• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYAT-AYAT PERDAMAIAN DALAM AL-QUR AN (SUATU TINJAUAN SEMANTIK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AYAT-AYAT PERDAMAIAN DALAM AL-QUR AN (SUATU TINJAUAN SEMANTIK)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT-AYAT PERDAMAIAN DALAM AL-QUR‟AN

(SUATU TINJAUAN SEMANTIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenehui salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Sarjana Sastra

Pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin

OLEH:

MUHLIS

Nomor Pokok: F411 12 904

MAKASSAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

يمحرلا نحمرلا الله مسب

Puji syukur penulis panjatkan atas kehaditat Allah Swt atas taufik dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini dengan judul “AYAT-AYAT PERDAMAIAN DALAM AL-QUR’AN (Suatu

Tinjauan Semantik)” dimaksudkan sebagai upaya penulis untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda nabi Muhammad Saw, nabi yang telah membawa ummat manusia dari zaman kejahiliaan menuju zaman kebijaksanaan.

Ada berbagai rintangan dan halangan yang penulis hadapi dalam peroses penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan berbagai pihak serta keyakinan penulis, akhirnya penulisan skripsi ini dapat juga diselesaikan sebagaimana penulis harapkan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang penulis sangat hargai dan hormati. pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Najmuddin H. Abdul Safa, M.A selaku konsultan I dan Ibu Haeriyyah, S.Ag. M. Pd.I selaku konsultan II sekaligus sekretaris jurusan Sastra Asia Barat Unhas yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam proses penyusunan skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas Hasanuddin beserta Stafnya.

(6)

v

2. Bapak Prof. Dr. Akin Duli, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin beserta stafnya.

3. Bapak Haeruddin, S.S, M.A, selaku ketua Departemen Sastra Asia Barat sekaligus sebagai penguji I penulis yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis serta senantiasa membimbing segenap mahasiswa Sastra Asia Barat.

4. Ibu Mujadilah Nur, S.S, M. Hum selaku penguji II penulis yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Rahmah Alwi, M. Ag, selaku pemimbimbing akademik penulis yang selalu memberikan masukan dan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Para Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin khususnya Departemen Sastra Asia Barat yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.

7. Segenap staf Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin terkhusus kepada staf Departemen Sastra Asia Barat.

8. Kepada orang tua penulis yang tercinta, semoga Allah Swt memberikan lindungan kepadanya dan membalas kebaikannya.

9. Kepada keluarga besar Himab KMFIB-Unhas terkhusus kepada angkatan 2012 (Uswah) saya ucapkan banyak terimakasih atas semua pengalaman dan ilmu yang penulis peroleh selama berlembaga.

10. Kepada keluarga besar Live In II yang selalu menyamangati dan mendorong penulis untuk senantiasa belajar dan berproses di lingkungan manapun.

(7)

vi

Semoga segala bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak tersebut mendapat balasan dari Allah Swt semoga karya ini dapat diterima sebagai sumbangan pikiran penulis untuk pembangunan bangsa kita yang tercinta ini kearah yang lebih tentram dan damai, Amin.

Makassar, 22 Maret 2019

(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENERIMAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan masalah ... 8

D. Rumusan masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11 1. Semantik ... 11 a. Pengertian Semantik ... 11 b. Jenis-jenis Semantik ... 12 2. Perdamaian ... 18 B. Penelitian Relevan ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode Penelitian ... 24

B. Jenis Penelitian ... 24

C. Data dan Sumber data ... 25

D. Metode Pengumpulan Data ... 25

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

F. Instrumen Penelitian ... 26

(9)

viii

BAB IV PEMBAHASAN ... 28

A. Ayat-Ayat yang Mengandung Perdamaian dalam al-Qur’an . ... 28

1. حلصلا (As-Sulhu) ... 31

2. ةرواشملا (Al Musyawarah) ... 42

3. ملسلا (As-Silmi) ... 44

4. ةدقاعملا (Al-Mu’āqadah) ... 54

5. لدعلا (al-’Adl) ... 57

B.Analisis Ayat-Ayat Perdamaian ... 64

1. Perdamaian Bidang Politik ... 64

2. Perdamaian Bidang Sosial-Ekonomi ... 69

3. Perdamaian Bidang Sosial-Kemasyarakatan ... 74

4. Perdamaian Bidang Keluarga ... 79

BAB V PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(10)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Contoh Transliterasi

ا ʼ

أ

د

ب

badaʼa ة B

ثحب

Baḥatha د T

فحت

Taḥafa س Th

ت

بث

Thabata ط J

سلج

Jalasa ح Ḥ

لمح

Ḥamala ر Kh

جرخ

Kharaja د D

سرد

Darasa ر Dh

ركد

Dhakara س R

س

رف

Rafasa ص Z

د

زن

Zanada ط S

طقس

Saqaṭa ػ Sh

عبش

Shabi„a

عنص

Ṣana„a

برض

Ḍaraba

(11)

x ط Ṭ

خبط

Ṭabakha ظ Ẓ

بأظ

zaʼada ع ‘

د

بع

„abada ؽ Gh

لسغ

Ghasala ف F

ح

تف

Fataḥa م Q

أرق

qaraʼa ى K

بذك

Kadhaba ٍ L

بعل

La„iba ّ M

حسم

Masaḥa ٕ N

رظن

Naẓara ٝ W

لصو

Waṣala ٙ Ha

رجه

Hajara ٟ Y

نمي

Yamana A. Konsonan

Konsonan rangkap (tashdid) ditulis rangkap Contoh:

ترس :Rattaba

خٓشٌُٔا خٌٓ :Makkah al-Mukarramah

B. Vokal

a. Vokal tunggal

(12)

xi

(kasrah) ditulis I contoh: حشك = fariḥa

(ḍammah) ditulis u contoh: َٜع = sahula

b. Vokal rangkap

Vokal rangkap (fatḥah dan ya) ditulis “ay” Contoh:

ذ٤ث bayt = ش٤ؿ = gayr

 Vokal rangkap ٝ (fatḥah dan wau) ditulis “aw” contoh:

ّٞ٣ = yawm, ةلاٝد = dawlāb c. Vokal Panjang

بـ: (fatḥah) ditulis ā contoh: ٍبه = qāla

٢ـ ـ: (kasrah) ditulis ī contoh: ض٣ضػ= ʻazīz

ٞـ (ḍammah) ditulis ū contoh: سٞ٤ط tuyūr

d. Ta Marbūtah (ح)

Huruf ta marbūtah (ح) pada kata yang beralif lam (ٍ) dan bersambung ditransliterasi dengan huruf“h”. Akan tetapi, pada kata yang tidak bersambung dengan alif lam (ٍا) ditransliterasi dengan huruf “t”.

Contoh:

خ٘٣ذُٔا خ٤دبض : Ḍahiyat al-Madīnahحذ٣ذجُا خعسذٓ: al-Madrasah al-Jadīdah

e. Hamzah (ء)

- Huruf hamzah (ء) pada awal kata ditransliterasi dengan a, bukan ʼa.

Contoh: شجًأ: akbar bukan ʼakbar

(13)

xii

- Huruf hamzah (ء) ditransliterasi dengan lambang koma di atas a (ʼa), jika ia terdapat di tengah atau di akhir kata.

Contoh:

خُأغٓ: masʼalat لأٓ : mala‟a

f. Kata sandang alif lam (ٍا)

- Ditransliterasi dengan huruf kecil diikuti tanda sempang/garis mendatar (-) baik yang disusuli dengan huruf خ٤غٔؽ maupun خ٣شٔه

Contoh:

خُبعشُا : al-Risālah ةادلأا: al-Adāb

- Alif lam pada lafaz al-Jalalah (الله) yang berbentuk frase nomin ditransliterasi tanpa hamzah.

(14)

xiii

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang Ayat-Ayat Perdamaian dalam Al-Qur‟an (Suatu Tinjauan Semantik). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis ayat-ayat yang mengandung makna perdamaian dalam Al-Qur‟an kemudian menganalisis.

