dengan pompa ballast dari kamar mesin;

k. Pukul 22.10 WIB, dilakukan penambahan 1 (satu) buah pompa celup lagi ukuran lebih besar, mengingat jumlah air yang masuk kedalam palkah lebih banyak di banding dengan air yang dikeluarkan dengan pemompaan; l. Tanggal 09 Februari 2013, pukul 07.00 WIB, air laut yang masuk ke ruang

palkah I dan palkah II semakin bertambah, Tersangkut Nakhoda menghubungi agen dengan menggunakan

hand phone untuk minta

penambahan pompa lagi dan pukul 09.40 WIB, pompa dikirim 2 (dua) buah, tetapi tidak sempat digunakan, karena air laut begitu cepat merendam kapal;

(8)

m. Tanggal 09 Februari 2013, Pukul 10.00 WIB, air yang masuk kedalam palkah tidak dapat diatasi lagi, Tersangkut Nakhoda segera memerintahkan Masinis Jaga untuk mematikan motor bantu dan memerintahkan semua awak kapal untuk memakai jaket penolong (life jacket) dan menutup

pintu-pintu dan meninggalkan kapal (abandon ship) dan kapal kandas di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar Batam, Tersangkut Nakhoda

melompat ke laut mengingat

tross buritan putus dan posisi kapal tetap

miring ± 7°;

n. Dalam kecelakaan ini, tidak terdapat korban jiwa maupun luka dari Awak Kapal, namun terdapat kerugian harta benda berupa kapal kandas dan sebagian badan kapal terendam air beserta muatannya.

2. Saksi Mualim I, Kamaruddin, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, keterangan yang diambil dari BAPP, adalah sebagai berikut:

a. Lahir di : Pangkajene Tanggal : 4 Maret 1969 Agama : Islam

Alamat : Jln. Bukit Duri Selatan no. 13 RT.004/RW.07 Tebet, Jakarta Selatan

Pendidikan

Kepelautan : ANT IV, ijazah tahun 2012. Pengalaman berlayar :

1) PT. Caraka Tirta Pratama; 2) Nakhoda, TB. Caraka Putera I;

3) Mualim I, KM. Labalano, sejak 30 November 2012 s/d kejadian.

b. Pada tanggal 08 Februari 2013, pukul 06.00 WIB (OHN), persiapan kapal bergerak untuk sandar di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar Batam dan semua awak kapal menempatkan diri pada pos tugas masing-masing; c. Pukul 07.05 WIB, Pandu naik di atas kapal (pilot on board ) untuk persiapan

menyandarkan kapal di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar dan pukul 08.00 WIB kapal sandar kiri dengan kondisi air pasang, pukul 09.15 WIB awak kapal membuka palkah I dan palkah II untuk melakukan pembongkaran semen;

d. Setelah beberapa saat melakukan pembongkaran muatan, pukul 10.20 WIB kegiatan pembongkaran muatan dihentikan karena tiba-tiba hujan turun dan kapal stand by menunggu hujan reda;

e. Pukul 12.00 WIB, tiba-tiba kapal miring ± 5° kanan dan Saksi melapor pada Tersangkut Nakhoda, kemudian Saksi bersama Serang diperintahkan untuk melakukan pemeriksaan kedalaman air di sekitar kapal (sounding

kedalaman ) dan tanki-tanki untuk memeriksa apakah terdapat kebocoran;

