• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEBURAN INTUISI IMAJINATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEBURAN INTUISI IMAJINATIF"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa

LEBURAN INTUISI IMAJINATIF

Nama Mahasiswa : Siddhartha Kandahdjaja Nama Pembimbing : Dr. Tisna Sanjaya, M. Sch. Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB

Email: nzozu.art@gmail.com

Kata Kunci : Imajinasi, proses kreasi, persepsi

Abstrak

Imajinasi dan dorongan bermain adalah hal yang secara alamiah dimiliki oleh setiap manusia, terutama terlihat pada masa kanak-kanak. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, daya imajinasi dan dorongan bermain itu semakin berkurang, yang pada akhirnya menumpulkan kemampuan kreatif, mengakibatkan terhambatnya perkembangan intuisi dari manusia tersebut. Fenomena ini terjadi pada banyak orang, termasuk penulis. Ketidaknyamanan yang penulis alami saat berkarya sebelumnya pada masa kuliah, membawa penulis pada penyadaran akan fenomena tersebut. Penulis kemudian merasakan kebutuhan untuk menggali kembali potensi yang ada pada imajinasi dan dorongan bermain penulis untuk meningkatkan kreativitas penulis dengan harapan dapat mengembangkan titik kematangan intuisi penulis. Penulis kemudian membuat karya berupa sebuah bentuk abstrak yang kemudian ditimpa dengan garis hitam yang membentuk objek yang diinterpretasikan penulis sebagai upaya penulis untuk dapat merasakan kembali pengalaman yang sempat penulis rasakan saat kanak-kanak dahulu serta meningkatkan kemampuan kreatif yang berujung pada pematangan intuisi penulis. Kerumitan proses cetak konvensional serta aspek spontanitas drawing menjadi ruang bagi penulis untuk mengeksplorasi imajinasinya semaksimal mungkin, serta mencoba mengingatkan kembali para apresiator akan pentingnya imajinasi sebagai aspek pembentuk intuisi.

Abstract

Imagination and playing impulse are naturally possessed by every human beings, especially seen in the childhood. However as time goes by, the imagination and the playing impulses are gradually degradating, which in turns dulls the creative ability, resulting in inhibition of the intuition development of that person. This phenomenon happens to a lot of people, including the author. The author then felt the need to re-explore the potential lies in his imagination and play-impulse, to improve the creativity of the author, with a hope to develop the maturity of his intuition. The author then makes the artwork in the form of abstract shape, which is then restroked with black lines that forms the object that has been interpreted by the author, as an attempt to relive the experience that the author has felt when he was a child as well as improving the creative ability, which is leading to the maturity of the intuition of the writer. The complexity of the conventional printmaking proccesses and the spontaneity aspect from drawing became a space for the author to explore his imagination as much as possible, while trying to remind the appreciators about the importance of the imagination as an aspect to shape the intuition.

1. Pendahuluan

“With… [makes a rainbow with his hands] …imagination, I can be anything I want! A pirate! Arr! A football player! Hut!”

–Spongebob Squarepants, episode “Idiot Box”

Setiap manusia memiliki imajinasi dan dorongan bermain. Dua hal tersebut sangat berkaitan dan memegang peranan penting bagi manusia. Imajinasi merupakan kemampuan yang dimiliki manusia untuk mempelajari sesuatu, dan menciptakan suatu ide yang baru. Imajinasi juga memungkinkan manusia untuk menciptakan alternatif-alternatif dari kenyataan yang ada, sehingga imajinasi merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah proses kreasi dan proses pembelajaran. Bahkan dalam teori kreativita, “proses imaginasi” sendiri merupakan basis dari segala proses pemikiran yang dilakukan manusia. (proses kreasi, apresiasi, belajar. Prof. Dr. Primadi Tabrani, 1)

(2)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2 Dengan memanfaatkan kemampuan imajinasi, kita dapat mempertimbangkan berbagai kemungkinan dari ide-ide yang muncul dan memprosesnya sampai kita akhirnya menciptakan sebuah hasil kreasi yang benar-benar matang. Dorongan bermain sendiri merupakan salah satu faktor dasar yang ada pada manusia, yang seringkali menjadi modal awal dalam sebuah proses kreasi. Kedua hal ini pun merupakan rusuk pembentuk sebuah puncak pemikiran manusia yang disebut sebagai intuisi. (proses kreasi, apresiasi, belajar. Prof. Dr. Primadi Tabrani)

Ketika manusia berada pada tahap anak-anak, daya imajinasi dan dorongan bermainnya sangatlah kuat. Hal ini jelas terlihat pada gambar yang diciptakan oleh anak-anak, dan juga pada kemampuan mereka untuk membayangkan sesuatu, baik itu berupa objek dari kumpulan awan, ataupun karakter dan lingkungan sekitar saat mereka bermain, serta kelakuan mereka dalam upaya mereka mencoba dan mempelajari hal-hal baru. Seperti cuplikan dialog serial spongebob squarepants diatas, dengan imajinasi kita dapat menjadi apapun. Anak-anak dapat memainkan peran seorang ahli pedang yang bertarung dengan bajak laut di lautan, hanya dengan modal sebuah penggaris plastik dan sebuah sofa, meja, bahkan karpet yang digelar dilantai.