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah metode simak dengan menggunakan teknik catat. Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah mengklasifikasikan semua ayat-ayat perdamaian yang terkandung dalam Al-Qur‟an dengan menggunakan 5 (lima) kata kunci yaitu al-ishlah, al-mu‟āqadah, al-„adl, as-silm, dan al-musyāwarah. kemudian menganalisis data tersebut dari segi makna secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ayat yang mengandung makna perdamaian dalam Al-Qur‟an sebanyak 80 ayat tersebar dalam 27 surah. Ayat perdamaian dalam bidang politik berjumlah 11 ayat, ayat perdamaian dalam bidang Sosio-ekonomi berjumlah 2 ayat, ayat perdamaian dalam bidang sosio-kemasyarakatan berjumlah 50 ayat, dan ayat perdamaian dalam bidang keluarga berjumlah 13 ayat. Hasil penelitian ini sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa ruang lingkup al-Qur‟an dalam membicarakan perdamaian tidak hanya satu bidang kehidupan.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdamaian merupakan pemikiran yang sangat mendasar dan universal karena berkaitan dengan watak ajaran Islam. Cita-cita yang diharapkan semua orang adalah hidup dalam keadaan damai. Al-Qur‟an sebagai pedoman tentunya mengajarkan beberapa hal penting dalam kehidupan setiap muslim, diantaranya adalah tentang perdamaian.

Salah satu alasan diturunkannya al-Qur‟an yaitu untuk menampakkan keberadaan-Nya sebagai sang pencipta. Di antara keistimewaan al-Qur‟an dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya adalah dari aspek kebahasaan. Tuhan menampakkan diri-Nya pada manusia bukan melalui zat-Nya, tetapi melalui bahasa-Nya, yaitu bahasa alam dan bahasa kitab suci (ayat kauniyah dan kauliyah) (Hidayat, 2006: 21). Dengan demikian, bahasa al-Qur‟an merupakan wujud adanya Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, Allah Yang Maha Pengampun, Allah Yang Maha Indah.

Al-Qur‟an merupakan pedoman kehidupan manusia didunia dan akhirat, salah satu perintahnya yaitu agar menegakkan sebuah perdamaian dalam kehidupan. Perdamaian tidak hanya berupa gencatan senjata, resolusi konflik tapi

juga berupa membasmi kelaparan, kejahatan, ketidakadilan, korupsi,

pembunuhan, pemerkosaan dan semua hal yang membuat manusia tidak nyaman dalam menjalani kehidupan. Taufiq (2016: 135) memetakan perdamaian yang

(16)

2

terdapat dalam al-Qur‟an yaitu perdamaian suami-istri, perdamaian dalam waris, perdamaian antarkomunitas, perdamaian dalam ranah politik, dan perdamaian dalam ranah sosial-ekonomi.

Tindakan yang berakibat pada matinya seseorang adalah bentuk tindakan yang tidak terpuji sebab al-Qur‟an sebagai way of life bertujuan menggiring manusia agar menjadi insan yang sempurna dalam konteks apapun, termasuk selalu menebarkan kebajikan dan perdamaian.Perdamaian merupakan hal yang esensial dalam kehidupan manusia, karena dalam kedamaian itu terciptanya dinamika yang sehat, harmonis dan humanis dalam setiap interaksi antar sesama. Dalam suasana aman dan damai, manusia akan hidup dengan penuh ketenangan dan kegembiraan juga bisa melaksanakan kewajiban dalam bingkai perdamaian (Wasid, 2011: 279). Oleh karena itu, kedamaian merupakan hak mutlak setiap individu sesuai dengan esensinya sebagai makhluk yang mengemban tugas pembawa amanah Tuhan untuk memakmurkan dunia ini. Bahkan kehadiran damai dalam kehidupan setiap makhluk merupakan tuntutan, karena dibalik ungkapan damai itu menyimpan keramahan, kelembutan, persaudaraan dan keadilan. Dari paradigma ini, Islam diturunkan oleh Allah Swt ke muka bumi dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus kepada seluruh manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk pengikut Nabi Muhammad semata. Firman Allah Swt dalam QS. al-„Anbiyā‟ (21): 107:

ب ٓ ٝ

ٖ٤ ٔ ِ َٰ ؼُِِّۡ ٗخ ٔ ۡد س الا ئ يَٰ ِ٘ۡ ع ۡس أ

٧٠١

Terjemahan: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

(17)

3

Salah satu ayat Qur‟an yang menganjurkan untuk damai yaitu QS al-Baqarah (2): 208:

ٖ٣ زاُٱب ُّٜ٣ أ َٰ ٣

ْاٞ ٘ ٓا ء

ْاٞ ِ خ ۡدٱ

٢ ك

ِِّْۡغُٱ

د َٰ ٞ ط خ ْاٞ ؼ جاز ر لا ٝ ٗخاك ب ً

َٰٖ طۡ٤اؾُٱ

ٚاٗ ئ

ۥ

ّٞ ٝ ذ ػ ْۡ ٌ ُ

ّٖٞ٤ جُّٓ

٨٠٢

Terjemahan: Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara

keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia merupakan musuh yang nyata bagimu.(QS

al-Baqarah[2]: 208).

Shihab (2012: 543), memaknai ملسلا pada ayat diatas dengan “kedamaian” Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa ayat ini merupakan perintah kepada kaum muslimin agar memasukkan totalitas dirinya kedalam wadah itu secara menyeluruh sehingga semua kegiatannya berada dalam wadah atau koridor kedamaian.

Tuhan adalah sumber inspirasi bagi nilai-nilai perdamaian. Pembuktian akan hal ini dapat dilihat dari salah satu nama-Nya yaitu al-salām (damai).

Al-salām juga merupakan sifat Allah Swt yang diyakini ummat Islam dan wajib

disifati oleh makhluk-Nya sebab meyakini nama-nama-Nya yang lain adalah sebuah keniscayaan, bahkan nama-nama itu mewakili dari sifat-sifat-Nya. Oleh sebab itu, pengingkaran atas salah satu nama-nama-Nya, menurut Jazairi dalam Wasid (2011: 284) adalah bentuk pengingkaran pada esensi-Nya.

Bagaimana mungkin orang yang mengaku Islam dan ingin menegakkan hukum Allah Swt dimuka bumi ini sedangkan menafikan salah satu sifat Allah Swt yaitu kedamaian. Menurut Tholkha (Tholkha, 2007: 91) agama kerapkali dijadikan legitimasi untuk melakukan kekerasan hingga membunuh orang lain, Para pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama jelas belum memahami

(18)

4

hakikat sebuah agama yang ada di muka bumi yang hadir membawa kedamaian, membuat ummat manusia saling bersaudara.

Jika melihat fenomena saat ini, cita-cita untuk menegakkan perdamaian jauh dari keberhasilan karena kehidupan ummat Islam seakan-akan hanya membenarkan kelompoknya masing masing, bukan melihat dari sisi kesamaan keyakinan. Tidak bisa kita pungkiri sesama ummat Islam hari ini masih saling bertikai, misalnya pada tahun 2017 di Mesir tepatnya di kota Sinai Utara, ketika masyarakat sedang melaksanakan shalat Jum‟at tiba-tiba diserang dengan bom yang disertai penembakan membabi-buta yang menewaskan 235 orang oleh orang-orang yang menganggap dirinya paling benar dalam beragama Islam.Padahal Nabi Muhammad saw sangat menganjurkan kepada ummat muslim untuk saling menjaga dan mendamaikan antar sesama merupakan perbuatan yang termasuk shadaqah,Nabi Muhammad saw bersabda:

ُنْب ُقاَ ْسْ

ا اَنَثَّدَح

ِ

َلاَق ُهْنَع ُ َّللَّا َ ِ

ضِ َر َةَرْيَرُه ِبَِأ ْنَع ٍماَّ َهَ ْنَع ٌرَمْعَم َنَ َ َبَْخَأ ِقاَّز َّرلا ُدْبَع َنَ َ َبَْخَأ ٍرو ُطْنَم

َلاَق

لا ِهيِف ُعُل ْطَث ٍمْوَي َّ ُكُ ٌةَقَد َض ِهْيَلَع ساَّنلا ْنِم ىَم َلَ ُس ُّ ُكُ ََّلَّ َسَو ِهْيَلَع ُ َّللَّا َّلَّ َض َّللَّا ُلو ُسَر

َ ْيَْب ُلِدْعَي ُسْم َّش

ٌةَق َد َض ِساَّنلا

Terjemahan: Telah bercerita kepada kami Ishaq bin Manshur telah mengabarkan

kepada kami „Abdur Rozaq telah mengabarkan kepada kami Ma‟amr dari Hammam dari Abu Hurairah r.a berkata; Rasulullah saw bersabda: Setiap ruas tulang pada manusia wajib atasnya shadaqah dan setiap hari terbitnya matahari di mana seseorang mendamaikan antara manusia maka terhitung sebagai shadaqah (HR. Bukhārī)(al-Bukhārī, 2003: 516).