(9)

f. Setelah dilakukan pemeriksaan pengukuran kedalaman air di sekeliling kapal, Saksi melaporkan pada Tersangkut Nakhoda bahwa akibat kemiringan kapal 5° disebabkan kapal kandas dengan posisi di pasut air 0,8 yang mana kanan haluan depan 3,5 meter, kiri haluan depan 3,5 meter, lambung kanan tengah 3,7 meter, lambung kiri tengah 3,5 meter, buritan kanan 4,2 meter dan buritan kiri 4 meter, sedangkan draft kapal masih 5.20 meter karena saksi menyatakan bahwa pembongkaran muatan baru dilaksanakan sebanyak 4.552 zaks semen atau ± 227,6 ton;

g. Pukul 16.25 WIB, Saksi melaporkan kembali kepada Tersangkut Nakhoda bahwa ada air laut masuk kedalam ruang palkah I dan palkah II, kemudian Saksi bersama awak kapal yang lain diperintahkan untuk melakukan pemompaan dengan peralatan yang ada hingga maksimal dan pukul 22.10 WIB ditambah lagi pompa celup yang lebih besar, ternyata air yang dipompa tidak sebanding dengan masuknya air laut ke dalam ruang palkah-palkah;

h. Tanggal 09 Februari 2013, pukul 07.00 WIB, Saksi melaporkan kembali pada tersangkut Nakhoda bahwa air yang masuk kedalam ruang palkah semakin deras dan Tersangkut Nakhoda segera menghubungi keagenan untuk diupayakan menambah pompa dan pukul 09.40 WIB datang 2 (dua) buah pompa, namun tidak sempat dapat difungsikan, mengingat air laut yang masuk sudah sampai di batas bulk walk;

i. Pukul 10.15 WIB, Tersangkut Nakhoda memerintahkan kepada semua awak kapal untuk memakai jaket penolong (life jacket) dan segera menyelamatkan diri meninggalkan kapal untuk naik ke darat (dermaga) sedangkan Tersangkut Nakhoda terakhir menyelamatkan diri dengan melompat ke laut;

j. Dari kejadian tersebut, tidak terdapat korban jiwa atau luka, melainkan adanya kerugian harta benda yang mana kapalnya kandas dan tenggelam sebagian termasuk muatannya.

3. Saksi KKM, Nurohman, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, keterangan yang diambil dari BAPP, adalah sebagai berikut:

a. Lahir di : Tegal Tanggal : 10 Mei 1985 Agama : Islam

Alamat : Kertasari RT.01/RW.08 Ds. Kertasari, Kecamatan Suradadi, Kab. Tegal, Jawa Tengah

Pendidikan

Umum : SUPM N Tegal;

Kepelautan : ATT IV, ijazah tahun 2012.

(10)

Pengalaman berlayar :

KKM, KM. Labalano, sejak 30 November 2012 s/d kejadian.

b. Pada tanggal 24 Januari 2013, pukul 23.25 WIB, KM. Labalano bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan Batu Ampar Batam dan Saksi menyatakan sebelum kapal bertolak ke Batam, ada bunker minyak solar sebanyak 17.000 liter (17 ton), dan jumlah keseluruhan bahan bakar sesudah bunker 18.000 liter (18 ton), selama dalam pelayaran dari Tanjung Priok menuju pelabuhan Batam, keadaan mesin utama dan mesin bantu dalam keadaan baik dan berfungsi normal;

c. Tanggal 08 Februari 2013, pukul 08.00 WIB, KM. Labalano sandar kiri di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar, kemudian melakukan bongkar muat pada saat posisi air masih pasang, tidak lama kemudian bongkar muat dihentikan karena hujan, dan air laut surut pada pukul 12.00 WIB, yang mengakibatkan kapal miring kanan 5º, lebih kurang pukul 16.25 WIB, air laut kembali pasang, tetapi kapal belum normal masih miring;

d. Awak Kapal melakukan pengecekan dan sounding tanki-tanki, dan air sudah masuk ke palkah I dan palka II di bagian bawah dan Saksi bersama Awak kapal melakukan pemompaan tetapi tidak berhasil, selanjutnya meninggalkan kapal atas perintah Tersangkut Nakhoda dengan menggunakan

life jacket, tanggal 09 Februari 2013, pukul 10.00 WIB,

KM. Labalano kandas dan tenggelam sebagian bersama muatannya.