Imajinasi, atau kreativitas dalam artian luas merupakan suatu hal yang penting bagi manusia, walaupun begitu seiring dengan pertumbuhan manusia, daya imajinasi itu sendiri malah semakin menurun dimana salah satu penyebabnya adalah sistem pendidikan yang mengabaikan kemampuan kreatif manusia (proses kreasi, apresiasi, belajar. Prof. Dr. Primadi Tabrani, 37). Penulis menganggap hal ini merupakan sebuah permasalahan yang cukup besar mengingat imajinasi dan dorongan bermain, yang berujung pada kematangan intuisi merupakan modal utama dalam sebuah proses kreasi.

Pada akhirnya penulis merasakan adanya kebutuhan untuk menggali kembali potensi yang ada dalam daya imajinasi dan dorongan bermain penulis, kemudian mencoba mengembangkannya kedalam sebuah bentuk karya seni rupa sebagai proses pematangan titik intuisi penulis. Dengan latar belakang pemikiran ini, penulis menciptakan seri karya ini.

(3)

Siddhartha Kandahdjaja

2. Proses Studi Kreatif

Bagan 2.1 Proses Studi Kreatif Batasan Masalah

1. Pola abstrak.

2. citraan objek interpretasi penulis. 3. Teknik drawing dan intaglio, metode cetak a’la poupee dan viscosity.

Rumusan Masalah

Apa saja eksplorasi dan langkah-langkah yang dapat dilakukan penulis untuk menggali imajinasi dan dorongan bermain penulis, kemudian bagaimana langkah yang telah dilakukan penulis dikembangkan kedalam sebuah karya seni rupa, khususnya karya seni cetak? Sejauh apa tema imajinasi dan dorongan bermain dapat dieksplorasi dalam sebuah karya seni dan apa saja yang bisa diambil dari hasil eksplorasi tersebut?

Kesimpulan

Proses Berkarya

1. pembuatan sketsa berupa pola abstrak.

2. Gambar acuan diolah ke atas plat dengan teknik intaglio (cetak dalam). 3. Citraan pada plat dicetak ke atas kertas dengan teknik cetak konvensional.

4. Pembuatan monotype yang lalu ditimpa drawing objek yang diinterpretasikan penulis.

Tujuan Berkarya

1. Syarat kelulusan mata kuliah Tugas Akhir Seni Grafis SR 4099.

2. menggali potensi imajinasi penulis sebagai proses pematangan intuisi penulis.

3. Menyampaikan potensi dari kemampuan imajinasi dan dorongan bermain pada apresiator.

Leburan Intuisi Imajinatif

Landasan Teori

1. -Literatur tentang proses kreasi 2. -Literatur tentang psikologi persepsi 3. -Literatur tentang rorschach inkblot

test

4. -Literatur tentang teknik intaglio, drawing dan monotype.

(4)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4

3. Hasil Studi dan Pembahasan

3.1 Leburan Intuisi Imajinatif #1

Gambar 3.1 “Leburan Intuisi Imajinatif #1”, 60x40 cm, permeable ground aquatint, etsa, a’la poupee dan viscosity dicetak diatas kertas Canson Montval (5 edisi), 2013.

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Karya ini merupakan karya pertama yang penulis buat dalam seri karya Tugas Akhir penulis. Oleh karena itu, pada karya ini penulis masih memiliki kecenderungan untuk bermain “aman” dalam karya ini, dengan pemilihan komposisi warna yang cenderung monokrom, dengan dominasi warna biru dan hijau. Komposisi bentuk dan teksturnya pun diciptakan seimbang antara warna dan tekstur plat, sedangkan masih ada ruang putih yang mengurangi “kepadatan” karya.

Dalam karya ini, penulis mencoba membuat lindap garis yang cenderung searah dan kasar, bertujuan untuk

mengaburkan objek-objek hasil interpretasi penulis, dengan demikian menciptakan kesan ambigu sehingga apresiator dapat berimajinasi tentang bentuk apa yang sebenarnya ditangkap oleh mereka.