Sebagai ummat Nabi Muhammad saw, perdamaian harusnya kita teladani dalamaa kehidupan dunia ini, seperti pada saat beliau memulai dakwahnya, ia menjadikan perdamaian sebagai salah satu titik penting dalam melakukan perubahan sosial. Rasulullah saw.sadar betulbahwajika dakwahnya

(19)

5

dimulai dengan jalan kekerasan, maka sejak awal akan mendapatkan perlawanan yang keras (Nurcholis, 2017: 164).

Fenomena Arab Spring di kawasan Timur Tengah dan Afrika telah terjadi di Irak, Suriah, Yaman, Afganistan, Libya, Sudan, Mesir, Tunisia, Kamerun, Ethiopia, Turki, Afrika Tengah,Nigeria,Somalia, Perang teritorial juga sudah berkecamuk sejak lama seperti Israel-Palestina, Pakistan-India, dan Ukraina-Rusia. Ada juga perang etnis-agama seperti Myanmar dan India, perang melawan obat-obatan seperti yang terjadi di Meksiko merupakan bukti peperangan bukan solusi perdamaian dunia justru sebaliknya, peperangan menjadi sumber konflik berkelanjutan (Nafi‟: 2018).

Para pelaku terorisme sejak peristiwa pengeboman World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat pada 11 September 2001 mengaku tindakannya sebagai bentuk jihād fī sabīlillāh. Hal demikian sebagaimana pengakuan Ali Imron dan Imam Samudra dipengaruhi oleh adanya beberapa alasan, yaitu ketidakpuasan terhadap pemerintah yang tidak berdasarkan syari‟at Islam dan

tidak adanya imāmah, rusaknya moralitas dan akidah masyarakat, melindungi umat Islam, dan pembalasan terhadap kafir yang memerangi kaum muslim (Imron, 2007: 41). Al-Qur‟an menganjurkan untuk menyerang/berperang jika mereka (ummat islam diserang) sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Hajj ayat 29-40, Pada ayat yang lain QS. al-Baqarah (2): 190Allah Swt memerintahkan berperang namun tidak boleh melampaui batassedangkan pada ayat yang lain justru umat Islam dianjurkan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan bukan kejahatan dengan kejahatan. Al-Qur‟an menganjurkan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. QS. Fushilat (41): 34:

(20)

6

لا ٝ

١ ٞ ز ۡغ ر

خ ٘ غ ذُۡٱ

لا ٝ

ۡغ ك ۡدٱ خ ئِّ٤اغُٱ

ث

٢ زاُٱ

ا ر ا ك ٖ غ ۡد أ ٢ ٛ

١ زاُٱ

ٚ ٘ ۡ٤ ث ٝ ي ٘ۡ٤ ث

ۥ

ّٞح ٝ َٰ ذ ػ

ٚاٗ أ ً

ۥ

ّْٞ٤ ٔ د ٌّ٢ ُ ٝ

٩٪

Terjemahan: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan

itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS. Fushsilat [41]: 34).

Sejumlah fakta tentang konflik dan kekerasan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok diatas dengan mengatasnamakan agama bahkan dengan dalih membela agama telah merusak kebhinekaan dan toleransi itu sendiri. Hal ini mengundang pertanyaanbesar: Apakah betul mereka membela agama? Apakah Tuhan menurunkan agama kepada manusia untuk berkonflik? Jawabannya tentu tidak, karena agama Islam bahkan semua agama pada dasarnya membawa pesan damai atau misi perdamaian untuk umat manusia semesta. Menurut Sunarso (2015: 2) Konflik atau kekerasan atas nama agama dan membela agama menjadi bukti nyata bahwa agama telah dialihfungsikan bahkan diselewengkan oleh umatnya, oleh karena itu konflik maupun kekerasan tersebut sesungguhnya adalah tindakan anti agama bahkan penistaan agama. Di dalam al-Qur‟an sangat jelas Allah Swt mengharapkan kepada manusia agar

mendahulukan perdamaian, QS. al-Hujurāt (49), Ayat 9-10:

ٕ ئ ٝ

ٖ ٓ ٕب ز ل ئ ب ط

ْاٞ ِ ز ز ۡهٱ ٘٤ ٘ ٓ ۡإ ُٔۡٱ

أ ك

ْاٞ ذ ِ ۡص

٠ ِ ػ ب ٔ َٰٜى ذ ۡد ئ ۡذ ـ ث ٕۢ ا ك ۖب ٔ ٜ ٘ۡ٤ ث

َٰٟ ش ۡخ ۡلأٱ

ْاٞ ِ زَٰ و ك

٢ زاُٱ

ش ۡٓ أ َٰ٠ ُ ئ ء ٢ ل ر َٰ٠از د ٢ ـۡج ر

اللٱ

ۡد ء ب ك ٕ ا ك

ْاٞ ذ ِ ۡص أ ك

ث ب ٔ ٜ ٘ۡ٤ ث

ۡذ ؼُۡٱ

ٍ

ۡه أ ٝ

ْۖا ٞ ط غ

إ ئ

اللٱ

ُّت ذ ٣

ٖ٤ ط غۡو ُٔۡٱ

٣

ٕٞ ٘ ٓ ۡإ ُٔۡٱب ٔاٗ ئ

ّٞح ٞ ۡخ ئ

ْاٞ ذ ِ ۡص أ ك

ْۡ ٌۡ٣ ٞ خ أ ٖۡ٤ ث

ٝ

اللٱْاٞ وارٱ

ٕٞ ٔ د ۡش ر ْۡ ٌاِ ؼ ُ

٧٠

Terjemahan: Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu

berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya,tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah

(21)

7

(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS.

Al-Hujurat[49]: 9-10).

Dalam ayat ini, al-Shiddieqy (2000: 3919) mengemukakan bahwa:“Allah menjelaskan bagaimana para mukmin mendamaikan dua golongan yang bersengketa dan menyuruh para mukmin memerangi golongan yang kembali membuat aniaya (zalim) sesudah diadakan perdamaian, sehingga dengan demikian mereka bisa kembali kepada perdamaian yang mereka langgar. Perdamaian, sebagaimana wajib kita lakukan antara dua golongan yang bermusuhan, begitu pula antara dua orang bersaudara yang bersengketa. Pada akhirnya Allah menyuruh kita bertaqwa kepada-Nya dan mengakui hukum-Nya.”

Dalam kehidupan dunia, Islam menganjurkan kepada penganutnya untuk membangun tiga komunikasi yang intens yaitu hubungan manusia dengan tuhan (hablum minallāh), hubungan manusia dengan manusia (hablun minannās), dan manusia dengan alam (hablum minal„ālam). Ketiga tiganya tidak boleh dipisahkan. Menurut Lubis (2017: 118), manusia seringkali membangun hubungan dengan Tuhan,tetapi melupakan hubungannya dengan alam semesta dan manusia yang lain sehingga mereka tenggelam dalam dunia kesadaran batiniah. Mereka tidak mengaktualisasikan kesadaran batiniah tersebut dengan melakukan rekonstruksi terhadap alam semesta. Akibatnya agama pada satu sisi membawa pesan damai, tetapi disekeliling komunitas yang sedang melaksanakan ibadah bertebaran prilaku diskriminatif, eksploitatif,yang dilakukan oleh satu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Sebagai negara yang berpendudukan muslim mayoritas, sangat menarik kiranya memandang masalah ini dengan perpektif al-Qur‟an dimana al-Qur‟an

(22)

8

menjadi kitab rujukan paling otoritatif baik pribadi seorang muslim secara individual maupun secara komunal. Hal ini menjadi hal yang paradoksal jika al-Qur‟an yang sebenarnya mengelu-elukan kedamaian akan tetapi penganutnya

justru menjadi biang keladi dari kerusuhan itu sendiri.

Oleh sebab itu peneliti menaruh harapan besar dalam penelitian ini agar mendapat respon yang membangun dalam memunculkan sebuah fenomena masyarakat muslim dunia yang konsisten terhadap cita-cita manusia yaitu hidup dalam keadaan damai.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah terkait ayat-ayat perdamaian dalam Al-Qur‟an .

1. Rendahnya pemahaman ummat Islam terhadap ayat-ayat perdamaian dalam

Al-Qur‟an .