4. Saksi Operasional Agen Pelayaran PT. Bahari Sandi Pratama, Hadi Sofyan, dalam keadaan sehat, dibawah sumpah, memberikan keterangan sebagai berikut:

a. Lahir di : Selat Panjang Tanggal : 11 September 1981 Agama : Islam

Alamat : Perumahan Putra Kelana Jaya Blok 03 no. 12A

Pendidikan

Umum : 1) SD, ijazah tahun 1994, di Selat Panjang; 2) SMP, ijazah tahun 1997, di Selat Panjang; 3) SMA, ijazah tahun 2000, di Selat Panjang.

Pengalaman bekerja :

Operasional, PT. Bahari Sandi Pratama, tahun 2006 s/d sekarang.

b. Saksi menyatakan begitu kapal tiba di Batam, kapal tidak langsung disandarkan, menunggu antrian bongkar dan pada tanggal 28 Januari 2013, kapal berlabuh di Perairan Batu Ampar selama 11 (sebelas) hari, pada tanggal 08 Februari 2013, kapal baru bisa disandarkan oleh Pandu;

(11)

c. Saksi mempunyai tugas untuk melaporkan kedatangan kapal kepada Kepanduan dan Kepelabuhanan, dan mendaftarkan kesiapan kapal untuk diberangkatkan;

d. Tanggal 09 Februari 2013, pukul 07.00 WIB, Saksi mendapat laporan dari Tersangkut Nakhoda bahwa air yang masuk ke palkah, sudah dilakukan pemompaan tetapi tidak berhasil, dan Saksi langsung ke lokasi untuk melihat dan mengecek kemiringan kapal;

e. Setelah KM. Labalano sandar kiri pada pagi hari, cuaca baik/terang, dan pada sore hari kapal miring kanan, pada saat kapal miring pembongkaran baru dilaksanakan lebih kurang 10%, air sudah masuk ke ruang palkah I dan palkah II, selanjutnya para awak kapal melakukan pemompaan tetapi tidak berhasil, kapal semakin miring dan akhirnya kapal kandas dan sebagian badan kapal tenggelam termasuk sisa muatannya;

f. Setelah kapal kandas,

owner

memerintahkan agar dilakukan

survey

di lokasi kejadian dan hasilnya diketahui bahwa air masuk ke kapal karena

tertusuk besi keras yang menonjol, sesuai dengan Under Water Survey Report dari PT Spectrum Lintas Services, tanggal 12 Februari 2013.

5. Saksi Penanggungjawab Dermaga Batu Ampar, Firdaus Afwindra, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan dan tidak di BAPP di Kantor Pelabuhan Batam, dan tidak ada informasi yang didapat.

6. Saksi Pandu, Jackson Alboin Frans Marpaung, dalam keadaan sehat, dibawah sumpah, memberikan keterangan sebagai berikut :

a. Lahir di : Medan Tanggal : 12 Juli 1972 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Anggrek Sari, Town House Alexandria Blok-BI/ no.38 Batam

Pendidikan

Umum : 1) SD, ijazah tahun 1985, di Medan; 2) SMP, ijazah tahun 1988, di Medan; 3) SMA, ijazah tahun 1991, di Medan; 4) DIII, ijazah tahun 1997, di Semarang; 5) S1, ijazah tahun 2010, di Medan;

Kepelautan: 1) ANT III, ijazah tahun 1997, di Semarang; 2) ANT II, ijazah tahun 2012, di Semarang.

Pengalaman berlayar :

1) Mualim II, MV. Mahaja, tahun 1997 s/d 1998; 2) Mualim II, MT, tahun 1998;

(12)

3) Mualim I, MT. Atlanta I, tahun 1998 s/d 2000;

4) Pandu, PT. Pelindo I Cab. Tembilahan, tahun 2002 s/d 2005; 5) Pandu, PT. Pelindo I Cab. Dumai, tahun 2005 s/d 2009;

6) Pandu Bandar, PT. Pelindo I Cab. Batam, tahun 2009 s/d sekarang. b. Saksi sudah bekerja di PT. Pelindo I Cab. Batam sejak bulan September

2009 sampai dengan sekarang dengan wilayah kerja pelabuhan Batu Ampar sampai ke Pelabuhan Pulau Nipah dengan jumlah Pandu 6 orang, dan pekerjaan

ship to ship belum dilimpahkan ke wilayah kerja Pulau Nipah.