Karya ini dicetak dengan 9 warna(selain hitam), 4 warna menggunakan teknik a’la poupee sedangkan 5 warna lagi memanfaatkan teknik viscosity. Jumlah cetakan uji coba 5 lembar, 4 lembar dicetak pada concorde, sedangkan 1 lagi dicetak pada Canson Montval. Penulis membuat 5 cetakan edisi dan 2 A.P., semuanya dicetak diatas Canson Montval 300 gsm.

3.2 Leburan Intuisi Imajinatif #2

Gambar 3.2 “Leburan Intuisi Imajinatif #2”, 60x40 cm, permeable ground aquatint, etsa, a’la poupee dan viscosity dicetak diatas kertas Canson Montval (6 edisi), 2013.

(5)

Siddhartha Kandahdjaja Dalam karya kedua ini, penulis mencoba untuk membuat visual yang kontras dengan karya pertama. Warna pada karya ini didominasi warna “panas”, terutama merah. penulis membuat komposisi yang cenderung melingkar, dengan banyak ruang putih sehingga karya ini terlihat lebih “lowong”.

Kali ini penulis mencoba untuk menggunakan teknik crosshatching untuk membentuk objek hasil interpretasi penulis. Penulis juga meminimalisir banyaknya tumpukan garis, serta lebih mengutamakan garis-garis yang mengikuti kontur objek. Perlakuan yang berbeda ini bertujuan agar warna hitam tidak mendominasi keseluruhan visual seperti pada karya pertama, sehingga tercipta komposisi yang seimbang antara tekstur warna dan garis hitam yang menimpanya.

Secara teknis, karya ini sangat mirip dengan karya pertama, karya ini dicetak dengan 9 warna(selain hitam), 4 warna menggunakan teknik a’la poupee sedangkan 5 warna lagi memanfaatkan teknik viscosity. Jumlah cetakan uji coba 5 lembar, 4 lembar dicetak pada concorde, sedangkan 1 lagi dicetak pada Canson Montval. Penulis membuat 6 cetakan edisi dan 1 A.P., semuanya dicetak diatas Canson Montval 300 gsm. 1 cetakan plat warna di kertas Montval tidak ditimpa dengan garis pembentuk objek.

3.3 Leburan Intuisi Imajinatif #3

Gambar 3.3 “Leburan Intuisi Imajinatif #3”, 60x40 cm, permeable ground aquatint, etsa, a’la poupee dan viscosity dicetak diatas kertas Canson Montval (5 edisi), 2013.

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Pada karya ini penulis mencoba mengeksplorasi bentuk plat yang lebih rumit, dengan banyak bagian yang (mungkin) terlihat seperti “sulur” atau cipratan cat. penulis membuat komposisi warna yang masih didominasi warna hangat seperti karya kedua, hanya saja pada karya ketiga ini penulis lebih menggunakan warna kuning dan oranye, yang diimbangi warna nila dan biru tua. Penulis juga mengeksploitasi fungsi mesin cetak dan matriks plat logam dengan menciptakan ilusi bahwa karya ini terdiri dari beberapa plat yang disusun satu persatu saat mencetak. Pada karya ketiga ini dan juga karya setelahnya, penulis menggunakan teknik crosshatching yang jauh lebih dapat memberi perpaduan yang maksimal antara tekstur dan warna plat dengan garis pembentuk objek.

Karya ketiga dicetak dengan 8 warna selain hitam, dengan 4 warna menggunakan teknik a’la poupee dan 4 warna lagi memanfaatkan metode viscosity. Jumlah cetakan uji coba 4 lembar, 3 lembar dicetak pada concorde, sedangkan 1 lagi dicetak pada Canson Montval. Penulis membuat 5 cetakan edisi dan 2 A.P., semuanya dicetak diatas Canson Montval 300 gsm. Sama seperti karya kedua, 1 cetakan plat warna di kertas Montval tidak ditimpa dengan garis pembentuk objek.

(6)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6

3.4 Leburan Intuisi Imajinatif #4

Gambar 3.4 “Leburan Intuisi Imajinatif #4”, 60x40 cm, permeable ground aquatint, etsa, a’la poupee dan viscosity dicetak diatas kertas Canson Montval (6 edisi), 2013.