2. Kurangnya orang Islam mengambil ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an

untuk menarasikan perdamaian.

3. Banyaknya kata dalam al-Qur‟an yang menunjukkan perdamaian.

4. Banyaknya jenis-jenis perdamaian dalam aspek kehidupan yang tercantum

dalam al-Qur‟an .

C. Batasan masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan terhadap masalah, mengingat luasnya jangkauan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis membatasi pada satu masalah yaitu; Ayat-ayat

(23)

9

D. Rumusan masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Ayat-ayat apa saja yang mengandung perdamaian dalam al-Qur‟an ? 2. Bagaimana analisis semantik kata perdamaian dalam ayat al-Qur‟an ?

E. Tujuan Penelitian

Setiap permasalahan yang diteliti tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula dalam penelitian ini adapun yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi ayat-ayat yang mengandung perdamaian dalam al-Qur‟an . 2. Menganalisis ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an berdasarkan tinjauan

semantik.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat mempunyai 2 manfaat yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat terutama dalam bidang pendidikan, serta dapat dijadikan landasan bagi pembelajaran selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan terhadap pengembangan kajian semantik pada umumnya dan khususnya dalam bidang analisis al-Qur‟an .

(24)

10

Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman kepada masyarakat baik ummat Islam maupun masyarakat umum terkait pentingnya hidup dalam keadaan damai. Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi kaum pelajar yang akan mengkaji tentang “Ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an

” dari aspek lain. Penelitian ini juga diharapkan bisa menambah wawasan

(25)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah diperlukan adanya sebuah landasan teori untuk mendukung serta menguatkan hasil sebuah penelitian. Sehubungan dengan itu, penulis akan menggunakan teori semantik dalam penelitian yang mengkaji tentang ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an .

Pemilihan teori ini didasarkan oleh keinginan untuk mengungkapkan ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an agar memudahkan mengetahui perdamaian yang terkandung di dalam al-Qur‟an . Semantik hanya membicarakan makna suatu kata sebagaimana makna itu dimaknai dalam suatu kesatuan.

1. Semantik

a. Pengertian Semantik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1300), semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat, pengetahuan tentang seluk-beluk dan pergeseran arti kata.Secara etimologi kata semantik berasal dari kata “semainen” artinya “bermakna” atau “berarti” atau dari kata “semaino” artinya “tanda, makna, dan sign” (Gissing, 2006: 124).

Dalam kamus linguistik (Kridalaksana, 2008: 216) mengemukakan bahwa semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara, sistem dan penyelidikan makna, dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.

(26)

12

Poerwadarminta dalam kamus umum (1982: 805) menambahkan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna, perubahan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa semantik dalam ilmu kebahasaan ialah yang mengkaji tentang makna. Makna merupakan unsur yang senantiasa melekat pada bunyi dan menyertai sistem relasi serta kombinasi bunyi dalam satuan struktur yang lebih besar dan akhirnya terwujud dalam kegiatan komunikasi.

Selanjutnya dalam bahasa Arab istilah semantik disebut dengan خُلأذُا ِْػ atau “Ilm Al-dilālāh”. Al-Khuli dalam Hikmawati (2017: 31) mendefinisikan

makna atau tanda sebagai berikut:

لةلجما ؤأ ةرابعلا ؤأ ةمكللا نم صخشلا همحفيام : لةلالدا ؤأ نىعلما

Terjemahan: Makna atau tanda adalah sesuatu yang dipahami seseorang, baik

berasal dari kata, ungkapan, maupun kalimat.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli bahasa yang memaparkan tentang pengertian semantik, maka kita dapat mengambil suatu titik kesamaan pandangan, yang pada hakekatnya semantik dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki atau menelaah tentang makna suatu kata, baik dilihat dari aspek perkembangannya maupun perubahannya. Perubahan makna itu sendiri dapat ditinjau dari beberapa segimencakup perluasan, pembatasan, perlemahan, penggabungan, dan pergeseran makna dalam penggunaan bahasa.

b. Jenis-jenis Semantik

Beberapa jenis semantik yang dibedakan berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa itu yang menjadi objek penyelidikannya. Parera (1990: 16)

(27)

13

membedakan semantik atas (1) Teori Referensial atau Korespondensi, (2) Teori Kontekstual 3) Teori Mentalisme atau Teori Konseptual, (4) Teori Formalisme. 1) Teori Referensial atau Korespondensi

Teori referensial merujuk kepada segi tiga makna seperti yang dikemukakan oleh Ogden dan Richard adalah hubungan antara reference dan

referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun

frase atau kalimat simbol bahasa dan rujukan atau referent tidak mempunyai hubungan secara langsung, hingga teori ini ditempatkan dalam hubungan klausal dengan simbol dan referen, sedangkan antara simbol dan referen terdapat hubungan buntung.

Contoh:

„Ronald Reagen‟, ‟Rudy Hartono‟, dan „Jakarta‟ Contoh frase nomen:

„mantan wakil presiden RI 1983 – 1988‟; „orang pertama yang berjalan di Bulan‟.

maka sudah pasti makna ujaran itu merujuk kepada benda atau hal yang sama (Parera, 1990: 16).

2) Teori Kontekstual

Teori kontekstual adalah sebuah teori yang mencoba mendekati makna kata dari aspek kultural atau lingkungan. Teori ini juga mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks. Oleh karena itu setiap nama yang ada dalam setiap bahasa sangat ditentukan oleh lingkungan. misalnya, kata kucing dalam bahasa Indonesia adalah nama seekor binatang yang suka makan ikan, daging, dan sebagainya. Simbol kucing dalam bahasa Indonesia tersebut terdapat juga di negara lain,

(28)

14

sepertiqiththun‟ dalam bahasa Arab, cat dalam bahasa Inggris, dan coki atau

meong dalam bahasa Bugis (Hikmawati, 2017: 35-36).

Kontekstual menekankan adanya peranan penting lingkungan atau konteks terhadap sebuah bahasa. Disisi lain, memang tidak bisa dinafikan bahwa konteks berperan penting terhadap manusia untuk memberi simbol-simbol tertentu sebagai makhluk yang hidup berkelanjutan.

Menurut Keraf, konteks ada dua, yaitu konteks linguistik dan nonlinguistik. Konteks nonlinguistik mencakup dua hal, yaitu hubungan antara

kata dan barang atau hal, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat atau

disebut juga konteks sosial. Konteks linguistik adalah hubungan antara unsur bahasa satu dengan unsur bahasa yang lain. Konteks linguistik mencakup konteks hubungan antara kata dengan kata dalam frase atau kalimat (Keraf, 2006: 32-33).

1.Teori Mentalisme atau Konseptualisme

Teori mentalisme pertamakali diperkenalkan Ferdinand de Saussure melalui studi sinkronisnya dan membedakan analisis bahasa atas la parole, la

langue, dan le lengage. Saussure mencoba menghubungkan antara bahasa lahiriah (le parole) dengan citra mental penuturnya (la langue) (Suhardi, 2015: 22-23).

Teori mentalisme ini tentu saja bertentangan dengan teori referensial. Mereka mengatakan bahwa “kuda terbang” atau “pengasus” adalah satu citra

penuturnyawalaupun secara real tidak ada. Pada umumnya penganjur dari teori mentalisme ini adalah para psikolinguis (Parera, 1990:13).

2. Teori formalisme

Teori formalisme atau teori pemakaian dari makna ini dikembangkan oleh filsuf Jerman Wittgenstein (1830 dan 1858). Wittgenstein berpendapat bahwa

(29)

15

kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Makna tidak mantap di luar kerangka pemakaiannya dalam masyarakat bahasa. Salah satu kelemahan teori ini adalah penentuan tentang konsep “pemakaian” secara tepat. Sehinggamungkin teori ini menjadi pragmatik dalam penggunaan bahasa (Parera, 1990 : 18).

Menurut Mansoer Pateda, Jenis-jenis semantik terbagi atas 7 yaitu, semantik historis, semantik gramatikal, semantik deskriptif, semantik behavioris, semantik generatif, semantik leksikal, semantik logika, dan semantik structural.