PT. Pelindo I Cab. Batam sudah berdiri sendiri sejak bulan Maret 2013;

c. Tanggal 08 Februari 2013, Saksi naik di atas KM. Labalano pukul 07.00 WIB, sebelum naik ke kapal Saksi melihat draft kapal muka belakang yaitu draft belakang 5,20 meter dan draft depan 4,80 meter, dan sebelum kapal disandarkan, telah terjadi komunikasi dengan Tersangkut Nakhoda dan Saksi menginformasikan bahwa jika kapal disandarkan pada saat air pasang akan aman dengan draft sekarang, tetapi apa bila muatan tidak di bongkar segera kapal akan kandas, pada saat itu jawaban dari Tersangkut Nakhoda tunggu

telephone pihak

owner melalui keagenan, namun akhirnya

keagenan meminta supaya kapal tetap disandarkan atas permintaan owner; d. Selanjutnya Saksi memandu KM. Labalano untuk sandar di Dermaga Utara

Pelabuhan Batu Ampar dan pukul 08.00 WIB, kapal sandar kiri dengan aman, Saksi menyarankan pada Tersangkut Nakhoda agar segera membongkar muatan;

e. Tanggal 08 Februari 2013, pukul 18.00 WIB, Saksi ditelepon oleh

agent

(Pak Leo), untuk minta tolong supaya kapal dibawa keluar karena bocor, selanjutnya Saksi tidak melaksanakan permohonan tersebut dan menyarankan untuk membuat surat permintaan ijin olah gerak sesuai dengan prosedur, tetapi agen tidak bisa menunjukkan surat ijin olah gerak tersebut;

f. Setelah kejadian bocor dan tenggelamnya sebagian KM. Labalano, Saksi Pandu baru mengetahui bahwa di Dermaga Utara pelabuhan Batu Ampar ada besi menonjol yang membahayakan keselamatan kapal, tetapi letak besinya Saksi tidak mengetahuinya.

C. Pendapat Mahkamah Pelayaran.

Atas dasar penelitian dan pemeriksaan secara seksama terhadap berkas yang diterima Mahkamah Pelayaran dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, serta keterangan-keterangan yang diberikan para Tersangkut dan para Saksi dihadapan Sidang Pemeriksaan Lanjutan ke 1, di Kantor Pelabuhan Batam, pada tanggal 13 November 2014, dan Sidang Pemeriksaan Lanjutan ke 2, di Kantor Mahkamah Pelayaran, Jakarta, pada tanggal 01 Desember 2014, sehubungan Kecelakaan Kapal Kandasnya KM. Labalano, di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar, Batam,

(13)

pada tanggal 09 Februari 2013, pukul 10.00 WIB, telah sampai pada pendapat sebagai berikut :

1. Tentang Kapal, Surat Kapal dan Awak Kapal.

Berdasarkan pemeriksaan atas data-data administratif, dan berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan terhadap para Tersangkut dan para Saksi, maka keadaan kapal, surat kapal, dan Awak Kapal dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Kapal.

KM. Labalano eks MV. Simarito adalah jenis kapal barang (cargo), konstruksi baja, berbendera Indonesia, dengan ukuran GT 1721, kapal dibangun tahun 1976, di Norway. Kapal berbaling-baling 1 (satu), geladak 2 (dua), dan digerakkan oleh mesin penggerak utama 1 (satu) unit mesin diesel merk Stork Werkspoor 9 FDHD 4 (empat) tak kerja tunggal, dengan daya 1600 HP, pada putaran 900 Rpm. Kapal dilengkapi 1 (satu) unit mesin bantu merk Nissan RD 8, dengan daya 280 HP.