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Pada karya keempat ini penulis membuat plat yang lebih “padat” dengan memperbanyak area cetak yang berwarna dan menyisakan sedikit ruang kosong. Berbeda dengan plat ketiga yang kebanyakan bentuknya membulat, karya ini memiliki banyak bagian yang bersudut tajam. Karya ini didominasi oleh warna hijau yang diimbangi dengan warna merah dan ungu, dikarenakan penulis ingin menonjolkan karakter dari warna komplementer dimana dua warna yang berseberangan tetap dapat menciptakan sebuah perpaduan yang harmonis.

Karya keempat dicetak menggunakan 9 warna, dengan 5 warna diaplikasikan dengan teknik a’la poupee dan 4 warna menggunakan metode viscosity. Jumlah cetakan uji coba 5 lembar, 3 lembar dicetak diatas concorde, 1 lembar dicetak diatas Canson Fineface, sedangkan 1 lagi dicetak diatas Canson Montval. Penulis membuat 6 cetakan edisi dan 1 A.P., semuanya dicetak diatas Canson Montval 300 gsm.

3.5 Leburan Intuisi Imajinatif #5

Gambar 3.5 “Leburan Intuisi Imajinatif #5”, 60x40 cm, permeable ground aquatint, etsa, a’la poupee dan viscosity dicetak diatas kertas Canson Montval (5 edisi), 2013.

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Pada karya terakhir ini penulis mengeksplorasi lebih jauh kemungkinan yang penulis terapkan pada karya ketiga, yaitu ilusi plat yang seolah - olah terpisah menjadi beberapa bagian. Komposisi warna didominasi warna biru serta merah, dengan diimbangi warna kuning di tengah karya dan oranye sebagai aksen. Penggunaan ketiga warna primer ini akhirnya menciptakan visual yang terlihat paling ramai dan kaya. Garis pembentuk objek pun jauh lebih terabstraksi sehingga karakter tekstur dan komposisi warna jadi jauh lebih menonjol dibandingkan objek yang menimpanya.

(7)

Siddhartha Kandahdjaja Karya ini dicetak menggunakan 9 warna, dengan 5 warna diaplikasikan dengan teknik a’la poupee dan 4 warna menggunakan metode viscosity. Jumlah cetakan uji coba 5 lembar, 3 lembar dicetak diatas concorde, 1 lembar dicetak diatas Canson Barbizon, sedangkan 1 lagi dicetak diatas Canson Montval. Penulis membuat 5 cetakan edisi dan 2 A.P. dicetak diatas Canson Montval 300 gsm.

3.6 Leburan Intuisi Imajinatif #6

Gambar 3.6 “Leburan Intuisi Imajinatif #6”, Konstelasi drawing (66 buah) berdimensi variatif, monotype dan pena celup di atas kertas, 2013 (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.7 Detail dari karya “Leburan Intuisi Imajinatif #6” (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Pada karya ini penulis menampilkan sebuah konstelasi drawing yang terdiri dari 66 buah drawing yang berbeda-beda ukurannya. Pada tiap drawing penulis membuat monotype bentuk abstrak yang kemudian ditimpa dengan tinta menggunakan pena celup membentuk objek yang diinterpretasikan oleh penulis. penempatan tiap drawing pada konstelasi akhir dilakukan berdasarkan warna dominan yang ada pada drawing tersebut, yang menghasilkan komposisi warna yang teratur namun tetap dinamis.

Pada karya ini penulis mengeksplorasi kemungkinan penciptaan bentuk abstrak yang tidak dapat dikejar dengan metode etsa. Dengan banyaknya kemungkinan yang dapat dikejar berkat sifat drawing dan monotype yang spontan membuat

(8)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 8 penulis mampu mencoba berbagai alternatif sekaligus mendalami tema yang penulis angkat dengan pendekatan yang berbeda. Sehingga pada akhirnya karya ini menjadi instrumen penulis untuk lebih mengeksplorasi imajinasi penulis.

3.7 Leburan Intuisi Imajinatif: Awal Mula

Gambar 3.8 “Leburan Intuisi Imajinatif: Awal mula”, konstelasi plat kuningan (5 buah) berdimensi variatif, permeable ground aquatint, a’la poupee dan viscosity, 2013

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.9 detail plat kuningan dari karya “Leburan Intuisi Imajinatif: Awal Mula” (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Karya ini menampilkan 5 plat kuningan yang sebelumnya digunakan penulis sebagai matriks untuk karya cetak etsa Tugas Akhir ini. Tinta yang tertinggal dalam cerukan plat setelah seluruh proses cetak selesai dibiarkan sampai tintanya mengering. Dengan melakukan hal ini plat kuningan tersebut memiliki komposisi warna yang sama dengan cetakannya, ditambah dengan karakter khas dari plat logam yang masih sangat kuat.