1. Semantik Historis

Semantik historis adalah studi semantik tentang yang mengkaji sistem makna alam rangkaian waktu.Telah diketahui bahwa masyarakat pamakai bahasa berkembang terus, bersifat dinamis. Tidak heran apabila kehidupan mental, isi mental, penampilan mental pamakai bahasa berkembang pula. Mau tidak mau harus dibicarakan pula sejarah masyarakat pemakai bahasa, perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Misalnya di dalam bahasa Indonesia terdapat kata

bangsat, dahulu kata bangsatbermakna kepinding, insekta yang biasa menyelinap

di sela-sela anyaman kursi, kini kata bangsat dihubungkan dengan perangi seseorang yang menjengkelkan sehingga muncullah kalimat “Bangsat kau!” atau

“Hei bangsat, kenapa hanya duduk?” (Pateda, 2001: 72-73).

2. Semantik Gramatikal

Semantik gramatikal adalah studi semantik yang khusus mengkaji makna yang terdapat dalam satuan kalimat. Misalnya kata aman yang terdapat dalam kalimat daerah itu aman dan masi terkendali. Dengan munculnya kata terkendali dalam satuan kalimat, agaknya memudarkan makna kata aman. Maksudnya,

(30)

16

derah sesungguhnya tidak aman karena ada kata terkendali. Terkendali bermakna huru-hara, gangguan keamanan, masih dapat dikendalikan. Dengan demikian makna kata aman berubah karena kata itu telah berada dalam satuan kalimat (Pateda, 2001: 71).

3. Semantik Deskriptif

Semantik deskriptif adalah kajian semantik yang khusus memperhatikan makna yang sekarang berlaku. Makna kata ketiak kata itu pertama kali muncul. Mislanya dalam bahasa Indonesia ada kata juara.Makna kata juara yang diperhatikan, yakni orang yang mendapat peringkat teratas dalam pertandingan, perlombaan atau di sekolah. Orang tidak memperhatikan makna sebelumnya, yakni pengatur dan pelerai dalam persabungan ayam (Pateda, 2001: 68).

4. Semantik Behavioris

Penganut pandangan behavioris tidak terlalu yakin dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistis, berupa mind, concept, dan idea, tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dengan hewan. Penganut behavioris juga mementingkan faktor belajar dan kurang yakin terhadap factor-faktor bawaan.

5. Semantik Generatif

Teori semantik generatif muncul tahun 1989. Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata Bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran (Pateda, 2001: 70).

6. Semantik Leksikal

Semantik Leksikal adalah kajian semantik yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem maknayang terdapat dalam kata. Semantik leksikal

(31)

17

memperhatikan makna yang terdapat dalam kata sebagai satuan mandiri. Contoh dalam bahasa Indonesia terdapat kata habitatyang maknanya: (i) tempat tinggal khas bagi seseorang atau kelompok masyarakat; (ii) tempat hidup organisme tertentu; tempat hidup yang alami bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan; lingkungan kehidupan asli; (iii) tempat kediaman atau kehidupan tumbuhan, hewan dan manusia dengan kondisi tertentu pada permukaan bumi. akhir-akhir ini kata habitat lebih dihubungkan dengan tempat hidup asli organisme, tumbuh-tumbuhan dan hewan (Pateda, 2001: 75).

7. Semantik Logika

Semantik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi simbolik dalam Analisa Bahasa. Semantik logika mengkaji sistem makna yang dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika yang mengacu kepada pengkajian makna atau penafsiran ujaran terutama yang dibentuk dalam sistem logika (Pateda, 2001: 75).

8. Semantik Struktural

Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dimulai oleh Ferdinand de Saussure (seorang pakar linguistik, pendiri linguistik modern. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap Bahasa adalah sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur (Pateda, 2011: 76).

Dari beberapa teori yang dipaparkan diatas, penulis menggunakan semantik kontekstual dalam penelitian ini. Karena teori ini dianggap lebih mendekati dan lebih mudah dipahami oleh penulis sendiri. Selain itu, semantik

(32)

18

kontekstual dianggap lebih relevan dalam mendekati dan mengkaji asbabun nuzul ayat-ayat perdamaian dalam Al-Qur‟an .

2. Perdamaian

Secara etimologi kata perdamaian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(2008: 312) berarti 1) tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, 2) aman, tenteram, tenang, 3) keadaan tidak bermusuhan, dan rukun. Kata “damai” diambil dari bahasa latin pax, yang berarti fakta, persetujuan, atau kontrak, atau pactasunt

servada (persetujuan yang harus ditaat) (Azwar, 2016: 50). Dalam Islam, kata Islām sendiri merupakan derivasi dari kata sālam yang berarti perdamaian

(Taufiq,2016: 34).Dengan hal ini Lubis menegaskan bahwa karakter dasar ajaran Islam adalah perdamaian. Dalam ungkapan teks agama, perdamaian sering dibahasakan dengan amān, as-ṣulh, ḥudnāh, mu‟ahadah dan „aqd

al-zimmah. Secara jelas dinyatakan bahwa Islam datang sebagai agama yang

membawa misi perdamaian dan dengan tegas mengharamkan ummat manusia melakukan kezaliman, kapan dan di mana saja. (Lubis, 2017: 123).

Perdamaian erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan tuhan. Perdamaian merupakan antonim dari kata konflik, perseteruan, permusuhan, sengketa, pertengkaran, perselisihan, dan tikai. Kendati demikan, dalam logika biner, keberadaan atau ketiadaan salah satu merupakan keberadaan dan sekaligus ketiadaan yang lain. Damai tidak akan ada jika konflik tidak ada,damai menjadi ada hanya karena konflik juga mengada. Ketika damai dinegasikan, hadirlah konflik, dan jika konflik dinegasikan maka hadirlah damai. Keduanya adalah dua sisi pada mata uang yang sama (Taufiq, 2016: 31). Taufiq menambahkan bahwa

(33)

19

damai adalah cerminan dari terkelolanya konflik, damai bukan semata-mata ketiadaan perang karena perdamaian sejati adalah damai yang dinamis, partisipatif, dan berjangka waktu panjang.

Kata yang paling sering digunakan untuk merujuk kepada ayat perdamaian yaitu shulhu. Dalam kamus al-Munawwir (1997: 787) derivasi

as-shulhu mempunyai tiga bentuk yaitu حلاص (berdamai), حلضا و لحاطث (berdamai/rukun),

dan حلطلا (perdamaian). Selanjutnya dalam Al-Qur‟an kata as-shulhu disebutkan

dalam QS. An-Nisā‟(4):128:

ح أ ش ۡٓٱ ٗ ئ ٝ

ٕ أ ب ٔ ٜۡ٤ ِ ػ حب ٘ ج لَ ك ب ٗضا ش ۡػ ئ ۡٝ أ اًصٞ ؾ ٗ ب ٜ ِ ۡؼ ث ٖۢ ٓ ۡذ كب خ

ب ذ ِ ۡص ٣

ب ٔ ٜ ٘ۡ٤ ث

ب ٗذِۡ ص

ٝ

خِۡ ُّصُٱ

د ش ض ۡد أ ٝ ّٞۗٞشۡ٤ خ

اخُّؾُٱ غ لٗ ۡلأٱ

إ ا ك ْاٞ واز ر ٝ ْاٞ ٘ غ ۡذ ر ٕ ئ ٝ

اللٱ

ب ٔ ث ٕب ً

ج خ ٕٞ ِ ٔ ۡؼ ر

ا ٗش٤

٧٨٢

Terjemahan: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak

acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. An-Nisā‟[4]: 128).

Majid (1994:328) memberikan pengertian bahwa al-shulhu (perdamaian) adalah perjanjian untuk saling menghilangkan permusuhan, perbantahan, perdendaman dan sikap-sikap yang dapat menimbulkan permusuhan dan peperangan.

Menurut Quthub dalam Taufiq (2011: 161-175), “perdamaian dalam Islam bertitik tolak pada konsep universalitas Islam tentang alam, kehidupan dan manusia. Perdamaian sesungguhnya yaitu perdamaian batin.”

Perdamaian dalam konteks pluralisme agama adalah ketika umat beragama yang satu menghormati dan menghargai umat yang lain. Rasa hormat

(34)

20

dan menghargai bukan karena kepentingan, tetapi dengan ketulusan, jujur dan kondusif tanpa ada pengaruh dari siapapun (Sumartana, 2002: 16).