Kapal diklasskan pada Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) dengan nomor register 01888, nomor IMO 7608746, tanda klass lambung A100 P “General Cargo Ship” dan tanda klass mesin SM.

Dock terakhir kapal dilaksanakan di Semarang, tanggal 26 September 2012. b. Surat-surat Kapal.

Kapal dimiliki oleh PT Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Juli Rahayu, dilengkapi dengan Surat Ukur Internasional (1969), nomor 882/LLc, Surat Laut nomor urut 1818, Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang nomor PK.005/11/12/KSOP.TG.Emas-2012, serta memiliki sertifikat-sertifikat lainnya yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan masih berlaku, dalam pelayarannya dari Tanjung Priok menuju Batam. Kapal dilengkapi dengan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) yang dikeluarkan oleh Syahbandar Tanjung Priok, nomor 11/SYB/983/81/2013, tanggal 23 Januari 2013.

c. Awak Kapal.

Berdasarkan Daftar Awak Kapal, kapal diawaki oleh 17 (tujuh belas) orang dan sesuai dengan Surat Keterangan Susunan Perwira Nomor PK.304/306/1/SYB.TPK-2013, tanggal 21 Januari 2013, yang dikeluarkan oleh Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok, kapal diawaki dengan susunan perwira dek dan mesin, terdiri dari :

Bagian Dek

Nakhoda : Mursing sertifikat ANT IV, tahun 2012; Mualim I : Kamaruddin sertifikat ANT IV, tahun 2012; Mualim II : Hasan Saing sertifikat ANT V, tahun 2004;

(14)

Bagian Mesin

K K M : Nurohman sertifikat ATT IV, tahun 2012; Masinis II : Ambosius Lukas sertifikat ATT V, tahun 2007; Masinis III : Sumardin sertifikat ATT V, tahun 2009. Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa KM. Labalano instalasi permesinan, perlengkapan kapal dalam keadaan baik dan memenuhi persyaratan, surat-surat kapal lengkap dan masih berlaku, susunan perwira deck dan Mesin belum memenuhi ketentuan STCW´95 dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.70 Tahun 1998 dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 serta SK Direktur Jenderal perhubungan Laut Nomor PY.67/2/3-01, tanggal 06 November 2001 (diberikan 1 x jalan dari Tanjung Priok ke Batam).

2. Tentang Cuaca.

Berdasarkan hasil analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, dan berdasarkan keterangan para Tersangkut dan para Saksi, maka mengenai keadaan cuaca pada saat kejadian kecelakaan kapal di lokasi kejadian adalah sebagai berikut :

a. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok, dengan suratnya tanggal 10 November 2014, bahwa keadaan cuaca pada tanggal 09 Pebruari 2014, pukul 10.00 WIB, di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar, Batam, adalah sebagai berikut : Cuaca : Cerah - Berawan Sebagian

Arah dan Kecepatan Angin : Utara – Timar Laut, 8.2 – 11.4/17.2 knots

Arah dan Kecepatan Arus : Timur, 1.3 – 3.9 Cm/det

Tinggi Gelombang : Timur Laut, 0.5 Meter – 0.9/1.2 Meter Jarak Penglihatan : 10.0 – 15.0 Mil

b. Menurut keterangan Tersangkut dan para Saksi dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) maupun dihadapan Sidang Majelis Mahkamah Pelayaran, pada saat kejadian cuaca hujan, air laut surut, jarak pandang terbatas.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa keterangan Tersangkut dan para Saksi tentang keadaan cuaca pada saat kejadian dapat diterima.

(15)

3. Tentang Muatan dan Stabilitas Kapal.

Berdasarkan data ukuran kapal, daftar manifest, tata letak bangunan kapal, dan tata letak susunan muatan, maka mengenai keadaan muatan dan stabilitas kapal adalah sebagai berikut :

a. Keadaan Muatan.