Karya ini merupakan usaha penulis untuk lebih mendekatkan apresiator dengan tema yang penulis angkat. Dengan karya ini, diharapkan apresiator dapat bermain dengan imajinasi mereka sendiri, yang pada akhirnya mampu membawa mereka untuk lebih mendalami gagasan dan tema penulis. Karena saat apresiator sudah mulai menebak dan mengasosiasikan bentuk abstrak pada karya menjadi bentuk yang memiliki wujud, saat itu jugalah mereka mengalami proses yang paling penting dalam proses kreasi seluruh karya penulis kali ini, yaitu proses imajinasi.

4. Penutup / Kesimpulan

Pada awalnya tema mengenai imajinasi ini diangkat penulis dengan tujuan yang amat sederhana, yaitu keinginan untuk merasakan kembali pengalaman yang pernah dikecap oleh penulis dengan harapan penulis dapat menemukan kembali kesenangan dan kepuasan saat menciptakan sesuatu. Seiring berjalannya proses kreasi, banyak sekali kesadaran dan pemikiran baru yang muncul, disertai pernyataan - pernyataan dari beberapa ilmu, terutama kreativita, yang baru penulis pahami maknanya saat proses pengerjaan Tugas Akhir ini. Sehingga pada ujung proses eksplorasi dan pengerjaan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan hasil yang jauh lebih banyak dari yang penulis duga pada awalnya. Bahwa ternyata dari sebuah gagasan yang sederhana dapat tercipta sesuatu yang jauh lebih kompleks, luas juga dalam, serta memiliki nilai filosofis yang tinggi. Penulis menemukan bahwa dengan berimajinasi dan bermain, dapat tercipta sebuah bentuk baru yang mengejutkan dan tidak terduga. Kemungkinan-kemungkinan yang ada akan terus bertambah, berkembang dan mendalam selama manusia itu tetap berkreasi.

Pada akhirnya penulis menemukan bahwa karya yang penulis ciptakan selama Tugas Akhir ini tidak dapat dilihat dari satu aspek ataupun satu sudut pandang saja, karena karya ini menjadi sebuah bentuk integrasi dari banyak hal yang terakumulasi selama proses ini, yang pada ujungnya melebur menjadi suatu hal yang baru kembali, yang akan menjadi satu aspek pembentuk dari kebulatan yang lain.

(9)

Siddhartha Kandahdjaja

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Bapak Dr. Tisna Sanjaya, M. Sch.

Daftar Pustaka

- Reddy, N. Khrisna. Intaglio Simultaneous Color Printmaking: Significance of Materials and Processes. State University of New York Press. 1988

Gambar

Gambar 3.1 “Leburan Intuisi Imajinatif #1”, 60x40 cm, permeable ground aquatint, etsa, a’la poupee dan viscosity dicetak diatas kertas Canson  Montval (5 edisi), 2013
Gambar 3.3 “Leburan Intuisi Imajinatif #3”, 60x40 cm, permeable ground aquatint, etsa, a’la poupee dan viscosity dicetak diatas kertas Canson  Montval (5 edisi), 2013
Gambar 3.4 “Leburan Intuisi Imajinatif #4”, 60x40 cm, permeable ground aquatint, etsa, a’la poupee dan viscosity dicetak diatas kertas Canson  Montval (6 edisi), 2013
Gambar 3.7 Detail dari karya “Leburan Intuisi Imajinatif #6”
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tokoh dengan penerapan antropomorphic menggunakan proporsi dan postur tubuh yang mirip manusia, dimana struktur punggungnya tegap, dada yang menghadap kedepan (bukan ke

Tugas akhir ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai kelulusan dalam program studi Teknik Industri Program Strata I Jurusan Industri Fakultas Teknik Universitas

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Profesi

pengujian diperoleh nilai Cochran Q Test lebih besar dari pada tabel Chi Square maka terdapat hubungan yang signifikan terhadap sepuluh indikator yang mementukan

Cara lain mencegah terhadap paparan timbal adalah tidak menggunakan piring yang mengandung timbal (khususnya piring yang sudah retak), menyapu lantai atau segala macam

Inovasi produk adalah hasil pengembangan produk baru oleh suatu perusahaan atau industri, baik yang sudah ada atau belum,dari produk lama yang telah mencapaititik

Informan dalam penelitian ini terdiri dari 19 orang yaitu bidan puskesmas, Kepala Bidang Anak dan Remaja Dinas kesehatan Tegal, Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator Anak dan

Hasil analisa menunjukan bahwa nilai optimum kekasaran permukaan pada proses pembubutan paduan Magnesium AZ31 menggunakan Responce Surface Methode Box-Behnken Design