Perdamaian dibedakan menjadi dua, yaitu perdamaian negatif dan perdamaian positif. Perdamaian negatif merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan ketiadaan sesuatu atau ketiadaan perang. Sementara itu perdamaian positif ditandai dengan adanya atau hadirnya sesuatu. Keadaan tersebut ditandai dengan adanya mekanisme penyelesaian konflik. Mekanisme penyelesaian konflik tersebut bisa berbentuk hukum, nilai-nilai, diplomasi, mediasi, dan organisasi internasional. Konsep ini mengacu pada adanya kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik. Dengan begitu, setiap konflik yang ada dapat diredam pada tingkat yang minimal (Azwar, 2016: 50).

Perdamaian tidak hanya berupa gencatan senjata, resolusi konflik tapi

juga berupa membasmi kelaparan, kejahatan, ketidakadilan, korupsi,

pembunuhan, pemerkosaan dan semua hal yang membuat manusia tidak nyaman dalam menjalani kehidupan. Taufiq (2016: 135) memetakan perdamaian yang terdapat dalam Al-Qur‟an yaitu perdamaian suami-istri (keluarga), perdamaian dalam waris, perdamaian antarkomunitas, perdamaian dalam ranah politik, dan perdamaian dalam ranah sosial-ekonomi.

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Tentunya peneliti tidak bisa menafikan terkait adanya perbedaan dan kesamaan yang masing-masing fokus dan tujuan dari peneliti sendiri. Berikut beberapa penelitian yang dimaksud:

(35)

21

Skripsi yangditulis oleh Miss. Khaleefah Jukeng dengan judul “Ragam

Ungkapan Damai Dalam al-Qur‟an ”(Kajian Lafadz Muradif dan Musytarak Fi Ulumil Al-Qur‟an ) dari Universitas Islam Negeri ar-Raniry Darussalam, Banda

Aceh 2016. Penelitian ini mempunyai perbedaan dan persamaan. Persamaannya sama-sama membahas tentang ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an .Dalam penelitianya, Jukeng menggunakan pendekatan analisis tafsir maudhu‟i atau tafsir tematik dalam membahas ragam ungkapan damai dalam al-Qur‟an dengan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan temapenelitian, menyusun pembahasan dalam satu kerangka yang sempurna, melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan, sehingga Jukeng menemukan enam macam ungkapan damai dalam al-Qur‟an yaitu amān, janahu, dhimmah, salām, ṣulhu, dan ḥudnāh yang terdapat pada 18 ayat dalam al-Qur‟an . Terkhusus lafadz

hudnah, Jukeng tidak menemukannya dalam al-Qur‟an sehingga dia menjadikan

kata tersebut sebagai sampel untuk menemukan ayat al-Qur‟an yang memiliki makna hudnah (gencatan senjata) yaitu QS. al-Anfāl (8): 58. Perbedaannya ialah Jukeng menggunakan pendekatan ilmu tafsir dengan metode maudhu‟i sedangkan penulis menggunakan pendekatan semantik kontekstual dalam meneliti ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an sehingga bisa mengungkapkan ayat-ayat perdamian yang tidak diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Jukeng.

2. Ahmad Tri Muslim (2017)

Penelitian oleh Ahmad Tri Muslim (2017), dengan judul “Pesan

(36)

22

Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.Hasil penelitian ini dipahami bahwa hakikat pesan perdamaian dalam QS. al-Nisā‟ (4): 86 dengan menggunakan term tahiyyah pada dasarnya adalah penghormatan yang mengantar pelakunya untuk memberikan syafa„ah hasanah berupa doa, hadiah, memberi rasa

aman, dan memperlakukan semua manusia baik yang disenangi maupun yang tidak disenangi. Pesan perdamaian yang ditemukan dalam penelitiannya QS. al-Nisā‟ (4): 86 yaitu perintah untuk memberi tahiyyah, membalas tahiyyah dengan

tahiyyah yang lebih baik dan membalas dengan tahiyyah yang serupa. Penelitian

mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaanya ialah sama-sama mengkaji ayat perdamaian dalam al-Qur‟an , dan Perbedaanya ialah, Skripsi yang ditulis Ahmad Tri Mursalim objek penelitianya berfokus pada QS. al-Nisā‟ (4): 86, sedangkan penelitian ini menjadikan semua surah dalam al-Qur‟an sebagai objek penelitian. Dalam mengkaji ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an , penulis menggunakan tinjauan semantik kontekstual sedangkan Mursalim menggunakan pendekatan tafsir tahlili dalam mengungkap pesan perdamaian dalam QS. al-Nisā‟ (4): 86.

C. Kerangka Pemikiran

Penulis melakukan observasi terhadap ayat ayat al-Qur‟an yang memiliki makna perdamaian. Kemudian penulis akan melakukan pengelompokan terhadap ayat ayat sesuai dengan maknanya kemudian penulis mengambil kesimpulan tentang ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an .

(37)

23

Keluarga Sosio-Ekonomi Politik Sosial

Analisis semantik Ayat-ayat Perdamaian

Kesimpulan Semantik Kontekstual

(38)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematika) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang tepat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya, sedangkan pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun eksperimental, interaktif maupun non interaktif, (Efendi dan Ibrahim, 2016: 2-3).

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kepustakaan

(library research). Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan

dengan cara mempelajari dan mencari literatur-literatur yang berkaiatan dengan permasalahan yang menjadi objek dalam penelitian. Teknik tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data yang akan dibahas dalam penelitian ini. Jenis penelitian kepustakaan ini mengikuti prosedur dan prinsip kerja penelitian kualitatif. Metode kulitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubunganya dengan konteks keberadaanya (Ratna, 2004: 47).

(39)

25

C. Data dan Sumber data

Sumber data penelitian ini terbagi atas dua yaitu: sumber data primer dan sumber data skunder :

1. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah al-Qur‟an baik dalam bentuk mushaf maupun digital.

2. Sumber data skunder adalah sumber-sumber lain yang dianggap relevan oleh penulis misalnyakamus, laporan-laporan penelitian serta situs-situs mengenai linguistik Arab khususnya semantik baik yang berupa online maupun e-book.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode baca dan catat. Metode ini digunakan dengan tujuan mengungkapkan suatu masalah yang terdapat dalam suatu bacaan. Dengan teknik ini, semua hasil bacaan yang digunakan dalam al-Qur‟an dibaca dengan teliti untuk menentukan ayat-ayat yang mengandung

perdamaian. Metode yang kedua adalah metode catat. Kegiatan pencatatan semua data yang diperoleh dari hasil pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an dengan menggunakan kartu data.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karestiristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulanya. Sampel adalah bagian dari

(40)

26

jumlah dan karasteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016: 119-120).

Penelitian ini menjadikan al-Qur‟an sebagai pusat penelitian sekaligus sumber informasi. Selanjutnya, penulis memilah dan memilih bagian-bagian ayat Al-Qur‟an yang didalamnya mengandung perdamaian.

F. Instrumen Penelitian

Menurut bahasa instrument merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu, sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Menurut Arikunto (2009:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah. Berikut alat atau instrument yang digunakan dalam metode ini adalah :

a) Pulpen untuk mencatat data. b) Buku untuk mencatat data

c) Note book untuk mencari, mengedit, dan menyimpan data. d) Flash disk untuk mengumpulkan data.

e) Handpohone untuk mengakses referensi pada internet.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah urutan-urutan langkah dalam proses penelitian yang penulis gunakan untuk mengarahkan dan mempercepat penyelesainnya. Urutan-urutan kegiatan yag dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(41)

27

1. Menentukan objek penelitian yaitu Ayat-ayat perdamaian dalam al-Qur‟an . 2. Mencari, membaca, dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

penelitian.

3. Mempelajari dengan cermat objek yang ditelitii. 4. Mencatat sejumlah permasalahan yang ditemukan. 5. Membatasi dan merumuskan permasalahan penelitian. 6. Menganalisis data.

(42)

28

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Ayat-Ayat yang Mengandung Perdamaian dalam al-Qur’an .

Al-Qur‟an terdiri dari 6666 ayat, 114 surah, 30 jus Muhkam dan

Mutasyābih, Makiyyah dan Madaniyyah. ayat yang mengandung makna

perdamaian, ada yang Makiyyah dan adapula Madaniyyah. Persebaran tersebut disebabkan oleh proses pewahyuan kepada nabi yang berangsur-angsur dan konteks ayat tersebut diturunkan. Jadi, tidak heran jika ayat-ayat perdamaian itu sendiri tidak berada dalam satu surah atau satu sub bahasan dalam al-Qur‟an . Untuk itu, sebagai upaya sistematis dalam penelitian ini, penulis mengelompokkannya dalam satu sub bahasan sendiri mengenai ayat-ayat perdamaian yang terdapat dalam al-Qur‟an .