Ukuran-ukuran utama sesuai Surat Ukur Internasional (1969) : Panjang (L) : 66,60 m

Lebar (B) : 12,70 m Tinggi (H) : 7,10 m

Memuat muatan semen sebanyak 2200 Ton dengan draft :

Depan : 4,80 m

Belakang : 5,20 m Draf rata-rata : 5,00 m

Sertifikat Garis Muat oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), sebagai berikut : Lambung timbul dari garis geladak ke garis muat air laut (LT) = 2110 mm Pengurangan lambung timbul untuk air laut (T) = 107 mm

Ukuran pokok kapal sesuai Surat Ukur Internasional (1969)

L x B X H = 66,60 m x 12,70 m x 7,10 m

Lambung timbul tropik (LT) = 2110 mm=2,110 m Tebal plat geladak diperkirakan (t) = 10 mm = 0,01 m Muatan 44000 zak semen = 44000 x 50 kg

= 2200 Ton Sarat max = H + t – LT = 7,10 + 0,01 – 2,110 = 5,00 m Displacement = 66,60 x 12,70 x 5,00 x 0,68 x 1,025 = 2947,68 Ton

Berat kapal kosong (W) = 0,30 x D = 884,30 Ton Kapasitas angkut (Dwt) = D – W

= 2947,68 – 884,30 = 2063,38 T

KM. Labalano memuat muatan melebihi kapasitas yang diijinkan.

(16)

b. Keadaan Stabilitas.

KM. Labalano sebelum kejadian kondisi stabilitas positif kapal tegak, dan setelah adanya kebocoran, kapal mengalami kemiringan, dan stabilitas menjadi negatif.

Dengan demikianMahkamah Pelayaran berpendapat bahwa keadaan muatan KM. Labalano sebelum dan sesudah kejadian tidak dapat diterima, sedangkan stabilitas sebelum kejadian dapat diterima dan sesudah mengalami kemiringan sampai tenggelam sebagian badan kapal tidak dapat diterima.

4. Tentang Navigasi dan Olah Gerak.

Setelah menganalisa tentang kelengkapan alat bantu navigasi, aturan-aturan bernavigasi, situasi lingkungan tempat kejadian, dan kebiasaan pelaut yang baik (good seamanship), maka cara bernavigasi dan cara berolah gerak dinilai sebagai berikut :

a. Tentang Navigasi.

Pada tanggal 08 Februari 2013 KM. Labalano sedang sandar di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar, dalam rangka pembongkaran muatan semen sebanyak 2.200 Ton

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa KM. Labalano pada saat kejadian sedang tidak bernavigasi dan berolah gerak.

5. Tentang Sebab Terjadinya Kecelakaan.

Setelah menganalisa fakta-fakta dasar, kondisi lingkungan (faktor alam), dokumen, faktor teknis, faktor manusia dan faktor organisasi, mengenai kecelakaan kapal kandasnya KM. Labalano tersebut, maka penyebab terjadinya adalah sebagai berikut :

a. Sebab terjadinya kecelakaan kapal kandasnya KM. Labalano adalah diawali dengan dihentikannya kegiatan pembongkaran muatan akibat dari turunnya hujan pada saat itu yang mana air laut mulai surut pukul 12.00 WIB dan tidak lama kemudian kapal kandas dan miring ± 5° ke kanan;

b. Adanya kebocoran pada lunas haluan kapal akibat kapal kandas, kedalaman air laut tidak mencukupi untuk mengapungkan kapalnya sehingga draft kapal dengan kedalaman air tidak sebanding ditambah bobot muatan yang masih ada di ruang muat. Pembongkaran muatan baru sedikit, mengingat cuaca hujan sehingga patut diduga adanya gesekan dengan lunas haluan kapal bagian bawah terhadap benda-benda keras yang ada di bawah dasar laut;

(17)

c. Tidak segera diketahui adanya kebocoran pada lunas haluan kapal yang mana air laut sudah masuk dengan cepat kedalam ruang palkah I dan palkah II yang akhirnya ketidakmampuan peralatan pompa untuk mengisap air di dalam ruang muat tersebut ditambah jumlah debit air yang masuk kedalam kapal lebih banyak dibanding dengan jumlah debit air yang di hisap oleh pompa yang ada.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa kandasnya KM. Labalano disebabkan karena darft kapal dengan kedalaman air pada saat air surut tidak sebanding, sehingga pada saat air surut kapal akan duduk dan kandas.

6. Tentang Upaya Penyelamatan.

Berdasarkan pemeriksaan data dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, dan berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan, maka mengenai upaya penyelamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Ketika KM. Labalano mengalami miring ± 5° kekanan, Tersangkut Nakhoda aksi segera memerintahkan pada awak kapalnya untuk melakukan sounding kedalaman laut dan pemeriksaan tanki-tanki apakah ada kebocoran atau tidak;

b. Awak kapal telah berupaya secara maksimal untuk melakukan pemompaan terhadap air yang masuk kedalam ruang palkah I dan palkah II, namun tidak berhasil, selanjutnya Tersangkut Nakhoda memerintahkan kepada semua awak kapal untuk memakai jaket penolong (life jacket) dan segera menyelamatkan diri dengan meninggalkan kapal untuk naik ke darat (dermaga) dan Tersangkut Nakhoda terakhir menyelamatkan diri dengan melompat ke laut.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa upaya penyelamatan yang dilakukan Tersangkut Nakhoda dan para Saksi dapat diterima.

7. Tentang Kesalahan dan Kelalaian.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, dalam kasus kecelakaan kapal kandasnya KM. Labalano, pada tanggal 9 Pebruari 2013, pukul 10.00 WIB, di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar, Batam, maka beban tanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalaian adalah sebagai berikut :

(18)

a. Tersangkut Nakhoda sebelum KM.Labalano sandar di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar Batam telah diberikan Informasi oleh Pandu di atas kapal yang akan memandu kapalnya, bahwa kondisi kedalaman pada saat air surut dengan draft kapal ± 5 meter akan mengakibatkan kapal kandas dan ini telah disampaikan kepada pihak agent, namun pemilik kapal melalui agentnya tidak mengindahkan informasi tersebut dan tersangkut Nakhoda tetap di perintahkan untuk menyandarkan kapalnya, mengingat kapal sudah terlalu lama berlabuh jangkar;

b. Tersangkut Nakhoda telah melaksanakan proses kapal sandar sesuai dengan prosedur yang benar dan telah mendengarkan informasi-informasi dari seorang Pandu langkah-langkah yang harus di laksanakan termasuk kecepatan untuk bongkar muatan pada saat air pasang, namun cuaca hujan tidak dapat diprediksi sehingga kegiatan bongkar muat yang berjalan ± 1 (satu) jam di hentikan dan muatan belum banyak yang di bongkar, sehingga draft kapal masih tinggi, seyogianya pada saat hujan dan bongkar muat di hentikan kapal masih ada waktu untuk keluar dan labuh jangkar di tempat yang aman sampai hujan reda dan air laut pasang kapal dapat sandar kembali.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa Tersangkut Nakhoda KM. Labalano dinilai belum melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kecakapan pelaut yang baik (good seamanship), dan dinilai tidak memenuhi kewajibannya sesuai amanat Pasal 342 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

8. Tentang Hal-Hal Yang Meringankan dan Memberatkan.

Berdasarkan proses persidangan terhadap Tersangkut, dan hal-hal pribadi yang disampaikan oleh Tersangkut, maka dipandang perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Tentang Hal-hal yang meringankan. Tidak ada.

b. Tentang Hal-hal yang memberatkan.