Pertama, Term al-silm berasal dari kata salima dan memiliki berbagai macam derivasinya yang menempati posisi urgen dalam al-Qur‟an . Hal ini bisa diidentifikasi setidaknya melalui kuantitas term ini disinggung dalam al-Qur‟an .

Term ini terulang sebanyak 157 kali dalam ayat yang berbeda, baik

dalam bentuk fi‟il, fa‟il, maupun maf‟ul. Kata kerja ِعْ (salama) dalam al-Qur‟an

yang dimaknai sebagai perdamaian lebih sering disebut dalam bentuk kata benda dari pada bentuk kata kerja.

Kedua, term al-iṣlah. Secara etimologi حلَصلاا berasal dari bahasa Arab yaitu حلَصئ Isim Mashdar, yang artinya perbaikan, sedangkan fi'il-nya adalah Aṣlaha (خِصا ) yang berarti memperbaiki. Di dalam kamus bahasa Arab al-Mu‟Jam al-Wasith (Ibrahim, 1972: 520) dikatakan ( ٙشٓا ٝا ِٚٔػ ٢ك حلَصئ)

(43)

29

yang berarti : “memperbaiki sesuatu, baik dalam perbuatan maupun dalam bentuk perintah”, sedangkan kata حلَصئ berarti perbaikan, restorasi,

reformasi. ashlih (خِصا) berarti mendamaikannya.

kata حلَصئ atau ishalah secara semantik diartikan sebagai antonim dari

kata fasād (دبغك /kerusakan) yang juga dapat diartikan dengan: “yang

bermanfaat”. خِص (shalaha) dapat diartikan terhimpunnya sejumlah nilai tertentu

pada sesuatu agar bermanfaat dan berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan kehadirannya. Apabila pada sesuatu ada nilai yang tidak menyertainya sehingga tujuan yang dimaksudkan tidak tercapai maka manusia dituntut untuk

menghadirkan nilai tersebut, dan hal yang dilakukannya itu

dinamai حلَصئ .حلَصئ pada umumnya digunakan dalam kaitannya

dengan perbuatan nyata (Shihab, 2012: 245)

Ketiga, Term al-„Adl. al-Qur‟an telah menyinggung keadilan sebanyak 28 kali di berbagai ayatnya. Dari lafal-lafalnya tersebut penulis mendapati dua makna dari kata tersebut yaitu adil dan seimbang. Kata al-„adl dan derivasinya dalam al-Qur‟an yaitu يُذؼك (seimbang), لاذػ (adil), ُٕٞذؼ٣ (mereka menjalankan keadilan), اُٞذؼر (berlaku adilah), ُٞذػا (adilah), ٍذؼُبث (berlaku adil), لاذػ (tebusan), اُٞذػبك (hendaklah kamu adil), ٍذػلا(aku petintahkan supaya berlaku adil), ٍذػ (adil).

Menurut Warson (1997: 217) kata adil adalah bentuk mashdar dari kata kerja „adala-ya‟dilu, „adlan, wa„udūlan, wa„ādalatan. Kata kerja ini berakar pada huruf „ain (ٖ٤ؼُا), dal (د), lām (لا), yang makna pokoknya adalah al-istiwā‟

(44)

30

makna pertama, kata adil berarti menetapkan hukum dengan benar, lurus dan menggunakan ukuran yang sama bukan ukuran ganda.

Keempat, Term al-„Aqd (akad/kontrak). Secara bahasa al-„aqd bermakna

al-rabith (ikatan), al-syad (pengokohan), al-taqwiyah (penguatan). Jika dikatakan „aqada al-habla (mengikat tali), maksudnya ialah mengikat tali yang satu dengan

yang lainnya, mengencangkan dan menguatkan ikatannya. Al-„Aqdu juga bisa bermakna al-ahdu (janji) atau al-mitsāq (perjanjian). Adapun al-„uqdah (jamaknya al-„uqād) adalah objek ikatan atau sebutan sesuatu yang diikat (Aslianur, 2016: 30).

Kelima, Term Al-Musyāwarah (حسٝبؾُٔا). Musyāwarah dan derivasinya dalam al Qur‟an berjumlah 3 ayat dan memiliki makna permusyawaratan,

musyawarah dan bermusyawarahlah . Akar kata musyāwarah yang sudah menjadi bahasa Indonesia tersebut adalah سٞؽ yang berarti menampakkan sesuatu atau mengeluarkan madu dari sarang lebah. Musyawarah berarti menampakkan sesuatu yang semula tersimpan atau mengeluarkan pendapat yang baik kepada pihak lain (Nina, 2005: 329-330). Istilah musyawarah berasal dari kata حساٝبؾٓ ia adalah masdar dari kata kerja syawwara-yusyawwiru, yang berakar kata syin,

waw, dan ra‟ dengan pola fa‟ala. Struktur akar kata tersebut bermakna pokok

“menampakkan dan menawarkan sesuatu”. Dari makna terakahir ini muncul

ungkapan syawartu fulānan fi amri (aku mengambil pendapat si fulan mengenai urusanku) (Ahmad, 1972: 266).

(45)

31 1. خِصُا (As-Sulhu)

No Ayat Bunyi Ayat Terjemahan Jenis

Perdamaian 1. QS. Al-Baqarah (2): 182

ٖؿُّٞٓ ٖ ٓ فب خ ٖۡ ٔ ك

ب ٗٔ ۡص ئ ۡٝ أ بًل ٘ ج

خ ِ ۡص أ ك

ْۡ ٜ ٘ ۡ٤ ث

ّٞسٞ ل ؿ اللٱ إ ئ ٚۡ٤ ِ ػ ْۡص ئ لَ ك

ّْٞ٤ داس

(Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku

berat sebelah atau

berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, maka tidaklah

ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Keluarga 2. QS. Al-Ma‟idah (5): 39

ۦ ٚ ٔ ِۡ ظ ذ ۡؼ ث ٖۢ ٓ ةب ر ٖ ٔ ك

خ ِ ۡص أ ٝ

ةٞ ز ٣ اللٱ إ ا ك

ْ٤ داس ّٞسٞ ل ؿ اللٱ إ ئ ٚۡ٤ ِ ػ

Maka barangsiapa

bertaubat (di antara

pencuri-pencuri itu)

sesudah melakukan

kejahatan itu dan

memperbaiki diri,

maka sesungguhnya

Allah menerima

taubatnya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Politik 3. QS. Ash-Shura (26): 40

ۖب ٜ ِۡضِّٓ ّٞخ ئِّ٤ ع ٖخ ئِّ٤ ع ْا ؤ َٰ ض ج ٝ

ب ل ػ ٖۡ ٔ ك

خ ِ ۡص أ ٝ

ۥ ٙ ش ۡج أ ك

ُّت ذ ٣ لا ۥ ٚاٗ ئ اللٱ ٠ ِ ػ

ٖ٤ ٔ ِ

َٰاظُٱ

Dan balasan suatu

kejahatan adalah

kejahatan yang

serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka

pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Sosial Masyarakat 4. QS. Muhammad (47): 2

ْاٞ ِ ٔ ػ ٝ ْاٞ ٘ ٓا ء ٖ٣ زاُٱ ٝ

ب ٔ ث ْاٞ ٘ ٓا ء ٝ ذ َٰ ذ ِ َٰاصُٱ

ٞ ٛ ٝ ٖذأ ذ ٓ َٰ٠ ِ ػ ٍِّض ٗ

شال ً ْۡ ِّٜثاس ٖ ٓ ُّن ذُۡٱ

ْۡ ٜۡ٘ ػ

Dan orang-orang

mukmin dan beramal soleh serta beriman

kepada apa yang

diturunkan kepada

Sosial Masyarakat

(46)

32

ِّ٢ ع

ْۡ ٜ را ٔ ٔ

خ ِ ۡص أ ٝ

ْۡ ٜ ُب ث

Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. 5. QS. Al-A'raf (7): 35

ْۡ ٌا٘ ٤ رۡأ ٣ بآ ئ ّ دا ء ٢ ٘ جَٰ ٣

ْۡ ٌۡ٤ ِ ػ ُّٕٞص و ٣ ْۡ ٌِّ٘ٓ َّٞ ع س

َٰ٠ وارٱ ٖ ٔ ك ٢ زَٰ ٣ا ء

خ ِ ۡص أ ٝ

ْۡ ٛ لا ٝ ْۡ ٜۡ٤ ِ ػ ف ۡٞ خ لَ ك

ٕٞ ٗ ض ۡذ ٣

Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu

rasul-rasul daripada

kamu yang

menceritakan

kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan

perbaikan, tidaklah

ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Sosial Masyarakat 6. QS. Al-An'am (6): 48

الا ئ ٖ٤ ِ ع ۡش ُٔۡٱ َ ع ۡش ٗ ب ٓ ٝ

ٖۡ ٔ ك ۖ ٖ٣ س ز٘ ٓ ٝ ٖ٣ شِّؾ ج ٓ

ٖ ٓا ء

خ ِ ۡص أ ٝ

ف ۡٞ خ لَ ك

ٕٞ ٗ ض ۡذ ٣ ْۡ ٛ لا ٝ ْۡ ٜۡ٤ ِ ػ

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk

memberikan kabar

gembira dan memberi peringatan.

Barangsiapa yang

beriman dan

mengadakan

perbaikan, maka tak

ada kekhawatiran

terhadap mereka dan

tidak pula mereka

bersedih hati. Sosial Masyarakat 7. QS.An-Nisa‟ (4): 16

ْۡ ٌ٘ ٓ ب ٜ َٰ٘ ٤ رۡأ ٣

ٕا زاُٱ ٝ

ف

ب ثب ر ٕ ا ك ۖب ٔ ٛٝ را ٔ ٔ

ب ذ ِ ۡص أ ٝ

ٞۗ ب ٔ ٜۡ٘ ػ ْاٞ ض ش ۡػ أ ك

بًٔ٤ داس بٗثااٞ ر ٕب ً اللٱ إ ئ

Dan terhadap dua

orang yang

melakukan perbuatan keji di antara kamu,

maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah Sosial Masyarakat

(47)

33

mereka.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

8. QS. Al-Baqarah (2): 160

ْاٞ ثب ر ٖ٣ زاُٱ الا ئ

ْاٞ ذ ِ ۡص أ ٝ

ةٞ ر أ ي ئ

َٰ ُْٝ أ ك ْاٞ ٘ا٤ ث ٝ

ْ٤ داشُٱ ةااٞازُٱ ب ٗ أ ٝ ْۡ ٜۡ٤ ِ ػ

kecuali mereka yang

telah taubat dan

mengadakan

perbaikan dan

menerangkan

(kebenaran), maka

terhadap mereka

itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah

Yang Maha

Menerima taubat lagi Maha Penyayang. Sosial Masyarakat 9. QS. Al-'Imran (3): 89

ذ ۡؼ ث ٖۢ ٓ ْاٞ ثب ر ٖ٣ زاُٱ الا ئ

ٝ ي ُ َٰ ر

ْاٞ ذ ِ ۡص أ

اللٱ إ ا ك

ْ٤ داس ّٞسٞ ل ؿ

kecuali orang-orang

yang taubat, sesudah

(kafir) itu dan

mengadakan

perbaikan. Karena

sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sosial Masyarakat 10. QS. An-Nisa‟ (3): 146

ْاٞ ثب ر ٖ٣ زاُٱ الا ئ

ْاٞ ذ ِ ۡص أ ٝ

ْاٞ ص ِ ۡخ أ ٝ اللٱ ث ْاٞ ٔ ص ز ۡػٱ ٝ

غ ٓ ي ئ

َٰ ُْٝ أ ك ا لل ْۡ ٜ ٘٣ د

اللٱ د ۡإ ٣ ف ۡٞ ع ٝ ۖ ٖ٤ ٘ ٓ ۡإ ُٔۡٱ

ب ٗٔ٤ ظ ػ اًش ۡج أ ٖ٤ ٘ ٓ ۡإ ُٔۡٱ

Kecuali orang-orang

yang taubat dan

mengadakan

perbaikan dan

berpegang teguh pada (agama) Allah dan

tulus ikhlas

(mengerjakan) agama mereka karena Allah.

Maka mereka itu

adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan

memberikan kepada

orang-orang yang

beriman pahala yang besar. Sosial Masyarakat 11. QS. An-Nahl (16): 119

ْاٞ ِ ٔ ػ ٖ٣ زاِ ُ ياث س إ ئ اْ ص

ٖۢ ٓ ْاٞ ثب ر اْ ص ٖخ َِٰ ٜ ج ث ء ُّٞغُٱ

ي ُ َٰ ر ذ ۡؼ ث

ٞ ذ ِ ۡص أ ٝ

إ ئ ْا

ّٞسٞ ل ـ ُ ب ٛ ذ ۡؼ ث ٖۢ ٓ ياث س

ْ٤ داس

Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan Sosial Masyarakat

(48)

34

kesalahan karena

kebodohannya,

kemudian mereka

bertaubat sesudah itu

dan memperbaiki

(dirinya), sesungguhnya

Tuhanmu sesudah itu

benar-benar Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. 12. QS. An-Nur (24): 5

ذ ۡؼ ث ٖۢ ٓ ْاٞ ثب ر ٖ٣ زاُٱ الا ئ

اللٱ إ ا ك

ْاٞ ذ ِ ۡص أ ٝ

ي ُ َٰ ر

ّْٞ٤ داس ّٞسٞ ل ؿ

kecuali orang-orang yang bertaubat

sesudah itu dan

memperbaiki

(dirinya), maka

sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sosial Masyarakat 13. QS. An-Nisa‟ (4): 129

ْاٞ ُ ذ ۡؼ ر ٕ أ ْا ٞ ؼ٤ ط ز ۡغ ر ٖ ُ ٝ

ْۖۡ ز ۡص ش د ۡٞ ُ ٝ ء ب غُِّ٘ٱ ٖۡ٤ ث

َۡ٤ ُٔۡٱ اَ ً ْاٞ ِ٤ ٔ ر لَ ك

ٕ ئ ٝ خ واِ ؼ ُٔۡٱ ً ب ٛٝ س ز ز ك

ْاٞ ذ ِ ۡص ر

اللٱ إ ا ك ْاٞ واز ر ٝ

ب ٗٔ٤ داس ا ٗسٞ ل ؿ ٕب ً

Dan kamu sekali-kali

tidak akan dapat

berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),

walaupun kamu

sangat ingin berbuat demikian, karena itu

janganlah kamu

terlalu cenderung

(kepada yang kamu cintai), sehingga kamu

biarkan yang lain

terkatung-katung. Dan

jika kamu

mengadakan

perbaikan dan

memelihara diri (dari

kecurangan), maka

sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Keluarga 14. QS.Al-Baqarah (2): 224

ٗخ ض ۡش ػ اللٱ ْاٞ ِ ؼ ۡج ر لا ٝ

ْاٞ واز ر ٝ ْاُّٝش ج ر ٕ أ ْۡ ٌ ٘ َٰ ٔۡ٣ ِّلأ

ْاٞ ذ ِ ۡص ر ٝ

اللٱ ٝ طباُ٘ٱ ٖۡ٤ ث

ّْٞ٤ ِ ػ غ٤ ٔ ع

Jangahlah kamu

jadikan (nama) Allah

dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa Sosial Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Untuk peserta Seleksi Tertulis dan Keterampilan Komputer harap mengambil undangan di kantor KPU Kota Jakarta Pusat pada Hari Sabtu tanggal 2 Juli 2016 pukul 01.00 WIB

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 29-31 Mei 2012, maka penulis menyimpulkan bahwa gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada

Pengembangan dapat dilakukan dengan melihat potensi dalam diri pegawai karena setiap pegawai tentu memiliki potensi masing-masing yang perlu digali oleh perusahaan untuk

Terdapat beberapa alasan dilakukannya radiosurgery, antara lain tumor yang sulit dijangkau dengan operasi, misalnya tumor dasar tengkorak, tumor yang berukuran kecil, dan

Dalam hal jumlah PDRB perkapita, daerah sektor non-pertanian kelihatan lebih berkembang dibandingkan daerah sektor non-pertanian, tetapi jika dilihat dari tingkat pertumbuhan

Salah satu teori psikologi yang dapat membantu kendala tidak produktif dan tidak optimal adalah flow, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengerjakan sesuatu untuk melakukan

Aplikasi ini nantinya akan memberikan informasi letak – letak ATM dalam bentuk peta dan dapat menentukan lokasi ATM terdekat dari posisi nasabah menggunakan formula