Tidak pernah hadir dalam 2 kali sidang pemeriksaan lanjutan.

(19)

D. PUTUSAN :

Atas dasar kenyataan-kenyataan tersebut di atas, berdasarkan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD), Pasal 253 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan Pasal 18 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal dengan mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan, Mahkamah Pelayaran :

MEMUTUSKAN :

I. Menyatakan bahwa Mahkamah Pelayaran telah memanggil Tersangkut Nakhoda secara patut, namun Tersangkut Nakhoda telah tidak hadir mememenuhi panggilan tersebut dan pemeriksaan lanjutan dilaksanakan secara

in absensia

.

II. Menyatakan bahwa Kecelakaan Kapal Kandasnya KM. Labalano, tanggal 09 Februari 2013, pukul 10.00 WIB, di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar, Batam, disebabkan karena draft kapal pada saat surut, air laut tidak mencukupi untuk mengapungkan kapalnya, sehingga draft kapal dengan kedalaman air tidak sebanding yang mengakibatkan lunas haluan depan mengalami kbocoran, sehingga air laut masuk dengan cepat kedalam palkah I dan palkah II.

III. Menghukum Tersangkut Nakhoda KM. Labalano, atas nama Mursing, lahir tanggal 10 Oktober 1972, memiliki ijazah ANT IV nomor 6201012475N40212 tahun 2012, diterbitkan di Jakarta, tanggal 2012, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dengan mencabut sementara ijazah tersebut, untuk bertugas sebagai Nakhoda di kapal-kapal Niaga berbendera Indonesia selama jangka waktu 1 (satu) bulan.

IV. Putusan ini mulai berlaku sejak Berita Acara Pelaksanaan Putusan Mahkamah Pelayaran dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut diterima oleh Terhukum.

(20)

Demikian Putusan Mahkamah Pelayaran yang dibacakan oleh Ketua Majelis dalam sidang terbuka di Jakarta, pada hari Senin, tangggal 12 Januari 2015, dengan dihadiri oleh para Anggota Majelis dan Sekretaris Majelis Pengganti, tanpa dihadiri oleh Terhukum.

Ketua : ………... Capt. Gajah Rooseno, M. Mar.

Anggota : ………... Dr. Capt. D. R. Sumakud, S.H., M.M., M.Mar.

Anggota : ………... Rusman Hoesien, ATT-I, M. Sc.

Anggota : ………... Ir. Benny Haryono

Anggota : ………... Edy Sunaryo, S. H.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis severity index (SI) dilakukan untuk mengukur tingkat dampak kejadian dari faktor risiko yang nantinya nilai severity index (SI) ini akan digunakan untuk

Berdasarkan hasil analisis pengolahan data dari semua jawaban responden dan penelitian faktor yang menyebabkan keterlambatan pelaksanaan konstruksi Jalan Bebas

Karena keempukan, kelezatan rasa donatnya dan ngetrendnya usaha ini sehingga banyak pelanggan yang sangat tertarik untuk mencoba membeli dan menjadi pelanggan yang

Dalam penelitian tugas akhir ini, adapun metode yang dilakukan yakni pengumpulan data melalui studi literasi yang bersumber dari antara lain: kajian desain yang disajikan

Analisis wah target peningkata ce improvem kan bagia Perwakilan dap kinerj gan targe dengan ket aratur Neg tikberatkan menyempu utama (IKU gi BPKP gsung. maksudka ksanaan g telah

1. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disingkat Satpol PP adalah Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta. Unit Pelaksana Teknis Satuan Polisi Pamong Praja

Logo dibuat bukan sekedar sebagai merek dagang atau simbol perusahaan melainkan harus mampu mempresentasikan korporasi dan mampu memberikan kepercayaan (trust) dalam tempo

Promosi dengan jalur periklanan memerlukan orang- orang yang kreatif agar dapat memikat massa untuk tertarik pada produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan